Makalah fraud auditing

19
MAKALAH AUDIT ” Fraud Auditing ” Di susun oleh : DEWI MASITA C 301 11 112 Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Semester V Auditing 2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNIVERSITAS TADULAKO PALU 1

Transcript of Makalah fraud auditing

Page 1: Makalah fraud auditing

MAKALAH AUDIT

” Fraud Auditing ”

Di susun oleh :

DEWI MASITA C 301 11 112

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah Semester V

Auditing 2 Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

Tahun 2013

1

Page 2: Makalah fraud auditing

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dengan segenap kemampuan dan kesanggupan dapat menyelesaikan makalah ini. Berbagai hambatan dan tantangan yang ditemui dalam penyelesaian makalah ini, namun dengan kesabaran, semangat, dan kerja keras penulis akhirnya kendala-kendala tersebut dapat diatasi oleh penulis.

Makalah yang berjudul ” Fraud Auditing ” ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah auditing 2. Disamping itu, penulis juga mengharapkan agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan pengetahuan kita.

Sebagai manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan, penulis menyadari bahwa dalam penulisan paper ini masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian makalah ini, dengan harapan semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua. Amin.....

Palu, 17 november 2013

Dewi masita

2

Page 3: Makalah fraud auditing

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………...... 1DAFTAR ISI………………………………………………………………….... 2BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKAN……………………………………………...... 31.2 TUJUAN…………………………………………………………… 4

BAB II PEMBAHASAN2.1 KONSEP DASAR…………………………………………………. 52.2 GEJALA DAN FAKTOR PENDORONG KECURANGAN…… 5

2.3 KATEGORI DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN……….. 7

2.4 BIDANG YANG BERESIKO TINGGI TERKENA FRAUD…... 10

BAB III PENUTUP

3.1 KESIMPULAN…………………………………………………… 12

3

Page 4: Makalah fraud auditing

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Didalam suatu perusahan pasti terdapat bagian bagian perusahaan, bagian

bagian ini dibeddakan dengan devisi.Semakin banyaknya devisi didalam

perusahaan,maka semakin besar prosentasi terdapat kecurangan,baik didalam

devisi itu sendiri atau dengan devisi lain bahkan antar perusahaan. Fraud auditing

atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan mencegah kecurangan

dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat melakukan audit kecurangan

terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan gabungan dua

keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator. Fraud

mencakup semua kejutan, trik, kelicikan dan penyamaran, serta setiap cara yang

tidak adil di mana ada pihak lainnya yang tertipu.

Fraud dalam laporan keuangan biasanya berbentuk salah saji atau kelalaian

yang disengaja baik dalam jumlah maupun pengungkapan pos-pos dalam

pelaporan keuangan untuk menyesatkan pemakai informasi laporan keuangan

tersebut. Fraud dapat terungkap, bila ada kerja sama antara beberapa pihak yang

terkait dengan entitas, seperti dewan direksi, pihak manajemen, akuntan publik

dan internal auditor. Kecurangan yang terjadi dalam laporan keuangan pada

umumnya disebabkan oleh lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Pengaruh lingkungan internal umumnya terkait antara lain dengan lemahnya

pengendalian internal, lemahnya perilaku etika manajemen atau factor likuiditas

serta profitabilitas entitas yang bersangkutan.Sedangkan pengaruh lingkungan

eksternal umumnya terkait antara lain dengan kondisi entitas secara umum,

lingkungan bisnis secara umum, maupun pertimbangan hokum dan perundang-

undangan.

4

Page 5: Makalah fraud auditing

1.2 TUJUAN

Adapun tujuan dari pembuatan Makalah ini adalah agar kita sebagai

mahasiswa dapat mengetahui kecurangan – kecurangan yang terjadi didalam

perusahaan, Serta dampak apa yang terjadi ketika kecurangan itu terus

menerus dilakukan oleh pihak - pihak yang tidak bertanggung jawab.

5

Page 6: Makalah fraud auditing

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DASAR

G.jack bologna, Robert J.Lindquist dan joseph T.Wellsmenmendefinisikan

kecurangan “Fraud is criminal deception intended to financially benefit the

deceiver ( 1993 ) ” yaitu kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud

untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap

tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Kecurangan

berarti bahwa suatu item tidak dimasukkan sehingga menyebabkan informasi

tidak benar, apabila suatu kesalahan adalah disengaja maka kesalahan tersebut

merupakan kecurangan.

Dari sudut pandang akuntansi dan audit, kecurangan adalah penggambaran

yang salah dari fakta material dalam buku besar atau laporan keuangan.

Pernyataan yang salah dapat ditujukan pada pihak dalam organisasi seperti

pemegang saham atau kreditor, atau pada organisasi itu sendiri dengan cara

menutupi atau menyamarkan penggelapan uang, ketidakcakapan, penerapan dana

yang salah atau pencurian atau penggunaan aktiva organisasi yang tidak tepat oleh

petugas, pegawai atau agen.

2.2 GEJALA DAN FAKTOR PENDORONG KECURANGAN

2.2.1 Gejala kecurangan

Pelaku kecurangan di atas dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok,

yaitu: manajemen dan karyawan. Kecurangan yang dilakukan oleh manajemen

umumnya lebih sulit ditemukan dibandingkan dengan yang dilakukan oleh

karyawan. Oleh karena itu, perlu diketahui gejala yang menunjukkan adanya

kecurangan tersebut.

a. Gejala kecurangan manajemen:

Ketidakcocokan diantara manajemen puncak

Moral dan motivasi karyawan rendah

6

Page 7: Makalah fraud auditing

Departemen akuntansi kekurangan staf

Tingkat komplain yang tinggi terhadap organisasi/perusahaan dari pihak

Konsumen, pemasok, atau badan otoritas

Kekurangan kas secara tidak teratur dan tidak terantisipasi

Penjualan/laba menurun sementara itu utang dan piutang dagang

meningkat

Perusahaan mengambil kredit sampai batas maksimal untuk jangka waktu

yang lama

Terdapat kelebihan persediaan yang signifikan

Terdapat peningkatan jumlah ayat jurnal penyesuaian pada akhir tahun

buku

b. Gejala kecurangan karyawan:

Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan tanpa

perincian/penjelasan pendukung

Pengeluaran tanpa dokumen pendukung

Pencatatan yang salah/tidak akurat pada buku jurnal/besar

Penghancuran, penghilangan, pengrusakan dokumen pendukung

pembayaran

Kekurangan barang yang diterima

Kemahalan harga barang yang dibeli

Faktur ganda dan penggantian mutu barang

2.2.2 Faktor Pendorong Kecurangan

Terdapat empat faktor pendorong seseorang untuk melakukan kecurangan,

yang disebut juga dengan teori GONE, yaitu:

a. Greed (keserakahan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu

pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual).

b. Opportunity (kesempatan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan

organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor

generik/umum). Kesempatan untuk melakukan kecurangan tergantung pada

kedudukan pelaku terhadap objek kecurangan. Kesempatan untuk melakukan

7

Page 8: Makalah fraud auditing

kecurangan selalu ada pada setiap kedudukan. Namun, ada yang mempunyai

kesempatan besar dan ada yang kecil. Secara umum manajemen suatu

organisasi/perusahaan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk

melakukan kecurangan daripada karyawan.

c. Need (kebutuhan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan individu

pelaku kecurangan (disebut juga faktor individual).

d. Exposure (pengungkapan): Merupakan faktor yang berhubungan dengan

organisasi sebagai korban perbuatan kecurangan (disebut juga faktor

generik/umum). Pengungkapan suatu kecurangan belum menjamin tidak

terulangnya kecurangan tersebut baik oleh pelaku yang sama maupun oleh

pelaku yang lain. Oleh karena itu, setiap pelaku kecurangan seharusnya

dikenakan sanksi apabila perbuatannya terungkap.

2.3 KATEGORI DAN PENDETEKSIAN KECURANGAN

Langkah-langkah yang dapat dilakukan auditor dalam mendeteksi

fraud adalah sebagai berikut:

a. Bagaimana auditor dapat berkomunikasi dengan efektif sehingga pihak

klien lebih termotivasi untuk menyumbangkan informasi tentang fraud.

Dengan perkataan lain, diskusi ini merupakan langkah awal bagaimana auditor

mendapatkan informasi mengenai fraud.

b. Auditor menerapkan unsur unpredictability (tidak dapat ditebak) dalam

prosedur auditnya, misalnya mengacak sifat, jadwal dan sampel pengujiannya.

c. Auditor perlu mengasah sensivitasnya akan hal-hal yang sifatnya tidak

lazim yang boleh jadi merupakan indikasi akan terjadinya fraud. Misalnya

memeriksa manual journal entry, auditor melihat adanya angka yang secara

ganjil jumlahnya bulat; sewaktu dicek lebih lanjut ternyata benar bahwa

angka tersebut merupakan angka yang dimarkup dengan cara dibulatkan ke

atas.

8

Page 9: Makalah fraud auditing

d. Dalam menjalankan jasa profesionalnya, auditor perlu menerapkan praktik -

praktik manajemen risiko secara lebih baik. Sebagai contoh, auditor akan

melakukan penilaian, berdasarkan kriteria tertentu,atas hal-hal sebagai berikut:

apakah auditor dapat menerima suatu entitas sebagai kliennya,

apakah audito dapat melanjutkan hubungan professional dengan kliennya

dari satu periode ke periode berikutnya,

apakah auditor dapat menerima suatu penugasan tertentu dari kliennya.

Dengan perkataan lain, bila auditor meragukan integritas dari manajemen

suatu entitas, atau berdasarkan pengalaman entitas tersebut rentan

terhadap fraud, maka auditor dapat memutuskan untuk secara professional

tidak menerima entitas tersebut sebagai kliennya.

Association of Certified Fraud Examinations (ACFE- 2000), salah satu

asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam pencegahan dan

pemberantasan kecurangan, mengkategorikan kecurangan dalam tiga kelompok

sebagai berikut:

a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan

yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan

Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat

financial atau kecurangan nonfinancial. Kecurangan dalam penyajian laporan

keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai

berikut :

analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan

antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan arus kas

dengan menggambarkannya dalam persentase. Sebagai contoh, adanya

kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-rata 28%

menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan

dengan total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu

dasar adanya pemeriksaan kecurangan.

9

Page 10: Makalah fraud auditing

analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase

perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai

contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga pokok

mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya

dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan

sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi illegal lainnya.

analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item

dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya

penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya

perhitungan rasio tersebut.

b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)

Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam ‘Kecurangan Kas’ dan

‘Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya’, serta pengeluaran-pengeluaran

biaya secara curang (fraudulent disbursement). Teknik untuk mendeteksi

kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak variasinya. Namun,

pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-pos tersebut

akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan

demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk

mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan

dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk

mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi yang dapat

digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara

kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan menunjukkan gejala

penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan ada

tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode tersebut akan menunjukkan

kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern dan mengingatkan / memberi

peringatan pada auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa

mendatang.

10

Page 11: Makalah fraud auditing

c. Korupsi (Corruption)

Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE,

bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia.

Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of

interest), suap (bribery), pemberian illegal, dan pemerasan. Sebagian besar

kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur,

laporan dari rekan, atau pemasok yang tidakpuas dan menyampaikan komplain ke

perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis

terhadap tersangka atau transaksinya.

2.4 6 BIDANG YANG BERESIKO TINGGI TERKENA FRAUD

Ada 6 bidang yang beresiko tinggi untuk terkena fraud / kecurangan , yaitu :

1. Purchasing and payroll Fraud dalam purchasing biasanya dilakukan dengan

cara :

a. Kickback atau suap diberikan kepada pihak yang mengurus pembelian

sebagai imbalan atas diberikannya kontrak kepada supplier.

b. Invoice palsu yang dibuat sendiri oleh pihak yang mengurus pembelian,

kemudian ditagihkan ke perusahaan dan dibayar.

c. Manipulasi data supplier misalnya nomor rekening pembayaran ke

supplier diubah ke rekening orang lain.

2. Sales and inventory Fraud dalam jenis ini misalnya:

a. Pencurian inventory baik yang sedang disimpan atau dalam pengiriman

b. Transaksi penjualan dengan sengaja tidak dicatat atau dikurangi

pencatatannya dan uang yang diterima atas penjualan tersebut masuk ke

kantong pribadi

c. Mengurangi atau menghapuskan jumlah utang konsumen atas barang yang

sudah dijual secara kredit

d. Mencatat transaksi penjualan palsu untuk mendapatkan komisi atau bonus

terkait dengan penjualan

e. Memberikan diskon berlebihan kepada konsumen

11

Page 12: Makalah fraud auditing

3. Cash and check.

Kas merupakan aset yang paling sensitif terhadap fraud karena kas

kelihatan secara fisik dan relatif lebih mudah dipindah tangankan dibandingkan

aset perusahaan yang lain. Fraud atas cek biasanya terjadi ketika terdapat

kelemahan dalam proses rekonsiliasi bank.

4. Physical security.

Kelemahan dalam physical security dapat menimbulkan asset misa

propriation.

5. Hak kekayaan intelektual (HAKI) dan kerahasiaan informasi.

Ini terkait dengan fraud dalam pembajakan dan pencurian informasi

penting milik perusahaan.

6. Information Technology.

IT fraud meliputi hacking, mail-bombing, spamming, domain name

hijacking, server takeovers, denial of service, internet money laundering,

electronic eavesdropping, electronic vandalism and terrorrism.

12

Page 13: Makalah fraud auditing

BAB 3

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pendeteksian kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah

dilaksanakan oleh auditor. Terjadinya kecurangan atau fraudsebenarnya berbeda

dengan kekeliruan. Fraud merupakan problem yang serius, maka akuntan public

harus mengambil langkah-langkah komprehensif dalam pencegahan dan

pendeteksian kecurangan tersebut. Pemahaman tentang fraud sangat penting,

agarlebih dini biasa dilakukan pencegahan. Langkah awal dalam mendeteksi fraud

adalah berasal dari informasi atau petunjuk dari berbagai pihak seperti karyawan,

rekanan dan konsumen. Selain itu, mendeteksi fraud atau kecurangan tentunya

dengan adanya pengendalian internal yang diimplementasikan dalam organisasi

(entitas), namun semua pihak bertanggung jawab dalam mendeteksi adanya

fraud dalam entitas tersebut, apakah dia seorang dewan komisaris, internal

auditor, eksternal auditor, pihak manajemen dan karyawan sekalipun.

Tanggung jawab profesi akuntan umumnya dan akuntan publik

khususnya sebagai the last regiments standingdi dalam menciptakan iklim bisnis

yang kondusif di Indonesia yang menganut pilar-pilar good corporate governance

seperti kejujuran, transparansi dan tanggung jawab serta adanya akuntabilitas

akan semakin berat. Selain itu, dalam profesi akuntan publik, sikap mental

yang jujur, independen dan skeptik secara professional lebih ditekankan di

dalam kode etik profesi akuntan public. Akuntan public bertanggung jawab untuk

merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang

memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji yang material,

baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

13