MAKALAH FIQIH

10
makalah fiqih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah, dan muamalah. Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki. Muamalah mengajarkan manusia memperoleh rezeki dengan cara yang halal dan baik. Dalam khazanah fiqh, kata pinjam-meminjam uang secara kebahasaan berasal dari kata al-qardl yang berarti hutang- piutang. Dalam pengertian yang umum, hutang-piutang mencakup transaksi jual beli dan sewa menyewa yang dilakukan secara tidak tunai. Pemahaman masyarakat tentang hutang-piutang dan pinjam-meminjam sangat bervariasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan standar harga barang. Praktik Utang-piutang berstandar harga barang dalam tulisan ini terjadi dengan cara seseorang membutuhkan uang untuk suatu keperluan, lalu meminjam uang sejumlah yang dibutuhkan sesuai kesepakatan (misalnya Rp. 1.000.000,-) yang pada saat peminjam meminjam uang sebesar itu akan dapat membeli pupuk sebanyak 10 sak, lalu pada saat dikembalikan, misalnya tahun depan dikembalikan seharga 10 sak pupuk, yang sangat mungkin harganya lebih tinggi dari harga pada tahun sebelumnya (misalnya Rp 1.500.000,-). Cara ini sangat rasional dan sangat memenuhi rasa keadilan. Si pemberi pinjaman telah memberikan kesempatan uangnya dipergunakan oleh peminjam dalam jangka waktu satu tahun, hal ini sangat membantu peminjam. Sementara, pemberi pinjaman tidak dirugikan karena barang yang diperoleh dengan uang yang dimiliki pada tahun ketika ia memperpinjamkan uangnya dengan saat dikembalikan uang tersebut masih sama. Akan tetapi, Utang-piutang model ini tetap tidak diakadkan dengan barang, hanya saja diandaikan (berhelah) dengan harga

description

membahas fiqih

Transcript of MAKALAH FIQIH

makalah fiqih

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Islam mengatur hubungan yang kuat antara akhlak, akidah, ibadah, dan muamalah. Aspek muamalah merupakan aturan main bagi manusia dalam menjalankan kehidupan sosial, sekaligus merupakan dasar untuk membangun sistem perekonomian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Ajaran muamalah akan menahan manusia dari menghalalkan segala cara untuk mencari rezeki. Muamalah mengajarkan manusia memperoleh rezeki dengan cara yang halal dan baik.

Dalam khazanah fiqh, kata pinjam-meminjam uang secara kebahasaan berasal dari kataal-qardlyang berarti hutang-piutang. Dalam pengertian yang umum, hutang-piutang mencakup transaksi jual beli dan sewa menyewa yang dilakukan secara tidak tunai. Pemahaman masyarakat tentang hutang-piutang dan pinjam-meminjam sangat bervariasi. Salah satunya adalah dengan menggunakan standar harga barang. Praktik Utang-piutang berstandar harga barang dalam tulisan ini terjadi dengan cara seseorang membutuhkan uang untuk suatu keperluan, lalu meminjam uang sejumlah yang dibutuhkan sesuai kesepakatan (misalnya Rp. 1.000.000,-) yang pada saat peminjam meminjam uang sebesar itu akan dapat membeli pupuk sebanyak 10 sak, lalu pada saat dikembalikan, misalnya tahun depan dikembalikan seharga 10 sak pupuk, yang sangat mungkin harganya lebih tinggi dari harga pada tahun sebelumnya (misalnya Rp 1.500.000,-). Cara ini sangat rasional dan sangat memenuhi rasa keadilan. Si pemberi pinjaman telah memberikan kesempatan uangnya dipergunakan oleh peminjam dalam jangka waktu satu tahun, hal ini sangat membantu peminjam. Sementara, pemberi pinjaman tidak dirugikan karena barang yang diperoleh dengan uang yang dimiliki pada tahun ketika ia memperpinjamkan uangnya dengan saat dikembalikan uang tersebut masih sama. Akan tetapi, Utang-piutang model ini tetap tidak diakadkan dengan barang, hanya saja diandaikan (berhelah) dengan harga barang yang riil dan mengikuti kemungkinan naik dan turun harga.

B.Rumusan Masalah

1.Apa pengertian hutang piutang dalam islam ...?2.Apa dasar hukum hutang piutang ...?3.Bagaimana adab dalam hutang piutang ...?

C.Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini, diantaranya :1.Mengetahui dan memahami apa itu hutang piutang dalam islam2.Dapat mengetahui dasar hukum hutang piutang3.Mengetahui dan memahami adab dalam hutang piutang

D.Manfaat

Dengan adanya makalah ini dapat membantu kita mengaplikasikan dalam dunia nyata, bagaimana adab dalam hutang piutang sehingga kita tidakmelakukan riba, serta apa saja syarat dan rukun dalam hutang piutang.

BAB IIPEMBAHASAN

A.Pengertian Hutang Piutang Dalam Islam

Di dalam fiqih Islam, hutang piutang atau pinjam meminjam telah dikenal dengan istilahAl-Qardhu.MaknaAl-Qardhusecaraetimologi(bahasa) ialahAl-Qardhuyang berarti memotong. Harta yang diserahkan kepada orang yang berhutang disebutAl-Qardhu, karena merupakan potongan dari harta orang yang memberikan hutang.

Hutang (qardhu)adalah harta yang diberikan oleh kreditor (pemberi hutang), agar debitor mengembalikan yang serupa dengannya kepada kreditor ketika telah mampu.[1]Sedangkan dalam terminologi fiqh muamalah, utang piutang disebut dengan dainIstilah dainini juga sangat terkait dengan istilah qardhu( ) yang dalam bahasa Indonesia dikenal dengan pinjaman. Dari sini nampak bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara daindan qardhu() dalam bahasa fiqh muamalah dengan istilah utang piutang dan pinjaman dalam bahasa Indonesia.

Pertama,dalam terminologi fiqh muamalah, pinjaman yang mengakibatkan adanya utang disebut dengan qardhu( ). Qardhu( ) dalam pengertian fiqh diartikan sebagai perbuatan memberikan hak milik untuk sementara waktu oleh seseorang pada pihak lain dan pihak yang menerima pemilikan itu diperbolehkanmemanfaatkan serta mengambil manfaat dari harta yang diberikan tanpa mengambil imbalan, dan pada waktu tertentu penerima harta itu wajib mengembalikan harta yang diterimanya kepada pihak pemberi pinjaman.[2]

Kedua,dalam bahasa perbankan pemberian utang atau pembiayaan disebut dengan kredit. Kata kredit secara kebahasaan berasal dari katacredoyang dalam pengertian keagamaan berarti kepercayaan. Adapun pengertian katacredoyang terkait dengan masalah financial adalah memberikan pinjaman uang atas dasar kepercayaan.[3]

Utang dalam pengertian masyarakat berarti menerima pinjaman dari pihak lain yang harus dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang dilakukan ketika transaksi. Secara umum, ketiga istilah di atas tidak mempunyai pengertian yang berbeda-beda. Adanya perbedaan istilah antara utang, kerdit, dandainhanya perbedaan bahasa saja yang dalam pengertian umum masyarakat tidak berbeda.

Utang piutang juga dikatakan penyerahan harta berbentuk uang untuk dikembalikan pada waktunya dengan nilai yang sama. Utang piutang adalah memberikan sesuatu kepada seseorang dengan perjanjian bahwa ia (orang yang meminjam) akan mengembalikan sesuatu tadi sejumlah yang diterimanya dalam jangka waktu tertentu.

B.Dasar Hukum Hutang Piutang

Utang piutang merupakan perbuatan kebajikan yang telah disyariatkan dalam islam. Hukumnya adalah mubah atau boleh.[4]Dasar hukum bolehnya transaksi dalam bentuk utang piutang tersebut terdapat dalam al-quraan surat al-Muzammil ayat 20 :(#qK%r&urno4qn=9$#(#q?#uurno4qx.9$#(#q%r&ur!$#$s%$YZ|ymyDan dirikanlah shalat dan berikanlah zakat serta beri utanglah Allah dengan utang yang baik.

Utang piutang secara hukum dapat didasarkan pada adanya perintah dan anjuran agama supaya manusia hidup dengan saling tolong menolong serta saling bantu membantu dalam lapangan kebajikan.[5]Surat al-Maidah ayat 2 Allah berfirman:

(#qRur$ys?urn?th99$#3uq)G9$#ur(wur(#qRur$ys?n?tOOM}$#bur9$#ur4(#q)?$#ur!$#(b)!$#x>$s)9$#Bertolong-tolonglah kamu dalam kebaikan dan dalam melaksanakan takwa, dan jangan kamu bertolong-tolongan dalam dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, Allah sangat keras hukumannya.

Dalam transaksi utang piutang terdapat nilai luhur dan cita-cita sosial yang sangat tinggi yaitu tolong menolong dalam kebaikan. Dengan demikian, pada dasarnya pemberian utang atau pinjaman pada seseorang harus didasari niat yang tulus sebagai usaha untuk menolong sesama dalam kebaikan. Ayat ini berarti juga bahwa pemberian utang atau pinjaman pada seseorang harus didasarkan pada pengambilan manfaat dari sesuatu pekerjaan yang dianjurkan oleh agama atau jika tidak tidak ada larangan dalam melakukannya. Selanjutnya, dalam transaksi utang piutang Allah memberikan rambu-rambu agar berjalan sesuai prinsip syariah yaitu menghindari penipuan dan perbuatan yang dilarang Allah lainnya. Pengaturan tersebut yaitu anjuran agar setiap transaksi utang piutang dilakukan secara tertulis. Ketentuan ini terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut :

$ygr't%!$#(#qZtB#u#s)LZt#ys?Ay/#n't=?%x.br&|=F3t$yJ2myJ=t!$#4=G6u=sHai orang-orang yang beriman, jika kamu bertransaksi atas dasar utang dalam waktu yang telah ditentukan, tulislah. Hendaklah seorang penulis diantaramu menulis dengan benar, dan janganlah dia enggan menulisnya sebagaimana yang telah diajarkan Allah.

Dasar dalam hadis Nabi di antaranya adalah yang di sampaikan oleh Abu Hurairah menurut riwayat al-Bukhari sabda nabi yakni :

Barang siapa yang mengambil harta seseorang dan ia bermaksud untuk membayarnya, Allah akan membayarkannya, Barang siapa yang mengambilnya dan bermaksud melenyapkannya, Allah akan melenyapkannya.

Hadist nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dan al-Hakim, yakni :

Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang berutang hingga ia membayar utangnya.

Tujuan dan hikmah dibolehkannya utang piutang adalah memberi kemudahan bagi umat manusia dalam pergaulan hidup, karena di antara umat manusia ada yang bercukupan dan ada yang yang berkekurangan, maka seseorang yang memberi pinjaman, menurut pakar hukum Islam, tidak dibolehkan mengambil keuntungan (profit). Yang menjadi pertanyaan selanjutnya, keuntungan apa yang diperoleh pemberi utang atau pemberi pinjaman? Tentang hal ini Allah menjawab dalam surat al-Hadid ayat 11 sebagai berikut :

B#s%!$#)!$#$s%$YZ|ymmxsms9&s!ur_r&Ox.Barang siapa yang meminjami Allah pinjaman yang baik, Allah akan melipat gandakan baginya dan di sisi-Nya pahala berlimpah dan lebih mulia.

Di sisi lain, Allah memberikan aturan yang tegas dalam utang piutang yang merupakan bagian dari transaksi ekonomi (muamalah maliyah). Ketegasan aturan transaksi ekonomi tersebut tercermin dalam firman Allah dalam surat an-Nisa ayat 29 sebagai berikut :

$ygr't%!$#(#qYtB#uw(#q=2's?N3s9uqBr&M6oYt/@t69$$/Hw)br&cq3s?otpgB`t