Makalah filsafat ilmu inda

21
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapatkan melalui metode ilmiah. Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berpikir, yang memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Dalam epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berpikir ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain. Sedangkan tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik. M. Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan pengetahuannya karena dua hal: pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya; dan kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dan kerangka berpikir tertentu, dengan kata lain, bahasa yang komunikatif dan nalar memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan nalar sebagai bagian dari kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitis. 1

description

 

Transcript of Makalah filsafat ilmu inda

Page 1: Makalah filsafat ilmu inda

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Ilmu merupakan pengetahuan yang di dapatkan melalui metode ilmiah.

Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik perlu sarana berpikir, yang

memungkinkan dilakukannya penelaahan ilmiah secara teratur dan cermat. Dalam

epistemology atau perkembangan untuk mendapatkan ilmu, diperlukan adanya

sarana berpikir ilmiah. Sarana berpikir ilmiah ini adalah alat bagi metode ilmiah

dalam melakukan fungsinya secara baik. Jadi fungsi sarana berpikir ilmiah adalah

membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu atau teori yang lain.

Sedangkan tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita

melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

M. Solly Lubis menjelaskan bahwa manusia mampu mengembangkan

pengetahuannya karena dua hal: pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat

dijadikan media untuk mengkomunikasikan informasi dan jalan pikirannya; dan

kedua, manusia memiliki kemampuan berpikir berdasarkan suatu alur dan

kerangka berpikir tertentu, dengan kata lain, bahasa yang komunikatif dan nalar

memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya, dan nalar sebagai

bagian dari kegiatan berpikir memiliki dua ciri utama yaitu logis dan analitis.

Secara historis, terdapat empat cara manusia memperoleh pengetahuan

yang tadi disebut sebagai pelekat dasar kemajuan manusia, keempat cara tersebut

adalah: 1) berpegang pada sesuatu yang sudah ada (metode keteguhan); 2)

merujuk kepada pendapat ahli (metode otoritas); 3) berpegang pada intuisi

(metode intuisi); 4) menggunakan metode ilmiah. Cara pertama Sampai cara

ketiga, disebut sebagai cara kebanyakan orang, atau orang awam dan cenderung

tidak efisien, dan kurang produktif bahkan terkadang tidak objektif dan tidak

rasional. Sedangkan cara terakhir, yaitu metode ilmiah adalah cara ilmiah yang

dipandang lebih rasional, objektif, efektif dan efisien. Cara yang keempat ini

adalah cara bagaimana para ilmuwan memperoleh ilmu yang dalam prakteknya

metode ilmiah untuk mengungkapkan dan mengembangkan ilmu dikerjakan

melalui cara kerja penelitian.

1

Page 2: Makalah filsafat ilmu inda

Bahwa manusia disadari atau tidak akan selalu menghadapi masalah,

manusia selalu dituntut untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya

bagaimana seorang nelayan agar bisa mendapatkan ikan yang banyak, petani agar

tanamannya tidak diserang hama dengan hasil yang memuaskan, termasuk

bagaimana cara mendidik anak tentu semua itu ada metode penyelesaiannya

terlepas dari apakah permasalahan itu modusnya sama dengan yang pernah terjadi

dulu sekalipun dengan tantangan baru maka metode penyelesaiannya pun harus

baru pula. Karena itulah tuhan memberikan manusia akal pikiran, agar manusia

mengoptimalkan fasilitas yang suduh diberikan oleh tuhannya agar bisa menjawab

tantangan zaman dan permasalahan yang muncul dengan seting sosial dan modus

yang berbeda pula. Masalahnya bisakah manusia bercocok tanam, menangkap

ikan, mendidik anak dengan baik tanpa adanya metode tertentu dalam melahirkan

pengetahuan. Dan pengetahuan diperoleh melalui sebuah sistem tata fikir yang

dilakukan manusia, oleh karena itu hal ini menunjukan bahwa penelitian ilmiah

dengan metode ilmiah memiliki peranan penting dan memberikan manfaat yang

banyak dalam membantu manusia dalam memecahkan permasalahannya.

Pengetahuan mempunyai sistem dan ilmu adalah pengetahuan yang sistematis,

pengetahuan yang dengan sadar menuntut kebenaran, dan melalui metode tertentu.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini, sebagai

berikut :

1. Hal-hal apa saja yang merupakan bentuk-bentuk dari pemikiran ?

2. Apakah penalaran merupakan bentuk tertinggi dari pemikiran

3. Apa saja kerangka dalam berpikir ilmiah

3.1. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan ini, sebagai berikut,

1. Sebagai salah satu tugas dari matakuliah filsafat

2. Bisa menambah wawasan penulis

2

Page 3: Makalah filsafat ilmu inda

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Bentuk-bentuk Pemikiran

Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan

(proposisi) dan penalaran (reasoning).

Pengertian merupakan suatu yang abstrak, pengertian muncul bersamaan

dengan observasi empiris.ketika kita melihat awan,pohon langit dan laut

terbentuklah pemikiran tentang awan, pohon, langit, dan laut dalam pikiran. Jadi

aktvitas pikiran terjadi bersamaan dengan aktivitas indera. tepat tidaknya

pemikiran tergantung pada tepat tidaknya observasi empiris.sekali terbentuk

pengertian menjadi data dalam proses berfikir lebih lanjut.oleh sebab itu

pengertian juga disebut data empiric atau data psikologis.

Pengertian di sampaikan dalam wujud lambang, yakni bahasa. Dalam

bahasa, lambang pengertian ialah kata.kata sebagai fungsi pengertian disebut

term. Tidak ada pengertian yang berdiri sendiri. Selalu ada rangkaian-rangkaian

pengertian. Dalam rangkaian pengertian itulah disebut pernyataan atau proposisi.

Sering proposisi disebut juga kalimat.

Proposisi terdiri dari tiga unsur yakni, subjek, predikat dan kata

penghubung. Predikat adalah pengertian yang menerangkan, subjek adalah

pengertian yang diterangkan dan kata penghubung (kopula) mengakui atau

memungkiri hubungan antara subjek dan predikat.

2.2. Penalaran

Penalaran adalah bentuk pemikiran yang lebih rumit karena merupakan

bentuk tertinggi dari pemikiran, sehingga pembahasannya dipisahkan dari

pembahasan sebelumnya (meskipun secara sangat singkat).

Secara sederhana penalaran dapat didefinisikan sebagai proses

pengambilan keputusan berdasarkan proposisi-proposisi sebelumnya.

Contoh :

Logam 1 dipanaskan akan memuai

3

Page 4: Makalah filsafat ilmu inda

Logam 2 dipanaskan akan memuai

Logam 3 dipanaskan akan memuai

Logam 4 dipanaskan akan memuai

Logam 5 dipanaskan akan memuai

Dan seterusnya.

Jadi, semua logam yang dipanasi memuai

Dari contoh tersebut dapat dikatakan bahwa penalaran ialah gerak pikiran

dari proposisi satu dan seterusnya, hingga proposisi terakhir (kesimpulan). Jadi,

penalaran merupakan suatu proses pikiran.

Sebuah penalaran terdiri dari premis dan kesimpulan, premise dibedakan lagi

menjadi premis mayor dan minor. Penalaran sering dibedakan menjadi dua, yakni,

penalaran induktif dan penalaran deduktif, pada penalaran deduktif, konklusi lebih

sempit dari premis, pada penalaran induktif konklusi lebih luas dari premis.

Contoh penalaran deduktif

Semua manusia akan mati (premis mayor)

Bambang adalah manusia (premis minor)

Jadi, Bambang akan mati (konklusi)

Contoh penalaran induktif

Logam 1 jika dipanaskan akan memuai (premis mayor)

Logam 2 jika dipanaskan akan memuai (premis minor)

Semua logam akan memuai jika dipanaskan (konklusi)

Perlu dipahami bahwa “yang benar” tidak sama dengan “yang logis”.

Yang benar adalah suatu proposisi, sebuah proposisi itu benar jika ada kesesuaian

antara subjek dan predikat. Yang logis adalah penalaran, suatu penalaran

dikatakan logis jika mempunyai bentuk yang tepat. Ada empat hukum yang bisa

dijadikan alat pengukur kelogisan suatu penalaran.

1. Apabila premis benar, konklusi benar

Contoh :

Manusia akan mati

Ali adalah manusia

4

Page 5: Makalah filsafat ilmu inda

Jadi, Ali akan mati

Di sini premis mayor dan minornya benar, oleh sebab itu konklusinya juga

benar.

2. Apabila konklusi salah, premisnya salah

Contoh :

Semua manusia akan mati

Malaikat adalah manusia

Jadi, malaikat akan mati

Di sini konklusinya salah, sebab itu premisnya (kedua-duanya atau salah

satunya) pasti salah.

3. Apabila premisnya salah, konklusinya dapat benar dapat salah

Contoh :

Malaikat itu benda fisik

Batu itu malaikat

Jadi, batu itu malaikat

Di sini kedua premisnya salah, tapi konklusinya benar

4. Apabila konklusinya benar, premisnya dapat benar dapat salah

Sama seperti contoh hukum pertama.

2.3. Sarana-sarana berfikir ilmiah

Sarana ilmiah pada dasarnya merupakan alat yang membantu kegiatan

ilmiah dalam berbagai langkah yang harus ditempuhnya. Pada langkah tertentu

biasanya diperlukan sarana yang tertntu pula. Oleh sebab itulah maka sebelum

kita mempelajari sarana-sarana berpokir ilmiah ini seyogyanya kita telah

meguasai langkah-langkah dalam kegiatan ilmiah tersebut. Dengan jalan ini maka

kita akan sampai pada hakekat sarana yang sebenarnya, sebab sarana merupakan

alat yang membantu kita dalam mencapai suatu tujuan tertentu, tanpa dengan kata

lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan kegiatan

ilmiah segara menyeluruh.

Sarana berpikir ilmiah ini, dalam proses pendidikan kita, merupakan

bidang studi tersendiri. Artinya kita mempelajari berbagai cabang ilmu. Dalam hal

5

Page 6: Makalah filsafat ilmu inda

ini kita harus memperhatikan dua hal. Pertama, sarana ilmiah bukan merupakan

ilmu dalam pengertian bahwa sara ilmiah itu merupakan kumpulan pengetahuan

yang didapatkan bedasarkan metode ilmiah. Seperti diketahui, salah satu diantara

ciri-ciri ilmu umpamanya adalah penggunaan induksi dan deduksi dalam

mendapatkan pengetahuan. Sarana berpikir ilmiah tidak mempergunakan cara ini

dalam mendapatkan pengetahuannya. Secara lebih tuntas dapat dikatakan bahwa

ilmu mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang

berbeda dengan sarana berpikir ilmiah. Kedua, tujuan mempelajari sarana ilmiah

secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan

pengetahuan yang memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik,

sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk mendapatkan

pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah kita

sehari-hari. Dalam hal ini maka sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi

cabang-cabang pengetahuan untuk megembangkan materi pengetahuan

berdasarkan metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik, jelaslah

sekarang kiranya mengapa cara berpikir ilmiah mempunyai metode tersendiri

yang berbeda dengan metode ilmiah dalam mendapatkan pengetahuannya, sebab

fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan

merupakan ilmu itu sendiri.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dari sarana berpikir ilmiah adalah

1. Sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu, melainkan kumpulan pengetahuan

yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah.

2. Tujuan mempelajari metode ilmiah adalah untuk memungkinkan kita

melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Adapun sarana berpikir ilmiah adalah : bahasa, logika, matematika dan

statistika. Keempat sarana berpikir ilmiah ini sangat berperan dalam pembentukan

ilmu yang baru.

Syarat suatu ilmu adalah bila ilmu itu sesuai dengan pengetahuannya dan

sesuai dengan kenyataannya, atau dengan kata lain suatu ilmu itu berada di dunia

empiris dan dunia rasional, seperti yang tertera pada bagan 1. Andaikan ilmu itu

bergerak dari khasanah ilmu yang berada di dunia rasional, kemudian ilmu itu

6

Page 7: Makalah filsafat ilmu inda

LogikaMatematika

Deduksi

Khasanah ilmu

Induksi

Satistika

Fakta

Pengujian

Ramalan

Dunia rasional

Dunia empiris

Metode ilmiah

Bagan 2.1 Perkembangan ilmu

mengalami proses deduksi. Dalam proses deduksi ini, sarana berpikir ilmiah yang

berperan adalah logika dan matematika. Di sini teori-teori yang ada dapat

dikaitkan dengan fenomena-fenomena sehingga terjadilah hipotesis atau dugaan,

dalam hal ini disebut sebagai ramalan. Ramalan ini perlu diuji melalui tahapan

pengujian. Tahapan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah.

Dalam proses pengujian dilakukan pengumpulan fakta-fakta di lapangan

atau di dunia empiris. Selanjutnya, dilakukan pengujian dengan berbantuan sarana

berpikir ilmiah statistika, sehingga terjadi proses induksi untuk mendapat kasanah

ilmu yang lain. Proses ini akan berulang terus, sehingga ilmu tersebut selalu

berkembang untuk mendapatkan ilmu yang baru atau ilmu yang lain. Proses

perkembangan ilmu ini berbentuk siklus yang dapat dilihat pada bagan 2.1

berikut.

7

Page 8: Makalah filsafat ilmu inda

Bahasa

Bahasa merupakan alat komunikasi yang dicirikan sebagai;

1. serangkaian bunyi yang digunakan sebagai alat komunikasi;

2. lambang dari serangkaian bunyi yang membentuk arti tertentu.

Dengan bahasa manusia dapat mengkomunikasikan segenap pengalaman

dan pemikiran mereka. Pengalaman dan pemikiran yang berkembang membuat

bahasa pun ikut berkembang. Secara umum bahasa dibedakan atas dua kelompok,

yaitu bahasa verbal dan bahasa matematika. Bahasa Verbal yaitu bahasa yang

berlaku untuk kalangan tertentu yang mengerti bahasa tersebut ( tidak berlaku

umum ) sedangkan bahasa matematik yaitu bahasa yang berlaku untuk semua

kalangan.

Kemampuan berbahasa adalah salah satu keunikan manusia. Bahasa

diperlukan manusia atau berfungsi sebagai:

1. alat komunikasi atau fungsi komunikatif,

2. alat budaya yang mempersatukan manusia yang menggunakan bahasa

tersebut atau fungsi kohesif.

Kegunaan Bahasa:

1. Membuat manusia berpikir dengan baik

2. Berkomunikasi dengan baik

3. Berpikir secara abstrak

Di dalam fungsi komunikatif bahasa terdapat tiga unsur bahasa, yang

digunakan untuk menyampaikan : perasaan (unsur emotif), sikap (unsur afektif)

dan buah pikiran (unsur penalaran). Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh

ketiga unsur bahasa ini. Perkembangan ilmu dipengaruhi oleh fungsi penalaran

dan komunikasi bebas dari pengaruh unsur emotif. Sedangkan perkembangan seni

dipengaruhi oleh unsur emotif dan afektif.

Syarat komunikasi ilmiah adalah :

1. bahasa harus bebas emotif

2. reproduktif, artinya komunikasinya dapat dimengerti oleh yang menerima.

8

Page 9: Makalah filsafat ilmu inda

Komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa

pengetahuan.

Kekurangan bahasa terletak pada:

1. Peranan bahasa yang multifungsi, artinya kommunikasi ilmiah hanya

menginginkan penyampaian buah pikiran/penalaran saja, sedangkan

bahasa verbal harus mengandung unsur emotif, afektif dan simbolik.

2. Arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata yang

membangun bahasa.

3. Konotasi yang bersifat emosional.

Aliran-aliran dalam filsafat bahasa:

1. Filsafat Modern

Filsafat ini menyatakan bahwa kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli

filsafat timbul dari kegagalan mereka untuk menguasai logika bahasa.

2. Filsafat Analitik.

Bahasa bukan saja hanya sebagai alat bagi berpikir dan berfilsafat tetapi juga

sebagai bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil akhir dari filsafat.

Logika

Logika adalah jalan pikiran yang masuk akal (Kamus Besar Bahasa

Indonesia (2003:680). Logika disebut juga sebagai penalaran. Menurut Salam

(1997:140) penalaran adalah suatu proses penemuan kebenaran, dan setiap jenis

penalaran memiliki kriteria kebenarannya masing-masing.

Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan

pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran itu mempunyai dasar

kebenaran, maka proses berpikir itu harus dilakukan melalui suatu cara tertentu.

Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan

kesimpulan itu dilakukan manurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan

kesimpulan ini disebut logika, yang secara luas dapat didefinisikan sebagai

“pengkajian untuk berpikir secara sahih”. Terdapat bermacam-macam cara

penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan tujuan studi yang memusatkan

diri kepada penalaran ilmiah, kita akan melakukan penelaahan yang seksama

9

Page 10: Makalah filsafat ilmu inda

hanya terhadap dua jenis cara penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan

logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya dengan penarikan kesimpulan

dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum.

Sedangkan di pihak lain, kita mempunyai logika deduktif, yang membantu kita

dalam menarik kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus bersifat

individual.

Jadi kebenaran suatu kesimpulan tergantung dari tiga hal yakni kebenaran

premis mayor, kebenaran premis minor dan kebenaran pengambilan kesimpulan.

Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut adalah salah maka kesimpulannya

sudah pasti akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.

Argumentasi matematika seperti a sama dengan b dan bila b sama dengan c maka a

sama dengan c merupakan suatu penalaran deduktif. Kesimpulan yang berupa

pengetahuan baru bahwa a sama dengan c pada hakekatnya bukan merupakan

pengetahuan baru dalam arti yang sebenarnya, melainkan sekedar konsekuensi dari

dua pengetahuan yang sudah kita ketahui sebelumnya, yakni bahwa a sama dengan b

dan b sama dengan c. Kebenaran baru yang didapatkan lewat penalaran deduktif ini

dinamakan kebenaran tautologis.

Matematika

Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari

pernyataan yang ingin disampaikan. Lambang yang ada pada matematika bersifat

artifisial artinya lambang itu mempunyai arti jika sudah diberi makna.

Kekurangan yang ada dalam bahasa verbal dapat diatasi dengan menggunakan

matematika dalam berkomunikasi ilmiah. Hal ini dimungkinkan karena

Matematika itu bersifat:

1. Jelas,

2. Spesifik,

3. Informative, dan

4. Tidak emosional

Matematika mengembangkan bahasa kuantitatif, karena dapat melakukan

pengukuran secara eksak. Sifar kuantitatif dari metamtika ini meningkatkan daya

10

Page 11: Makalah filsafat ilmu inda

prediktif dan control dari ilmu. Oleh sebab itu matematika dibutuhkan oleh setiap

ilmu.

Matematika mengembangkan cara berpikir deduktif artinya dalam

melakukan penemuan ilmu dilakukan berdasarkan premis-premis tertentu.

Pengetahuan yang ditemukan hanyalah didasari atas konsekuensi dari pernyataan-

pernyataan ilmiah sebelumnya yang telah ditemukan. Matematika pada dasarnya

merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan logika

deduktif. Kebenaran dalam Matematika tidak dibuktikan secara empiris,

melainkan secara penalaran deduktif.

Aliran Filsafat Matematika:

1. Filsafat Logistik, yang menyatakan bahwa eksistensi Matematika

merupakan cara berpikir logis yang salah atau benarnya dapat ditentukan

tanpa mempelajari dunia empiris.

2. Filsafat Intusionis, yaitu kebenarannya diambil secara intuisi (perasaan

secara tiba-tiba)

3. Filsafat formalis, berdasarkan lambang-lambang.

Statistika

Peluang merupakan dasar dari teori statistika. Konsep statistika sering

dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu.

Statistika sering digunakan dalam penelitian ilmiah.

Ilmu dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang telah teruji

kebenarannya. Suatu pernyataan ilmiah adalah bersifat factual, dan

konsekuensinya dapat diuji dengan baik dengan jalan menggunakan pancaindra,

maupun dengan mempergunakan alat-alat yang membantu pancaindra tersebut.

Pengujian mengharuskan peneliti untuk menarik kesimpulan yang berisfat umum

dari kasus yang bersifat individual. Penarikan kesimpulan ini berdasarkan logika

induktif. Di pihak lain penyusunan hipotesis merupakan penarikan kesimpulan

yang bersifat khas dari pernyataan yang bersifat umum dengan menggunakan

deduksi. Jadi ada dua penarikan kesimpulan yaitu deduksi dan induksi. Logika

deduktif berpaling pada matematika dan logika induktif berpaling pada statistika.

11

Page 12: Makalah filsafat ilmu inda

Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan

yang ditarik tersebut, makin besar contoh atau sampel yang diambil maka makin

tinggi tingkat ketelitian kesimpulan tersebut. Statistika juga memberikan

kemampuan untuk mengetahui suatu hubungan kausalitas antara dua atau lebih

faktor yang bersifat kebetulan atau memang benar-benar terkait dalam hubungan

yang bersifat empiris.

Statistika merupakan sarana berpikir ilmiah yang diperlukan untuk

memproses pengetahuan secara ilmiah. Statistika membantu melakukan proses

generalisasi dan menyimpulkan karakterisrtik suatu kejadian secara lebih pasti dan

bukan terjadi secara kebetulan.

12

Page 13: Makalah filsafat ilmu inda

BAB III

PENUTUP

3.2. Kesimpulan

Ada tiga bentuk pemikiran yakni pengertian (konsep), pernyataan

(proposisi) dan penalaran (reasoning). Sarana berpikir ilmiah adalah alat untuk

membantu proses metode ilmiah untuk mendapat ilmu dan teori yang lain. Hal

yang perlu diperhatikan bahwa sarana berpikir ilmiah bukanlah ilmu melainkan

kumpulan pengetahuan yang didapat berdasarkan metode ilmiah, sehingga

diharapkan dapat memungkinkan kita melakukan penelaahan ilmiah secara baik.

Yang menjadi sarana dalam berpikir ilmiah adalah: bahasa, logika, matematika,

dan statistika.

3.3. Saran

Dengan adanya makalah ini kita dapat mengetahui paling tidak sedikit

tentang apa dan bagaiman berpikir ilmiah. Akan tetapi, karena setiap manusia

meiliki keterbatasan dan kekurangan maka penulis mengharapkan kritik dan saran

dari dosen pembimbing mata kuliah ini serta dari teman-teman seperjuangan juga.

Sebab jalan menuju kesempurnaan adalah dengan saling mengisi. Seperti halnya

dengan makalah ini dengan adanya kritikan serta saran dari pihak yang terkait

maka makalah ini menuju jalan kesempurnaan.

13

Page 14: Makalah filsafat ilmu inda

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai

Pustaka

Tim Dosen Filsafat UGM._____.Filsafat Ilmu sebagai Dasar Pengembangan

Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta

Surajiyo, Drs. 2007. Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta:

Bumi Aksara

14