MAKALAH filsafat

20
MAKALAH “FILSAFAT TIMUR” OLEH MUHAMMAD HARSONO 101 06 11 017 PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Transcript of MAKALAH filsafat

Page 1: MAKALAH filsafat

MAKALAH

“FILSAFAT TIMUR”

OLEH

MUHAMMAD HARSONO

101 06 11 017

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BANGKA BELITUNG

2010

Page 2: MAKALAH filsafat

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah S.W.T, Sang Pencipta

alam semesta, manusia, dan kehidupan beserta seperangkat aturan-Nya, karena berkat

limpahan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah dengan judul “Filsafat Timur” yang sederhana ini dapat

terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Filsafat Ilmu.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak

Zulkarnain selaku dosen mata kuliah Filsafat Ilmu serta semua pihak yang telah

membantu penyelesaian makalah ini baik secara moril maupun materil.

Demikian pengantar yang dapat penulis sampaikan dimana penulis pun sadar

bawasannya penulis hanyalah seorang manusia yang tidak luput dari kesalahan dan

kekurangan, sedangkan kesempurnaan hanya milik Allah Azza Wa’jala hingga dalam

penulisan dan penyusununnya masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang konstruktif akan senantiasa penulis terima dalam upaya evaluasi diri.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap, bahwa dibalik ketidak sempurnaan

penulisan dan penyusunan makalah ini adalah ditemukan sesuatu yang dapat

memberikan manfaat atau bahkan hikmah bagi penulis, pembaca, dan bagi seluruh

mahasiswa-mahasiswi Universitas Bangka Belitung. Amien ya Rabbal ‘alamin.

Balun Ijuk, Oktober 2010

Penulis

Page 3: MAKALAH filsafat

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Teori Pengetahuan

1.2 Filsafat

1.3 Konsep dan Pernyataan Ilmiah

1.3.1 Empirisme

1.3.2 Falsiabilitas

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Filsafat

2.2 Filsafat Timur

2.3 Pemikiran Timur sebagai Filsafat

2.3.1 Keberatan-Keberatan

2.3.2 Pemikiran Timur memenuhi Definisi Filsafat

2.3.3 Pemikiran Timur memenuhi Kriteria Filsafat

2.4 Perbedaan dengan Filsafat Barat

2.4.1 Pengetahuan

2.4.2 Sikap Terhadap Alam

2.4.3 Cita-cita Hidup

2.4.4 Status Manusia

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Daftar Pustaka

Page 4: MAKALAH filsafat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Teori Pengetahuan

Pengetahuan (knowledge atau ilmu )adalah bagian yang esensial- aksiden

manusia, karena pengetahuan adalah buah dari "berpikir ". Berpikir ( atau natiqiyyah)

adalah sebagai differentia ( atau fashl) yang memisahkan manusia dari sesama genus-

nya,yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan manusia dan " barangkali " keunggulannya

dari spesies-spesies lainnya karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini

tidak lain karena pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui

oleh manusia ? Bagaimana manusia berpengetahuan ? Apa yang ia lakukan dan dengan

apa agar memiliki pengetahuan ? Kemudian apakah yang ia ketahui itu benar ? Dan apa

yang mejadi tolak ukur kebenaran ?.

Pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali karena pertanyaan-

pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia sudah masuk ke alam

realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat dan dibedah dengan pisau ilmu

maka tidak menjadi sederhana lagi. Masalah-masalah itu akan berubah dari sesuatu

yang mudah menjadi sesuatu yang sulit, dari sesuatu yang sederhana menjadi sesuatu

yang rumit (complicated). Oleh karena masalah-masalah itu dibawa ke dalam

pembedahan ilmu, maka ia menjadi sesuatu yang diperselisihkan dan diperdebatkan.

Perselisihan tentangnya menyebabkan perbedaan dalam cara memandang dunia (world

view), sehingga pada gilirannya muncul perbedaan ideologi. Dan itulah realita dari

kehidupan manusia yang memiliki aneka ragam sudut pandang dan ideologi.

Atas dasar itu, manusia paling tidak yang menganggap penting masalah-masalah

diatas- perlu membahas ilmu dan pengetahuan itu sendiri. Dalam hal ini, ilmu tidak lagi

menjadi satu aktivitas otak, yaitu menerima, merekam, dan mengolah apa yang ada

dalam benak, tetapi ia menjadi objek. Para pemikir menyebut ilmu tentang ilmu ini

dengan epistemologi (teori pengetahuan atau nadzariyyah al ma'rifah). Epistemologi

menjadi sebuah kajian, sebenarnya, belum terlalu lama, yaitu sejak tiga abad yang lalu

dan berkembang di dunia barat. Sementara di dunia Islam kajian tentang ini sebagai

Page 5: MAKALAH filsafat

sebuah ilmu tersendiri belum populer. Belakangan beberapa pemikir dan filusuf Islam

menuliskan buku tentang epistemologi secara khusus seperti, Mutahhari dengan

bukunya "Syinakht", Muhammad Baqir Shadr dengan "Falsafatuna"-nya, Jawad Amuli

dengan "Nadzariyyah al Ma'rifah"-nya dan Ja'far Subhani dengan "Nadzariyyah al

Ma'rifah"-nya. Sebelumnya, pembahasan tentang epistemologi di bahas di sela-sela

buku-buku filsafat klasik dan mantiq. Mereka -barat- sangat menaruh perhatian yang

besar terhadap kajian ini, karena situasi dan kondisi yang mereka hadapi. Dunia barat

(baca: Eropa) mengalami ledakan kebebasan berekspresi dalam segala hal yang sangat

besar dan hebat yang merubah cara berpikir mereka. Mereka telah bebas dari trauma

intelektual. Adalah Renaissance yang paling berjasa bagi mereka dalam menutup abad

kegelapan Eropa yang panjang dan membuka lembaran sejarah mereka yang baru.

Supremasi dan dominasi gereja atas ilmu pengetahuan telah hancur. Sebagai akibat dari

runtuhnya gereja yang memandang dunia dangan pandangan yang apriori atas nama

Tuhan dan agama, mereka mencoba mencari alternatif lain dalam memandang dunia

(baca: realita). Maka dari itu, bemunculan berbagai aliran pemikiran yang bergantian

dan tidak sedikit yang kontradiktif. Namun secara garis besar aliran-aliran yang sempat

muncul adalah ada dua, yakni aliran rasionalis dan empiris. Dan sebagian darinya telah

lenyap. Dari kaum rasionalis muncul Descartes, Imanuel Kant, Hegel dan lain-lain. Dan

dari kaum empiris adalah Auguste Comte dengan Positivismenya, Wiliam James

dengan Pragmatismenya, Francis Bacon dengan Sensualismenya. Berbeda dengan barat,

di dunia Islam tidak terjadi ledakan seperti itu, karena dalam Islam agama dan ilmu

pengetahuan berjalan seiring dan berdampingan, meskipun terdapat beberapa friksi

antara agama dan ilmu, tetapi itu sangat sedikit dan terjadi karena interpretasi dari teks

agama yang terlalu dini. Namun secara keseluruhan agama dan ilmu saling mendukung.

Malah tidak sedikit dari ulama Islam, juga sebagai ilmuwan seperti : Ibnu Sina, al

Farabi, Jabir bin al Hayyan, al Khawarizmi, Syekh al Thusi dan yang lainnya. Oleh

karena itu, ledakan intelektual dalam Islam tidak terjadi. Perkembangan ilmu di dunia

Islam relatif stabil dan tenang.

Page 6: MAKALAH filsafat

1.2 Filsafat

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang telah di-Arabkan. Kata ini barasal dari

dua kata "philos" dan "shopia" yang berarti pecinta pengetahuan. Konon yang pertama

kali menggunakan kata "philoshop" adalah Socrates. Dia menggunakan kata ini karena

dua alasan, Pertama, kerendah-hatian dia. Meskipun ia seorang yang pandai dan luas

pengetahuannya, dia tidak mau menyebut dirinya sebagai orang yang pandai. Tetapi dia

memilih untuk disebut pecinta pengetahuan. Kedua, pada waktu itu, di Yunani terdapat

beberapa orang yang menganggap diri mereka orang yang pandai (shopis). Mereka

pandai bersilat lidah, sehingga apa yang mereka anggap benar adalah benar. Jadi

kebenaran tergantung apa yang mereka katakan. Kebenaran yang riil tidak ada.

Akhirnya manusia waktu itu terjangkit skeptis, artinya mereka ragu-ragu terhadap

segala sesuatu, karena apa yang mereka anggap benar belum tentu benar dan kebenaran

tergantung orang-orang shopis. Dalam keadaan seperti ini, Socrates merasa perlu

membangun kepercayaan kepada manusia bahwa kebenaran itu ada dan tidak harus

tergantung kepada kaum shopis. Dia berhasil dalam upayanya itu dan mengalahkan

kaum shopis. Meski dia berhasil, ia tidak ingin dikatakan pandai, tetapi ia memilih kata

philoshop sebagai sindiran kepada mereka yang sok pandai. Kemudian perjuangannya

dilanjutkan oleh Plato, yang dikembangkan lebih jauh oleh Aristoteles. Aristoteles

menyusun kaidah-kaidah berpikir dan berdalil yang kemudian dikenal dengan logika

(mantiq) Aristotelian.Pada mulanya kata filsafat berarti segala ilmu pengetahuan yang

dimiliki manusia. Mereka membagi filsafat kepada dua bagian yakni, filsafat teoritis

dan filsafat praktis. Filsafat teoritis mencakup: (1) ilmu pengetahuan alam, seperti:

fisika, biologi, ilmu pertambangan dan astronomi; (2) ilmu eksakta dan matematika; (3)

ilmu tentang ketuhanan dan methafisika. Filsafat praktis mencakup: (1) norma-norma

(akhlak); (2) urusa rumah tangga; (3) sosial dan politik. Filusuf adalah orang yang

mengetahui semua cabang-cabang ilmu pengetahuan tadi.

1.3 Konsep dan Pernyataan Ilmiah

Ilmu berusaha menjelaskan tentang apa dan bagaimana alam sebenarnya dan

bagaimana teori ilmu pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam.

Untuk tujuan ini, ilmu menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta

pemikiran rasional untuk mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.

Page 7: MAKALAH filsafat

1.3.1 Empirisme

Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau

ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan

diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan

ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah

dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan

eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan

mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat

digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan

fenomena alam.

1.3.2 Falsiabilitas

Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu

adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20

dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini

adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat

digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan

mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan

ilmiah tersebut memang benar.

Page 8: MAKALAH filsafat

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Munculnya Filsafat

Akibat dari berkembangnya kesusasteraan Yunani dan masuknya ilmu

pengetahuan serta semakin hilangnya kepercayaan akan kebenaran yang diberikan oleh

pemikiran keagamaan, peran mitologi yang sebelumnya mengikat segala aspek

pemikiran kemudian secara perlahan-lahan digantikan oleh logos (rasio/ ilmu).

Pada saat inilah, para filsofof kemudian mencoba memandang dunia dengan cara

yang lain yang belum pernah dipraktekkan sebelumnya, yaitu berpikir secara ilmiah.

Dalam mencari keterangan tentang alam semesta, mereka melepaskan diri dari hal-hal

mistis yang secara turun-temurun diwariskan oleh tradisi. Dan selanjutnya mereka mulai

berpikir sendiri. Di balik aneka kejadian yang diamati secara umum, mereka mulai

mencari suatu keterangan yang memungkinkan mereka mampu mengerti kejadian-

kejadian itu. Dalam artian inilah, mulai ada kesadaran untuk mendekati problem dan

kejadian alam semesta secara logis dan rasional.

Sebab hanya dengan cara semacam ini, terbukalah kemungkinan bagi

pertanyaan-pertanyaan lain dan penilaian serta kritik dalam memahami alam semesta.

Semangat inilah yang memunculkan filosof-filosof pada jaman Yunani. Filsafat dan

ilmu menjadi satu.

Filsafat, terutama Filsafat Barat, muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7

S.M.. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai berfikir-fikir dan berdiskusi akan

keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri

kepada agama pada saat itu yang dianggap sebagai “tirai besi keilmuan” lagi untuk

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di

daerah yang berberadaban lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir.

Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta

pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Page 9: MAKALAH filsafat

2.2 Filsafat Timur

Filsafat Timur merupakan sebutan bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang

berasal dari dunia Timur atau Asia, seperti Filsafat Cina, Filsafat India, Filsafat Jepang,

Filsafat Islam, Filsafat Buddhisme, dan sebagainya. Masing-masing jenis filsafat

merupakan suatu sistem-sistem pemikiran yang luas dan plural. Misalnya saja, filsafat

India dapat terbagi menjadi filsafat Hindu dan filsafat Buddhisme, sedangkan filsafat

Cina dapat terbagi menjadi Konfusianisme dan Taoisme. Belum lagi, banyak terjadi

pertemuan dan percampuran antara sistem filsafat yang satu dengan yang lain, misalnya

Buddhisme berakar dari Hinduisme, namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di

Cina ketimbang di India. Di sisi lain, filsafat Islam malah lebih banyak bertemu dengan

filsafat Barat. Akan tetapi, secara umum dikenal empat jenis filsafat Timur yang

terkenal dengan sebutan "Empat Tradisi Besar" yaitu Hinduisme, Buddhisme, Taoisme,

dan Konfusianisme.

Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana

ciri-ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat

mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat. Di dalam

studi post-kolonial bahkan ditemukan bahwa filsafat Timur dianggap lebih rendah

ketimbang sistem pemikiran Barat karena tidak memenuhi kriteria filsafat menurut

filsafat Barat, misalnya karena dianggap memiliki unsur keagamaan atau mistik. Akan

tetapi, sekalipun di antara filsafat Timur dan filsafat Barat terdapat perbedaan-

perbedaan, namun tidak dapat dinilai mana yang lebih baik, sebab masing-masing

memiliki keunikannya sendiri. Selain itu, keduanya diharapkan dapat saling melengkapi

khazanah filsafat secara luas.

2.3 Pemikiran Timur sebagai Filsafat

2.3.1 Keberatan-Keberatan

Banyak ahli tidak melihat pemikiran Timur sebagai filsafat melainkan sebagai

agama, karena dianggap tidak rasional, tidak sistematis dan tidak kritis. Kriteria radikal

(berpikir secara mendalam), sistematis, dan kritis berasal dari filsafat Barat. Selain itu,

pemikiran Timur seringkali diterima begitu saja oleh para penganutnya tanpa suatu

kajian kritis; mereka hanya menafsirkan, berupaya memahami, dan kemudian

Page 10: MAKALAH filsafat

mengamalkannya. Akan tetapi, sebenarnya hal itu tidak bisa menjadi kriteria untuk

menentukan pemikiran Timur digolongkan sebagai filsafat atau tidak, sebab seringkali

kategorisasi filsafat dan bukan filsafat ditentukan oleh Barat yang memaksakan kriteria-

kriterianya terhadap Timur. Pemikiran-pemikiran Timur banyak yang memiliki

kedalaman, bersifat analitis, dan kritis, bahkan melebihi pemikiran Barat, misalnya

seperti Konfusius, Lao Tzu, dan Siddharta Gautama.

2.3.2 Pemikiran Timur memenuhi Definisi Filsafat

Definisi menurut asal kata filsafat adalah cinta kepada kebenaran. Dilihat dari

definisi filsafat, sebenarnya pemikiran Timur dapat dikategorikan sebagai filsafat,

sejauh filsafat Timur merupakan usaha manusia untuk memperoleh kebenaran, yang

didasarkan pada rasa cinta akan kebenaran itu sendiri. Pengetahuan akan kebenaran

selalu berkaitan dengan kebijaksanaan dan mengandung dua unsur, yakni pengetahuan

akan kebaikan tertinggu dan tindakan untuk mencapai kebaikan tertinggi. Pengetahuan

dan tindakan haruslah hadir di dalam diri seorang yang bijaksana. Kedua hal ini ada di

dalam pemikiran sejumlah pemikir Timur seperti Lao Tzu, Konfusius, Siddharta

Gautama, para filsuf Hindu, dan para filsuf Islam, sehingga pemikiran mereka dapat

disebut filsafat Timur.

2.3.3 Pemikiran Timur memenuhi Kriteria Filsafat

Selain melalui definisi, filsafat Timur juga dapat memenuhi kriteria-kriteria

sebuah filsafat seperti yang lazim menjadi kriteria filsafat Barat, yakni kritis, sistematis,

dan radikal Tentu saja ada perbedaan cara dengan yang dipahami oleh filsafat Barat.

Aspek kritis dapat dipenuhi bila pemikiran-pemikiran yang telah ada diolah secara kritis

dan terbuka terhadap modifikasi. Pengolahan dilakukan melalui dialog, diskusi, adu

argumentasi, dan kesiapan untuk membuka diri terhadap pemikiran baru. Aspek

sistematis sebenarnya telah ada di dalam pemikiran-pemikiran Timur, dan dapat

berbeda-beda antara satu pemikiran dengan pemikiran lainnya. Misalnya filsafat Cina

didasarkan pada konstruksi kronologis, mulai dari penciptaan alam hingga

meninggalnya manusia. Di sini, yang penting terdapat alur yang runut dalam setiap

sistem pemikiran, ada masalah yang jelas, ada proses pengolahan informasi sebagai

upaya penyelesaian masalah, dan ada solusi bagi masalah tersebut. Mengenai sifat

Page 11: MAKALAH filsafat

radikal dalam arti mendalami obyeknya, hal itu juga telah lama berakar pada pemikiran

Timur. Siddharta Gautama, misalnya, mencoba menggali hakikat hidup sampai

sedalam-dalamnya, melakukan pembaruan terhadap sistem India yang sudah ada, dan

membentuk sistem baru yang dikenal sebagai Buddhisme.

2.4 Perbedaan dengan Filsafat Barat

Filsafat Barat dan Filsafat Timur tampak amat berbeda sebab berkembang di

dalam budaya yang amat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak pertemuan

di antara keduanya, kecuali di dalam filsafat Islam. Meskipun demikian, bukan berarti

tidak ada persamaan di antara keduanya.

2.4.1 Pengetahuan

Filsafat Barat sejak masa Yunani telah menekankan akal budi dan pemikiran

yang rasional sebagai pusat kodrat manusia. Filsafat Timur lebih menekankan hati

daripada akal budi, sebab hati dipahami sebagai instrumen yang mempersatukan akal

budi dan intuisi, serta intelegensi dan perasaan. Tujuan utama berfilsafat adalah menjadi

bijaksana dan menghayati kehidupan, dan untuk itu pengetahuan harus disertai dengan

moralitas.

2.4.2 Sikap Terhadap Alam

Filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai obyek

sehingga menghasilkan eksploitasi berlebihan atas alam. Sementara itu, filsafat Timur

menjadikan harmoni antara manusia dengan alam sebagai kunci. Manusia berasal alam

namun sekaligus menyadari keunikannya di tengah alam.

2.4.3 Cita-cita Hidup

Jikalau filsafat Barat menganggap mengisi hidup dengan bekerja dan bersikap

aktif sebagai kebaikan tertinggi, cita-cita filsafat Timur adalah harmoni, ketenangan,

dan kedamaian hati. Kehidupan hendaknya dijalani dengan sederhana, tenang, dan

menyelaraskan diri dengan lingkungan.

Page 12: MAKALAH filsafat

2.4.4 Status Manusia

Filsafat Barat amat menekankan status manusia sebagai individu dengan segala

kebebasan yang ia miliki, dan masyarakat tidak bisa menghilangkan status seorang

manusia dengan kebebasannya. Filsafat Timur menekankan martabat manusia tetapi

dengan penekanan yang berbeda, sehingga manusia ada bukan untuk dirinya melainkan

ada di dalam solidaritas dengan sesamanya.

Page 13: MAKALAH filsafat

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Filsafat merupakan dasar-dasar dari keseluruhan yang terjadi pada diri manusia

serta makhluk hidup lain yang ada di muka bumi ini baik dari awal penciptaan manusia

dimuka bumi ini, ilmu-ilmu pengetahuan, dan ilmu-ilmu lainnya. Lahirnya filsafat

karena rasa ingin ketahuan manusia terhadap sesuatu hingga lahirlah para-para filsuf

baik dari belahan Bumi Barat maupun dari belahan Bumi Timur. Dengan adanya filsafat

ini manusia dapat berfikir dari alur yang berpikir rasional dan meninggalkan alur pikir

yang selalu mengaitkan sesuatu dengan mitos atau mistis yang kejadiannya bisa saj

secra kebetulan. Filsafat merupakan teoritis ilmu yang dapat mematahkan teori lain

dengan adanya pembuktian yang menyatakan bahwa teori itu dapat diterima dengan

akal pikiran serta terbukti kebenarannya atau disebut empirisme.

Secara garis besar filsafat Timur banyak memasukkan unsur-unsur agama yang

menjadikan filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat,

sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur

dikatakan sebagai fisafat, walaupun terdapat perbedaan-perbedaan diantara filsafat

Barat dan Timur keduanya tidak dapat nilai mana yang lebih baik karena memiliki

keunikan tersendiri. Selain itu, keduanya diharapkan dapat saling melengkapi khazanah

filsafat secara luas.

Page 14: MAKALAH filsafat

Daftar Pustaka

http://www.wikipedia.org/filsafat-timur

blog.wordpress.com

Filsafat-ilmu.blogspot.com