Makalah Field Study Fix 2
-
Upload
reza-angga-pratama -
Category
Documents
-
view
60 -
download
4
Transcript of Makalah Field Study Fix 2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga
saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis ini pun tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB
(600.000 diantaranya perempuan) sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya
perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar
penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun) . Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu
indikator keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2015. Berdasarkan baseline data
tahun 1990 dan pencapaian di tahun 2010, Laporan WHO mencatat peringkat Indonesia menurun
ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah
terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria dan Indonesia
Indonesia telah berhasil menurunkan insidens, prevalens, dan angka kematian. Insidens berhasil
diturunkan sebesar 45% yaitu 343 per 100.000 penduduk menjadi 189 per 100.000 penduduk,
prevalens dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 per 100.000 penduduk menjadi 289 per
100.000 penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 per 100.000, Total
seluruh kasus TB tahun 2009 sebanyak 294731 kasus, dimana 169213 adalah kasus TB baru
BTA positif, 108616 adalah kasus TB BTA negatif, 11215 adalah kasus TB Extra Paru, 3709
adalah kasus TB Kambuh, dan 1978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh.
(Depkes RI 2010)
1.2 Tujuan
Tuberkulosis atau TBC menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia. Hasil survei
Departemen Kesehatan sejak tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit Tuberkulosis masih
menjadi penyebab utama kematian, setelah jantung dan pernapasan.
1
Indonesia sendiri merupakan negara pertama diantara negara-negara dengan beban TB
yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development
Goals (MDG) untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positif dan 85%
kesembuhan. Saat ini, Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara
dengan beban TB tertinggidi dunia.
Dari data berdasarkan hasil survei Depkes untuk wilayah Kota Depok tahun 20011
ditemukan 54,52 orang penderita TBC dari 100.000 penduduk. Dengan pertumbuhan penduduk
Depok yang berjumlah 1,7 juta jiwa. Dimana angka tersebut telah berkurang dari data tahun
2009 yang berjumlah 107 orang penderita TBC dari 100.000 penduduk yang berarti sudah sedikit
terkendali.
Meskipun program pengendalian TB nasional dan regional telah berhasil mencapai target
di atas, penatalaksanaan TB di sebagian besar rumah sakit dan praktek swasta belum sesuai
dengan strategi DOTS dengan penerapan standar pelayanan berdasar International Standards for
Tuberculosis Care (ISTC.) ISTC merupakan serangkaian standar yang direkomendasikan secara
internasional dan diharapkan dapat digunakan oleh semua praktisi medis, baik swasta maupun
pemerintah. ISTC menunjang peningkatan pelayanan terhadap pasien TB dengan strategi
Directly Observed Treatment Short-course (DOTS) yang meliputi komitmen politis,
pemeriksaan dahak mikroskopis, pengobatan jangka pendek dengan pengawasan langsung
pengobatan, jaminan ketersediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang bermutu serta pencatatan
dan pelaporan yang baku.
2
Melihat cukup tingginya prevalensi penyakit tuberkulosis ini maka kami sebagai
mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
mengadakan penyuluhan yang bertujuan untuk mendukung strategi nasional program
pengendalian TB 2011-2014 yang dilakukan oleh pemerintah yang memengusung tema
“Terobosan menuju Akses Universal” dengan tujuan semua pasien TB mendapatkan akses
layanan DOTS yang berkualitas dengan penerapan ISTC oleh seluruh pemberi pelayanan
kesehatan bertempat di kecamatan Sukmajaya Rw.11 Depok ini bertujuan sebagai tindakan
promotif dalam menanggulangi masalah penularan penyakit Tuberkulosis terutama bagi warga
Kecamatan Sukmajaya Rw. 11 itu sendiri.
Dalam penyuluhan ini kami memaparkan bagaimana tanda beserta gejala yang dapat
dikenali dari penyakit tuberkulosis, bagaimana pencegahan yang dapat dilakukan untuk
menghindarkan diri dari tertularnya penyakit tuberkulosis beserta pengobatan yang tepat bagi
penderita tuberkulosis itu sendiri. Pengobatan yang dilakukan juga harus disertai dengan
tindakan pemantuan minum obat bagi penderita tuberkulosis yang dikenal dengan Directly
Observed Treatment Short-course (DOTS),
3
Penyuluhan yang kami lakukan pun terdiri atas pemberian materi, games, dan sesi tanya
jawab kepada warga di Kecamatan Sukmajaya Rw.11 Depok yang merupakan target
penyuluhan kami.
Kami berharap dengan diadakannya penyuluhan mengenai penyakit tuberkulosis di
Kecamatan Sukmajaya Rw. 11 Depok ini mampu meningkatkan perilaku masyarakat dalam
pengendalian tuberkulosis untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB,
meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dalam pencegahan dan pencarian
pengobatan TB, meningkatkan aksi nyata berbagai komponen masyarakat dalam pengendalian
TB di dalam lingkungannya dan meningkatkan penyebarluasan informasi tentang TB secara
terkoordinasi dan berkesinambungan terutama pada warga Kecamatan Sukmajaya Rw. 11
Depok.
1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang ingin kami capai adalah :
Melatih kemampuan verbal / komunikasi mahasiswa/i kedokteran untuk dapat lebih baik dalam
menyampaikan informasi dengan jelas tentang penyakit dari mulai definisi hingga
penatalaksanaan kepada pasien ataupun masyarakat
Dapat menerapkan ilmu pengetahuan dan menginformasikan dengan sejelas-jelasnya khususnya
mengenai penyakit TB, cara penularannya, dan cara penatalaksanaannya kepada masyarakat RW
11 Sawangan , Depok
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Waktu : Selasa , 11 desember 2012.
Jam : 16.00 WIB.
Tempat penyuluhan : Posyandu Kecamatan Sukmajaya Rw. 11 Depok, Jawa Barat.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Tuberkulosis
DEFINISI
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Micobacterium Tuberculosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia (2).
EPIDEMIOLOGI
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 2011, menunjukkan bahwa Tuberkulosis (TBC)
merupakan sudah mulai berkurang dengan target pencapaian sudah 100%. Pada tahun 2011 WHO
Global Surveilance memperkirakan di Indonesia terdapat insidens rate kira-kira 87 per 100.000
penduduk dengan prevalansi kira kira 281 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 27 penduduk per 100.000 penduduk (3).
Berdasarkan survei dari Depkes Tahun 2009, untuk Kota Depok ditemukan 107/100.000 orang
penduduk. Berdasarkan data Dinkes Kota Depok Pada tahun 2011, 897 penderita TBC berhasil
diobati dari target 1780 penderita ( hanya 52,2% )
(4).
MEKANISME PENULARAN
Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mikobakterium
tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak sumber infeksi
umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di
dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan
tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening (2).
5
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh seperti: paru-paru,
otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain - lain, meskipun demikian organ
tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil
menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk
globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha
dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru (PDPI, 2006).
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan disekitarnya menjadi jaringan parut dan bakteri TBC
akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai
tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen (2).
FAKTOR RESIKO
Kemampuan untuk melawan infeksi adalah kemampuan pertahanan tubuh untuk mengatasi
organisme yang menyerang. Kemampuan tersebut tergantung pada usia yang terinfeksi. Namun
kekebalan tubuh tidak mampu bekerja baik pada setiap usia. Sistem kekebalan tubuh lemah pada
saat kelahiran dan perlahan-lahan menjadi semakin baik menjelang usia 10 tahun. Hingga usia
pubertas seorang anak kurang mampu mencegah penyebaran melalui darah, sekalipun
lambat laun kemampuan tersebut akan meningkat sejalan dengan usia (2).
Tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif Pekerjaan kesehatan yang merawat Pasien
TB. Pasien-pasien dengan dahak yang positif pada hapusan langsung (TB tampak di bawah
mikroskop) jauh lebih menular, karena mereka memproduksi lebih banyak TB dibandingkan
dengan mereka yang hanya positif positif pada pembiakan. Makin dekat seseorang berada
dengan pasien, makin banyak dosis TB yang mungkin akan dihirupnya (2).
Gizi Buruk
Terdapat bukti sangat jelas bahwa kelaparan atau gizi buruk mengurangi daya tahan terhadap
penyakit ini. Faktor ini sangat penting pada masyarakat miskin, baik pada orang dewasa maupun
pada anak. Kompleks kemiskinan seluruhnya ini lebih memudahkan TB berkembang menjadi
penyakit. Namun anak dengan status gizi yang baik tampaknya mampu mencegah penyebaran
penyakit tersebut di dalam paru itu sendiri (2).
6
Orang Berusia Lanjut atau Bayi Pengidap Infeksi HIV/AIDS
Pengaruh infeksi HIV/AIDS mengakibatkan kerusakan luas system daya tahan tubuh, sehingga
jika terjadi infeksi seperti tuberculosis maka yang bersangkutan akan menjadi sakit parah bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi HIV meningkat, maka jumlah
penderita TBC akan meningkat, dengan demikian penularan TBC di masyarakat akan meningkat
pula (2).
GEJALA TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai
dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada kasus baru,
sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. GEJALA SISTEMIK/UTAMA (2)
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam.
a) Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d) Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. GEJALA KHUSUS (2)
a) Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan
sakit dada.
7
c) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat
dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
d) Pada anak – anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai
meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan
kejang – kejang.
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS PADA DEWASA (2)
Diagnosis Tuberkulosis Pada Orang Dewasa. Diagnosis TB paru pada orang dewasa dapat
ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil
pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif. Bila
hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen
dada atau pemeriksaan spesimen SPS diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka
penderita diidagnosis sebagai penderita TB BTA positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung
TB, maka pemeriksaan lain, misalnya biakan.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila
tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksasol atau
Amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap
mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak SPS : Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai
penderita TB BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada,
untukmendukung diagnosis TB.
a) Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB BTA negatif rontgen
positif.
b) Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan TB.UPK yang tidak
memiliki fasilitas rontgen, penderita dapat dirujuk untuk difotorontgen dada.
DIAGNOSIS MELALUI TEST KULIT
8
Test kulit TBC dilakukan dilengan. Dalam waktu dua atau tigahari,pada lengan anda apakah ada
reaksi. Bila reaksinya “positif”, ini berartianda mungkin sudah terinfeksi TBC. Kadang kala, bila
seseorangsudah terinfeksi kuman HIV dan TBC, bisa saja terjadi reaksi“negatif”dalam tes kulit
TBC. Hal ini disebabkan sistim kekebalan tubuhandatidak berfungsi benar. Petugas Kesehatan
akan menyampaikanpada seseorang tersebut tentang risiko terinfeksi TBC ataupenyakit TBC.dan
mungkin perlu tes medis atau perawatan.
TBC PADA ANAK (5)
Penyakit TB ini mudah sekali menyerang pada anak-anak kecil yangbelum diimunisasi dengan
vaksin BCG (Bacillus Calmette-Guerin), karena kurangnya gizi dan karena lingkungan
yang kurang sehat. Tidak cukup untuk sekedar memahami cara bagaimana anak-anak terinfeksi
tuberkulosis atau bagaimana penyakit tersebut dapat menyebar. Kemungkinan adanya
tuberkulosis pada anak yang kurusatau bila ditemukan:
1. Berat badan tidak naik atau turun selama lebih dari 14 minggu (adanya grafik kenaikan
berat badan akan sangat berguna).
2. Kehilangan gairah dan mungkin juga berat badan selama 2 sampai 3 bulan.
3. Salah satu dari (1) atau (2) yang dijelaskan di atas disertai dengan menggigil atau batuk
yang sesekali dapat menyerupai batuk rejan.
4. Demam atau meriang selama lebih dari satu minggu tanpa penyebab yang jelas.
5. Salah satu diantara (1), (2), (3) serta tanda adanya cairan – pekak, pada salah
satu sisi dada.
6. Perut membuncit, terutama bila teraba benjolan dan yang tetap bertahan setelah
pemberian obat cacing.
7. Diare kronis dengan buang air besar tinja keputihan yang tidak sembuh setelah diberi obat
cacing atau obat untuk giardiasis (dengan metronidazole).
8. Jalan timpang, punggung kaku sukar membungkuk.
9. Tulang belakang membungkuk, tidak atau kaku saat berjalan.
9
10. Pembengkakan lutut atau pergelangan kaki, tangan, siku atau bahkan iga atau tulang atau
sendi yang manapun yang tidak disebabkan cedera.
11. Pembengkakan kelenjar getah bening yang keras atau lembut, tidak nyeri, terkadang dengan
beberapa kelenjar getah bening kecil didekatnya dan terkadang melekat tak teratur
PENCEGAHAN TBC
1. TUJUAN PENCEGAHAN (2)
a) Menyembuhkan penderita
b) Mencegah kematian
c) Mencegah kekambuhan
d) Menurunkan tingkat penularan
2. PENCEGAHAN TBC (2)
a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa
sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera
dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena
vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.
PEMBERANTASAN
1. TUJUAN PEMBERANTASAN (2)
Pemberantasan penyakit TBC didasarkan untuk memutusmata rantai virulenci penularan
penyakit TBC supaya tidak terjadi prevalenci penyakit TB yang lebih besar.
10
2. PEMBERANTASAN PENYAKIT TBC
a) Pengobatan pada penderita hingga sembuh (2)
b) Perlakuan pada rumah penderita untuk lebih memperhatikan factor kesehatan lingkungan
dengan menambah ventilator sebagai pengganti udara, genteng kaca supaya sinar matahari dapat
masuk, dan faktor higiene lingkungan yang lain yang lebih baik.
c) Sterilisasi Rumah pasca Penderita.
H. PENGOBATAN
1. JENIS OBAT (2)
a) Isoniasid
b) Rifampicin
c) Pirasinamid
d) Streptomicin
2. PRINSIP OBAT (2)
Obat TB iberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan dosis
tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis tahap
lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan obat
yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan
TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minumobat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minumobat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
11
3. EFEK SAMPING OBAT (2)
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obatTB bervariasi mulai dari ringan hingga
berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh
rifampisin. Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga
kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi
dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa
berlangsung hingga delapan bulan.
Pengobatan Penderita TBC adalah dengan kombinasi beberapa jenis obat dalam jumlah cukup
dan dosis yang tepat selama 6 – 8 bulan. Pengobatan penderita TBC terdiri atas 3 fase, yaitu:
1. Fase Intensif yaiut Obat diminum setiap hari selama 2 bulan
2. Fase Lanjutan yaitu Obat diminum seminggu 3 kali.
3. Paduan OAT (Obat Anti Tuberkulosa) FDC.
Saat ini di Provinsi Kalimantan Selatan sudah menggunakan OAT FDC. Kemasan Obat FDC
(Fixed Dose Combination) 1 tablet obat mengandung 150 mg Rifamfisin, 75 mg INH, 400 mg
Pyrazinamid dan 275 mg Ethambutol.
2.2. Pembahasan dari aspek CRP
Pre Test
No Nama
Jawaban Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Benar Salah
Tidak
Terisi
1 A. Hapidz a - c - - - - c - - 1 2 7
12
2 H. Warsih a A c a d c c a b b 4 6 -
3 Inung a B a c d b b a b b 4 6 -
4 Rini Novita b C c a a b a a b b 7 3 -
5
Mutik
Setyowati a C c c a b a a b b 7 3
-
6 Ida Farida b A c c d b a a b b 7 3 -
7 Rima Herawati a C c c c c a b b b 6 4 -
8 Enjanuddin - A c a a d a a c c 2 7 1
9 Hindun b C c a d c a a b b 6 4 -
10 Siti Nafilah b A c c a c b b b b 6 4 -
11 Mulyani b C c c c b b a a b 9 1 -
12 Aini Gantini a A c c b c a a b c 5 5 -
13 Rika Widianti b C c c c b b a b b 10 0 -
14 Sri Sundari a C c c a b a a b b 7 3 -
15
Achmad Budi
Putra b C c c a b b a b b 9 1
-
16 Teguh Setiadi b C c c b b b a b c 9 1 -
17 Sulia a A c c d b - - d b 4 4 2
18 Syarifah a C c c a c c a b b 6 4 -
19 Kartika b C c c c b b a b b 10 0 -
20 Wuryanti a C c c b b a a c b 6 4 -
13
21 Sri Winarsih a A d a a a a a a d 1 9 -
22 Endang W. b A c c c - - - - - 4 2 4
23 Handayani a B c d a b d a b b 5 5 -
24 Ibu Selamet a C c b d b b a b b 6 4 -
Persentase
jawaban yang
benar (%) 24 54 9 95 20 62,5 33,30 79 70 75
14% 2
9%
315%
416%5
3%6
10%
76%
813%
912%
1012%
Presentase Jawaban yang Benar Pretest
14
20
4
Jumlah Data Pre Test yang Terisi
LengkapTidak Lengkap
Post Test
No Nama
Jawaban Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Benar Salah
Tidak
Terisi
1 A. Hapidz b c C c c a b d c c 6 4 -
2 H. Warsih b c C c a b b a b b 9 1 -
3 Inung b c C c a b b a b b 9 1 -
4 Rini Novita b c C c c b b a b b 10 0 -
5 Mutik Setyowati b c C c c b b a b b 10 0 -
6 Ida Farida b c C c c b a a c b 8 2 -
7 Rima Herawati b c C c c b b b b b 9 1 -
8 Enjanuddin b c C c b a b a b b 8 2 -
9 Hindun b c C c a b b a b b 9 1 -
10 Siti Nafilah b c C c a b b a b b 9 1 -
11 Mulyani b c C c c b b a b b 10 0 -
12 Aini Gantini b a C c b b b a b b 8 2 -
13 Rika Widianti b c C c c b b a b b 10 0 -
14 Sri Sundari b c C c c b b a b b 9 1 -
15 Achmad Budi Putra b c C c c b b a b b 10 0 -
16 Teguh Setiadi b c C c c b b a b b 10 0 -
17 Sulia b c C c c b b a b b 9 1 -
15
18 Syarifah b c C c c b b a b b 10 0 -
19 Kartika b c C c c b b a b b 10 0 -
20 Wuryanti b c C c c b a a c b 8 2 -
21 Sri Winarsih b c C c c b a b a b 7 3 -
22 Endang W. b c C c c b b b b b 9 1 -
23 Handayani b c C c a b b a b b 9 1 -
24 Ibu Selamet b c C c c b b a b b 10 0 -
Persentase jawaban
yang benar (%)
1
00 95
10
0 100 67 95 87,5
8
3 83 95 100
24
Jumlah Data Post Test yang Terisi
LengkapTidak Lengkap
112%
212%
312%
412%5
8%
612%
711%
810%
910%
Persentase Jawaban yang Benar Postest
No Nama Jenis Usia Pendidikan Pekerjaan Jumlah Soal yang
Benar
16
Kelamin Terakhir
Pre Test
Post
Test
1 A. Hapidz L 30-40 SD Pegawai Swasta 1 6
2 H. Warsih L >50 SMA Pegawai Negeri 4 9
3 Inung P 40-50 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 4 9
4 Rini Novita P 20-30 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 7 10
5
Mutik
Setyowati P >50 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 7 10
6 Ida Farida P 40-50 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 7 8
7 Rima Herawati P 30-40 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 6 9
8 Enjanuddin P >50 SD TNI / POLRI 2 8
9 Hindun L >50 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 6 9
10 Siti Nafilah P 40-50 SMA
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 6 9
11 Mulyani P 30-40 SD
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 9 10
12 Aini Gantini P >50 SMP
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 5 8
17
13 Rika Widianti P 40-50 Sarjana
Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja 10 10
14 Sri Sundari P 40-50 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
7 9
15 Achmad Budi
Putra
L 40-50 Sarjana Pegawai Swasta 9 10
16 Teguh Setiadi L 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
9 10
17 Sulia P >50 SMP Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
4 8
18 Syarifah P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
6 10
19 Kartika P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
10 10
20 Wuryanti P 40-50 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
6 8
21 Sri Winarsih P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
1 7
22 Endang W. P 40-50 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
4 9
23 Handayani P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
5 9
24 Ibu Selamet P 30-40 SMA Ibu Rumah Tangga / Tidak
Bekerja
6 10
18
1
9
8
6
Usia Responden15-20 tahun20-30 tahun30-40 tahun40-50 tahun> 50 tahun
Ibu Rumah Tangga
83%
TNI/POLRI
4%
Pe-gawai Negeri
4%
Pegawai Swasta8%
Pekerjaan
SD13%
SMP4%
SMA75%
Sarjana8%
Pendidikan Terakhir
Uji yang digunakan adalah uji T berpasangan untuk melihat tingkat pengetahuan warga sebelum
dan sesudah penyuluhan.
Syarat
Distribusi normal
Ke 2 kelompok data dependen/pair
Jenis variabel : numerik dan katagori ( dua kelompok)
NPar Tests
Notes
19
Laki-laki21%
Perempuan79%
Jenis Kelamin Responden
Output Created 03-Jan-2013 15:56:41
Comments
Input Data H:\field study blok RS
TUBERCULOSIS\CRP data.sav
Active Dataset DataSet0
Filter <none>
Weight <none>
Split File <none>
N of Rows in Working
Data File
24
Missing Value
Handling
Definition of Missing User-defined missing values are
treated as missing.
Cases Used Statistics for each test are based
on all cases with valid data for
the variable(s) used in that test.
Syntax NPAR TESTS
/K-S(NORMAL)=Pretest
Postest
/MISSING ANALYSIS.
Resources Processor Time 00:00:00,015
Elapsed Time 00:00:00,033
20
Number of Cases
Alloweda
157286
a. Based on availability of workspace memory.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pretest Postest
N 24 24
Normal Parametersa,b Mean 5,88 8,96
Std. Deviation 2,525 1,083
Most Extreme
Differences
Absolute ,145 ,224
Positive ,120 ,168
Negative -,145 -,224
Kolmogorov-Smirnov Z ,709 1,096
Asymp. Sig. (2-tailed) ,696 ,181
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Hipotesis
Ho = Tidak terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan TB
H1 = Terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan TB
21
Paired Samples Statistics
Mean N
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
Pair 1 TotalPR 5.88 24 2.525 .515
TotalPE 8.96 24 1.083 .221
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 TotalPR &
TotalPE
24 .793 .000
22
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence Interval of
the Difference
Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean Lower Upper
Pair 1 TotalPR -
TotalPE
-3.083 1.792 .366 -3.840 -2.327
Paired Samples Test
T df Sig. (2-tailed)
Pair 1 TotalPR -
TotalPE
-8.431 23 .000
Dari hasil diatas didapatkan bahwa p = 0,000 ; α = 0,05
Nilai p < α maka kita dapat menolak Ho dan menerima H1
Sehingga kesimpulannya terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah
penyuluhan TB
23
2.3 Aspek CHOP
PROMOSI KESEHATAN
WHO memberikan pengertian promosi kesehatan sebagai proses pemberdayaan individu
dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan mereka mengendalikan determinan kesehatan
sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan mereka”. Sedangkan pengertian promosi
kesehatan menurut Departemen Kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan
masyarakat dalam mengendalikan faktor-faktor kesehatan melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta
mengembangkankegiatan yang bersumberdaya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan
didukung oleh kebijakan public yang berwawasan kesehatan.”
Promosi Kesehatan merupakan upaya memasarkan, menyebarluaskan, mengenalkan atau
menjual kesehatan sehingga masyarakat menerima/membeli pesan-pesan kesehatan tersebut
sehingga masyarakat mau berperilaku sehat.
Promosi kesehatan yang dilakukan pada kasus tuberkulosis menurut rencana operasional
promosi kesehatan dalam pengendalian tuberkulosis berdasarkan strategi promosi pengendalian
TB, adalah Advokasi, Komunikasi dan Mobilisasi Sosial (AKMS). Mobilisasi Sosial sebagai
ujung tombak, yang didukung oleh Komunikasi dan Advokasi yang kesemuanya diarahkan agar
masyarakat mampu mempraktikkan perilaku pencegahan dan pengobatan TB.
1. Advokasi, merupakan upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan
komitmen dan dukungan dari seluruh pemangku kebijakan. Advokasi diarahkan untuk
menghasilkan kebijakan yang mendukung upaya pengendalian TB. Kebijakan yang
dimaksud disini dapat mencakup peraturan perundang-undangan di tingkat nasional
maupun kebijakan daerah seperti Peraturan Daerah (PERDA), Surat Keputusan
Gubernur, Bupati/Walikota, Peraturan Desa, dan lain sebagainya. Strategi advokasi
sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya dukungan dari para pemangku
kepentingan (stakeholder) terkait di daerah dalam Pengendalian TB.
2. Komunikasi, merupakan upaya untuk menciptakan opini atau lingkungan sosial yang
mendorong masyarakat dan petugas kesehatan agar bersedia bersama-sama
24
menanggulangi penularan TB. Lingkungan sosial yang mendukung dapat diartikan
sebagai :
a. Adanya dukungan positif dari masyarakat terhadap persepsi bahwa TB bukan
penyakit keturunan atau kena guna-guna.
b. Adanya dukungan keluarga sebagai Pengawas Menelan Obat bagi pasien TB agar
berobat sampai tuntas.
c. Adanya dukungan positif masyarakat terhadap perilaku pencegahan penularan TB.
d. Adanya kampanye STOP TB.
3. Mobilisasi Sosial, adalah proses pemberian informasi secara terus menerus dan
berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran,
agar memiliki pengetahuan, sikap dan mempraktikkan perilaku yang diharapkan.
Mobilisasi Sosial juga merupakan kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, kemampuan masyarakat dalam pengendalian TB.
Melalui kegiatan ini, masyarakat diharapkan ekspansi dan akselarasi DOTS terwujud.
Sasaran utama dari pemberdayaan dalam konteks Pengendalian TB adalah pasien TB dan
keluarga. Dalam mobilisasi sosial diperlukan kemitraan untuk menjalin jejaring kerja
serta kerja sama dengan berbagai pihak untuk menjalankan program yang terintegrasi dan
koordinatif dalam setiap komponen program yang ditentukan melalui Stop TB
Partnership.
Strategi komunikasi sekaligus menjawab isu strategis tentang kurangnya pemahaman
masyarakat dalam pencegahan dan pencarian pengobatan TB, kurangnya kerjasama antar
lintas program, sektor serta mitra terkait dalam Pengendalian TB dan kurangnya akses dan
informasi bagi masyarakat tentang TB.
VISI PROMOSI KESEHATAN
- Mau (willingness) memelihara & menin
- gkatkan kesehatnnya
- Mampu (ability) memelihara & meningkatkan kesehatannya
- Memelihara kesehatan: mencegah, melindungi diri, mencari pertolongan
- Meningkatkan kesehatan (Sinta Fitriana, 2010)
METODE PROMOSI KESEHATAN
25
1. Metode pendidikan individual (perorangan)
Meliputi 2 bentuk:
a. Bimbingan dan penyuluhan
b. Interview (wawancara)
2. Metode pendidikan kelompok
a. Kelompok besar
Ceramah: cocok untuk sasaran dengan pendidikan tinggi maupun
rendah
Seminar: cocok untuk sasaran dengan pendidikan menengah ke atas
b. Kelompok kecil
Diskusi kelompok: terdiri dari pimpinan diskusi/ penyuluh yang duduk
diantara para peserta sehingga tidak ada kesan lebih tinggi.
Curah pendapat (Brain storming): merupakan modifikasi diskusi
kelompok dimana peserta diberikan satu masalah dan kemudian peserta
memberikan tanggapan atau jawaban.
Bola salju (Snow balling): pada metode ini tiap orang dibagi menjadi
pasangan-pasangan yang kemudian dilontarkan suatu pertanyaan atau
masalah, setelah 5 menit tiap 2 pasang bergabung menjadi satu, begitu
seterusnya sampai terjadi diskusi seluruh kelas.
Kelompok kecil-kecil
Memainkan peranan (Role play)
Permainan simulasi (Simulation game)
3. Metode pendidikan massa
a. Ceramah umum (Public speaking) yang dilakukan pada acara tertentu,
misalnya Hari Kesehatan Nasional oleh menteri kesehatan.
b. Pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik TV
maupun radio
c. Simulasi tentang penyakit atau masalah kesehatan melalui TV atau radio
d. Tulisan-tulisan di majalah atau koran
e. Bill board yang dipasang di pinggir jalan (Sinta Fitriana, 2010)
26
Metode promosi kesehatan mengenai penyakit tuberkulosis yang kami gunakan adalah metode
kelompok besar yang lebih kepada pemberian ceramah kepada warga Rw. 11 Kecamatan
Sukmajaya Depok yang kami perkirakan berjumlah 30 orang atau lebih, meski saat penyuluhan
yang hadir hanya berjumlah 24 orang saja.
MEDIA PROMOSI KESEHATAN
Tujuan Media Promosi Kesehatan
1. Mempermudah penyampaikan informasi
2. Menghindari kesalahan persepsi
3. Memperjelaskan informasi
4. Mempermudah pengertian
5. Menampaikan obyek yang tidak bisa ditangkap oleh mata
6. Memperjelas komunikasi
A. Alat bantu (peraga)
Adalah alat-alat yang digunakan dalam menyampaikan bahan pendidikan/ pengajaran
yang berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu yang dapat mempermudah
penyampaian bahan pendidikan/ informasi sehingga mampu menimbulkan minat pada
27
sasaran pendidikan, merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan
kesehatan, membantu sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang diterima
kepada orang lain, mempermudah penerimaan informasi serta membantu menegakkan
yang diperoleh.
Macam-macam alat bantu promosi kesehatan:
a. Alat bantu lihat (visual aids)
Membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu proses penyuluhan,
ada 2 bentuk, yaitu:
Alat yang diproyeksikan seperti slide, film dan sebagainya
Alat-alat yang tidak diproyeksikan seperti gambar, bagan, dan sebagainya
b. Alat bantu dengar (audio aids)
Adalah alat yang membantu menstimulasi indera pendengar saat proses penyuluhan
seperti piringan hitam, radio, dan sebagainya
c. Alat bantu lihat-dengar
Seperti televesi dan video cassette
B. Media pendidikan kesehatan
Adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan kesehatan yang mempermudah
penerimaan pesan-pesan kesehatan bagi masyarakat
a. Media cetak: booklet, leaflet, flyer, flip chart, rubrik atau tulisan pada surat kabar/
majalah, dan poster
b. Media elektronik: televisi, radio, video (Sinta Fitriana, 2010)
Meninjau dari jumlah peserta yang diperkirakan hadir dan yang hadir dalam penyuluhan ini
maka kami memutuskan untuk menggunakan media promosi yang kami lakukan di Kecamatan
Sukmajaya Rw.11 Depok berupa alat bantu lihat (visual aids) dan media cetak maupun
elektronik berupa slide presentasi, video yang menggambarkan akibat yang dapat ditimbulkan
dari penyakit tuberkulosis dan selebaran berupa leaflet yang berisi rangkuman presentasi kami.
28
29
LEAFLET
Selain menggunakan media yang atraktif dan menarik, untuk membangun suasana yang
kondusif namun tidak keluar dari pokok pembahasan penyuluhan, kami melakukan berbagai
pendekatan seperti yang diuraikan oleh T.R. Batten mengenai pendekatan direktif dan non-
direktif, dimana
Pada pendekatan yang bersifat direktif, diambil asumsi bahwa petugas tahu apa yang
dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Peran petugas bersifat lebih
dominan karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk keperluan
pembangunan datang dari petugas. Interaksi yang muncul lebih bersifat instruktif dan
masyarakat dilihat sebagai objek
Pada pendekatan non direktif diambil asusumsi bahwa masyarakat tahu apa yang
sebenarnya yang mereka butuhkan dan apa yang baik untuk mereka. Peranan pokok
ada pada masyarakat, sedangkan lebih bersifat manggali dan mengembangkan potensi
masyarakat. Prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan berasal dari
masyarakat. Sifat interaktif adalah partisipatif dan masyarakat dilihat sebagai subjek
Dalam penyuluhan ini kami menggunakan pendekatan direktif dimana kami sebagai
pemateri memberikan materi dan warga Rw.11 sebagai objek dari tujuan penyuluhan yang kami
lakukan. Setelah dilakukannya pendekatan, kami berharap pada masyarakat khususnya warga
Kecamatan Sukmajaya Rw.11 Depok akan timbul Self Directed Action dimana warga setelah
diberi penyuluhan mengenai bahaya, gejala serta cara penanggulangan penyakit tuberkulosis
merasakan bahwa mereka kurang puas terhadap keadaan lingkungan yang ada disekelilingnya
dan timbul keinginan untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidup dan lingkungan sekitar
serta lebih memperhatikan kesehatan diri dan orang-orang terdekatnya dan berujung sepakat
untuk merubah keadaan lingkungannya menjadi lebih baik dan bersih agar terhindar dari
penularan kuman tuberkulosis itu sendiri.
SUMBER MATERI
Materi yang kami berikan saat penyuluhan penyakit tuberkulosis kepada warga Kecamatan
Sukmajaya Rw.11 Depok bersumber dari berbagai macam buku cetak maupun elektronik
mengenai penyakit tuberkulosis dan juga bersumber dari internet untuk media gambar dan video.
30
MEMBANGUN SUASANA
Dalam promosi kesehatan selain media dan metode penyuluhan yang baik, maka
diperlukan komunikasi yang baik pula untuk membangun suasana yang nyaman dan kondusif
bagi peserta penyuluhan yang merupakan target utama penyuluhan ini. Komunikasi yang baik
dibutuhkan karena komunikasi merupakan suatu keterampilan yang sangat penting dalam
kehidupan manusia baik secara verbal maupun non-verbal. (Sinta Fitriana, 2010)
Komunikasi yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang digunakan
harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan dan pola
pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat tersebut agar
penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi masyarakat yang telah
diberikan penyuluhan tersebut mampu memahami dan mampu menerapkannya melalui tindakan
nyata.
Untuk menambah keakraban dan kenyamanan saat penyuluhan kami juga memberikan
sesi games yang disertai hadiah sebagai penyegaran yang pada akhirnya membuat para audiens
merasa segar dan lebih tertarik kepada penyuluhan yang kami lakukan sehingga penyuluhan pun
berjalan dengan lancar dan baik.
Kemudian untuk menilai efektivitas penyuluhan yang kami lakukan, kami mengadakan
sesi pretest yang dilakukan saat sebelum penyuluhan dilakukan dan sesi postest yang dilakukan
setelah penyuluhan
31
1.2 Aspek BHP
Dari segi BHP adapun yang akan dibahas :
1. Dalam melakukan penyuluhan kami sebagai mahasiswa/i kedokteran yang juga berperan
sebagai penyuluh harus menguasai terlebih dahulu materi yang akan kami sampaikan
kepada masyarakat, bertutur kata yang sopan , dalam berkomunikasi menggunakan
kalimat yang sesuai dengan tingkat pendidikan masyrakat agar informasi yang
disampaikan dapat mengenai sasaran, membuat kondisi senyaman mungkin agar
masyarakat tidak merasa kikuk dengan suasananya. Dan semua hal tersebut dilakukan
agar tujuan dalam melakukan penyuluhan kali ini dapat mengenai sasaran dan dapat
membuat masyarakat lebih memahami dan lebih waspada terhadap penyakit TBC
2. Adapun isu etik tentang penyakit TBC di masyarakat
‘’ Suatu hari di tempat praktek, datang seorang pasien wanita. Umur 45 tahun,
berwajah cantik dan penampilan modis. Saya pikir pasien ini pasti dari kalangan atas.
Ternyata dugaan saya tidak meleset. Dia seorang sarjana akuntansi, saat ini memegang
jabatan yang cukup penting di suatu perusahaan besar.
Nafasnya agak sedikit sesak. Batuk ada sejak lebih kurang 1 bulan yang lalu, tapi
batuknya tidak hebat dan hanya sesekali saja dalam 1 hari. Dari pemeriksaan fisik
sederhana, memang ditemukan kelainan. Pasti ini bukan batuk biasa. Dicurigai adanya
infeksi TB paru. Setelah dilihatkan hasil rontgennya dan diterangkan apa penyakitnya,
wanita tersebut sangat terkejut dan cenderung tidak percaya. Diapun bercerita bagaimana
kehidupan sehari-harinya. Tinggal di rumah yang terbilang mewah, dengan suasana
lingkungan sekitar rumah yang juga asri. Tempat kerjanyapun sangat memperhatikan
masalah kebersihan. Kalau soal makanan yang bergizi dan tambahan vitamin untuk
meningkatkan daya tahun tubuh selalu dia konsumsi. Jadi kesimpulannya dia merasa
tidak mungkin menderita TB paru.
TB paru lebih banyak mengenai masyarakat miskin yang hidup di daerah kumuh
dan biasanya daya tahan tubuh mereka juga kurang akibat kurangnya makan makanan
32
bergizi. Sehingga tidak salah juga kalau sebagian masyarakat beranggapan bahwa
penyakit TB paru identik dengan masyarakat miskin, kurang gizi dan lingkungan yang
tidak sehat. Tidak dapat dihindari penyakit ini pun dapat menjangkit masyarakat dari
semua kalangan karena indonesia Ternyata Indonesia termasuk tempat yang kondisi
lingkungan dan sosial ekonomi memudahkan hidupnya kuman TB. Ini dibuktikan dengan
sangat tingginya angka infeksi TB di negara kita. Indonesia menduduki peringkat ke 5
terbanyak di dunia yang terinfeksi TB, setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria.
Penularan dapat melalui orang disekitar kita melalui berbicara, batuk ataupun bersin. ‘’
(Kompasiana, 2011).
Dari artikel diatas, bahwa penyakit TBC dalam masyarakat merupakan penyakit
yang sangat memalukan terlebih stigma masyarakat tentang penyakit tersebut adalah
‘penyakit orang miskin’ sehingga sebagian masyarakat sangat terpukul ketika mengetahui
mereka terkena penyakit tersebut. Selain karena penyakitnya yang sudah membuat
menderita ditambah lagi dengan adanya stigma masyarakat yang sangat negatif tentang
penyakit tersebut.
Disini kami sebagai penyuluh berusaha agar masyarakat khususnya warga RW 11
Sawangan, Depok dapat memahami bahwa penyakit ini bukanlah suatu kutukan kepada
orang miskin namun penyakit ini pun dapat menjangkit semua kalangan terutama jika
imunitas mereka dalam kondisi yang lemah. Oleh karena itu kami menginformasikan
penyakit TBC dari mulai definisi, gejala utama sampai dengan cara penatalaksanaannya
agar mereka lebih mengerti dan memahami tentang penyakit TB yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan kutukan
Berdasarkan dari hasil analisis statistik yang telah dilakukan berdasarkan
quesioner, quesioner yang berhubungan dengan pengetahuan tertera pada nomor 1-6,8-10
terjadi peningkatan presentasi dari 63,38% yang menjawab benar dalam pretest menjadi
90,8% yang menjawab benar dalam posttest. Adapun quesioner yang berhubungan dengan
sikap seperti tertera pada nomor 7 terjadi peningkatan presentase dari 33,3% yang
menjawab benar pada pretest menjadi 87,5 % yang menjawab benar pada postest.
Sehingga dapat disimpulkan terjadi peningkatan sikap dan pengetahuan dari masyarakat
33
Rw 11, Sawangan-Depok terhadap penyakit TB setelah dilaksanakan penyuluhan tentang
penyakit TB yang telah kami lakukan.
Rata-rata persentase dari hasil pretest adalah 60,38 % yang menjawab benar dan
rata-rata presentase dari hasil posttest adalah 90,5% yang menjawab benar. Sehingga
rata-rata dari analisis hasil pretest maupun posttest dapat disimpulkan penyuluhan yang
kami lakukan telah mencapai target lebih dari 70 %.
34
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan TB . Materi
yang di berikan saat penyuluhan penyakit tuberkulosis kepada warga Kecamatan Sukmajaya
Rw.11 Depok bersumber dari berbagai macam buku cetak maupun elektronik dan juga
bersumber dari internet untuk media gambar dan video. media promosi berupa alat bantu lihat
(visual aids) dan media cetak maupun elektronik berupa slide presentasi, video dan selebaran
berupa leaflet yang berisi rangkuman presentasi kami.Selain menggunakan media yang atraktif
dan menarik, Komunikasi yang dilakukan baik dari segi teknik, bahasa, dan sarana yang
digunakan harus disesuaikan dengan daya nalar masyarakat yang dilihat dari segi pendidikan
dan pola pikirnya, serta teknik komunikasi yang dapat menarik perhatian dari masyarakat
tersebut agar penyuluhan yang dilakukan tidak hanya menambah pengetahuan, dan masyarakat
yang telah diberikan penyuluhan tersebut mampu memahami dan mampu menerapkannya
melalui tindakan nyata. membangun suasana yang nyaman dan kondusif bagi peserta
penyuluhan yang merupakan target utama penyuluhan ini
Adanya stigma masyarakat yang sangat negatif tentang penyakit tersebut, Disini kami sebagai
penyuluh berusaha agar masyarakat khususnya warga RW 11 Sawangan, Depok dapat
memahami bahwa penyakit ini bukanlah suatu kutukan kepada orang miskin namun penyakit ini
pun dapat menjangkit semua kalangan terutama jika imunitas mereka dalam kondisi yang lemah.
Adapun mereka /pasien TB bukan lah untuk dijauhkan namun mereka justru harus diberikan
perhatian lebih,Sehingga setelah penyuluhan yang telah kami berikan dapat lebih memahami
penyakit TBC dan mereka menjadi tahu bagaimana cara menghadapi stigma masyarakat tentang
penyakit ini.
35
3.2 Saran
Agar ada lagi kunjungan kunjungan seperti ini seperti penyuluhan TB di kecamatan
sukmajaya dan Kota Depok umumnya, agar masyarakat bisa lebih peka terhadap penyakit
tuberculosis dan bisa menurunkan prevalensi dari penyakit tersebut
36
DAFTAR PUSTAKA
1. PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [Internet]. [cited
2013 Jan 3]. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TA
HUN_2011.pdf
2. Sinta Fitriana, 2011, Promosi Kesehatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.
3. Kuliah CHOP promosi kesehatan
4. http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2012/stranas_ran/ran_ppm.pdf : Rencana operasional
promosi kesehatan dalam pengendalian tuberkulosis:kementrian kesehatan indonesia,
pusat promosi kesehatan tahun 2010
5. http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/12_jabar.pdf : Data/ Infomasi kesehatan
provinsi jawa barat , pusat data dan informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
6. http://www.promkes.depkes.go.id/index.php/mediaroom/pedoman-dan-buku?
download=32:tb&start=20: Rencana aksi nasional private mix pengendalian tuberkulosis
indonesia 2011-2014, kementrian kesehatan RI , direktorat jenderal pengendalian
penyakit dan penye(4)hatan lingkungan 2011
7. http://www.bbpkciloto.org/download/7140256617117b78e01b64d5aba9c85e..pdf : Modul
pelatihan bagi tenaga promosi kesehatan di puskesmas, Departemen Kesehatan RI tahun
2008
8. TUBERKULOSIS MASIH MERUPAKAN MASALAH KESEHATAN PENTING DI
DUNIA DAN DI INDONESIA [Internet]. [cited 2012 Dec 31]. Available from:
http://depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1923-tuberkulosis-masih-merupakan-
masalah-kesehatan-penting-di-dunia-dan-di-indonesia.html
9. PDPI. TUBERKULOSIS PEDOMAN DIAGNOSIS & PENATALAKSANAAN DI
INDONESIA [Internet]. 2006 [cited 2013 Jan 3]. Available from:
http://www.klikpdpi.com/konsensus/tb/tb.html
10. WHO. WHO | Global Health Observatory Data Repository [Internet]. www.who.int.
2012 [cited 2013 Jan 3]. Available from: http://apps.who.int/gho/data/?vid=500
37
11. PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TAHUN_2011.pdf [Internet]. [cited
2013 Jan 3]. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/PROFIL_DATA_KESEHATAN_INDONESIA_TA
HUN_2011.pdf
12. DIAGNOSIS & TATALAKSANA TUBERKULOSIS ANAK.pdf [Internet]. [cited 2013
Jan 3]. Available from:
http://perpustakaan.depkes.go.id:8180/bitstream/123456789/723/4/BK2008-G49.pdf
13. _jabar.pdf [Internet]. [cited 2013 Jan 3]. Available from:
http://www.depkes.go.id/downloads/kunker/12_jabar.pdf
14. Data/ Infomasi kesehatan provinsi jawa barat , pusat data dan informasi Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
15. ran_ppm.pdf [Internet]. [cited 2013 Jan 3]. Available from:
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/2012/stranas_ran/ran_ppm.pdf
38