Makalah Field Study

17
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang terpenting dalam aktivitas industri. Dalam aktivitas industri, seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dapat menghadapi potensial atau hazard yang mengcancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi dirinya, keluarga, maupun calon bayinya. Kejadian kecelakaan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan gangguan ekonomi dan gangguan kelancaran pekerjaan sehingga menurunkan produktivitas seorang pekerja, oleh karena itu saat ini diharapkan pada suatu industri tidak lagi terjadi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja. Seorang dokter yang nantinya bekerja diperusahaan diharapkan dapat mengenali semua bahaya potensial yang ada ditempat kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk mengenali hal tersebut, maka seorang mahasiswa kedokteran harus mendapat pengetahuan dan keterampilan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh. CHOP / BHP II. Dasar Kegiatan Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan : 1. Tri Dharma Perguruan Tinggi 2. Program CHOP (Community Health Oriented Programe), Program BHP (Behaviour and Humanity Program), CSP (Clinical Skills Programe) dan RP (Research Programe) III. Sasaran Pabrik Tahu 2 Sawangan, Depok Jalan Kel Cipayung, No.51, Cipayung. Depok, Jawa Barat IV. Tujuan Tujuan Umum : Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN “VETERAN” Jakarta semester 4 khususnya dalam promosi kesehatan. Tujuan Khusus :

description

makalah

Transcript of Makalah Field Study

Page 1: Makalah Field Study

BAB IPENDAHULUAN

I. Latar BelakangKeselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan aspek yang terpenting dalam aktivitas industri. Dalam aktivitas industri, seorang pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya dapat menghadapi potensial atau hazard yang mengcancam diri pekerja sehingga dapat menimbulkan cedera atau gangguan kesehatan bagi dirinya, keluarga, maupun calon bayinya. Kejadian kecelakaan atau gangguan kesehatan yang terjadi pada pekerjaan dapat menimbulkan gangguan ekonomi dan gangguan kelancaran pekerjaan sehingga menurunkan produktivitas seorang pekerja, oleh karena itu saat ini diharapkan pada suatu industri tidak lagi terjadi kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.Seorang dokter yang nantinya bekerja diperusahaan diharapkan dapat mengenali semua bahaya potensial yang ada ditempat kerja sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Untuk mengenali hal tersebut, maka seorang mahasiswa kedokteran harus mendapat pengetahuan dan keterampilan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja secara menyeluruh.

CHOP / BHPII. Dasar Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan :1. Tri Dharma Perguruan Tinggi2. Program CHOP (Community Health Oriented Programe), Program BHP (Behaviour

and Humanity Program), CSP (Clinical Skills Programe) dan RP (Research Programe)III. Sasaran

Pabrik Tahu 2 Sawangan, DepokJalan Kel Cipayung, No.51, Cipayung. Depok, Jawa Barat

IV. TujuanTujuan Umum :Peningkatan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa Fakultas Kedokteran UPN “VETERAN” Jakarta semester 4 khususnya dalam promosi kesehatan.Tujuan Khusus :1. Mahasiswa dapat menerapkan dan mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang

telah didapat di fakultas.2. Mahasiswa dapat melatih kemampuan komunikasi efektif , berinteraksi, dan

bersosialisasi dengan masyarakat.3. Mahasiswa dapat mengetahui sistem manajemen K3 di perusahaan.4. Mahasiswa dapat mengetahui alur produksi di perusahaan.5. Mahasiswa dapat berlatih untuk mengindentifikasi bahaya potensial di perusahaan.6. Mahasiswa dapat mengidentifikasi bahaya kecelakaan kerja di perusahaan.7. Mahasiswa mengetahui tingkat kejadian PAK/PAHK dan kecelakaan kerja.8. Mahasiswa dapat mengetahui kegiatan K3 apa yang telah dilakukan oleh perusahaan

terkait dengan bahaya potensial yang ada.9. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana bentuk layanan kesehatan diterima oleh

karyawan.

Page 2: Makalah Field Study

10. Mahasiswa mampu bekerjasama secara lintas sektoral.V. Tahapan Pelaksanaan

1. Tahapan pembagian kelompok mahasiswa (kelompok kecil 5-6 orang) dan didampingi oleh 1 pembimbing lapangan

2. Mahasiswa melakukan kunjungan lapangan ke perusahaan tahu 23. Mahasiswa melakukan pembuatan laporan

VI. Tata Tertib Kunjungan Lapangan1. Mahasiswa harus memakai jaket fakultas2. Mahasiswa harus datang sesuai waktu kunjungan yang telah ditentukan

Page 3: Makalah Field Study

BAB II

Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah peralatan keselamatanmerupakan upaya terakhir melindungi diri dalam meminimalkanbahaya. Kewajiban menggunakan APD telah disepakati pemerintahmelalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia denganindustri selaku pelaku usaha. APD standar terdiri dari (1)pelindung diri (2) pernapasan, (3) telinga, (4) mata, (5) kepala, (6)kaki, (7) pakaian pelindung dan (8) sabuk pengaman karyawanbaik di laboratorium, lapangan atau di proses pengolahan. Pengertian Alat Pelindung DiriAlat pelindung diri dalam dunia industri dikenal Personal Protective Equipment (PPE) adalah peralatan yang digunakan olehkaryawan untuk melindungi diri terhadap potensi bahayakecelakaan kerja. APD merupakan kelengkapan yang wajibdigunakan saat bekerja sesuai bahaya dan resiko kerja untukmenjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang disekelilingnya. Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri dan PenanggulangannyaAlat pelindung diri dibagi atas : (1) pelindung mata dan wajah, (2) pelindung pernapasan, (3) pelindung kepala, (4)pelindung kaki, (5) pelindung tangan, (6) pelindung pendengaran,(7) pelindung tubuh atau diri dan (8) sabut pengaman.

Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Akibat Hubungan Kerja [PAK & PAHK]

General disease (penyakit umum) : penyakit yang mengenai pada masyarakat umum (general disease). Misal : influenza, sakit kepala

Work related disease (peny.terkait kerja) : penyakit yang berhubungan / terkait dengan pekerjaan, namun bukan akibat karena pekerjaan. Misal : asma, TBC, hipertensi

Occupational disease (peny. akibat kerja) : penyakit yang disebabkan karena pekerjaannya / lingkungan kerja. Misal : keracunan Pb, asbestosis, silikosis.

Di Indonesia istilah / nama penyakit akibat kerja (occupational disease) ada 2 :

1. penyakit akibat kerja

2. penyakit yang timbul karena hubungan kerja Prinsip : kedua penyakit adalah sama

Pada dasarnya penyakit aikbat kerja adalah sama dengan penyakit yang timbul karena hubungan kerja. Perbedaannya hanya pada :

Penyakit akibat kerja

- Diatur oleh kep.men.

- Dasar : Keselamatan Kerja

- Meliputi 30 jenis penyakit

Page 4: Makalah Field Study

Penyakit hubungan kerja

- Diatur dalam kep.pres. No.01/MEN/1981 No.22/KEPRES/1993

- Meliputi 31 jenis penyakit

- Dasar : dpt kompensasi ganti rugi

31 jenis penyakit 30 jenis penyakit + 1 klausul = penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk obat

Kemungkinan timbulnya penyakit pada tenaga kerja pekerja

1. Penyakit akibat kerja = penyakit yang timbul karena hubungan kerja (occupational disease) berhak atas jaminan kecelakaan kerja (memperoleh santunan kompensasi) COMPENSABLE

2. Work related disease (penyakit yang berkaitan dengan pekerjaan) NON COMPENSABLE

3. Diseases affecting working population / “General Disease” (penyakit yang mempengaruhi populasi pekerja. “Penyakit Umum dijumpai juga pada masyarakat umum) NON COMPENSABLE

Definisi dan Pengertian Menurut WHO (1985) :

Occupational Disease : “ the relationship to specific causative factors at work has been fully established and the factors concerned can be identified, measured and eventually controlled “ “ keterkaitan dengan faktor penyebab spesifik dlm pekerjaan, sepenuhnya dipastikan dan faktor tsb dapat diidentifikasi, diukur dan dikendalikan “

Work Related Disease : “ maybe partially caused by adverse working conditions. They maybe aggravated, accelerated or exacerbated by workplace exposures and may impair working capacity. Personal characteristic, environmental and socio cultural factors usually play a role as risk factors and are often more common than occupational disease “ “… mungkin sebagian disebabkan oleh kondisi kerja yang kurang baik. Penyakit dapat diperberat, dipercepat atau kambuh oleh pemaparan di tempat kerja dan dapat mengurangi kapasitas kerja. Sifat perorangan, lingkungan dan faktor sosial budaya umumnya berperanan sebagai faktor resiko dan lebih umum dari pada penyakit akibat kerja.”

Di Indonesia Penyakit Akibat Kerja (Occupational Disease) ( PAK). Permennaker No.01/Men/1981 (PAHK). Keppres RI no 22 thn 1993

Penyakit akibat terkait kerja atau berhubungan dengan pekerjaan (Work Related Disease?)

Page 5: Makalah Field Study

BAB IIIHASIL KEGIATAN PROMOSI KESEHATAN

I. Langkah-langkah pembuatan tahu1. Pencucian Kacang Kedelai2. Penggilingan Kacang3. Perebusan4. Penyaringan dan Pengambilan Ampas5. Penambahan Air Bibit

Page 6: Makalah Field Study

6. Pencetakan Tahu7. Penggorengan Tahu

II. Bahaya PotensialBahaya potensial yang mungkin terjadi selama proses pembuatan tahu1. Pencucian Kacang Kedelai

Bahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencucian kacang adalah berdasarkan aspek biologi yaitu air yang tidak bersih untuk pencucian serta lingkungan pabrik yang kurang bersih. Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi

2. Penggilingan KacangBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggilingan kacang adalah berdasarkan aspek biologi yaitu alat yang tidak bersih dan banyak lalat disekitar alat penggilingan kacang . Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia, fisika, dan ergonomi

3. PerebusanBahaya potensial yang mungkin terjadi saat perebusan adalah berdasarkan aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi, dalam aspek biologi yaitu tempat perebusan yang tidak steril, air rebusan yang tidak bersih, dan lingkungan yang kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu alat perebusan yang tidak aman, uap air yang dialirkan melalui pipa melalui atas dan adanya tetesan pada pipa atas itu. Tidak ada bahaya potensial lain yang terlihat dalam aspek kimia.

4. Penyaringan dan Pengambilan AmpasBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penyaringan dan pengambilan ampas adalah berdasarkan aspek fisika yaitu uap dengan suhu tinggi dan air yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penyaringan tidak bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu proses pemindahan hasil perebusan untuk penyaringan pekerja tidak menggunakan APD serta saat pengambilan ampas secara manual dengan menggunakan tangan si pekerja langsung tanpa menggunakan alat bantu.

5. Penambahan Air BibitBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penambahan air bibit adalah berdasarkan aspek kimia yaitu air bibit (biyang tahu) yang digunakan tidak diketahui indikasinya, dalam aspek fisika yaitu uap yang panas dan air yang panas disekitar tempat penambahan air bibit, dalam aspek biologi yaitu tempat air bibit yang tidak bersih, serta pemindahan biyang tahu yang tidak bersih, dalam aspek ergonomi yaitu penggunaan alat untuk pemindahan air bibit yang tidak sesuai dengan alat yang seharusnya.

6. Pencetakan TahuBahaya potensial yang mungkin terjadi saat pencetakan tahu adalah dalam aspek biologi yaitu penggunaan alat pencetakan tahu yang tidak bersih, banyaknya lalat disekitar tempat pencetakan tahu, serta lingkungan yang kurang bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan APD.

7. Penggorengan TahuBahaya potensial yang mungkin terjadi saat penggorengan tahu adalah dalam aspek kimia yaitu minyak yang tidak bersih serta terdapat banyak abu disekitar penggorengan, dalam aspek fisika yaitu suhu disekitar tempat penggorengan tahu

Page 7: Makalah Field Study

yang panas, dalam aspek biologi yaitu alat penggorengan yang tidak bersih, dan dalam aspek ergonomi yaitu pekerja tidak menggunakan APD serta tempat penggorengan tahu yang dekat dengan tempat pembakaran kayu bakar.

Page 8: Makalah Field Study

BAB IV

PEMBAHASAN

Resiko Penyakit Atau Kecelakaan Kerja Berdasarkan Bahaya Potensial Yang Mungkin Terjadi Selama Proses Pembuatan Tahu :

1. Pencucian Kacang Kedelai dan penggilingan kacang kedelaiResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :Aspek fisika :Alat berkaratResiko penyakit :- Tetanus

Tempat hidup Bakteri clostridium tetani terdapat pada benda yang berkarat. Jika, daya tahan tubuh pekerja pabrik sedang turun dan terdapat luka yang menyentuh alat berkarat bisa menyebabkan penyakit tetanus.

Pengendalian :

-pabrik : tidak ada

-saran :menurut kami sebaiknya alat tersebut diganti yang baru, atau alat tersebut di cat ulang agar bagian yang berkarat tidak terkena pekerja

Aspek biologi : Banyak lalat dan tidak bersihAir cucian kurang bersihLingkungan pabrik kurang bersihResiko penyakit :- diare

Peringkat patogen penyebab diare akut di Indonesia:

1. Vibrio cholerae O1 : 37,1 %2. Shigella spp : 27,3 %3. Salmonella spp : 17,7 %4. Vibrio parahaemolyticus : 7,3 %5. Salmonella typhi : 3,9 %6. Campylobacter jejuni : 3,6 %7. Vibrio cholerae non-O1 : 2,4 %8. Salmonella paratyphi A : 0,7 %

Virus, bakteri, parasit dapat hidup pada tembat yang lembap dan kurang higienitas sehingga kebersihan pabrik, banyaknya lalat sebagai hospes dari parasit, air cucian yang kurang bersih bisa menimbulkan resiko penyakit diare

Pengendalian :

-pabrik : tidak ada

Page 9: Makalah Field Study

-saran : sebaiknya setiap seminggu sekali pabrik dibersihkan agar virus, bakteri, parasit tidak berkembang.

Air cucian juga harus diganti setiap kali pencucian agar terhindar dari resiko penyakit

Aspek ergonomi :

Posisi yang diulang saat menggiling kedelai

Bahaya potensial : low back pain, spondilois, osteoatritis, , fraktur

Posisi yang diulang saat menggiling kedelai merupakan salah satu faktor resiko untuk terjadinya fraktur stres karena terjadi pengulangan gerakan.

Low back pain terjadi jika pekerja mengangkat kedelai di daerah torakal hingga lumbal, dimana beban tersebut melebihi batas dari kemempuan pekerja

Spondilosis, osteoartritis, terjadi jika pekerja telah berusisa lebih dari 50 tahun namun tetap diberikan beban yang diulang pada tempat yang sama, sehingga beban tubuh makin meningkat yang bisa menyebabkan resiko penyakit tersebut

Pengendalian :

-pabrik :tidak ada

-saran : sebaiknya pekerja menggunakan katrol untuk mengangkat kedelai sehingga tidak terjari bahaya potensial

2. Perebusan Kacang KedelaiResiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :-aspek fisikaSelangnya berkarat sehingga pekerja bisa terkena air panas dengan suhu yang tinggi Resiko penyakit : luka bakar derajat 2 Air panas dengan suhu yang tinggi membuat barrier kulit menjadi rusak sehingga bisa membuat kulit pekerja menjadi kemeraha, timbul lepuh, nyeri, kematian jaringan (eskar) , edema bahkan bisa menyebabkan komplikasi seperti gangguan sirkulasi, bila tidak diberikan penanganan segera dengan mengganti cairan tubuh maka bisa menyebabkan dehidrasi.Pengendalian :-pabrik : tidak ada-saran : sebaiknya pabrik mengganti selang yang berkarat agar tidak terjadi kebocoran

Aspek biologi :

Tempat perebusan kurang steril dan air yang sedikit keruh

Page 10: Makalah Field Study

Resiko penyakit : gangguan pencernaan

Tempat perebusan yang kurang steril dan air yang tidak diganti membawa

- Gangguan Pencernaan

Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek biologinya didapatkan penggunaan air yang tidak bersih untuk merebus kacang kedelai dan lingkungan disekitar tempat perebusan kacang tidak bersih, sehingga menjadi faktor resiko timbulkan gangguan pencernaan bagi konsumen tahu tersebut. Dan juga pada pekerja apabila pekerja tidak mencuci tangan dengan air yang bersih sebelum makan. Selain itu pihak pabrik tidak menjaga kebersihan alat yang digunakan untuk merebus kacang kedelainya.

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak adab. Saran : Menurut kami sebaiknya pihak pabrik menyediakan air yang bersih untuk

proses perebusan kacang kedelai dan gunakan alat merebus yang bersih.

- Luka Bakar

Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya, pipa yang digunakan untuk menyalurkan uap panas yang diperlukan untuk perebusan kacang kedelai sangat membahayakan pekerjanya. Tetesan air dari pipa uap yang menggantung diatas bisa menetes mengenai pekerja sehingga bisa menyebabkan luka bakar dan bahan pipa yang digunakan rawan berkarat dan mudah bocor.

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak adab. Saran : Sebaiknya pihak pabrik membuat pipa saluran uap yang lokasinya tidak

membahayakan pekerja dan menggunakan bahan yang aman dan tidak mudah berkarat dan bocor.

3. Penyaringan dan Pengambilan Ampas

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- DehidrasiKarena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi.

Pengendalian :

Page 11: Makalah Field Study

a. Pabrik : Menyediakan air minum galona. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.

- Luka Bakar

Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya, saat memindahkan hasil penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat proses tesebut.

Pengendalian :a. Pabrik : tidak adab. Saran : Pekerja sebaiknya menggunakan alat pemindah yang mengandung

bahan isolator yang tidak bisa menghantarkan panas, sehingga tidak membahayakan pekerja.

- Low Back Pain

Karena pada saat pemindahan dan mengangkat ampas tahu yang sangat berat pekerja hanya melakukan pekerjaannya sendiri dan gerakannya dapat menyebabkan gangguan pada tulang belakang.

Pengendalian :

a. Pabrik : Tidak adab. Saran : Seharusnya pengangkatan ampas tahu yang berat tersebut

bergantian posisi kerjanya. Agar tidak mengalami ergonomi.

4. Percampumparan Air Bibit Dengan Hasil Penyaringan

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- Gangguan Pencernaan :Berdasarkan bahaya potensial yang kami dapat yaitu dari aspek kimia kemungkinan air bibit mengandung bahan kimia yang berbahaya dan penampungan air bibitnya yang tidak steril dan termasuk kedalam aspek biologis yang dapat menyebabkan gangguan pencernaan pada konsumen dan pada pekerja apabila setelah melakukan pekerjaan tersebut tidak mencuci tangan.

Pengendalian :- pabrik : mengganti air atau biang bibit satu hari sekali- saran : menggunakan alat penampungan bibit yang steril, atau melakukan pembersihan alat bibit yang rutin.

- Dehidrasi

Page 12: Makalah Field Study

Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek fisikanya, suhu tinggi di lingkungan kerja pabrik dapat menyebabkan pekerja mengalami hiperhidrosis yang bila tidak diseimbangi dengan konsumsi cairan tubuh akan mengalami dehidrasi.

Pengendalian :b. Pabrik : Menyediakan air minum galona. Saran : Pabrik sebaiknya menyediakan pendingin udara.

5. Pencetakan Tahu

Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :- Luka Bakar

Karena berdasarkan bahaya potensial yang kami amati dari aspek ergonominya, saat memindahkan hasil penyaringan pekerja tidak menggunakan alat yang aman, dan dapat membahayakan pekerja itu sendiri seperti luka lepuh pada kulit yang terkena uap atau air panas saat proses tesebut.

Pengendalian :

Pabrik : tidak ada

Saran : sebaiknya dari pihak pabrik menyediakan sarung tangan anti panas

6. Penggorengan Tahu Resiko penyakit atau kecelakaan kerja yang mungkin ditimbulkan adalah :

- ISPA (infeksi saluran pernapasan atas) : Berdasarkan aspek kimia karena banyak nya abu dan debu bekas sisa pembakaran kayu disekitar penggorengan yang sangat memungkinkan untuk terhirup oleh pekerja sehingga menimbulkan gangguan saluran pernapasan atas dan apabila dalam jangka panjang dapat menyebabkan PPOK dan Bronkitis Kronik

Pengendalian :Pabrik : tidak adaSaran : memindahkan tempat penggorengan tahu ke tempat yg jauh dari pembakaran kayu.

- Kanker

Dari aspek kimia minyak sudah digunakan berulang ulang kali dan tidak diganti dengan yang baru dimana minyak yang tidak diganti merupakan karsinogen yaitu zat pencetus kanker. Pengendalian :Pabrik : tidak ada

Page 13: Makalah Field Study

Saran : minyak diganti secara rutin

- Luka Bakardari aspek ergonomi dimana pekerja tidak menggunakan alat pelindung diri pada saat penggorengan tahu dan menggunakan spatula yang pendek yang beresiko terkena cipratan minyak panas yang dapat menyebabkan luka lepuh

pengendalian :pabrik : tidak ada saran : menggunakan alat pelindung diri pada saat melkukan penggorengan tahumenggunakan spatula yang lebih panjang dan sesuai.

BAB IV

PENUTUP

Page 14: Makalah Field Study
Page 15: Makalah Field Study

DAFTAR PUSTAKA