MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN BIDANG STUDY
-
Upload
tini-hendrayati -
Category
Documents
-
view
69 -
download
4
description
Transcript of MAKALAH METODOLOGI PENELITIAN BIDANG STUDY
PENGUJIAN HIPOTESIS
Makalah
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Penelitian
Oleh:
Tini Hendrayati 110210302024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH
JURUSUAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengujian
Hipotesis” dengan baik. Keberhasilan dalam penyusunan makalah ini, tidak terlepas
dari bantuan para dosen pembimbing, teman-teman kami dan keterlibatan dari semua
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Makalah ini disusun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah “Metodologi
Penelitian” dan sebagai media untuk lebih mendalami setiap unit yang akan dipelajari
dan dibahas dalam mata kuliah ini.
Dalam pembuatan gagasan tertulis ini, penulis menyadari bahwa terdapat
beberapa kekurangan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua
pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat untuk semua
pihak.
.
Jember, 6 Desember 2013
Penyusun
2
3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam
kehidupan.Dengandilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai
macam ilmu pengetahuan yang dapatdimanfaatkan oleh
manusia.Untuk melakukan penelitian maka harus dilewati
berbagaitahapan.Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah
itu sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang
sistematis.Salah satu hal penting yang dilakukan terutama dalam
penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian
kuantitatif. Terdapat tigaalasan utama yang mendukung pandangan
ini, di antaranya: Pertama, Hipotesis dapat dikatakan sebagai
piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat dari teori yang
digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui
teori mengenai konflik.Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan
kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi.Ketiga,
hipotesis adalah alat yang besar dayanya untuk memajukan
pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari dirinya
sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan
benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat
peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis
dengan baik terutamapeneliti pemula.Masih banyak terdapat
4
kesalahan dalam menyusun hipotesis.Untuk menyusun hipotesis
yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada kriteria
perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam
penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa
menggunakan hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus
mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar terhindar dari
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
(Arikunto, 2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
makalah ini akan membahas mengenai hakikat hipotesis hingga
kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis menetapkan beberapa
rumusan masalah, di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja syarat-syarat hipotesis?
3. Apa saja ciri-ciri hipotesis?
4. Apa Jenis-jenis hipotesis?
5. Bagaimana bentuk-bentuk perumusan hipotesis?
6. Apasumber-sumber perumusan hipotesis?
7. Apahipotesis penelitian dan hipotesis statistik?
8. Apa hipotesis dan estimate?
9. Bagaimana cara menguji Hipotesis?
10. Bagaimana pengujian hipotesis dalam analisa inferensi?
11. Apa hal-hal yang dapat menyebabkan suatu hipotesis
tidak terbukti?
12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis?
5
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah untuk membahas secara mendalam tentang.
1. Pengertian hipotesis.
2. Syarat- syarat hipotesis
3. Ciri-ciri hipotesis
4. Jenis-jenis hipotesis.
5. Bentuk-bentuk perumusan hipotesis.
6. Sumber-sumber perumusan hipotesis.
7. Hipotesis penelitian dan hipotesis statistik.
8. Hipotesis dan estimate.
9. Cara menguji hipotesis.
10. Cara pengujian hipotesis dalam analisa inferensi.
11. Sebab suatu hipotesis tidak terbukti.
12. Bagaimana penelitian tanpa hipotesis.
6
BAB 2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pengujian Hipotesis
Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat)
adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum
diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam
kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan kita menghubungkan
teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori.Hipotesis
mengemukakan “pernyataan tentang harapan peneliti mengenai
hubungan-hubungan Antara variabel-variabel di dalam persoalan.
(W.Gulo : 2002).
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji
secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti lemah
7
dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan
tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias
merupakan kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya.
Dugaan maupun kesimpulan sementara yang masih ada
kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji kebenarannya
agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat.Dalam
suatu penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk
membatasi variable yang digunakan, meskipun tidak semua
penelitian memerlukan hipotesis.Penelitian yang bersifat eksploratif
tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti
menggali informasi dan data.
Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi
MA(dalam buku Arikunto, 2006:71), tentang pemecahanmasalah,
peneliti seringkali tidak dapat memecahkan permasalahannya
hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan diselesaikan segi
demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang
dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal
sesuai dengan taraf pencapaiannya yaitu:
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf
teoretik, dicapai melalui membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf
praktik, dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan
terhadap data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka
hipotesis dapatdiartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti
melalui data yang terkumpul.
8
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya
dengan seksamaserta menetapkan anggapan dasar, maka lalu
membuat suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di
uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya peneliti akan
bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data
yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan
data yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang
dirumuskan dapat naik status menjadi tesa, atausebaliknya,
tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata tidak terbukti.
Berkaitan dengan hipotesis yang di rumuskan peneliti dapat
bersikap dua hal:
1) Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya
hipotesisnya tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2) Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data
yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat
penelitian berlangsung).
Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:
1) Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara
variabel penyebab dan variabel akibat.
2) Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada,
memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3) Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain
yang bias menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis
yang dirumuskanmempunyai kedudukan yang kuat dalam
penelitian.Namun tidak selalu semua penelitian harus
berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting
sebagai pedoman kerja dalam penelitian.Jenis penelitian eksploratif,
9
survei, atau kasus, dan penelitian development biasanya justru
tidak berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini bukan untuk
menguji hipotesis tetapimempelajari tentang gejala-gejala
sebanyak-banyaknya (Arikunto,2006).
G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting
dilakukan
bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude).
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies).
3. Penelitian hubungan (relationship).
2.2 Syarat-Syarat Pengujian Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting
kedudukannya dalampenelitian.Oleh karena itulah maka dari
peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan
hipotesis ini dengan jelas.
Borg dan Gall (dalam buku Arikunto,2006: 73) mengajukan
adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1) Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna
ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan
mengacu pada satu makna tidak boleh menimbulkan
penafsiran lebih dari satu makna.Jika hipotesis dirumuskan
secara umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji
secara empiris.Harus dapat diuji secara empiris, maksudnya
ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk
operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang
didapatkan secara empiris.
10
2) Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya
hubungan antara dua atau lebih variabel.
Maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang
peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variable yang
akan dikaji.Kedua variable tersebut adalah variable bebas dan
variable tergantung.Jika variabel lebih dari dua, maka
biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.
3) Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan
oleh para ahli atau hasil penelitian yang relevan.
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative,
disingkat Ha. Hipotesis kerja menyatakan adanya
hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan
antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
a. Jika……………………maka…………………
Contoh:
Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan
naik.
b. Ada perbedaan antara……… ….dan
Contoh:
Ada perbedaan anatar penduduk kota dan penduduk
desa dalam cara berpakaian.
c. Ada pengaruh………………terhadap…………
Contoh:
Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.
2. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho
11
Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik,
karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat
statistik, yaitu diuji dengan perhitungan sttistik.Hipotesis
nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua
variabel, atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap
variabel Y.Pemberian nama “hipotesis nol” atau “hipotesis
nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada
perbedaan antara dua variabel.
Dengan kata lain, selisish verbal pertama dengan variabel
kedua adalah nol atau nihil.
Rumusan hipotesis nol:
a. Tidak ada perbedaan antara…………..dengan………..
Contoh:
Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan
mahasiswatingkat II dalam disiplin kuliah.
b. Tidak ada pengaruh…………..terhadap…………..
Contoh:
Tidak ada pengaruh jarak dari rumah kesekolah
terhadap kerajinan mengikuti kuliah.
Dalam pembuktian hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi
Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka.Jadi, peneliti
diharapkan jujur, tidak terpengaruhi pernyataan Ha.Kemudian
dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan
hipotesis.
2.3. Ciri-Ciri Hipotesis Yang Baik
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut
dirumuskan dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan
12
mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi
syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih abstrak
bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga
sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
a)Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan
antara variabel.Ketika hipotesis dirumuskan maka harus
ditegaskan mana yang menjadi variabel dependen dan mana
yang sebagai variabel independen serta bagaimana
hubungannya.
b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.Dalam beberapa masalah, dan terkhusus
pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk
mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu
pengetahuan yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar.Serta poin
ini harus sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa
literatur dengan tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus
dirumuskan bedasar dari laporan penelitian sebelumnya.
c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik
Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya.Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan yang sebenarnya.Peneliti harus memiliki hubungan
13
eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif dan negatif).Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat umum.Hubungan antara X
dan Y dapat positif atau negatif.Selanjutnya, hubungan tidak bebas
dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting
secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti
karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang
akan dihipotesiskan.
d)Hipotesis harus bisa diuji.
Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan
menggambarkan ukuran untuk yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang
tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti
dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik,
serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk
mengujinya.Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun
generalisasi.
2.4 Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis
Hipotesis tidak pernah dibuktikan kebenarannya, tetapi diuji
validitasnya.Kecocokan hipotesis dengan fakta bukanlah
membuktikan hipotesis, karena bukti tersebut memberikan alasan
14
kepada kita untuk menerima hipotesis, dan hipotesis adalah
konsekuensi logis dari bukti yang diperoleh.
Untuk menguji hipotesis diperlukan data atau fakta-
fakta.Kerangka pengujian harus ditetapkan lebih dahulu sebelum si
peneliti mengumpulkan data.Pengujian hipotesis memerlukan
pengetahuan yang luas mengenai teori, kerangka teori,
penguasaan penggunaan teori secara logis, statistik dan teknik-
teknik pengujian.Cara pengujian hipotesis bergantung dari metode
dan desain penelitian yang digunakan.
2.4.1 Jenis Hipotesis Secara umum
Secara umum hipotesis dapat diuji melalui dua cara, yaitu
mencocokkan dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi
logis.
1.Menguji hipotesis dengan konsistensi logis
Penggunaan logika memang berperan penting dalam menguji
hipotesis dengan konsistensi logis. Logika adalah ilmu yang
mempelajari cara memberi alas an. Karena cara memeberi alas an
adalah berkenaan dengan berfikir tentang berfikir. Secara lebih
luas, logika adalah studi tentang operasional memberi alasan,
dengan mana fakta-fakta diamati, bukti-bukti dikumpulkan, dan
kesimpulan yang wajar diambil. Dengan demikian, logika tidak lain
adalah metode memberi alasan. Cara penarikan kesimpulan dengan
berfikir secara valid dinamakan berfikir secara logis.
Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-
bagi, buktinya dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian
15
kesimpulan diambil. Ada dua cara dalam memberi alasan, yaitu
cara deduktif, (dari umum menjadi spesifik), dan cara induktif, (dari
spesifik menuju umum.
a. Alasan deduktif
Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berfikir
dan bertolak dari pernyataan yang bersifat umum dan
menarik kesimpulan yang bersifat khusus atau spesifik.
Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya dengan jalan
menggunakan pola berfikir yang disebut sillogisma. Sillogisma
berasal dari kota Yunani yang berarti sama-sama. Suatu
sillogisma terdiri dari tiga kalimat, dimana dua kalimat
pertama adalah dua proposisi atau premis dan kalimat
terakhir adalah suatu kesimpulan.Premis-premis gunanya
untuk memberikan dasar atau alsan agar memperoleh
esimpulan pada kalimat ketiga.
b. Alasan induktif
Alasan induktif adalah cara berfikir untuk memberi alasan
yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan yang spesifik
untuk menyusun suatu argumentasi yang bersifat umum.
Alasan secara induktif banyak digunakan untuk menjajaki
aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena.Karena dalam
kehidupan jagat raya ilmu tidak menggugat pencipta, tetapi
menelaah sebab dan akibat dari kejadian di jagad raya yang
telah diciptakan Allah.Alasan-alasan induktif banyak
digunakan dalam pembuktiannya.
Dalam alasan nduktif, suatu kesimpulan umum ditarik dari
pernyataan spesifik.Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan
ada mulut, kodok ada mulut, ayam ada mulut, kuda ada
16
mulut, kambing ada mulut, burung ada mulut, maka ditarik
kesimpulan bahwa semua binatang ada mulut.
Dalam menguji hipotesis seacara konsistensi logis, tidak ada
suatu ketentuan apakah seorang peneliti harus menggunakan
alasan deduktif atau induktif. Dengan perkataan lain, dalam proses
pengujian hipotesis peneliti tidak mempunyai batasan yang nyata
dalam memberikan alasan untuk menguji, mengutak-ngatik data,
serta variabel khas untuk menguji hipotesis ataupun dari suatu hal
yang umum diturunkannya ke sifat-sifat khas untuk menguji
hipotesis.
Alasan deduktif sering digunakan oleh si peneliti untuk
menguji hipotesis.Dari hubungan-hubungan yang kompleks dari
fenomena dapat ditarik suatu proposisi sebagai suatu factor
penyebab dalam pengujian hipotesis.Dalam hal ini, si peneliti
menyaring dari perilaku yang kompleks sebuah ide yang cocok
dengan hipotesisnya.Cara deduksi memberi tiga keuntungan
(Cohen, 1931).
a. Menolong menemukan beberapa asumsi yang benar serta
memperbanyak hipotesis alternative sebagai hipotesis
pendamping.
b. Deduksi serta akibat-akibatnya akan memperjelas arti
hipotesis sehingga akan menolong proses pengujian hipotesis.
c. Proses induksi dalam cara berfikir dapat membantu
menghindari hal-hal yang tidak relevan, dan induksi
merupakan kunci untuk menyelesaikan teka-teki.
17
Penggunaan alasan induksi dalam menguji hipotesis mempunyai
dua macam keuntungan.Pertama, pernyataan atau kesimpulan
yang diambil yang mempunyai sifat umum, lebih
ekonomis.Berbagai fakta mempunyai hubungan dan pengumpulan
fakta tesebut dapat merupakan satu esensi yang
menyeluruh.Kedua, pernyataan yang bersifat umum tersebut dapat
digunakan sebagai dasar untuk memberikan alasan lebih lanjut,
baik secara induktif maupun deduktif.Secara induktif, dari
pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan menjadi sifat
yang lebih umum lagi.Misalnya, karena binatang mempunyai mulut,
dan manusia mempunyai mulut, maka disimpulkan bahwa semua
mahkluk Tuhan mempunyai mulut.
2. Menguji dengan Mencocokkan Fakta
Satu cara lagi menguji hipotesis adalah dengan mencocokkan
fakta. Hal ini sering dilakukan pada penelitian dengan metode
percobaan. Si peneliti, dalam hal ini, mengadakan percobaan untuk
mengumpulkan data yang akan digunakan untuk menguji
hipotesisnya. Pada percobaan tersebut si peneliti menggunakan
control. Kontrol dalam suatu percobaan dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu:
a) Dengan manipulasi fisik
Manuipulasi fisik dapat dilaksanakan dengan berbagai
cara dengan menggunakan berbagai alat. Manipulasi fisik
dapat berupa manipulasi mekanis dengan menggunakan
listrik, dengan cara pembedahan, dengan cara farmakologi,
dan sebagainya. Misalnya seorang peneliti ingin melihat
pengaruh pemangkasan terhadap produksi kopi.Si peneliti
18
adan melakukan manipulasi fisik terhadap kopi
percobaannya, yaitu memangkas tanaman kopi secara
mekanis, dengan menggunakan pisau pemangkas. Seorang
peneliti lain akan mencoba efekivitas racun hama, maka ia
akan melakukan manipulasi farmakologis dalam percobaan di
laboratorium akan melakukan manipulasi kimiawi. Sering kali,
peneliti melakukan banyak ragam manipulasi dalam satu
percobaan
b) Dengan pemilihan bahan atau desain.
Control dalam percobaan juga dapat dikerjakan dengan
seleksi, baik seleksi bahan ataupun seleksi terhadap desain
percobaan yang akan digunakan. Dalam metode percobaan,
si peneliti dapat memilih sesuka hati bahan-bahan yang
digunakan asal saja bahan tersebut sesuai dengan tujuan
( apakah menggunakan cangkul, peptisida, rumpur, pupuk,
dan sebagainya), ataupun masalah penelitian yang dipilih
(apakah pemupukan, penyiangan, penyemprotan, dan
sebagainya).
Dengan desai percobaan yang dipilih jumlah replikasi
dan perlakukan dapat di atur, dan pengamatan dilakukan
untuk menguji hipotesis.Jika data cocok dengan hipotesis,
maka hipotesis diterima.Sebaliknya, jika hasil percobaan tidak
cocok dengan hipotesis, maka hipotesis ditolak atau di
simpan.
Contoh pengujian hipotesis dengan cara memcocokkan
dengan fakta dapat dilihat sebagai berikut.
Seorang peneliti dahadapkan kepada masalah berikut.
19
Apakah diperlukan cahaya supaya biji jagung dapat tumbuh?
Dari masalah ini si peneliti merumuskan sebuah hipotesis
nul.Yaitu biji jagung tidak memerlukan cahaya untuk tumbuh.
Hipotesis tersebut diuji dengan cara mencocokkan dengan
fakta dari percobaan.
1. Masalah
Apakah biji jangung memerlukan cahaya untuk tumbuh
2. Hipotesis
Biji jagung tidak memerlukan cahanya untuk tumbuh
3. Ho.Alternatif
Biji jagung memerlukan cahanya untuk tumbuh
4. Menguji Hipotesis
Hipotesis diuji dengan mengadakan percobaan
a) Si peneliti menyediakan biji jangung yang daya
kecambahnya baik
b) Disediakan suatu tempat di mana kondisi tanah, suhu,
cuaca,dan sebagainya cukup ideal untuk pertumbuhan
jagung
c) Si peneliti membagi biji jagung atas dua perlakuan:
- Sebagian dibiarkan memperoleh cahaya
- Sebagain lagi tidak diberi cahaya (ditutup)
d) Si peneliti melakukan pengamatan selama tujuh hari
5. Hasil Pengamatan
Biji jagung yang kena cahaya tumbuh dengan baik dalam
tempo tujuh hari.Sebaliknya biji jagung yang tertutup
(tanpa cahaya) tidak tumbuh dalam tempo tujuh hari.
6. Kesimpulan
20
Biji jagung memerlukan cahaya untuk tumbuh. Dengan
perkataan lain, si peneliti menolak hipotesis nulnya, dan
menerima hipotesis alternatif.
2.4.2 Hipotesis Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesis
a) Pengujian Hipotesis Dua Pihak (two tail test)
Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis
dimana Hipotesis Nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan Hipotesis
Alternatif (Ha) berbunyi “tidak sama dengan”.
Ho :β = 0
Ha : β ≠ 0
b) Pengujian Hipotesis Sisi Kiri
Pengujian hipotesis sisi kiri adalah pengujian hipotesis dimana
Hipotesis Nol (Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan”.
Secara simbolis dapat ditulis sebagai berikut:
Ho :β 1 ≥ 0
Ha :β 1<0
c) Pengujian Hipotesis Sisi Kanan
Pengujian hipotesis sisi kanan adalah pengujian hipotesis
dimana Hipotesis Nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama
dengan”.
21
Ho :β 1 ≤ 0
Ha :β 1 > 0
2). Berdasarkan Jenis Parameter
a) Pengujian hipotesis tentang rata-rata
Pengujian tentang hipotesis rata-rata adalah pengujian
hipotesis mengenai populasi yang didasarkan atas data sampelnya.
Contoh:
1) Pengujian hipotesis beda dua rata-rata
2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua rata-rata
b) Pengujian hipotesis tentang proporsi
Pengujian hipotesis tentang proporsi adalah pengujian
hipotesis mengenai proporsi polpulasi yang didasarkan atas data
sampelnya.
Contoh:
1) Pengujian hipotesis beda dua proporsi
2) Pengujian hipotesis beda lebih dari dua proporsi
2.5 Bentuk-Bentuk Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji atau
jenis permasalahannya maka perumusan hipotesis dapat
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
22
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah hipotesis mengenai nilai suatu
variabel mandiri yang tidak dalam bentuk perbandingan atau
hubungan.
Contoh:
Jika perumusan masalahnya berbentuk sebagai berikut:
1) Berapa rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X”?
2) Seberapa baik gaya kepemimpinan Bupati didaerah “X”?
Perumusan hipotesis deskriptif adalah:
1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” adalah
lima juta setiap panen.
2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X” hanya mendekati
40% dari yang diharapkan.
2.Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah hipotesis mengenai nilai
perbandingan anatara sutu variabel dengan variabel lainnya.
Contoh:
Jik perumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah
“X” dibandingkan dengan rata-rata penghasilan petani
tembakau di daerah “Y”?
23
2) Bagaimana gaya kepemimpinan Bupati di daerah “X”
dibandingkan dengan gaya kepemimpinan Bupati di daerah
“Y”?
Perumusan masalahnya adalah:
1) Rata-rata penghasilan petani tembakau di daerah “X” lebih
rendah daripada rata-rata penghasilan petani tembakau di
daerah “Y”.
2) Gaya kepemimpinan Bupati di daerah “x” lebih buruk
dibandingkan dengan gaya kepemimpinan Bupati daerah “Y”.
3) Hipotesis Asosiatif
Hipotesis asosiatif adalah hipotesis mengenai nilai hubungan
antara satu atau lebiih variabel dengan satu atau variabel
lainnya.
Contoh:
Jika perumusan maslah berbentuk sebagai berikut:
1) Bagaimana bentuk hubungan antara insentif dengan prestasi
karyawan?
2) Bagaimana bentuk hubungan antara pajak dengan investasi?
Perumusan hipotsesi asosiatifnya adalah:
1) Ada hubungan positif antara insentif dengan prestasi
karyawan
2) Ada hubungan negative antara pajak dengan investasi
24
Berdasarkan uji statistic, perumusan hipotesis dapat dibedakan
menjadi dua jenis, yaitu:
1. Hipotesis Nol atau Hipotsesis Nihil
Hipotesis Nol adalah hipotesis yang dirumuskan sebagai suatu
pernyataan yang diuji, disimbulkan dalam bentuk Ho. Hipotesis Nol
sering dinyatakan dalam bentuk: tidak ada perbedaan, tidak ada
pengaruh, dan sebagainya.
Contoh
1) Tidak ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulus S1 dengan
PNS yang lulusan S2.
2) Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan.
2. Hipotesis Alternatif atau Hipotesis Kerja
Hipotesis alternatif (disimbolkan Ha) adalah hipotesis yang
dirumuskan sebagai lawan hipotesis nol. Hipotesis alternatif sering
dinyatakan sebagai: ada perbedaan, ada pengaruh, dan lain
sebagainya.
Contoh perumusan hipotesis alternative:
1) Ada perbedaan kinerja antara PNS yang lulusan S1 dengan
PNS yang lulusan S2.
2) Ada pengaruh pelatihan terhadap kinerja karyawan
25
2.6 Sumber-Sumber Perumusan Hipotesis
a) Hasil penelitian terdahulu
Yaitu hasil-hasil penelitian yang sudah ada di9susun kembali
menjadi hipotesis yang kemudian diuji kemmbali kebenarannya.
b) Teori dan Konsepsi
Teori-teori dan konsep-konsep yang sdudah ada lalu dikendalikan
sedemikian rupa sehingga dapat dibentuk suatu hipotesis
penelitian.
c) Dari peneliti sendiri
Yaitu dari sumber pengetahuan umum peneliti mengenai bidang
yang akan ditelitinya.
2.7Hipotesis Penelitian Dan Hipotesis Statistik
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam
suatu penelitian.Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang didasarkan atas
data yang diperoleh dari sampel.
Contoh:
Hipotesis penelitian:
“Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan
kinerja pegawai” Hipotesis statistik”.
26
Ho: Tidak ada hubungan positif antara penelitian dengan kinerja
pegawai.
Ha: Ada hubungan positif dan signifikan antara pelatihan dengan
kinerja pegawai.
2.8 Hipotesis Dan Estimasi
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter
populasi didasarkan atas data sampel. Ada dua metode menaksir
yaitu point estimate dan interval estimate. Titik taksian ( point
estimate) adalah metode menaksir parameter populasi didasarkan
satu nilai dari rata-rata data sampel. Sebagai contoh, penghasilan
petani udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi Rp.
1000.000/bulan.Sedangkan taksiran interval (interval estimate)
adalah metode menaksir parameter populasi yang didasarkan pada
nilai interval rata-rata ata sampel.Contohnya, penghasilan petani
udang di desa Lampon Kabupaten Banyuwangi berkisar antara Rp
1.000.000 hingga Rp 1.500.000 setiap bulannya.
Penaksiran dengan point estimate memiliki resiko lebih besar
disbanding penaksiran dengan interval estimate. Makin besar
interval taksirannya akan semakin kecil kemungkinan
kesalahannya. Estimate interval sangat erat kaitannya dengan
selang kepercayaan (confidence interval). Yaitu interval yang
menunjukkan rentang kepercayaan peneliti terhadap jawaban yang
diberikan oleh responden, yang biasanya ditunjukan dengan angka
minus dan plus.Untuk memeproleh rentang kepercayaan peneliti
terhadap jawaban yang diberikan oleh responden diperlukan tingkat
27
kepercayaan atau derajat kepercayaan. Tingkat kepercayaan yang
sering digunakan adalah 90%,95% dan 99%
2.9Cara Menguji Hipotesis
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data,
bahan pengujianhipotesis tentu akan sampai kepada suatu
kesimpulan menerima atau menolak hipotesistersebut.Di dalam
menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis
alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).Misal dengan
asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika
kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2
ekor, maka akan terdapat
dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva,
masing-masing2½%.
Daerah kritik Daerah Penerimaan
2½%.Ho 95%Daerah kritik 2½%.
28
Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis
(hipotesis nihil) dan disebutdaerah signifikansi.Sebaliknya daerah
yang terletak di antara dua daerah kritis, yang diarsir, dinamakan
daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-signifikansi.Cara
menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari
perhitungan Z-score dengan rumus:
Z= X - X
SD
Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha
yang dirumuskan,
tidak diterima.
2.10Pengujian Hipotesis dalam Analisa Inferensi
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang akan
menghasilkan suatu keputusan yaitu keputusan menerima atau
menolak hipotesis yang telah dirumuskan. Dalam pengujian
hipotesis, keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian,
artinya keputusan bias benar atau salah.
Ada beberapa langkah untuk menguji hipotesis, yaitu:
a. Merumuskan hipotesis
Pada analisa inferensi menggunakan hipotesis yang untuk
diuji.Hipotesis digunakan untuk menguji data sampel untuk
digeneralisasikan kepada populasi. Pada tahap perumusan
hipotesis, kita merumuskan dua hipotesis yaitu: Ho dan Ha.
29
Hipotesis Nol (Ho)
Hipotesis Alternatif (Ha)
b. Merumuskan Hipotesis
c. Menentukan Confidence level dan confidence interval
Parameter sampel dapat dikatakan mewakili atau sama dengan
parameter populasi apabila hasil uji statistiknya mengatakan
signifikan. Untuk melakukan uji statistik, kita perlu menentukan
tingkat kepercayaan (confidence level) untuk mendapatkan
populasi. Misalnya derajat kepercyaan 95% menunjukan bahwa
peneliti 95% yakin bahwa populasi penelitian jika ditanya akan
memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
peneliti dalam rentang derajat kepercayaan yang telah ditetapkan
tersebut.
Kemudian selang kepercayaan (confidence interval) adalah
interval yang menunjukkan rentang kepercayaann peneliti terhadap
jawaban yang diberikan oleh responden, yang biasanya ditunjukan
dengan angka minus dan plus. Sebagai contoh jika peneliti
menggunakan interval kepercayaan 4 dan dari hasil penelitian
diperoleh data 47% responden menjawab “ya” dapat berarti bahwa
yang menjawab “ya” sebenarnya terentang antara 43% (47-4) dan
51% (47+).
d. Melakukan uji statistik
Uji statistik misalnya tes, anova, chi square.
e. Melakukan analisa dan menarik kesimpulan
30
Penarikan kesimpulan bias diartikan penetapan keputusan untuk
menolak atau menerima hipotesis nol. Didalam output SPSS, kita
bias secara langsung membuat keputusan dengan didasarkan pada
nilai probalitas (sig). Dengan tingkat percayan 5%, kita dapat
mengambil keputusan.
2.11Hal-hal yang Dapat Menyebabkan Suatu Hipotesis Tidak
Terbukti
1) Teori yang tidak kontekstual dengan kondisi penelitian yang akan
dilakukan.
Bila landasan teori yang digunakan sudah kadaluarsa, kurang
valid atau kurang relevan diterapkan maka hipotesisnya akan
menjadi salah. Hal ini dapat terjadi karena peneliti salah dalam
memilih sumber bacaan atau kurang dalam membaca kepustakaan,
sehingga tidak menetahui informasi terakhir di bidang tersebut.
2)Kesalahan sampling
Yaitu apabila sampel yang diambil tidak representatif.Baik
karena terlalu kecil atau kurang merata, sehingga tidak
mencerminkan karakteristik dari populasi.
3)Kesalahan perhitungan
Walaupun metode dan rumus yang digunakan sudah benar, tapi
kalau terjadi kesalahan dalam menghitung akan menjadi hipotesis
salah, meskipun kebenaran hipotesis tersebut sudah benar.
4)Kesalahan Rancangan Penelitian
31
Rancangan penelitian adalah semacam strategi dan pedoman
untuk menentukan langkah-langkah penelitian guna menguji
hipotesis.Apabila rancangannya salah sudah bvarang tentu
hipotesisnya tidak terbukti.
5)Pengaruh Varibel Luaran
Bila pengaruh variable luaran terdapat data yang sangat kuat,
sehingga data yang dikumpulkan buklan data yang dimaksud, mak
hipotesis tidak dapat terbukti,
Kesalahan dalam Pengujian Hipotesis
Dalam pengujian hipotesis, keputusan yang diambil berupa
penerimaan atau penolakan. Hipotesis yang dirumuskan dalam
penelitian bias benar atau bias juga salah. Apabila hipotesis
benar seharusnya tidak ditolak (diterima).Tetapi apabila
hipotesis salah seharusnya ditolak.Namun, dapat pula terjadi
keslahan yaitu hipotesis yang benar dan seharusnya tidak ditolak
malah ditolak.
Ada dua tipe kesalahan, yaitu:
1. Kesalahan tipe I adalah bentuk kesalahan apabila menolak
Hipotesis Nol (Ho) yang benar (yang seharusnya diterima),
tingkat keslahannya dinyatakan dengan σ(alpha).
2. Kesalahan tipe II adalah bentuk kesalahan menerima
hipotesis yang salah (yang seharusnya ditolak), tingkat
kesalahannya dinyatakan dengan β (beta).
32
Tingkat kesalahan selanjutnya disebut tingkat
signifikansi (level of significant).Ketika kita menguji hipotesis
pasti menentukan tingkat signifikansi terlebih dahulu,
biasanya 1% atau 5%. Uji hipotesis dengan tingkat signifikansi
5%, berarti penelitian yang dilakukan terhadap 100 sampel
dari suatu populasi maka akan terdapat 5 kesalahan.
2.12Penelitian Tanpa Hipotesis
Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti
berhipotesis.Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban
sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh.
Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan
butirbutirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan
penelitian.Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika
yang dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel
atau lebih.Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif,
tidak perlu dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya
masih dicari dan sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau
bahkan tidak mungkin dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di
dalam sebuah penelitian,banyak hipotesis tidak sama dengan
banyaknya problematika dan tujuan penelitian. Mungkin
problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti
dengan hipotesis, tetapi problematika nomor 3 dihipotesiskan.
Daerah kritik 2.%Daerah Kritik 2.%
Contoh:Hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja
para karyawan kantor A.
33
Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan
kantor A?(tidak dihipotesiskan).
Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A?
(tidak dihipotesiskan)
Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara
motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja
karyawan kantor A.
BAB 3. PENUTUP
34
3.1 Kesimpulan
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat
sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya
masih lemah (belum tentu kebenarannya) sehingga harus diuji
secara empiris. Hipotesis berasal dari kata hypo yang berarti lemah
dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau dugaan
tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias
merupakan kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya.
Dugaan maupun kesimpulan sementara yang masih ada
kemungkinan benar atau salah, maka harus diuji kebenarannya
agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat.Dalam
suatu penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk
membatasi variable yang digunakan, meskipun tidak semua
penelitian memerlukan hipotesis.Penelitian yang bersifat eksploratif
tidak memerlukan hipotesis karena pada penelitian ini, peneliti
menggali informasi dan data.
Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan
dengan benar. Kegagalan merumuskan hipotesis akan
mengaburkan hasil penelitian. Meskipun hipotesis telah memenuhi
syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih abstrak
bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga
sukar diuji secara nyata.
Untuk dapat memformulasikan hipotesis yang baik dan benar,
sedikitnya harus memiliki beberapa ciri-ciri pokok, yakni:
a) Hipotesis merupakan hubungan antara dua variabel atau
lebih.
35
Berarti hipotesis merupakan dugaan tentang hubungan
antara variabel.Ketika hipotesis dirumuskan maka harus ditegaskan
mana yang menjadi variabel dependen dan mana yang sebagai
variabel independen serta bagaimana hubungannya.
b) Hipotesis harus konsisten dengan keberadaan ilmu
pengetahuan
Hipotesis tidak bertentangan dengan pengetahuan yang telah
ditetapkan sebelumnya.Dalam beberapa masalah, dan terkhusus
pada permulaan penelitian, ini harus berhati-hati untuk
mengusulkan hipotesis yang sependapat dengan ilmu pengetahuan
yang sudah siap ditetapkan sebagai dasar.Serta poin ini harus
sesuai dengan yang dibutuhkan untuk memeriksa literatur dengan
tepat oleh karena itu suatu hipotesis harus dirumuskan bedasar dari
laporan penelitian sebelumnya.
c) Hipotesisi harus sederhana dan spesifik
Hipotesis harus bersifat spesifik yang menunjuk kenyataan
sebenarnya.Peneliti harus bersifat spesifik yang menunjuk
kenyataan yang sebenarnya.Peneliti harus memiliki hubungan
eksplisit yang diharapkan di antara variabel dalam istilah arah
(seperti, positif dan negatif).Satu hipotesis menyatakan bahwa X
berhubungan dengan Y adalah sangat umum.Hubungan antara X
dan Y dapat positif atau negatif.Selanjutnya, hubungan tidak bebas
dari waktu, ruang, atau unit analisis yang jelas. Jadi, hipotesis akan
menekankan hubungan yang diharapkan di antara variabel,
sebagaimana kondisi di bawah hubungan yang diharapkan untuk
dijelaskan. Sehubungan dengan hal tersebut, teori menjadi penting
36
secara khusus dalam pembentukan hipotesis yang dapat diteliti
karena dalam teori dijelaskan arah hubungan antara variabel yang
akan dihipotesiskan.
d) Hipotesis harus bisa diuji.
Instrumen harus ada (atau dapat dikembangkan) yang akan
menggambarkan ukuran untuk yang valid dari variabel yang
diliputi. Kemudian, hipotesis dapat diuji dengan metode yang
tersedia yang dapat digunakan untuk mengujinya sebab peneliti
dapat merumuskan hipotesis yang bersih, bebas nilai, dan spesifik,
serta menemukan bahwa tidak ada metode penelitian untuk
mengujinya.Oleh sebab itu, evaluasi hipotesis bergantung pada
eksistensi metode-metode untuk mengujinya, baik metode
pengamatan, pengumpulan data, analisis data, maupun
generalisasi.
Pada dasarnya menguji hipotesis adalah menaksir parameter
populasi didasarkan atas data sampel. Ada dua metode menaksir
yaitu point estimate dan interval estimate. Titik taksian ( point
estimate) adalah metode menaksir parameter populasi didasarkan
satu nilai dari rata-rata data sampel.
Hipotesis penelitian adalah hipotesis yang digunakan dalam
suatu penelitian.Sedangkan hipotesis statistic adalah hipotesis yang
digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang didasarkan atas
data yang diperoleh dari sampel.
Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan
pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan
menerima atau menolak hipotesis tersebut. Di dalam menentukan
37
penerimaan dan penolakan hipotesis maka hipotesis alternatif (Ha)
diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
3.2 Saran
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan
kompetensi dan wawasanyang berhubungan dengan penelitian. Hal
ini dikarenakan penelitian merupakan caraprimer manusia dalam
mengembangkan kajian ilmu. Dengan berkembangnya
ilmubimbingan dan konseling tentunya akan mempermudah
personal-personal dalammenghadapi persoalan-persoalan hidup
yang makin kompleks mengikuti perkembanganmasa.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku :
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta:Rineka Cipta.
Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Indonesia: Ghalia
Purwanto, Agus, Erwan & Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2007. Metode
Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
38
Sumber Internet :
Herlina.Ika.Lehdyane. 2012. Uji Hipotesis. Universitas Brawijaya.
[Serial Online]
http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/PENGUJIAN-
HIPOTESIS.pdf (di akses pada tanggal 5 november 2013)
39