Makalah Fi

30
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Kita melihat kota Malang saat ini telah berkembang dengan pesatnya. Lihat saja makin banyaknya pertokoan baru, makin banyak pula kendaraan bermotor yang berlalu-lalang di jalan raya. Hal ini membuat kota Malang berkembang di bidang ekonomi. Namun hal ini mempunyai efek samping, yaitu makin sempitnya lahan yang digunakan sebagai peresapan air, makin sedikit pohon-pohon sehingga Malang saat ini menjadi makin panas. Ada lahan di jalan Malabar, yang "disisihkan" oleh Pemkot Malang dan dijadikan sebagai Hutan Kota. Hal ini patut diacungi jempol untuk Pemkot Malang, karena banyak alih fungsi Ruang Terbuka Hijau menjadi gedung- gedung dan mall-mall. Seperti MOG dan MATOS. Kita pasti ingat, MOG dibangun diatas lahan lapangan hijau stadion Gajayana. Dan MATOS dibangun di atas taman yang cukup luas. Dan masih banyak lagi gedung-gedung yang dibangun di atas taman atau ruang terbuka lainnya, yang seharusnya tidak dijadikan sebagai pusat perbelanjaan, mengingat pada awalnya Malang dibuat sebagai kota peristirahatan dan sekarang Malang dijadikan kota Pendidikan. Hutan Kota Malabar ini ada di jalan Malabar, arah timur dari gereja jalan Ijen. Hutan Kota ini luasnya adalah sekitar 16.718 m 2 . Di tengah Hutan Kota Malabar terdapat kolam air yang konon menjadi sumber untuk mengairi taman- taman di kota Malang. Begitu masuk ke dalam Hutan Kota 1

description

geje

Transcript of Makalah Fi

Page 1: Makalah Fi

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kita melihat kota Malang saat ini telah berkembang dengan pesatnya. Lihat saja

makin banyaknya pertokoan baru, makin banyak pula kendaraan bermotor yang berlalu-

lalang di jalan raya. Hal ini membuat kota Malang berkembang di bidang ekonomi.

Namun hal ini mempunyai efek samping, yaitu makin sempitnya lahan yang digunakan

sebagai peresapan air, makin sedikit pohon-pohon sehingga Malang saat ini menjadi

makin panas. Ada lahan di jalan Malabar, yang "disisihkan" oleh Pemkot Malang dan

dijadikan sebagai Hutan Kota. Hal ini patut diacungi jempol untuk Pemkot Malang,

karena banyak alih fungsi Ruang Terbuka Hijau menjadi gedung-gedung dan mall-mall.

Seperti MOG dan MATOS. Kita pasti ingat, MOG dibangun diatas lahan lapangan hijau

stadion Gajayana. Dan MATOS dibangun di atas taman yang cukup luas. Dan masih

banyak lagi gedung-gedung yang dibangun di atas taman atau ruang terbuka lainnya,

yang seharusnya tidak dijadikan sebagai pusat perbelanjaan, mengingat pada awalnya

Malang dibuat sebagai kota peristirahatan dan sekarang Malang dijadikan kota

Pendidikan.

Hutan Kota Malabar ini ada di jalan Malabar, arah timur dari gereja jalan Ijen.

Hutan Kota ini luasnya adalah sekitar 16.718 m2. Di tengah Hutan Kota Malabar

terdapat kolam air yang konon menjadi sumber untuk mengairi taman-taman di kota

Malang. Begitu masuk ke dalam Hutan Kota Malabar ini, mulai terasa hawa yang sejuk

dan terdengar kicauan burung. Hutan Kota Malabar ini sudah mulai lebat pohonnya,

sehingga berada di dekatnya pun akan terasa hawa yang segar. Sebagai lahan

penghijauan yang berlokasi di tengah kota ini, selain sebagai paru-paru kota Malang,

Hutan Kota Malabar ini sebenarnya dapat juga dijadikan sebagai alternatif tempat

rekreasi yang murah. Seharusnya, pihak pemerintah daerah Malang lebih

memperhatikan keserasian, kenyamanan, dan keindahan Hutan Kota ini.

Sebagai contoh, di sisi utara timur Hutan Kota ini, ada beberapa bangunan semi

permanen yang dijadikan sebagai warung. Hal ini dapat mengurangi keindahan dari

hutan kota ini. Di mana akan nampak lebih indah dan lebih baik lagi jika warung-

warung itu dibuatkan bangunan semacam pujasera atau bangunan yang tidak

mengurangi keindahan hutan kota sekaligus pengunjung dapat lebih memanfaatkan dan

1

Page 2: Makalah Fi

berinteraksi dengan hutan kota, sebagai wahana berlibur dan belajar. Selain warung-

warung, di sekitar hutan ini juga terdapat tempat pangkalan ojek.

Yang paling unik dari obyek wisata Hutan Kota Malabar adalah letaknya yang

berada di tengah kota. Sebab, biasanya hutan hanya ada di pinggiran kota ataupun jauh

dari kota. Hal inilah yang membuat Kota Malang terasa begitu asri. Selain itu di obyek

wisata seluas 16.718 m2 ini juga terdapat beragam spesies tumbuhan, seperti pohon

beringin, jambu, cemara, palem, dan sebagainya. Karena di obyek wisata Hutan Kota

Malabar ini terasa begitu teduh, sejuk, dan rindang, maka lokasi ini sangat cocok untuk

dijadikan lokasi piknik di akhir pekan. Namun, anda yang sedang berwisata ke Kota

Malang juga bisa merasakan keindahan dan kesejukan obyek wisata Hutan Kota

Malabar ini. Selain itu, ada beberapa warung yang menjajakan makanan ringan dan

minuman yang bisa mengisi perut anda kalau-kalau anda lupa tidak membawa bekal

makanan ke obyek wisata yang satu ini.

Hutan merupakan suatu ekosistem alam yang saling berhubungan, dalam hutan

banyak terdapat berbagai macam tumbuhan, namun sayangnya akhir-akhir ini hutan

yang awalnya sejuk berubah menjadi hutan-hutan beton yang sangat panas. padahal

untuk melangsungkan kehidupan dibutuhkan adanya keseimbangan ekosistem.

2.   Tujuan

Tujuan dari dibuatkannya makalah ini adalah, untuk mengidentifikasi dan

mendiskripsikan nilai Total Economic Value serta nilai sosial-budaya yang terdapat di

hutan kota Malabar, yang meliputi nilai ekonomis dan ekologi kawasan tersebut.

3.   Lokasi

Tempat: Hutan kota Malabar Malang, jalan Malabar Malang.

Tanggal Penelitian: Sabtu, 16 Maret 2013

Jenis Tumbuhan:

1. Palem (Hyophorbe sp.)

2. cemara (Casuarina sp.)

3. Pohon Jati (Tectona grandis L.f.)

4. Pohon Beringin (Ficus benjamina

L)

5. Pohon Kelapa (Cocos nucifera L.)

6. Pohon Pinus (Pinus markusii)

7. Pohon pinang

8. Pohon dukuh

9. Pohon Kelapa Sawit

10. pohon cemara

11. pohon waru

12. pohon ketapang

13. pohon palem

14. tanaman rumput

2

Page 3: Makalah Fi

15. pohon nangka

16. pohon sono

17. pohon glodokan tiang

18. pohon sengon

19. pohon flamboyan

20. pohon sepatu dea (kecrutan)

21. pohon sugo

22. pohon gelitu

23. pohon dadap merah

24. pohon trembesi

25. pohon saman

26. pohon gembilina

27. pohon asam belanda

28. pohon sukun

29. pohon matoa

30. pohon kemiri

31. tanaman salak

32. bambu ori

33. pohon sono keling

34. tanaman bambu kuning

35. pohon mahoni

36. pohon tewel

37. tanaman talas

Jenis Satwa:

1. tupai

2. ulat

3. kupu-kupu

4. serangga

5. burung

6. semut

7. nyamuk

8. ngengat

9. kumbang

10. kutilang

11. perkutut

12. siput

13. gareng

kegiatan ekonomi:

1. 4 pekerja yang bertugas membersihkan dan merawat hutan kota Malabar dengan

gaji rata-rata Rp. 1.800.000/bulan

2. Sopir Taxi Mandala dengan pemasukaan rata-rata Rp. 180.000/hari

3. Pedagang es buah dan nasi kaki lima yang bernama mas Yuyung mendapat omset

ketika kondisi sepi pengunjung Rp. 800.000/hari dan ketika ramai pengunjung

menerima omset sebesar Rp. 1.200.000 - 1.300.000/hari.

4. Warung nasi Purnama menerima omset rata-rata perhari sebesar Rp. 400.000

5. Tukang parkir yang bernama bapak Ari menerima pemasukan dari biaya parkir

pengunjung sebesar Rp. 25.000 – 35.000/hari

6. Warung nasi Kedoya menerima omset rata-rata perhari sebesar Rp. 300.000/hari

7. Warung nasi Anda menerima omset rata-rata perhari sebesar Rp. 150.000/hari

3

Page 4: Makalah Fi

Sehingga Nilai Total Ekonomi dari Hutan Kota Malabar adalah sebesar:

Rp. 1.915.000

BAB II

METODE PENELITIAN

1. Metode Pengumpulan Data

a) Survey primer

Data primer ini diperoleh dengan melakukan pengamatan langsung terhadap

hutan kota khususnya di Kota Malang. Pada pengamatan awal yang dilakukan pada

hutan kota Malang diketahui bahwa hutan kota Malang terdiri dari 3-4 stratum vegetasi

dari stratum E hingga B. Kemudian dilakukan pembagian induk petak pengamatan

20×20 meter yang diletakkan pada seluruh bagian hutan kota untuk pengamatan

vegetasi stratum B dan C. Metode kombinasi akan digunakan dalam menentukan induk

petak pengamatan. Pada metode ini masing-masing induk petak pengamatan terletak

saling bersebelahan sehingga mengurangi resiko adanya bagian hutan kota yang tidak

terambil datanya.

b) Survey sekunder

Metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data berupa dokumen, kebijakan dan literatur yang berhubungan dengan pembahasan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada hutan kota Malang yang memiliki tipe ilkim (Schmidt

and Ferguson) C yaitu agak basah. Pemilihan hutan kota yang akan dijadikan objek

penelitian didasarkan pada kriteria yang ditetapkan dalam Pedoman Penyediaan dan

Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan, yaitu hutan kota yang dipilih (1) telah

ditetapkan sebagai hutan kota oleh pemerintah daerah setempat dalam hal ini adalah

Pemerintah Kota Malang dan (2) memiliki luas minimal 2.500 m2. Berdasarkan kriteri

tersebut diperoleh lima hutan kota Malang, yaitu (1) hutan kota Malabar, (2) hutan kota

Jakarta, (3) hutan kota Velodrom, (4) hutan kota Indragiri, dan (5) hutan kota Buper

Hamid Rusdi.

4

Page 5: Makalah Fi

BAB III

PEMBAHASAN

1.   Hutan

Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 4 Tahun 2003, hutan adalah

suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang

didominasi oleh pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

lainnya tidak dapat dipisahkan. Di dalam hutan terdapat suatu kesatuan ekosistem yang

terdiri dari banyak makhluk hidup juga sumber daya alam. Hutan tentunya terdiri dari

tumbuhan-tumbuhan, pohon-pohon serta hasil-hasil nabati lainnya. Hutan juga

menyimpan jutaan hasil-hasil bumi dan kekayaan lainnya yang dapat digunakan oleh

manusia sesuai dengan kebutuhannya. Selain itu, hutan juga merupakan tempat

berlindungnya berbagai macam satwa maupun makhluk hidup lainnya.

Kehutanan telah diatur dalam Undang-Undang RI No. 41 Tahun 1999 bahwa

hutan akan dikelola oleh Pemerintah, agar dapat dimanfaatkan seluas-luasnya dan

sebesar-besarnya bagi kemakmuran masyarakat. Kecuali hutan adat, yaitu hutan negara

yang berada dalam wilayah masyarakat hukum adat, akan dikelola oleh masyarakat

hukum adat setempat. Hutan adat tetap merupakan hutan negara, tetapi dikelola dan

dijaga oleh masyarakat adat setempat yang masih diakui keberadaannya. Pengelolaan

oleh masyarakat hukum setempat juga harus tetap sejalan dengan kepentingan nasional.

Apabila masyarakat hukum adat yang bersangkutan tidak ada lagi, maka

pengelolaannya diserahkan kembali bagi Pemerintah.

Pada pasal 4 ayat (2) UU RI No. 41 Tahun 1999, telah dijelaskan hutan yang

diberikan kewenangan untuk dikuasai dan dikelola oleh negara dimaksudkan agar

pemerintah dapat:

1. Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan, kawasan

hutan, dan hasil hutan.

2. Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan

sebagai bukan kawasan hutan.

5

Page 6: Makalah Fi

3. Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan

hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

Walaupun pemerintah juga tetap harus memperhatikan hak masyarakat hukum adat

setempat selama mereka masih diakui keberadaannya.Oleh karena itu, pemerintah dapat

mengelola hutan dengan seadil-adilnya, dan mengatur segala sesuatu mengenai hutan

tersebut bagi kepentingan masyarakat.

2.   Hutan Kota

Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak

dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang

ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Secara khusus, hutan kota

telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2002 Tentang Hutan Kota.

Hutan kota merupakan kawasan hutan yang terletak di kawasan keramaian perkotaan

memiliki berbagai macam fungsi, antara lain :

1. Pelestarian Plasma Nutfah

Plasma nutfah merupakan bahan baku yang penting untuk pembangunan di masa

depan, terutama di bidang pangan, sandang, papan, obat-obatan dan industri.

Penguasaannya merupakan keuntungan komparatif yang besar bagi Indonesia di masa

depan. Oleh karena itu, plasma nutfah perlu terus dilestarikan dan dikembangkan

bersama untuk mempertahankan keanekaragaman hayati (Buku I Repelita V hal. 429).

Hutan kota dapat dijadikan sebagai tempat koleksi keanekaragaman hayati yang tersebar

di seluruh wilayah tanah air kita. Kawasan hutan kota dapat dipandang sebagai areal

pelestarian di luar kawasan konservasi, karena pada areal ini dapat dilestarikan flora dan

fauna secara exsitu.

2. Penahan dan Penyaring Partikel Padat dari Udara

Udara alami yang bersih sering dikotori oleh debu, baik yang dihasilkan oleh

kegiatan alami maupun kegiatan manusia. Dengan adanya hutan kota, partikel padat

yang tersuspensi pada lapisan biosfer bumi akan dapat dibersihkan oleh tajuk pohon

melalui proses jerapan dan serapan. Dengan adanya mekanisme ini jumlah debu yang

melayang-layang di udara akan menurun. Partikel yang melayang-layang di permukaan

bumi sebagian akan terjerap (menempel) pada permukaan daun, khususnya daun yang

berbulu dan yang mempunyai permukaan yang kasar dan sebagian lagi terserap masuk

6

Page 7: Makalah Fi

ke dalam ruang stomata daun. Ada juga partikel yang menempel pada kulit pohon,

cabang dan ranting.

Daun yang berbulu dan berlekuk seperti halnya daun Bunga Matahari dan

Kersen mempunyai kemampuan yang tinggi dalam menjerap partikel dari pada daun

yang mempunyai permukaan yang halus (Wedding dkk. dalam Smith, 1981). Manfaat

dari adanya tajuk hutan kota ini adalah menjadikan udara yang lebih bersih dan sehat,

jika dibandingkan dengan kondisi udara pada kondisi tanpa tajuk dari hutan kota.

3. Peredam Kebisingan

Pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorpsi gelombang suara oleh

daun, cabang dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara

ialah yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang (Grey dan Deneke,

1978). Dengan menanam berbagai jenis tanaman dengan berbagai strata yang cukup

rapat dan tinggi akan dapat mengurangi kebisingan, khususnya dari kebisingan yang

sumbernya berasal dari bawah. Menurut Grey dan Deneke (1978), dedaunan tanaman

dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

4. Mengurangi Bahaya Hujan Asam

Menurut Smith (1985), pohon dapat membantu dalam mengatasi dampak negatif

hujan asam melalui proses fisiologis tanaman yang disebut proses gutasi. Proses gutasi

akan memberikan beberapa unsur diantaranya ialah: Ca, Na, Mg, K dan bahan organik

seperti glumatin dan gula (Smith, 1981). Dengan adanya proses intersepsi dan gutasi

oleh permukaan daun akan sangat membantu dalam menaikkan pH, sehingga air hujan

menjadi tidak begitu berbahaya lagi bagi lingkungan. Hasil penelitian dari Hoffman et

al. (1980) menunjukkan bahwa pH air hujan yang telah melewati tajuk pohon lebih

tinggi, jika dibandingkan dengan pH air hujan yang tidak melewati tajuk pohon.

5. Penyerap Karbon-monoksida

Bidwell dan Fraser dalam Smith (1981) mengemukakan, kacang merah

(Phaseolus vulgaris) dapat menyerap gas ini sebesar 12-120 kg/km2/hari.

Mikroorganisme serta tanah pada lantai hutan mempunyai peranan yang baik dalam

menyerap gas ini (Bennet dan Hill, 1975). Inman dan kawan-kawan dalam Smith (1981)

mengemukakan tanah dengan mikroorganismenya dapat menyerap gas ini dari udara

yang semula konsentrasinya sebesar 120 ppm (13,8 x 104 ug/m3) menjadi hampir

mendekati nol hanya dalam waktu 3 jam saja.

7

Page 8: Makalah Fi

6. Penyerap Karbon-dioksida dan Penghasil Oksigen

Hutan merupakan penyerap gas CO2 yang cukup penting, selain dari fito-

plankton, ganggang dan rumput laut di samudera. Dengan berkurangnya kemampuan

hutan dalam menyerap gas ini sebagai akibat menurunnya luasan hutan akibat

perladangan, pembalakan dan kebakaran, maka perlu dibangun hutan kota untuk

membantu mengatasi penurunan fungsi hutan tersebut.Cahaya matahari akan

dimanfaatkan oleh semua tumbuhan baik hutan kota, hutan alami, tanaman pertanian

dan lainnya dalam proses fotosintesis yang berfungsi untuk mengubah gas CO2 dan air

menjadi karbohidrat dan oksigen. Dengan demikian proses ini sangat bermanfaat bagi

manusia, karena dapat menyerap gas yang bila konsentrasinya meningkat akan beracun

bagi manusia dan hewan serta akan mengakibatkan efek rumah kaca. Di lain pihak

proses ini menghasilkan gas oksigen yang sangat diperlukan oleh manusia dan

hewan.Widyastama (1991) mengemukakan tanaman yang baik sebagai penyerap gas

CO2 dan penghasil oksigen adalah : damar (Agathis alba), daun kupu-kupu (Bauhinia

purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia (Acacia auriculiformis) dan

beringin (ficus benyamina).

7. Penyerap dan Penapis Bau

Daerah yang merupakan tempat penimbunan sampah sementara atau permanen

mempunyai bau yang tidak sedap.Tanaman dapat digunakan untuk mengurangi bau.

Tanaman dapat menyerap bau secara langsung, atau tanaman akan menahan gerakan

angin yang bergerak dari sumber bau (Grey dan Deneke, 1978). Akan lebih baik lagi

hasilnya, jika tanaman yang ditanam dapat mengeluarkan bau harum yang dapat

menetralisir bau busuk dan menggantinya dengan bau harum. Tanaman yang dapat

menghasilkan bau harum antara lain : Cempaka (Michelia champaka) dan tanjung

(Mimusops elengi).

8. Ameliorasi Iklim

Salah satu masalah penting yang cukup merisaukan penduduk perkotaan adalah

berkurangnya rasa kenyamanan sebagai akibat meningkatnya suhu udara di

perkotaan.Hutan kota dapat dibangun untuk mengelola lingkungan perkotaan agar pada

saat siang hari tidak terlalu panas, sebagai akibat banyaknya jalan aspal, gedung

bertingkat, jembatan layang, papan reklame, menara, antene pemancar radio, televisi

dan lain-lain. Sebaliknya pada malam hari dapat lebih hangat karena tajuk pepohonan

8

Page 9: Makalah Fi

dapat menahan radiasi balik (reradiasi) dari bumi (Grey dan Deneke, 1978 dan

Robinette, 1983). Robinette (1983) lebih jauh menjelaskan, jumlah pantulan radiasi

surya suatu hutan sangat dipengaruhi oleh panjang gelombang, jenis tanaman, umur

tanaman, posisi jatuhnya sinar surya, keadaan cuaca dan posisi lintang.Suhu udara pada

daerah berhutan lebih nyaman dari pada daerah tidak ditumbuhi oleh tanaman.

9. Penapis Cahaya Silau

Manusia sering dikelilingi oleh benda-benda yang dapat memantulkan cahaya

seperti kaca, aluminium, baja, beton dan air. Apabila permukaan yang halus dari benda-

benda tersebut memantulkan cahaya akan terasa sangat menyilaukan dari arah depan,

akan mengurangi daya pandang pengendara. Oleh sebab itu, cahaya silau tersebut perlu

untuk dikurangi.Keefektifan pohon dalam meredam dan melunakkan cahaya tersebut

bergantung pada ukuran dan kerapatannya.Pohon dapat dipilih berdasarkan ketinggian

maupun kerimbunan tajuknya.

10. Meningkatkan Keindahan

Manusia dalam hidupnya tidak saja membutuhkan tersedianya makanan,

minuman, namun juga membutuhkan sebuah keindahan.Benda-benda di sekeliling

manusia dapat ditata dengan indah menurut garis, bentuk, warna, ukuran dan teksturnya

(Grey dan Deneke, 1978), sehingga dapat diperoleh suatu bentuk komposisi yang

menarik.Benda-benda buatan manusia, walaupun mempunyai bentuk, warna, dan

tekstur yang sudah dirancang sedemikian rupa tetap masih mempunyai kekurangan

yaitu tidak alami, sehingga tidak menjadi segar tampaknya di depan mata. Akan tetapi

dengan menghadirkan pohon ke dalam sistem tersebut, maka keindahan yang telah ada

akan lebih sempurna, karena lebih bersifat alami yang sangat disukai oleh setiap

manusia.Tanaman dalam bentuk, warna dan tekstur tertentu dapat dipadu dengan benda-

benda buatan seperti gedung, jalan, dsb untuk mendapatkan komposisi yang baik.

Peletakan dan pemilihan jenis tanaman harus dipilih sedemikian rupa, sehingga pada

saat pohon tersebut telah dewasa akan sesuai dengan kondisi yang ada. Warna daun,

bunga atau buah dapat dipilih sebagai komponen yang kontras atau untuk memenuhi

rancangan yang nuansa (bergradasi lembut).Komposisi tanaman dapat diatur dan

diletakkan sedemikian rupa, sehingga pemandangan yang kurang enak dilihat seperti :

tempat pembuangan sampah, pemukiman kumuh, rumah susun dengan jemuran yang

beraneka bentuk dan warna, pabrik dengan kesan yang kaku dapat sedikit ditingkatkan

9

Page 10: Makalah Fi

citranya menjadi lebih indah, sopan, manusiawi dan akrab dengan hadirnya hutan kota

sebagai tabir penyekat di sana.

11. Mengurangi Stres

Kehidupan masyarakat di kota besar menuntut aktivitas, mobilitas dan

persaingan yang tinggi. Namun di lain pihak lingkungan hidup kota mempunyai

kemungkinan yang sangat tinggi untuk tercemar, baik oleh kendaraan bermotor maupun

industri. Petugas lalu lintas sering bertindak galak serta pengemudi dan pemakai jalan

lainnya sering mempunyai temperamen yang tinggi diakibatkan oleh cemaran timbal

dan karbon-monoksida (Soemarwoto, 1985). Oleh sebab itu, gejala stres (tekanan

psikologis) dan tindakan ugal-ugalan sangat mudah ditemukan pada anggota masyarakat

yang tinggal atau mereka yang hanya bekerja untuk memenuhi keperluannya saja di

kota. Program pembangunan dan pengembangan hutan kota dapat membantu

mengurangi sifat yang negatif tersebut. Kesejukan dan kesegaran yang diberikannya

akan menghilangkan kejenuhan dan kepenatan. Cemaran timbal, CO, SOx, NOx dan

lainnya dapat dikurangi oleh tajuk dan lantai hutan kota. Kicauan dan tarian burung

akan menghilangkan kejemuan. Hutan kota juga dapat mengurangi kekakuan dan

monotonitas.

12. Meningkatkan Industri Pariwisata

Bunga bangkai (Amorphophallus titanum) di Kebun raya Bogor yang berbunga

setiap 2-3 tahun dan tingginya dapat mencapai 1,6 m dan bunga Raflessia Arnoldi di

Bengkulu merupakan salah satu daya tarik bagi turis domestik maupun manca-negara.

Wisatawan asing pun akan mempunyai kesan tersendiri jika berkunjung atau singgah

pada suatu kota yang dilengkapi dengan hutan kota yang unik, indah dan menawan.

13. Sebagai Hobi dan Pengisi Waktu Luang

Monotonitas, rutinitas, dan kejenuhan kehidupan di kota besar perlu diimbangi

oleh kegiatan lain yang bersifat rekreatif, akan dapat menghilangkan monotonitas,

rutinitas dan kejenuhan kerja. Fungsi hutan kota ini sangat banyak. Dengan demikian,

pengelolaannya harus tetap dikendalikan dengan baik, agar hutan kota dapat berfungsi

dengan baik, dan dapat menguntungkan semua masyarakat di kota. Pengelolaannya

dilaksanakan secara adil sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan

hutan kota dilakukan oleh pemerintah maupun masyarakat setempat.

3.      Bentuk Hutan Kota

10

Page 11: Makalah Fi

1. Jalur Hijau

Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi,

jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar

kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat

kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah

jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan

tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus

diberikan pemangkasan.

Kawasan riparian seperti: delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan

tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota.

Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan

kualitas air serta untuk memperkecil erosi. Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di

tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang

merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan

dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan.

Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi

dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

2.  Taman Kota

Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian

rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan

komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri

baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. 

4. Pengelolaan Hutan Kota Malabar Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 63 Tahun 2002

Pengelolaan hutan kota telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun

2002 Tentang Hutan Kota tepatnya pada bagian kelima. Hutan kota merupakan salah

satu hutan yang terletak di kawasan perkotaan dan memiliki sangat banyak fungsi yang

menguntungkan bagi masyakarat. Oleh karena itu, pengelolaan hutan kota tidak hanya

dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri, tetapi juga melibatkan peran masyarakat

sekitar. Walaupun pengelolaan oleh pemerintah daerah lebih diutamakan mengingat

tujuan pengelolaan hutan dalam Perda Jatim No. 4 Tahun 2003 Tentang Pengelolaan

Hutan di Propinsi Jawa Timur yaitu untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya

11

Page 12: Makalah Fi

serta serba guna dan lestari untuk kemakmuran masyarakat. Pengelolaan hutan kota

sendiri meliputi lima tahapan kegiatan yaitu :

1. Penyusunan Rencana Pengelolaan

Penyusunan rencana pengelolaan ini disusun berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan

yaitu :

a. Penetapan tujuan pengelolaan;

b. Penetapan program jangka pendek dan jangka panjang;

c. Penetapan kegiatan dan kelembagaan; dan

d. Penetapan sistem monitoring dan evaluasi.

2. Pemeliharaan

Pemeliharaan hutan kota diarahkan dalam rangka menjaga dan optimalisasi fungsi

dan manfaat hutan kota melalui optimalisasi ruang tumbuh, diversifikasi tanaman dan

peningkatan kualitas tempat tumbuh. Untuk itu, perlu dilakukan perlindungan dan

pengamanan hutan kota secara intensif.

3. Perlindungan dan Pengamanan

Perlindungan dan pengamanan hutan kota dilaksanakan dengan tujuan untuk

menjaga keberadaan hutan kota dalam kondisi tetap berfungsi secara optimal. Upaya

perlindungan dan pengamanan hutan kota meliputi pencegahan dan penanggulangan

kerusakan hutan, pencurian flora dan fauna, kebakaran hutan dan pengendalian hama

penyakit.

4. Pemanfaatan

Hutan kota dapat dimanfaatkan untuk keperluan dan kepentingan masyarakat

bersama seperti :

a. Pariwisata alam, rekreasi dan atau olah raga;

b. Penelitian dan pengembangan;

c. Pendidikan;

d. Pelestarian plasma nutfah; dan atau

e. Budidaya hasil hutan bukan kayu.

f. Pemantauan dan Evaluasi

Pemantauan dan evaluasi dilakukan dengan harapan untuk meningkatkan kinerja

pengelola melalui penilaian kegiatan-kegiatan pengelolaan secara menyeluruh.

Pengelolaan yang dilakukan diharapkan menunjang adanya pembangunan

12

Page 13: Makalah Fi

berkelanjutan. Hasil penilaian kegiatan-kegiatan pengelolaan tersebut nantinya akan

dijadikan bahan penyempurnaan pengelolaan terhadap hutan kota.

Sedangkan menurut direksi perhutani, pengelolan sumber daya hutan adalah

kegiatan yang meliputi penyusunan rencana pengelolaan sumber daya hutan,

pemanfaatan sumberdaya hutan dan kawasan hutan, serta perlindungan sumber daya

hutan dan konservasi alam. Sedangkan yang dimaksud Pengelolaan Hutan Bersama

Masyarakat (PHBM) adalah suatu sistem pengelolaan sumber daya yang dilakukan

bersama oleh Perum Perhutani dan masyarakat desa hutan atau Perum Perhutani

dengan ,masyarakat desa hutan dengan pihak yang berkepentingan (stakeholder)

dengan jiwa berbagi sehingga kepentingan bersama untuk mencapai keberlanjutan

fungsi dan manfaat sumber daya hutan dapat diwujudkan secara optimal dan

proporsional.

Hutan Malabar merupakan salah satu hutan yang disebut sebagai “hutan kota” di

kota Malang yang luasnya sekitar 16.718 meter persegi. Letak dari hutan Malabar

sendiri adalah di jalan Malabar, arah timur dari gereja jalan Ijen kota Malang. Hutan

kota ini begitu banyak manfaatnya, beberapa diantaranya adalah;

1. Hutan Kota sebagai sarana untuk rekreasi,

2. Hutan Kota sebagai sarana untuk tempat edukasi atau pendidikan,

3. Hutan Kota sebagai paru-paru Kota Malang,

4. Hutan Kota sebagai habitat dan konservasi burung-burung,

5. Hutan Kota sebagai salah satu sarana penghijauan.

Pengelolaan hutan juga bertujuan agar kegiatan pengelolaan hutan, yang

meliputi perencanaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,

pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar, rehabilitasi dan reklamasi serta perlindungan dan

pengamanan hutan, dapat terlaksana dan terintegrasi dengan baik. Pengelolaan hutan

Malabar sendiri sudah memperhatikan drainase kota Malang. Hal ini dapat dibuktikan

dari hutan Malabar yang memiliki kolam air ditengah hutan Malabar yang merupakan

sumber untuk mengairi taman-taman yang ada di Kota Malang. Namun, ada beberapa

yang belum mendapatkan perhatian khusus dan tersendiri dari pemerintah kota Malang

untuk melakukan pengelolaan yang lebih optimal bagi hutan Malabar. Kita tahu bahwa

kota Malang adalah salah satu daerah otonom dimana pemerintah daerah memiliki

wewenang khusus untuk mengurusi daerahnya. Artinya, dikatan bahwa pemerintah

13

Page 14: Makalah Fi

daerah kota Malang memiliki wewenang untuk membuat kebijakan dan peraturan

mengenai hutan itu sendiri. Hal ini bisa disebut juga sebagai kebijakan publik dimana

kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang dimaksudkan untuk mengatasi

permasalahan yang muncul dalam suatu kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi

pemerintah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjadja,2002).

Keputusan tersebut dilakukan oleh pemerintah dan pelaksanaannya dilakukan oleh tiga

domain yaitu pemerintah, sector swasta, dan masyarakat. Sehingga ada proses culture

kerjasama yang utuh dan efisien. Dalam hal ini ada dua peran pemerintah yang paling

dominan yaitu : 

1. Pemerintah sebagai Regulator

Peran Pemerintah sebagai regulator adalah menyiapkan arah untuk

menyeimbangkan penyelenggaraan pembangunan (menerbitkan peraturan-

peraturan dalam rangka efektifitas dan tertib administrasi pembangunan). Secara

umum, bentuk regulasi yang telah diterapkan oleh pemerintah adalah berupa

peraturan dan undang-undang yang memperhatikan kondisi hutan kota. Lebih

khususnya regulasi pemerintah  yang diterapkan dalam hutan kota Malabar berupa

“papan peringatan” mengenai larangan-larangan untuk merusak kondisi hutan dan

mengotori lingkungan hutan kota Malabar tersebut. Meskipun bentuk regulasi

sudah diatur sedemikian rupa oleh pemerintah, tetap saja ada pelanggaran

terhadap regulasi tersebut dikarenakan kurangnya sanksi dan pengawasan yang

tegas di hutan kota Malabar.

2. Pemerintah sebagai Fasilitator

Pemerintah sebagai Fasilitator adalah menciptakan kondisi yang kondusif

bagi pelaksanaan pembangunan (menjembatani kepentingan berbagaipihak dalam

mengoptimalkan pembangunan daerah). Dalam hal ini pemerintah memberikan

lahan yang khusus digunakan sebagai kawasan hutan kota.  Hutan Malabar ini

dikelola sedemikian rupa oleh Pemerintah Kota Malang yang bekerjasama dengan

Dinas Kehutanan Kota Malang.

Namun kenyataannya, penerapan konsep kebijakan publik yang utuh dan

efisien belum diterapkan penuh oleh Pemerintah Kota Malang. Hal ini terbukti

bahwa hutan Malabar sebagai “hutan kota” ini belum digarap secara optimal oleh

Pemerintah Kota Malang. Ini terlihat belum adanya fasilitas yang memadai di hutan

14

Page 15: Makalah Fi

Malabar tersebut. Jika disesuaikan dengan fungsinya, hutan Malabar sebagai sarana

rekreasi, seharusnya ada fasilitas seperti gazebo atau fasilitas kebersihan hutan yang

memadai. Namun pada kenyataannya fasilitas tersebut tidak ada sama sekali.

Dilihat dari fungsi hutan sebagai sarana untuk edukasi atau pendidikan, seharusnya

hutan dikelola dengan baik secara efektif dan efisien dengan ditanami beberapa

jenis tanaman sebagai wahana penelitian.

Jika dibandingkan dengan tujuan pengelolaan hutan menurut pasal 2

Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2003 tentang pengelolaan hutan.

Pengelolaan hutan Malabar sebagai “Hutan Kota” bagi kota Malang masih jauh dari

tingkat optimal. Meskipun ada cara khusus untuk menjaga kelestarian hutan seperti

terdapat tanda larangan agar tidak merusak pepohonan dan menembak burung

namun juga masih ada yang melakukan hal tersebut. Hal ini disebabkan tidak ada

seorangpun penjaga ditempat ini. Disamping itu, masih banyak PKL yang berjualan

di sepanjang pinggir hutan kota, sehingga membuat pemandangan hutan kota

menjadi kotor. Disinilah letak kesalahan alih fungsi hutan kota. Hutan kota sudah

tidak lagi dijalankan dan difungsikan sebagaimana mestinya. Yang ada malah hutan

kota dimanfaatkan untuk hal-hal yang bertentangan dengan peraturan atau undang-

undang.

5. Kondisi Hutan Kota Malabar di Kota Malang saat ini

Kota Malang merupakan salah satu kota di Indonesia yang bisa dikatakan

sebagai sebuah kota yang sudah berkembang dengan pesat. Hal ini bisa dilihat dari

makin banyaknya pembangunan infrastruktur dan perekonomian di Kota Malang.

Namun perkembangan ini memiliki efek samping yang negative, salah satunya adalah

makin sempitnya lahan yang digunakan sebagai daerah peresapan air sehingga makin

sedikit Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Malang. Banyak sekali alih fungsi Ruang

Terbuka Hijau (RTH) menjadi area permukiman dan perbelanjaan modern seperti mall

dan sebagainya. Menarik sekali apabila kita melihat di jalan Malabar, ada sedikit lahan

yang disisihkan oleh Pemerintah Kota Malang untuk dijadikan sebagai “Hutan Kota”.

Malabar merupakan salah satu hutan kota di kota Malang yang berfungsi sebagai

daerah resapan air sekaligus sebagai paru-paru kota Malang. Jika memasuki hutan ini,

didalamnya terdapat sumber air yang konon dahulunya dipakai untuk mengairi taman di

seluruh kota Malang. Dikarenakan belakangan air mulai mongering, sehingga

15

Page 16: Makalah Fi

perawatan taman kota tidak lagi menggunakan air dari kawasan ini. Memasuki kawasan

hutan Malabar ini, pengunjung akan disambut dengan hawa dingin yang sejuk, sepi, dan

tenang. Di dalam hutan ini terdapat bermacam-macam pohon dari golongan cemara,

belimbing, dan beberapa pohon yang besar dan rindang. Terdapat pula jalan setapak

didalam hutan dengan pusat sebuah bundaran taman. Jalan setapak agaknya tidak

disemen karena fungsi hutan Malabar pada awalnya merupakan sebagai daerah resapan

air. Hutan Malabar ini didominasi dengan elemen alami dengan berbagai macam

pepohonan. Namun penataan didalamnya agak nya kurang menarik. Penataan jalan

setapak didalam hutan juga kurang mendapatkan perhatian dan perawatan yang intens.

Terbukti dari jalan yang sepit dan adanya lampu-lampu jalan yang tepat berada di

tengah jalan dapat menganggu pejalan kaki didalam hutan tersebut. Selain itu, di sisi-

sisi hutan tepatnya yang berdekatan dijalan raya berjejer-jejer warung makan yang

kurang tertata dengan rapi sehingga sangat mengganggu pemandangan. Hal ini

membuat hutan kota Malabar ini jarang sekali dikunjungi, karena tempatnya yang tidak

menarik.

Berdasarkan pasal 3 pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63

Tahun 2002 tentang hutan kota terdapat beberapa fungsi dari hutan kota;

1. Memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika,

2. Meresapkan air,

3. Menciptakan keseimbangan dan keserasian fisik kota,

4. Mendukung pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia.

Dari tinjauan tersebut sudah jelas bahwa, fungsi hutan kota “Malabar” tidak

difungsikan secara optimal. Kini iklim kota Malang sudah tidah sebagus dahulu

dikarenakan tidak ada pemanfaatan hutaan kota secara optimal. Hutan kota juga tidak

lagi sebagai tempat untuk peresapan air, bahkan sudah tidak ada lagi keseimbangan dan

keserasian fisik kota. Berikut ini merupakan data keanekaragaman hayati yang ada di

hutan kota “Malabar”.

Data tumbuhan yang ada di hutan kota Malabar:

1. Palem (Hyophorbe sp.)

2. cemara (Casuarina sp.)

3. Pohon Jati (Tectona grandis L.f.)

4. Pohon Beringin (Ficus benjamina L)

5. Pohon Kelapa (Cocos nucifera L.)

6. Pohon Pinus (Pinus markusii)

7. Pohon pinang

8. Pohon dukuh

16

Page 17: Makalah Fi

9. Pohon Kelapa Sawit

10. pohon cemara

11. pohon waru

12. pohon ketapang

13. pohon palem

14. tanaman rumput

15. pohon nangka

16. pohon sono

17. pohon glodokan tiang

18. pohon sengon

19. pohon flamboyan

20. pohon sepatu dea (kecrutan)

21. pohon sugo

22. pohon gelitu

23. pohon dadap merah

24. pohon trembesi

25. pohon saman

26. pohon gembilina

27. pohon asam belanda

28. pohon sukun

29. pohon matoa

30. pohon kemiri

31. tanaman salak

32. bambu ori

33. pohon sono keling

34. tanaman bambu kuning

35. pohon mahoni

36. pohon tewel

37. tanaman talas

Dari pengamatan tersebut, dapat disimpulkan bahwa hutan kota merupakan

suatu ruang terbuka hijau yang berada di perkotaan yang berfungsi secara langsung

maupun tidak langsung kepada masyarakat sekitarnya. Selain itu hutan kota tersebut

telah memenuhi fungsinya sebagai taman kota, di antaranya yaitu:

1. Fungsi ekologi. Di dalam hutan kota Malabar terdapat banyak tanaman yang

berdiri dengan kuatnya. Pohon tersebut dalam melakukan kegiatan fotosintesis

menghasilkan oksigen yang dibutuhkan makhluk hidup lainnya.

2. Fungsi hidrologi. Tanaman-tanaman yang sebagian besar ditanam di hutan kota

Malabar merupakan tanaman berakar kuat dan dalam. Hal tersebut bagus untuk

menyimpan cadangan air dalam tanah.

3. Fungsi kesehatan. Hutan kota dapat berfungsi sebagai filter berbagai gas

pencemar yang beracun dan debu lewat pepohonan yang rindang. Bisa dibilang,

hutan kota ini berfungsi sebagai paru-paru kota.

4. Fungsi rekreasi. Hamparan pepohonan yang rindang dapat menimbulkan rasa

relax. Hal tersebut yang menjadi daya tarik hutan kota Malabar. Meskipun pada

kenyataannya banyak warga yang kurang berminat, sebenarnya Hutan Kota

Malabar berpotensi baik untuk dijadikan sarana rekreasi maupun olahraga.

17

Page 18: Makalah Fi

5. Fungsi estetika. Estetika sangat erat kaitannya dengan keindahan. hutan kota

Malabar yang memiliki potensi alami sebenarnya akan dapat menjadi lebih baik

jika dikembangkan sarana dan prasarana. Diadakannya pengaturan tanaman-

tanaman lain seperti bunga-bungaan atau penataan layout hutan kota yang baru

mungkin akan dapat menambah nilai estetika dari hutan kota itu sendiri.

Hutan kota Malabar memiliki potensi untuk dapat dikembangkan. Agaknya,

pemerintah kota Malang harus lebih memperhatikan taman ini sebagai pusat relaksasi

masyarakat dari hiruk pikuk kota yang seringkali terlihat membosankan. Apabila diberi

tambahan sarana dan prasarana, agaknya tempat ini akan bisa seramai alun-alun kota. 

18

Page 19: Makalah Fi

BAB IV

PENUTUP 

1.    Kesimpulan

Pengelolaan hutan kota telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun

2002 Tentang Hutan Kota tepatnya pada bagian kelima. Hutan kota merupakan salah

satu hutan yang terletak di kawasan perkotaan dan memiliki sangat banyak fungsi yang

menguntungkan bagi masyakarat. Oleh karena itu, pengelolaan hutan kota tidak hanya

dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri, tetapi juga melibatkan peran masyarakat

sekitar. Namun pada kenyataannya peran masyarakat dalam berpartisipasi mengelola

hutan kota Malabar masih kurang.

Didalam hutan kota Malabar terdapat beberapa pohon yang dapat mendukung

kelestarian lingkungan hutan, selain itu juga terdapat beberapa “papan larangan” yang

berfungsi sebagai peringatan bagi masyarakat sekitar agar ikut serta merawat dan

melindungi hutan kota Malabar.

2.     Saran

Sebaiknya masyarakat lebih aktif lagi dalam berpartisipasi melindungi, 

merawat, serta menjaga kelestarian hutan kota Malabar dengan mengingat begitu

banyak fungsi hutan kota yang diberikan untuk masyarakat kota. Hutan kota Malabar

sebaiknya dijaga dan dilindungi dari kerusakan, agar fungsi yang diberikan tetap

optimal. Karena salah satu hutan kota yang berfungsi adalah hutan kota Malabar.

Untuk pemerintah sendiri, seharusnya ada ketegasan sanksi bagi siapa saja yang

melakukan pelanggaran terhadap perusakan hutan kota Malabar. jadi bentuk regulasi itu

benar-benar diterapkan secara utuh, bukan hanya dalam bentuk formalitas belaka.

Pemerintah juga seharusnya lebih berkomitmen dalam menjalankan perannya sebagai

regulator dan fasilitator.

19