makalah-farmakologi-3

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Histamin merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kelainan akut dan kronis, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mekanisme antihistamin pada pengobatan penyakit alergik. Antihistamin merupakan inhibitor kompetitif terhadap histamin. Antihistamin dan histamin berlomba menempati reseptor yang sama. Blokade reseptor oleh antagonis H1 menghambat terikatnya histamin pada reseptor sehingga menghambat dampak akibat histamin misalnya kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi pembuluh darah. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa antihistamin H1 bukan hanya sebagai antagonis tetapi juga sebagai inverse agonist yang mempunyai kapasitas menghambat aktivitas reseptor H1 sedangkan antagonis H1 tidak berpengaruh terhadap aktivitas reseptor H1. Beberapa peneliti tertarik meneliti aktivasi reseptor H1 yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang dan mencari antihistamin yang efektif serta yang tidak mempunyai efek samping, untuk mengatasi radang tersebut. H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 digunakan pada terapi alergi seperti demam hay, urtikaria, ruam akibat sensitivitas terhadap obat, pruritus, serta gigitan dan sengatan serangga. Antihistamin memiliki efek simtomatis serta tidak dapat menghindari adanya timbul reaksi alergi. Pada obat-obat antihistamin generasi lama (misalnya klorfenamin, alimemazin, prometazin) mempunyai efek antimuskarinik dan

description

ghxghdxg

Transcript of makalah-farmakologi-3

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar Belakang MasalahHistamin merupakan salah satu faktor yang menimbulkan kelainan akut dan kronis, sehingga perlu diteliti lebih lanjut mekanisme antihistamin pada pengobatan penyakit alergik. Antihistamin merupakan inhibitor kompetitif terhadap histamin. Antihistamin dan histamin berlomba menempati reseptor yang sama. Blokade reseptor oleh antagonis H1 menghambat terikatnya histamin pada reseptor sehingga menghambat dampak akibat histamin misalnya kontraksi otot polos, peningkatan permeabilitas pembuluh darah dan vasodilatasi pembuluh darah. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa antihistamin H1 bukan hanya sebagai antagonis tetapi juga sebagai inverse agonist yang mempunyai kapasitas menghambat aktivitas reseptor H1 sedangkan antagonis H1 tidak berpengaruh terhadap aktivitas reseptor H1. Beberapa peneliti tertarik meneliti aktivasi reseptor H1 yang mengakibatkan terjadinya reaksi radang dan mencari antihistamin yang efektif serta yang tidak mempunyai efek samping, untuk mengatasi radang tersebut. H1-blockers (antihistaminika klasik) Mengantagonir histamin dengan jalan memblok reseptor-H1 digunakan pada terapi alergi seperti demam hay, urtikaria, ruam akibat sensitivitas terhadap obat, pruritus, serta gigitan dan sengatan serangga. Antihistamin memiliki efek simtomatis serta tidak dapat menghindari adanya timbul reaksi alergi. Pada obat-obat antihistamin generasi lama (misalnya klorfenamin, alimemazin, prometazin) mempunyai efek antimuskarinik dan melewati sawar darah-otak, biasanya menyebabkan rasa kantuk dan gangguan psikomotor. Efek samping tersebut justru menguntungkan bagi pasien yang dirawat di rumah sakit atau pasien yang perlu banyak tidur. Obat-obat golongan baru (misalnya loratadin, cetirizin, fexofenadin) tidak mempunyai efek menyerupai atropine dan, karena tidak menembus sawar darah-otak, obat-obat tersebut sangat jarang menyebabkan kantuk.

1.2. Rumusan Masalah1. Apa definisi Anti Histamin dan Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)2. Apa saja golongan Obat Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)3. Bagaimana mekanisme Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis) 4. Apa saja efek samping yang ditimbulkan dari Obat Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)1.3. Tujuan1. Untuk mengetahui sejarah dari Histamin dan Anti Histamin 2. Untuk mengetahui golongan obat Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis) terhadapa reaksi alergi.4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi Obat Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)

BAB IIPEMBAHASAN.

2.1. Pengertian Anti Histamin dan Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)Antihistamin adalah zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin yang berlebihan di dalam tubuh, dengan jalan memblok reseptornya. atas dasar jenis reseptor histamin, dibedakan dua macam antihistamin, yaitu: Antihistaminika H1 (H1 blocker) dan Antihistaminika H2 (H2 blocker).Antihistaminika H1 (H1 blocker)Antihistamin H1 merupakan inhibitor kompetitif terhadap histamin. Antihistamin danHistamin saling berlomba menempati reseptor histamin. zat ini menekan reseptor H1 dengan efek terhadap penciutan bronchi,usus dan uterus, terhadap ujung saraf dan untuk sebagian terhadap sistem pembuluh darah ( vasodilatasi dan naiknya permeabilitas).

Struktur kimia Antihistaminika H1 (H1 blocker)

Obat ini juga memiliki khasiat lain yaitu antikolenergik, menekan SSP, dan beberapa diantaranya antiserotonin, dan lokal anestesi. Antihistamin digunakan untuk mengatasi bermacam-macam gangguan antara lain asma bersifat alergi, hay fever, sengatan serangga, urticaria, kurang nafsu makan, mabuk perjalanan, parkinson, sebagai sedativ hipnotika.

2.2. Golongan Obat Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)Daftar Antihistamin H1Table 1. Indikasi Generasi Pertama yang Diakui FDA

Drug NameBatas Usia

Indikasi Kategori kehamilan

Azatadine>12 tahunPAR, SAR, CUB

Azelastine>3 tahunPAR, SAR, VR, ACC

Brompheniramine> 6 tahunAR, HR Type 1C

Chlorpheniramine> 2 tahunARB

Clemastine> 6 tahunPAR, SAR, CUB

Cyproheptadine>2 tahunPAR, SAR, CUB

Dexchlorpheniramine>2 tahunPAR, SAR, CUB

HydroxyzineBisa diberikan < 6 tahunPruritus, sedasi, analgesia, anti-emetikC

Promethazine> 2 years oldHR Type 1, Sedation, Motion sickness, AnalgesiaC

Tripelennamine> 1 bulanPAR, SAR, CUB

*PAR = perennial allergic rhinitis(rinitis alergi). SAR = seasonal allergic rhinitis(alergi rhinitis musiman) CU = chronic urticaria, HR Type 1 = hypersensitivity reaction type 1, AR = allergic rhinitis, VMR = vasomotor rhinitis, AC = allergic conjunctivitis

Table 2. Indikasi Antihistamin Generasi II & III yang diakui FDA

Nama ObatBatas UsiaIndikasiKategori Kehamilan

Cetirizine>2 tahunPAR, SAR, CIUB

Fexofenadine>6 tahunSAR, CIUC

Loratadine>2 tahunSAR, CIUB

Desloratadine>12 tahunPAR, SAR, CIUC

*PAR = perennial allergic rhinitis(rinitis alergi). SAR = seasonal allergic rhinitis (alergi rhinitis musiman). CIU = chronic idiopathic urticaria (urtikaria idiopatik kronis).

2.3. Mekanisme Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)a. Chlorpheniramine Maleate (Generasi Pertama Anti Histamin)

Struktur Molekul Chlorpheniramine MaleatePharmacologyIn allergic reactions an allergen interacts with and cross-links surface IgE antibodies on mast cells and basophils. Once the mast cell-antibody-antigen complex is formed, a complex series of events occurs that eventually leads to cell-degranulation and the release of histamine (and other chemical mediators) from the mast cell or basophil. Once released, histamine can react with local or widespread tissues through histamine receptors. Histamine, acting on H1-receptors, produces pruritis, vasodilatation, hypotension, flushing, headache, tachycardia, and bronchoconstriction. Histamine also increases vascular permeability and potentiates pain. Chlorpheniramine, is a histamine H1 antagonist (or more correctly, an inverse histamine agonist) of the alkylamine class. It competes with histamine for the normal H1-receptor sites on effector cells of the gastrointestinal tract, blood vessels and respiratory tract. It provides effective, temporary relief of sneezing, watery and itchy eyes, and runny nose due to hay fever and other upper respiratory allergies.Mechanism of ActionChlorpheniramine binds to the histamine H1 receptor. This blocks the action of endogenous histamine, which subsequently leads to temporary relief of the negative symptoms brought on by histamine.Mekanisme kerja klorfeniramin maleat adalah sebagai antagonis reseptor H1, klorfeniramin maleat akan menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus dan bermacam-macam otot polos; selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang maupun menghambat susunan saraf pusat (Tjay, 2002; Siswandono, 1995).Indikasi :Kondisi alergi Bersin, gatal, mata berair, hidung atau tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis alergi), atau alergi pernapasan lainnya.Contraindications :Hypersensitivity to antihistamines; narrow-angle glaucoma; stenosing peptic ulcer; symptomatic prostatic hypertrophy; asthmatic attack; bladder neck obstruction; pyloroduodenal obstruction; MAO therapy; use in newborn or premature infants and in breast-feeding mothers.Efek samping:dari penggunaan obat CTM adalah penghambatan kerja sistem saraf pusat sehingga dapat menimbulkan rasa kantuk, berkurangnya kewaspadaan serta waktu rekasi yang lambat.Pharmacologicclass:Propylamine(nonselective).Therapeuticclass:Antihistamine;allergy,cold,andcoughremedy.Absorption: Well absorbed in the gastrointestinal tract.Affected organisms: Humans and other mammals

b. Mekanisme dari Generasi II & III cetirizine

Struktur Molekul CetirizinePharmacodynamics:Cetirizine, the active metabolite of the piperazine H1-receptor antagonist hydroxyzine, is used to treat chronic idiopathic urticaria, perennial allergic rhinitis, seasonal allergic rhinitis, allergic asthma, physical urticaria, and atopic dermatitis.Mechanism of action:Cetirizine competes with histamine for binding at H1-receptor sites on the effector cell surface, resulting in suppression of histaminic edema, flare, and pruritus. The low incidence of sedation can be attributed to reduced penetration of cetirizine into the CNS as a result of the less lipophilic carboxyl group on the ethylamine side chain.Indication: For the relief of symptoms associated with seasonal allergic rhinitis, perennial allergic rhinitis and the treatment of the uncomplicated skin manifestations of chronic idiopathic urticariaKontraindikasi: Penderita yang hipersensitif terhadap cetirizine. Karena kurangnya data klinis, cetirizine jangan digunakan selama semester pertama kehamilan atau saat menyusui. Cetrizine jangan digunakan untuk bayi dan anak-anak berumur kurang dari 2 tahun.Efek Samping: Cetrizinie mempunyai efek samping yang bersifat sementara antara lain : sakit kepala, pusing, rasa kantuk, agitasi, mulut kering dan rasa tidak enak pada lambung. Pada beberapa individu, dapat terjadi reaksi hipersensitifitas termasuk reaksi kulit dan angiodema.Absorption:mean peak plasma concentration (Cmax) of 114 ng/mL at a time (Tmax) of 2.2 hours postdose was observed for cetirizine.Affected organisms: Humans and other mammals.

2.4. Efek Samping dari Obat Anti Histamin (H 1 Reseptor Antagonis)

Adverse effects http://www.pharmacorama.com/en/Sections/Histamin_3.php

The early H1-antihistamines usually induce drowsiness and their prescription to patients with an activity requiring a normal vigilance, like control of a vehicle, is contra-indicated. By their alpha-adrenolytic effect especially when they are given by parenteral route, they could reduce the vasoconstrictive effect of adrenaline, administered for example in case of anaphylactic shock.

New H1-antihistamines induce only exceptionally drowsiness. This possibility, even rare, must however be taken into account, particularly at time of a first prescription. It is not advised to prescribe a sedating a H1-antihistamine to infants because, although this is not documented, it could increase the risk of sudden death.

New H1-antihistamines, terfenadine and astemizole, which were associated with cardiac adverse effects, prolongation of QT interval, torsades de pointes by inhibition of potassium channels, are no longer approved for use. .

Other adverse effects of H1-antihistamines have been reported, in particular allergic reactions.

All H1-antihistamines, including those which are intended for treatment of motion sickness, are disadvised during the first three months of pregnancy, more for reasons of principle than for observations of malformations. Promethazine has been prescribed to pregnant women without inducing malformations.a. Antihistamin Generasi Pertama: Alergi fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis. Kardiovaskular hipotensi postural, palpitasi, refleks takikardia, trombosis vena pada sisi injeksi (IV prometazin). Sistem Saraf Pusat drowsiness, sedasi, pusing, gangguan koordinasi, fatigue, bingung, reaksi extrapiramidal bisa saja terjadi pada dosis tinggi. Gastrointestinal epigastric distress, anoreksi, rasa pahit (nasal spray). Genitourinari urinary frequency, dysuria, urinary retention Respiratori dada sesak, wheezing, mulut kering, epitaksis dan nasal burning (nasal spray).b. Antihistamin Generasi Kedua Dan Ketiga: Alergi fotosensitivitas, shock anafilaksis, ruam, dan dermatitis. SSP mengantuk/ drowsiness, sakit kepala, fatigue, sedasi Respiratori mulut kering Gastrointestinal nausea, vomiting, abdominal distress (cetirizine, fexofenadine)Ketrangan : 1. Efek samping SSP sebanding dengan placebo pada uji klinis, kecuali cetirizine yang tampak lebih sedatif ketimbang placebo dan mungkin sama dengan generasi pertama.2. Efek samping pada respiratori dan gastrointestinal lebih jarang dibanding generasi pertama.

2.5. Therapeutic use.H1-antihistamines are used for supportive care of allergic manifestations, cutaneous (urticaria) or mucous membranes (rhinitis, hayfever, conjunctivitis). They are not effective in asthma. Insufficient alone to treat anaphylactic shock or edema of the larynx, they could prevent them. The drug to use in severe situations is adrenaline.

BAB IIIPENUTUPAN 3.1. Kesimpulan CTM klorfeniramin maleat merupakan obat antihistamin H1 GenerasiI dan cetirizine Generasi II & III. Untuk penggunaan obat antihistamin H1 saat ini Cetirizine Terapi Alergi Paling Banyak Digunakan dan Terkini dikarenakan terbukti lebih nyaman dan menguntungkan karena tak menimbulkan efek mengantuk sehingga tak mengganggu aktivitas pasien. Sedangkan penggunaan Obat CTM memiliki efek penenang yang relatif lemah dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama lainnya. Chlorphenamine sering dikombinasikan dengan fenilpropanolamin untuk membentuk suatu obat alergi dengan antihistamin dan dekongestan. Antihistamin sangat membantu dalam kasus di mana alergi merupakan penyebab batuk atau pilek. pada suatu Penelitian pada hewan, obat ini tidak menunjukkan risiko pada janin tetapi tidak ada studi terkontrol pada wanita hamil.3.2.saran Untuk penggunaan obat antihistamin H1 yang baik, merupakan antihistamin H1 dari Generasi II & III yaitu cetirizine. Sedangkan untuk Obat CTM baik digunakan oleh ibu hamil karena obat ini tidak menunjukkan risiko pada janin dan masuk dalam Obat Kategori B.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.drugbank.ca/drugs/DB00341 diakses tanggal 16 april 2015 http://www.drugbank.ca/drugs/DB01114 diakses tanggal 16 april 2015 http://allergycliniconline.com/2012/06/03/anti-alergi-klasik-ctm-chlorpheniramin-maleat-indikasi-dan-penggunaannya/ diakses tanggal 16 april 2015 http://allergycliniconline.com/2012/06/03/cetirizine-terapi-alergi-paling-banyak-digunakan-indikasi-dan-farmakokinetiknya/#comments diakses tanggal 16 april 2015 https://yosefw.wordpress.com/2008/03/26/metabolit-aktif-antihistamin-h1-ceterizine/ diakses tanggal 16 april 2015 http://ahli-farmasi.blogspot.com/2012/01/cetirizine.html#axzz3ZiAPxV3h diakses tanggal 16 april 2015 http://www.drugs.com/ppa/chlorpheniramine-maleate.html diakses tanggal 16 april 2015 https://yosefw.wordpress.com/2008/03/26/metabolit-aktif-antihistamin-h1-ceterizine/ diakses tanggal 16 april 2015