Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

32
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan, pemanfaatan hewan sebagai objek percobaan juga terus berkembang. Hewan laboratorium meruapakan hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pangamatan laboratorik. Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Dalam menggunakan hewan percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan percobaan laboratorium (Ridwan, 2013: 113). Hewan percobaan yang umum digunakan dalam penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara, dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk berbagai penelitian (Depkes, 2011). Tikus termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak

description

farmakologi

Transcript of Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Page 1: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan ilmu kesehatan, pemanfaatan hewan

sebagai objek percobaan juga terus berkembang. Hewan laboratorium

meruapakan hewan yang sengaja dipelihara dan diternakkan untuk dipakai

sebagai hewan model guna mempelajari dan mengembangkan berbagai

macam bidang ilmu dalam skala penelitian atau pangamatan laboratorik.

Hewan percobaan adalah setiap hewan yang dipergunakan pada sebuah

penelitian biologis dan biomedis yang dipilih berdasarkan syarat atau standar

dasar yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Dalam menggunakan hewan

percobaan untuk penelitian diperlukan pengetahuan yang cukup mengenai

berbagai aspek tentang sarana biologis, dalam hal penggunaan hewan

percobaan laboratorium (Ridwan, 2013: 113).

Hewan percobaan yang umum digunakan dalam

penelitian ilmiah adalah tikus. Tikus (Rattus norvegicus) telah

diketahui sifat-sifatnya secara sempurna, mudah dipelihara,

dan merupakan hewan yang relatif sehat dan cocok untuk

berbagai penelitian (Depkes, 2011).

Tikus termasuk hewan mamalia, oleh sebab itu dampaknya terhadap

suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda dibanding dengan mamalia

lainnya (Smith and Mangkoewidjojo, 1988). Tikus merupakan hewan

laboratorium yang banyak digunakan dalam penelitian dan percobaan antara

lain untuk mempelajari pengaruh obat-obatan, toksisitas, metabolisme,

embriologi maupun dalam mempelajari tingkah laku (Malole dan Pramono,

1989).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana data biologik hewan coba tikus?

2. Apa saja jenis atau galur hewan coba tikus?

3. Bagaimana pemilihan kandang untuk hewan coba tikus?

Page 2: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

4. Apa saja kebutuhan pakan hewan coba tikus?

5. Bagaimana cara memegang dan teknik perlakuan hewan coba tikus?

6. Bagaimana siklus estrus dari hewan coba tikus?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui data biologik hewan coba tikus.

2. Mengetahui jenis atau galur hewan coba tikus.

3. Mengetahui kandang yang cocok untuk hewan coba tikus.

4. Mengetahui kebutuhan pakan hewan coba tikus.

5. Mengetahui cara memegang dan teknik perlakuan pada hewan coba tikus.

6. Mengetahui siklus estrus dari hewan coba tikus.

Page 3: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengenalan Tikus

Hewan laboratorium atau hewan percobaan adalah hewan yang sengaja

dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model guna

mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala

penelitian atau pangamatan laboratorik. Tikus termasuk hewan mamalia, oleh

sebab itu dampaknya terhadap suatu perlakuan mungkin tidak jauh berbeda

dibanding dengan mamalia lainnya (Smith and Mangkoewidjojo, 1988).

Tikus merupakan hewan laboratorium yang banyak digunakan dalam

penelitian dan percobaan antara lain untuk mempelajari pengaruh obat-

obatan, toksisitas, metabolisme, embriologi maupun dalam mempelajari

tingkah laku (Malole dan Pramono, 1989).

Tikus (Rattus norvegicus) berasal dari Asia Tengah dan penggunaannya

telah menyebar luas di seluruh dunia (Malole dan Pramono, 1989).

Menurut Besselsen (2004) dan Depkes (2011) taksonomi

tikus adalah:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Subkelas : Theria

Ordo : Rodensia

Subordo : Sciurognathi

Famili : Muridae

Subfamili : Murinae

Genus : Rattus

Spesies : Rattus norvegicus

Page 4: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

B. Data Biologik Tikus

Tikus laboratorium adalah dari jenis Rattus norvegicus, hewan

mamalia dari ordo Rodentia. Seperti mencit, tikus juga

memiliki pendengaran yang sangat tajam sehingga sangat

peka terhadap suara ultrasonik. Penglihatan tikus sangat

lemah dan tidak mampu mendeteksi warna.

Tikus liar, tikus Norwegia dan tikus coklat, adalah hewan semarga

dengan tikus laboratorium. Akan tetapi, nama ilmiah tikus liar lain itu yaitu

tikus hitam adalah Rattus rattus. Tikus ini sampai mirip dengan tikus

Norwegia dan sering terdapat di kota-kota di seluruh dunia tetapi jarang

dipakai sebagai hewan laboratorium.

Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus

dapat tinggal sendirian dalam kandang, asal dapat melihat dan mendengar

tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini tenang dan

mudah ditangani di laboratorium. Pemeliharaan dan makanan tikus lebih

mahal daripada mencit tetapi tikus dapat berbiak sebaik mencit. Karena

hewan ini lebih besar daripada mencit, maka untuk beberapa macam

percobaan, tikus lebih menguntungkan (Malole dan Pramono, 1989: 37)

Peternakan tikus sebagai hewan kesenangan sudah berkembang kira-kira

seratus tahun yang lalu. Kelompok tikus laboratorium pertama-tama

dikembangkan di Amerika Serikat antara tahun 1877 dan tahun 1893

(Robinson, 1979). Hewan ini telah mengalami perubahan karena domestikasi

(Richter, 1954).

Dibandingkan dengan tikus liar, tikus laboratorium lebih cepat menjadi

dewasa, tidak memperlihatkan perkawinan musiman, dan umumnya lebih

mudah berkembang biak. Jika tikus liar dapat hidup selama 4-5 tahun, tikus

laboratorium jarang hidup lebih dari 3 tahun. Bulu tikus liar berwarna keabu-

abuan menciri dengan abdomen keputi-putihan. Mata berwarna hitam dan

kulit berpigmen. Berat badan pada umur empat minggu dapat mencapai 40-50

g dan setelah dewasa sampai 300 g atau lebih. Tikus liar makan semua jenis

Page 5: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

makanan seperti yang dimakan oleh mencit liar (Malole dan Pramono, 1989:

37).

Tabel 1. Data biologik tikus

- Konsumsi pakan per hari

- Konsumsi air minum per hari

- Diet protein

- Ekskresi urine per hari

- lama hidup

- Bobot badan dewasa- Jantan- Betina

- Bobot lahir

- Dewasa kelamin (jantan=betina)

- Siklus estrus (menstruasi)

- Umur sapih

- Mulai makan pakan kering

- Rasio kawin

- Jumlah kromosom

- Suhu rektal

- Laju respirasi

- Denyut jantung

- Pengambilan darah maksimum

- Jumlah sel darah merah (Erytrocyt)

- Kadar haemoglobin(Hb)

- Pack Cell Volume (PCV)

- Jumlah sel darah putih (Leucocyte)

5 g/100 g bb

8-11 ml/100 g bb

12%

5,5 ml/100 g bb

2,5- 3 tahun

300-400 g250-300 g

5-6 g

50+10 hari

5 hari (polyestrus)

21 hari, 40-50 g

12 hari

1 jantan – 3 atau 4 betina

42

37,5oC

85 x/mn

300 – 500 x/mn

5,5 ml/Kg

7,2-9,6 X 106 / μl

15,6 g/dl

46%

14 103 /μl

Page 6: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Umumnya berat badan tikus laboratorium lebih ringan dibandingkan

berat badan tikus liar. Biasanya pada umur empat minggu beratnya 35-40 g,

dan berat dewasa rata-rata 200-250 g, tetapi bervariasi tergantung pada galur.

Tikus jantan tua dapat mencapai 500 g tetapi tikus betina jarang lebih dari

350 g. Galur Sprague-Dawley paling besar, hampir sebesar tikus liar. Ada

beberapa galur tidak berhenti tumbuh sesama hidupnya. Walaupun sudah

dewasa tikus tersebut akan tumbuh terus tetapi sangat lambat(Malole dan

Pramono, 1989: 38).

Ada dua sifat utama yang membedakan tikus dengan

hewan percobaan lainnya, yaitu tikus tidak dapat muntah

karena struktur anatomi yang tidak lazim pada tempat

bermuara esofagus ke dalam lambung sehingga

mempermudah proses pencekokan perlakuan menggunakan

sonde lambung, dan tidak mempunyai kandung empedu

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Selain itu, tikus hanya

mempunyai kelenjar keringat di telapak kaki. Ekor tikus

menjadi bagian badan yang paling penting untuk mengurangi

panas tubuh. Mekanisme perlindungan lain adalah tikus akan

mengeluarkan banyak ludah dan menutupi bulunya dengan

ludah tersebut (Sirois, 2005).

C. Jenis Atau Galur Tikus

Tikus yang selama ini sering digunakan sebagai tikus percobaan

memiliki beberapa jenis atau galur. Tidak semua jenis tikus yang kita kenal

digunakan untuk melaksanakan penelitian. Tikus got yang bertubuh besar

(kadang bisa membuat kucing ketakutan) bukanlah hewan yang digunakan

sebagai tikus penelitian. Tikus laboratorium adalah spesies tikus Rattus

norvegicus yang dibesarkan dan disimpan untuk penelitian ilmiah. Tikus

laboratorium telah digunakan sebagai model hewan yang penting untuk

penelitian di bidang psikologi, kedokteran, dan bidang lainnya.

Page 7: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Sebuah galur atau strain, mengacu pada tikus, adalah sebuah kelompok di

mana semua anggota secara genetik identik. Pada tikus, ini dicapai melalui

perkawinan sedarah. Dengan memiliki populasi jenis ini, adalah mungkin

untuk melakukan percobaan pada peran gen, atau melakukan percobaan yang

mengecualikan variasi dalam genetika sebagai faktor. Sebaliknya, outbred

strain, digunakan ketika identik genotipe tidak diperlukan atau populasi acak

diperlukan, dan lebih didefinisikan sebagai leluhur pembanding strain.

Terdapat tiga galur atau varietas tikus yang memiliki

kekhususan tertentu yang biasa digunakan sebagai hewan

percobaan yaitu galur Sprague dawley berwarna albino putih,

berkepala kecil dan ekornya lebih panjang dari badannya, galur

Wistar ditandai dengan kepala besar dan ekor yang lebih pendek,

dan galur Long evans yang lebih kecil daripada tikus putih dan

memiliki warna hitam pada kepala dan tubuh bagian depan

(Malole dan Pramono, 1989).

1. Tikus Wistar

Tikus galur wistar merupakan bagian dari spesies Rattus norvegicus. Jenis

galur ini dikembangkan di Institut

Wistar pada tahun 1906 untuk

digunakan dalam biologi dan

penelitian medis. Jenis Tikus ini

galur tikus pertama yang

dikembangkan sebagai model

organisme.

Tikus Wistar adalah hewan yang sering dipergunakan dalam berbagai

penelitian, termasuk penelitian hormon dan pengamatan tingkah laku

kopulasi yang berkaitan dengan libido. Ciri tikus ini adalah mempunyai

kepala lebar, telinga panjang, dan memiliki berat badan antara 200-400

gram dengan lama waktu hidup 2,5 sampai dengan 3 tahun. Masa pubertas

tikus 50 ± 10 hari.

Page 8: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Standar perawatan tikus wistar sebagai hewan percobaan meliputi

makanan, minuman, dan

lingkungan pada kandang

diantaranya temperatur,

kelembaban dan intensitas

cahaya. Tikus wistar

memerlukan asupan

makanan sebanyak 5

gram/100 gram berat badan dan konsumsi cairan 8 – 11 ml/gram berat

badan dalam 24 jam. Temperatur kandang yang diperlukan untuk

perawatan tikus wistar adalah 21 – 24oC dengan rata-rata kelembaban 40-

60%. Intensitas cahaya yang diperlukan adalah 75–125 fc, dengan siklus

siang–malam sebanyak 12–12 jam atau 14–10 jam.

2. Tikus Sprague Dawley

Tikus Sprague Dawley memiliki ciri-ciri berwarna putih, berkepala kecil

dan ekornya lebih panjang daripada badannya (Malole dan Pramono).

Jenis ini secara ekstensif digunakan dalam riset medis. Keuntungan

utamanya adalah ketenangan dan kemudahan penanganannya. Tikus jenis

ini pertama kali diproduksi oleh peternakan Sprague Dawley (kemudian

menjadi Perusahaan Animal Sprague Dawley) di Madison, Wisconsin.

Fasilitas penangkaran dibeli pertama kali oleh Gibco dan kemudian oleh

Harlan (sekarang Harlan Sprague Dawley) pada bulan Januari 1980.

Rata-rata ukuran berat tubuh tikus Sprague Dawley adalah 10.5. Berat

badan dewasa adalah 250-300g bagi betina, dan 450-520g untuk jantan.

Hidup yang khas adalah 2,5-3,5 tahun. Tikus ini biasanya memiliki ekor

Page 9: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

untuk meningkatkan rasio panjang tubuh dibandingkan dengan tikus

Wistar.

3. Tikus Long-Evans

Long-Evans tikus adalah tikus strain outbred termasuk dalam spesies

Rattus norvegicus. Jenis galur ini dikembangkan oleh Drs. Long dan Evans

pada tahun 1915 dengan menyilangkan beberapa Wistar betina dengan

Tikus jantan grey wild . Long Evans tikus putih dengan tudung hitam, atau

kadang-kadang putih dengan kerudung cokelat. Mereka dimanfaatkan

sebagai model serbaguna organisme, sering dalam perilaku dan penelitian

obesitas.

Tikus yang digunakan dalam penelitian adalah galur Sprague

Dawley berjenis kelamin jantan berumur kurang lebih 2 bulan.

Tikus Sprague Dawley dengan jenis kelamin betina tidak digunakan

karena kondisi hormonal yang sangat berfluktuasi pada saat

mulai beranjak dewasa, sehingga dikhawatirkan akan

memberikan respon yang berbeda dan dapat mempengaruhi

hasil penelitian (Kesenja 2005). Tikus putih galur ini mempunyai

daya tahan terhadap penyakit dan cukup agresif dibandingkan

dengan galur lainnya (Harkness

dan Wagner. 1983).

D. Kandang

Prinsip kandang mencit laboratorium

sama dengan kandang tikus

laboratorium, tetapi kandang tikus

perlu sedikit lebih besar. Semua jenis kandang digunakan dengan maksud

sama, yaitu dipakai untuk mengandangkan hewan untuk percobaan, untuk

menternakkan atau untuk hewan persediaan (hewan stok). Kandang harus

cukup kuat tidak mudah rusak, dan tahan disteril ulang dengan suhu sampai

Page 10: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

120oC dan tahan disterilkan dengan bahan kimia. Kandang ini harus dibuat

dari bahan yang baik dan mudah dibongkar, mudah dibersihkan dan mudah

dipasang lagi. Kandang harus tahan gigitan, hewan tidak mudah lepas, tetapi

hewan harus tampak jelas dari luar (Malole dan Pramono, 1989: 40)

Kandang yang digunakan untuk pemeliharaan tikus biasanya berupa

kotak yang terbuat dari metal atau plastik. Tutup untuk kandang berupa kawat

dengan ukuran lubang 1,6 cm2. Alas kandang terbuat dari guntingan kertas,

serutan kayu, serbuk gergaji atau tongkol jagung yang harus bersih, tidak

beracun, tidak menyebabkab alergi dan kering (Malole dan Pramono, 1989).

Ukuran kandang yang dianjurkan adalah 900 cm2 untuk sepasang tikus

bibit, dan 1.080 cm2 cukup untuk seekor induk dengan 14 anak. Pada waktu

disapih, kurang lebih 10 ekor tikus dapat ditempatkan di kandang yang lebih

besar. Sesudah itu, tingkat populasi harus makin dikurangi untuk menghindari

gangguan pertumbuhan. Kalau sudah dewasa, 4-5 ekor tikus merupakan

jumlah maksimum untuk kandang dengan ukuran tersebut.

Satu alasan lagi mengapa tidak dianjurkan terlalu banyak tikus di satu

kandang adalah bahwa terlalu berdesak-desakan menyebabkan suhu badan

meningkat di atas normal. Tikus hanya mempunyai kelenjar keringat di

telapak kakinya. Seperti pada mencit, ekor tikus menjadi bagian badan paling

penting untuk mengurangi panas tubuh. Kalau kandang diisi sampai

berdesakan, tikus tidak dapat mengurangi panas badannya dengan cara ini,

dan tinggal satu mekanisme perlindungan, tikus akan mengeluarkan banyak

ludah dan menutupi bulunya dengan ludah. Kalau cara ini gagal, tikus akan

mati sesudah beberapa menit karena hipertermi. Akan tetapi kalau ruang tikus

dapat dipertahankan pada suhu 20-25oC, masalah tersebut jarang terjadi.

Kalau suhu lebih dari 30oC masalah lain juga timbul yaitu tikus tidak dapat

berbiak. Walaupun sebanarnya temperatur ideal kandang yaitu 18-27oC atau

rata-rata 22oC dan kelembaban realtif 40-70% (Malole dan Pramono, 1989).

Seperti mencit, tikus mengerat makannya melalui keranjang kawat, tetapi

tikus menarik pelet yang sudah separuh dimakan melalui kawat, makanan itu

lalu dipegang dengan kaki depannya dan dimakan. Hal ini berbeda dengan

Page 11: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

mencit yang membuang pelet seperti itu dan kembali ke tempat makanan

untuk makan pelet baru (Malole dan Pramono, 1989: 40).

E. Alat-alat Makan dan Minum

Prinsip yang dipakai untuk memberi makan dan minum tikus, sama

dengan yang dipakai untuk mencit. Tikus minum air lebih banyak daripada

mencit, oleh karena itu air minum harus tersedia terus-menerus. Mungkin

harus dipakai botol air lebih besar dari botol yang dipakai untuk air minum

mencit. Air minum dapat ditambah dengan asam klorida dan ini tidak

merugikan tikus. Tiap hari seekor tikus dewasa minum 20-45 ml air (Malole

dan Pramono, 1989: 43).

F. Makanan Tikus

Seperti untuk mencit laboratorium, kualitas makanan tikus merupakan

faktor penting yang mempengaruhi kemampuan tikus mencapai potensi

genetik untuk tumbuh, berbiak, hidup lama atau reaksi setelah pengobatan

dan lain-lain. Selanjutnya, percobaan-percobaan tentang makanan, dan

defisiensi zat makanan pada semua jenis hewan termasuk manusia,

kebanyakan menggunakan tikus daripada hewan percobaan lain (Malole dan

Pramono, 1989: 43).

Pada dasarnya, makanan tikus tidak banyak berbeda dengan makanan

mencit. Cara menyediakan makanan tikus juga sama dengan mencit. Bahan

dasar makanan tikus dapat juga sedikit bervariasi misalnya: protein, 20-25%

(tetapi hanya 12% atau protein itu lengkap berisis semua 20 asam amino

esensial dengan konsentrasi benar); lemak, 5%; pati, 45-50%, serat kasar, dan

abu, 4-5%. Makanan tikus harus mengandung vitamin A (4000 IU/Kg);

vitamin D (1000 IU/Kg); alfa-tokoferol (30 mg/Kg); asam linoleat (3 g/Kg);

tiamin (4 mg/Kg); riboflavin (3 mg/Kg); pantotenat (8 mg/Kg), vitamin B12

(50 ug/Kg); biotin (10 ug/Kg); piridoksin (40-300 ug/Kg); dan kolin (1000

mg/Kg). Tiap hari seekor tikus dewasa makan antara 12 g sampai 20 g

makanan. Seperti mencit, kalau tikus bunting atau menyusui, nafsu makannya

bertambah (Malole dan Pramono, 1989: 43-44).

Page 12: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Kebutuhan pakan bagi seekor tikus setiap harinya kurang lebih sebanyak

10% dari bobot tubuhnya jika pakan tersebut berupa pakan kering dan dapat

ditingkatkan sampai 15% dari bobot tubuhnya jika pakan yang dikonsumsi

berupa pakan basah. Kebutuhan minum seekor tikus setiap hari kira-kira 15-

30 ml air. Jumlah ini dapat berkurang jika pakan yang dikonsumsi sudah

banyak mengandung air (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Rata-rata

pemberian pakan harian untuk tikus Sprague-Dawley selama periode

pertumbuhan dan reproduksi mendekati 15-20 g untuk jantan dan 10-15 g

untuk betina (National Research Council, 1978).

Smith dan Mangkoewidjojo (1988) menyatakan bahwa pada kondisi

dimana pakan diberikan dalam jumlah yang sangat terbatas maka tikus dapat

mengurangi konsumsi energinya, tetapi jika nafsu makan berlebih, tikus dapat

meningkatkan penggantian energi. Adapun kriteria yang umum digunakan

dalam memperkirakan kecukupan nutrisi makanan antara lain pertumbuhan,

reproduksi, pola tingkah laku, kesediaan nutrisi, aktivitas enzim, histologi

jaringan dan kandungan asam amino serta protein dalam jaringan (National

Research Council, 1978).

Pakan yang diberikan pada tikus umumnya tersusun dari komposisi alami

dan mudah diperoleh dari sumber daya komersial. Namun demikian, pakan

yang diberikan pada tikus sebaiknya mengandung nutrien dalam komposisi

yang tepat. Pakan ideal untuk tikus yang sedang tumbuh harus memenuhi

kebutuhan zat makanan antara lain protein 12%, lemak 5%, dan serat kasar

kira-kira 5%, harus cukup mengandung vitamin A, vitamin D, asam linoleat,

tiamin, riboflavin, pantotenat, vitamin B12, biotin, piridoksin dan kolin serta

mineral-mineral tertentu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Menurut

McDonald (1980), protein pakan yang diberikan pada tikus harus

mengandung asam amino essensial yaitu : Arginin, Histidin, Isoleusin,

Leusin, Methionin, Fenilalanin, Treonin, Tryptofan, dan Valine. Selain

nutrisi, hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan tikus putih sebagai

hewan percobaan adalah perkandangan yang baik.

Page 13: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Tabel 2. Mineral dalam Makanan Tikus

Kalsium 0,5%

Fosfor 0,4%

Magnesium 400 mg/Kg

Kalium 0,36%

Natrium 0,05%

Tembaga 5,0 mg/Kg

Yodium 0,15 mg/Kg

Besi 35,0 mg/Kg

Mangan 50,0 mg/Kg

Seng 12,0 mg/Kg

G. Memegang dan Identifikasi

Tikus muda dapat dipungut dengan ekornya seperti mencit. Tikus yang

sedikit lebih besar dapat dipungut dengan cara sama, tetapi harus dipegang di

daerah setengah bagian proksimal ekor. Tikus dewasa lebih-lebih betina

bunting tidak boleh dipungut dengan ekornya tetapi dengan memegang

badannya. Berat badan harus ditopang dengan tangan, baik dengan tapak

tangan atau dengan memegang tikus pada dada dan bahu. Tikus tidak agresif

kalau dipegang dari atas, tapi tikus menjadi gugup kalau diburu ke sudut

kandang dan mau menggigit. Kalau tikus laboratorium harus dipegang

dengan hati-hati, cepat mejadi tenang seperti hewan kesenangan (Malole dan

Pramono, 1989: 44).

Cara Penanganan

Pertama, ekor dipegang sampai pangkal ekor. Kemudian telapak tangan

menggenggam melalui bagian belakang tubuh dengan jari telujuk dan jempol

secara perlahan diletakkan disamping kiri dan kanan leher. Tangan yang

lainnya membantu dengan menyangga dibawahnya, atau tangan lainnya dapat

digunakan untuk menyuntik (Syamsuddin, 2011: 9).

Page 14: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Gambar 1. Cara memegang tikus untuk Gambar 2. Cara memegang tikusinjeksi IP

H. Teknik Percobaan

Penandaan (Identifikasi) Hewan Laboratorium

Beberapa cara peandaan hewan laboratorium dilakukan untuk mengetahui

kelompok hewan yang diperlakukan berbeda dengan kelompok lain.

Penandaan ini dapat dilakukan secara permanen untuk penelitian jangka

panjang (kronis), sehingga tanda tersebut tidak mudah hilang, yaitu dengan

ear tag (anting bernomor), tato pada ekor, melubangi daun telinga dan

elektronik transponder (Syamsuddin, 2011: 10).

Pengambilan Darah

Pada umumnya pengambilan darah yang terlalu banyak pada hewan kecil

dapat menyebabkan syok hipovolemik, stres dan bahkan dapat menyebabkan

kematian. Tetapi bila dilakukan pengambilan sedikit darah tetapi sering, juga

dapat menyebabkan anemia. Pada umumnya pengambilan darah dilakukan

sekitar 10 % dari total volume darah dalam tubuh dan selama selang waktu 2-

4 minggu. Atau sekitar 1 % dengan interval 24 jam. Total darah yang diambil

sekitar 7,5 % dari bobot badan. Diperkirakan pemberian darah tambahan

(exsanguination) sekitar setengah dari total volume darah. Contohnya : bobot

Page 15: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

300 g, total volume darah 22,5 ml, maksimum pengambilan darah2,25 ml,

maka pemberian exsanguination 11,25 ml.

Pengambilan darah harus menggunakan alat speaseptik mungkin. Untuk

meningkatkan vasodilatasi, perlu diberi kehangatan pada hewan tersebut,

misalnya taruh dalam ruangan dengan suhu 40 C selama 10-15 menit, dengan

memasang lampu pemanas dalam ruangan tersebut. Pengambilan darah dapat

dilakukan pada lokasi tertentu dari tubuh, yaitu :

Vena lateral dari ekor Bagian ventral arteri ekor Sinus orbitalis mata Vena saphena (kaki) Anterior vena cava Langsung dari jantung.

(Syamsuddin, 2011: 10-11).Adapun teknik pengambilan darah pada tikus sebagai berikut:

1. Dengan memotong ujung ekor.

2. Darah dapat diperoleh juga dari vena lateralis ekor. Cara ini sedikit lebih

mudah dilaksanakan pada tikus daripada mencit. Dapat dipakai jarum

ukuran 26 ( 26 gauge). Tikus harus dimasukkan dalam alat semacam

perangkap, dan ekor dikeluarkan. Ekor diputar 90o C. untuk tikus tua, ekor

dimasukkan dalam larutan Na sulfat pekat selama dua menit untuk

menghilangkan keropeng kulit. Akan tetapi harus segera dicuci. Untuk

melebarkan vena, ekor dapat dimasukkan dalam air hangat selama

beberapa menit, kemudian ekor dikeringkan sebelum vena ditusuk dengan

jarum.

3. Cara memperoleh darah dari sinus orbitalis jarang dipakai dan perlu

anastesi.

4. Cara memperoleh darah dari jantung tikus lebih sering dipakai daripada

mencit. Diperlukan anastesi dan cara ini sama pada mencit .

5. Cara dekapitasi sering dipakai pada tikus.

6. Seperti pada mencit, cara ,memperoleh darah tikus dari vena saphena atau

vena jugularis tidak lazim dipakai.

Page 16: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

(Malole dan Pramono, 1989: 54)

Pengambilan cairan tubuh

Cairan limfe sering diperoleh untuk percobaan imunologis. Karena tikus lebih

besar daripada mencit, ductus thoracicus tikus mudah ditemukan dan dapat

diperoleh banyak cairan limfe. Pada dasarnya cara yang dipakai sama dengan

yang diuraikan dalam bab 2. Cara asites jarang dipakai pada percobaan dengan

tikus.

Anastesi

Tikus yang ebnar-benar sehat dan bebas dari penyakit CRD adalah hewan

hewan percobaan yang baik untuk dianastesi. Jarag terjadi reaksi samping

terhadap anastetika yang lazim dipakai. Sebaliknya tikus yang terinfeksi

penyakit CDR mempunyai resiko besar dan dapat menimbulkan bnayak

kematian baik selama anastesi maupun dalam periode pascaoperasi.

Eter

Eter tidak begitu bermanfaat pada tikus karena jarang diperoleh hewan bebas

dari penyakit CDR. Karena eter menyebabakan iritasi sistem pernafasan tikus,

kalau system peradangan meradang , hasilnya kurang baik. Kalau dipakai eter,

tidak boleh lupa bahwa diperlukan ventilasi laboratorium yang baik sekali.

Barbiturat

Depresi sistem pernapasan dan hipotermi adalah bahaya yang sering timbul

kalau dipakai anastetika barbiturat. Oleh karena itu, penting bahwa saluran

pernapasan dijaga baik-baik dan dipertahankan homoestatis cairan badan dan

suhu. Ini penting baik selama operasi maupun sesudah operasi.

a. Pentobarbital dapat dipakai dengan dosis 25 mg/kg I.V. atau 50 mg/kg I.P.

paling baik kalau larutan baru dengan konsentrasi 3 % dibuat dari serbuk

barbiturate segera sebelum anstetika digunakan. Anastesi terjadi sesudah

10 menit dan berlangsung 25-40 menit.

b. Triopental dapat dipakai dengan dosis 20 mg/kg I.V. atau 4 mg/kg I.P. akan

tetapi anastetika ini jarang dipakai untuk tikus.

Page 17: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Ketamin hidroklorida

Anastetika ini dapat dicoba dengan dosis 44-60 mg/kg I.M. akan tetapi

pengalaman penggunaan anastetika ini sangat bervariasi . masalah penting

adalah bahwa relaksasi otot sangat buruk.

Namun, kalau fentanil-fluanison (Hypnorn) atau fentanil-droperidol (Innovar-

Vet) disuntikkan I.M atau I.P dengan dosis 0,3-0,4 ml kg beberapa menit

sebelum campuran ketamin (80 mg/kg) dan xilazin (12 mg/kg) disuntikkan I.P,

status anstesi yang baik akan tercapai.

Alfaxolon-alfadolon (saffan)

Kalau anastetika ini disuntikkan I.M atau I.P. hasilnya bervariasi akar. Tetapi

kalau dberikan I.V. dengan dosis 10-12 mg/kg status anastesi yang baik terjadi

sesudah 20 detik dan berlangsung 15-12 menit.

Metoksifluran

Metoksifluran dengan O2 merupakan anastesi aman kalau dipakai dengan

konsentrasi 0,5-1,0 % dan cocok untuk periode anastesi lama dan stabil. Gas

dialirkan kira-kira 500 ml menit. Metoksifluran dapat diuapkan dalam alat

yang memadai, atau dapat diberikan pada tikus melalui sebuah kerucut mulut.

Satu-satunya kekurangan dalam penggunaan anastetika ini adalah bahwa

hewan lama pulih kembali, sampai 24 jam.

Halotan

Anastretika ini bagus sekali kalau dipakai dengan alat penguapan dengan

kalibrasi yang tepat. Halotan dapat digunakan bercampur O2 atau N2O : O2

dengan konsentrasi 1-2 % dan gas dialirkan kira-kira 500 ml/menit. Kepulihan

pelan-pelan dan berlangsung hanya 3-4 menit.

Eutanasi

Kalau banyak tikus akan dibunuh, paling mudah memakai karbon dioksida .

biasanya tikus terlalu besar kalau dipakai cara dislokasi leher seperti mencit.

Page 18: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Akan teapi kalau tikus masih muda, berat badan kurang dari 100 g cara ini

dapat dipakai. Untuk tikus lebih tua atau dewasa lebih baik dipakai alat-alat

dekapitasi ( guillotine ) atau suntikan pentobarbiton dengan dosis 100 mg/kg

I.P. kadang-kadang kloroform bermanfaat juga, tetapi eter terlalu berbahaya

karena dapat meledak.

(Malole dan Pramono, 1989: 54-57)

I. Siklus Estrus TikusPemantauan siklus estrus berperan penting pada keberhasilan fertilisasi

dan reproduksi untuk meningkatkan jumlah populasi hewan (Nalley et al.,

2011), khususnya hewan-hewan dengan status konservasi terancam punah

(Maxim et al., 2003). Dengan diketahui saat masa subur yang umum terjadi

di pertengahan siklus, hewan betina dapat dikawinkan secara alami di

penangkaran. Masa subur ditandai dengan dilepaskannya sel telur betina

matang melalui peristiwa ovulasi (Sophia, 2003). Pada masa tersebut, hormon

estrogen mencapai kadar maksimal dan kemudian menurun drastis. Setelah

ovulasi terjadi, rendahnya kadar estrogen akan digantikan dengan mulai

meningkatnya kadar progesteron. Peningkatan kadar progesteron menandakan

ovulasi telah terjadi dan kadar progesteron akan mencapai puncaknya pada

fase midluteal siklus. Fluktuasi kadar hormon-hormon tersebut merupakan

respons terhadap bekerjanya hormon-hormon hipofisis pada organ ovari

(Champbell et al., 2004; Dewi, 2010).

Siklus berahi adalah selang waktu atau jarak antara berahi yang satu

sampai berikutnya. Sedangkan berahi atau estrus itu sendiri adalah saat di

mana hewan betina bersedia menerima pejantan untuk kopulasi (Portodiharjo,

1987). Lama siklus estrus berbagai jenis hewan bervariasi. Pada hewan

laboratorium seperti tikus panjang siklus estrus adalah 4 – 5 hari. Seperti pada

hewan lain siklus estrus pada tikus secara kasar dapat dibagi menjadi empat

stadium (Turner dan Bargnara, 1976) yang proesrus, estrus, metestrus dan

diestrus. Beberapa penulis menyatakan bahwa fase proestrus dan estrus

Page 19: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

dikelompokkan sebagai fase folikuler dan fase luteal terdiri atas metestrus

dan diestrus.

1. Estrus

Pada stadium ini kopulasi dimungkinkan terjadi. Fase ini berlangsung 12

jam (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988 ; Ballanger, 2000). Ciri yang khas

adalah dengan adanya aktivitas berlari-lari yang sangat tinggi di bawah

pengaruh estrogen. Estrus merupakan periode sekresi estrogen yang tinggi.

Estrogen dari folikel de Graff yang matang menyebabkan berbagai

perubahan pada saluran reproduksi, uterus tegang, mukossa vagina tumbuh

cepat serta adanya sekresi lendir. Banyak mitosis terjadi di dalam mukosa

vagina dan sel-sel baru yang menumpuk, sementara lapisan permukaan

menjadi skuamosa dan bertanduk. Sel-sel bertanduk ini terkelupas ke

dalam lumen vagina. Terdapatnya sel-sel ini bsa dilihat dalan preparat ulas

vagina yang digunakan sebagai indikator dari fase estrus.

2. Metestrus

Mestestrus adalah fase segera setelah estrus di mana korpus luteum mulai

tumbuh. Korpus luteum merupakan perubahan bentuk dari folikel de Graff

pada tahap akhir yang berubah fungsi setelah mengalami ovulasi (Wijono,

1998). Mestestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progesteron

yang dihasilkan korpus luteum (Guyton, 1994). Stadium ini terjadi kira-

kira 10 – 14 jam setelah ovulasi berlangsung. Pada preparat ulas vagina

telihat banyak leukosit muncul di dalam lumen vagina bersama sedikit sel-

sel bertanduk.

3. Diestrus

Merupakan periode terakhir dan terlama yaitu 60 – 70 jam. Pada peeriode

korpus luteum menjadi matang dan pengaruh progesterone semakin nyata.

Endometrium lebih menebal dan kelenjar membesar (Toelihere, 1981).

Pada preparat ulas vagina terlihat leukosit dalam jumlah tinggi dan sel-sel

epitel berinti (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998 ; Nalbandov, 1990).

4. Proestrus

Page 20: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Stadium ini menandakan datangnya berahi. Fase ini berlangsung sekitar 12

jam. Fase ini merupakan awal perkembangan folikel de Graff. Folikel

tumbuh di bawah pengaruh FSH (McDonald, 1989). Proestrus merupkan

periode terjadinya involusi fungsional korpus luteum serta pembengkakan

praovulasi folikel. Selain itu Toelihere (1981) menyatakan pada tahap ini

terjadi pada beberapa spesies. Peningkatan vaskularisasi ini disebabkan

oleh estrogen yang semakin tinggi. Pada preparat ulasvagina terlihat

adanya dominasi sel-sel berinti.

Tabel 3. Gambaran sel yang ditemukan lewat ulasan vagina tikus putih selama

siklus estrus.

Page 21: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

Gambar 3. Irisan melintang dinding vagina tikus putih selama berbagai

fase siklus estrus (Turner dan Bagnara,1976)

Page 22: Makalah Met. Farmakologi Kel. 1 Fix

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hewan coba tikus

B. SARAN