MAKALAH FARIND.doc
-
Upload
sandrowagut -
Category
Documents
-
view
220 -
download
2
description
Transcript of MAKALAH FARIND.doc
POSOLOGI
Posologi adalah ilmu yang membahas bentuk sediaan obat, cara pemberiaan obat,
perhitungan dosis dan frekuensi pemberian obat. Tujuan Posologi Pemberian obat yang
rasional yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis dan tepat rute pemberian
serta terdokumentasi.
A. Bentuk Sediaan Obat
1. Sediaan Padat
Pulvis / Pulveres / Serbuk
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
ditujukan untuk obat dalam atau obat luar. Pulveres adalah serbuk yang dibagi-
bagi dalam bobot yang diperkirakan sama, masing-masing dibungkus dengan
pengemas yang cocok untuk sekali minum.
Tablet
Merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi, pengembang, pengikat, pelicin dan pembasah atau fungsi lain yang
cocok. Tablet berbentuk bulat pipih dengan berat antara 50 mg – 2 g, umumnya
200-800 mg. Jenis tablet, yaitu tablet salut, tablet effervescent, tablet sublingual,
tablet lepas lambat dan lozenge.
Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut, cangkang kapsul terbuat dari gelatin, pati atau bahan lain yang
cocok.
Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan
dalam bentuk rectal, vagian, urethal. Sediaan ini dapat meleleh, melunak atau
melarut pada suhu tubuh. Berdasarkan Pemakaiannya bentuk suppositoria ada
yang berbentuk torpedo atau meruncing dikedua ujunngya (anal). Ovula yang
bentuknya bulat atau bulat telur digunakan melalui vagina.
Kaplet
Merupakan tablet berbentuk seperti kapsul yang pembuatannya melalui kempa
cetak.
Pellet
Merupakan sediaan tablet kecil, silindris dan steril, yang pemakaiannya ditanam
ke dalam jaringan.
Lozonge
Merupakan sediaan tablet yang rasanya manis dan baunya enak, penggunaannya
dihisap di dalam mulut.
2. Sediaan Setengah Padat
Salep
Merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunkan sebagai
obat lua.
Krim
Merupakan sediaan setengnah padat berupa emulsi mengandung air tidak
kurang dari atau sama dengan 60% dan dimaksudkan untuk pengobatan luar.
Umumnya digunkan di daerah yang relative jarang terkena air karena krim
mudah tercuci.
Pasta
Merupakan sediaan berupa masa lembek yang digunakan untuk pemakaian luar.
Biasanya dibuat dengan mencampur serbuk dalam jumlah ≥ 50 % bagian dengan
vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar yang tidak berlemak ( gliserol,
muccilago atau sabun)
Jelli
Merupakan sediaan suspense setengah padat dari bahan organic atau anorganik,
mengandung air, dan digunkan pada kulit yang peka atau berlendir (mukosa).
3. Sediaan Cair
Larutan
Merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali
dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakn air suling. Larutan bersifat homogen.
Sirup
Merupakan sediaan berupa larutan yang mengandung gula. Kecuali dinyatakan
lain, kadar gula tidak kurang dari 64% atau tidak lebuh dari 66%. Sirup dangan
kadar gula ± 65% disebut sirup simplek yang digunakan sebagi origen saporis
(pemanis).
Eliksir
Merupakan sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat
yang mengandung zat tambahan sperti gula, zat pemanis lainnya, zat warna, zat
pewangi dan zat pengawet. Eliksir digunakan sebagai obat dalam. Pelarut yang
digunakan umumnya etanol karena dapat meningkatkan kelarutan zat aktifnya.
Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi yang digunakan
baik untuk obat luar atau dalam dilengkapi alat penetes berkala (untuk obat
dalam) dan tidak berskala untuk obat luar. Jika disebut obat tetes tanpa
keterangan yang dimaksud adalah obat dalam.
Injeksi
Merupak sediaan steril dan bebas pirogen yang berupa larutan, emulsi, suspense,
serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebuh dahulu sebelum digunakan.
Penggunaan sediaan injeksi disuntikan menggunakan spuit ke dalam kulit, di
bawah kulit, otot atau intravena.
Enema
Merupakan suatu larutan yang penggunaannya melalui rectum. Kegunaan
sediaan enema antara lain untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang
atau mengurangi nyeri local.
Gargarisma
Merupakan sediaan berupa larutan realtif pekat dan harus diencerkan sebelum
digunakan. Gargarisma umumnya digunakan untuk pencegahan atau pengobatan
infeksi tenggorokan.
Douche
Merupakan larutan yang digunakan secara langsung pada lubang tubuh,
bermanfaat sebagai pemebersih atau antiseptic. Contohnya : vaginal douche, eye
douche, pharyngeal douche dan nasal douche.
Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat berupa partikel halus
yang tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa. Dalam kemasan sediaan
suspense disertai etiket bertuliskan kocok dahulu sebelum digunkan, dengan
tujuan supaya partikel yang mengendap tersdispersi nyata.
Emulsi
Merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,
terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan emulgator yang
sesuai. Emulsi merupakan campuran zat berminyak dan berair.
Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabato dengan air
panas (90°c) selama 15 menit
.
B. Cara Pemberian Obat
1. Tepat Pasien
2. Tepat Obat
3. Tepat Waktu
4. Tepat Dosis
5. Tepat Rute
6. Tepat Dokumentasi
C. Rute Pemberian Obat
Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke
dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi. Rute pemberian obat
ada dua, yaitu :
1. Enteral
Merupakan pemberiaan obat melalui saluran gastrointestinal, seperti pemberian
obat secara sublingual, bukal, rectal dan oral. Kerugian dari pemberian jalur
enteral adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien tidak sadar,
tidak dapat menelan. Keuntungannya adalah jalur ini lebih praktis digunakan dan
tidak menimbulkan ras sakit.
2. Parenteral
Merupakan pemberiaan obat non enteral. Misalnya injeksi, transdermal,
endotrakeal, dan inhalasi. Efek yang ditimbulkan bisa sistemik maupun local.
D. Perhitungan Dosis
1. Perhitungan Dosis Individual Untuk Bayi dan Anak Jika hanya diketahui dosis
dewasa, maka :
Berdasarkan Luas Permukaan tubuh
Ket : DA = Dosis Anak
DD = Dosis Dewasa
KO = Luas Permukaan Tubuh Anak (m2)
1,73 m2 = Luas Permukaan Rata-Rata Orang Dewasa
Berdasarkan BB
Umumnya menggunakan rumus clark, yaitu :
Ket : W = Berat badan (Kg)
Berdasarkan Usia
Ada beberapa cara, yaitu :
a. Rumus Young
b. Rumus Dilling
c. Rumus Cowling
d. Rumus Fried
DA = DD x KO1,73 m2
DA = DD x W70
DA = DD x nn+12
DA = DD x n20
DA = DD x n+124
DA = DD x M150
Ket : n = Umur ( Tahun)
M= Umur (Bulan)
2. Perhitungan Untuk Pemberian obat
Setelah mendapatkan dosis, maka kita harus memberikannya berdasarkan
sediaan yang ada atau tersedia.
E. Frekuensi Dan Interval Pemberiaan Obat
1. Frekuensi Pemberian Obat
Berapa kali obat yang harus diberikan dalam sehari atau setiap berapa jam
sangat bergantung dari sifat kimia-fisika obat, besar dosis, dan tujuan pengobatan.
Lamanya pemberian obat juga bervariasi.
2. Interval pemakaian
Interval pemberian obat oral dapat dihitung dengnan rumus
(X ) Jumlah yang harus diberikan = ( D ) dosis yanng diminta
(T ) sediaan yang tersedia
Interval = 24 jam−(6−8 jam)
jumlah pemakaian sehari
DOSIS
Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman
bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi,
dosis minimum, dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :
1. Dosis lazim
Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa
digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya
diantara dosis maksimum dan dosis minimum obat.
2. Dosis terapi
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien.
3. Dosis minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis
(khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.
4. Dosis maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan
tidak menimbulkan keracunan.
5. Dosis toksik
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat
menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)
6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan
kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
Dosis letal 50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan percobaan
Dosis letal 100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100% hewan percobaan
Setiap obat memiliki rentang dosis yang berbeda. Sebagai contoh fentanyl yang memiliki rentang
dosis sebagai berikut
Rentang
Dosis Rendah 2 mcg/kg/dose
Dosis Sedang 2-20 mcg/kg/dose
Dosis Besar 20-50 mcg/kg/dose
Amfetamin
Rentang
Dosis rendah sampai sedang 2,5-20 mg
Dosis tinggi 50 mg atau lebih
ARTESUNATE
Indikasi:
Pengobatan malaria berat termasuk malaria Plasmodium falciparum yang resisten terhadap
klorokuin.
Peringatan:
Suntikkan setelah melarut, jangan digunakan jika terbentuk kekeruhan, tidak boleh diberikan
sebagai infus. Lakukan pengobatan selama 5 hari pada malaria falciparum yang resisten terhadap
klorokuin. Tidak direkomendasikan untuk diberikan pada wanita hamil, selama menggunakan
obat ini tidak diperbolehkan mengendarai atau menjalankan mesin
Interaksi:
Pemberian bersama dengan meflokuin dapat meningkatkan efek kuratif.
Kontraindikasi:
Pasien dengan riwayat hipersensitivitas
Efek Samping:
Mual, muntah diare, pankreatitis, pusing, berkunang-kunang, sakit kepala, insomnia, tinnitus,
ruam, batuk, arthralgia
Dosis:
Oral : DEWASA dosis total 600-800 mg/hari harus diberikan selama 5-7 hari. ANAK
dosis total 12 mg/kg BB harus diberikan selama 5-7 hari.
Injeksi : dosis awal 2,4 mg/kg BB per i.v, selanjutnya dengan dosis yang sama diberikan
pada jam ke 12 dan jam ke 24. Pada hari ke 2 sampai dengan ke 5 diberikan 2,4
mg/kg BB per 24 jam
Sifat Fisikokimia
Artesunate mudah larut dalam air. Artesunate merupakan derivat artemisinin (qinghaosu), suatu
komponen dari tanaman wormwood (Artemisia annua). Obat yang sejenis adalah artemether.
Baik artemether maupun artesunate poten terhadap Plasmodium falciparum, namun obat ini
harus digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antimalaria lain yang masa kerjanya panjang
untuk mencegah terjadinya resistensi.
Keterangan
Dapat menghilangkan parasitemia lebih cepat dibanding quinine; artemether parenteral lebih
aman dibanding quinine IV; artemether (larut dalam minyak) dan artesunate (larut dalam air)
secara klinis ekivalen terhadap P falciparum yang resisten, namun artesunate lebih efektif
dibanding artemether malaria yang parah.
Sub Kelas Terapi
Antiprotozoa
Kelas Terapi
Antiinfeksi
Farmakologi
Data farmakokinetika pada manusia terbatas, tidak diketahui seberapa luas absorpsinya atau
distribusinya. Setelah pemberian parenteral, artesunate dengan cepat terhidrolisa menjadi
metabolit aktif dihydroartemisinin. Sediaan oral kemungkinan terhidrolisa penuh sebelum
memasuki sirkulasi sistemik. Kadar puncak terjadi dalam satu jam dengan durasi selama 4 jam.
Setelah pemberian intravena, waktu paruh eliminasi adalah 45 menit. Dihydroartemisinin
memiliki waktu paruh kurang dari 2 jam, hal ini akan memperlambat terjadinya resistensi
artesunate.
Kontra Indikasi
Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif terhadap derivat artesunate atau
artemisinin. Artesunate PO tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan
Pengaruh Anak
Artesunate dapat ditoleransi dengan baik pada anak-anak. WHO merekomendasikan, derivat
artemisinin dapat digunakan untuk anak-anak > 6 bulan
Pengaruh Kehamilan
Artesunate sebaiknya dihindari pada trimester pertama kehamilan, namun pada kasus yang berat
bisa dipertimbangkan rasio keuntungan-risikonya.
Bentuk Sediaan
Tablet
Mekanisme Aksi
Skizontisidal; mekanisme pasti tidak diketahui, kemungkinan melibatkan radikal bebas untuk
merusak sistem membran pada parasit; menghambat pertumbuhan parasit dan mencegah
cytoadherence dan rosetting dengan onset yang cepat dan belum ditemukan adanya resistensi.
Farmakokinetik
Diabsorbsi dengan masa paruh < 10 menit dengan metabolit berupa dihydroartemisin (DHA)
yang memiliki waktu paruh lebih kurang 45menit. Konsentrasi puncak plasma artesunat adalah
1,5 jam (oral), 2 jam (rektal) dam ½ jam (intramuskular). Artesunat memiliki Boavailabilitas yg
baik pada malaria palsifarum. Sekitar 70% terikat dengan protein plasma dan diekskresikan
melaluiurin dan feses.
Farmakodinamik
Artesuat adalah analog artemisin yang larut air. Artesunat dengan cepat di metabolisme untuk
dihydroartemisin (DHA) dalam tubuh. Bekerja dengan cara mengikat besi pada pigmen malaria
untuk menghasilkan radikal bebas yag akan berinteraksi dan merusak protein parasit mulai dari
bentuk cincin, tropozoid, skizon dan mampu menghambat gametosit.
AMODIAKUIN
Indikasi
Untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi yang resisten klorokiun, biasanya
dikombinasikan dengan artesunat.
Farmakokinetik
Amodiakuin hidroklorida mudah diserap dari saluran pencernaan, cepat dikonversi dalam hati
untuk metabolit desethylamodiaquine aktif, yang memberikan kontribusi hampir semua efek
antimalaria. Kedua amodiakuin dan desethylamodiaquine telah terdeteksi dalam urin beberapa
bulan setelah pemberian.
Farmakodinamik
Menghambat degradasi hemoglobin dalam vakuola makanan parasit, Amodiakuin dengan cepat
dimetabolisme untuk metabolit aktif Ndesethylamodiaquine(N-DEAQ) melalui reaksi dikatalisis
oleh CYP2C8 . Sementara paruh amodiakuin adalah sekitar 4 jam pada orang dewasa, N-DEAQ
memiliki paruh jauh lebih lama terminal berkisar antara 3 sampai 18 hari pada orang dewasa
Metabolisme amodiaquin:
Diabsorbsi dengan cepat dalam usus, tetapi segera diubah menjadi metabolitnya:
DEAQ (n-desethylamodiaquine) -> Major
2-hydroxyl-DEAQ -> minor
N-bisdesethylAQ -> minor
Tetapi DEAQ dikeluarkan secara lambat dari tubuh (terminal half life 100 jam). AQ dan
DEAQ memiliki aktifitas antimalaria. Pada fase permulaan -> DEAQ dan bisDEAQ
dibentuk dalam “human microsome” dihati (sitokrom p450).selain itu terbentuk
“quinonemine” yang bersifat toksik dan menyebabkan agranulositosisi (neutropenia)
melalui reaksi ADCC, karena quinoneimine bersifat antigenic.
ARTESUNAT + AMODIAKUIN
Indikasi:
Pengobatan malaria falsiparum pada daerah di mana Plasmodium falciparum telah dinyatakan
resisten dengan pengobatan kloroquin.
Interaksi:
Tidak direkomendasikan untuk diberikan bersama obat penghambat sitokrom CYP2A6 (seperti
metoksalen, pilokarpin, tranilcipromin) dan/atau CYP2C8 (seperti trimetoprim, ketokonazol,
ritonavir, sakuinavir, lopinavir, gemfibrozil, montelukast). Bersama magnesium trisilikat dan
kaolin dapat menurunkan absorbsi amodiakuin pada saluran pencernaan.
Kontraindikasi:
hipersensitivitas, riwayat gangguan hati dan/atau darah selama pengobatan dengan amodiakuin,
retinopati (kasus pengobatan berulang).
Efek Samping:
Artesunat: efek samping yang dilaporkan dalam uji klinik adalah penurunan eritrosit retikuler,
peningkatan SGPT dan BUN, mual, sakit kepala, sinus bradikardi (>50 denyut/menit), efek
diuretik yang reversibel, hemolobulinuri makroskopik, jaundice, oligouri, penurunan kadar gula
darah, kejang, perdarahan, sepsis, edema, paru-paru, penurunan kadar laktat
plasma, cardiorespiratory arrest, irrectable hypotension, pendarahan saluran cerna, black water
fever, ulnar/median palsy, infeksi saluran urin oleh Klebsiella sp., pneumoni, herpes zoster
dan erythematous urticarial rash.
Amodiaquin: efek samping ringan sampai sedang adalah nyeri abdomen, mual, muntah, sakit
kepala, pusing, penglihatan kabur, kelemahan mental dan fisik serta kelelahan. Efek samping
berat berupa gatal, abnormalitas kardiovaskular, diskinesia, kerusakan okuler, gangguan syaraf,
dan kehilangan pendengaran. Juga dilaporkan terjadinya agranulositosis, hepatitis, dan neuropati
periferal.
Dosis:
Oral, Artesunat 50 mg adalah 4mg/kgBB sehari sehingga dosis total selama 3 hari adalah 12
mg/kgBB. Oral, Amodiaquin 200 mg adalah 10 mg/kg BB sehari sehingga dosis total selama 3
hari adalah 25-35 mg/kgBB. Dosis per hari berdasarkan kelompok umur: 1-4 tahun, masing-
masing 1 tablet artesunat dan amodiakuin; 5-9 tahun, masing-masing 2 tablet artesunat dan
amodiakuin; 10-14 tahun: masing-masing 3 tablet artesunat dan amodiakuin; dewasa dan anak (>
15 tahun), masing-masing 3 tablet artesunat dan amodiakuin.
TUGAS FARMASI INDUSTRI
Disusun oleh:
DESTY ELTIANA IBRAHIM / 3351141586
DIANA PURNAMASARI H / 3351141548
JONI SIMANJUNTAK / 3351141488
LAURA YOANITA C / 3351141577
M YUSUP HAN / 3351141579
NILAM KUMALA / 3351141447
NITA LASNA R / 3351141451
WA ODE SARIANA / 3351141580
KELAS D
PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI
2015