MAKALAH FARIND.doc

22
POSOLOGI Posologi adalah ilmu yang membahas bentuk sediaan obat, cara pemberiaan obat, perhitungan dosis dan frekuensi pemberian obat. Tujuan Posologi Pemberian obat yang rasional yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis dan tepat rute pemberian serta terdokumentasi. A. Bentuk Sediaan Obat 1. Sediaan Padat Pulvis / Pulveres / Serbuk Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan ditujukan untuk obat dalam atau obat luar. Pulveres adalah serbuk yang dibagi-bagi dalam bobot yang diperkirakan sama, masing-masing dibungkus dengan pengemas yang cocok untuk sekali minum. Tablet Merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi, pengembang, pengikat, pelicin dan pembasah atau fungsi lain yang cocok. Tablet berbentuk bulat pipih dengan berat antara 50 mg – 2 g, umumnya 200-800 mg. Jenis tablet, yaitu tablet salut, tablet effervescent, tablet sublingual, tablet lepas lambat dan lozenge. Kapsul Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang dapat larut, cangkang

description

MAKALAH FARIND.doc

Transcript of MAKALAH FARIND.doc

Page 1: MAKALAH FARIND.doc

POSOLOGI

Posologi adalah ilmu yang membahas bentuk sediaan obat, cara pemberiaan obat,

perhitungan dosis dan frekuensi pemberian obat. Tujuan Posologi Pemberian obat yang

rasional yaitu tepat pasien, tepat obat, tepat waktu, tepat dosis dan tepat rute pemberian

serta terdokumentasi.

A. Bentuk Sediaan Obat

1. Sediaan Padat

Pulvis / Pulveres / Serbuk

Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan

ditujukan untuk obat dalam atau obat luar. Pulveres adalah serbuk yang dibagi-

bagi dalam bobot yang diperkirakan sama, masing-masing dibungkus dengan

pengemas yang cocok untuk sekali minum.

Tablet

Merupakan sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan

pengisi, pengembang, pengikat, pelicin dan pembasah atau fungsi lain yang

cocok. Tablet berbentuk bulat pipih dengan berat antara 50 mg – 2 g, umumnya

200-800 mg. Jenis tablet, yaitu tablet salut, tablet effervescent, tablet sublingual,

tablet lepas lambat dan lozenge.

Kapsul

Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak

yang dapat larut, cangkang kapsul terbuat dari gelatin, pati atau bahan lain yang

cocok.

Suppositoria

Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk yang diberikan

dalam bentuk rectal, vagian, urethal. Sediaan ini dapat meleleh, melunak atau

melarut pada suhu tubuh. Berdasarkan Pemakaiannya bentuk suppositoria ada

yang berbentuk torpedo atau meruncing dikedua ujunngya (anal). Ovula yang

bentuknya bulat atau bulat telur digunakan melalui vagina.

Kaplet

Page 2: MAKALAH FARIND.doc

Merupakan tablet berbentuk seperti kapsul yang pembuatannya melalui kempa

cetak.

Pellet

Merupakan sediaan tablet kecil, silindris dan steril, yang pemakaiannya ditanam

ke dalam jaringan.

Lozonge

Merupakan sediaan tablet yang rasanya manis dan baunya enak, penggunaannya

dihisap di dalam mulut.

2. Sediaan Setengah Padat

Salep

Merupakan sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunkan sebagai

obat lua.

Krim

Merupakan sediaan setengnah padat berupa emulsi mengandung air tidak

kurang dari atau sama dengan 60% dan dimaksudkan untuk pengobatan luar.

Umumnya digunkan di daerah yang relative jarang terkena air karena krim

mudah tercuci.

Pasta

Merupakan sediaan berupa masa lembek yang digunakan untuk pemakaian luar.

Biasanya dibuat dengan mencampur serbuk dalam jumlah ≥ 50 % bagian dengan

vaselin atau paraffin cair atau dengan bahan dasar yang tidak berlemak ( gliserol,

muccilago atau sabun)

Jelli

Merupakan sediaan suspense setengah padat dari bahan organic atau anorganik,

mengandung air, dan digunkan pada kulit yang peka atau berlendir (mukosa).

3. Sediaan Cair

Larutan

Merupakan sediaan cair yang mengandung bahan kimia terlarut. Kecuali

dinyatakan lain, sebagai pelarut digunakn air suling. Larutan bersifat homogen.

Sirup

Page 3: MAKALAH FARIND.doc

Merupakan sediaan berupa larutan yang mengandung gula. Kecuali dinyatakan

lain, kadar gula tidak kurang dari 64% atau tidak lebuh dari 66%. Sirup dangan

kadar gula ± 65% disebut sirup simplek yang digunakan sebagi origen saporis

(pemanis).

Eliksir

Merupakan sediaan larutan yang mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat

yang mengandung zat tambahan sperti gula, zat pemanis lainnya, zat warna, zat

pewangi dan zat pengawet. Eliksir digunakan sebagai obat dalam. Pelarut yang

digunakan umumnya etanol karena dapat meningkatkan kelarutan zat aktifnya.

Guttae (Obat Tetes)

Merupakan sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspensi yang digunakan

baik untuk obat luar atau dalam dilengkapi alat penetes berkala (untuk obat

dalam) dan tidak berskala untuk obat luar. Jika disebut obat tetes tanpa

keterangan yang dimaksud adalah obat dalam.

Injeksi

Merupak sediaan steril dan bebas pirogen yang berupa larutan, emulsi, suspense,

serbuk yang dilarutkan atau disuspensikan lebuh dahulu sebelum digunakan.

Penggunaan sediaan injeksi disuntikan menggunakan spuit ke dalam kulit, di

bawah kulit, otot atau intravena.

Enema

Merupakan suatu larutan yang penggunaannya melalui rectum. Kegunaan

sediaan enema antara lain untuk memudahkan buang air besar, mencegah kejang

atau mengurangi nyeri local.

Gargarisma

Merupakan sediaan berupa larutan realtif pekat dan harus diencerkan sebelum

digunakan. Gargarisma umumnya digunakan untuk pencegahan atau pengobatan

infeksi tenggorokan.

Douche

Merupakan larutan yang digunakan secara langsung pada lubang tubuh,

bermanfaat sebagai pemebersih atau antiseptic. Contohnya : vaginal douche, eye

douche, pharyngeal douche dan nasal douche.

Page 4: MAKALAH FARIND.doc

Suspensi

Merupakan sediaan cair yang mengandung bahan obat berupa partikel halus

yang tidak larut dan terdispersi dalam cairan pembawa. Dalam kemasan sediaan

suspense disertai etiket bertuliskan kocok dahulu sebelum digunkan, dengan

tujuan supaya partikel yang mengendap tersdispersi nyata.

Emulsi

Merupakan sediaan yang mengandung bahan obat cair atau larutan obat,

terdispersi dalam cairan pembawa dan distabilkan dengan emulgator yang

sesuai. Emulsi merupakan campuran zat berminyak dan berair.

Infusa

Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia nabato dengan air

panas (90°c) selama 15 menit

.

B. Cara Pemberian Obat

1. Tepat Pasien

2. Tepat Obat

3. Tepat Waktu

4. Tepat Dosis

5. Tepat Rute

6. Tepat Dokumentasi

C. Rute Pemberian Obat

Rute pemberian obat menentukan jumlah dan kecepatan obat yang masuk ke

dalam tubuh, sehingga merupakan penentu keberhasilan terapi. Rute pemberian obat

ada dua, yaitu :

1. Enteral

Merupakan pemberiaan obat melalui saluran gastrointestinal, seperti pemberian

obat secara sublingual, bukal, rectal dan oral. Kerugian dari pemberian jalur

enteral adalah absorpsinya lambat, tidak dapat diberikan pada pasien tidak sadar,

tidak dapat menelan. Keuntungannya adalah jalur ini lebih praktis digunakan dan

tidak menimbulkan ras sakit.

2. Parenteral

Page 5: MAKALAH FARIND.doc

Merupakan pemberiaan obat non enteral. Misalnya injeksi, transdermal,

endotrakeal, dan inhalasi. Efek yang ditimbulkan bisa sistemik maupun local.

D. Perhitungan Dosis

1. Perhitungan Dosis Individual Untuk Bayi dan Anak Jika hanya diketahui dosis

dewasa, maka :

Berdasarkan Luas Permukaan tubuh

Ket : DA = Dosis Anak

DD = Dosis Dewasa

KO = Luas Permukaan Tubuh Anak (m2)

1,73 m2 = Luas Permukaan Rata-Rata Orang Dewasa

Berdasarkan BB

Umumnya menggunakan rumus clark, yaitu :

Ket : W = Berat badan (Kg)

Berdasarkan Usia

Ada beberapa cara, yaitu :

a. Rumus Young

b. Rumus Dilling

c. Rumus Cowling

d. Rumus Fried

DA = DD x KO1,73 m2

DA = DD x W70

DA = DD x nn+12

DA = DD x n20

DA = DD x n+124

DA = DD x M150

Page 6: MAKALAH FARIND.doc

Ket : n = Umur ( Tahun)

M= Umur (Bulan)

2. Perhitungan Untuk Pemberian obat

Setelah mendapatkan dosis, maka kita harus memberikannya berdasarkan

sediaan yang ada atau tersedia.

E. Frekuensi Dan Interval Pemberiaan Obat

1. Frekuensi Pemberian Obat

Berapa kali obat yang harus diberikan dalam sehari atau setiap berapa jam

sangat bergantung dari sifat kimia-fisika obat, besar dosis, dan tujuan pengobatan.

Lamanya pemberian obat juga bervariasi.

2. Interval pemakaian

Interval pemberian obat oral dapat dihitung dengnan rumus

(X ) Jumlah yang harus diberikan = ( D ) dosis yanng diminta

(T ) sediaan yang tersedia

Interval = 24 jam−(6−8 jam)

jumlah pemakaian sehari

Page 7: MAKALAH FARIND.doc

DOSIS

Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman

bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi,

dosis minimum, dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :

1. Dosis lazim

Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa

digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya

diantara dosis maksimum dan dosis minimum obat.

2. Dosis terapi

Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien.

3. Dosis minimum

Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis

(khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.

4. Dosis maksimum

Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan

tidak menimbulkan keracunan.

5. Dosis toksik

Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat

menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)

6. Dosis Letalis

Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan

kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :

Dosis letal 50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan percobaan

Dosis letal 100 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100% hewan percobaan

Page 8: MAKALAH FARIND.doc

Setiap obat memiliki rentang dosis yang berbeda. Sebagai contoh fentanyl yang memiliki rentang

dosis sebagai berikut

Rentang

Dosis Rendah 2 mcg/kg/dose

Dosis Sedang 2-20 mcg/kg/dose

Dosis Besar 20-50 mcg/kg/dose

Amfetamin

Rentang

Dosis rendah sampai sedang 2,5-20 mg

Dosis tinggi 50 mg atau lebih

Page 9: MAKALAH FARIND.doc

ARTESUNATE

Indikasi: 

Pengobatan malaria berat termasuk malaria Plasmodium falciparum yang resisten terhadap

klorokuin.

Peringatan: 

Suntikkan setelah melarut, jangan digunakan jika terbentuk kekeruhan, tidak boleh diberikan

sebagai infus. Lakukan pengobatan selama 5 hari pada malaria falciparum yang resisten terhadap

klorokuin. Tidak direkomendasikan untuk diberikan pada wanita hamil, selama menggunakan

obat ini tidak diperbolehkan mengendarai atau menjalankan mesin

Interaksi: 

Pemberian bersama dengan meflokuin dapat meningkatkan efek kuratif.

Kontraindikasi: 

Pasien dengan riwayat hipersensitivitas

Efek Samping: 

Mual, muntah diare, pankreatitis, pusing, berkunang-kunang, sakit kepala, insomnia, tinnitus,

ruam, batuk, arthralgia

Dosis: 

Oral : DEWASA dosis total 600-800 mg/hari harus diberikan selama 5-7 hari. ANAK

dosis total 12 mg/kg BB harus diberikan selama 5-7 hari. 

Injeksi : dosis awal 2,4 mg/kg BB per i.v, selanjutnya dengan dosis yang sama diberikan

pada jam ke 12 dan jam ke 24. Pada hari ke 2 sampai dengan ke 5 diberikan 2,4

mg/kg BB per 24 jam

Page 10: MAKALAH FARIND.doc

Sifat Fisikokimia

Artesunate mudah larut dalam air. Artesunate merupakan derivat artemisinin (qinghaosu), suatu

komponen dari tanaman wormwood (Artemisia annua). Obat yang sejenis adalah artemether.

Baik artemether maupun artesunate poten terhadap Plasmodium falciparum, namun obat ini

harus digunakan dalam bentuk kombinasi dengan antimalaria lain yang masa kerjanya panjang

untuk mencegah terjadinya resistensi.

Keterangan

Dapat menghilangkan parasitemia lebih cepat dibanding quinine; artemether parenteral lebih

aman dibanding quinine IV; artemether (larut dalam minyak) dan artesunate (larut dalam air)

secara klinis ekivalen terhadap P falciparum yang resisten, namun artesunate lebih efektif

dibanding artemether malaria yang parah.

Sub Kelas Terapi

Antiprotozoa

Kelas Terapi

Antiinfeksi

Farmakologi

Data farmakokinetika pada manusia terbatas, tidak diketahui seberapa luas absorpsinya atau

distribusinya. Setelah pemberian parenteral, artesunate dengan cepat terhidrolisa menjadi

metabolit aktif dihydroartemisinin. Sediaan oral kemungkinan terhidrolisa penuh sebelum

memasuki sirkulasi sistemik. Kadar puncak terjadi dalam satu jam dengan durasi selama 4 jam.

Setelah pemberian intravena, waktu paruh eliminasi adalah 45 menit. Dihydroartemisinin

memiliki waktu paruh kurang dari 2 jam, hal ini akan memperlambat terjadinya resistensi

artesunate.

Kontra Indikasi

Obat ini dikontraindikasikan pada pasien yang hipersensitif terhadap derivat artesunate atau

artemisinin. Artesunate PO tidak boleh diberikan pada trimester pertama kehamilan

Page 11: MAKALAH FARIND.doc

Pengaruh Anak

Artesunate dapat ditoleransi dengan baik pada anak-anak. WHO merekomendasikan, derivat

artemisinin dapat digunakan untuk anak-anak > 6 bulan

Pengaruh Kehamilan

Artesunate sebaiknya dihindari pada trimester pertama kehamilan, namun pada kasus yang berat

bisa dipertimbangkan rasio keuntungan-risikonya.

Bentuk Sediaan

Tablet

Mekanisme Aksi

Skizontisidal; mekanisme pasti tidak diketahui, kemungkinan melibatkan radikal bebas untuk

merusak sistem membran pada parasit; menghambat pertumbuhan parasit dan mencegah

cytoadherence dan rosetting dengan onset yang cepat dan belum ditemukan adanya resistensi.

Farmakokinetik

Diabsorbsi dengan masa paruh < 10 menit dengan metabolit berupa dihydroartemisin (DHA)

yang memiliki waktu paruh lebih kurang 45menit. Konsentrasi puncak plasma artesunat adalah

1,5 jam (oral), 2 jam (rektal) dam ½ jam (intramuskular). Artesunat memiliki Boavailabilitas yg

baik pada malaria palsifarum. Sekitar 70% terikat dengan protein plasma dan diekskresikan

melaluiurin dan feses.

Farmakodinamik

Artesuat adalah analog artemisin yang larut air. Artesunat dengan cepat di metabolisme untuk

dihydroartemisin (DHA) dalam tubuh. Bekerja dengan cara mengikat besi pada pigmen malaria

untuk menghasilkan radikal bebas yag akan berinteraksi dan merusak protein parasit mulai dari

bentuk cincin, tropozoid, skizon dan mampu menghambat gametosit.

Page 12: MAKALAH FARIND.doc

AMODIAKUIN

Indikasi

Untuk pengobatan malaria falciparum tanpa komplikasi yang resisten klorokiun, biasanya

dikombinasikan dengan artesunat.

Farmakokinetik

Amodiakuin hidroklorida mudah diserap dari saluran pencernaan, cepat dikonversi dalam hati

untuk metabolit desethylamodiaquine aktif, yang memberikan kontribusi hampir semua efek

antimalaria. Kedua amodiakuin dan desethylamodiaquine telah terdeteksi dalam urin beberapa

bulan setelah pemberian.

Farmakodinamik

Menghambat degradasi hemoglobin dalam vakuola makanan parasit, Amodiakuin dengan cepat

dimetabolisme untuk metabolit aktif Ndesethylamodiaquine(N-DEAQ) melalui reaksi dikatalisis

oleh CYP2C8 . Sementara paruh amodiakuin adalah sekitar 4 jam pada orang dewasa, N-DEAQ

memiliki paruh jauh lebih lama terminal berkisar antara 3 sampai 18 hari pada orang dewasa

Metabolisme amodiaquin:

Diabsorbsi dengan cepat dalam usus, tetapi segera diubah menjadi metabolitnya:

DEAQ (n-desethylamodiaquine) -> Major

2-hydroxyl-DEAQ -> minor

N-bisdesethylAQ -> minor

Tetapi DEAQ dikeluarkan secara lambat dari tubuh (terminal half life 100 jam). AQ dan

DEAQ memiliki aktifitas antimalaria. Pada fase permulaan -> DEAQ dan bisDEAQ

dibentuk dalam “human microsome” dihati (sitokrom p450).selain itu terbentuk

“quinonemine” yang bersifat toksik dan menyebabkan agranulositosisi (neutropenia)

melalui reaksi ADCC, karena quinoneimine bersifat antigenic.

Page 13: MAKALAH FARIND.doc

ARTESUNAT + AMODIAKUIN

Indikasi: 

Pengobatan malaria falsiparum pada daerah di mana Plasmodium falciparum telah dinyatakan

resisten dengan pengobatan kloroquin.

Interaksi: 

Tidak direkomendasikan untuk diberikan bersama obat penghambat sitokrom CYP2A6 (seperti

metoksalen, pilokarpin, tranilcipromin) dan/atau CYP2C8 (seperti trimetoprim, ketokonazol,

ritonavir, sakuinavir, lopinavir, gemfibrozil, montelukast). Bersama magnesium trisilikat dan

kaolin dapat menurunkan absorbsi amodiakuin pada saluran pencernaan.

Kontraindikasi: 

hipersensitivitas, riwayat gangguan hati dan/atau darah selama pengobatan dengan amodiakuin,

retinopati (kasus pengobatan berulang).

Efek Samping: 

Artesunat: efek samping yang dilaporkan dalam uji klinik adalah penurunan eritrosit retikuler,

peningkatan SGPT dan BUN, mual, sakit kepala, sinus bradikardi (>50 denyut/menit), efek

diuretik yang reversibel, hemolobulinuri makroskopik, jaundice, oligouri, penurunan kadar gula

darah, kejang, perdarahan, sepsis, edema, paru-paru, penurunan kadar laktat

plasma, cardiorespiratory arrest, irrectable hypotension, pendarahan saluran cerna, black water

fever, ulnar/median palsy, infeksi saluran urin oleh Klebsiella sp., pneumoni, herpes zoster

dan erythematous urticarial rash.

Amodiaquin: efek samping ringan sampai sedang adalah nyeri abdomen, mual, muntah, sakit

kepala, pusing, penglihatan kabur, kelemahan mental dan fisik serta kelelahan. Efek samping

berat berupa gatal, abnormalitas kardiovaskular, diskinesia, kerusakan okuler, gangguan syaraf,

dan kehilangan pendengaran. Juga dilaporkan terjadinya agranulositosis, hepatitis, dan neuropati

periferal.

Page 14: MAKALAH FARIND.doc

Dosis: 

Oral, Artesunat  50 mg adalah 4mg/kgBB sehari sehingga dosis total selama 3 hari adalah 12

mg/kgBB. Oral, Amodiaquin 200 mg adalah 10 mg/kg BB sehari sehingga dosis total selama 3

hari adalah 25-35 mg/kgBB. Dosis per hari berdasarkan kelompok umur: 1-4 tahun, masing-

masing 1 tablet artesunat dan amodiakuin; 5-9 tahun, masing-masing 2 tablet artesunat dan

amodiakuin; 10-14 tahun: masing-masing 3 tablet artesunat dan amodiakuin; dewasa dan anak (>

15 tahun), masing-masing 3 tablet artesunat dan amodiakuin.

Page 15: MAKALAH FARIND.doc

TUGAS FARMASI INDUSTRI

Disusun oleh:

DESTY ELTIANA IBRAHIM / 3351141586

DIANA PURNAMASARI H / 3351141548

JONI SIMANJUNTAK / 3351141488

LAURA YOANITA C / 3351141577

M YUSUP HAN / 3351141579

NILAM KUMALA / 3351141447

NITA LASNA R / 3351141451

WA ODE SARIANA / 3351141580

KELAS D

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI

2015