MAKALAH ENDOKRIN 2.docx

19
RESUMA MATERI PENGENALAN PROGRAM STUDI MAHASISWA (PPSM) JURUSAN KEPERAWATAN 2013 O L E H NAMA KELOMPOK : ENDOKRIN

Transcript of MAKALAH ENDOKRIN 2.docx

RESUMA MATERIPENGENALAN PROGRAM STUDI MAHASISWA(PPSM) JURUSAN KEPERAWATAN 2013

O L E H

NAMA KELOMPOK : ENDOKRIN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANGJURUSAN KEPERAWATAN2013/2014

LEMBAR PENGESAHAN

Judul:Resuma Materi Pengenalan Program Studi Mahasiswa(PPSM) Jurusan Keperawatan 2013Nama Kelompok:Endokrin

Makalah ini diperiksa dan disahkan oleh Panitia PPSM pada,Hari:KamisTanggal:25 Juli 2013

Mengesahkan

Panitia PPSM

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kelompok Endokrin panjatkan ke hadapan Tuhan yang Maha Kuasa atas segala berkat dan cinta kasihNya sehingga makalah ini dapat disusun dan diselesaikan pada waktunya.Kelompok Endokrin menyadari bahwa makalah ini tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akan sangat sulit untuk diselesaikan karena banyaknya tantangan; baik dari segi kemampuan kelompok, bahasa, literatur maupun waktu yang tersedia. Akan tetapi berkat petunjuk dan arahan berbagai pihak dalam bentuk materi maupun moril maka makalah ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini juga kelompok Endokrin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu.Akhirnya kelompok Endokrin sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, dengan rendah hati kelompok Endokrin mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan lebih lanjut. Semoga makalah ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca.

Kupang, Juli 2013

Kelompok Endokrin

DAFTAR ISI

HalamanHALAMAN JUDULiLEMBAR PENGESAHANiiKATA PENGANTARiiiDAFTAR ISIivPENDAHULUANvBAB IPEMBAHASAN1A. Pengertian11. Kelenjar Endokrin12. Organ Endokrin1B. Gejala Klinis4C. Komplikasi51. Akut52. Kronik5D. Penatalaksanaan51. Keperawatan52. Medik7BAB IIPENUTUP8A. Kesimpulan8B. Saran8DAFTAR PUSTAKA9

PENDAHULUAN

Sistem endoktrin, seperti sistem syaraf, memungkinkan bagian-bagian yang terletak jauh didalam tubuh untuk saling berkomunikasi. Terdapat tiga komponen dalam sistem endokrin : kelenjar endokrin yang mengeluarkan zat-zat antara kimiawi ke dalam aliran darah; zat antara kimiawi itu sendiri yang disebut hormone; dan sel atau organ sasaran yang berespon terhadap hormone tersebut.Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama di bawah nama organ endokrin, sebabsekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjarnya melalui suatu saluran, tetapi langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam jaringan kelenjar. Kata endokrin berasal dari bahasa yunani yang berarti sekresi ke dalam : zat aktif utama dari sekresi interna ini disebut hormon, dari kata yunani yang berarti merangsang. Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau beberapa jenis hormon. Misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain. Karena itulah maka kelenjar hipofisis dilukiskan sebagai kelenjar pimpinan tubuh.Pembentukan sekresi interna adalah suatu fungsi penting, juga pada organ dan kelenjar lain, seperti insulin dari kepulauan Langerhans di dalam pankreas, gastrin di dalam lambung, ustrogen dan progesteron di dalam ovarium dan testosteron di dalam testes.Pengetahuan tentang fungsi kelenjar-kelenjar didapati dengan mempelajari efek dari penyakit yang ada di dalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon yang diperlukan.

BAB IPEMBAHASAN

A. Pengertian1. Kelenjar EndokrinKelenjar endokrin adalah kelenjar yang mensekresi substansi kimia yang langsung dikeluarkan ke dalam pembuluh darah. Beberapa organ mempunyai fungsi ganda: organ-organ tersebut menghasilkan hormon dari banyak sel-sel dan substansi lain dari yang lain (misalnya pankreas, menghasilkan insulin dan glukagon, dua hormon dan juga cairan pankreas).2. Organ endokrinOrgan endokrin yang terdapat, sebagai berikut : Kelenjar Hipofisis, lobus anterior dan posterior, Kelenjar Tiroid dan paratiroid, Kelenjar Suprarenal, kortex dan medulla, dan Kelenjar Timus dan biasanya juga badan Pineal.a. Kelenjar HipofisisKelenjar Hipofisis terletak di dasar tengkorak, di dalam fossa hipofisis tulang sfenoid. Kelenjar itu terdiri atas dua lobus, yaitu anterio dan posterior, dan bagian di antara kedua lobus ialah pars intermedia. Untuk memudahkan mempelajari fungsinya maka dipandang dua bagian, yaitu lobus anterior dan posterior. Lobus Anterior Kelenjar hipofisis menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain. Hormon pertumbuhan (hormon somatotropik) mengendalikan pertumbuhan tubuh. Hormon Tirotropik mengendalikan kegiatan kelenjar tiroid dalam menghasilkan tiroxin. Hormon Adrenokortikotropik (ACTH) mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex kelenjar suprarenal ini. Hormon Gonadotropik : Hormon perangsang folikel (follicle-stimulating hormon, FSH), merangsang perkembangan folikel Graaf di dalam ovarium dan pembentukan spermatozoa di dalam testis. Luteinising Hormon (LH) atau Interstitial-cell-stimulating-hormon (ICSH) mengendalikan sekresi ustrogen dan progesteron di dalam ovarium dan testoteron di dalam testis. Hormon ketiga dari hormon gonadotropik ini ialah luteotrofin atau prolaktin, mengendalikan sekresi air susu dan mempertahankan adanya korpus luteum selama hamil. Lobus PosteriorLobus posterior, kelenjar hipofisis mengeluarkan sekret dua jenis hormon: Hormon Anti-diuretik (ADH) mengatur jumlah air yang melalui ginjal, sedangkan hormon oxitosik merangsang kontraksi uterus sewaktu melahirkan bayi dan pengeluaran air susu sewaktu menyusui.b. Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak di sebelah kanan dan kiri trakhea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut istmus tiroid dan yang melintasi trakea di sebelah depannya. StrukturKelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi oleh epitelium silinder, mendapatkan persediaan darah berlimpah dan yang disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat senyawa yodium : zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan kealiran darah, baik langsung ataupun melalui saluran limfe.

FungsiSekresi tiroid diatur oleh sebuah hormon dan lobus anterior kelenjar hipofisis, yaitu oleh hormon tirotropik, Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan : bekerja sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen dan dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbondioksida.Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan pertumbuhan mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan mixudema : proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan untuk bertambah berat, gerakannya lamban, cara berpikir dan bicara lamban dan kulit menjadi tebal dan kering, rambut rontok dan menjadi jarang. Suhu badannya di bawah normal dan denyut nadi perlahan.Hipersekresi pada pembesaran kelenjar dan penambahan sekresi yang disebut hipertiroidisma, semua simptomnya sebaliknya dari mixudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih tinggi dari normal.c. Kelenjar ParatiroidDisetiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar paratiroid, di dalam leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormon paratiroid, mengatur metabolisme zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur di dalam darah dan tulang. Hipoparatiroidisma, pada mana terjadi kekurangan kalsium di dalam isi darah, atau hipokalsemia, mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya pada tangan dan kaki yang disebut karpopedal spasmus: simptom-simptom ini dapat cepat diringankan dengan pemberian kalsium.Hiperparatiroidisma atau over aktifitas kelenjar, biasanya ada sangkut pautnya dengan pembesaran kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke dalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda khas bahwa beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis fibrosa sistika, karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan di dalam ginjal dan dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal. d. Kelenjar TimusKelenjar timus terletak di dalam toraks, kira-kira pada ketinggian bifurkasi trakhea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gr atau lebih sedikit: ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya dari 30-40 gr dan kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada sangkut dengan produksi anti body. e. Kelenjar AdrenalKelenjar adrenal atau suprarenalis terletak di atas kutub sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna kekuning-kuningan yang disebut kortex dan yang menghasilkan kortisol, dengan rumus yang mendekati kortison dan atas bagian medula di sebelah dalam yang menghasilkan adrenalin dan noradrenalin. Zat-zat tadi disekresikan di bawah pengendalian sistema persarafan simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut dan dalam keadaan asfixia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu menaikkan tekanan darah guna melawan syok yang disebabkan kegentingan ini. Noradrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi. Adrenalin membantu metabolisme karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa dari hati.Beberapa hormon terpenting yang dihasilkan oleh kortex adrenal adalah hidrokortison, aldosteron dan kortikosteron yang semuanya bertalian erat dengan metabolisme, pertumbuhan, fungsi ginjal dan ponus otot. Semua fungsi ini menentukan jalan hidup.

B. Gejala KlinisBanyak tanda dan gejala awal NIDDM yang mungkin samar-samar dan tidak spesifik, sehingga lansia mungkin menganggapnya sebagai hal yang tidak penting dan mengabaikan untuk mencari perawatan. Adanya perubahan status kesehatan yang persisten harus diselidiki. Peningkatan berkemih (poliuria), rasa haus yang berlebihan (polidipsia), rasa lapar yang jelas (polifagia), lemas, berat badan turun, dan kerentanan terhadap infeksi (khususnya jamur) adalah indikator-indikator yang sering muncul dari penyakit ini pada semua usia dan mungkin terdapat dalam derajat yang bervariasi pada lansia. Penglihatan kabur, yang diakibatkan dari efek hiperglikemia pada lensa okular, mungkin tidak dapat dikenali sebagai gejala diabetes pada lansia.C. Komplikasi1. Akut Koma hipoglikemia Ketoasidosis Koma hiperosmolar nonketotik2. Kronik Makroangiopati mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung, pembuluh darah tepi dan pembuluh darah otak. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah kecil ; retinopati diabetik, nefropati diabetik. Neuropati diabetik Rentan infeksi, seperti tuberkulosis paru, gingivitis dan infeksi saluran kemih. Kaki diabetikD. Penatalaksanaan1. Keperawatan Mempertahankan berat badan ideal adalah pertimbangan yang penting untuk semua lansia, tidak hanya untuk menghilangkan stress pada sendi dan meningkatkan mobilitas, tetapi juga untuk mengurangi risiko terjadinya diabetes. Masalah keuangan dapat membatasi kemampuan lansia untuk membeli makanan bergizi, karena dengan petunjuk konsumen yang sangat baik untuk membeli dan menyiapkan sejumlah kecil makanan yang tidak mahal telah tersedia dan terbukti sangat membantu. Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan, karena dapat membantu lansia tentang kandungan makanan yang baik untuk dikonsumsi, misalnya kandungan rendah lemak dapat mencegah aterosklerosis serta meningkatkan aktivitas reseptor insulin. Latihan fisik juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes, seperti berjalan atau berenang. Untuk meningkatkan rehabilitasi yang tepat dan kembali lagi pada gaya hidup normal untuk lansia yaitu stimulasi sensoris dalam bentuk rangsangan verbal, auditori, dan taktil yang sesuai tidak hanya membantu interaksi dengan orang lain, tetapi juga meningkatkan penampilan aktivitas kehidupan sehari-hari. Beri dorongan kepada lansia untuk mempertahankan atau memiliki tanggung jawab terhadap aspek perawatan sebanyak mungkin yang memberikan tanda bagi klien bahwa eksistensi yang berarti mungkin dicapai, bahkan ketika penyakit kronis. Perawatan kaki, mata, dan kulit yang merupakan komponen penting dari rencana perawatan yag berkelanjutan. PenapisanDeteksi dan intervensi dini membantu membatasi efek serius dari NIDDM pada lansia, misalnya kadar gula darah puasa harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari penapisan dan tes toleransi glukosa oral pada umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan. NutrisiMengajarkan kepada lansia tentang membaca label untuk menghindari asupan natrium dan lemak yang berlebihan, memasukan sumber-sumber makanan yang direkomendasikan dalam asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol dan memasukan serat yang adekuat dalam diet mereka. OlahragaUntuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan fungsi fisiologis dengan kadar glukosa darah, meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi serta dapat menurunkan berat badan.2. Medik Agens Oral Sulfonilurea adalah kelompok obat yang paling sering diresepkan dan efektif hanya untuk penanganan NIDDM. Glucophage (metformin hidroklorid) adalah obat antihiperglikemia yang tidak menurunkan kadar glukosa darah, tetapi meningkatkan penggunaan glukosa oleh jaringan perifer dan usus. Glucophage harus dimakan bersama makanan dan dikontraindikasikan untuk pasien dengan gangguan ginjal. InsulinTujuan terapi insulin adalah untuk mempertahankan kadar glukosa darah dalam parameter yang telah ditentukan untuk membatasi komplikasi penyakit yang membahayakan.

BAB IIPENUTUP

A. KesimpulanOrgan endokrin yang terdapat, yaitu Kelenjar Hipofisis, Kelenjar Tiroid dan paratiroid, Kelenjar Suprarenal, kortex dan medulla dan Kelenjar Timus dan biasanya juga badan Pineal.B. SaranBagaimana usaha yang dilakukan untuk mencegah gangguan atau penyakit yang berhubungan dengan sistem endokrin.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol.2, Jakarta, EGC

Mansjoer Arief, dkk, 1999, Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid I, Jakarta, Media Aesculapius

Mickey & Patricia, 2007, Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta EGC

Nugroho.W, 2006, Keperawatan Gerontik Edisi 2, Jakarta, EGC

Price & Wilson, 2006, PATOFISIOLOGI Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6, vol.1, Jakarta, EGC

Stockslager, l, 2008, Buku Saku Asuhan Keperawatan Geriatrik Edisi 2, Jakarta, EGC

iv