MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN

14
MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN VALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI BALI Oleh: Ni Made Pertiwi Jaya !"!"#!$%$& PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN 'AKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS AIRLANGGA (!##

Transcript of MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN

MAKALAH EKONOMI LINGKUNGANVALUASI EKONOMI HUTAN MANGROVE DI BALI

Oleh:

Ni Made Pertiwi Jaya (080810757)

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI LINGKUNGAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AIRLANGGA

2011KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya makalah tentang Valusi Ekonomi Hutan Mangrove di Bali ini dapat diselesaikan dengan baik.

Tulisan ini disusun sesuai dengan tata cara penulisan yang benar dan disampaikan secara lugas sehingga dapat lebih mudah dimengerti maksud yang terkandung di dalamnya. Dengan ini penulis berharap melalui tulisan ini, buah pikiran yang ada dapat tersalurkan.

Akhirnya, penulis mengucapkan terimakasih atas kesempatan yang diberikan dan kepada segala pihak yang telah memberikan bantuannya demi terselesaikannya makalah ini. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran untuk kesempurnaan tulisan ini akan diterima dengan baik.

Surabaya, 8 Juli 2011

PenulisBAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia mencapai 25% dari total luas hutan mangrove di seluruh dunia (18 juta hektar), yaitu seluas 4,5 juta hektar atau sebanyak 3,8% dari total luas hutan di Indonesia secara keseluruhan. Sedikitnya luas hutan mangrove ini mengakibatkan perhatian pemerintah Indonesia terhadap hutan mangrove sangat sedikit juga, dibandingkan dengan hutan darat. Kondisi hutan mangrove juga mengalami kerusakan yang hampir sama dengan keadaan hutan-hutan lainnya di Indonesia. Penebangan hutan, baik hutan darat maupun hutan mangrove secara berlebihan tidak hanya mengakibatkan berkurangnnya daerah resapan air, abrasi, dan bencana alam seperti erosi dan banjir tetapi juga mengakibatkan hilangnya pusat sirkulasi dan pembentukan gas karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya (Subandra, 2007).

Fakta kerusakan hutan khususnya mangrove dapat dilihat dengan jelas di Bali. Bencana tsunami dapat mengancam setiap saat, namun hutan mangrove di Bali justru terancam kelestariannya. Hutan mangrove di Bali tersebar di beberapa lokasi pada areal seluas 3067,71 Ha, terdiri dari 2177,5 Ha berada dalam kawasan hutan dan 890,21 Ha di luar kawasan hutan (Niam, 2007). Subadra (2007) menyatakan bahwa pembabatan hutan mangrove terjadi secara besar-besaran mulai dari Desa Pesanggaran sampai dengan Desa Pemogan Kecamatan Kuta Selatan (perbatasan antara Kota Denpasar dan Kabupaten Badung). Kerusakan ekosistem penunjang kawasan pantai ini disebabkan ketidakpedulian para pengembang pariwisata yang hanya mementingkan keperluan bisnis. Pengembangan kawasan wisata kini mulai menyasar areal hutan mangrove, terutama di daerah wisata seperti Kuta dan Nusa Dua. Selain itu, para pengembang juga sudah mengantongi izin pembangunan dari pemerintah pusat (Saifullah, 2008).

Perlindungan ekosistem hutan mangrove perlu dilakukan untuk mencegah tingkat kerusakan yang lebih parah, terutama dari konversi hutan mangrove untuk kegiatan ekonomi masyarakat. Pemerintah perlu mengembangkan strategi terpadu dengan mempertimbangkan faktor ekonomi lingkungan, dengan cara melakukan valuasi ekonomi sehingga dapat diketahui nilai lingkungan hidup dan nilai ekonomi akibat adanya kerusakan ekosistem hutan mangrove di Bali.1.2Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini, yaitu:

1.Bagaimanakah permasalahan lingkungan hutan mangrove di Bali?2.Apakah metode yang dapat digunakan untuk melakukan valuasi ekonomi hutan mangrove di Bali?3.Bagaimanakah permasalahan lingkungan hutan mangrove di Bali berdasarkan analisis dari segi ilmu lingkungan dan ekonomi?1.3Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu:

1.Untuk mengetahui permasalahan lingkungan hutan mangrove di Bali.

2.Untuk menentukan metode yang dapat digunakan untuk melakukan valuasi ekonomi hutan mangrove di Bali.3.Untuk menganalisis permasalahan lingkungan kawasan hutan mangrove di Bali dari segi ilmu lingkungan dan ekonomi.BAB II

PEMBAHASAN

2.1Permasalahan Lingkungan Hutan Mangrove di Bali

Pada tahun 2003, hutan mangrove di Indonesia yang mengalami kerusakan sekitar 68% (Niam, 2007). Kondisi tersebut tentunya akan menimbulkan banyak permasalahan terutama untuk lingkungan karena hutan mangrove memiliki banyak fungsi, antara lain: sebagai daerah resapan air, pusat sirkulasi dan pembentukan gas karbon dioksida (CO2) dan oksigen (O2) yang diperlukan manusia untuk kelangsungan hidupnya (Subandra, 2007). Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Unda Anyar (2007) melaporkan bahwa berdasarkan perhitungan/penyekoran untuk tingkat kekritisan mangrove di Bali khususnya Kecamatan Kuta Selatan diperoleh hasil hutan mangrove yang tergolong rusak berat seluas 253,4 Ha dari total luas 1.141,1 Ha.

Pembabatan hutan mangrove terjadi secara besar-besaran mulai dari Desa Pesanggaran sampai dengan Desa Pemogan Kecamatan Kuta Selatan (perbatasan antara Kota Denpasar dan Kabupaten Badung) sebelum tahun 1990-an oleh investor. Investor tersebut bergerak dalam bidang usaha tambak udang yang telah mengakibatkan berkurangnya luas area hutan mangrove secara drastis di wilayah tersebut. Pada awal perkembangannya tambak-tambak udang tersebut memang menguntungkan dan mampu meningkatkan perekonomian masyarakt lokal, tetapi setelah beberapa tahun beroperasi, tambak-tambak tersebut mulai mengalami kerugian sehingga mengakibatkan kebangkrutan yang berakhir pada penutupan usaha pertambakan (Subadra, 2007).

Hilangnya para investor tambak udang tersebut menimbulkan dampak yang buruk dan berkepanjangan bagi lingkungan di tempat tersebut sampai sekarang. Pohon mangrove pun tidak bisa tumbuh lagi khususnya di tempat-tempat pemberian makanan udang karena kerasnya bahan kimia yang dipakai untuk membesarkan udang secara instan.

Kebanyakan orang (khususnya para pengusaha yang memperjualbelikan hasil kayu hutan, investor yang mengembangkan usaha ini harus menebang hutan dan digantikan dengan tanaman lainnya seperti kelapa sawit atau menggantinya dengan usaha lain seperti tambak, dan oknum pejabat yang mengeluarkan izin untuk penebangan kayu di hutan) menutup mata dan sama sekali tidak merasa bersalah dan berdosa terhadap bencana-bencana alam yang sudah, sedang dan akan terjadi sehubungan dengan kegiatan yang telah dilakukan lakukan (Subandra, 2007).

Di sisi lain, limbah rumah tangga juga bisa mengancam eksistensi mangrove karena jenis tanaman ini memiliki akar napas. Kesadaran warga Bali membuang sampah ke sungai masih rendah padahal sampah-sampah ini akan bermuara ke kawasan pembudidayaan mangrove (Saifullah, 2008).2.2Metode Valuasi Ekonomi Hutan Mangrove di Bali

Beberapa langkah yang harus ditempuh dalam melakukan valuasi atau penilaian sumberdaya alam dan lingkungan, yaitu (Turmudi dkk., 2005):

1. Mengidentifikasi dampak penting dari suatu kegiatan atau kejadian.

2. Menguantifikasi besarnya dampak.

3. Dampak kuantitatif dinyatakan dalam nilai uang (Rupiah).

4. Analisis ekonomi, misalnya dengan menggunakan analisis biaya dan manfaat yang diperluas, dengan memasukkan dimensi lingkungan dalam standar analisis biaya dan manfaat.

Penentuan metode valuasi diperlukan untuk dapat menyatakan dampak dalam nilai uang. Pendekatan valuasi ekonomi terdiri 3 metode, yaitu: pendekatan pasar, pendekatan preferensi yang diperoleh dari hasil observasi dan pendekatan preferensi dari hasil suvei (Hidayati, 2011). Masing-masing pendekatan memiliki beberapa metode, metode-metode inilah yang dipergunakan dalam menghitung nilai uang dari suatu dampak tergantung dari jenis dampak tersebut.

Hutan mangrove di Bali seperti hutan mangrove pada umumnya memiliki beberapa fungsi dan manfaat, hal ini perlu dipahami sehingga mempermudah dalam penentuan dampak penting dari suatu kegiatan yang dilakukan di ekosistem tersebut. Manfaat juga dapat dikuantifikasii dan dinyatakan dalam nilai uang dengan menggunakan suatu metode valuasi. Total nilai ekonomi dari manfaat nantinya dipergunakan dalam analisis ekonomi. Fungsi dan manfaat ekosistem mangrove ditunjukkan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove di Bali No.Jenis ManfaatMetode Valuasi

1.Nilai Manfaat (Use Value)

a.Nilai Langsung (Direct Use Value)

1. Kayu sebagai bahan baku2. Ikan

3. Udang

4. Kepiting

5. KerangMarket Value Method Market Value Method Market Value Method Market Value Method Market Value Method

b.Nilai Tak Langsung (Indirect Use Value)

1. Fungsi sebagai pelindung pantai dari gelombang laut

2. Penyerapan karbon3. Fungsi biologis sebagai tempat penyediaan pakan, pembesaran dan pemijahan ikanReplacement Cost Method Productivity Method Replacement Cost Method

c.Nilai Pilihan (Option Value)Potensi sebagai tempat wisataTravel Cost Method

2.Nilai Bukan Manfaat (Non Use Value)

a.Nilai Keberadaan (Existence Value)

1. Keanekaragaman spesies burungProductivity Method

b.Nilai Warisan (Bequest Value)

Perlindungan habitatContingent Valuation Method

Kegiatan penebangan, alih fungsi lahan dan timbunan limbah padat rumah tangga yang menjadi permasalahan di kawasan hutan mangrove Kecamatan Kuta Selatan telah menimbulkan beberapa dampak penting. Dampak tersebut menimbulkan gangguan pada produktivitas, kenyamanan dan kesehatan. Kuantifikasi dan penentuan metode valuasi dampak permasalahan hutan mangrove di Bali ditunjukkan pada Tabel 2.2.Tabel 2.2 Penentuan Metode Valuasi Dampak pada Hutan Mangrove di BaliPermasalah-anDampakProduk-tivitasKenya-mananKese-hatanMetode Valuasi

Penebangan hutan1. Mengurangi jumlah kayu2. Hilangnya fungsi pelindung dari gelombang laut

3. Mengurangi penyerapan karbon

Market Value MethodReplacement Cost Method

Productivity Method

Alih fungsi lahan1. Menurunkan hasil ikan2. Menurunkan hasil udang

3. Menurunkan hasil tangkapan kepiting

4. Menurunkan hasil kerang

5. Mengurangi keanekaragam-an spesies burung

6. Menurunkan fungsi biologis

Market Value Method

Market Value Method

Market Value Method

Market Value Method

Market Value Method

Replacement Cost Method

Buangan limbah padat1. Kerusakan habitat2. Mengurangi potensi sebagai tempat wisata

3. Pencemaran bau dan lindi

Contingent Valuation MethodTravel Cost Method

Cost of illness

2.3Analisis Permasalahan Lingkungan Hutan Mangrove di Bali

Permsalahan hutan mangrove di Bali sebagian besar disebabkan oleh kegiatan manusia yang tidak memperhatikan lingkungan. Besarnya kebutuhan untuk melakukan pemulihan terhadap ekosistem hutan mangrove dapat dianalisis secara ekologi (ilmu lingkungan) dan ekonomi.

2.3.1Analisis Dari Segi Ilmu Lingkungan

Ekosistem hutan mangrove merupakan habitat berbagai jenis organisme, antara lain: ikan, udang, kepiting, kerang dan berbagai spesies burung. Tegakan tanaman mangrove yang membentuk kanopi memberikan kondisi optimum bagi pertumbuhan organisme air. Kondisi optimum tersebut menyangkut kualitas air yaitu salinitas, suhu, kandungan Biological Oxygen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD) dan kelembapan. Tanaman mangrove sendiri merupakan vegetasi yang memiliki banyak kegunaan, antara lain: pemanfaatan batang tanaman sebagai bahan baku untuk industri dan penyerap karbondioksida (CO2) penyebab pemanasan global dimana parameter efisiensi penggunaan cahaya, dan nilai Photosynthetically Active Radiation (PAR) menunjukkan daya serap tanaman mangrove. Akar yang menempel kuat pada kondisi lahan basah memungkinkan populasi tanaman mangrove befungsi sebagai pelindung dari gelombang laut.

Kegiatan penebangan, alih fungsi lahan dan adanya penimbunan limbah padat rumah tangga tentunya akan merusak ekosistem hutan mangrove di Bali. Penebangan dan alih fungsi lahan hutan mangrove akan menimbulkan banyak dampak biologis dan menurunkan fungsi ekologis ekosistem tersebut di lingkungan. Timbunan limbah padat menambah kerusakan hutan mangrove sebab dapat menimbulkan polusi bau dari gas amoniak dan menghasilkan lindi (air limpasan hujan dari timbunan sampah) yang merupakan tempat hidup vektor penyakit. Pengendalian terhadap kerusakan hutan mangrove sangat perlu untuk direstorasi, contohnya melalui upaya reboisasi.2.3.2Analisis Dari Segi Ekonomi

Analisis ekonomi untuk mengetahui kelayakan penanganan kerusakan atau restorasi hutan mangrove di Bali dilakukan dengan menggunakan metode Benefit Cost Ratio (BCR). Analis menggunakan metode BCR dilakukan dengan cara membandingkan antara total manfaat proyek terhadap total biaya proyek, yang semuanya dinyatakan dalam nilai sekarang. Nilai biaya dan manfaat juga harus dihitung dengan memasukkan unsur biaya dan manfaat eksternal (unsur lingkungan). Kriteria alternatif yang layak adalah BCR > 1 dan kriteria tidak layak adalah BCR < 1. Secara matematis, BCR dapat disajikan sebagai berikut (Turmudi dkk., 2005):

Dimana :

B = manfaat per tahun

C = biaya

R = discount rate per tahun

i = jangka waktu perhitungan proyek

Manfaat dan biaya per tahun dianalisis dengan metode valuasi yang telah ditentukan sebelumnya, sebagai berikut (Turmudi dkk., 2005):1.Market Value Method

Market value method atau metode harga pasar berlaku untuk perhitungan kayu serta hasil tangkapan ikan, udang, kepiting dan kerang yang dihitung berdasarkan jumlah kayu atau hasil tangkapan pertahun dikaikan dengan harga jual. 2.Replacement Cost Method

Metode ini digunakan untuk menghitung nilai uang dari fungsi hutan mangrove sebagai pelindung dari gelombang laut melalui pendekatan biaya pembuatan beton yang setara dengan fungsi hutan mangrove sebagai penahan abrasi. Fungsi biologis hutan manrgrove sebagai tempat penyediaan pakan, pembesaran dan pemijahan ikan juga dihitung dengan metode ini melalui pendekatan jumlah hasil tangkapan ikan di perairan sekitar hutan mangrove dikurangi biaya investasi dan operasional (asumsi fungsi ini tersebar secara merata). Nilai yang diperhitungkan ini tidak meliputi ikan hasil tangkapan laut lepas pantai yang dianggap tidak memanfaatkan fungsi hutan tersebut. 3.Productivity Method

Productivity method atau metode produktivitas berlaku untuk perhitungan penyerapan karbon dan keanekaragaman spesies burung. Metode produktivitas dihitung dengan cara penyerapan karbon oleh tanaman mangrove atau spesies burung per hektar dikalikan luas lahan dan harga jenis nilai tersebut.4.Contingent Valuation Method

Metode ini digunakan untuk menghitung nilai uang dari kerusakan habitat. Nilai Rupiah (rata-rata)/m/tahun yang diperoleh dari sejumlah responden merupakan nilai kerusakan habitat hutan mangrove tersebut. Berdasarkan pendapatan rata-rata masyarakat setempat terdapat 3 pilihan yaitu Rp. 1.000.000,-; Rp. 1.500.000,- dan Rp. 2.000.000,-. Total pilihan dibagi dengan jumlah respoden diperoleh nilai Rp. 12.000.000,-5.Travel Cost Method

Potensi hutan mangrove sebagai tempat wisata dihitung menggunakan metode ini dengan persamaan sebagai berikut (UNEP, 2007):

Travel Cost/person = (Opportunity Cost * Travel Time) + (Distance * MVOC)

Round Trip Cost/person = Cost per trip * 2Total Cost/ person = Round trip cost + admission price.6.Cost of illnessDampak adanya timbunan limbah padat di hutan mangrove adalah terjadinya pencemaran bau dan lindi yang mengganggu kenyamanan dan kesehatan, dampak ini dihitung menggunakan metode cost of illness dengan persamaan sebagai berikut:Cost of Illness = (biaya pengobatan + biaya perawatan + biaya obat + nilai kehilangan waktu) * jumlah penderita

Perhitungan dengan metode di atas dengan menggunakan beberapa asumsi dan disesuaikan dengan harga pasar saat ini diperoleh hasil seperti ditunjukkan pada Tabel 2.3.Tabel 2.3 Perhitungan Manfaat/Biaya Hutan Mangrove di Bali

Manfaat/DampakKuantitasRp/Ha/Tahun

1. Jumlah kayu

2. Fungsi pelindung dari gelombang laut

3. Penyerapan karbon

4. Hasil tangkapan ikan

5. Hasil tangkapan udang

6. Hasil tangkapan kepiting

7. Hasil tangkapan kerang

8. Keanekaragaman spesies burung

9. Fungsi biologis

10. Kerusakan habitat

11. Potensi sebagai tempat wisata

12. Pencemaran bau dan lindi5000 batang x Rp. 200.000,-/batang500 m3 x Rp. 25.000/m317 ton/Ha*238 Ha*Rp. 180.000,-/ton200.000 ekor x Rp. 10.000,-/ekor10.000 ekor x Rp. 8.000,-/ekor500 ekor x Rp. 30.000,-/ekor

1.000 ekor x Rp. 12.000,-/ekor

28 spesies x Rp. 100.000,-/spesies

2 kg/Ha/tahun x Rp. 60.000,-/kg

Rp. 1.000.000,- - Rp. 2.000.000,-

Rp. 1.800.000,- x 12 bulan

Rp. 32.000.000,- x 12 bulanRp.1.000.000.000,-Rp. 12.500.000,-

Rp. 728.280.000,-

Rp.2.000.000.000,-

Rp 80.000.000,-

Rp. 15.000.000,-

Rp. 12.000.000,-

Rp. 2.800.000,-

Rp. 120.000,-

Rp. 12.000.000,-

Rp. 21.600.000,-

Rp. 384.000.000,-

Nilai manfaat merupakan nilai total ekonomi yang diperoleh dari persamaan sebagai berikut:Total Economic Value (TEC) = UV + NUV

Dimana:

UV = DUV + IUV + OV

NUV = EV + BV

Diperoleh TEC adalah Rp. 4.268.300.000,-

Nilai uang dalam Rupiah dari dampak diperoleh dengan menjumlahkan seluruh nilai dampak yaitu sebesar Rp. 3.884.300.000,-. Selanjutnya dilakukan perhitungan BCR dengan r = 89,29% dan i = 5 tahun sebagai berikut:BCR = 3.884.300.000 - 4.268.300.000

(1 + 0,8929)5

= - 384.000

24,3

= - 15,8

BCR < 1 dengan demikian kegiatan penebangan, alih fungsi lahan dan pembuangan limbah di sungai yang berakhir pada kawasan hutan mangrove tidak layak untuk dilakukan. Untuk itu, hutan mangrove di Kecamatan Kuta Selatan Bali harus segera mungkin direstorasi agar fungsi hutan kembali lestari.BAB III

PENUTUP

3.1Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini, yaitu:1.Permasalahan lingkungan hutan mangrove di Bali sebagian besar disebabkan oleh adanya kegiatan manusia, yaitu penebangan hutan, alih fungsi lahan untuk fasilitas pariwisata dan adanya penimbunan limbah padat rumah tangga yang menimbulkan berbagai dampak terhadap ekosistem tersebut.

2.Metode yang digunakan untuk melakukan valuasi ekonomi hutan mangrove di Bali, antara lain: Market Value Method untuk Use Value, Productivity Method dan Replacement Method untuk Non Use Value, Travel Cost Method untuk Option Value, Contingent Valuation Method untuk Bequest Value serta Productivity Method dan Cost of Ilness untuk Exitence Value.3.Analisis baik secara ekologi (ilmu lingkungan) maupun ekonomi menunjukkan bahwa manfaat yang dimiliki hutan mangrove sangat besar untuk itu kegiatan yang menyebabkan kerusakan tidak layak dilakukan dan harus segera dilakukan restorasi, dimana untuk analisis ekonomi diperoleh nilai BCR < 1.3.2Saran

Saran yang dapat disampaikan, yaitu:

1.Pemerintah hendaknya lebih memperhatikan kondisi lingkungan hutan mangrove di Bali, tidak hanya sebatas nilai ekonominya saja.2.Masyarakat hendaknya meningkatkan kesadaran akan kondisi lingkungan di sekitar sehingga lebih peduli terhadap lingkungan.DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, N. A. 2011. Valuasi Ekonomi/Valuasi Lingkungan. Handout Mata Kuliah Ekonomi Lingkungan. Program Studi Ilmu dan Teknologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga.

Niam, F. M. 2007. Hutan Mangrove sebagai TujuanWisata. http://f4iqun.wordpress.com (Diakses tanggal 7 Juli 2011).

Saifullah, M. 2008. Hutan Mangrove Bali Terancam Punah. http://saifullah.wordpress.com (Diakses tanggal 7 Juli 2011)

Subadra, I Nengah. 2007. Bali Tourism Watch: Penyelamatan Hutan Mangrove Jawaban GlobalWarming. http://subadra.wordpress.com (Diakses tanggal 7 Juli 2011)

Turmudi dkk. 2005. Pedoman Penyusunan Neraca dan Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. Pusat survei sumberdaya alam laut Bakosurtanal.UNEP. 2007. Guidelines for Conducting Economic Valuation of Coastal Ecosystem Goods and Services. UNEP/GEF/SCS Technical Publication No. 8.