Makalah b.indo Ku

24
PEMANFAATAN CITRA LANDSAT ETM+ 457 UNTUK IDENTIFIKASI BENTUKLAHAN SERTA POTENSI SUMBERDAYA DI DAERAH SEMARANG Makalah Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kriteria Penilaian Dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia OLEH: Alviana Noor Febrianti (13/355975/SV/5326/D) JURUSAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

description

bahasa indonesia

Transcript of Makalah b.indo Ku

PEMANFAATAN CITRA LANDSAT ETM+ 457 UNTUK IDENTIFIKASI BENTUKLAHAN SERTA POTENSI SUMBERDAYA DI DAERAH SEMARANGMakalahDitujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Kriteria Penilaian Dalam Mata Kuliah Bahasa Indonesia

OLEH:Alviana Noor Febrianti(13/355975/SV/5326/D)

JURUSAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIFAKULTAS SEKOLAH VOKASIUNIVERSITAS GADJAH MADAYOGYAKARTA2014DAFTAR ISIABSTRAKBAB IPENDAHULUAN1.1 Latar belakang1.2 Rumusan masalah1.3 TujuanBAB IIPEMBAHASAN2.1 2.2 2.3 BAB IIIPENUTUP3.1 Simpulan3.2 Saran

ABSTRAKDaerah Semarang secara adminstratif berada di Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis posisi daerah Semarang terletak pada 6o5747.36 S dan 110o2459.05 E. Semarang mempunyai potensi sumberdaya alam yang banyak dimanfaatkan. Penelitian ini mencoba mengkaji potensi pemanfaatan lahan yang optimal di daerah tersebut dengan memanfaatkan data citra penginderaan jauh.Metode yang dilakukan adalah pendekatan analisis bentuklahan dan penutup lahan. Data utama yang digunakan adalah citra Landsat-7 ETM+. Data tersebut cukup sebagai dasar untuk menganalisis daerah Semarang. Hasil analisis bentuklahan menunjukkan bahwa Semarang secara geomorfologi tersusun atas tiga bentuklahan ialah vulkanik, marine dan fluvial serta sembilan satuan bentuklahan ialah kaki gunung api, dataran kaki gunung api, dataran kaki fluvio, padang lava, dataran antar gunung api, kerucut gunung api, gisik, beting gisik, dan dataran alluvial. Sedangkan penutup lahan daerah Semarang meliputi hutan lahan kering, hutan lahan basah, belukar, lahan terbuka, lahan terbangun, sungai, dan, laut. Interpretasi karakteristik bentuklahan meliputi relief, kemiringan lereng, serta kondisi penutup lahan daerah Semarang mempunyai potensi pemanfaatan lahan yang bermacam macam meliputi permukiman, pertanian lahan basah serta lahan kering, hutan, tambak, dan potensi wisata.

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangSemarang merupakan daerah memiliki banyak potensi penggunaan lahan, namun lahan belum dikelola secara optimal bahkan kesalahan dalam pengelolaan menyebabkan kerusakan seperti banjir, dsb.Landsat merupakan data penginderaan jauh yang memiliki cakupan yang luas dan kualitas resolusi spasial yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Karakteristik ini menguntungkan untuk tujuan analisis geomorfologis karena dengan menggunakan satu liputan (scene) data dapat di peroleh kenampakan bentang lahan secara utuh, sehingga sangat membantu untuk analisis morfologi, morfogenesis, dan morfokronologi bentuklahan secara komposit. Bentuklahan merupakan aspek yang paling sesuai digunakan untuk memprediksi cara penggunaan lahan secara optimal. karena bentuklahan secara tidak langsung memengaruhi penggunaan lahan di daerah semarang. oleh sebab inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkat judul Pemanfaatan Citra Landsat Etm+ 457 Untuk Identifikasi Bentuklahan Serta Potensi Sumberdaya Di Daerah Semarang

1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut :1. Apa saja bentuklahan yang terdapat di daerah Semarang?2. Potensi apa yang terdapar di daerah Semarang?

1.3 TujuanTujuan dari penelitian ini adalah mengkaji potensi pemanfaatan yang diharapkan sangat berguna dengan memanfaatkan data citra penginderaan jauh.1. Melakukan analisis terhadap aspek-aspek geomorfologi daerah Semarang terutama bentuklahan (landforms) menggunakan citra penginderaan jauh.2. Melakukan analisis penutup/penggunaan daerah Semarang menggunakan citra penginderaan jauh.3. Melakukan analisis potensi sumberdaya lahan daerah Semarang dari hasil analisis bentuklahan dan penutuplahan.

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Bentuklahan adalah bagian dari permukaan bumi yang memiliki bentuk topografiskhas, akibat pengaruh kuat dari proses alam dan struktur geologis pada materialbatuan dalam ruang dan waktu kronologis tertentu. Dari pengertian ini, faktor-faktor penentu bentuklahan dapat dirumuskan sebagai berikut :B = f (T, P, S, M, K)(1)Notasi dalam rumus (1 ) tersebut adalah :B = bentuklahan,T = topografiP = proses alamS = struktur geologisM = material batuanK = ruang dan waktu kronologis.Bentuklahan vulkanik secara sederhana dibagi menjadi 2, yaitu bentuk-bentuk eksplosif (krater letusan, ash dan cinder cone) dan bentuk-bentuk effusif (aliran lava/lidah lava, bocca, plateau lava, aliran lahar dan lainnya) yang membentuk bentangan tertentu dengan distribusi di sekitar kepundan, lereng bahkan kadang sampai kaki lereng. Struktur vulkanik yang besar biasanya ditandai oleh erupsi yang eksplosif dan effusif, yang dalam hal ini terbentuk volkanostrato. Erupsi yang besar mungkin sekali akan merusak dan membentuk kaldera yang besar. Kekomplekkan terrain vulkanik akan terbentuk bila proses-proses yang non-vulkanik berinteraksi dengan vulkanisme. Proses patahan yang aktif akan menghasilkan erupsi linier dan depresi volkano-tektonik. Satuan bentuklahan vulkanik dapat dikelompokkan lagi menjadi satuan-satuan yang lebih kecil, dan sebagai contoh penyimbulannya antara lain : satuan kepundan (VK), satuan kerucut parasiter (VKp), satuan lereng vulkan (VL), satuan kakilereng gunungapi (VLk) dan satuan dataran fluvial gunungapi (VDk). Proses erosi vertikal yang kuat pada bagian hulu akibat aliran lava/lahar dan curah hujan yang tinggi membentuk lembah-lembah sungai yang curam dan rapat serta dibatasi oleh igir-igir yang runcing dengan pola mengikuti aliran sungai-sungainya. Proses erosi dan denudasional yang bekerjasama menyebabkan terbentuknya relief yang kasar dan topografi yang tinggi dengan kemiringan lereng yang curam pada bagian lereng atas, kemudian terdapat tekuk lereng (break of slope) yang mencirikan munculnya mataair membentuk sabuk mataair (spring belt). Pola aliran sungai terbentuk akibat proses geomorfologi yang bekerja pada batuan di permukaan, sehingga terbentuk pola yang relatif annular sentrifugal dengan anak-anak sungai utama relatif sejajar, kemudian bertemu pada tekuk lereng pertama. Beberapa sungai bertemu kembali pada tekuk lereng kedua, dan seterusnya. Kerapatan aliran umumnya tinggi pada lereng atas dan tengah, yang semakin menurun kerapatannya ke arah lereng bawah dan kaki lereng. Pola-pola kelurusan yang ada umumnya berupa igir-igir curam di kanan-kiri sungai, pola kelurusan kontur yang melingkar serta break of slope yang berasosiasi dengan spring belt. Vegetasi umumnya rapat berupa hutan lindung di bagian atas, hutan penyangga di tengah dan akhirnya menjadi lahan budidaya pertanian di bagian kaki lereng sampai dataran fluvialnya. Permukiman dapat dijumpai mulai pada lereng tengah dengan kerapatan jarang ke arah bawah yang mempunyai kerapatan semakin padat. Kenampakan dari citra, tekstur umumnya kasar tetapi seragam pada ketinggian atau klas lereng sama, semakin ke bawah semakin halus; rona agak gelap sampai gelap; pola agak teraturdan umumnya kenampakan fisik mempunyai pola yang kontinyu. Kenampakan yang khas adalah bahwa pada pusat kepundan akan terlihat suatu kerucut yang di sekitarnya terdapat hamparan hasil erupsi tanpa vegetasi penutup sedikitpun. Bekas-bekas aliran lava cair akan tampak berupa garis-garis aliran di sekitar kepundan dan berhenti membentuk blok-blok dinding terjal akibat pembekuan di luar. Kerucut gunungapi merupakan bagian tubuh gunungapi paling atas yang langsung mendapat material dari kawah saat terjadi erupsi. Gerakan material pada kerucut gunungapi adalah gerakan gravitatif, yaitu gerakan yang dipengaruhi oleh tenaga gravitasi bumi. Kerucut gunungapi memiliki lereng yang sangat curam dan terdapat lembah-lembah dalam. Material endapannya merupakan campuran bahan erupsi yang masih sangat kasar hingga kasar, Kerucut gunungapi didominasi oleh aktifitas pengangkutan dan longsor lahan. Kaki gunungapi dicirikan oleh lereng yang agak curam sampai agak landai. Kaki gunungapi didominasi oleh pengendapan materi gunungapi misalnya yang melalui lembah-lembah sungai. Materi yang diendapkan antara lain lumpur, endapan lava dan materi piroklastik. Proses pengangkutan mulai berkurang yang disebabkan oleh kemiringan lereng yang mulai berkurang. Proses gravitatif yang terjadi juga mulai lemah. Dataran kaki gunungapi merupakan satuan bentuklahan yang lebih datar dan terbentuk dari pengendapan material oleh proses fluvial. Proses sedimentasi pada lembah sungai mulai aktif karena adanya penurunan kemiringan lereng yang memungkinkan terjadinya pengendapan yang cukup besar. Kemiringan lerengnya bervariasi dari agak landai sampai landai. Pemanfaatan lahan untuk pertanian mulai berkembang. Material permukaan didominasi oleh kerikil hingga pasir kasar. Proses erosi pada unit ini mulai lebih kecil dari pengendapannya. Secara umum proses erosi yang tampak adalah dari erosi lembar sampai erosi alur. Dataran fluvio gunungapi merupakan satuan bentuklahan dengan topografi datar dan terbentuk oleh pengendapan dari proses fluvial. Proses pengendapan yang terjadi lebih intensif serta material utamanya berupa pasir sedang hingga halus pada bagian atasnya. Di sini pemanfaatan lahan untuk pertanian dan permukiman lebih berkembang. Padang lava dan Padang lahar. Medan lava terbentuk oleh adnya aliran lava melalu lembah-lembah dan hasil erupsi gunungapi. Karakeristik satuan bentuklahan ini berupa daerah yang bergelombang tak teratur. Medan lava akan terbentuk bila terjadi curahan lava pada volume yang sangat besar yang umumnya berupa lava basalt. Medan lava ini diyakini berhubungan erat dengan adanya erupsi melalui rekahan, baik yang muncul di sekitar kawah maupun kerucut gunungapi Dataran antar gunung api adalah bentuklahan yang terdapat pada batas paling bawah kaki volkan sampai dataran aluvial dan terletak diantara dua atau beberapa volkan. Lereng datar sampai agak miring, jenis batuan berupa batuan beku,material permukaan sampai pasir. Drainase baik, jenis tanah bervariasi.

Bentuklahan asal proses fluvial adalah semua bentuklahan yang terjadi akibat adanya proses aliran baik yang berupa aliran sungai maupun yang tidak terkonsetrasi yang berupa limpasan permukaan. Akibat adanya aliran air tersebut maka akan terjadi mekanisme proses erosi, transportasi, dan sedimentasi. Proses erosi yang disebabkan oleh aliran air diawali dengan adanya proses pelapukan, baik pelapukan fisis, khemis maupun organis akan terpencarkan oleh tetesan air hujan, selanjutnya akan terangkut oleh aliran permukaan dan aliran sungai.Pengangkutan sedimen dalam bentuk : muatan dasar, muatan suspensi, muatan terlarut, dan muatan yang mengapung. Pada muatan dasar sedimen berpindah secara bergulling (rolling), bergeser (shifting), dan melompat (saltation), sedangkan pada muatan suspensi sedimen bergerak secara melayang-layang pada aliran sungai. Pada aliran yang relatif cepat, sebagian muatan dasar dapat menjadi muatan suspensi., sedangkan aliran lambat sebagian muatan suspensi menjadi muatan dasar. Muatan dasar akan mengalami sedimentasi, jika aliran air sudah tidak mampu mengangkutnya lagi. Demikian juga muatan suspensi, akan menjadi muatan dasar jika kecepatan aliran, dan selanjutnya akan mengalami sedimentasi. Muatan yang mengapung akan terangkut terus hingga tenaga aliran sudah tidak mampu untuk mengangkutnya lagi. Mekanisme pengangkutan muatan sedimen (muatan dasar, muatan sedimentasi, dan muatan terlarut).Aliran sungai akan mengangkut material dari bagian hulu menuju bagian hilir. Dalam proses pengangkutan sedimen, kemampuan aliran air dalam mengangkut sedimen (stream competention) akan berkurang, hal tersebut ditentukan oleh: berkurangnya debit aliran, kemiringan dasar sungai semakin kecil, terjadi penambahan sedimen yang terangkut, dan aliran air sungai semakin melebar. Struktur sedimen dapat dipengaruhi oleh aliran air, kecepatan aliran, banyaknya material sedimen yang terangkut. Struktur sedimen yang dihasilkan dapat berupa struktur horizontal, silangsiur, struktur delta. Permukaan sedimen dapat berombak, dengan berbagai macam bentuk. Secara vertikal sedimen dapat memiliki sebaran butir, gradasi sangat baik, gradasi baik, gradasi sedang, gradasi buruk, dan tidak bergradasi. Secara memanjang sungai sebaran sedimen dapat terjadi sortasi, dengan kriteria sortasi sangat baik, baik, sedang, buruk, dan tidak ada sortasi.Akibat tenaga pengangkut berkurang maka akan terjadi proses sedimentasi. Sedimentasi ini akan menghasilkan berbagai macam bentuk yang mempunyai karakteristik tertentu. Bentukan ini mempunyai kesamaan relief, batuan atau struktur dan proses terbentuknya, dan dinamakan bentuklahan asal proses fluvial, atau bentuklahan. Pada tabel tersebut dapat diketahui karakteristik dari masing-masing satuan bentuklahan.Berdasarkan kondisi relief dan topografinya maka sungai dapat dibagi menjadi tiga penggal yaitu sungai bagian hulu, sungai bagian tengah, dan sungai bagian hilir. Sungai bagian hulu merupakan sungai yamg menempati daerah pegunungan atau perbukitan dan memiliki orde sungai rendah. Aliran pada sungai ini sangat besar karena menempati daerah perbukitan sehingga gradien sungai tersebut besar, hal ini mengakibatkan daerah tersebut didominasi oleh erosi vertikal yang menyebabkan pendalaman alur sungai. Sungai yang mempunyai orde rendah akan memiliki debit air yang relatif kecil sehingga erosi lateral lebih mendominasi sehingga mengakibatkan pelebaran alur sungai.Sungai bagian tengah merupakan peralihan antara sungai bagian hulu dan sungai bagian hilir. Daerah tersebut memiliki topografi landai sampai bergelombang. Hal ini akan mengakibatkan berkurangnya kecepatan aliran sungai sehingga proses erosi vertikal dan erosi lateral terjadi seimbang. Sungai bagian hilir merupakan sungai yang menempati daerah dataran yang pada umumnya erosi lateral sangat intensif terjadi sehingga terjadi pelebaran lembah sungai. Pembentukan meander sering terjadi pada daerah tersebut, dan pada daerah muara sungai pada kondisi tertentu akan terbentuk delta. Dataran alluvial adalah bentuklahan yang terbentuk oleh proses endapan aliran permukaan. Lereng datar sampai agak miring, dengan proses sedimentasi. Jenis batuan sedimen, material permukaan liat sampai pasir. Drainase baik sampai sedang, jenis tanah alluvial adalah Gleisol dan Grumusol.Bentuklahan asal proses marin adalah semua bentuklahan yang dihasilkan oleh aktivitas laut yaitu oleh adanya gelombang dan arus laut. Akibat keberadaan gelombang (wave) dan arus (current) akan menghasilkan bentuklahan asal marin baik bentukan erosional maupun bentukan deposisional. Bentukan erosional dapat berupa dinding terjal (cliff) sedangkan bentukan deposisional dapat berupa delta, betinggisik, sedimen marin, tombolo, dan spit. Proses marin sering dipengaruhi juga oleh aktivitas daratan yaitu aktivitas fluvial sehingga sering disebut sebagai proses fluvio-marin. Contoh bentuklahan yang merupakan hasil proses fluvio-marin adalah delta

2.2 Potensi pemanfaatan lahan daerah Semarang.Penutup lahan daerah Semarang meliputi hutan lahan kering, hutan lahan basah, belukar, lahan terbuka, lahan terbangun, sungai, dan, laut. Semarang mempunyai potensi pemanfaatan lahan yang bermacam-macam meliputi permukiman, pertanian lahan basah serta lahan kering, hutan, tambak, dan potensi wisata.Potensi permukiman berdasarkan penutup lahan terbangun berada pada wilayah yang relatif datar. Jenis bentuklahan yang mempunyai relief datar adalah bentuklahan fluvial tepatnya berada pada dataran alluvial. Pertanian lahan basah dapat dilakukan disekitar aliran sungai maupun sekitar pantai. Sawah yang berada disekitar pantai disebut sawah pasang surut. Sawah ini menggunakan air hasil sulingan air laut untuk pengairan sawah. Sawah yang berada di sekitar aliran sungai adalah sawah irigasi. Sawah ini memanfaatkan air sunagi untuk pengairan sawah.Pertanian lahan kering adalah jenis pertanian yang sistem pengairannya tidak tidak teratur, sebagi contoh sawah tadah hujan. Sawah tadah hujan atau sawah musiman merupakan sawah yang menggantungkan sistem pengairan dari air hujan. Potensi tambak terdapat di wilayah sekitar pesisir. Tambak dibedakan menjadi tiga meliputi tambak menggunakan air laut, air payau dan air tawar. Potensi yang terakhir adalah potensi untuk wisata. Potensi ini terdapat di wilayah sekitar pantai.

BAB IIIPENUTUP3.1 KesimpulanInterpretasi karakteristik bentuklahan menggunakan citra Landsat 7 ETM +457 meliputi relief, kemiringan lereng, serta kondisi penutup lahan. Semarang tersusun atas tiga bentuklahan ialah vulkanik, marine dan fluvial serta sembilan satuan bentuklahan ialah kaki gunung api, dataran kaki gunung api, dataran kaki fluvio, padang lava, dataran antar gunung api, kerucut gunung api, gisik, beting gisik, dan dataran alluvial. potensi pemanfaatan lahan daerah Semarang meliputi permukiman, pertanian lahan basah serta lahan kering, hutan, tambak, dan potensi wisata.

3.2 Saran Pemanfaatan lahan secara optimal di daerah Semarang akan mengurangi potensi kebencanaan. Sudah seharusnya pemerintah dan masyarakat mengetahui cara pemanfaatan lahan secara optimal.

DAFTAR PUSTAKADanoedoro.Projo, Nur Hidayati.Iswari. 2013 Pedoman Praktikum Penginderaan Jauh Dasar, Fakultas Geografi UGM, YogyakartaDwiyanti, Elissa.2009. Analisis Data Landsat Etm+ Untuk Kajian Geomorfologi Dan Penutup/Penggunaan Lahan Dan Pemanfaatannya Untuk Pemetaan Lahan Kritis Di Kota Cilegon. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/13294/A09edw.pdf?sequence=2. Diakses pada 5-12-13 pukul 18.12 WIBIndra, Tyan. 2014. Bentuklahan Asal Proses Marin dan Bentuklahan Asal Proses Fluvial. http://www.bappeda.tasikmalayakab.go.id/index.php/fispra/114-bentuklahan-asal-proses-marin. http://www.bappeda.tasikmalayakab.go.id/index.php/fispra/113-bentuklahan-asal-proses-fluvial. Diakses pada 02 Mei 2014 pukul 07.57 WIBKatili, John. Drs. 1959. Pengantar Geologi Umum. Institut Teknologi Bandung, Bandung.Thornbury, W.D. 1958. Principles of Geomorphology. Willey London Widiyanto, Drs. M.S dan Danang Sri Hadmoko, S.Si. 2003. Petunjuk Praktikum GeomorfologiDasar. Laboratorium Geomorfologi Dasar, Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta