Makalah Bindo
-
Upload
habibullah -
Category
Documents
-
view
216 -
download
0
description
Transcript of Makalah Bindo
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sitasi adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau yang dikutip
oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam bibliografi
dokumen yang mengutip, yang secara khusus mengkaji pengarang dan karya-karya lain.
Bisa juga didefinisikan untuk menunjukkan asal-usul atau sumber suatu kutipan, mengutip
pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan mencantumkannya di dalam
suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan bahwa kutipan tersebut itu
adalah pernyataan orang lain. Sedangkan Bibliografi (daftar pustaka) merupakan susunan
seluruh bahan kepustakaan yang digunakan sebagai bahan acuan. Daftar pustaka
ditempatkan pada bagian akhir dari suatu karya tulis ilmiah sebelum bagian lampiran dan
perlu memperhatikan konsistensi gaya penulisan, antara kepustakaan yang dikutip dengan isi
daftar pustaka. Kesesuaian antara kepustakaan yang dikutip di dalam tubuh tulisan dengan
yang ada di dalam daftar pustaka serta konsistensi penulisan merupakan salah satu aspek
yang menentukan nilai ilmiah suatu karya tulis ilmiah.
Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemui kesulitan dalam menuliskan sitasi ataupun bibliografi. Dengan demikian, penulis menyusun makalah tentang cara penulisan sitasi atau bibliografi yang baik dan benar dengan tujuan pembaca dapat memahami sitasi dan bibliografi itu sendiri dan dapat membedakannya.
1.2 Rumusan Masalah1. Apa pengertian sitasi dan bibliografi beserta fungsinya?2. Bagaimana unsur-unsur sitasi dan bibliografi?3. Bagaimana penyusunan sitasi dan bibliografi, teknik penulisan sitasi dan
bibliografi serta penulisannya berdasarkan yang dibedakan dari sumbernya?
1.3 Tujuan1. Pembaca mengetahui apa itu sitasi dan bibliografi2. Pembaca dapat memahami unsur-unsur sitasi dan bibliografi3. Pembaca dapat menyusun sitasi dan bibliografi dengan baik, mengetahui dan
memahami teknik penulisannya dengan benar
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Sitasi2.1.1 Definisi Sitasi
Sitasi adalah daftar pustaka dari sejumlah dokumen yang dirujuk atau yang dikutip
oleh sebuah dokumen dan setiap daftar pustaka dokumen tersebut dimuat dalam
bibliografi dokumen yang mengutip, yang secara khusus mengkaji pengarang dan karya-
karya lain. Bisa juga didefinisikan untuk menunjukkan asal-usul atau sumber suatu
kutipan, mengutip pernyataan atau menyalin/mengulang pernyataan seseorang dan
mencantumkannya di dalam suatu karya tulis yang dibuat, namun tetap mengindikasikan
bahwa kutipan tersebut itu adalah pernyataan orang lain.
Menurut Hartinah ( 2002 : 1) “Analisis sitiran adalah penyelidikan melalui data
sitiran dari suatu dokumen, baik dokumen yang disitir maupun dokumen yang menyitir.
Hartinah (2002 : 2) Menyatakan bahwa pada kajian bibliometrika banyak digunakan
analisis sitiran sebagai cara untuk menentukan berbagai kepentingan atau kebijakan
seperti:
1. Evaluasi program riset.
2. Penentuan ilmu pengetahuan.
3. Visualisasi suatu disiplin ilmu.
4. indikator iptek.
5. faktor dampak dari suatu majalah (journal impact factor).
6. Kualitas suatu majalah.
7. Pengembangan koleksi majalah, dan lain–lain.
Sulistyo–Basuki (1998 : 6) menyatakan bahwa: Analisis sitiran digunakan untuk
mengukur pengaruh intelektual ilmuwan dari pengarang yang disitir, karena beberapa
studi sitiran literatur digunakan untuk mengetahui karakteristik komunikasi ilmu
pengetahuan dan banyak aspek kualitatif dari penelitian dan publikasi
Garfield dalam Hartinah (2002 : 3) bahwa “analisis sitiran banyak digunakan dalam
kajian bibliometrika karena jelas mewakili subjek yang diperlukan, tidak memerlukan
interpretasi, valid dan reliable”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Sitasi benar–benar dibutuhkan dalam
menghasilkan suatu karya tulis karena dapat membantu argumen peneliti melalui teori
terkait dengan literatur, dan membantu pembaca untuk membedakan antara ide atau
bukan. Atau juga bagian dari kajian bibliometrika dan yang dikaji adalah dokumen yang
disitir dengan dokumen yang menyitir pada sebuah karya ilmiah. Aspek yang dikaji dalam
analisis sitiran disesuaikan dengan kebutuhan peneliti atau penulis yang bersangkutan.
2.1.2. Sistem Penulisan
Secara umum ada dua sistem penulisan pencantuman kutipan (sitasi) yang banyak
digunakan dalam karya tulis ilmiah, yaitu sistem alfabet atau sistem nama-tahun (Harvard
system) dan sistem nomor (Vancouver system). Sistem Pengarang-Tahun banyak
digunakan dalam penulisan di bidang ilmu biologi, fisika, ilmu sosial dan kemanusiaan,
juga disarankan untuk penulisan di bidang ilmu pengetahuan alam. Sistem Numerik
banyak digunakan dalam ilmu kedokteran dan tulisan-tulisan sejenis tinjauan literatur
yang memuat banyak sitasi. Berikut pembahasannya:
a. Sistem Nama-Tahun
Ciri-cirinya yaitu:
• Sitasi dalam teks dinyatakan dalam bentuk nama pengarang dan tahun terbit
dokumen yang disitir dan ditempatkan di dalam tanda kurung. Antara nama
pengarang dan tahun terbit dipisahkan dengan spasi atau tanda koma (bervariasi
tergantung buku panduan)
• Nama pengarang pada sitasi/referensi dinyatakan dengan nama keluarga
• Daftar referensi disusun sesuai dengan urutan abjad nama pengarang
• Urutan data bibliografi dalam referensi adalah: Nama pengarang, tahun terbit,
judul, informasi lain kecuali tahun terbit.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari sistem penulisan ini, yaitu:
Kelebihannya:
Jika akan menambah atau menghapus referensi, penulis tidak perlu merubah
keseluruhan urutan dalam daftar referensi.
Pembaca dapat mengidentifikasi dokumen yang disitir tanpa melihat ke dalam
daftar referensi.
Tahun terbit dokumen dapat memberikan informasi yang berhubungan
dengan perkembangan konsep dan metode yang sedang dibahas secara kronologis.
Nama pengarang yang disitir tampil dalam teks.
Kelemahannya:
Pada teks yang memuat banyak sitasi atau nama pengarang/lembaga yang
terlalu panjang, maka panjangnya sitasi dapat mengganggu keterbacaan teks.
Aturan pada sistem pengarang-tahun lebih rumit dibanding sistem numerik,
misalnya tentang urutan sitasi, tanda baca antara sitasi, dan urutan abjad
pengarang pada daftar referensi.
Ada 2 macam cara penyajian sitasi sistem Pengarang-Tahun, yaitu :
- Nama pengarang merupakan bagian dari kalimat. Dalam hal ini, tahun terbit
diletakkan di dalam tanda kurung.
Contoh : Menurut Leigh Calvez (2004: 41), studi yang dilakukan oleh
Hawaii’s Ocean Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh
oleh kebisingan mesin kapal.
- Nama pengarang bukan merupakan bagian dari kalimat. Dalam hal ini, nama
pengarang dan tahun terbit diletakkan di dalam tanda kurung.
Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal
(Calvez, 2004: 41).
b. Sistem Nomor
Ciri-cirinya yaitu:
• Sitasi dalam teks dinyatakan dalam bentuk nomor (angka) yang ditempatkan di
dalam tanda kurung atau di atas garis (superscript).
• Urutan nomor sitasi disusun berdasarkan urutan munculnya sitasi dalam teks.
• Daftar referensi disusun sesuai dengan nomor urut sitasi
• Urutan data bibliografi dalam referensi adalah: Nama pengarang, judul,
informasi lain termasuk tahun terbit.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari sistem penulisan ini, yaitu:
Kelebihannya:
Keterbacaan teks tidak banyak mengalami gangguan
Lebih praktis digunakan untuk teks yang memuat banyak sitasi dan secara
terus menerus seperti tinjauan literatur.
Menghemat ruang, kertas dan biaya.
Kelemahannya:
Pembaca harus melihat daftar referensi jika ingin tahu karya siapakah yang
disitir, karena sitasi dalam teks tidak memberikan informasi tentang hal itu.
Jika penulis akan menambah atau menghapus referensi, maka keseluruhan
urutan nomor referensi harus diubah.
Nama pengarang kurang terlihat karena tidak muncul dalam teks.
Cara penyajiannya:
Ukuran huruf yang digunakan untuk nomor sitasi umumnya lebih kecil dari
huruf pada teks. Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean
Mammal Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan
mesin kapal1.
Nomor sitasi yang tidak berurutan dipisahkan dengan tanda koma tanpa spasi.
contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal.
[1,2,7,9]
Nomor sitasi yang berurutan lebih dari dua nomor, cukup menuliskan nomor
awal dan nomor akhir sitasi dan dipisahkan dengan tanda hubung. Jika hanya
ada dua nomor, cukup dipisahkan dengan tanda koma.
Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1 10].
Atau Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1]
[10].
Nomor sitasi yang berurutan dan hanya ada dua nomor, cukup dipisahkan
dengan tanda koma.
Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1,2].
2.1.3. Teknik penulisan
Pada dasarnya ada 2 teknik penulisan sitasi:
1. Catatan langsung (catatan perut).
Catatan perut ditulis langsung di dalam baris-baris naskah, yang berisi alamat rujukan
singkat dari bahan yang diacu, yaitu: nama pengarang, tahun penerbitan, dan halaman.
Untuk artikel jurnal, artikel media massa, atau makalah, tidak perlu dicantumkan
nomor halamannya.
Contoh: berelson (1952:18) mendefinisikan analisis isi sebagai “teknik penelitian
untuk mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuatitatif isi komunikasi yang
tampak,”.
Sedangkan para ahli yang lain menyatakan, analisis isi adalah sebuah teknik penelitian
untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi secara sistematik dan
obyektif terhadap karakteristik-karakteristik khusus pada sebuah teks (stone et al.,
1966:5).
2. Catatan kaki (footnotes) atau catatan akhir (endnotes) Footnotes dan endnotes ditulis
terpisah dari baris-baris naskah.
a) Catatan Kaki (Footnotes):
Diletakkan di bagian bawah halaman, dipisahkan dari naskah utama menggunakan
garis. Informasi referensi yang dituliskan di dalam catatan kaki adalah: nama
pengarang (tidak dibalik susunannya), judul, penerbit, kota, tahun, dan halaman.
Untuk sumber berupa makalah atau artikel jurnal/media massa, tidak perlu
menuliskan nomor halamannya.
Contoh: Berelson mendefinisikan analisis isi sebagai “teknik penelitian untuk
mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuatitatif isi komunikasi yang
tampak.”1=> 1 Benard Berelson, Content Analysis in Communications Research,
Free Press, New York, 1952, hal. 18.
b) Catatan akhir (endnotes):
sama dengan teknik penulisan catatan kaki. Perbedaannya terletak pada penempatan
catatan. Endnotes diletakkan terpisah di bagian akhir tulisan atau bab (chapter).
Contoh: Berelson mendefinisikan analisis isi sebagai “teknik penelitian untuk
mendeskripsikan secara obyektif, sistematik dan kuatitatif isi komunikasi yang
tampak.”1 => 1 Benard Berelson.
2.1.4. Cara penulisan
A. Harvard system
1. Sitasi dengan Satu Pengarang
a. Pengarang yang Sama Menulis pada Tahun Berbeda.
Jika terdapat lebih dari satu pustaka yang ditulis oleh pengarang yang sama
pada tahun yang berbeda, pengacuan ditulis sesuai urutan terbit. Misalnya Suwanto
(1997, 2000) … atau … (Suwanto, 1997, 2000). Tahun terbit yang satu dengan yang
berikutnya dipisahkan oleh koma dan spasi.
b. Pengarang yang sama Menulis pada Tahun Sama
Pengacuan terhadap dua atau beberapa pustaka yang ditulis oleh pengarang
yang sama pada tahun yang sama dilakukan dengan menambah huruf “a” untuk yang
pertama, “b” untuk yang kedua, dan seterusnya setelah tahun. Misalnya Suwanto
(1998a, 1998b) … atau … (Suwanto, 1998a, 1998b). Penambahan huruf “a”, “b”,
dan seterusnya ini perlu didasarkan pada urutan waktu publikasi, dari yang paling
awal sampai dengan yang paling akhir. Urutan waktu ini biasanya dapat ditentukan
dari volume dan nomor jurnal tempat artikel tersebut terbit atau dari urutan nomor
halaman jika bukan berasal dari jurnal yang sama. Di dalam tubuh tulisan tahun
penerbitan yang satu dengan yang berikutnya dipisahkan oleh koma dan spasi.
2. Sitasi dengan Dua Pengarang
Pengacuan pustaka yang ditulis oleh dua pengarang seperti “Suwanto A dan
Fardiaz S” pada Tahun 1983 diacu sebagai Suanto dan Fardias (1983) … atau …
(Suwanto & Fardias, 1983). Jangan menggunakan tanda apersan (&) untuk
menggantikan kata ”dan” dalam suatu kalimat tubuh tulisan, kecuali pada sumber
acuan dalam tanda kurung. Perhatikan pula bahwa dalam senarai Daftar Pustaka kata
“dan” tidak dituliskan.
Jika pengarang mempunyai nama keluarga yang sama untuk suatu publikasi
yang terbit pada tahun yang sama, nama inisial disertakan untuk membedakan bahwa
sumbernya berbeda. Misalnya Suwanto A (1999) dan Suwanto H (1999) … atau …
(Suwanto A, 1999; Suwanto H, 1999). Perhatikan bahwa kata “dan” digunakan untuk
menghubungkan dua sumber acuan yang ditulis oleh pengarang yang berbeda dalam
suatu kalimat, sedangkan titik koma dan spasi digunakan untuk memisahkan
pengacuan terhadap pustaka yang ditulis oleh pengarang yang berbeda.
3. Tiga Pengarang atau Lebih
Untuk nama pengarang yang terdiri atas tiga orang atau lebih, hanya nama
keluarga atau nama akhir pengarang pertama saja yang ditulis dan diikuti dengan kata
“et al.” (singkat kata dari et alii). Dalam Pedoman ini kata “et al.” tetap
dipertahankan dan dicetak dalam huruf miring; tidak diubah menjadi “dkk.”
(singkatan dari dan kawan-kawan). Sebagai contoh, artikel yang di tulis oleh Suwanto
A, Friska H, dan Sudirman I yang dipublikasikan pada 1996 diacu sebagai: Suwanto
et al. (1996) … atau … (Suwanto et al., 1996).
Jika sumber acuan yang terdiri atas tiga pengarang atau lebih di tulis oleh
penulis pertama yang sama, maka untuk membedakan sumber acuan tersebut
dituliskan pada struktur penulisan Pengarang yang Sama Menulis pada tahun yang
sama. Misal artikel Suwanto A, Suwanto H, dan Suryanto D dipublikasikan pada
tahun 2000 dan artikel yang di tulis Suwanto A bersama-sama Yuhana M dan Angka
SL dipublikasikan juga pada tahun 2000, maka untuk membedakannya dituliskan
Suwanto et al. (2000a) …; Suwanto et al. (2000b) … atau … (Suwanto et al., 2000a);
… (Suwanto et al., 2000b). Penambahan huruf a dan b didasarkan pada senarai
menurut abjad nama pengarang.
4. Sitasi dengan Pengacuan Ganda
Bila dua artikel atau lebih dengan pengarang berbeda diacu sekaligus, maka
penulisan pengacuannya didasarkan pada urutan tahun penerbitannya, misalnya
(Kaplan & Suwanto, 1990; Suhartono et al., 1994; Tjahyadi et al., 1994; Rosana et
al., 1995; Suwanto et al., 2000a; Suwanto et al., 2000b). Di sini digunakan titik koma
dan spasi untuk memisahkan pengacuan terhadap pustaka yang ditulis oleh pengarang
yang berbeda.
5. Sitasi dengan Lembaga sebagai Pengarang
Nama lembaga yang diacu sebagai pengarang sebaiknya ditulis dengan bentuk
singkatannya. Misalnya untuk mengacu tulisan yang diterbitkan tahun 1999 oleh Biro
Pusat Statistik ditulis BPS (1999) …. atau … (BPS, 1999). Dalam Daftar Pustaka
nama pengarang acuan ini ditulis sebagai [BPS].
6. Tulisan tanpa Nama Pengarang
Sebaiknya acuan yang tidak memiliki nama pengarang di dalam tubuh tulisan
dan Daftar Pustaka dituliskan dengan nama lembaga yang menerbitkannya. Acuan
tanpa pengarang ada pula yang dituliskan sebagai Anonim (1990) … atau …
(Anonim, 1990) dan dalam Daftar Pustaka ditulis [Anonim], namun sebaiknya
penggunaan kata anonim ini dihindari.
7. Sitasi yang berasal dari Pustaka Sekunder
Untuk artikel yang belum pernah dibaca sendiri oleh penulis dan diacu dari
suatu sumber (pustaka sekunder), nama pengarang dan tahun penerbitan aslinya
ditulis dan dipisahkan dengan spasi dengan kata “diacu dalam” yang dicetak miring,
diikuti nama pengarang dan tahun penerbitan pustaka sekunder. Contoh Powell
(1958) diacu dalam Forbes (1972) … atau …(Powel, 1958 diacu dalam Forbes,
1972). Selanjutnya dalam Daftar Pustaka kedua artikel ini harus dicantumkan. Dalam
menulis karya tulis ilmiah, pengacuan terhadap pustaka yang tidak pernah dibaca
sendiri sangat tidak dianjurkan.
8. Sitasi yang berasal dari Artikel Siap Terbit
Pengacuan terhadap artikel yang telah diterima untuk publikasi, masih dalam
proses penerbitan, dilakukan dengan menambahkan kata “in press” atau “siap terbit”
yang ditulis cetak miring. Pemilihan kata tersebut harus digunakan dengan taat asas
dalam seluruh tubuh tulisan. Misal Suwanto (in press)…atau…(Suwanto, in press)
dan Suwanto (siap terbit)… atau … (Suwanto, siap terbit). Sumber acuan seperti ini
disenaraikan dalam Daftar Pustaka.
9. Sitasi yang berasal dari Artikel Sedang Dikirimkan untuk Publikasi
Artikel yang sedang disampaikan untuk publikasi dalam suatu jurnal tidak
dapat diacu dalam karya tulis ilmiah karena belum ada pernyataan dapat diterbitkan.
10. Sitasi yang berasal dari Komunikasi Pribadi
Dalam keadaan sangat khusus, komunikasi pribadi dengan seorang pakar
kadang kala perlu diacu dalam tulisan. Pakar yang diacu merupakan orang yang
kompetensinya dikenal oleh masyarakat ilmiah dan diakui legalitasnya.
Bila pengacuan ini dilakukan, nama diikuti oleh inisialnya, tanpa menggunakan gelar
akademik atau jabatan dan dipisahkan oleh tanda koma dan spasi, dilanjutkan dengan
waktu dan kata “komunikasi pribadi” yang dicetak miring; semuanya dituliskan dalam
tanda kurung, misal… (Nasoetion AH, 8 Maret 1998 komunikasi pribadi). Pengacuan
dengan cara ini tidak dianjurkan dan seandainya digunakan, maka informasi yang
diperoleh dari komunikasi pribadi ini tidak disenaraikan dalam Daftar Pustaka.
11. Sitasi terhadap Tabel atau Gambar
Sumber dalam sitasi berupa tabel atau gambar, ditulis di bagian bawah tabel
atau gambar dengan mencantumkan nama pengarang dan tahun penerbitannya.
Contoh penulisannya adalah “Sumber: BPP Sembawa (2003)” atau “Gambar 1.
Skema pembuatan agroforestri karet (Lahebel-Peron, 2008)”.
B. Vancouver system
1. Sitasi dengan 1 karya tulis
Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1].
Atau
Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal1.
2. Sitasi dengan 2 karya tulis
Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1,2].
3. Sitasi dengan beberapa karya tulis
Nomor yang tidak berurutan
Contoh: Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal
Institute menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin
kapal.[1,2,7,9]
Nomor sitasi yang berurutan lebih dari dua nomor, cukup menuliskan
nomor awal dan nomor akhir sitasi dan dipisahkan dengan tanda hubung.
Jika hanya ada dua nomor, cukup dipisahkan dengan tanda koma. Contoh:
Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1
10].Atau
Hasil studi yang dilakukan oleh Hawaii’s Ocean Mammal Institute
menunjukkan bahwa ikan hiu terpengaruh oleh kebisingan mesin kapal[1]
[10].
2.2 Definisi Bibliografi
Bibliografi atau daftar pustaka merupakan susunan seluruh bahan kepustakaan yang
digunakan sebagai bahan acuan. Daftar pustaka ditempatkan pada bagian akhir dari suatu
karya tulis ilmiah sebelum bagian lampiran dan perlu memperhatikan konsistensi gaya
penulisan antara kepustakaan yang dikutip dengan isi daftar pustaka. Kesesuaian antara
kepustakaan yang dikutip di dalam tubuh tulisan dengan yang ada di dalam daftar pustaka
serta konsistensi penulisan merupakan salah satu aspek yang menentukan nilai ilmiah
suatu karya tulis ilmiah.
Berikut ini adalah beberapa ketentuan penulisan daftar pustaka yang berasal dari
berbagai sumber kepustakaan, yakni: buku, jurnal, pertemuan ilmiah, koran, multimedia,
internet, dan sumber elektronik.
a. Bibliografi yang bersumber dari buku
Penulisan bibliografi untuk bahan kepustakaan berupa buku membutuhkan sejumlah
keterangan sebagai berikut (disusun berdasarkan urutan):
1. Nama (-nama) penulis, editor, pengkompilasi atau lembaga yang bertanggung
jawab atas isi buku:
a) Apabila terdapat enam orang pengarang, maka semuanya harus dituliskan.
b) Apabila jumlah pengarang lebih dari enam orang, maka tuliskan nama enam
pengarang pertama lalu tambahkan kata-kata et al. (Latin: et alii = dan lainnya).
c) Setiap nama pengarang dipisahkan oleh koma dan satu spasi. Nama pengarang
terakhir harus diikuti oleh titik setelah inisialnya.
Format: Nama keluarga (satu spasi), inisial (tanpa spasi dan tanda baca di antara
inisial), titik (atau jika ada nama pengarang berikutnya, beri koma dan 1 spasi).
Contoh: - Smith AK, Jones BC, editors.
- Smith AK, Jones BC, Bloggs TC, Ashe PT, Fauci AS, Wilson JD et al.
- Runtunuwu SD, Hartana A, Suharsono, Sinaga MS.
Catatan: apabila tidak ada nama (-nama) pengarang, maka sebagai gantinya
digunakan penerbit/lembaga. Penulisan nama penerbit/lembaga ditulis dengan
singkatan dalam kurung siku, ditambah satu spasi, diikuti dengan
kepanjangannya, diakhiri dengan titik dan satu spasi.
Contoh: [BAPPEDA] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bungo
2. Tahun terbit:
Format: tahun (titik tambahkan satu spasi).
Contoh: 2008.
3. Judul buku dan sub-judulnya (jika ada):
a. Judul tidak dicetak miring, tidak digarisbawahi dan tidak juga dicetak tebal.
b. Setiap kata diawali huruf Kapital, kecuali kata depan dan kata sambung.
Format: judul (titik, diikuti satu spasi).
Contoh: Dasar-dasar Agronomi.
Kimia Hasil Pertanian.
4. Nomor edisi (jika buku tersebut bukan edisi pertama):
a. Untuk buku berbahasa Indonesia, tuliskan: edisi.
b. Untuk buku berbahasa Inggris, tuliskan: ed.
Format: pernyataan nomor edisi (titik, diikuti satu spasi).
Contoh: Edisi kedua
Edisi ketiga
2nd ed.
3rd ed.
5. Nama kota tempat terbit:
a) Jika penerbit berada di lebih dari satu kota, maka tuliskan nama kota yang pertama.
b) Tuliskan nama kota dengan lengkap.
c) Jika nama kota tidak cukup terkenal, beri koma dan satu spasi, lalu tuliskan nama
negaranya.
Format: kota tempat terbit (titik dua, diikuti satu spasi).
Contoh: Jakarta:
Armidale, Australia:
Melle, Belgium:
6. Nama penerbit:
Nama penerbit harus ditulis dengan lengkap.
Format: nama penerbit (titik koma, diikuti satu spasi).
Contoh: CV Sagung Seto;
Raven Press;
Australian Government Publishing Service;
7. Nomor halaman:
a. Untuk buku berbahasa Indonesia, tuliskan kata: hal (singkatan dari halaman).
b. Untuk buku berbahasa Inggris, tuliskan huruf: p (singkatan dari page).
Format: hal (titik, diikuti satu spasi) nomor halaman (titik) atau (titik, diikuti satu
spasi) nomor halaman (titik).
Contoh: hal. 234-249.
p. 122-129.
p. 333, 338, 340-345 (jika tulisan tidak pada halaman yang sinambung).
Contoh penulisan:
Goldman SJ, Jackson K, Bursztynzky TA. 1986. Erosion and Sedimen Control Handbook.
London: McGraw-Hill Book Company.
Lodish H, Baltimore D, Berk A, Zipursky SL, Matsudaira P, Darnell J. 1995. Molecular Cell
Biology. 3rd ed. New York: Scientific American.
Rodgers P, Smith K, Williams D, Jones A, Brown W, Green B, et al. 2002. The way forward
for Australian libraries. Perth: Wombat Press.
Nasoetion AH. 2002. Berkelana di antara Tahu dan Tidak Tahu. Di dalam: Saefuddin A.
editor. Pola Induksi Seorang Eksperimentalis. Bogor: IPB. Hal. 61-67
Carlson BM. 2004. Human Embryology and Developmental Biology. 3rd ed. St. Louis:
Mosby. P. 10-15
b. Bibiografi yang Bersumber dari Kamus dan sejenisnya
Penulisan bibiografi yang bersumber dari kamus dan sejenisnya secara umum
mengacu pada bibiografi penulisan buku di atas. Kamus yang tidak menyertakan
nama pengarang langsung dituliskan judul kamus dan seterusnya
Contoh penulisan :
1. Kamus dan sejenisnya:
Parker SP. 2002. Dictionary of Scientific and Technical Terms. 6th ed. London:
McGraw-Hill Companies.
Bagus, L. 2002. Kamus Filsafat. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Oxford dictionary for scientific writers and editors. 1991. Oxford: Clarendon.
Parabola; p.89.
Hanrahan C. Valerian. 2001. In: Krapp K, Longe JL, editors. The Gale encyclopedia
of alternative medicine. Michigan: Gale Group. Vol 4 p. 1768-70.
c. Bibliografi yang bersumber dari jurnal
Penulisan bibliografi untuk bahan kepustakaan berupa jurnal mengikuti ketentuan
sebagai berikut (disusun berdasarkan urutan):
1. Nama (-nama) penulis dan tahun penerbitan jurnal dicantumkan sama seperti
penulisan untuk bibliografi yang bersumber dari buku.
2. Judul artikel. Penulisan huruf kapital pada judul artikel hanya diberlakukan
terhadap huruf pertama dari judul buku dan terhadap kata-kata yang biasanya dimulai
dengan huruf kapital.
3. Nama jurnal:
a) Tulis dalam bentuk singkatan sebagaimana style Medline. Daftar singkatan nama
jurnal dapat dijumpai di: //www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=journals.
b) Penyingkatan nama jurnal tidak menggunakan tanda baca, hanya diberi spasi.
4. Volume dan Nomor Terbitan Jurnal:
Volume dan nomor terbitan jurnal ditulis dengan angka arab setelah nama jurnal dan
dipisahkan dengan spasi. Nomor volume yang tidak menggunakan angka arab,
misalnya volume XXVI diubah menjadi 26. Angka nomor terbitan diletakkan dalam
tanda kurung setelah volume yang semuanya ditulis langsung tanpa spasi. Nomor
terbitan tidak perlu dicantumkan bila penomoran halaman berkesinambungan dalam
satu volume. Setelah nomor langsung diikuti tanda titik dua dan nomor halaman
lengkap yang diakhiri dengan tanda titik.
5. Nomor Halaman:
Nomor halaman ditulis dengan angka arab setelah volume dan nomor terbitan yang
dipisahkan dengan tanda titik dua (tanpa spasi) dan diakhiri dengan titik.
Contoh penulisan:
Melkote SR. 2006. Everett m. Rogers and his contributions to the field of
communication and social change in developing countries. J of Creative Comm. 1(1):
1-6 .
Runtunuwu SD, Hartana A, Suharsono, Sinaga MS. 2000. Penanda molecular sifat
ketahanan kelapa terhadap phytophthora penyebab gugur buah. Hayati 7:101-105.
Harjadi B, Prakosa D, Wuryanta A. 2007. Analisis Karakteristik Kondisi Fisik Lahan
DAS dengan PJ dan SIG di DAS Benain-Noelmina, NTT. J Ilmu Tanah dan
Lingkungan 7(2): 74-79.
d. Bibliografi yang bersumber dari pertemuan ilmiah
Penulisan bibliografi untuk bahan kepustakaan yang berasal dari kegiatan pertemuan
ilmiah (prosiding) tidak ubahnya seperti penulisan bibliografi untuk kepustakaan yang
berasal dari buku, tambahkan informasi mengenai kegiatan pertemuan ilmiahnya
(konferensi, simposium atau seminar), berikut nama, tanggal dan tempat pertemuan
ilmiahnya. Selanjutnya makalah di dalam prosiding tersebut dikutip bab atau bagian
dari buku yang berisikan tulisan dari sejumlah pengarang.
Contoh penulisan:
Wery, Sudirman LMI, Gunawan AW. 1994. Pertumbuhan dan perkembangan
Schizophylum commune in vitro dan in vivo. Di dalam: Peranan Mikrobiologi dalam
Industri Pangan. Prosiding pertemuan ilmiah tahunan; Bogor, 20 agustus 1994. Bogor:
Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia Cabang Bogor. Hal. 170-177
Juarsah I. 2008. Implementasi sistem pola tanam usahatani konservasi petani peladang
berpindah terhadap peningkatan produktivitas lahan dan pendapatan petani. Di
dalam: Murtilaksono K, Agus F, Tarigan SD, Dariah A, Nurida NL, Santoso H,
Sinukaban, N dan Gintings A Ng, editor. Prosiding Seminar dan Kongres Nasional
MKTI VI; Safari Garden Hotel, Cisarua, Bogor, 17-18 Des 2007. Jakarta: Masyarakat
Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI). Hal. 237-246.
e. Bibliografi yang bersumber dari disertasi/tesis
Penulisan bibliografi yang bersumber dari tesis atau disertasi mengikuti tata cara
penulisan bibliografi yang bersumber dari buku, dengan menambahkan jenis
bibliografi (tesis atau disertasi) yang ditulis di dalam kurung siku [ ] setelah judul
tulisan. Perhatikan contoh berikut:
Hidayah N. 2005. Pengembangan kapasitas kelembagaan kelompok swadaya
masyarakat (Studi kasus di desa wonokromo kecamatan pleret kabupaten bantul
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut
Pertanian Bogor
Saribanon N. 2007. Perencanaan sosial partisipatif dalam pengelolaan sampah
permukiman berbasis masyarakat (Kasus di kotamadya Jakarta Timur). [Disertasi].
Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
f. Bibliografi yang bersumber dari bahan elektronik
Kepustakaan elektronik termasuk sumber-sumber dari internet seperti situs web,
jurnal elektronik dan pangkalan data. Sumber-sumber kepustakaan ini terus
berkembang dan panduan pengutipannya juga berkembang. Secara umum, bentuk
dasar pengutipan kepustakaan dari sumber elektronik mengikuti prinsip-prinsip yang
sama seperti halnya kepustakaan tertulis.
Dalam hal sumber kepustakaan dapat berubah-ubah, maka penting untuk
mencantumkan tanggal pengutipan. Hal ini terutama sekali sangat berguna
manakala kepustakaan tersebut dikutip dari situs yang dapat berubah (sewaktu-waktu
menghilang) atau terjadi perubahan dalam hal izin aksesnya atau terjadi pemutakhiran
data dari waktu ke waktu. Perhatikan contoh berikut:
Dalam hal penulisan tanggal, volume, halaman dan nama jurnal atau buku, ikuti
prosedur yang sama sebagaimana mengutip jurnal dalam bentuk cetak ditambah
dengan alamat URL (diunduh dari: alamat website) dan tanggal, bulan dan tahun
diakses.
Contoh:
Hsu YH, To KY. 2000. Cloning of a cDNA (Accesion No AF183891) encoding type
II S-adenosyl- L-methionine synthetase from Petunia hybrid. Plant Physiol 122:1457.
[diunduh dari]. http: //www.tarweed.com/pgr/PGR00-033. Html [2 nov 2000]
EndNote (computer program). Version 5. Berkeley (CA): ISI ResearchSoft; 2001.
g. Bibliografi yang bersumber dari surat kabar
Penulisan bibliografi yang bersumber dari surat kabar dapat bervariasi tergantung
pada lay out surat kabar yang bersangkutan. Secara umum, penulisan bibliografi untuk
kepustakaan yang berasal dari surat kabar mengikuti format sebagai berikut:
Format: Penulis – jika ada – (titik, satu spasi). Judul artikel (titik, satu spasi) Nama
surat kabar (satu space) Tanggal edisi (tanggal bulan tahun) (titik koma, tanpa spasi)
Halaman (titik).
Contoh penulisan:
Bakir M, Julianto I. Harga sawit merosot tajam. Kompas 14 Desember 2008; hal. 10.
Substitusi penggunaan pupuk anorganik solusi bagi petani. Kompas 24 Januari 2000;
hal.12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan adanya makalah ini, sangat diharapkan bahwa pembaca mampu memahami apa
yang dimaksud dengan sitasi dan apa pula yang dimaksud dengan bibliografi. Bahwa
ada perbedaan diantara keduanya. Dalam menulis sitasi maupun menulis bibliografi
memiliki aturan yang tidak sama. Oleh sebab itu juga diharap pembaca mampu
mengetahui unsur-unsur yang terkandung dalam sitasi dan bibliografi sehingga mampu
menuliskan dan menyusunnya dalam sebuah karya tulis.
3.2 Saran
Untuk menuliskan bibliografi dalam sebuah karya tulisan, terlebih dahulu pahamilah
apa yang dimaksud dengan sitasi. Setelah itu barulah akan lebih memahami bagaimana
harus menuliskan suatu bibliografi itu sendiri.