Makalah Banjir Di Bangladesh
-
Upload
roocketbox -
Category
Documents
-
view
199 -
download
0
description
Transcript of Makalah Banjir Di Bangladesh
A. Latar Belakang
Bangladesh adalah sebuah Negara yang secara letak geografisnya berada
diantara tiga sungai besar, sungai Gangga, Brahmaputra, dan Meghna, oleh karena itu
Bangladesh seringkali dijuluki sebagai tanah dari sungai dan air. Dengan jaringan
yang kompleks dari 230 sungai, termasuk didalamnya 57 perbatasan sungai, dan
sekitar 92% dari 175 juta hektar tanahnya merupakan campuran tanah air yang sangat
subur yang juga berbatasan langsung dengan Negara China, Nepal, India, dan Bhutan.
Dengan kondisi tanah yang dikelilingi oleh banyak sungai dan saluran air tersebut,
oleh karena itu Bangladesh memiliki potensi yang cukup besar untuk terkena dampak
dari perubahan iklim yang terjadi secara global.
Menjadi masalah yang sangat umum terjadi di Bangladesh, akan tetapi
dengan adanya perubahan iklim baru-baru ini dampak yang diprediksikan menjadi
sangat mengkhawatirkan bagi kondisi Bangladesh. Dalam tulisan M. Monirul Qader
Mirza, dijelaskan bagaimana skenario perubahan iklim yang berpotensi terjadi dan
merubah kondisi alam Bangladesh berdasarkan tiga sungai besar yang mengelilingi
Bangladesh.1 Dengan penjelasan diatas maka makalah ini dibuat untuk menjawab
lebih rinci mengenai apa dampak dari perubahan iklim terhadap Bangladesh
khususnya banjir yang akan dibahas pada makalah ini dan juga makalah ini akan
menjelaskan bagaimana cara Bangladesh menangani hal tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perubahan iklim di dunia mempengaruhi intensitas banjir di
Bangladesh?
2. Bagaimana cara Bangladesh mengatasi banjir dinegaranya?
C. Terjadinya banjir di Bangladesh
1 M. Monirul Q. M, The Implications of Climate Change on RiverDischarge in Bangladesh dalam Climate Chang and Water Resources in South Asia, Leiden, The Netherlands March, 2003.
Sekitar 20-25 % kawasan Bangladesh adalah daerah genangan air saat musim
monsoon terjadi. Banjir tersebut menyediakan tanah pertanian yang subur dan daerah
banjir di Bangladesh tingkat populasinya padat. Bangladesh memiliki 230 sungai.
Sebanyak 57 di antaranya adalah sungai internasional (sungainya lintas negara). Tiga
sungai lintas batas yang besar yakni Sungai Gangga, Brahmanaputra, dan Meghna, hanya
7% dari daerah tangkapan airnya yang berada di Bangladesh. Sungai-sungai utama
panjangnya mulai dari 500 hingga 2.500 km dengan lebar berkisar dari 1 hingga 20 km
dengan tingkat kemiringan yang sangat datar. Banjir di Bangladesh terbagi menjadi dua
tipe, banjir rutin atau barsha yang menggenangi hingga 20% wilayah Bangladesh dan
banjir frekuensi rendah dengan besaran tinggi dikenal dengan sebutan bonna, yang dapat
menggenangi lebih dari 35% wilayah Bangladesh.2
Penyebab banjir akibat kerusakan alam
1. Sebagian besar negara terdiri dari bantaran sungai besar dan delta.
2. Pencairan salju dari pegunungan Himalaya terjadi di akhir musim semi & musim
panas.
3. 70% dari total luas wilayahnya kurang dari 1 meter di atas permukaan laut.
4. 10% dari total luas wilayah daratan terdiri dari bekas cekungan danau dan sungai.
5. Bangladesh sering mengalami hujan lebat, terutama pada daerah dataran tinggi.
6. Badai tropis membawa hujan lebat dan banjir pesisir.
7. Penyebab utama adalah rata-rata & panjang periode hujan lebat tersebut yang
menyebabkan 3 sungai tersebut memiliki aliran puncak mereka pada waktu yang
sama.
Penyebab banjir akibat ulah manusia
2 http://industri16heriesetiopratama.blog.mercubuana.ac.id/ diakses pada 21 November 2013 pukul 20.05 WIB
1. Penggundulan hutan di Nepal dan Himalaya meningkatkan aliran sungai serta
menambah deposisi dan banjir hilir.
2. Urbanisasi dari dataran yang terkena efek banjir telah meningkatkan besaran dan
frekuensi banjir.
8. Pemanasan global dianggap bertanggung jawab untuk kenaikan permukaan laut,
peningkatan lelehan salju & peningkatan curah hujan di wilayah tersebut. Perubahan
iklim di masa depan akan memiliki implikasi untuk debit sungai di Bangladesh.
Dampak dari terjadinya perubahan iklim di negara Bangladesh yang menyebabkan
sungai-sungai di negara tersebut meningkat volume airnya dan menyebabkan banjir.
Hal ini terjadi dikarenakan perubahan iklim oleh pemanasan global (global warming).
Jelas bahwa efeknya terhadap perairan, yaitu meningkatnya permukaan laut. Ketika
atmosfer menghangat, lapisan permukaan laut juga akan menghangat, sehingga
volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
3. Pembangunan bendungan di India telah meningkatkan masalah sedimentasi di
Bangladesh.
4. Tanggul yang buruk serta tidak ada perhatian dari pemerintah Bangladesh sewaktu-
waktu bisa runtuh yang mengakibatkan tumpahnya air bah.
5. Meningkatnya pertumbuhan penduduk di Bangladesh sendiri telah mengakibatkan
tenggelamnya banyak sumur produksi yang mengakibatkan penurunan muka air dan
penurunan permukaan tanah sehingga lebih rawan banjir.
Tiga sungai besar yang melewati Bangladesh, yang mengalir dan bermuara di lepas
pantai Bangladesh yaitu sungai Gangga, sungai Brahmaputra, dan sungai Megna (GBM).
Dengan mencairnya salju/gletser yang mencair di kawasan Himalaya akibat pemanasan
global, ketiga sungai itu akan membawa aliran air yang lebih banyak. Selain itu juga ada
faktor lain menyebabkan intensitas air bertambah, hal ini juga disebabkan oleh curah
hujan yang tinggi. Besarnya curah hujan di cekungan GBM sangat tinggi dan lebih dari
tiga perempat terjadi selama musim hujan (Juni-September). Dengan volume air yang
besar melalui lintas-perbatasan, hal ini mengurangi kapasitas drainase akibat
pendangkalan distribusi utama, dan pembangunan infrastruktur yang tidak direncanakan.
Pada tahun 2003, M. Monirul Qader Mirza meneliti dan membandingkan tiga banjir
ekstrim terjadi di Bangladesh pada tahun (1987, 1988 dan 1998) dan menemukan bahwa
curah hujan yang intens adalah penyebab utama banjir.3 Namun, ada perbedaan pendapat
tentang peran deforestasi di daerah hulu dalam proses banjir di Bangladesh. Penebangan
hutan dari lereng yang curam di Himalaya diasumsikan menyebabkan percepatan erosi
tanah dan longsor selama musim hujan. Pengurangan peningkatan bahaya banjir akibat
perubahan iklim memerlukan penguatan kebijakan pengelolaan banjir dan langkah-
langkah adaptasi di Bangladesh.
Kemungkinan perubahan dalam: besar, luas, dan kedalaman banjir Sungai Gangga,
Brahmaputra dan Meghna (GBM) sungai di Bangladesh ini dinilai menggunakan urutan
model empiris dan model hidrodinamika MIKE11 - GIS. Skenario perubahan iklim
dibangun dari hasil empat Model Umum Sirkulasi (GCMS) - CSIRO9, UKTR, GFDL
dan LLNL, yang menunjukkan berbagai ketidakpastian. Perubahan besarnya, kedalaman
dan tingkat debit banjir bervariasi antara GCMS. Perubahan di masa depan debit puncak
Sungai Gangga diharapkan tinggi dibanding Sungai Brahmaputra. Debit puncak sungai
Meghna juga dapat meningkatkan jauh. Akibatnya, perubahan signifikan dalam batas
spasial dan kedalaman genangan di Bangladesh mungkin terjadi. Perubahan cepat dalam
genangan diharapkan pada peningkatan suhu rendah dibandingkan perubahan temperatur
yang lebih tinggi. Perubahan kategori genangan tanah dapat memperkenalkan perubahan
3 M. Monirul Q. M, The Implications of Climate Change on RiverDischarge in Bangladesh dalam Climate Chang and Water Resources in South Asia, Leiden, The Netherlands March, 2003.
substansial dalam pertanian padi dan pola tanam di Bangladesh. Pengurangan
peningkatan bahaya banjir akibat perubahan iklim memerlukan penguatan kebijakan
pengelolaan banjir dan langkah-langkah adaptasi di Bangladesh.
Selain itu ada fakta menarik bahwa kantong plastik juga merupakan salah satu
penyebab banjir di Bangladesh. Bangladesh menjadi negara pertama yang
memberlakukan larangan kantong plastik di seluruh dunia. Selama sepuluh tahun lalu,
pemerintah menerapkan larangan untuk semua kantong yang terbuat dari bahan
polythene atau insulasi, yang merupakan penyebab banjir yang melanda pada 1988 dan
1998 dan menggenangi dua per tiga negeri itu. Kebijakan itu membuat jalanan dan
saluran air semakin bersih, dan sekaligus merangsang lahirnya kembali industri tas goni.4
D. Dampak dari bencana banjir di Bangladesh
Banjir besar tahunan yang terjadi di Bangladesh seperti pada tahun 1954, 1955,
1974, 1984, 1987, 1988, 1993, 1998, 1999, 2000 dan 2007, menimbulkan kerusakan dan
ancaman serius bagi kehidupan dan perekonomian di negara itu. Namun pada tahun 1998
merupakan salah satu peristiwa banjir Bangladesh yang paling merusak dalam sejarah
dunia modern, sekitar dua-pertiga dari Bangladesh ditutupi oleh perairan Brahmaputra,
Gangga dan sungai-sungai Meghna.5
Akibat dari banjir tahun 1998:
1. Hampir 1/3 daratan ibu kota negara Banglades (Dhaka) terendam air sekitar 2m.
2. Banjir menyebabkan 30 juta penduduk kehilangan tempat tinggal dan kehilangan
barang-barang berharga mereka.
4 http://www.asiacalling.org/in/berita/bangladesh/1952-bangladesh-the-first-country-in-the-world-to-ban-plastic-bags diakses pada 24 November 2013 pukul 16.00 WIB5 Khan, Atiqur Rahman and Rahman, Khan Atiqur, Flood Management in Bangladesh: Traditional and Integrated Approach (March 20, 2010). Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1575376 or http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1575376
3. Terdapat 1.070 orang tewas, korban tewas ini disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
tewas disebabkan tenggelam karena banjir, demikian juga masalah kesehatan juga
ikut meningkatkan jumlah kematian. Air yang terkontaminasi oleh limbah dan mayat
tubuh manusia dan hewan yang mati serta kurangnya pasokan air bersih,
mengakibatkan penyebaran penyakit kolera dan tipus. Selain dari pada itu juga
kematian akibat gigitan ular dan luka lain yangn menyebabkan kematian karena
kurangnya akses menuju tempat pelayanan medis.
4. Persediaan makanan terbatas, karena banjir menghancurkan stok beras akibat
gagalnya panen padi, pada areal seluas total 668.529 hektar.6
5. Dampak terhadap kerugian perekonomian sangat signifikan, karena industri ekspor
Bangladesh mengalami penurunan produksi 20%, dan lebih dari 400 pabrik garmen
(pakaian) terpaksa ditutup.
6. Jalur Komunikasi menjadi sulit, orang hanya berniaga di sekitar pelabuhan utama,
oleh karena jalan raya dan jalan kereta api tersapu air, sehingga membuat distribusi
bantuan dan operasi penyelamatan sangat sulit atau terkendala.
Sebelumnya pada tahun 1988 terjadi juga banjir di Bangladesh dan sekitar 2000 sampai
5000 orang menjadi korban, Banjir tersebut merupakan banjir terbesar, yang menyebabkan
55 dari 64 distrik terendam air, 20 juta orang kehilangan tempat tinggal, ribuan orang
terserang diare dan disentri, dan sarana transportasi lumpuh total. Banjir besar terakhir pada
tahun 1998, yang menelan paling tidak 1.200 korban jiwa, dengan siklus setiap 10 tahun
terakhir.
Namun di balik masalah yang ditimbulkan akibat bencana banjir, terdapat juga dampak
positif yaitu:
6 del Ninno, Carlo and Lundberg, Mattias K.A., Treading Water: The Long-term Impact of the 1998 Flood on Nutrition in Bangladesh . Economics & Human Biology, Vol. 3, No. 1, pp. 67-96, March 2005.
Bagi masyarakat Bangladesh, banjir merupakan hal yang sangat penting, karena disamping
memberikan dampak negatif yang sangat serius bagi kehidupan masyarakat, bencana ini juga
berperan dalam kesejahteraan ekonomi Bangladesh dan kelangsungan hidup rakyatnya.
dampak positif bencana banjir, yaitu:
1. Banjir memberikan irigasi pengairan untuk pertanian. Akibat banjir, maka terjadi
gesekan antara arus air dengan permukaan tanah sehingga pada saat itu arus air
menjadi melemah oleh karena kehilangan daya arusnya. Kondisi ini menyebabkan
tanah menjadi subur karena endapan lumpur yang mengandung nutrisi-nutrisi penting
untuk tanah yang bermanfaat bagi para petani untuk bercocok tanam.
2. Pengendapan ini juga menyebabkan terbentuknya tanah daratan yang bermanfaat
menjadi tempat tinggal para penduduk di bantaran sungai, contohnya Delta sungai
Gangga yang terbentuk karena proses sedimentasi akibat arus air yang mengalir dari
sungai menuju teluk Benggala.
Akan tetapi, dengan perubahan iklim yang sangat drastis belakangan ini, banjir menjadi
sesuatu yang seringkali justru tidak bersahabat dengan Bangladesh. Banjir ekstrim
dikarenakan oleh perubahan cuaca menjadi perusak dari banyak hal termasuk agrikultur.
Pada tahun 1998, Bangladesh kehilangan pendapatan agrikulturnya senilai 3.4 juta dolar
U. S. yaitu sekitar 10% dari GP Bangladesh secara keseluruhan. Bagi Bangladesh sebagai
Negara yang sedang mengalami transisi ekonomi, angka 10% merupakan angka yang
sangat besar dan berdampak sangat fatal bagi aktivitas ekonomi. Disamping itu juga, isu
banjir di Bangladesh ini kemudian menjadi isu yang sangat berpengaruh bagi kondisi
sosio-ekonomi dari masyarakatnya. Jenjang social-ekonomi yang dikarenakan oleh banjir
menjadi kian membesar. Yang kaya dan miskin terbagi berdasarkan tempat tinggal yang
terkena banjir dan yang tidak banjir.
Perubahan cuaca dan iklim dikemudian hari juga sangat memengaruhi ketersiadaan
sumber air bersih dan juga kekeringan ekstrim, meskipun Bangladesh seringkali banjir.
Oleh karena itu, adanya upaya untuk memprediksikan sebuah kemungkinan perubahan
cuaca dengan skenario tertentu pada sungai-sungai besar yang ada di Bangladesh. Dari
riset yang telah dilakukan, skenario yang diaplikasikan kepada tiga sungai besar di
Bangladesh mengalami perubahan mendasar jika seandainya isu perubahan iklim dan
cuaca menjadi semakin buruk. Baik di sungai Gangga, Brahmaputra dan Meghna,
ketiganya mengalami kenaikan tingkat air yang sangat drastis. Suhu udara yang
meningkat menyebabkan penguapan yang begitu cepat dan waktu hujan yang semakin
tidak menentu. Hal itu tentunya juga berdampak pada peningkatan curah hujan di
Bangladesh. Ketiga sungai tersebut tidak dapat menampung curah hujan yang semakin
meningkat sehingga banjir ekstrim akan semakin sering terjadi ketimbang banjir lokal dan
diprediksikan bahwa sungai Brahmaputra dan Meghna adalah sungai yang akan lebih
sering menjadi penyebab banjir. Namun sebaliknya, kedua sungai tersebut justru menjadi
jalan keluar bagi penanggulangan isu banjir di Bangladesh.
Skenario perubahan cuaca yang terjadi di Bangladesh juga diprediksikan akan
memengaruhi bentuk tanah yang ada di Bangladesh. Diprediksikan, jika perubahan cuaca
tidak dapat ditanggulangi dengan baik, maka Bangladesh akan semakin memiliki banyak
tanah cekungan akibat banjir. Hal itu tentunya akan sangat semakin merugikan
Bangladesh dari segi agricultural. Perubahan kontur tanah dan potensi banjir ekstrim
dengan intensitas tinggi akan merubah Bangladesh menjadi Negara yang memiliki
pertumbuhan ekonomi sangat lambat karena Bangladesh adalah Negara yang sangat
mengutamakan aspek agrikulturnya sebagai aktivitas ekonomi utama yang berkontribusi
bagi pembangunannya. Alhasil, petani tidak dapat menanam tanaman ketika intensitas
banjir terlalu tinggi karena resiko yang terlalu tinggi. Jika para petani tidak dapat
bercocok tanam, maka Bangladesh bukan hanya akan kehilangan sumber pendapatan
negaranya melainkan akan terjadi krisis pangan yang sangat mengkhawatirkan.
Kebutuhan domestic yang tidak dapat dipenuhi akan berakibat pada tingginya impor dari
Negara lain. Jika sudah demikian maka Bangladesh akan mengalami krisis ekonomi
berkelanjutan dan krisis multidimensi.
E. Cara Bangladesh mengatasi banjir
1. Strategi mitigasi dan manajemen banjir
Awalnya, strategi penanganan banjir di Bangladesh dititikberatkan pada langkah-
langkah struktural berupa projek skala besar pengontrol banjir, drainase, dan
irigasi. Kemudian disadari hal semacam itu selain membutuhkan dana sangat
besar, juga memerlukan waktu lama. Oleh karenanya, kemudian dialihkan pada
pembangunan pengontrol banjir, drainase, dan irigasi skala kecil dan sedang.
Sejak 960, sekitar 628 projek skala kecil, sedang, dan besar dari pengontrol banjir,
drainase, dan irigasi telah diimplementasikan di Bangladesh. Infrastruktur tersebut
diharapkan dapat melindungi 5,37 juta hektare tanah mencakup 35% total wilayah
Bangladesh. Mitigasi struktural saja, ternyata tidak dapat mengatasi banjir.
Bahkan, beberapa infrastruktur yang dibangun mengalami kerusakan karena erosi
dan bobol seperti halnya Bendungan Gumti di Etbapur banjir 1999. Langkah-
langkah nonstruktural seperti prakiraan banjir dan peringatan dini akhirnya
dilakukan. Sistem peringatan dini dan prakiraan banjir Bangladesh dibuat 1970,
dimodernisasi 1996, dan kemudian 2000. Sistem tersebut saat ini mencakup
semua daerah rawan banjir di Bangladesh. Terdiri dari 85 stasiun pemantau banjir
yang menyajikan informasi banjir real time dan peringatan dini dengan waktu
persiapan 24-48 jam. Pelibatan masyarakat dalam manajemen banjir pun
dilakukan. Ada hal menarik di Bangladesh ini. Filosofi bagaimana untuk hidup
bersama risiko banjir pun muncul berkembang di masyarakat. Ini tidak terlepas
dari “kesadaran kolektif” masyarakat Bangladesh bahwa justru banjir memberikan
dampak positif tersendiri bagi kesuburan lahan pertanian mereka. Dengan slogan
“biarkan sungai meluap” dan “berhati-hatilah dari bahaya”, masyarakat
Bangladesh membiarkan sungai meluap, namun mereka tetap waspada akan
bahaya dan melakukan persiapan menyambut banjir. 7
2. Instrumen hukum dalam manajemen banjir
Dengan terbitnya berbagai macam regulasi, yang kemudian diintegrasikan dalam
National Water Code, Bangladesh telah mengembangkan sistem pengumpulan
data hidrologis yang dibangun dengan data selama kurun waktu 40 tahun terakhir.
Data itu digunakan untuk berbagai jenis perencanaan dan desain penanganan
banjir, baik yang bersifat struktural maupun nonstruktural.
3. Memiliki institusi dan organisasi penanganan banjir.
Bangladesh memiliki 53 organisasi pemerintah pusat dan 13 kementrian yang
dilibatkan dalam manajemen air dan tahapan berbeda dari penanganan banjir yang
dikoordinasikan National Water Board (Dewan Air Nasional). Ada delapan
organisasi yang terlibat dalam manajemen banjir dalam tahapan berbeda, yaitu:
a) Water Resources Planning Organization
Terlibat dalam perencanaan makro manajemen sumber daya air.
b) Bangladesh Water Development Board
Terlibat dalam studi kelayakan, implementasi, operasi, dan perawatan projek-
projek manajemen banjir, pengumpulan data real time.
c) Joint River Commision
7 Thomas, Timothy and Mainuddin, Khandaker and Chiang, Catherine and Rahman, Aminur and Haque, Anwarul and Islam, Nazria and Quasem, Saad and Sun , Yan, Agriculture and Adaptation in Bangladesh: Current and Projected Impacts of Climate Change (July 1, 2013).
Bertugas untuk melakukan negoisasi pertukaran data dan informasi sungai-
sungai lintas batas negara.
d) Bangladesh Meteorological Department
Bertugas untuk membuat prakiraan dan diseminasi prakiraan cuaca jangka
pendek, menengah, dan panjang.
e) Local Government Engineering Department
Bertugas untuk implementasi, operasi, dan manajemen projek pengontrol
banjir serta drainase skala kecil.
f) Disaster Management Bureau
Bertugas untuk mendiseminasikan segala macam informasi bencana alam,
termasuk informasi banjir pada tingkat masyarakat, membangun kesiapsiagaan
banjir masyarakat, dan sebagainya.
g) Directorate of Relief
Bertugas untuk melakukan bantuan dan rehabilitasi di daerah yang terkena
banjir.
h) Local Government Institution
Bertugas untuk melakukan kegiatan implementasi projek-projek skala kecil
manajemen banjir, diseminasi informasi banjir, bantuan, dan rehabilitasi
korban banjir.8
4. Kebijakan
Pada 2001 National Water Management Plan (NWMP) yang mencakup juga
manajemen bencana terkait dengan air seperti banjir, erosi, dan kekeringan. Dan
8 http://www.bwdb.gov.bd/index.php?option=com_content&view=article&id=87&Itemid=77 diakses pada 22 November pukul 21.15 WIB
salah satu Comprehensif Disaster Management Plan (CDMP) juga disiapkan.
Dalam CDMP digambarkan tanggung jawab lembaga berbeda yang terlibat dalam
aktivitas mitigasi dalam kesiapan sebelum bencana, penyelamatan, dan evakuasi
saat terjadi bencana, bantuan dan rehabilitasi sesudah terjadi bencana. Itulah
sekelumit gambaran Bangladesh mengatasi banjir dapat menjadi inspirasi
tersendiri bagi kita untuk mengatasi banjir di daerah kita masing-masing.
F. Kesimpulan
Dari peristiwa diatas, dapat disimpulkan bahwa hal tersebut menjadi sebuah
merupakan sebuah bukti konkret dimana isu lingkungan, perubahan cuaca dan iklim dapat
berdampak secara serius bagi kondisi politik ekonomi dan social suatu Negara. Negara
seperti Bangladesh merupakan Negara yang berada di lingkungan alam yang sangat rentan
akan perubahan cuaca dan iklim. Jika tidak diantisipasi dan ditanggulangi maka isu
lingkungan mengenai perubahan cuaca dan iklim dapat berdampak sangat serius bagi Negara
seperti Bangladesh. Perubahan iklim mempunyai dampak Negatif dan positif dalam seluruh
aspek kehidupan masyarakat Banglades. Tetapi dampak negatif lebih dominan daripada
dampak positif. Dampak negatif dengan meningkatnya wabah penyakit kolera dan diare serta
sulitnya akses transportasi dan komunikasi, menjadi peluang keterlibatan dunia Internasional
maupun pemerintah Bangladesh sendiri, dalam penanggulangan akibat bencana banjir.
Pemerintah Bangladeh telah berusaha untuk terus melakukan penanggulangan banjir
di negaranya, bahkan telah berhasil membuat sebuah badan pemerintahan sendiri yang
memiliki tugas khusus untuk menanggulangi masalah banjir dan juga memiliki beberapa sub-
badan dibawahnya lagi yang dibagi untuk lebih memfokuskan diri dalam menanggulangi
banjir di Bangladesh yang sangat akibat banjir ini muncul beragam permasalahan. Tetapi
semua hal yang dilakukan oleh pemerintah Bangladesh tidaklah berarti jika penyebab utama
yaitu perubahan iklim yang disebabkan oleh masyarakat global ini tidak berkurang, jadi
dibutuhkan kesadaran masyarakat global khususnya untuk turut serta mengurangi efek global
warming tersebut. Mungkin tidak hanya Bangladesh, terdapat Negara-negara lain yang
memiliki kondisi lingkungan alam yang sama dan bahkan jauh lebih ekstrim daripada
Bangladesh dan dapat memungkinkan potensi kerugian yang sangat besar. Bangladesh
hanyalah salah satu contohnya saja dimana isu lingkungan merupakan sebuah ancaman nyata.
DAFTAR PUSTAKA
- Mirza, M.Monirul and Ahmad .q.k, March 2003 “The Implications of Climate Change
on River Discharge in Bangladesh on Climate Change and Water Resources in South
Asia, A.A. Balkema Publishers, Leiden, The Netherlands.
- http://industri16heriesetiopratama.blog.mercubuana.ac.id/ (diakses pada 21 November
2013 pukul 20.05 WIB)
- http://www.asiacalling.org/in/berita/bangladesh/1952-bangladesh-the-first-country-in-
the-world-to-ban-plastic-bags (diakses pada 24 November 2013 pukul 16.00 WIB)
- Rahman, Atiqur.Khan, March 2010 “Flood Management in Bangladesh: Traditional
and Integrated Approach”). Available at SSRN: http://ssrn.com/abstract=1575376 or
http://dx.doi.org/10.2139/ssrn.1575376, 20 March 2010
- Carlo, del Ninno and Mattias K.A. Lundberg, March 2005, “Treading Water: The
Long-term Impact of the 1998 Flood on Nutrition in Bangladesh. Economics &
Human Biology”, Vol. 3, No. 1, pp. 67-96.
- Thomas, Timothy and Mainuddin, Khandaker and Chiang, Catherine and Rahman,
Aminur and Haque, Anwarul and Islam, Nazria and Quasem, Saad and Sun, Yan, July
2013,”Agriculture and Adaptation in Bangladesh: Current and Projected Impacts of
Climate Change “.
- http://www.bwdb.gov.bd/index.php?
option=com_content&view=article&id=87&Itemid=77 (diakses pada 22 November
pukul 21.15 WIB)