Bangladesh (Juwita W)

25
SISTEM EKONOMI BANGLADESH Disusun Oleh : Juwita Widyastuty 0810210011 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

Transcript of Bangladesh (Juwita W)

Page 1: Bangladesh (Juwita W)

SISTEM EKONOMI

BANGLADESH

Disusun Oleh :

Juwita Widyastuty 0810210011

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2010

Page 2: Bangladesh (Juwita W)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangladesh merupakan simbol kemiskinan Asia sehingga “pakar kemiskinan” seluruh

dunia merasa “belum pakar” jika belum mempelajari masalah kemiskinan negara ini.

Istilah International Basketplace untuk negara ini sampai-sampai dikenalkan oleh

Robert McNamara, ketika itu Presiden Bank Dunia, untuk menggambarkan contoh

kemiskinan yang sangat parah. Namun, pada bulan Juli 2005, menurut Country Brief

yang dirilis oleh Bank Dunia, Bangladesh telah membaik dalam hal pengurangan

pertumbuhan penduduk, pembangunan manusia dan paritas gender di sekolah.

Tingkat kemiskinan negara telah melihat penurunan sebesar 20% sejak awal tahun

1990an.

Negara Bangladesh memang kian hari mengalami perbaikan ekonomi. Sejak

1975, telah terjadi peningkatan dua kali lipat dalam PDB per kapita. Selama 2008

resesi ekonomi global, Bangladesh berhasil tetap stabil. Menurut Biro Statistik

Bangladesh (BBS), ada kenaikan $ 62 dalam PDB per kapita pada tahun 2009 dari US

$ 559 pada akhir tahun 2008. Terdaftar fiskal 2009 pendapatan per kapita sebesar US

$ 621. Sekitar 25% dari GDP negara pada tahun 2009 berasal dari kiriman uang dari

ekspatriat, senilai $ 9,7 miliar dan ekspor garmen senilai $ 12,3 miliar.

Pada periode terakhir ini, Bangladesh telah mencapai tingkat pertumbuhan

5,7% di tahun 2009. Negara telah mencatatkan ekspansi signifikan dalam kelas

menengah. Industri konsumen telah tumbuh cukup. Peningkatan investasi asing

langsung menyoroti laju pertumbuhan ekonomi Bangladesh. Bahkan pada Januari

2010, perekonomian Bangladesh telah bangkit setelah resesi global dan sekarang

berada pada posisi yang kuat.

Salah satu jalan keluar bagi Bangladesh untuk mengurangi kemiskinan

penduduknya yaitu dengan microcredit atau microfinance. Bangladesh dianggap

sebagai negara tempat kelahiran “ilmu kredit mikro” (microcredit science) berbentuk

Bank Perdesaan atau dalam bahasa Bengali Grameen Bank, yang dirintis oleh

Profesor Muhammad Yunus. Grameen Bank (GB) kini menjadi simbol keberhasilan

atau kunci sukses program penanggulangan kemiskinan yang selanjutnya

Page 3: Bangladesh (Juwita W)

ditiru/direplikasi di berbagai negara termasuk Indonesia yang juga merupakan negara

dunia ketiga. Bangladesh masih memiliki beberapa hambatan utama untuk

pertumbuhan ekonominya:

1. Meluasnya korupsi

2. Ketidakstabilan politik (pertarungan politik)

3. Persaingan ekonomi dunia

4. Kelebihan populasi yang berpengaruh pada meluasnya kemiskinan

5. Lambatnya pelaksanaan reformasi ekonomi

6. Miskin infrastruktur

7. Fasilitas pelabuhan yang salah urus

8. Pembangkit listrik yang tak mencukupi (krisis energi)

9. Pertumbuhan angkatan buruh yang tidak memiliki ruang kerja yang cukup

Pada makalah ini, penulis akan membahas tentang sistem ekonomi

Bangladesh yang berpengaruh terhadap perekonomian negara.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, permasalahan-permasalahan yang akan dibahas adalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Sistem Ekonomi di Bangladesh?

2. Bagaimanakah pengaruh krisis energi terhadap perekonomian Bangladesh?

3. Bagaimanakah sistem pemerintahan dan politik di Bangladesh?

Page 4: Bangladesh (Juwita W)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Ekonomi Bangladesh

Ekonomi Bangladesh telah mengalami stabilitas makro dan pertumbuhan ekonomi

yang tinggi menuju pemerintahan demokratis pada awal 1990-an. Dalam latar

belakang krisis makroekonomi yang mendalam pada akhir 1980-an, serangkaian

langkah-langkah stabilisasi diperkenalkan dalam ekonomi Bangladesh yang sebagian

besar dikembalikan stabilitas makroekonomi di awal 1990-an. Selanjutnya,

perekonomian Bangladesh mencatat tingkat pertumbuhan PDB rata-rata 4,8 persen

pada tahun 1990-an yang merupakan salah satu titik persentase lebih tinggi dari yang

pernah dicatat dalam dekade sebelumnya (yaitu 3,8 persen) (Bhattachaarya: 2002).

Meskipun pertumbuhan mengesankan tersebut terjadi di sepanjang dekade

ini, pendapatan per kapita Bangladesh pada awal dekade baru tidak hanya yang

terendah di antara negara-negara Asia Selatan, tetapi juga dibawah rata-rata

pendapatan per kapita dari negara-negara berkembang (LDCs). Dalam dekade 1990-

an, babak kedua menunjukkan pertumbuhan kinerja yang mengesankan, bahkan lebih

(5,2 persen, FY96-00) dibandingkan dengan semester pertama (4,4 persen untuk

FY91-95). Namun demikian, tingkat pertumbuhan per kapita dari 4-5 persen sangat

mengesankan oleh negara-negara berkembang dan bahkan standar negara

berkembang.

Indikator FY9

1-00

FY9

1-95

FY9

6-00

FY01-

04

FY05* FY06*

Rata-rata laju pertumbuhan (persen) 4,8 4,4 5,2 5,1 6,0 6,5

Catatan: *proyeksi menunjukkan PRSP

Sumber: dihitung dari CPD-IRBD Database dan BBS Data

Perkembangan makroekonomi di Bangladesh sejak awal tahun 1990 sampai

tengah dasawarsa yang ditandai dengan tingkat rekor inflasi rendah, yang pernah

terjadi sebelumnya longgokan cadangan eksternal dan posisi sumber daya baik dari

pemerintah. Perkembangan ini telah ditafsirkan sebagian sebagai bukti dari stabilisasi

makroekonomi yang sukses, tetapi juga sebagai gejala stagnasi ekonomi. Perubahan

Page 5: Bangladesh (Juwita W)

tren makroekonomi di awal tahun 1990 datang di belakang sebuah transisi menuju

demokrasi bersama dengan peluncuran program komprehensif berorientasi pasar

reformasi kebijakan liberalisasi. Setelah periode tersebut, terdapat kenyataan dalam

membangun tekanan inflasi, kemerosotan saldo anggaran pemerintah dan penurunan

yang cepat pada cadangan devisa. (Mahmud: 1997).

Sejak awal dekade baru setelah tahun 1990-an, ekonomi Bangladesh

kemungkinan menghadapi keadaan darurat yang paling parah setelah krisis ekonomi

makro dari akhir 1980-an. Prestasi besar pada 1990-an telah jatuh di bawah ancaman

karena guncangan kembar yang berasal dari defisit fiskal yang besar dan

memburuknya keseimbangan posisi pembayaran yang telah terkena kerentanan

berurat berakar dari Bangladesh. Ternyata kedua pilar keberhasilan makroekonomi,

yaitu stabilitas dan pertumbuhan ada dalam bahaya.

2.2 Pertumbuhan, Tabungan dan Investasi

Pertumbuhan

Ekonomi Banglades telah mengalami kemajuan selama tahun 1990 dibandingkan

dengan tahun 1980-an. Menurut BBS, perekonomian Bangladesh tercatat mengalami

pertumbuhan sebesar 5,5 persen selama FY04 dibandingkan 5,3 persen di FY03 dan

4,4 persen pada FY02. PRSP proyeksi menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDB

tumbuh 6,0 persen pada FY05 dan mencapai sampai 6,5 persen pada FY06.

Analisis angka pertumbuhan sektoral menunjukkan bahwa dalam sektor

ekonomi riil seperti industri menunjukkan pertumbuhan yang kuat pada paruh pertama

tahun 1990-an sebagai kinerja mengesankan terhadap pertanian pada periode

berikutnya. Perlu dicatat bahwa pada paruh kedua tahun 1990-an, pertanian dan

industri muncul sebagai sumber utama pertumbuhan PDB dibandingkan dengan

sektor jasa pada paruh awal dekade ini. Namun, dalam waktu belakangan, sektor jasa

mendominasi sebagai sumber utama pertumbuhan PDB dan tercatat rata-rata lebih

dari 50 persen dari FY01-FY04 (Tabel 1).

TABEL 1

Tren Tambahan Kontribusi Sektor dalam Pertumbuhan PDB

Page 6: Bangladesh (Juwita W)

FY91-95 FY91-95 FY96-00 FY96-00 FY01-04 FY01-04

Sektor Pertanian 20.46 20,46 18.05 18,05 9.50 9,50

Sektor Industri

Sektor Manufaktur

25.91 25,91

20.26 20,26

33.92 33,92

20.09 20,09

35.54 35,54

18.35 18,35

Sektor Jasa 45.73 45,73 42.26 42,26 54.67 54,67

Sumber: Dihitung dari CPD-IRBD Database dan BBS

Transformasi struktural perekonomian Bangladesh berlangsung dari sektor

pertanian dengan meningkatnya marjinal manufaktur dalam peningkatan kontribusi

sektor jasa. Dalam FY01-04, sektor ekonomi riil menyumbang 39,3 persen dari PDB;

40,98 persen untuk periode FY91-95 dan 41,25 persen pada FY96-00. Hal ini

menunjukkan bahwa pertumbuhan membaik, evolusi Bangladesh perekonomian

masih bias terhadap modern, transformasi industri memiliki implikasi secara

bersamaan untuk pertumbuhan yang berkelanjutan dan distribusi pendapatan yang

merata

Meskipun pertumbuhan meningkat sepanjang tahun 1990-an, distribusi

pendapatan selama periode ini memburuk ditambah dengan lambatnya pengentasan

kemiskinan. Pendapatan per kapita Bangladesh pada awal dekade ini tidak hanya

yang terendah di antara negara-negara Asia Selatan, tetapi juga di bawah rata-rata

pendapatan per kapita dari negara-negara berkembang (negara-negara berkembang).

Bagaimanapun tingkat pertumbuhan per kapita dari 4-5 persen sangat mengesankan

bagi negara-negara berkembang dan bahkan merupakan standar negara

berkembang, terutama jika dapat dipertahankan.

Bangladesh mencapai kemajuan yang berarti dalam pengentasan kemiskinan

sejak awal 1990-an. Populasi di bawah garis kemiskinan absolut (dengan metode-

HCR DCI) turun dari 47,5 persen pada FY92 menjadi 44,33 persen pada FY00. Lebih

penting lagi pertumbuhan inkremental memiliki bias anti-miskin yang mengakibatkan

kerusakan dalam distribusi pendapatan. Sebagai contoh, antara FY92 dan FY00,

pendapatan nasional disebabkan oleh termiskin 10 persen dari populasi menurun lebih

dari proporsi kecil dari 2,58 persen menjadi 1,84 persen. Sebaliknya, kontrol terhadap

pendapatan nasional oleh terkaya 10 persen dari populasi meningkat dari 29,23

persen menjadi 40,72 persen. Dengan kata lain, perbedaan penghasilan antara

Page 7: Bangladesh (Juwita W)

termiskin dan terkaya meningkat dari sekitar 15,50 kali untuk lebih dari 22 kali pada

paruh kedua tahun 1990-an.

TABLE 2

Tren di Kemiskinan dan Ketimpangan di Sembilan Puluhan

1991/92

1991-1992

1995-96

1995-1996

2000

2000

Head-Count Ratio-Direct Calorie Intake (HCR-DCI)

Method Kepala-Count Rasio-Direct Kalori Intake (HCR-

DCI) Metode

47.5 47,5 47.5 47,5 44.33

44,33

Kemiskinan Gap 17.2 17,2 14.4 14,4 12.9

12,9

Koefisien Gini 0.388 0,388 0.432 0.472

Pendapatan Nasional ke termiskin 10 persen Penduduk 2.58 2,58 2.24 2,24 1.84

Pendapatan Nasional ke 10 persen terkaya Penduduk 29.23 29,23 34.68 40.72

Sumber: Survei Pengeluaran Rumah Tangga (HES) (1995-1996, 2000), I-PRSP (2003)

.

Tabungan

Bangladesh memiliki salah satu tingkat tabungan domestik terendah di antara negara-

negara berkembang pada umumnya dan negara-negara Asia Selatan pada

khususnya. Kinerja tabungan domestik Bangladesh di awal 1990-an sebenarnya

sejajar dengan kinerja anggaran. Tingkat tabungan nasional lebih atau kurang

mengalami stagnasi dalam periode pertama dari tahun 1990-an yang merupakan

pembalikan dari keuntungan periode ekonomi makro. Namun, tingkat tabungan

domestik lebih luar biasa dalam jangka waktu tersebut. Pada FY91, tingkat tabungan

domestik 18,23 persen dari PDB yang jauh lebih besar daripada tingkat pertumbuhan

rata-rata pada periode yang sama (14,12 persen). Alasan yang mungkin bertanggung

jawab untuk skenario yang melemahkan upaya untuk memobilisasi sumber daya

sektor publik dan liberalisasi impor dengan tidak adanya upaya penguatan pajak

dalam negeri setelah FY91.

TABEL 3

Tabungan sebagai persen dari PDB (FY91-06)

Page 8: Bangladesh (Juwita W)

Tabungan sebagai% dari PDB FY91-95 FY96-00 FY01-04 FY05 * FY06 *

Tabungan Nasional Bruto 18.97 21.58 23.52 25.2 26.5

Tabungan Domestik Bruto 14.12 16.72 18.16 20.0 20.7

Catatan: * menunjukkan I-PRSP Proyeksi

Sumber: Dihitung dari CPD-IRBD Database dan Divisi Keuangan (2004)

Tingkat tabungan, baik domestik maupun nasional menunjukkan kecenderungan

meningkat pada periode akhir 1990-an dibandingkan dengan periode sebelumnya,

meskipun tidak menunjukkan perubahan drastis. Tingkat tabungan rumah tangga

selama beberapa tahun terakhir stagnasi. Dalam FY01 itu 18,00 persen, mandeg di

18,27 persen pada FY04. Di sisi lain, tingkat tabungan nasional juga meningkat tipis

dari 22,41 persen pada FY01 menjadi 22,49 persen pada FY04. Peningkatan ekonomi

marjinal yang terakhir ini didukung oleh meningkatnya aliran pengiriman uang asing

dari tenaga kerja asing Bangladesh. Stagnasi tabungan domestik yang

berkepanjangan sebagian besar dapat dijelaskan dengan memburuknya distribusi

pendapatan di Bangladesh yang menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk

menyelamatkan sedang dirampas proporsional dalam pendapatan nasional tambahan.

Investasi

Perkiraan resmi menunjukkan bahwa investasi GDP rasio kotor meningkat terus dari 4

poin persentase lebih antara FY91 dan FY95. Meledaknya impor yang disaksikan

pada periode ini disebabkan oleh investasi dinamisme pendek, ditambah dengan

potongan besar ditingkat bea masuk dilakukan sebagai bagian dari program

liberalisasi impor.

TABEL 4

Investasi sebagai persentase PDB (FY91-FY04)

FY91-95 FY96-00 FY01-04 FY05 * FY06 *

Investasi Bruto 17.94 21.51 23.31 26.00 27.00

Investasi Swasta 11,24 14,52 16,83 18,20 18,90

Investasi Publik 6.69 6.79 6.49 7.80 8.10

Catatan: * menunjukkan I-PRSP Proyeksi

Sumber: Dihitung dari CPD-IRBD Database dan Divisi Keuangan (2004)

Page 9: Bangladesh (Juwita W)

Investasi bruto sebagai bagian dari GDP mencapai 23,02 di FY00 dari 19,99

persen pada FY96, mencatat pertumbuhan rata-rata sekitar 21,51 persen selama

periode tersebut. Rata-rata tingkat investasi publik telah meningkat tipis dari 6,69

persen selama FY91-FY95 menjadi 6,79 persen selama FY96-FY00. Data time series

menunjukkan bahwa stagnasi virtual yang berlaku di tingkat investasi swasta seperti

yang melayang pada rata-rata kurang dari 15 persen dari GDP selama periode

berjalan.

Tingkat investasi kotor 23,09 persen dan 23,58 persen dari GDP di FY01 dan

FY04 masing-masing, menunjukkan kurang dari 0,50 persen pertumbuhan selama

periode ini. Tingkat investasi publik telah menurun dari 7,25 persen pada FY01

menjadi 6,12 persen dari PDB di FY04. Swasta tingkat investasi swasta investasi telah

meningkat dari 15,86 persen pada FY01 menjadi 17,47 persen dari PDB di FY04.

Namun, data menunjukkan bahwa investasi swasta lebih atau kurang mengalami

stagnasi selama periode berjalan. Jadi, jelas bahwa tanpa peningkatan berkelanjutan

dari tingkat investasi publik selama periode yang sama, skenario investasi bruto akan

telah jauh lebih menyedihkan.

2.3 Krisis Energi Bangladesh

Pertumbuhan industri Bangladesh telah mencapai 81 % selama 1997 – 1998. Tahun

belakangan ini industri garmen siap pakai telah menggantikan posisi rami menjadi

barang utama yang diekspor oleh Bangladesh. Kemajuan yang sangat berarti telah

dicapai dalam beberapa tahun belakangan dalam industri-industri seperti kulit,

keramik, udang, ikan, farmasi dan makanan kaleng.

Namun, industri-industri di Bangladesh masih dihambat oleh kurang efisiennya

penggunaan sumber energi. Apakah konsekuensi dari mis-alokasi sumber daya untuk

perekonomian? Apa yang akan terjadi jika negara berinvestasi cukup dalam beberapa

sektor dan terlalu sedikit di sektor lain? Jawabannya adalah bahwa negara mungkin

memiliki cukup produksi di sektor-sektor dimana negara berinvestasi dengan benar

dan terlalu sedikit di sektor yang kurang diinvestasikan. Itu mungkin benar dalam

beberapa kasus, tetapi mengabaikan interdependensi antara sektor yang investasinya

memadai dan sektor yang investasinya kurang memadai.

Negara pada akhirnya memiliki terlalu sedikit produksi di sektor-sektor di mana

negara telah berinvestasi cukup, karena negara memiliki terlalu sedikit produksi di

Page 10: Bangladesh (Juwita W)

sektor dimana negara tersebut telah mengabaikan untuk berinvestasi. Kesalahan fatal

ini telah terjadi secara nyata di pabrik garmen di Bangladesh. Para pekerja sedang

tidur, mesin tidak berisik, dan bahan belum digunakan. Semua masukan yang

diperlukan untuk menjalankan pabrik ada di sana

. Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Itu semua karena salah satu masukan

penting yang hilang- pasokan listrik. Bangladesh gagal untuk berinvestasi cukup

dalam pembangkitan listrik sedangkan sisanya ekonomi menggelegar-manufaktur dan

konstruksi pada khususnya. Masalah ini tidak hanya memberikan kerugian terhadap

pertumbuhan laba cepat tapi juga pada pertumbuhan permintaan listrik. Dengan

pembangkit listrik yang tidak tersedia lebih cepat, sehingga mencekik pertumbuhan di

seluruh ekonomi meskipun telah tersedia pekerja yang bersedia melakukan semua

kerja keras dan pengadaan mesin-mesin bahan, dengan para pekerja yang dapat

bekerja untuk memproduksi barang. Perekonomian kehilangan pendapatan domestik

dan gagal mengambil laba berharga valuta asing. Inilah koneksi transnasional

kompleks (saling ketergantungan) antara negara dan masyarakat.

Krisis listrik di Bangladesh adalah puncak gunung es yang menyembunyikan

krisis yang lebih dalam di negara Bangladesh. Bangladesh kehilangan pikiran untuk

bagaimana mereka mengekstrak cadangan batubara. Bangladesh kehilangan

pemikiran tentang cara untuk mengeksplorasi gas di pantai dan lepas pantai.

Bangladesh terlalu lama dalam menentukan cara untuk menerapkan Nota

Kesepahaman tentang berbagi energi (the Memorandum of Understanding on energy

sharing) dengan India. Sementara itu, mesin-mesin Bangladesh akan diam dan

pekerja Bangladesh akan terus tidur siang di pabrik-pabrik mereka karena kurangnya

listrik dan menghabiskan malam tanpa tidur di rumah.

Negeri ini memiliki kekurangan energi akut, hampir tidak ada kantor atau pabrik

yang tidak terkena pemadaman listrik, kadang-kadang berlangsung beberapa jam. Hal

ini dikarenakan tidak cukupnya energi untuk pembangkit tenaga listrik. Padahal sekitar

satu dekade lalu, Bangladesh melimpah dalam energi dengan pasokan gas alam dan

menarik sejumlah besar investor asing. Banyak alasan yang disebut-sebut sebagai

penyebab dari masalah krisis energi ini, termasuk tersedak birokrasi, korupsi, dan

transaksi kotor. Ini dapat dihubungkan dengan Chaos Deterministik, atau hanya

kekacauan, dinamika masa depan mereka sepenuhnya ditentukan oleh kondisi awal,

tanpa elemen acak yang terlibat.

Page 11: Bangladesh (Juwita W)

Beberapa analis mengatakan Bangladesh memiliki cadangan energi yang

cukup untuk 50 tahun terakhir, yang lainnya mengatakan mereka akan kekeringan

dalam 20 tahun. Para pejabat mengatakan pasokan gas dan batubara akan

berlangsung selama 30 tahun jika mereka benar dieksploitasi. Bangladesh sepertinya

memperoleh pelajaran berharga bahwa energi bukan hanya tentang penjualan,

investasi, dan mengkonsumsi tetapi juga tentang mata pencaharian masyarakat dan

perlindungan lingkungan.

Krisis listrik saat ini di Bangladesh adalah kasus klasik inefisiensi. Bangladesh

dalam upaya putus asa, tetap berada dalam dilema tentang bagaimana

mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya batubara. Ini seperti halnya Game

theory yang mencoba memaksimalkan keuntungan atau meminimalkan kerugian

dalam kondisi ketidakpastian dan informasi yang tidak lengkap, yang mengharuskan

setiap pelaku untuk menentukan peringkat preferensi urutan, probabilitas perkiraan,

dan mencoba untuk melihat apa yang aktor lain yang akan dilakukan. Banglades terus

mengalami krisis energi yang serius dalam hal gas dan listrik. Hal ini telah memicu

krisis pasokan air. Hanya 40% dari 155 juta pendudukBangladesh kemudian tidak bisa

memenuhi lebih dari 60% dari kebutuhan energi.

Meskipun kapasitas terpasang untuk pembangkit listrik di negara ini adalah

2.908 megawatt, produksi sebenarnya tidak melebihi 2.160 megawatt sebagai

permintaan puncak 2.200 megawatt. Tingkat rata-rata kerugian sistem masih setinggi

33,3%. Permintaan untuk daya akan meningkat 300 MW setiap tahun dan investasi

sekitar 110 milyar Tk sampai pergantian abad akan diperlukan untuk memenuhi

kebutuhan ini.

Tanggung jawab dalam pembuatan pembangkit tenaga listrik, transmisi dan

distribusinya di negara ini berada pada Dewan Pengembangan Sumber Daya (PDB),

Dewan Elektrifikasi Pedesaan (REB), dan Badan Pemasok Elektrik Dhaka (DESA).

Terdapat pula Komisi Pengaturan energy Bangladesh (Bangladesh Energy

Regulatory) yang didirikan pada tanggal 13 Maret 2003 melalui UU legislatif dari

Pemerintah Bangladesh. Komisi ini memiliki mandat untuk mengatur Gas, Listrik dan

produk minyak bumi bagi seluruh Bangladesh. Misi komisi ini antara lain:

Penegakan disiplin fiskal dari sektor energi

Pengenalan target kinerja dan peraturan insentif berbasis

Pengenalan seragam standar operasional dan kualitas pasokan

Transparansi dalam penentuan tarif dan efisiensi ekonomi

Page 12: Bangladesh (Juwita W)

Meningkatkan kesempatan untuk pengembangan pasar kompetitif

Meningkatkan peluang untuk efisiensi dan pertumbuhan ekonomi

Keterlibatan publik ke dalam sektor energy

Pemerintah telah menempuh kebijakan yang terencana dengan baik untuk

menghasilkan energi lebih melalui petinggi publik dan investasi swasta, mengurangi

kerugian sistem minimum dan memanfaatkan gas alam, tenaga surya, tenaga atom

dan sumber daya listrik tenaga air. Saat ini sekitar 88 persen dari pembangkit listrik

didasarkan pada gas alam. Sekitar 55% pasokan energi negara itu didasarkan pada

bahan bakar tradisional (tanaman residu, kotoran hewan dan kayu bakar), 24% pada

gas alam, 19% pada impor minyak dan batubara dan sisanya 2% adalah pembangkit

listrik tenaga air. Gas alam juga memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan yang

cepat dari industri pupuk kimia

Pemerintah Bangladesh juga sedang membangun transportasi modern dan

sistem telekomunikasi yang tepat sampai ke level desa. Pemerintah telah memberikan

prioritas tertinggi untuk pembangunan milyaran dolar jembatan Jamuna multi yang

akan menghubungkan daerah utara dengan sisa negara untuk jalan langsung dan

komunikasi kereta api dan gas serta transmisi listrik. Ini akan memberikan dorongan

besar untuk pertumbuhan perdagangan antara berbagai daerah di negeri ini.

Beberapa jembatan besar lainnya sedang dipertimbangkan untuk mempersiapkan

Bangladesh untuk jalan raya Asia.

Selama tahun 1997-1998, generator yang telah berdiri berkapasitas Listrik di

negara ini sebesar 3.091 MW. Tetapi adanya penuaan dari beberapa pembangkit

tenaga listrik yang telah lama dan kekurangan pasokan gas, kapasitas generator listrik

menurun hingga 2.350 sampai 2.400 MW. Pemerintah telah mengubah Kebijakan

Industri dan mengambil Kebijakan Generator Listrik Sektor Swasta untuk membuka

investasi swasta dalam sektor listrik. Pada saat itu pemerintah mengambil keputusan

dalam kondisi risiko dan menyadari akan adanya resiko kerugian, sesuai dengan

prospect theory.

Sampai pada para pembuat kebijakan Pemerintah, pengelolaan sektor energi

Bangladesh Bangladesh masih memikirkan entang 2000 MW defisit listrik + dan

sekitar 400 MMCD + kekurangan Gas. Pembuat undang-undang dalam diskusi pra-

anggaran dengan departemen keuangan menekankan pada perencanaan strategi

dalam anggaran tahun fiskal berikutnya untuk menghasilkan 9.000 megawatt listrik

Page 13: Bangladesh (Juwita W)

dalam lima tahun ke depan. Mereka memberikan prioritas utama untuk pembangkit

listrik dalam anggaran 2010-2011.

LSM Bangladesh, Grameen Shakti, menyediakan sistem tenaga surya untuk

rumah tangga di daerah pedesaan terpencil, apabila tidak ada hubungan listrik dalam

waktu dekat. USAID telah membantu Grameen Shakti untuk melatih 30.000 pengguna

dan teknisi yang memungkinkan mereka untuk menginstal lebih dari 180.000 rumah

tangga sistem solarJumlah tata surya terpasang saat ini meningkat sekitar 8.000

sistem per bulan.. Kontribusi USAID untuk sektor energi di Bangladesh ($ 210 juta

untuk saat ini) adalah di elektrifikasi pedesaan. Program.Bekerja sama dengan

National Rural Electric Cooperative Association (NRECA), USAID mempelopori

Program Elektrifikasi Pedesaan. Sekarang membawa listrik dapat dinikmati sekitar 43

juta orang di seluruh Bangladesh pedesaan. Dengan listrik, pompa irigasi dapat

menyediakan listrik dengan biaya rendah untuk irigasi petani selama musim kemarau.

Manfaat lainnya, listrik telah memasukkan tingkat melek huruf yang lebih tinggi,

pendapatan lebih dan perencanaan keluarga yang lebih baik. USAID mengantisipasi

2012 oleh peningkatan investasi di bidang infrastruktur akan memungkinkan

Bangladesh untuk menyediakan 6.400 megawatt listrik selama permintaan puncak dan

tambahan 1,8 juta konsumen akan memiliki akses ke jaringan listrik off dari energi

surya.

2.4 Pemerintahan dan Politik

Bangladesh merupakan negara kesatuan yang memiliki sistem pemerintahan

demokrasi parlementer, dimana Presiden sebagai kepala negara. Kedudukannya

banyak diisi dengan menghadiri upacara-upacara kenegaraan. Kendali pemerintahan

sesungguhnya dipegang Perdana Menteri yang merupakan kepala pemerintahan.

Presiden dipilih oleh badan legislatif setiap lima tahun dan memiliki kekuasaan yang

normalnya terbatas. Kekuasaan presiden bertambah selama masa jabatan

pemerintahan pemelihara.

Pemerintahan pemelihara bertanggung jawab dalam mengendalikan transisi

menuju pemerintahan baru. Pejabat pemerintahan pemelihara haruslah non-partisan

dan memiliki waktu tiga bulan untuk menyelesaikan tugasnya. Sistem ini pertama kali

dipraktekan pada 1991 dan dilembagakan pada 1996 sebagai amandemen ke-13 dari

konstitusi.

Page 14: Bangladesh (Juwita W)

Perdana Menteri dipilih melalui upacara pemilihan oleh presiden dan harus

menjadi anggota parlemen, memimpin kepercayaan mayoritas anggota parlemen.

Kabinet terdiri atas para menteri yang dipilih oleh Perdana Menteri dan diangkat oleh

presiden. Parlemen unikameral Bangladesh, Jatiyo Sangshad, dipilih oleh rakyat

melalui pemilihan suara terbanyak dari konstitusi wilayah tunggal untuk menduduki

jabatannya selama lima tahun. Hak pilih universal berlaku untuk seluruh warganegara

saat usianya menginjak 18 tahun.

Konstitusi Bangladesh ditulis pada 1972 dan telah mengalami empat belas

amandemen. Hukum lainnya yang berlaku di negara itu dibuat oleh parlemen yang

merupakan turunan dari konstitusi. Badan peradilan tertinggi ialah Mahkamah Agung.

Hakim-hakim agung diangkat oleh presiden. Institusi peradilan dan penegakan hukum

di Bangladesh lemah. Pemisahan peradilan dari pemerintahan dilakukan pada 1

November 2007. Diperkirakan pemisahan ini akan membuat badan peradilan menjadi

lebih kuat. Hukum-hukum di Bangladesh banyak berdasarkan pada hukum adat

Inggris, namun hukum privat seperti pernikahan dan warisan berdasar pada yang

termaktub dalam kitab suci, dan sehingga lingkup agama satu bisa jadi berbeda

penegakan hukumnya dengan lingkup agama lainnya.

Dua partai utama di Bangladesh ialah Partai Nasionalis Bangladesh (PNB) dan

Liga Awami. PNB bersekutu dengan partai Islam seperti Jamaat-e-Islami Bangladesh

dan Islami Oikya Jot, sedangkan Liga Awami bersekutu dengan partai kiri dan sekular.

Pemain penting lainnya ialah Partai Jatiya, dikepalai oleh mantan penguasa militer

Ershad. Persaingan Liga Awami-BNP telah memahit dan memuncak dengan

terjadinya demonstrasi, kekerasan, dan pembunuhan. Politik mahasiswa khususnya

kuat di Bangladesh, peninggalan dari masa gerakan pembebasan. Hampir semua

partai memiliki sayap mahasiswa aktif, dan mahasiswa telah dipilih ke parlemen.

Dua partai Islam, Jagrata Muslim Janata Bangladesh (JMJB) dan Jama'atul

Mujahideen Bangladesh (JMB) yang dianggap radikal, dilarang pada Februari 2005.

Beberapa serangan bom berskala kecil yang terjadi sejak 1999 diduga dilakukan oleh

kedua kelompok tersebut. Anggota-anggota partai yang dicurigai sebagai pelaku telah

ditahan. Pemerintah Bangladesh dipuji oleh pemimpin-pemimpin dunia akan posisi

anti terorisnya yang kuat.

2.5 Temuan Penting

Pertanian

Page 15: Bangladesh (Juwita W)

Beras, goni, teh, gandum, tebu, kentang, tembakau, kacang-kacangan , minyak

sayur, rempah-rempah, buah, daging sapi, susu, unggas.

Bantuan sebagai % dari PDB 2.5% 2,5%

Hutang Eksternal $21,230,000,000.00

Distribusi Penghasilan Keluarga Indeks Gini>

33.4 33,4

Kebebasan ekonomi 1,5

Ekonomi telah tumbuh 5-6% selama beberapa tahun terakhir meskipun BUMN tidak

efisien, keterlambatan dalam pemanfaatan sumber daya gas alam, pasokan listrik

cukup dan perwujudan yang lambat dari reformasi ekonomi. Bangladesh tetap

menjadi miskin, kelebihan penduduk dan pemerintahan tidak efisien. Meskipun lebih

dari setengah PDB dihasilkan melalui sektor jasa, hampir 2/3 penduduk Bangladesh

bekerja di sektor pertanian dengan beras sebagai produk tunggal paling penting.

Garmen ekspor dan pengiriman uang dari Bangladesh bekerja di luar negeri,

terutama di Timur Tengah dan Asia Timur, bahan bakar pertumbuhan ekonomi.

Ekspor $12,450,000,000.00

PDB $61,960,960,000.00

PDB> PPP $263,434,000,000.00

PDB> Real laju pertumbuhan 6.3%

PDB per kapita pada tahun 1950 $551.00

PDB per kapita pada tahun 1973 $478.00 $ 478,00

GINI Indeks 33.4 33,4

Pendapatan Nasional Bruto $48,616,900,000.00

Indeks Pembangunan Manusia 0.52 0,52

Penghasilan kategori Pendapatan rendah

Distribusi pendapatan> Terkaya

10% 28,6%

Populasi di bawah garis

kemiskinan 45%

Kemiskinan> Berbagi dari semua

orang miskin 3,49% dari kemiskinan dunia

Page 16: Bangladesh (Juwita W)

Hutang publik 37,4% dari PDB

BAB III

KESIMPULAN

Salah satu hambatan pertumbuhan ekonomi Bangladesh yang paling krusial adalah

krisis energi. Bangladesh telah gagal untuk berinvestasi dalam pembangkitan listrik pada

umumnya dan pada ekonomi manufaktur dan konstruksi pada khususnya. Dengan

pembangkit listrik yang tidak tersedia lebih cepat telah mencekik pertumbuhan di seluruh

ekonomi meskipun telah tersedia pekerja yang bersedia bekerja keras dan pengadaan

bahan mesin-mesin. Perekonomian kehilangan pendapatan domestik dan gagal mengambil

laba berharga valuta asing.

Sebagai jalan keluar, pemerintah telah menempuh langkah untuk menghasilkan

energi lebih melalui petinggi publik dan investasi swasta, mengurangi kerugian sistem

minimum dan memanfaatkan gas alam, tenaga surya, tenaga atom dan sumber daya listrik

serta tenaga air. Juga dibantu oleh kontribusi USAID untuk sektor energi di Bangladesh di

elektrifikasi pedesaan yang bisa dikatakan cukup berhasil.

Page 17: Bangladesh (Juwita W)

DAFTAR PUSTAKA

www.wikipedia.com

World Development Indicators 2002 online (see online

http://publications.worldbank.org/ecommerce/catalog/product?item_id=631625) Washington,

DC: The World Bank

Bangladesh Bank. (1991-2003). Economic Trends. [Monthly issues from 06/1991 to

07/2003]. Dhaka: Bangladesh Bank.

Bangladesh Bank. (2002-2003). Annual Balance of Payments 2002-2003. Dhaka:

Bangladesh Bank.

Bangladesh Bureau of Statistics. (1997). Summery Report of the Household

Expenditure Survey 1995-96, August 1997, Dhaka: Government of Bangladesh.

Bangladesh Bureau of Statistics. (2000). 2000 Statistical Year Book of Bangladesh,

Dhaka: Government of Bangladesh.

Bangladesh Bureau of Statistics. (2003). Report of the Household Income &

Expenditure Survey 2000 , March 2003, Dhaka: Government of Bangladesh.

Bhattacharaya, D. (2002). (2002). Bangladesh Economy in FY2001: Macroeconomic

Performance. In Centre for Policy Dialogue. Bangladesh Facing the Challenges of

Page 18: Bangladesh (Juwita W)

globalisation: A Review of Bangladesh's Development 2001. Dhaka: University Press

Limited.

Bhattacharya, D. (2003). (2003). State of the Bangladesh Economy in FY2002: Fiscal

Consolidation, Balance of Payment Improvement and Investment Stagnation. In Centre for

Policy Dialogue. Employment and Labour Market Dynamics: A Review of Bangladesh’s

Development 2002 . Dhaka: University Press Limited.

Centre for Policy Dialogue. (2003). CPD-IRBD Database [Electronic Database].

Dhaka: Centre for Policy Dialogue.

Economic Relations Division. (2003). Bangladesh: A National Strategy for Economic

Growth, Poverty Reduction and Social Development (March 2003). Dhaka: Government of

Bangladesh.

Finance Division. (2004). (2004). Bangladesh Economic Review 2003 [In Bengali].

Dhaka: Government of Bangladesh.

Mahmud, W. (1997). (1997). Macroeconomic Update. In Centre for Policy Dialogue.

Growth or Stagnation?: A Review of Bangladesh's Development 1996. Dhaka: University

Press Limited.

Rahman, M. (2002). (2002). Bangladesh's External Sector in FY2001: Review of

Performance and Emerging Concerns. In Centre for Policy Dialogue. Bangladesh Facing the

Challenges of Globalisation: A Review of Bangladesh's Development 2001. Dhaka:

University Press Limited.