Makalah Bab I-bab III
-
Upload
sulamaeroh -
Category
Documents
-
view
240 -
download
8
description
Transcript of Makalah Bab I-bab III
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Membahas tentang ilmu logika, pasti di dalamnya akan ditemukan yang
namanya pemikiran, pernyataan atau penalaran. Dengan kata lain dalam ilmu
logika akan dijumpai masalah tentang hal tersebut. Pada dasarnya yang namanya
pemikiran yang merupakan kegiatan atau langkah kedua dalam pembahasan ilmu
logika. Pembahasan tentang masalah pemikiran ini biasanya disebut dengan yang
dengan yang maksudnya adalah hal – hal yang dipercaya atau yang diyakini
kebenarannya itulah pemikiran yang menjadi awal sekaligus akhir atau tujuan dari
setiap pemikiran.
Dalam mengurangi seluk – beluk pemikiran ini yang menjadi bahasan,
namun masih banyak bahasan – bahasan yang lain di dalam belajar ilmu logika
namun pada kali ini difokuskan untuk membahas atau mengurangi hal pemikiran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan pemikiran?
2. Ada berapa macam – macam pemikiran?
3. Apa sajakah pemikiran?
4. Bagaimana hukum – hukum pemikiran?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui Apakah pemikiran itu
2. Untuk mengetahui macam – macam pemikiran ditinjau dari beberapa segi
3. Untuk mengetahui asas – asas pemikiran
4. Untuk mengetahui hukum – hukum pemikiran
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pemikiran
Pemikiran dalam bahasa inggris disebut Inference yang berarti
penyimpulan yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan ada juga
yang menyebut penuturan dan penalaran. Apa yang dimaksud pembicaraan dalam
bagian ini adalah : kegiatan akal manusia, mencermati suatu pengetahuan yang
telah ada, untuk mendapatkan / mengeluarkan pengetahuan yang baru (lain)“.
Terutama dalam konteks rasionalitas stricto sensu misalnya dalam ilmu:
Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapat
pengertian baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui.sebenarnya yang
beraksi disini bukan hanya pikiran atau akal budi, yang beraksi sesungguhnya
adalah seluruh manusia (the whole man). Selanjutnya proses pemikiran adalah
suatu pergerakan mental dari sutu hal menuju hal lain, dari proposisi satu ke
proposisi lainnya,dari apa yang sudah diketahui ke hal yang belum diketahui.
Misalnya dari realitas dunia ini kita dapat membuat pemikiran tentang eksistensi
tuhan, dari perbuatan-perbuatan kita, kita dapat membuat pemikiran tentang
kemerdekaan kehendak.karena pemikiran merupakan suatu gerak kemajuan, maka
juga terjadilah urutan momen-momen, urutan sebelum dan sesudahnya. Jadi,
terdapat terminus a quo, yakni hal yang merupakan pangkalan, hal yang sudah
diketahui, dan terdapat terminus ad quem (sasaran), yakni sesuatu yang muncul
dari pangkalan tadi.
Dalam pengertian pemikiran stricto sensu, hal yang sudah diketahui itu
terdiri dari dua term yang diketahui sebagai benar. Dan dua term ini berbentuk
dua proposisi (mental) yang biasa juga disebut premis-premis atau antecedent.
Dengan memikirkan kedua term tersebut,pemikiran melihat hubungan, kemudian
melihat pula kebenaran ketiga,yakni sesuatu yang muncul berkat adanya
hubungan-hubungan yang tardapat dalam antecedent.kebenaran ketigayang
muncul dari hubungan tadi disebut kesimpulan atau konklusi yang juga berwujud
2
proposisi. Dan proposisi ini juga merupakan “wadah“ tempat pemikiran bermuara
dan sebagai tempat memuat penyimpulan (inferensi) yang disebut consequent.
Organisme logis yang diwujudkan oleh antecedent, kecuali jika proposisi-
proposisi yang mewujudkan pemikiran diatur secara tertentu hingga
mengungkapkan ciri-ciri hal yang dipersoalkan.
2.2 Pembagian Pemikiran
Cara bergerak dari proposisi ke proposisi lain itu ada dua macam, yakni
tanpa, atau dengan pertolongan proposisi ketiga. Hal ini bila pemikiran kita ambil
dalam arti yang luas. Maka para logis juga biasa membuat perbedaan antara
pemikiran langsung dan pemikiran tidak langsung.dalam pemikiran langsung
sebenarnya tidak terdapat pergerakan maju, sebab yang terdapat didalamnya
adalah sekadar dua cara yang berbeda dalam mengatakan hal yang sama.jadi
“proposisi lain“ dalam pemikiran langsung sebenarnya tidak ada. Maka
pemikiran pemikiran langsung pada hakikatnya tidak dapat disebut pemikiran
dalam arti sebenarnya.
Pembagian pemikiran tidak langsung didasarkan pada realitas cara akal
budi kita bergerak. Begitulah beberapa pembawaan kodrat. Orang-orang sudah
bisa menjalankan cara pemikiran seperti itu. Hanya saja dengan ini tidak (belum)
dimaksud induksi scientifik ataupun deduksi yang dapat dimengerti atau
dipertanggung jawabkan, misalnya orang-orang biasa tidak sadar akan cara
pemikiran tersebut.
Pemikiran adalah gerak dari hal yang diketahui menuju hal yang tidak
diketahui. Nah, hal yang diketahui tadi dapat berwujud kebenaran yang umum
(universal) sifatnya, atau dapat juga suatu kejadian khusus tertentu atau lebih atau
juga kita sekedar ingn mengetahui suatu fakta individual.pemikiran yang bergerak
dari hal yang umum ke hal yang lebih khusus disebut pemikiran deduksi,
sedangkan pemikiranyang bergerak dari hal yang khusus ke hal umum disebut
pemikiran induktif dan macam pemikaran ketiga, yakni sekadar mau thu tentang
fakta individual, disebut arguman komulatif.
3
2.3 Macam – Macam Pemikiran
Ada dua macam pemikiran yang kita temukan adalah :
a) Pemikiran langsung, adalah pemikiran yang hanya mempergunakan
satu pangkal pikir atau langsung disimpulkan. Asas pemikiran ini
pada ilmu logika yang banyak dibicarakan pada konversi, inversi dan
kontraposisi dalam keputusan.
b) Pemikiran tidak langsung, adalah pemikiran yang mempergunakan
lebih dari satu pangkal pikir, jadi berarti pemikiran yang
mempergunakan banyak keputusan atau minimal lebih dari satu
keputusan untuk menetapkan kesimpulan. Misalnya pemikiran yang
terjadi melalui jalan induksi, deduksi dan syllogisme.
2.4 Asas – Asas Pemikiran
Ada empat asas – asa pemikiran tersebut adalah :
a) Asas persamaan
Menurut asas ini, lebih dahulu harus diakui oleh semua orang bahwa
setiap sesuatu hanya mengandung arti kesamaan pada dirinya sendiri.
b) Asas Pertentangan
Menurut asas ini, tidak dapat disamakan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain yang menentangnya.
c) Asas menolak kemungkinan
Menurut asas ini, maka jika terdapat dua pendapat yang bertentangan,
seperti contoh pada asas yang kedua, maka disamping keduanya tidak
mungkin semua benar juga tidak mungkin keduanya salah, maka tidak
mungkin pula pada pendapat yang ketiga. Kebenarannya hanya
terdapat pada salah satu dari kedua pendapat tersebut.
d) Asas Mencukupkan
Menurut asas ini, tiap – tiap keputusan merupakan sebab bagi
keputusan baru (akibat) atau merupakan akibat dari keputusan yang
lalu. Kepastian benar dari akibat, sangat tergantung kepada benarnya
4
sebab. Kalau keputusan yang menjadi sebab itu salah, maka pastilah
keputusan yang menjadi akibatnya itu salah.
2.5 Hukum – Hukum Pemikiran
Sehubungan dengan benar dan lurusnya suatu pemikiran, maka baiklah
kemukakan hukum – hukum pemikiran yang berlaku untuk semua pemikiran.
Ada dua hukum – hukum pemikiran dapat dikatakan bahwa :
1) Jika primis – primis benar, tetapi kesimpulan salah, maka jalan
pikirannya (bentunya) tidak lurus
2) Jika jalan pikirannya (bentuknya) lurus, tetapi kesimpulannya
tidak benar, maka primis – primisnya (materinya) salah, dari
salahnya kesimpulan dapat dibuktikan salahnya primis – primis.
2.6 Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran
Pikiran adalah benda kodrat, maka berlaku juga hukum-hukum
yang mengikat semua benda kondrat, semua ada khusua (semua beings).
Hukum-hukum tadi adalah pangkalan yang tidak boleh dan tidak
diabaikan. Apabila orang mengabaikan, hanya kekacauanlah yang akan
didapat. Prinsip- prinsip formal karena merupakan prinsip-prisip yang
menjamin terlaksananya proses pemikiran dengan benar, baik itudari jenis
rasionalitas stricto sensu maupun jenis rasionalitas lato sensu.
Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar karena
prinsip prinsip tersebut demikian bersahaja, mudah dan cepat dilihat.
Dengan membandingkan suatu benda dengan dirinya sendiri atau dengan
membandingkan ada khusus (being dengan non-being), dengan sangat
mudah, kita dapat menemukan prinsip-prinsip tersebut:
a) Prinsip identitas adalah dasar dari semua pemikiran. Artinya ialah
pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini, dan bukan benda lain;
bahwa benda itu adalah benda itu, dan bukan benda lain. Dalam
5
bahasa latin dirumuskan: ens est quod ests A adalah A. Suatu benda
adalah benda itu sendiri. Setiap benda identik dengan diringan sendiri.
b) Prinsip pembatalan (principle of contradiction, principium
contradictionis): prinsip ini sebanyaklah rumusan negatif dari prinsip
identitas. Rumusannya: Idem nequit simul esse et non esse sub eodem
respectu.
c) Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga (principle of excluded middle,
principium exclusi tertii): prinsip yang mengatakan bahwa tidak
terdapat kemungkinan ketiga. Yang dimaksudkan adalah apabila
terdapat dua proposis yang kontradiktoris, yang satu merobohkan
yang lain, pastilah salah satu dari proposisi itu salah. Tidak mungkin
terdapat kemungkinan ketiga.
d) Prinsip-alasan-yang-mencukupi (principle of sufficient
reason,principiun rationis sufficientis): karena sifat
keumumannya,prinsip-alasan-yang-mencukupi dapat kita beri tempat
disni juga. Rumusannya: sesuatu yang ada mempunyai alasan yang
mencukupi untuk adanya. Segala sesuatu mempunyai dasar atau alasan
yang mencukupi untuk adanya, atau segala sesuatu dapat dapat
dimengerti. Tetap waspa dalah untuk tidak memperluas penerapan
prinsip ini pada semua realitas, atau apa sesuatu yang hanya satu,
sebab tidak semua realitas dapat dimengerti secara memadai oleh
pikiran kita yang terbatas.
6
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Pemikiran adalah suatu dari kesimpulan yang benar merupakan awal dari
tindakan akal berfikir, tindakan untuk mencapai keputusan dan menuju kepada
penyimpulan atau pemikiran.
Pemikiran harus dipakai untuk mendapatkan keputusan yang benar.
Dalam pemikiran harus menggunakan keputusan untuk mendapatkan kesimpulan.
3.2 Saran
Dari beberapa referensi saya dapat menemukan beberapa data mengenai
hal yang membahas dalam makalah ini sehingga tersusunlah makalah ini. Namun
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari ini pemasukan dan
pembaca sangat saya butuhkan demi sempunanya makalah saya selanjutnya.
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Dahri, Sunardji, 2009, Ilmu Mantik, Langkah – Langkah Berfikir Logis, Surabaya
2. PT. Pwu Jawa Timur ”Putri”Suharto, Heru, 1993, Logika Formal, Sala : Bpk –
UNS
3. Jamaluddin, 1989, Berfikir Apa dan Bagaimana, Surabaya Indah.
8