Makalah Bab I-bab III

12
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membahas tentang ilmu logika, pasti di dalamnya akan ditemukan yang namanya pemikiran, pernyataan atau penalaran. Dengan kata lain dalam ilmu logika akan dijumpai masalah tentang hal tersebut. Pada dasarnya yang namanya pemikiran yang merupakan kegiatan atau langkah kedua dalam pembahasan ilmu logika. Pembahasan tentang masalah pemikiran ini biasanya disebut dengan yang dengan yang maksudnya adalah hal – hal yang dipercaya atau yang diyakini kebenarannya itulah pemikiran yang menjadi awal sekaligus akhir atau tujuan dari setiap pemikiran. Dalam mengurangi seluk – beluk pemikiran ini yang menjadi bahasan, namun masih banyak bahasan – bahasan yang lain di dalam belajar ilmu logika namun pada kali ini difokuskan untuk membahas atau mengurangi hal pemikiran. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah yang dimaksud dengan pemikiran? 1

description

ndbsjmds

Transcript of Makalah Bab I-bab III

Page 1: Makalah Bab I-bab III

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Membahas tentang ilmu logika, pasti di dalamnya akan ditemukan yang

namanya pemikiran, pernyataan atau penalaran. Dengan kata lain dalam ilmu

logika akan dijumpai masalah tentang hal tersebut. Pada dasarnya yang namanya

pemikiran yang merupakan kegiatan atau langkah kedua dalam pembahasan ilmu

logika. Pembahasan tentang masalah pemikiran ini biasanya disebut dengan yang

dengan yang maksudnya adalah hal – hal yang dipercaya atau yang diyakini

kebenarannya itulah pemikiran yang menjadi awal sekaligus akhir atau tujuan dari

setiap pemikiran.

Dalam mengurangi seluk – beluk pemikiran ini yang menjadi bahasan,

namun masih banyak bahasan – bahasan yang lain di dalam belajar ilmu logika

namun pada kali ini difokuskan untuk membahas atau mengurangi hal pemikiran.

1.2  Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pemikiran?

2. Ada berapa macam – macam pemikiran?

3. Apa sajakah pemikiran?

4. Bagaimana hukum – hukum pemikiran?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Untuk mengetahui Apakah pemikiran itu

2. Untuk mengetahui macam – macam pemikiran ditinjau dari beberapa segi

3. Untuk mengetahui asas – asas pemikiran

4. Untuk mengetahui hukum – hukum pemikiran

1

Page 2: Makalah Bab I-bab III

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pemikiran

Pemikiran dalam bahasa inggris disebut Inference yang berarti

penyimpulan yang berarti mengeluarkan suatu hasil berupa kesimpulan ada juga

yang menyebut penuturan dan penalaran. Apa yang dimaksud pembicaraan dalam

bagian ini adalah : kegiatan akal manusia, mencermati suatu pengetahuan yang

telah ada, untuk mendapatkan / mengeluarkan pengetahuan yang baru (lain)“.

Terutama dalam konteks rasionalitas stricto sensu misalnya dalam ilmu:

Pemikiran adalah aksi (act) yang menyebabkan pikiran mendapat

pengertian baru dengan perantaraan hal yang sudah diketahui.sebenarnya yang

beraksi disini bukan hanya pikiran atau akal budi, yang beraksi sesungguhnya

adalah seluruh manusia (the whole man). Selanjutnya proses pemikiran adalah

suatu pergerakan mental dari sutu hal menuju hal lain, dari proposisi satu ke

proposisi lainnya,dari apa yang sudah diketahui ke hal yang belum diketahui.

Misalnya dari realitas dunia ini kita dapat membuat pemikiran tentang eksistensi

tuhan, dari perbuatan-perbuatan kita, kita dapat membuat pemikiran tentang

kemerdekaan kehendak.karena pemikiran merupakan suatu gerak kemajuan, maka

juga terjadilah urutan momen-momen, urutan sebelum dan sesudahnya. Jadi,

terdapat terminus a quo, yakni hal yang merupakan pangkalan, hal yang sudah

diketahui, dan terdapat terminus ad  quem (sasaran), yakni sesuatu yang muncul

dari pangkalan tadi.

Dalam pengertian pemikiran stricto sensu, hal yang sudah diketahui itu

terdiri dari dua term yang diketahui sebagai benar. Dan dua term ini berbentuk

dua  proposisi (mental) yang biasa juga disebut premis-premis atau antecedent.

Dengan memikirkan kedua term tersebut,pemikiran melihat hubungan, kemudian

melihat pula kebenaran ketiga,yakni sesuatu yang muncul berkat adanya

hubungan-hubungan yang tardapat dalam antecedent.kebenaran ketigayang

muncul dari hubungan tadi disebut kesimpulan atau konklusi yang juga berwujud

2

Page 3: Makalah Bab I-bab III

proposisi. Dan proposisi ini juga merupakan “wadah“ tempat pemikiran bermuara

dan sebagai tempat memuat penyimpulan (inferensi) yang disebut consequent.

Organisme logis yang diwujudkan oleh antecedent, kecuali jika proposisi-

proposisi yang mewujudkan pemikiran diatur secara tertentu hingga

mengungkapkan ciri-ciri hal yang dipersoalkan.

2.2 Pembagian Pemikiran

Cara bergerak dari proposisi ke proposisi lain itu ada dua macam, yakni

tanpa, atau dengan pertolongan proposisi ketiga. Hal ini bila pemikiran kita ambil

dalam arti yang luas. Maka para logis juga biasa membuat perbedaan antara

pemikiran langsung dan pemikiran tidak langsung.dalam pemikiran langsung

sebenarnya tidak terdapat pergerakan maju, sebab yang terdapat didalamnya

adalah sekadar dua cara yang berbeda dalam mengatakan hal yang sama.jadi

“proposisi lain“ dalam pemikiran langsung sebenarnya tidak ada. Maka

pemikiran pemikiran langsung pada hakikatnya tidak dapat disebut pemikiran

dalam arti sebenarnya.

Pembagian pemikiran tidak langsung didasarkan pada realitas cara akal

budi kita bergerak. Begitulah beberapa pembawaan kodrat. Orang-orang sudah

bisa menjalankan cara pemikiran seperti itu. Hanya saja dengan ini tidak (belum)

dimaksud induksi scientifik ataupun deduksi yang dapat dimengerti atau

dipertanggung jawabkan, misalnya orang-orang biasa tidak sadar akan cara

pemikiran tersebut.

Pemikiran adalah gerak dari hal yang diketahui menuju hal yang tidak

diketahui. Nah, hal yang diketahui tadi dapat berwujud kebenaran yang umum

(universal) sifatnya, atau dapat juga suatu kejadian khusus tertentu atau lebih atau

juga kita sekedar ingn mengetahui suatu fakta individual.pemikiran yang bergerak

dari hal yang umum ke hal yang lebih khusus disebut pemikiran deduksi,

sedangkan pemikiranyang bergerak dari hal yang khusus ke hal umum disebut

pemikiran induktif dan macam pemikaran ketiga, yakni sekadar mau thu tentang

fakta individual, disebut arguman komulatif.

3

Page 4: Makalah Bab I-bab III

2.3 Macam – Macam Pemikiran

    Ada dua macam pemikiran yang kita temukan adalah :

a) Pemikiran langsung, adalah pemikiran yang hanya mempergunakan

satu pangkal pikir atau langsung disimpulkan. Asas pemikiran ini

pada ilmu logika yang banyak dibicarakan pada konversi, inversi dan

kontraposisi dalam keputusan.

b) Pemikiran tidak langsung, adalah pemikiran yang mempergunakan

lebih dari satu pangkal pikir, jadi berarti pemikiran yang

mempergunakan banyak keputusan atau minimal lebih dari satu

keputusan untuk menetapkan kesimpulan. Misalnya pemikiran yang

terjadi melalui jalan induksi, deduksi dan syllogisme.

2.4 Asas – Asas Pemikiran

Ada empat asas – asa pemikiran tersebut adalah :

a) Asas persamaan

Menurut asas ini, lebih dahulu harus diakui oleh semua orang bahwa

setiap sesuatu hanya mengandung arti kesamaan pada dirinya sendiri.

b) Asas Pertentangan

Menurut asas ini, tidak dapat disamakan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain yang menentangnya.

c) Asas menolak kemungkinan

Menurut asas ini, maka jika terdapat dua pendapat yang bertentangan,

seperti contoh pada asas yang kedua, maka disamping keduanya tidak

mungkin semua benar juga tidak mungkin keduanya salah, maka tidak

mungkin pula pada pendapat yang ketiga. Kebenarannya hanya

terdapat pada salah satu dari kedua pendapat tersebut.

d) Asas Mencukupkan

Menurut asas ini, tiap – tiap keputusan merupakan sebab bagi

keputusan baru (akibat) atau merupakan akibat dari keputusan yang

lalu. Kepastian benar dari akibat, sangat tergantung kepada benarnya

4

Page 5: Makalah Bab I-bab III

sebab. Kalau keputusan yang menjadi sebab itu salah, maka pastilah

keputusan yang menjadi akibatnya itu salah.

2.5 Hukum – Hukum Pemikiran

Sehubungan dengan benar dan lurusnya suatu pemikiran, maka baiklah

kemukakan hukum – hukum pemikiran yang berlaku untuk semua pemikiran.

Ada dua hukum – hukum pemikiran dapat dikatakan bahwa :

1) Jika primis – primis benar, tetapi kesimpulan salah, maka jalan

pikirannya (bentunya) tidak lurus

2) Jika jalan pikirannya (bentuknya)  lurus, tetapi kesimpulannya

tidak benar, maka primis – primisnya (materinya) salah, dari

salahnya kesimpulan dapat dibuktikan salahnya primis – primis.

2.6 Prinsip-Prinsip Dasar Pemikiran

Pikiran adalah benda kodrat, maka berlaku juga hukum-hukum

yang mengikat semua benda kondrat, semua ada khusua (semua beings).

Hukum-hukum tadi adalah pangkalan yang tidak boleh dan tidak

diabaikan. Apabila orang mengabaikan, hanya kekacauanlah yang akan

didapat. Prinsip- prinsip formal karena merupakan prinsip-prisip yang

menjamin terlaksananya proses pemikiran dengan benar, baik itudari jenis

rasionalitas stricto sensu maupun jenis rasionalitas lato sensu.

Prinsip-prinsip tersebut merupakan prinsip-prinsip dasar karena

prinsip prinsip tersebut demikian bersahaja, mudah dan cepat dilihat.

Dengan membandingkan suatu benda dengan dirinya sendiri atau dengan

membandingkan ada khusus (being dengan non-being), dengan sangat

mudah, kita dapat menemukan prinsip-prinsip tersebut:

a) Prinsip identitas adalah dasar dari semua pemikiran. Artinya ialah

pengakuan bahwa benda ini adalah benda ini, dan bukan benda lain;

bahwa benda itu adalah benda itu, dan bukan benda lain. Dalam

5

Page 6: Makalah Bab I-bab III

bahasa latin dirumuskan: ens est quod ests A adalah A. Suatu benda

adalah benda itu sendiri. Setiap benda identik dengan  diringan sendiri.

b) Prinsip pembatalan (principle of contradiction, principium

contradictionis): prinsip ini sebanyaklah rumusan negatif dari prinsip

identitas. Rumusannya: Idem nequit simul esse et non esse sub eodem

respectu.

c) Prinsip-penyisihan-kemungkinan-ketiga (principle of excluded middle,

principium exclusi tertii): prinsip yang mengatakan bahwa tidak

terdapat kemungkinan ketiga. Yang dimaksudkan adalah apabila

terdapat dua proposis yang kontradiktoris, yang satu merobohkan

yang lain, pastilah salah satu dari proposisi itu salah. Tidak mungkin

terdapat kemungkinan ketiga.

d) Prinsip-alasan-yang-mencukupi (principle of sufficient

reason,principiun rationis sufficientis): karena sifat

keumumannya,prinsip-alasan-yang-mencukupi dapat kita beri tempat

disni juga. Rumusannya: sesuatu yang ada mempunyai alasan yang

mencukupi untuk adanya. Segala sesuatu mempunyai dasar atau alasan

yang mencukupi untuk adanya, atau segala sesuatu dapat dapat

dimengerti. Tetap waspa dalah untuk tidak memperluas penerapan

prinsip ini pada semua realitas, atau apa sesuatu yang hanya satu,

sebab tidak semua realitas dapat dimengerti secara memadai oleh

pikiran kita yang terbatas.

                                                                                                         

6

Page 7: Makalah Bab I-bab III

BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Pemikiran adalah suatu dari kesimpulan yang benar merupakan awal dari

tindakan akal berfikir, tindakan untuk mencapai keputusan dan menuju kepada

penyimpulan atau pemikiran.

Pemikiran harus dipakai untuk mendapatkan keputusan yang benar.

Dalam pemikiran harus menggunakan keputusan untuk mendapatkan kesimpulan.

3.2 Saran

Dari beberapa referensi saya dapat menemukan beberapa data mengenai

hal yang membahas dalam makalah ini sehingga tersusunlah makalah ini. Namun

makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari ini pemasukan dan

pembaca sangat saya butuhkan demi sempunanya makalah saya selanjutnya.

7

Page 8: Makalah Bab I-bab III

DAFTAR PUSTAKA

1. Dahri, Sunardji, 2009, Ilmu Mantik, Langkah – Langkah Berfikir Logis, Surabaya

2. PT. Pwu Jawa Timur ”Putri”Suharto, Heru, 1993, Logika Formal, Sala : Bpk –

UNS

3. Jamaluddin, 1989, Berfikir Apa dan Bagaimana, Surabaya Indah.

8