Makalah Asma Bronkial Bayu

23
Asma Bronkial dan Penatalaksanaannya Bayu Putra Killa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Alamat Korespondensi: Jl Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 e-mail: [email protected] Pendahuluan Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu dan merupakan penyakit eksaserbasi akut pada PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yang harus di atasi dengan segera. Pada keadaan ini gejala sesak napas menghebat dan dapat di sertai suara mengi (wheezing). Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur pasien, status atopi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak ditemukan prevalensi anak laki-laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1, tetapi menjelang dewasa perbendingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih banyak dari laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi daripada anak. Angka ini juga berbeda-beda antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5 – 7 %. 1

description

sd

Transcript of Makalah Asma Bronkial Bayu

Page 1: Makalah Asma Bronkial Bayu

Asma Bronkial dan Penatalaksanaannya

Bayu Putra Killa

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Alamat Korespondensi: Jl Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

e-mail: [email protected]

Pendahuluan

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan

mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Asma

bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial

berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu dan merupakan penyakit eksaserbasi akut

pada PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yang harus di atasi dengan segera. Pada

keadaan ini gejala sesak napas menghebat dan dapat di sertai suara mengi (wheezing).

Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur

pasien, status atopi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak

ditemukan prevalensi anak laki-laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1, tetapi menjelang

dewasa perbendingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih

banyak dari laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada

pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi daripada anak. Angka ini juga berbeda-

beda antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia prevalensi

asma berkisar antara 5 – 7 %.

Dengan adanya penulisan ini, maka diharapkan penulis dan pembaca dapat

mengetahui diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penyakit Asthma Bronkhial

agar tidak terjadinya berbagai komplikasi yang lebih serius sehingga menimbulkan kematian.

Pembahasan

Anamnesis Auto-Anamnesis

Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara yang bertujuan untuk

membantu menegakkan diagnosis. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang

disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan

pasien atau sumber lain, disebut sebagai alloanamnesis. Termasuk di dalam alloanamnesis

1

Page 2: Makalah Asma Bronkial Bayu

adalah semua keterangan dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan

yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri.1

Hal – hal yang patut ditanyakan (menurut kasus) dengan diagnosa sementara Asthma

Bronkhial, yaitu:

1. Identitas

Tanyakan Nama, Umur, Alamat (keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan

berbagai jenis penyakit, dalam hal penyakit asthma tidak terlalu spesifik mungkin bisa

terjadi akibat polusi dari lingkungannya) , dan Pekerjaan (pekerjaan seseorang penting

untuk mengetahui aktivitas sehari - harinya untuk dapat terjadinya penyakit asthma,

contoh perokok).

2. Keluhan Utama

Keluhan yang membawa pasien untuk datang berobat. Dalam kasus, pasien datang

dengan keluhan sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk Rumah Sakit.

3. Riwayat Penyakit Sekarang

Merupakan penerusan atau gejala-gejala yang lebih spesifik terhadap perkembangan

dari keluhan utama. Tanyakan lebih dalam mengenai keluhan utama nya seperti,

Sesaknya Sejak kapan? sudah berapa lama?

Adakah faktor pencetus seperti, Pagi atau malam hari? Dingin? Berdebu? Dan faktor

yang memperberat seperti, setelah aktivitas berat (olahraga berat)? Serta adakah keluhan

penyerta seperti, Ada batuk (dahak/kering)? Dahak nya seperti apa? Nyeri dada? Demam?

Pusing, mual, muntah? Diare? Sering berkeringat? dll.

Pada kasus, pasien mengatakan bahwa pasien tidak demam, batuk ada sejak 3 hari

yang lalu dahak sulit keluar, jika keluar kental berwarna putih, tidak terdapat nyeri dada.

Sesaknya memang sering timbul 2 bulanan ini, namun tidak sesesak sekarang, muncul

pada malam hari, dan lebih mudah sesak terutama pada saat suasana dingin dan berdebu.

Pasien dalam 1 bulan terakhir sudah 4x sesak saat dini hari dan berkurang pada saat

beristirahat.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Tanyakan apakah pernah mengalami sakit serupa. Untuk mengetahui apakah terjadi

reinfeksi, akut atau kronik dari penyakit.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

2

Page 3: Makalah Asma Bronkial Bayu

Ada tidaknya riwayat penyakit keluarga pada pasien dapat membantu diagnosis.

Riwayat penyakit keluarga meliputi, riwayat penyakit serupa, riwayat penyakit kronis

maupun riwayat rawat inap di rumah sakit karena penyakit berat. Dari data anamnesis

tidak diketahui apakah keluarga pasien memiliki riwayat - riwayat yang telah disebutkan di

atas. Riwayat tersebut penting ditanyakan untuk mengetahui hubungan antara penyakit yang

dialami pasien saat ini dengan riwayat penyakit pada keluarga pasien.

Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita

penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit

asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran

pernafasannya juga bisa diturunkan.

6. Riwayat Pengobatan

Tanyakan apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya dan apakah sudah mengkonsumsi obat.

Bila sudah berobat tanyakan, obat apa yang sudah dikonsumsi. Pada kasus, pasien belum pernah berobat.

7. Riwayat Lingkungan Sosial dan Kebiasaan

Keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan berbagai jenis penyakit, dalam

hal penyakit Asthma Bronkhial tidak terlalu spesifik mungkin bisa terjadi akibat

pergaulan yang tidak baik dari lingkungannya, contoh merokok, dll. Pada kasus, terdapat

riwayat merokok sejak usia 17 tahun.

Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum, kondisi pasien ketika datang ke rumah sakit. Dalam kasus, pasien

tampak sakit sedang.

2) Kesadaran, kesadaran pasien ketika datang ke rumah sakit. Dalam kasus Compos

Mentis (CM).

3) Tanda – Tanda Vital, meliputi Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah, dan Suhu.

4) Mata, adakah warna kekuningan atau kemerahan pada sklerik mata. Bibir dan kulit

apakah ada sianosis (kebiruan), serta Kelenjar Getah Bening apakah mengalami

pembengkakan (Limfadenopati).

5) Pemeriksaan Fisik Thorak, meliputi:

Periksa dada bagian anterior dan posterior dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan

auskultasi. Bandingkan sisi kiri dan kanan.2

A. Inpeksi

a) bentuk dinding dada dan tulang belakang

3

Page 4: Makalah Asma Bronkial Bayu

b) jaringan parut (radioterapi atau pembedahan)

c) vena menonjol (obstruksi SVC)

d) laju dan irama pernafasan

e) pergerakan dinding dada (simetris? Hiperekspansi?)

f) retraksi interkostalis

Pada kasus asma bronchial akan terlihat dinding torak tampak mengembang,

diafragma terdorong ke bawah.

B. Palpasi

Periksa adanya nyeri tekan, posisi denyut apeks, dan ekspansi dinding dada.

C. Perkusi

Periksa adanya bunyi tumpul atau hiper resonansi.

D. Auskultasi

Gunakan bagian diafragma stetoskop. Dengarkan suara nafas, pernafasan

bronkial, dan suara tambahan (ronki, gesekan, mengi). Suara nafas yang menurun

atau tidak terdengar terjadi pada efusi, kolaps, konsodilatasi dengan hambatan

jalan nafas, fibrosis, pneumotoraks, dan naiknya diafragma. Pernafasan bronkial

bisa ditemukan konsolidasi, kolaps, dan fibrosis padat di atas efusi pleura.2

Pada kasus asma bronchial akan terdengar wheezing (mengi), ekspirasi

memanjang.

Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

a) Pemeriksaan sputum

Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati:2

Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari

kristal eosinopil.

Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari

cabang bronkus.

Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.

Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan

viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.

b) Pemeriksaan darah

Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula

4

Page 5: Makalah Asma Bronkial Bayu

terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.

Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.

Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3

dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.

Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E

pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2) Pemeriksaan Radiologi

Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan

peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat

komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:2

Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.

Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan

semakin bertambah.

Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru

Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.

Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka

dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

3) Pemeriksaan Tes Kulit

Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.2

4) Elektrokardiografi

Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3

bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :

Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan

clockwise rotation.

Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right

bundle branch block).

Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau

terjadinya depresi segmen ST negative.

5) Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat

dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.

5

Page 6: Makalah Asma Bronkial Bayu

Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol

(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak

lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator

lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis

tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita

tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.2

Working Diagnosis (WD)

WD// Asthma Bronkial

Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana

trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan

dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan sesak nafas hebat, dispnea, batuk dan

mengi.3

Differential Diagnosis (DD)

1. Bronkhitis

Bronkitis Akut

Peradangan/inflamasi mukosa bronkus yang disebabkan oleh virus (adenovirus,

rhinovirus) kadang bakteri, iritasi kimiawi, alergi. Gejala klinis yang didapatkan pada

bronchitis akut adalah panas, mialgia, faringitis, rhinitis, batuk dengan sputum sereus.

Namun pada viral bronchitis gejala mirip batuk pilek ( common cold ). Pada

pemeriksaan fisik kadang-kadang ditemukan ronki basah namun biasanya normal,

pada pemeriksaan rontgen toraks biasanya normal. Penyakit ini self limiting sekitar 3-

5 hari.3

Bronkitis Kronis

Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling

sediktit terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada

penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-

lama disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut

ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pumonal.3

2. Bronkiektasis

6

Page 7: Makalah Asma Bronkial Bayu

Adalah dilatasi(ektasis) dinding bronkus yang menetap (irreversible). Gejala klinis dari

bronkiektasis adalah batuk kronik, sputum >>, hemoptisis, panas (+/-), sesak napas (+/-).

Pada rontgen thorak terlihat honey comb appearance.3

3. Emfisema Paru

Merupakan pembesaran/pelebaran ruang udara bronchiolus terminalis dari alveolus,

terjadi destruksi dinding alveolus dan dinding kapiler. Gejala klinis dari emfisema adalah

sesak napas, dyspnea effort sepanjang hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pergerakan

napas menurun, barrel chest, suara napas menurun, hipersonor. Pada rontgen paru

didapatkan paru hiper inflasi. Cukup dikatakan bahwa seluruh bentuk emfisema paru

menunjukkan destruksi parenkim sebelah distal.3

Emfisema sentrilobular

Emfisema sentrilobuler (sentrisianer) mengenai ruang udara di bagian tengah lobulus.

Kelainan ini banyak ditemukan pada pria, yang erat kaitannya dengan merokok, walupun

emfisema sentrilobuler yang ringan dapat ditemukan pada penderita pneumokoniosis

pekerja tambang batubara.Kesi paling sering ditemukan pada lobus atas. Seperti

ditekankan di ats, sering juga ditemukan bronkiolitis respiratorius, bersama dengan

penyakit saluran nafas yang besar seperti yang ditemukan pada bronkitis kronis.

Makrofag mengandung debu dan sel radang kronis sering ditemukan pada dinding saluran

nafas yang melebar pada jenis emfisema ini.3

Emfisema panlobuler

Emfisema panloibuler (panasiner) mengenai seluruh ruang udara sebelah distal dari

bronkiolus terminalis. Biasanya lobus sebelah bawah yang terkena, bagian dasar yang

paling hebat terkena. Nyata sekali terlihat paru dengan desakan berlebihan dan membesar.

Etiologi dan patogenesis penyakit ini belum diketahui.3

Emfisema paraseptal

Emfisema paraseptal (distal asinus) mengetahui ruang udara sebelah tepi lobus, terutama

yang dekat dengan pleura. Sering ditemukan jaringan parut dan fibrosis yang berdekatan.

Ruang udara yang dilatasi dapat menjadi besar dan apabila diameternya lebih dari 10 mm,

disebut sebagai bulosa. Lobus atas lebih sering terkena.3

4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Penyakit paru obstruktif kronik (menahun) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi

akut. PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi pasien mengalami

7

Page 8: Makalah Asma Bronkial Bayu

perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi

gejala harian normal sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan yang sudah

biasa dilakukan. Pasien yang mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala

yang khas seperti sesak napas yang semakin bertambah, wheezing, kadang ada demam,

batuk ptoduktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum dan ada juga gejala

seperti malaise, fatique dan gangguan susah tidur.3

Etiologi dan Klasifikasi

Berdasarkan penyebab timbulnya serangan asma bronchial, yaitu:4

a) Faktor Intrinsik ( asma non imunologi / asma non alergi / Non-Atopic)

Dicetuskan oleh rangsangan non-spesifik obat, infeksi saluran napas, stress, exercise.

Skin test (-) dan kadar IgE normal.4

Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui

bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya

mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat

alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar

dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa

diturunkan.4

Infeksi

Parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal menyebabkan peradangan pada saluran

pernafasan sehingga timbul asma.4

Emosional

Rasa takut, cemas dan tegang. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus

serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.

Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang

mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah

pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa

diobati.4

Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas

jasmani atau ahli raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan

asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas

tersebut.4

8

Page 9: Makalah Asma Bronkial Bayu

b) Faktor Ekstrinsik ( asma imunologik / asma alergi / Atopic)

Alergen ( ada reaksi antigen – antibody)

Paling sering (70%) dimulai pada masa anak-anak. Ada riwayat keluarga

atopic, dan tupe I IgE mediated hypersensitivity reaction, kadar IgE/Reagin tinggi.

Skin test (+) terhadap debu, polen, kutu binantang, makanan.4

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :

1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.

ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi

2) Ingestan, yang masuk melalui mulut.

ex: makanan dan obat-obatan

3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (bahan kimia).

ex: perhiasan, logam dan jam tangan

Perubahan cuaca

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.

Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.

Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim

kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan

debu.4

Lingkungan kerja

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini

berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium

hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu

libur atau cuti.4

c) Asma Campuran

Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk

alergik dan non-alergik.4

Berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:4

a) Asma Intermiten

Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau

hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan

asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced

Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%.4

9

Page 10: Makalah Asma Bronkial Bayu

b) Asma Persisten Ringan

Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi

mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1

bulan, PEF dan PEV1 > 80%.4

c) Asma Persisten Sedang (moderate)

Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma

malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan  inhalasi beta 2 agonis

kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%.4

d) Asma Persisten Berat (severe)

Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering

terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.4

Epidemiologi

Asma bronkial merupakan penyakit respiratorik kronik yang tersering dijumpai pada

anak. Asma dapat muncul pada usia berapa saja, mulai dari balita, prasekolah, sekolah atau

remaja. Prevalensi di dunia berkisar antara 4-30%, sedangkan di Indonesia sekitar 10% pada

anak usia sekolah dasar dan 6,7% pada anak usia sekolah menengah.5

Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita dapat menderita asma pada

suatu saat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar dua kali anak laki-laki yang

lebih banyak terkena daripada anak wanita, setelah itu insiden menurut jenis kelamin sama.5

Patogenesis

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang

menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus

terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi

dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk

membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini

menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.4,5

Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial

paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang

menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan

antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan

berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang

merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari

semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil

10

Page 11: Makalah Asma Bronkial Bayu

maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos

bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.4,5

Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi

karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar

bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah

akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.4,5

Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,

tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu

fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat

kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.4,5

Patofisiologi

Obstruksi saluran nafas pada asthma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,

sumbatan mucus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama

ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit pada fase tersebut. Hal ini

mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak dan tidak bisa di ekspirasi.

Keadaan ini menyebabkan hiperinflasi bertujuan agar saluran nafas lancar untuk

mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu nafas.4,5

Manifestasi Klinik

Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,

tapi pada saat serangan, penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan

menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala

klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian

penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai

bersamaan.4,5

Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara

lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan

cepat dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.4,5

Komplikasi

Cor pulmonale menahun

Terjadi akibat hipertensi portal dimana beratnya jantung untuk memompa darah ke

paru-paru akibat adanya obstruksi atau inflamasi saluran nafas sehingga menyebabkan

payah jantung (jantung melebar), hal ini disebut payah jantung pulmonal.3

11

Page 12: Makalah Asma Bronkial Bayu

Infeksi sekunder

Penyebaran infeksi ke organ-organ lain.3

Bronchiectasis

Dilatasi abnormal dari bronchus dan bronkhiolus, yang didahului oleh infeksi

menahun dan obstruksi (dinding lemah dan melebar) yang menimbulkan nekrosis.3

Emfisema

Pelebaran ruang yang abnormal dan permanen, disertai dengan destruksi dari

dindingnya, distal dari bronkhiolus terminalis yaitu bagian asinus (bronkhiolus

respiratorius, ductus alveolaris, dan sakus alveolaris).3

Penatalaksanaan

Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:5,6

1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.

2) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma

3) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai

Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga

penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau

perawat yang merawatnnya.5,6

Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:5,6

1. Pengobatan Non farmakologik:5,6

Memberikan penyuluhan

Menghindari faktor pencetus

Pemberian cairan

Fisiotherapy

Beri O2 bila perlu

2. Pengobatan farmakologik:5,6

1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:5,6

a) Simpatomimetik / adrenergik (Adrenalin dan efedrin)

Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia dalam   kemasan ampul 2 cc.

Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan. Dosis bayi

12

Page 13: Makalah Asma Bronkial Bayu

dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan,

bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.5,6

Efedrin. Obat ini tersedia berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan

peroral.5,6

Salbutamol. Obat ini tersedia berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg.

Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan

efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB.5,6

b) Golongan Metilxantin

Teofilin. Obat ini tidak tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral

atau IV.5,6

Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi

240 mg/ampul. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat

diulang  6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan. Dosis : 3-4 X 3-5

mg/kgBB.5,6

c) Anti kolinergik

Penggunaan antikolinergik berdasarkan asumsi terdapatnya peningkatan tonus

vagal saluran pernapasan pada pasien asma akut, tetapi efeknya tidak sebaik β2

agonis. Penggunaan ipratropium bromida (IB) secara inhalasi digunakan sebagai

bronkhodilator awal pada pasien asma akut. Kombinasi pemberian IB dan β2-

agonis diindikasikan sebagai terapi pertama pasien dewasa dengan eksaserbasi

asma berat. Dosis 4X semprot (80mg) tiap 10 menit dengan MDI atau 500 mg

setiap 20 menit dengan nebulizer akan lebih efektif.5,6

d) Kortikosteroid

Pemberian kortikosteroid secara sistemik harus diberikan pada penatalaksanaan

kecuali kalau derajat eksaserbasinya ringan. Agen ini tidak bersifat

bronkodilator tetapi secara ekstrem sangat efektif dalam menurun kan inflamasi

pada saluran napas. Pemberian hidrokortison 800 mg atau 160 mg

metilprednisolon dalam 4 dosis terbagi setiap harinya, umumnya sudah

memberikan efek yang adekuat pada kebanyakan pasien.

Inhalasi kortikosteroid adalah agen anti-inflamasi yang paling efektif untuk

digunakan pada terapi asma, dengan mengurangi jumlah sel inflamatorik dan

aktivasinya di saluran pernapasan. Inhalasi kortikosteroid mengurangi eosinofil

disaluran pernapasan dan sputum, dan jumlah limfosit T yang diaktifkan dan

mast sel di mukosa saluran pernapasan.5,6

13

Page 14: Makalah Asma Bronkial Bayu

Data penelitian menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid per inhalasi akan

menurunkan lama perawatan di rumah sakit pada pasien asma akut, bila

dibandingkan dengan placebo. Penelitian lain menemukan bahwa pemberian

kortikosteroid oral yang setara dengan dosis 40-60 mg prednison atau

prednisolon per hari selama 7-14 hari, lebih efektif, murah dan aman.5,6

e) Antibiotik

Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan

infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.5,6

Obat profilaksis (untuk pencegahan)

Kromalin

Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.

Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin

biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat

setelah pemakaian satu bulan.5,6

Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan

dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberika secara

oral.5,6

Pencegahan dan Edukasi

Menjauhi alergen

Menghindari kelelahan

Menghindari stress psikis

Mencegah /mengobati ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) sedini mungkin

Olahraga renang, senam asma

Mengkonsumsi obat profilaksis kromalin

Prognosis

Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat prognosa adalah baik. Asma

karena faktor imunologi (faktor ekstrinsik) yang muncul semasa kecil prognosanya lebih baik

dari pada yang muncul sesudah dewasa. Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas

kesehatan yang memadai.6

Kesimpulan

14

Page 15: Makalah Asma Bronkial Bayu

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan

mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Secara

umum faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma terbagi atas faktor genetik dan

lingkungan (allergen). Tujuan pengobatan asma adalah tercapainya kontrol asma secara klinis

sehingga tidak terjadi berbagai komplikasi. Tatalaksana asma yang efektif merupakan hasil

hubungan yang baik antara dokter dan pasien, dengan tujuan pasien mandiri. Edukasi

merupakan bagian dari interaksi antara dokter dan pasien.

Daftar Pustaka

1. Hidayat AA. Ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan. 2nd ed. Jakarta: Salemba

Medika; 2008; 153-9.

2. Patrick D. At glance medicine. 1st ed. Jakarta: Erlangga; 2005; 20-2.

3. Mitchell, Kumar. Buku saku dasar patologis penyakit. 7 th ed. Jakarta: EGC; 2008;

432-6.

4. Tambayong J. Patofisiologi. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000; 98-101.

5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2007; 69-77.

6. Halim Mubin A. Panduan praktis ilmu penyakit dalam: Diagnosis dan Terapi.

Jakarta: EGC; 2001; 471-4.

15