Makalah Asma Bronkial Bayu
-
Upload
bayu-kkilla -
Category
Documents
-
view
231 -
download
3
description
Transcript of Makalah Asma Bronkial Bayu
Asma Bronkial dan Penatalaksanaannya
Bayu Putra Killa
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi: Jl Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510
e-mail: [email protected]
Pendahuluan
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan
mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Asma
bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana trakeobronkial
berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu dan merupakan penyakit eksaserbasi akut
pada PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) yang harus di atasi dengan segera. Pada
keadaan ini gejala sesak napas menghebat dan dapat di sertai suara mengi (wheezing).
Prevalensi asma dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain jenis kelamin, umur
pasien, status atopi, faktor keturunan serta faktor lingkungan. Pada masa kanak-kanak
ditemukan prevalensi anak laki-laki berbanding anak perempuan 1,5 : 1, tetapi menjelang
dewasa perbendingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa menopause perempuan lebih
banyak dari laki-laki. Umumnya prevalensi asma anak lebih tinggi dari dewasa, tetapi ada
pula yang melaporkan prevalensi dewasa lebih tinggi daripada anak. Angka ini juga berbeda-
beda antara satu kota dengan kota yang lain di negara yang sama. Di Indonesia prevalensi
asma berkisar antara 5 – 7 %.
Dengan adanya penulisan ini, maka diharapkan penulis dan pembaca dapat
mengetahui diagnosis, penatalaksanaan dan pencegahan terhadap penyakit Asthma Bronkhial
agar tidak terjadinya berbagai komplikasi yang lebih serius sehingga menimbulkan kematian.
Pembahasan
Anamnesis Auto-Anamnesis
Anamnesis adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan wawancara yang bertujuan untuk
membantu menegakkan diagnosis. Anamnesis dapat dilakukan langsung kepada pasien, yang
disebut autoanamnesis, atau dilakukan terhadap orang tua, wali, orang yang dekat dengan
pasien atau sumber lain, disebut sebagai alloanamnesis. Termasuk di dalam alloanamnesis
1
adalah semua keterangan dokter yang merujuk, catatan rekam medik, dan semua keterangan
yang diperoleh selain dari pasiennya sendiri.1
Hal – hal yang patut ditanyakan (menurut kasus) dengan diagnosa sementara Asthma
Bronkhial, yaitu:
1. Identitas
Tanyakan Nama, Umur, Alamat (keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan
berbagai jenis penyakit, dalam hal penyakit asthma tidak terlalu spesifik mungkin bisa
terjadi akibat polusi dari lingkungannya) , dan Pekerjaan (pekerjaan seseorang penting
untuk mengetahui aktivitas sehari - harinya untuk dapat terjadinya penyakit asthma,
contoh perokok).
2. Keluhan Utama
Keluhan yang membawa pasien untuk datang berobat. Dalam kasus, pasien datang
dengan keluhan sesak nafas sejak 12 jam sebelum masuk Rumah Sakit.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Merupakan penerusan atau gejala-gejala yang lebih spesifik terhadap perkembangan
dari keluhan utama. Tanyakan lebih dalam mengenai keluhan utama nya seperti,
Sesaknya Sejak kapan? sudah berapa lama?
Adakah faktor pencetus seperti, Pagi atau malam hari? Dingin? Berdebu? Dan faktor
yang memperberat seperti, setelah aktivitas berat (olahraga berat)? Serta adakah keluhan
penyerta seperti, Ada batuk (dahak/kering)? Dahak nya seperti apa? Nyeri dada? Demam?
Pusing, mual, muntah? Diare? Sering berkeringat? dll.
Pada kasus, pasien mengatakan bahwa pasien tidak demam, batuk ada sejak 3 hari
yang lalu dahak sulit keluar, jika keluar kental berwarna putih, tidak terdapat nyeri dada.
Sesaknya memang sering timbul 2 bulanan ini, namun tidak sesesak sekarang, muncul
pada malam hari, dan lebih mudah sesak terutama pada saat suasana dingin dan berdebu.
Pasien dalam 1 bulan terakhir sudah 4x sesak saat dini hari dan berkurang pada saat
beristirahat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah pernah mengalami sakit serupa. Untuk mengetahui apakah terjadi
reinfeksi, akut atau kronik dari penyakit.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
2
Ada tidaknya riwayat penyakit keluarga pada pasien dapat membantu diagnosis.
Riwayat penyakit keluarga meliputi, riwayat penyakit serupa, riwayat penyakit kronis
maupun riwayat rawat inap di rumah sakit karena penyakit berat. Dari data anamnesis
tidak diketahui apakah keluarga pasien memiliki riwayat - riwayat yang telah disebutkan di
atas. Riwayat tersebut penting ditanyakan untuk mengetahui hubungan antara penyakit yang
dialami pasien saat ini dengan riwayat penyakit pada keluarga pasien.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit
asma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
6. Riwayat Pengobatan
Tanyakan apakah pasien sudah pernah berobat sebelumnya dan apakah sudah mengkonsumsi obat.
Bila sudah berobat tanyakan, obat apa yang sudah dikonsumsi. Pada kasus, pasien belum pernah berobat.
7. Riwayat Lingkungan Sosial dan Kebiasaan
Keadaan tempat tinggal juga dapat menjadi patokan berbagai jenis penyakit, dalam
hal penyakit Asthma Bronkhial tidak terlalu spesifik mungkin bisa terjadi akibat
pergaulan yang tidak baik dari lingkungannya, contoh merokok, dll. Pada kasus, terdapat
riwayat merokok sejak usia 17 tahun.
Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum, kondisi pasien ketika datang ke rumah sakit. Dalam kasus, pasien
tampak sakit sedang.
2) Kesadaran, kesadaran pasien ketika datang ke rumah sakit. Dalam kasus Compos
Mentis (CM).
3) Tanda – Tanda Vital, meliputi Pernafasan, Nadi, Tekanan Darah, dan Suhu.
4) Mata, adakah warna kekuningan atau kemerahan pada sklerik mata. Bibir dan kulit
apakah ada sianosis (kebiruan), serta Kelenjar Getah Bening apakah mengalami
pembengkakan (Limfadenopati).
5) Pemeriksaan Fisik Thorak, meliputi:
Periksa dada bagian anterior dan posterior dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi. Bandingkan sisi kiri dan kanan.2
A. Inpeksi
a) bentuk dinding dada dan tulang belakang
3
b) jaringan parut (radioterapi atau pembedahan)
c) vena menonjol (obstruksi SVC)
d) laju dan irama pernafasan
e) pergerakan dinding dada (simetris? Hiperekspansi?)
f) retraksi interkostalis
Pada kasus asma bronchial akan terlihat dinding torak tampak mengembang,
diafragma terdorong ke bawah.
B. Palpasi
Periksa adanya nyeri tekan, posisi denyut apeks, dan ekspansi dinding dada.
C. Perkusi
Periksa adanya bunyi tumpul atau hiper resonansi.
D. Auskultasi
Gunakan bagian diafragma stetoskop. Dengarkan suara nafas, pernafasan
bronkial, dan suara tambahan (ronki, gesekan, mengi). Suara nafas yang menurun
atau tidak terdengar terjadi pada efusi, kolaps, konsodilatasi dengan hambatan
jalan nafas, fibrosis, pneumotoraks, dan naiknya diafragma. Pernafasan bronkial
bisa ditemukan konsolidasi, kolaps, dan fibrosis padat di atas efusi pleura.2
Pada kasus asma bronchial akan terdengar wheezing (mengi), ekspirasi
memanjang.
Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum pada penderita asma akan didapati:2
Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinopil.
Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan
viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug.
b) Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula
4
terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3
dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.
2) Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan
menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan
peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat
komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:2
Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.
Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan
semakin bertambah.
Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka
dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.
3) Pemeriksaan Tes Kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat
menimbulkan reaksi yang positif pada asma. Pemeriksaan menggunakan tes tempel.2
4) Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3
bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu :
Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan
clockwise rotation.
Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right
bundle branch block).
Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau
terjadinya depresi segmen ST negative.
5) Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan napas reversible, cara yang paling cepat
dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator.
5
Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol
(inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator
lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis
tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Banyak penderita
tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.2
Working Diagnosis (WD)
WD// Asthma Bronkial
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu yang dimanifestasikan
dengan penyempitan jalan nafas yang mengakibatkan sesak nafas hebat, dispnea, batuk dan
mengi.3
Differential Diagnosis (DD)
1. Bronkhitis
Bronkitis Akut
Peradangan/inflamasi mukosa bronkus yang disebabkan oleh virus (adenovirus,
rhinovirus) kadang bakteri, iritasi kimiawi, alergi. Gejala klinis yang didapatkan pada
bronchitis akut adalah panas, mialgia, faringitis, rhinitis, batuk dengan sputum sereus.
Namun pada viral bronchitis gejala mirip batuk pilek ( common cold ). Pada
pemeriksaan fisik kadang-kadang ditemukan ronki basah namun biasanya normal,
pada pemeriksaan rontgen toraks biasanya normal. Penyakit ini self limiting sekitar 3-
5 hari.3
Bronkitis Kronis
Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling
sediktit terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada
penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-
lama disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut
ditemukan sianosis dan tanda-tanda kor pumonal.3
2. Bronkiektasis
6
Adalah dilatasi(ektasis) dinding bronkus yang menetap (irreversible). Gejala klinis dari
bronkiektasis adalah batuk kronik, sputum >>, hemoptisis, panas (+/-), sesak napas (+/-).
Pada rontgen thorak terlihat honey comb appearance.3
3. Emfisema Paru
Merupakan pembesaran/pelebaran ruang udara bronchiolus terminalis dari alveolus,
terjadi destruksi dinding alveolus dan dinding kapiler. Gejala klinis dari emfisema adalah
sesak napas, dyspnea effort sepanjang hari. Pada pemeriksaan fisik didapatkan pergerakan
napas menurun, barrel chest, suara napas menurun, hipersonor. Pada rontgen paru
didapatkan paru hiper inflasi. Cukup dikatakan bahwa seluruh bentuk emfisema paru
menunjukkan destruksi parenkim sebelah distal.3
Emfisema sentrilobular
Emfisema sentrilobuler (sentrisianer) mengenai ruang udara di bagian tengah lobulus.
Kelainan ini banyak ditemukan pada pria, yang erat kaitannya dengan merokok, walupun
emfisema sentrilobuler yang ringan dapat ditemukan pada penderita pneumokoniosis
pekerja tambang batubara.Kesi paling sering ditemukan pada lobus atas. Seperti
ditekankan di ats, sering juga ditemukan bronkiolitis respiratorius, bersama dengan
penyakit saluran nafas yang besar seperti yang ditemukan pada bronkitis kronis.
Makrofag mengandung debu dan sel radang kronis sering ditemukan pada dinding saluran
nafas yang melebar pada jenis emfisema ini.3
Emfisema panlobuler
Emfisema panloibuler (panasiner) mengenai seluruh ruang udara sebelah distal dari
bronkiolus terminalis. Biasanya lobus sebelah bawah yang terkena, bagian dasar yang
paling hebat terkena. Nyata sekali terlihat paru dengan desakan berlebihan dan membesar.
Etiologi dan patogenesis penyakit ini belum diketahui.3
Emfisema paraseptal
Emfisema paraseptal (distal asinus) mengetahui ruang udara sebelah tepi lobus, terutama
yang dekat dengan pleura. Sering ditemukan jaringan parut dan fibrosis yang berdekatan.
Ruang udara yang dilatasi dapat menjadi besar dan apabila diameternya lebih dari 10 mm,
disebut sebagai bulosa. Lobus atas lebih sering terkena.3
4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit paru obstruktif kronik (menahun) sering dikaitkan dengan gejala eksaserbasi
akut. PPOK dikatakan mengalami eksaserbasi akut bila kondisi pasien mengalami
7
perburukan yang bersifat akut dari kondisi sebelumnya yang stabil dan dengan variasi
gejala harian normal sehingga pasien memerlukan perubahan pengobatan yang sudah
biasa dilakukan. Pasien yang mengalami eksaserbasi akut dapat ditandai dengan gejala
yang khas seperti sesak napas yang semakin bertambah, wheezing, kadang ada demam,
batuk ptoduktif dengan perubahan volume atau purulensi sputum dan ada juga gejala
seperti malaise, fatique dan gangguan susah tidur.3
Etiologi dan Klasifikasi
Berdasarkan penyebab timbulnya serangan asma bronchial, yaitu:4
a) Faktor Intrinsik ( asma non imunologi / asma non alergi / Non-Atopic)
Dicetuskan oleh rangsangan non-spesifik obat, infeksi saluran napas, stress, exercise.
Skin test (-) dan kadar IgE normal.4
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat
alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar
dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa
diturunkan.4
Infeksi
Parainfluenza virus, pneumonia, mycoplasmal menyebabkan peradangan pada saluran
pernafasan sehingga timbul asma.4
Emosional
Rasa takut, cemas dan tegang. Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.4
Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau ahli raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.4
8
b) Faktor Ekstrinsik ( asma imunologik / asma alergi / Atopic)
Alergen ( ada reaksi antigen – antibody)
Paling sering (70%) dimulai pada masa anak-anak. Ada riwayat keluarga
atopic, dan tupe I IgE mediated hypersensitivity reaction, kadar IgE/Reagin tinggi.
Skin test (+) terhadap debu, polen, kutu binantang, makanan.4
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan.
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2) Ingestan, yang masuk melalui mulut.
ex: makanan dan obat-obatan
3) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (bahan kimia).
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.4
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.4
c) Asma Campuran
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.4
Berdasarkan derajat keparahannya, yaitu:4
a) Asma Intermiten
Gejala muncul < 1 kali dalam 1 minggu, eksaserbasi ringan dalam beberapa jam atau
hari, gejala asma malam hari terjadi < 2 kali dalam 1 bulan, fungsi paru normal dan
asimtomatik di antara waktu serangan, Peak Expiratory Folw (PEF) dan Forced
Expiratory Value in 1 second (PEV1) > 80%.4
9
b) Asma Persisten Ringan
Gejala muncul > 1 kali dalam 1 minggu tetapi < 1 kali dalam 1 hari, eksaserbasi
mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma malam hari terjadi > 2 kali dalam 1
bulan, PEF dan PEV1 > 80%.4
c) Asma Persisten Sedang (moderate)
Gejala muncul tiap hari, eksaserbasi mengganggu aktifitas atau tidur, gejala asma
malam hari terjadi >1 kali dalam 1 minggu, menggunakan inhalasi beta 2 agonis
kerja cepat dalam keseharian, PEF dan PEV1 >60% dan < 80%.4
d) Asma Persisten Berat (severe)
Gejala terus menerus terjadi, eksaserbasi sering terjadi, gejala asma malam hari sering
terjadi, aktifitas fisik terganggu oleh gejala asma, PEF dan PEV1 < 60%.4
Epidemiologi
Asma bronkial merupakan penyakit respiratorik kronik yang tersering dijumpai pada
anak. Asma dapat muncul pada usia berapa saja, mulai dari balita, prasekolah, sekolah atau
remaja. Prevalensi di dunia berkisar antara 4-30%, sedangkan di Indonesia sekitar 10% pada
anak usia sekolah dasar dan 6,7% pada anak usia sekolah menengah.5
Sebanyak 10-15% anak laki-laki dan 7-10% anak wanita dapat menderita asma pada
suatu saat selama masa kanak-kanak. Sebelum pubertas sekitar dua kali anak laki-laki yang
lebih banyak terkena daripada anak wanita, setelah itu insiden menurut jenis kelamin sama.5
Patogenesis
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus
terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi
dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk
membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya.4,5
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial
paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang
menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan
antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari
semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil
10
maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos
bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.4,5
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi
karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi.4,5
Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat,
tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu
fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.4,5
Patofisiologi
Obstruksi saluran nafas pada asthma merupakan kombinasi spasme otot bronkus,
sumbatan mucus, edema, dan inflamasi dinding bronkus. Obstruksi bertambah berat selama
ekspirasi karena secara fisiologis saluran nafas menyempit pada fase tersebut. Hal ini
mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi terjebak dan tidak bisa di ekspirasi.
Keadaan ini menyebabkan hiperinflasi bertujuan agar saluran nafas lancar untuk
mempertahankan hiperinflasi ini diperlukan otot-otot bantu nafas.4,5
Manifestasi Klinik
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala klinis,
tapi pada saat serangan, penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah, duduk dengan
menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Gejala
klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi ( whezing ), batuk, dan pada sebagian
penderita ada yang merasa nyeri di dada. Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai
bersamaan.4,5
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara
lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan
cepat dangkal. Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari.4,5
Komplikasi
Cor pulmonale menahun
Terjadi akibat hipertensi portal dimana beratnya jantung untuk memompa darah ke
paru-paru akibat adanya obstruksi atau inflamasi saluran nafas sehingga menyebabkan
payah jantung (jantung melebar), hal ini disebut payah jantung pulmonal.3
11
Infeksi sekunder
Penyebaran infeksi ke organ-organ lain.3
Bronchiectasis
Dilatasi abnormal dari bronchus dan bronkhiolus, yang didahului oleh infeksi
menahun dan obstruksi (dinding lemah dan melebar) yang menimbulkan nekrosis.3
Emfisema
Pelebaran ruang yang abnormal dan permanen, disertai dengan destruksi dari
dindingnya, distal dari bronkhiolus terminalis yaitu bagian asinus (bronkhiolus
respiratorius, ductus alveolaris, dan sakus alveolaris).3
Penatalaksanaan
Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah:5,6
1) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
2) Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan asma
3) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
Penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya sehingga
penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau
perawat yang merawatnnya.5,6
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:5,6
1. Pengobatan Non farmakologik:5,6
Memberikan penyuluhan
Menghindari faktor pencetus
Pemberian cairan
Fisiotherapy
Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik:5,6
1) Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan:5,6
a) Simpatomimetik / adrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Adrenalin (Epinefrin) injeksi. Obat ini tersedia dalam kemasan ampul 2 cc.
Dosis dewasa : 0,2-0,5 cc dalam larutan 1 : 1.000 injeksi subcutan. Dosis bayi
12
dan anak : 0,01 cc/kg BB, dosis maksimal 0,25 cc. Bila belum ada perbaikan,
bisa diulangi sampai 3 X tiap15-30 menit.5,6
Efedrin. Obat ini tersedia berupa tablet 25 mg. Aktif dan efektif diberikan
peroral.5,6
Salbutamol. Obat ini tersedia berupa tablet kemasan 2 mg dan 4 mg.
Salbutamol merupakan bronkodilator yang sangat poten bekerja cepat dengan
efek samping minimal. Dosis : 3-4 X 0,05-0,1 mg/kg BB.5,6
b) Golongan Metilxantin
Teofilin. Obat ini tidak tersedia di Puskesmas. Dosis : 16-20 mg/kg BB/hari oral
atau IV.5,6
Aminofilin. Obat ini tersedia di Puskesmas berupa tablet 200 mg dan injeksi
240 mg/ampul. Dosis intravena : 5-6 mg/kg BB diberikan pelan-pelan. Dapat
diulang 6-8 jam kemudian , bila tidak ada perbaikan. Dosis : 3-4 X 3-5
mg/kgBB.5,6
c) Anti kolinergik
Penggunaan antikolinergik berdasarkan asumsi terdapatnya peningkatan tonus
vagal saluran pernapasan pada pasien asma akut, tetapi efeknya tidak sebaik β2
agonis. Penggunaan ipratropium bromida (IB) secara inhalasi digunakan sebagai
bronkhodilator awal pada pasien asma akut. Kombinasi pemberian IB dan β2-
agonis diindikasikan sebagai terapi pertama pasien dewasa dengan eksaserbasi
asma berat. Dosis 4X semprot (80mg) tiap 10 menit dengan MDI atau 500 mg
setiap 20 menit dengan nebulizer akan lebih efektif.5,6
d) Kortikosteroid
Pemberian kortikosteroid secara sistemik harus diberikan pada penatalaksanaan
kecuali kalau derajat eksaserbasinya ringan. Agen ini tidak bersifat
bronkodilator tetapi secara ekstrem sangat efektif dalam menurun kan inflamasi
pada saluran napas. Pemberian hidrokortison 800 mg atau 160 mg
metilprednisolon dalam 4 dosis terbagi setiap harinya, umumnya sudah
memberikan efek yang adekuat pada kebanyakan pasien.
Inhalasi kortikosteroid adalah agen anti-inflamasi yang paling efektif untuk
digunakan pada terapi asma, dengan mengurangi jumlah sel inflamatorik dan
aktivasinya di saluran pernapasan. Inhalasi kortikosteroid mengurangi eosinofil
disaluran pernapasan dan sputum, dan jumlah limfosit T yang diaktifkan dan
mast sel di mukosa saluran pernapasan.5,6
13
Data penelitian menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid per inhalasi akan
menurunkan lama perawatan di rumah sakit pada pasien asma akut, bila
dibandingkan dengan placebo. Penelitian lain menemukan bahwa pemberian
kortikosteroid oral yang setara dengan dosis 40-60 mg prednison atau
prednisolon per hari selama 7-14 hari, lebih efektif, murah dan aman.5,6
e) Antibiotik
Hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh rangsangan
infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.5,6
Obat profilaksis (untuk pencegahan)
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat
setelah pemakaian satu bulan.5,6
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberika secara
oral.5,6
Pencegahan dan Edukasi
Menjauhi alergen
Menghindari kelelahan
Menghindari stress psikis
Mencegah /mengobati ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) sedini mungkin
Olahraga renang, senam asma
Mengkonsumsi obat profilaksis kromalin
Prognosis
Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat prognosa adalah baik. Asma
karena faktor imunologi (faktor ekstrinsik) yang muncul semasa kecil prognosanya lebih baik
dari pada yang muncul sesudah dewasa. Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas
kesehatan yang memadai.6
Kesimpulan
14
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang ditandai dengan
mengi episodik, batuk, dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas. Secara
umum faktor risiko yang dapat memicu terjadinya asma terbagi atas faktor genetik dan
lingkungan (allergen). Tujuan pengobatan asma adalah tercapainya kontrol asma secara klinis
sehingga tidak terjadi berbagai komplikasi. Tatalaksana asma yang efektif merupakan hasil
hubungan yang baik antara dokter dan pasien, dengan tujuan pasien mandiri. Edukasi
merupakan bagian dari interaksi antara dokter dan pasien.
Daftar Pustaka
1. Hidayat AA. Ketrampilan dasar praktik klinik kebidanan. 2nd ed. Jakarta: Salemba
Medika; 2008; 153-9.
2. Patrick D. At glance medicine. 1st ed. Jakarta: Erlangga; 2005; 20-2.
3. Mitchell, Kumar. Buku saku dasar patologis penyakit. 7 th ed. Jakarta: EGC; 2008;
432-6.
4. Tambayong J. Patofisiologi. 1st ed. Jakarta: EGC; 2000; 98-101.
5. Brashers VL. Aplikasi klinis patofisiologi. 2nd ed. Jakarta: EGC; 2007; 69-77.
6. Halim Mubin A. Panduan praktis ilmu penyakit dalam: Diagnosis dan Terapi.
Jakarta: EGC; 2001; 471-4.
15