Makalah Analisa Biaya.doc

38
TUGAS EKONOMI KESEHATAN “ANALISA BIAYA PRODUKSI, BEP DAN CRR PELAYANAN RAWAT JALAN POLI GIGI DAN ALAT HAEMATOLOGI LABORATORIUM DI YAYASAN KESEHATAN TELKOM SURABAYA” OLEH : IDA ERNANI,DRA NIM : 101214453034 MIGIT S, DRG NIM : 101214453037 ROCHATI,SKM NIM : 101214453039 DIAN ISLAMI,DR NIM : 101214453046 TRI SUKMA SETIANI,DR NIM : 101214453047 PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA PROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN MINAT STUDI MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

description

tes

Transcript of Makalah Analisa Biaya.doc

Page 1: Makalah Analisa Biaya.doc

TUGAS EKONOMI KESEHATAN

“ANALISA BIAYA PRODUKSI, BEP DAN CRR PELAYANAN RAWAT

JALAN POLI GIGI DAN ALAT HAEMATOLOGI LABORATORIUM

DI YAYASAN KESEHATAN TELKOM SURABAYA”

OLEH :

IDA ERNANI,DRA NIM : 101214453034

MIGIT S, DRG NIM : 101214453037

ROCHATI,SKM NIM : 101214453039

DIAN ISLAMI,DR NIM : 101214453046

TRI SUKMA SETIANI,DR NIM : 101214453047

PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGAPROGRAM STUDI ADMINISTRASI DAN KEBIJAKAN KESEHATAN

MINAT STUDI MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATANSURABAYA

2013

BAB I

Page 2: Makalah Analisa Biaya.doc

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan kata ekonomi.

Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua kata iaitu

oikos, yang berarti rumah tangga,dan nomos yang berarti peraturan,jadi

definisi Ekonomi adalah suatu kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi

kebutuhan manusia yang tidak terbatas sementara jumlah sumber daya

yang ada sangat terbatas.

Dari pengertian itu maka sudah selayaknya kita mempu

menerapkan prinsip ekonomi dalam segala tindakan ekonomi yang akan

kita lakukan.Dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai analisis

biaya dalam proses produksi yang merupakan bagian dari istilah ekonomi

yang sudah dijelaskan diatas,dan mengulas pentingnya analisis biaya

produksi pada proses produksi yang hendak dilakukan oleh produsen.

Setiap proses produksi akan melibatkan sumber daya dalam suatu proses

produksi seperti manusia, mesin, dan uang yang akan menghasilkan hasil

atau output yang menjadi hasil akhir dari proses produksi itu.

Untuk mendapatkan hasil yang maksimal haruslah dihitung dan di

analais biaya yang di keluarkan dalam melakukan proses produksi

tersebut,sehingga produsen dapat mengetahui dan memperkirakan

keuntungan yang akan ia dapatkan dari produk yang akan dijual dan untuk

membantu apakah produsen sudah melakukan proses produksi yang

memperhitungkan segala aspek biaya yang terkait dalam tindakan

ekonomi,dan apakah produsen sudah mengerti biaya yang akan atau telah

dikeluarkan sebanding dengan hasil yang akan kita dapat dari hasil

penjualan atau tidak, oleh karena itu haruslah kiranya dihitung dan di

pertimbangkan secara cermat dan sangat rinci, itulah yang manjadi alasan

dilakukannya kegiatan analisis terhadap pelayanan kesehatan Poli Gigi dan

Laboratorium Haematologi di Yayasan Telkom Surabaya. Diharapkan

dengan makalah ini dapat bermanfaat khususnya dalam perencanaan dan

evaluasi pembiayaan pelayanan kesehatan tersebut.

Page 3: Makalah Analisa Biaya.doc

I.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep biaya produksi?

2. Bagaiaman bentuk klasifikasi biaya produksi?

3. Bagaimana cara penghitungan biaya produksi total?

4. Bagaiaman penghitungan biaya produksi rata-rata?

5. Bagaimana penghitungn BEP (Break Even Point) ?

6. Bagaimana penghitungan CRR (Cost Recovery Rate) ?

I.3 Tujuan

I.3.1 Tujuan Umum

Mempelajari aplikasi biaya produksi dalam jasa pelayanan kesehatan

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mempelajari konsep biaya produksi

2. Mempelajari bentuk klasifikasi biaya produksi

3. Mempelajari cara penghitungan biaya produksi total

4. Mempelajari penghitungan biaya produksi rata-rata

5. Mempelajari penghitungan BEP (Break Even Point)

6. Mempelajari penghitungan CRR (Cost Recovery Rate)

Page 4: Makalah Analisa Biaya.doc

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Biaya Produksi

2.1.1 Pengertian Biaya

Untuk menghasilkan suatu produk (output) tertentu diperlukan

sejumlah input. Dari sudut pandang produsen, biaya adalah nilai dari

sejumlah input (faktor produksi) yang digunakan untuk menghasilkan

suatu produk (output).

Output atau produk bisa berupa jasa pelayanan atau bisa juga

berupa barang. Di sektor kesehatan misalnya Rumah Sakit dan Puskesmas,

produk yang dihasilkan berupa jasa pelayanan kesehatan. Untuk

menghasilkan pelayanan pengobatan di Rumah Sakit, diperlukan sejumlah

input (faktor produksi) yang antara lain berupa obat, alat kedokteran,

tenaga dokter, perawat, gedung dan sebagainya. Dengan demikian biaya

pelayanan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit dapat dihitung dari nilai

(jumlah unit X harga) obat, alat kedokteran, tenaga dokter, perawat, listrik,

gedung dan sebagainya yang digunakan untuk menghasilkan pelayanan

kesehatan.

Biaya juga sering diartikan sebagai nilai dari suatu pengorbanan

untuk memperoleh suatu output tertentu jika dianalisis dari sudut pandang

konsumen. Pengorbanan itu bisa berupa uang, barang, tenaga, waktu

maupun kesempatan. Dalam analisis ekonomi nilai kesempatan untuk

memperoleh sesuatu yang hilang karena melakukan suatu kegiatan juga

dihitung sebagai biaya yang disebut dengan biaya kesempatan

(opportunity cost). Apapun wujud pengorbanan tersebut, dalam

penghitungan biaya semuanya harus ditransformasikan ke dalam nilai

uang.

2.1.2 Pengertian Produksi

Menurut Ahyari (2002) produksi adalah suatu cara, metode

ataupun teknik menambah keguanaan suatu barang dan jasa dengan

Page 5: Makalah Analisa Biaya.doc

menggunakan faktor produksi yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan

baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Menurut

Setiaji (2008), produksi adalah penciptaan atau penambahan faedah,

bentuk, waktu dan tempat atas faktor-faktor produksi sehingga lebih

bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa produksi

adalah kegiatan untuk menciptakan dan menambah kegunaan (Utility)

suatu barang dan jasa.

2.1.3 Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan sebagian keseluruhan faktor yang

dikorbankan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk hingga

produk tersebut sampai di tangan konsumen (Widjajanta, Widyaningsih,

2007). Jadi biaya produksi merupakan pengertian biaya yang dilihat dari

sudut pandang produsen, sehingga biaya produksi dapat diartikan sebagai

besarnya biaya atau pengorbanan yang harus dikeluarkan oleh produsen

untuk mendapatkan faktor produksi yang nantinya bisa digunakan untuk

menghasilkan output yang berupa jasa pelayanan ataupun berupa barang.

2.2 Klasifikasi Biaya

Klasifikasi biaya adalah penggolongan atau proses

mengelompokkan secara sistematis atas keseluruhan elemen yang ada ke

dalam golongan-golongan tertentu yang lebih ringkas untuk dapat

memberikan informasi yang lebih punya arti atau lebih penting.

2.2.1 Klasifikasi Biaya Menurut Hubungannya dengan Skala Produksi

1. Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang dalam periode waktu tertentu

jumlahnya tetap, tidak bergantung pada jumlah pelayanan yang

dihasilkan. Contohnya : nilai dari gedung rumah sakit yang digunakan

(biaya gedung yang digunakan tidak berubah baik ketika pelayanannya

meningkat maupun menurun), nilai dari peralatan kedokteran, nilai

tanah tempat berdirinya rumah sakit.

Page 6: Makalah Analisa Biaya.doc

2. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output

yang dihasilkan. Misalnya biaya bahan untuk menghasilkan suatu

produk. Semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin banyak

bahan yang digunakan. Tak heran jika biaya semakin besar.

3. Biaya semitetap (semifixed cost)

Biaya semitetap adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume

kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang kostan pada volume

produksi tertentu.

4. Biaya semi variabel (semivariable cost)

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding

dengan perubahan volume kegiatan. Biaya ini mengandung unsur biaya

tetap dan unsur biaya variabel. Misalnya Biaya Tagihan Telepon, Biaya

Tagihan PLN (Listrik).

2.2.2 Jenis biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas sumber daya

a. Biaya langsung (direct cost)

Biaya langsung adalah biaya yang dapat dihitung untuk tiap unit output

yang dihasilkan. Termasuk biaya langsung misalnya adalah biaya

tenaga kesehatan di Rumah Sakit.

b. Biaya tidak langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang dikeluarkan, tetapi tidak bisa

dihitung untuk tiap unit produk yang dihasilkan karena adanya unsur-

unsur biaya penggunaan fasilitas bersama. Biaya tidak langsung ini

disebut pula overhead cost. Contohnya biaya peralatan kantor

manajemen Rumah Sakit.

2.2.3 Jenis biaya berdasarkan pertanggungjawaban

a. Biaya Terkendali (controllable cost)

Adalah biaya yang secara langsung dapat dipengaruhi oleh seorang

pimpinan tertentu dalam jangka waktu tertentu.

Contoh : Biaya pemasangan iklan merupakan biaya terkendali bagi

manager Pemasaran.

b. Biaya Tak Terkendali (noncontrollable cost)

Page 7: Makalah Analisa Biaya.doc

Adalah biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang pimpinan

tertentu berdasarkan wewenang yang dimiliki atau tidak dapat

dipengaruhi oleh seorang pimpinan dalam jangka waktu tertentu.

Contoh : Biaya penggunaan bahan merupakan biaya tidak terkendali

bagi Manager Pembelian

2.2.4 Jenis biaya yang digunakan dalam pengambilan keputusan

a. Avoidable cost

Biaya-biaya yang dapat dihindari sebelum terjadinya suatu keputusan.

b. Sunk cost

Biaya-biaya yang telah dikeluarkan/ diterima sebelum terjadinya suatu

keputusan.

c. Incremental cost

Biaya yang timbul akibat adanya pertambahan/pengurangan output.

d. Opportunity cost

Biaya alternatif yang ditimbulkan akibat dipilihnya suatu keputusan.

2.3 Penghitungan Total Cost / Biaya Total

Dalam menjalankan suatu proses produksi tentu dihasilkan produk

baik berupa barang atau pun jasa. Sesuai dengan rumus produksi yaitu

adanya input, proses, dan output. Barang atau jasa yang dihasilkan

merupakan hasil dari penggunaan input modal, tenaga kerja, dan bahan

yang selanjutnya diproses menjadi barang dan jasa. Perusahaan

mendapatkan input tersebut dari pasar – pasar faktor produksi. Selanjutnya

tentu sebuah perusahaan akan menghitung berapa jumlah biaya total yang

timbul untuk memproduksi sejumlah barang.

2.3.1 Rumus Dalam Penghitungan Biaya Total

Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan

oleh suatu perusahaan. Biaya total berarti pula total pengeluaran terendah

yang diperlukan untuk memproduksi setiap tingkat output. Biaya total

akan meningkat ketika kuantitas dari barang yang diproduksi juga

meningkat. Dalam makalah ini dicontohkan tiga jenis penghitungan biaya

Page 8: Makalah Analisa Biaya.doc

produksi yang berbeda klasifikasi namun hasil penghitungan

akhirnya tetap sama, adapun penghitungannya sebagai berikut :

1. Berdasarkan Skala Produksi.

TC = FC + VC

Keterangan : TC = Total cost

FC = Fixed cost

2. Berdasarkan Lama penggunaannya

TC = IC + OC + MC

Keterangan : TC = Total cost

IC = Investment cost

OC = Operasional cost

MC = Maintanance cost

3. Berdasarkan Fungsi Produksi

TC = IDC + DC

Keterangan : TC = Total cost

IDC = Indirect cost

DC = Direct cost

2.3.2 Penghitungan Satuan Biaya Rata-Rata

Biaya satuan adalah biaya yang dihitung untuk satu satuan produk

(pelayanan). Biaya satuan diperoleh dari biaya total (TC) dibagi jumlah

produk (Q) atau TC/Q. Dengan demikian dalam menghitung biaya satuan

harus ditetapkan terlebih dahulu besaran produk. Biaya satuan seringkali

disamakan dengan biaya rata-rata (average cost). Penetapan besaran

satuan produk itu dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Makin kecil satuan

produk/pelayanan akan makin rumit dalam menghitung biaya satuan.

Rumus biaya satuan :

Unit cost/Average cost AC = AFC + AVC

Keterangan :

TC = Total Cost VC = variable Cost

FC = Fixed Cost Q = Quantity of Output

AC = Average cost AFC = Average fixed cost

Page 9: Makalah Analisa Biaya.doc

AVC = Average variable cost

Dengan melihat rumus biaya satuan (TC/Q) tersebut, maka jelas

tinggi rendahnya biaya satuan suatu produk tidak saja dipengaruhi oleh

besarnya biaya total tetapi juga dipengaruhi oleh besarnya produk atau

pelayanan.

Biaya satuan ada 2 macam, yaitu:

a. Biaya satuan actual/biaya tetap rata-rata/average fixed cost = AFC

Yaitu biaya tetap yang dikeluarkan unit produksi perusahaan untuk

menghasilkan satu output berdasarkan besaran produk perusahaan.

Nilai AFC hanya dipengaruhi oleh perubahan output karena jumlah

TFC sifatnya konstan.

AFC = TFC

Q

Kurva AFC merupakan sebuah garis lengkung yang mengarah ke

kanan bawah. Hal ini memang seharusnya demikian sebab kedua ujung

kurva AFC semakin lama semakin mendekati garis sumbu grafik tetapi

tidak pernah menyinggung apalagi memotong sumbu-sumbunya. Hal

ini karena di ujung kiri, pada tingkat output nol, nilai AF adalah tak

hingga (~). Sedangkan di ujung kanan, nilai AFC tidak mungkin sama

dengan nol, berapapun jumlah output yang dihasilkan.

Grafik Kurva biaya tetap rata-rata

b. Biaya satuan normative/biaya variabel rata-rata/Average variable cost

= AVC

Biaya Rerata

AFC

Page 10: Makalah Analisa Biaya.doc

Yaitu biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu jenis produk

perusahaan menurut standar baku dengan melihat kapasitas dan

utilitasnya.

AVC = TVC

Q

Penetapan harga yang rasional mutlak memerlukan informasi tentang

biaya satuan. Dalam kenyataan tidak mudah menghitung biaya satuan,

antara lain karena produk perusahaan cenderung sangat banyak. Kurva

TC memiliki memiliki bentuk persis dengan kurva VC (hanya letaknya

saja yang berbeda), bentuk kurva biaya rata-rata (AC) itu pun juga

menyerupai bentuk kurva biaya variabel rata-rata (AVC). Kalau

bentuk kurva biaya variabel rata-rata menyerupai huruf U, bentuk

kurva biaya rata-rata itu pun juga menyerupai huruf U. Biaya rata-rata

mula-mula sekali turun dan sesudah dicapai suatu titik tertentu, lalu

mulai naik.

Grafik Kurva Biaya Variabel Rata-rata

Namun demikian, meskipun bentuk kurva biaya rata-rata (AC) ini

juga menyerupai huruf U tetapi ada perbedaan dengan kurva biaya

varibel rata-rata (AVC). Bedanya adalah bahwa kurva biaya rata-rata

(AC) itu turun dengan cepat, tetapi naik dengan perlahan-lahan.

Dengan kata lain, bagian kiri kurva itu lebih curam dibandingkan

bagian kanannya. Hal ini dapat terjadi karena adanya pengaruh dari

kurva biaya tetap rata-rata (AFC). Kita ketahui bahwa kurva biaya

tetap rata-rata mula-mulai turun dengan tajam, untuk kemudan makin

lama makin melandai. Bagian pertama kurva AFC yang curam itu

Biaya Rerata

AFC0

K

Q

L

AVC

Page 11: Makalah Analisa Biaya.doc

ketika bergabung dengan bagian kurva AVC yang juga turun

menghasilkan kurva biaya rata-rata yang curam.

Selanjutnya bagian kanan kurva biaya variabel rata-rata yang naik

ketika bergabung dengan bagian kanan kurva biaya tetap rata-rata yang

landai, lalu menghasilkan kurva biaya rata-rata yang sekalipun naik-

landai. Itu sebabnya mengapa kurva biaya rata-rata mempunyai bentuk

yang sebelah kiri turun dengan cepat dan bagian kananya naik dengan

lebih lambat, dan itu pula sebabnya mengapa kurva biaya rata-rata

tidak terletak tepat di atas kurva biaya variabel rata-rata sebagaimana

kurva TC terletak tepat di atas kurva VC, melainkan antara keduanya

terpisahkan oleh jarak vertikal yang makin ke kanan makin

menyempit. Berkaitan dengan hal ini, setiap titik di sepanjang kurva

biaya rata-rata menyatakan besarnya biaya total yang harus dipikul

oleh setiap satuan output.

Biaya rata-rata ini paling rendah ketika kurva biaya rata-rata

mencapai titiknya yang terendah. Hal ini menerangkan bahwa pada

saat biaya rata-rata terendah itu output telah dihasilkan dengan cara

yang paling efisien, artinya setiap satuan output telah dihasilkan

dengan biaya yang serendah-rendahnya. Itulah sebabnya tingkat output

yang dihasilkan ketika biaya rata-rata adalah terendah atau minimum

seperti itu disebut sebagai tingkat output yang optimal.

Biaya satuan pada pelayanan kesehatan memiliki karakteristik,

antara lain sebagai berikut:

a Biaya yang dihitung tersebar di unit Biaya produksi dan unit

penunjang. Sehingga perlu metode distribusi biaya untuk

mengalokasikan biaya yg ada di unit penunjang ke unit

produksi

b Output pelayanan kesehatan sangat beragam, baik unit

pelayanan maupun tindakannya.

c Ada yg sifatnya ideal (kapasitas) dan aktual (apa adanya),

yang disebut unit cost normatif dan unit cost actual

Page 12: Makalah Analisa Biaya.doc

2.4 Break Even Point (Titik Impas)

2.4.1 Pengertian Break Even Point (Titik Impas) menurut para ahli

a. Syarifuddin Alwi (1990)

Suatu keadaan perusahaan dimana dengan keadaan tersebut perusahaan

tidak mengalami kerugian juga perusahaan tidak mendapatkan laba

sehingga terjadi keseimbangan atau impas. hal ini bisa terjadi bila

perusahaan dalam pengoperasiannya menggunakan biaya tetap dan

volume penjualannya hanya cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya

variable.

b. Bambang Riyanto (1995)

Volume penjualan di mana penghasilannya (revenue) tepat sama

besarnya dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan

keuntungan atau menderita kerugian.

c. Mulyadi (2001)

Keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita

rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah

pendapatan atau revenue (penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau

apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya

tetap saja.

d. Menurut Dwi Prastowo Darminto dan Rifka Julianty (2002) dalam

bukunya Analisa Laporan Keuangan :

Konsep dan Manfaat Titik impas adalah titik dimana total biaya sama

dengan total penghasilan.

e. Menurut Henry Simamora (2002) dalam bukunya Akuntansi

Manajemen,

Volume penjualan dimana jumlah pendapatan dan jumlah bebannya

sama, tidak terdapat laba maupun rugi.

Page 13: Makalah Analisa Biaya.doc

f. Armila Krisna Warindrani, (2006) Break Even Point kondisi perusahaan

yang tidak memperoleh laba dan tidak mengalami kerugian, dengan

mengetahui Break Even Point dimana perusahaan akan meningkatkan

penjualan diatas break even point untuk mendapatkan laba dan

menghindarkan penjualan dibawah Break Even Point karena akan

menderita kerugian.adalah

g. Darsono Prawironegoro dan Ari Purwanti (2008)

Posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita

kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk

mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan

produk.

h. Menurut Bastian Bustami dan Nurlela (2009) dalam bukunya Akuntansi

Biaya Melalui Pendekatan Manajerial Titik impas

Suatu keadaan dimana perusahaan yang pendapatan dan penjualannya

sama dengan jumlah total biayanya atau besarnya kontribusi marjin sama

dengan total biaya tetap.

2.4.2 Manfaat Break Even Point

Menurut Soehardi Sigit, (2002), Analisis Break Even Point dapat

digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan.

Analisis Break even secara umum dapat memberikan informasi kepada

pimpinan, bagaimana pola hubungan antara volume penjualan, cost/biaya,

dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada level penjualan tertentu.

Dalam analisis BEP terdapat manfaat bagi manajemen antara lain:

1) Membantu pengendalian melalui anggaran (budgetery control).

Membantu menunjukkan perubahan apabila ada yang diperlukan

untuk menjadikan biaya selaras dengan pendapatan.

2) Meningkatkan dan menyeimbangkan penjualan. Berlaku sebagai

sinyal peringatan untuk menggugah manajemen terhadap

kemungkinan kesulitan dalam program penjualan. Jika penjualan

secara relatif tidak cukup tinggi dibandingkan dengan biasanya

seperti semestinya, kenyataan ini akan diperhatikan. Dengan

Page 14: Makalah Analisa Biaya.doc

demikian akan tersedia cukup waktu guna mengevaluasi kembali

teknik penjualan.

3) Menganalisa dampak volume penjualan. Memberi jawaban atas

pertanyaan seperti:

a. Berapa banyak volume penjualan saat ini bisa berkurang

sebelum industri menderita rugi?

b. Berapa kenaikan laba bila ada kenaikan volume penjualan?

4) Menganalisis harga jual dan dampak perubahan biaya. Menunjukkan

pengaruh yang mungkin terjadi atas laba akibat perubahan harga jual

yang disertai oleh perubahan lain, sebagai contoh:

a. Perubahan apa yang dapat diharapkan dalam laba jika terjadi

perubahan harga dengan asumsi semua faktor lainnya

tetap/konstan?

b. Jika harga barang dikurangi apa kombinasi perubahan volume

dan biaya yang paling praktis untuk diberikan dan apa pengaruh

bersih kombinasi industri tersebut terhadap laba?

c. Demikian pula jika harga naik apa kombinasi perubahan dan

pengaruhnya terhadap laba yang layak untuk diharapkan?

5) Merundingkan upah. Membantu manajemen karena:

a. Menunjukkan dengan cepat kemungkinan pengaruh perubahan

usulan gaji terhadap laba (dianggap tidak ada perubahan

efisiensi karyawan).

b. Memberikan bantuan dalam menentukan kemungkinan

penghematan efisiensi yang dapat melindungi posisi laba

industri.

6) Menganalisa bauran produk. Memungkinkan dilakukan pengujian

krisis atas bauran produk. Analisa impas untuk tiap jalur produk

merupakan bantuan yang berharga dalam menentukan produk mana

yang mungkin harus dihapuskan.

7) Menilai keputusan-keputusan kapitulasi dan ekspansi lanjutan

memberi sarana guna menilai terlebih dahulu usulan belanja barang

modal yang dapat mengubah struktur biaya industri

Page 15: Makalah Analisa Biaya.doc

8) Menganalisa margin pengamanan sebagai cadangan margin

pengaman dan cara untuk mempengaruhi melalui pengamanan.

Analisis break even dapat membantu pimpinan dalam mengambil

keputusan mengenai hal-hal sebagai berikut:

a. Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar

perusahaan tidak mengalami kerugian.

b. Jumlah penjualan yang harus dicapai untuk memperoleh keuntungan

tertentu.

c. Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak

menderita rugi.

d. Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan

volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.

2.4.3 Tujuan Break Even Point

a. Mencari tingkat aktivitas dimana pendapatan sama dengan biaya.

b. Menunjukan suatu sasaran volume penjualan minimal yang harus

diraih.

c. Memungkinkan perusahaan mengetahui apakah mereka beroperasi

dekat atau jauh dari titik impas.

2.4.4 Asumsi Dasar BEP

Dalam penggunaan teknik analisis titik impas digunakan beberapa asumsi

dasar sebagai berikut :

1. Tarif setiap jenis pelayanan diasumsikan konstan pada berbagai

tingkatan volume pemakaian. Asumsi ini diperlukan untuk

menggambarkan penerimaan dalam bentuk garis lurus.

2. Semua elemen biaya produksi dapat dikelompokkan kedalam

kelompok biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel mempunyai

variabilitas terhadap output yang diproduksi bukan terhadap kegiatan

lain di luar produksi.

3. Harga faktor produksi (seperti upah pegawai, harga kapital, dll)

diasumsikan konstan pada berbagai tingkatan kegiatan produksi.

Asumsi ini diperlukan untuk menggambarkan biaya dalam bentuk

garis lurus.

Page 16: Makalah Analisa Biaya.doc

4. Kapasitas yang dimiliki firma adalah tidak berubah, karena perubahan

kapasitas yang dimiliki rumah sakit dapat merubah pola hubungan

antara biaya penerimaan dan laba. Asumsi ini menunjukkan bahwa

analisis titik impas hanya kita gunakan dalam periode jangka pendek.

5. Tingkat efisiensi dari rumah sakit tidak berubah, karena program

efisiensi yang sangat berhasil ataupun sebaliknya tingkat pemborosan

yang luar biasa akann berpengaruh terhadap pola hubungan biaya

penerimaan dan laba.

6. Tingkat dan metode teknologi yang digunakan oleh rumah sakit tidak

berubah. Perubahan tingkat dan metode teknologi yang digunakan

rumah sakit dapat mempengaruhi pola hubungan antara biaya

penerimaan dan laba.

7. Apabila rumah sakit menyediakan bermacam-macam jenis pelayanan

(diversifikasi) maka komposisi jasa yang ditawarkan diasumsikan

tidak berubah. Perubahan komposisi ini akan berakibat berubahnya

persentase laba kontribusi.

2.4.5 Menentukan Break Even Point (BEP) / Titik Impas

1) Rumusan untuk menghitung BEP = titik impas dengan rumus

matematika

a) Atas dasar rupiah

b) Atas dasar unit

Keterangan:

FC : Biaya tetap

VC : Biaya variabel per unit

P : Harga jual per unit

S : Penjualan

Page 17: Makalah Analisa Biaya.doc

BEP(Rp) : Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam

rupiah

BEP (Q) : Jumlah untuk produk yang dihasilkan impas dalam

unit

2) Analisis BEP dengan grafik

Grafik 1.2.Grafik BEP

3) Metode “Trial and Error”

Penghitungan Break Even Point dapat dilakukan dengan cara “Trial

and Error” atau cara coba-coba, yaitu dengan menghitung

keuntungan netto dari suatu volume produksi atau penjualan tertentu.

Apabila penghitungan tersebut menghasilkan keuntungan, maka

diambil volume penjualan yang lebih rendah. Apabila dengan

mengambil suatu volume penjualan tertentu perusahaan menderita

kerugian, maka kita akan mengambil volume penjualan yang lebih

besar. Demikian seterusnya sehingga dicapai volume penjualan

dimana penghasilan penjualan tepat sama dengan biaya total.

Q

TC

P

P

(000)

BEP300

150

60 Q (000)

FC

VC

Page 18: Makalah Analisa Biaya.doc

2.4.6 CRR (Cost Recovery Rate)

Cost Recovery Rate adalah nilai dalam persen yang menunjukkan

seberapa besar kemampuan rumah sakit menutup biayanya (Cost)

denganpenghasilan yang didapatkan retribusi pasien (revenue). Rumus

perhitungannya adalah :

Tujuan dari perhitungan CCR dapat digunakan sebagai indikator

kinerja keuangan rumah sakit serta mengidentifikasi keadaan untung atau

ruginya rumah sakit. Idealnya CRR di suatu organisasi adalah >1 atau >

100%, Jika CRR =1 atau 100% berarti organisasi tersebut belum

memperoleh keuntungan secara finansial, tidak ada selisih antara

pendapatan dengan pengeluaran (wulandari, 2003). Dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 tahun 2005 tentang pengelolaan

keuangan badan layanan umum “Pasal 1, yang disebut BLU (Badan

Layanan Umum) adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas”. Persyaratan rumah sakit yang ingin menjadi BLU, antara

lain harus memiliki cost recovery rate atau anggaran yang bias diperoleh

dari pelayanan sebesar 60 % , rumah sakit harus memiliki rencana bisnis

dan neraca yang siap di audit serta memiliki peraturan atau hospital by

law.

Page 19: Makalah Analisa Biaya.doc

BAB III

APLIKASI PENGHITUNGAN BIAYA PRODUKSI, BEP DAN CRR PADA

PELAYANAN HAEMATOLOGI LABORATORIUM DI YAYASAN

KESEHATAN TELKOM SURABAYA

3.1 Analisa Biaya Produksi, BEP dan CRR pada Poli Gigi Yayasan

Kesehatan Telkom Surabaya

1. Identifikasi biaya per bulan di poli gigi Yayasan Kesehatan Telkom

Surabaya adalah sebagai berikut :

No. Unsur Biaya Biaya (Rp) FC/VC DC/IDC IC/OC

1. Nilai Investasi Tanah 19.666.667 FC IDC IC

2. Depresiasi Nilai Gedung 20.000.000 FC DC IC

3. Depresiasi Alat Medis 15.000.000 FC DC IC

4. Depresiasi Alat Non Medis 5.500.000 FC DC IC

5. Biaya Pemeliharaan Gedung 250.000 VC DC OC

6. Biaya Pemeliharaan Alat Medis 500.000 VC DC OC

7. Gaji Dokter Gigi (1 orang) 4.500.000 FC DC OC

8. Gaji Perawat Gigi (1 orang) 2.500.000 FC DC OC

9.Gaji Tenaga Kebersihan (1 orang)

900.000 FC IDC OC

10. Biaya Listrik 500.000 VC DC OC

11. Biaya Air 250.000 VC IDC OC

12. Biaya Telepon 200.000 VC IDC OC

13. Biaya Bahan Habis Pakai 1.000.000 VC IDC OC

14. Biaya Pencetakan Kartu Pasien 150.000 VC DC OC

Total Cost (Biaya Produksi Total) 70.916.667

2. Penghitungan Unit Cost

Page 20: Makalah Analisa Biaya.doc

UCn = TFC/Qcap + TVC/Qac

= Rp 68.816.667,00 / 900+ Rp 2.100.000,00 / 630

= Rp 76.463,00 + Rp 3.334,00

= Rp 79.797,00

Keterangan :

UCn = Unit Cost Normatif

TFC = Total Fixed Cost

Qcap = Jumlah target pasien per bulan, diperoleh dari pasien supply

maksimal

TVC = Total Varible Cost

Qac = Jumlah pasien actual, diperoleh dari data rata-rata pasien per

bulan

Jadi unit cost normatif Poli Gigi Yayasan Telkom Surabaya adalah Rp.

79.797,00

Penghitungan Unit Cost Aktual:

UCac = TC/Qac

= Rp 70.916.667,00/630

= Rp 112.566,00

Keterangan :

UCac = Unit Cost Aktual

TC = Total Cost

Page 21: Makalah Analisa Biaya.doc

Qac = Jumlah pasien aktual per bulan, diperoleh dari jumlah rata-

rata pasien per bulan

3. Penghitungan BEP

QBEP(u) = TFC / (P-AVC)

= Rp. 68.816.667,00 / (Rp 100.000,00 - Rp. 3.334,00)

= Rp. 68.816.667,00/ Rp 96.666,00

= 711 pasien

Keterangan :

QBEP(u) : Tingkat output dimana keadaan titik impas terjadi

TFC : Biaya tetap total

P : Tarif per unit, diasumsikan rata-rata Rp 100.000,00

AVC : Biaya variabel per unit

QBEP(sales) = TFC / [1-(AVC/P)]

= Rp. 68.816.667,00 / [1 - (Rp. 3.334,00 / Rp 100.000,00)]

= Rp. 68.816.667,00 / 0,96666

= = Rp 71.190.147,00

Keterangan :

QBEP(sales) : Tingkat penjualan dimana keadaan titik impas terjadi

TFC : Biaya tetap total

P : Tarif per unit

AVC : Biaya variabel per unit

Jadi, poli gigi mengalami keadaan titik impas pada pasien ke 711 atau

tingkat penjualan sebesar Rp. 71.190.147,00.

Page 22: Makalah Analisa Biaya.doc

4. Penghitungan CRR

CRR pada poli gigi Yayasan Telkom dapat dihitung dengan cara:

CRR Total = TR / TC x 100%

= 630 x Rp. 100.000,00 / Rp 70.916.667,00 x 100%

= Rp 63.000.000,00 / Rp 70.916.667,00 x 100%

= 88,9 %

Keterangan :

CRR Total : Cost Recovery Rate

TR : Total Revenue = Qac x P

TC : Total Cost

Jadi tingkat kemampuan pengembalian biaya poli gigi adalah sebesar 88,9%

3.2 Analisa Biaya Produksi, BEP dan CRR pada Pelayanan Haematologi

Laboratorium di Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya

1. Identifikasi biaya per tahun di Pelayanan Haematologi Laboratorium di

Yayasan Kesehatan Telkom Surabaya adalah sebagai berikut :

No. Unsur Biaya Biaya (Rp) FC/VC DC/IDC IC/OC

1. Nilai Investasi Tanah 236.000.000 FC IDC IC

2. Depresiasi Nilai Gedung 200.000.000 FC DC IC

3. Depresiasi Alat Medis 150.000.000 FC DC IC

4. Depresiasi Alat Non Medis 180.000.000 FC DC IC

5. Biaya Pemeliharaan Gedung 9.000.000 FC DC OC

6. Biaya Pemeliharaan Alat Medis 12.000.000 FC DC OC

7. Gaji analis medis (2 orang) 66.000.000 FC DC OC

8. Gaji administrator (1 orang) 21.600.000 FC DC OC

9.Gaji Tenaga Kebersihan (1 orang)

10.800.000 FC IDC OC

Page 23: Makalah Analisa Biaya.doc

10. Biaya Listrik 9.000.000 VC DC OC

11. Biaya Air 4.200.000 VC IDC OC

12. Biaya Telepon 2.400.000 VC IDC OC

13. Biaya Bahan Habis Pakai 12.000.000 VC DC OC

14. Biaya Pencetakan Kartu Pasien 1.800.000 VC DC OC

Total Cost (Biaya Produksi Total) 914.800.000

2. Penghitungan Unit Cost

UCn = TFC/Qcap + TVC/Qac

= Rp 885.400.000,00 / 3600 + Rp 29.400.000,00 / 3240

= Rp 245.945,00 + Rp 9.075,00

= Rp 255.020,00

Keterangan :

UCn = Unit Cost Normatif

TFC = Total Fixed Cost

Qcap = Jumlah target pasien per tahun, misal target yayasan adalah 3600

pasien setahun

TVC = Total Varible Cost

Qac = Jumlah pasien actual, diasumsikan 90% dari target = 3240 pasien

Penghitungan Unit Cost Aktual:

UCac = TC/Qac

= Rp 914.800.000,00 /3240

= Rp 282.345,00

Keterangan :

Page 24: Makalah Analisa Biaya.doc

UCac = Unit Cost Aktual

TC = Total Cost

Qac = Asumsi jumlah pasien aktual dalam setahun (90% dari target)

Jadi, di Pelayanan Haematologi Laboratorium di Yayasan Kesehatan

Telkom Surabaya memiliki unit cost normatif = Rp. 255.020,00 dan unit

cost actual = Rp 282.345,00

3. Penghitungan BEP

QBEP(u) = TFC / (P-AVC)

= Rp. 885.400.000,00 / (Rp 250.000,00 - Rp. 9.075,00)

= Rp. 885.400.000,00 / Rp 240.925,00

= 3676 pasien

Keterangan :

QBEP(u) : Tingkat output dimana keadaan titik impas terjadi

TFC : Biaya tetap total

P : Tarif per unit, diasumsikan Rp 250.000,00

AVC : Biaya variabel per unit

QBEP(sales) = TFC / [1-(AVC/P)]

= Rp. 885.400.000,00 / [1 - (Rp 9.075,00 / Rp 250.000,00)]

= Rp. 885.400.000,00 / 0,96364

= Rp 918.807.854,00

Keterangan :

Page 25: Makalah Analisa Biaya.doc

QBEP(sales) : Tingkat penjualan dimana keadaan titik impas terjadi

TFC : Biaya tetap total

P : Tarif per unit

AVC : Biaya variabel per unit

Jadi, Pelayanan Haematologi Laboratorium di Yayasan Kesehatan Telkom

Surabaya mengalami keadaan titik impas pada pelayanan pasien ke 3676

atau tingkat penjualan sebesar Rp 918.807.854,00.

4. Penghitungan CRR

CRR pada poli gigi Yayasan Telkom dapat dihitung dengan cara:

CRR Total = TR / TC x 100%

= 3240 x Rp. 250.000,00 / Rp 914.800.000,00 x 100%

= Rp 810.000.000,00 / Rp 914.800.000,00 x 100%

= 88,54 %

Keterangan :

CRR Total : Cost Recovery Rate

TR : Total Revenue = Qac x P

TC : Total Cost

Jadi tingkat kemampuan pengembalian biaya poli gigi adalah sebesar

88,54%

Page 26: Makalah Analisa Biaya.doc