Makalah Amputasi

20
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN AMPUTASI Oleh : SGD 7 Ni Putu Maitra Pratiwi (1002105004) Ni Putu Marlina (1002105047) I Gusti Bagus Jelantik Darma Putra (1002105050) Putu Youdandari Sujata (1002105052) I Ketut Eri Darmawan (1002105066) Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070) Ni Made Candra Yundarini (1002105074) Putu Pamela Kenwa (1002105081) Ni Luh Putu Dian Yunita Sari (1002105083) Ni Wayan Lisnayanti (1002105084) Ni Putu Ayu Jayanti (1002105089)

Transcript of Makalah Amputasi

Page 1: Makalah Amputasi

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

AMPUTASI

Oleh :

SGD 7

Ni Putu Maitra Pratiwi (1002105004)

Ni Putu Marlina (1002105047)

I Gusti Bagus Jelantik Darma Putra (1002105050)

Putu Youdandari Sujata (1002105052)

I Ketut Eri Darmawan (1002105066)

Ni Nyoman Rita Lestari (1002105070)

Ni Made Candra Yundarini (1002105074)

Putu Pamela Kenwa (1002105081)

Ni Luh Putu Dian Yunita Sari (1002105083)

Ni Wayan Lisnayanti (1002105084)

Ni Putu Ayu Jayanti (1002105089)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS UDAYANA

2012

Page 2: Makalah Amputasi

Learning Task

Tn. D 27 th, dibawa ke UGD RS A karena mengalami kecelakaan lalu lintas. Beberapa bagian

tubuh Tn. D mengalami luka-luka yang tidak serius, sementara kaki kiri Tn. D mengalami cedera

remuk sehingga harus diamputasi di bawah lutut. Sebelum dilakukan amputasi Tn. D mengeluh

takut, khawatir, bingung dengan tindakan amputasi yang akan dijalaninya. Saat ini Tn. D sudah

selesai menjalani tindakan operasi amputasi. Tn. D tampak menangis dan menarik diri.

Pertanyaan

1. Apa yang dimaksud dengan amputasi?

2. Apa Indikasi dan kontraindikasi amputasi?

3. Apa tujuan dilakukan tindakan amputasi?

4. Uraikan jenis-jenis amputasi?

5. Mengapa kaki kiri Tn. D perlu dilakukan tindakan amputasi?

6. Bagaimana prinsip tempat/bagian tubuh yang dilakukan amputasi?

7. Jelaskan penatalaksanaan sisa tungkai pada amputasi!

8. Apa komplikasi dari amputasi?

9. Uraikan tentang phantom limb pain!

10. Health Education apa yang perlu diberikan untuk klien post amputasi?

11. Jelaskan latihan pasca operasi yang perlu dilakukan Tn. D?

12. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien yang mengalami amputasi (pre dan post

amputasi, lengkapi dengan pohon masalah)?

Page 3: Makalah Amputasi

Pembahasan

1. Pengertian amputasi yaitu :

Amputasi berasal dari kata : amputare (latin) atau apocope (yunani), yang berarti :

"pancung " (to cut away,.,to cut off). Pemancungan dalam arti “tindakan bedah"

membuang anggota gerak (extrernitas) seluruh / bagian dalam saja, sesuatu yang

menonjol/tonjolan, atau alat (organ) tubuh.

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian

atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam

kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah

tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi

organ dapat membahayakan keselamatan tubuh pasien secara utuh atau merusak organ

tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi.

2. Indikasi dan kotraindikasi amputasi meliputi :

a. Indikasi amputasi

Adapun indikasi amputasi yaitu penyakit vascular perifer yang tidak dapat

direkonstruksi dengan nyeri iskemik atau infeksi yang tidak dapat ditoleransi lagi,

nyeri atau infeksi yang tidak dapat di toleransi lagi dalam pasien yang tidak dapat

bergerak dengan penyakit vaskuler perifer, infeksi yang menyebar secara luas dan

tidak responsive terdapat terapi konservatif, tumor yang responsnya buruk terhadap

terapi nonoperatif, trauma yang cukup luas sehingga tidak memungkinkan untuk

direparasi.

b. Kontraindikasi amputasi

Keadaan umum klien yang buruk yang memiliki risiko meninggal lebih besar.

Sarkoma dengan metastasis (relatif)

3. Tujuan dilakukan tindakan amputasi adalah :

a. Mempertahankan sebanyak mungkin panjang ekstremitas konsisten dengan

pembasmian proses penyakit. Mempertahankan lutut dan siku adalah pilihan yang

diinginkan.

b. Menghilangkan gejala

Page 4: Makalah Amputasi

c. Memperbaiki kualitas hidup

d. Menghentikan penyakit

e. Mencegah infeksi menyebar

f. Memanfaatkan kembali fungsi ekstremitas

4. Jenis - jenis amputasi meliputi :

a. Amputasi Terbuka

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi yang berat dimana pemotongan pada tulang

dan otot pada tingkat yang sama. Yang memerlukan tekhnik aseptik ketat dan revisi

lanjut.

b. Amputasi Tertutup

Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan dimana dibuat

skait kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan memotong kurang lebih 5 m di

bawah potongan otot dan tulang.

Berdasarkan pelaksanaannya, amputasi dibedakan menjadi:

a. Amputasi Selektif/ Terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat

penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan

sebagai salah satu tindakan alternative terakhir.

b. Amputasi Akibat Trauma

Amputasi akibat trauma merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan

tidak direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi

amputasi serta memperbaiki kondisi umum pasien.

c. Amputasi Darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya merupakan

tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma dengan patah tulang

multipel dan kerusakan/ kehilangan kulit yang luas ( Harnawatiaj, 2008).

5. Kaki Tuan D harus diamputasi karena keadaan kakinya yang sudah remuk sehingga

jaringan – jaringan yang ada di sekitarnya telah rusak. Hal tersebut tentunya

Page 5: Makalah Amputasi

menimbulkan perdarahan dan beresiko terjadinya kontaminasi oleh bakteri yang dapat

menyebabkan infeksi. Maka dari itu untuk menghindari komplikasi yang lebih parah dan

untuk menyelamatkan jiwa Tuan D maka perlu dilakukan tindakan amputasi.

6. Prinsip tempat/bagian tubuh yang dilakukan amputasi yaitu ditentukan oleh luas dan jenis

penyakit. Batas amputasi pada cedera ditentukan oleh peredaran darah yang adekuat

karena hal ini akan mempercepat penyembuhan luka amputasi. Pada ekstremitas atas

tidak dipakai batas amputasi tertentu, dianjurkan batas sedistal mungkin. Batas amputasi

ekstremitas bawah yang sering dipakai adalah batas amputasi klasik, yaitu :

a. Amputasi jari kaki

Tingkat transfalangeal dapat digunakan jika nekrosis terletak dari distal ke

proksimal sendi interfalangeal. Jika ibu jari kaki harus dikorbankan proksimal

dari kaput metatarsal, pasien harus dengan cepat direhabilitasi jika amputasi

transmentatarsal standar lima jari telah selesai.

b. Amputasi bagian depan kaki (transmetatarsal)

Prosedur ini digunakan jika nekrosis memanjang dari proksimal ke proksimal

sendi interfalangeal, tetapi distal dari kaput metatarsal pada permukaan plantar.

Flap plantar panjang sering digunakan, memotong tulang metatarsal pada posisi

tengah. Amputasi transmetatarsal biasanya tidak berhasil bila denyut nadi kaki

tidak teraba.

c. Disartikulasi pergelangan kaki (amputasi syme)

Prosedur ini biasanya digunakan jika kaki telah hancur oleh trauma. Amputasi ini

menyelamatkan panjang ekstremitas, mengangkat kaki antara talus dan kalkaneus.

d. Amputasi bawah lutut

Prosedur ini umumnya dilakukan pada penyakit vascular perifer stadium akhir.

Prosedur ini memberikan rehabilitas yang sangat baik karena dapat

menyelamatkan sendi lutut. Kontraktur lutut atau panggul merupakan

kontraindikasi dari prosedur ini. teknik flap posterior panjang umunya digunakan,

dan suatu prostesis kadang-kadang digunakan segera setelah operasi. Amputasi

BL paling baik dilakukan pada sambungngan dari betis atas dan sepertiga tengah.

Amputasi pada tingkat ini paling mudah dicocokan dengan prosthesis dan pasien

Page 6: Makalah Amputasi

dapat berjalan lebih baik daripada dengan amputasi tungkai distal. Titik optimum

untuk amputasi adalah 14 cm dari tibial plateau, fibula dipotong 2 cm proksimal

dari ini. Beri tanda insisi, dengan flap anterior berakhir tepat distal dari garis

pemotongan tulang pada tibia dan flap posterior meluas ke bawah sampai tendon

Achilles.

e. Amputasi atas lutut

amputasi ini memegang angka penyembuhan tertinggi pada pasien dengan

penyakit vaskuler perifer. Pasien yang tak dapat berjalan paling baik ditangani

dengan amputasi AL daripada BL. Tempat terbaik untuk membagi femur adalah

8-10 cm ( selebar satu tangan). Gunakan spidol kulit untuk merencanakan insisi,

yang harus membuat flap anterior maupun flap posterior memiliki panjang sama

atau yang anterior sedikit lebih panjang. Bagi kulit dan jaringan subkutan

sepanjang garis yang direncanakan.

f. Amputasi ekstremitas atas

Kebanyakan amputasi ini dilakukan dalam kasus-kasus trauma. Penyakit

keganasan merupakan indikasi berikutnya yang paling umum. Penyakit

penyumbatan arteri jarang yang membutuhkan amputasi ekstremitas atas; tetapi

amputasi jari-jari sering dilakukan pada pasien dengan penyakit vascular kolagen

dan penyakit Buerger.

7. Penatalaksanaan sisa tungkai pada amputasi yaitu :

a. Balutan rigid tertutup

Balutan rigid tertutup sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang

merata, menyangga jaringan lunak, mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.

b. Balutan lunak

Balutan lunak dengan atau tanpa kompresi dapat digunakan bila diperlukan

inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan. Bidai imobilisasi dapat dibalutkan

dengan balutan. Hematoma (luka) puntung dikontrol dengan alat drainase luka

untuk meminimalkan infeksi.

c. Amputasi bertahap

Page 7: Makalah Amputasi

Dilakukan apabila ada ganggren atau infeksi. Pertama-tama dilakukan amputasi

guillotine untuk mengangkat semua jaringan nekrosis dan sepsis. Sepsis ditangani

dengan antibiotic. Dalam beberapa hari bila infeksi telah terkontrol dan klien telah

stabil,dilakukan amputasi definitive dengan penutupan kulit.

8. Komplikasi amputasi meliputi perdarahan, infeksi, dan kerusakan kulit. Karena ada

pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan masif. Infeksi merupakan

infeksi pada semua pembedahan; dengan peredaran darah buruk atau kontaminasi luka

setelah amputasi traumatika, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka yang buruk dan

iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.

a. Perdarahan Pasca Operasi

Hemoragi masif terjadi akibat lepasnya jahitan merupakan masalah yang paling

membahayakan. Pasien harus dipantau secara cermat mengenai setiap tanda dan

gejala perdarahan. Tanda visual pasien harus dipantau dan drainase berpengisap

harus diobservasi sesering mungkin. Perdarahan segera setelah pascaoperasi dapat

terjadi perlahan atau dalam bentuk hemoragi masif akibat lepasnya jahitan.

Torniket besar harus tersedia dengan udah di sisi pasien sehingga bila sewaktu-

waktu terjadi perdarahan hebat, dapat segera dipasang pada sisa tungkai utuk

mengontrol perdarahan.

b. Infeksi

Infeksi merupakan komplikasi yang sering terjadi pada amputasi. Pasien yang

telah menjalani amputasi sering memiliki peredaran darah yang buruk, lukanya

terkontaminasi atau menderita masalah kesehatan lain yang dapat mempengaruhi

terjadinya infeksi. Insisi, balutan dan drainase harus dipantau adanya petunjuk

yang mengarah pada infeksi (misalnya perubahan warna, bau, konsistensi

drainase, bertabahnya rasa tida nyaman) dengan indicator sistemik (misalnya

peningkatan suhu) juga harus dipantau. Bila ada petunjuk adanya infeksi, segera

dilaporkan pada ahli bedah.

c. Kerusakan Kulit

Kerusakan kulit terjadi akibat imobilisasi dan tekanan dari berbagai sumber.

Prosesis dapat menimbulkan daerah tekanan. Perawat dan pasien dapat mengkaji

Page 8: Makalah Amputasi

kulit yang mengalami kerusakan. Hygiene klit angat penting dilakukan untuk

mencagah terjadina iriasi, infaksi dan kerusakan kulit. Sisa anggota tubuh dicuci

dan dikeringkan dengan lembut paling tidak dua kali sehari. Kulit diinspeksi

adanya tanda-tanda daerah tekanan, dermatitis dan lepuh. Bila ada harus segera

ditangani untuk menanggulangi kerusakan lebih lanjut.

d. Masalah Psikologis

Masalah psiologis sering muncul pada pasien pasca amputasi akibat dari

hilangnya salah satu bagia tubuh pada pasien. Seperti misalnya penolakan atau

menarik diri. Untuk it, rehabilitasi sangatah penting diberikan, bagaimana cara

menumbuhkan rasa percaya diri pasien nantinya. Masalah psikologis dapat

dipengaruhi oleh jenis dukungan yang diterima oleh pasien dari tim rehabilitasi.

Dan dari seberapa cepat aktifitas bagian tubuh yang mengalami amputasi serta

penggunaan prostesis dipelajari.

9. Phantom limb pain

Sensasi fantom (phantom limb sensation) merupakan istilah untuk sensasi pada

anggota badan sesudah amputasi, sering juga disebut “nyeri deaferensiasi”. Pasien

dengan nyeri fantom merasakan nyeri dan disestesia. Lebih dari empat abad ang lalu,

seorang ahli bedah Perancis Ambroise Pare sudah melaporkan adanya nyeri fantom yang

ditulis pada tahun 1851 dimana“pasien setelah beberapa bulan amputasi tungkai,

mengeluh nyeri hebat pada daerah kaki yang telah diamputasi, pasien seolah – olah masih

mempunyai kaki” (Keynes 1952).

Rasa nyeri ini dapat berhubungan dengan posisi atau gerak tertentu, dapat

disebabkan oleh faktor fisik seperti perubahan tekanan atau suhu pada anggota gerak

yang telah diamputasi dan faktor psikologi seperti stress emosional. Phantom limb pain

termasuk dalam Nyeri neuropatik. Nyeri neuropatik disebabkan oleh suatu kelainan di

sepanjang suatu jalur saraf. Suatu kelainan akan mengganggu sinyal saraf, yang

kemudian akan diartikan secara salah oleh otak. Nyeri neuropatik bisa menyebabkan

suatu sakit dalam atau rasa terbakar dan rasa lainnya (misalnya hipersensitivitas terhadap

sentuhan). Seseorang yang lengan atau tungkainya telah diamputasi merasakan nyeri

pada lengan atau tungkai yang sudah tidak ada.

Page 9: Makalah Amputasi

Nyeri bukan berasal dari sesuatu di dalam anggota gerak, tetapi berasal dari saraf

diatas anggota gerak yang telah diamputasi. Otak salah mengartikan sinyal saraf ini, yaitu

berasal dari anggota gerak yang sudah tidak ada. Phantom limb pain juga bisa terjadi

pada orang yang lahir tanpa anggota badan dan orang-orang yang lumpuh.

10. Health Education yang perlu diberikan untuk klien post amputasi yaitu :

a. Memberikan dorongan kepada klien untuk melihat, merasakan, dan kemudian

melakukan perawatan pada sisa tungkai

b. Menjelaskan mengenai phantom limb pain dan membantu pasien menyesuaikan

persepsi mereka sendiri. Pasien biasanya mengalami nyeri tungkai fantom segera

setelah pembedahan atau 2 sampai 3 bulan setelah amputasi dan lama kelamaan akan

menghilang.

c. Menganjurkan untuk tetap aktif dan mendemonstrasikan teknik distraksi untuk

mengurangi phantom limb pain.

d. Menjelaskan pentingnya latihan sisa tungkai dan menganjurkan untuk tidak duduk

dalam waktu yang lama. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegera

mungkin karena deformitas kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputi

latihan pinggul dan lutut untuk amputasi bawah lutut dan latihan pinggul untuk

amputasi atas lutut. Penting bahwa pasien harus memahami pentingnya latihan sisa

tungkai. Duduk dalam waktu yang lama jangan dianjurkan.

e. Menjelaskan kepada keluarga mengenai pentingnya dukungan dari keluarga dan

sahabat klien untuk meningkatkan penerimaan klien terhadap kehilangan.

f. Mengajarkan cara berjalan yang normal. Sisa tungkai harus digerakkan ke depan dan

ke belakang saat pasien berjalan dengan tongkat. Untuk mencegah deformitas fleksi

permanen, sisa tungkai tidak boleh dibiarkan dalam posisi fleksi.

11. Latihan pasca operasi yang perlu dilakukan Tn. D yaitu :

a. Pasca operasi, latihan rentang gerak dimulai sesegera mungkin karena deformitas

kontraktur terjadi cepat. Latihan rentang gerak meliputi latihan pinggul dan lutut

untuk amputasi bawah lutut dan latuhan pinggul untuk amputasi atas lutut. Pasien

harus memahami pentingnya latihan sisa tungkai.

Page 10: Makalah Amputasi

b. Positioning

Kontraktur mudah untuk dicegah tetapi sulit untuk koreksi. Pasien amputasi tidak

boleh tidur pada kasur yang terlalu lembut, menggunakan bantal di bawah bagian

belakang atau paha, atau kepala tempat tidur ditinggikan. Berdiri dengan sisa

ekstremitas transfemoral beristirahat pada tongkat penopang harus dihindari. Semua

posisi ini dapat menyebabkan kontraktur fleksi hip. Pasien amputasi tidak boleh

meletakkan bantal di antara kedua kaki, karena ini menyebabkan kontraktur hip

abduction. Pasien amputasi below knee tidak boleh meletakkan ekstremitas yang

tersisa menggantung di tepi ranjang, bantal ditempatkan di bawah lutut, atau dengan

lutut tertekuk, dan tidak boleh duduk di kursi roda dengan lutut tertekuk, karena

posisi ini menyebabkan kontraktur fleksi genu. Pada pasien dengan amputasi di

bawah lutut yang mempergunakan kursi roda maka puntung harus disandarkan pada

sebuah stump board saat pasien duduk.

c. Berjalan dengan kruk dengan atau tanpa prostetik berbagai gerak yang baik dan, jika

memungkinkan, lebih dipilih dibandingkan dengan mobilitas menggunakan kursi

roda. Pasien amputasi harus berbaring telungkup selama 15 menit tiga kali sehari

untuk membantu mencegah kontraktur fleksi hip.

d. Latihan luas gerak sendi dilakukan sedini mungkin pada sendi di bagian proksimal

alat gerak yang diamputasi. Latihan isometrik pada bagian otot quadriceps dapat

dilakukan untuk mencegah deformitas pada amputasi di bawah lutut. Latihan ini

dimulai saat drain telah dilepas dalam 2-3 hari paska operasi. Tingkatkan latihan

mejadi aktif secara bertahap, dari latihan tanpa tekanan kemudian menjadi latihan

dengan tahanan pada puntung. Pada awalnya puntung sangat sensitif dan pasien

didorong untuk berusaha mengurangi sensitifitasnya. Hal ini juga akan membantu

pasien untuk mulai mengatasi keterkejutan menghadapi kenyataan bahwa alat

geraknya sudah tidak ada.

e. Pegangan di atas tempat tidur dapat digunakan pasien untuk mengubah posisi dan

menguatkan bisep. Trisep yang sangat diperlukan untuk berjalan dengan tongkat,

dapat diperkuat dengan cara menekan telapak tangan pada tempat tidur sementara

mendorong tubuh ke atas (latihan push-up).

Page 11: Makalah Amputasi

f. Latihan seperti hiperekstensi sisa tungkai, yang dijalankan di bawah pengawasan

fisioterapis, juga membantu memperkuat otot selain meningkatkan peredaran darah,

mengurangi edema, dan mencegah atrofi.

g. Kekuatan dan ketahanan dikaji dan aktifitas ditingkatkan secara bertahap untuk

mencegah keletihan. Ketika pasien mengalami kemajuan sehingga ia mampu mandiri

menggunakan kursi roda, ambulasi dengan bantuan, atau ambulasi dengan prosthesis,

harus ditekankan pada anjuran keamanan. Rintangan lingkungan (misal. Tangga,

lantai tak rata, pintu, lantai basah) harus diidentifikasi, dan diusahakan metode untuk

menanganinya. Masalah yang berhubungan dengan penggunaan alat bantu mobilisasi

(misal. Tekanan pada aksila akibat pemakaian tongkat, iritasi kulit tangan akibat

pemakaian kursi roda, iritasi sisa anggota tubuh akibat penggunaan prosthesis) di

identifikasi dan ditangani.

12. Asuhan keperawatan untuk pasien yang mengalami amputasi yaitu :

Pre operasi

Pengkajian

a. Pengumpulan biodata klien

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pekerjaan dan lain – lain.

b. Riwayat penyakit saat ini

Klien mengalami kecelakaan lalu lintas sehingga beberapa bagian tubuhnya

mengalami luka-luka yang tidak serius, sementara kaki kiri klien mengalami

cedera remuk sehingga harus diamputasi di bawah lutut. Sebelum dilakukan

amputasi klien mengeluh takut, khawatir, bingung dengan tindakan amputasi yang

akan dijalaninya.

c. Riwayat penyakit terdahulu

Mengkaji apakah klien pernah mengalami hal serupa sebelumnya.

d. Riwayat penyakit keluarga

Mengkaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan

seperti yang dialami klien.

e. Pengkajian pola fungsi kesehatan

Pemeliharaan dan persepsi terhadap kesehatan

Page 12: Makalah Amputasi

Nutrisi/ metabolic

Pola eliminasi

Pola aktivitas dan latihan

Pola tidur dan istirahat

Pola kognitif-perseptual

Pola persepsi diri/konsep diri

Pola seksual dan reproduksi

Pola peran-hubungan

Pola manajemen koping stress

Pola keyakinan-nilai

f. Pemeriksaan fisik

Kulit, Rambut dan Kuku

Kepala dan Leher

Mata dan Telinga

Sistem Pernafasan

Sistem Kardiovaskular

Sistem Gastrointestinal

Sistem Saraf

Sistem Muskuloskeletal

g. Pemeriksaan penunjang

Radiologi

CT – Scan

Laboratorium

Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai dengan klien mengeluh

nyeri, klien tampak meringis.

b. Ansietas berhubungan dengan tindakan pembedahan : amputasi ditandai dengan

pasien mengeluh takut, khawatir dan bingung dengan tindakan amputasi, kontak

mata pasien buruk, pasien terlihat gelisah.

Page 13: Makalah Amputasi

Post operasi

Pengkajian

a. Kaji nyeri (sensai phantom limb).

b. Kaji vital sign (tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan).

c. Kaji tipe balutan dan plester penekan.

d. Kaji jumlah perdarahan, warna pada drainage, ada atau tidaknya drainage.

e. Kaji posisi stump.

f. Kaji infeksi jaringan, kontraktur dan deformitas abduksi.

Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi ditandai dengan klien tampak

meringis, klien mengeluh nyeri.

b. Resiko Infeksi berhubungan dengan luka/trauma, kerusakan pada jaringan.

c. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan (amputasi) ditandai

dengan perasaan negatif mengenai bagian tubuh, secara verbal menyatakan

perubahan gaya hidup, perubahan struktur dan fungsi aktual tubuh, kehilangan

bagian tubuh.