skep Amputasi

34
Askep Amputasi (Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi) A. Pengertian Amputasi Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”. Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi infeksi. Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi

Transcript of skep Amputasi

Page 1: skep Amputasi

Askep Amputasi

(Asuhan Keperawatan pada Klien Amputasi)

A. Pengertian Amputasi

Amputasi berasal dari kata “amputare” yang kurang lebih diartikan “pancung”.

Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh

sebagian atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang

dilakukan dalam kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada

ekstremitas sudah tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain,

atau manakala kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien secara

utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti dapat menimbulkan komplikasi

infeksi.

Kegiatan amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem

tubuh seperti sistem integumen, sistem persyarafan, sistem muskuloskeletal dan

sisten cardiovaskuler. Labih lanjut ia dapat menimbulkan masalah psikologis bagi klien

atau keluarga berupa penurunan citra diri dan penurunan produktifitas.

B. Etiologi

Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :

1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti

klien dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.

2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury

seperti terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan

kelainan kongenital.

PATOFISIOLOGI

Page 2: skep Amputasi

Amputasi merupakan hasil dari atau di akibatkan oleh gangguan aliran darah baik akut ataupun kronik. Pada keadaan akut organ sebagian atau keseluruhan di potong dan jaringan yang mati di angkat. Terjadat anjuran baru pada penyambungan kembali dari jari atau bagian tubuh yang kecil, tetapi tidak bagian otot. Tubuh mungkin merasa sebuah amputasi parsial sebagai ancaman dan sepsis mungkin berkembang pada beberapa kasus bagian tubuh yang dipindahkan digunakan untuk meencegah kemadtian klien . klien yanmg menghadapi situasi ini memerlukan konseling, m,ereka mungkin tidak akan mau mengobankan sebuah anggota tubuhnya, meskipun tidak berfungsi untuk lebih memastikan hidupnya. Pada proses penyakit yang kronik sirkulasi terputus, aliran vena sedikit , protein bocor ke dalam ruang interstisium dan edema berkembang, edema meningkatkan resiko injuri dan lebih jauh menurunkan sirkulasi, berkembangnya ulkus yang statis dan menjadi tempat infeksi karena sirkulasi terputus dan penurunan proses imun sehingga bakteri mudah berpoliperasi, adanya proses infeksi yang progesif lebih jauh akan mengakibatkan sirkulasi terhambat dan kemungkinan besar menjadi gangren yang mana merupakan hal yang mengharuskan amputasi.

Tingkatan Amputasi

Amputasi dilakukan pada titik paling distal yang masih dapat mencapai

penyembuhan dengan baik. Tempat amputasi ditentukan berdasarkan dua

factor :peredaran darah pada bagian itu dan kegunaan fungsional (mis. sesuai kebutuhan

prosthesis)

Status peredaran darah eskremitas di evaluasi melalui pemeriksaan fisik dan uji

tertentu.perfusi otot dan kulit sangat penting untuk penyembuhan.floemetri Doppler,

penentuan tekanan darah segmental, dan tekanan parsial oksigen perkutan (PaO2)

merupakan uji yang sangat berguna. angiografi dilakukan bila revaskularisasi

kemungkinan dapat dilakukan.

Dengan dilakukan amputasi, kebutuhan energy dan kebutuhan kardiovaskuler

akan menggalami peningkatan dari menggunakan kursi roda ke prostesi ke tongkat tanpa

prostesi. Maka pemantauan kardiovaskuler dan nutrisi yang ketat sangat penting sehingga

batas fisiologis dan kebutuhan seimbang.

1. Amputasi jari kaki dan sebagian kaki hanya menimbulkan perubahan minor dalam

gaya jalan dan keseimbangan. Amputasi syme (modifikasi amputasi disartikulasi di

pergelangan kaki) dlakukan paling sering pada trauma kaki ekstensif dan

menghasilkan ekstremitas yang bebas nyeri dan kuat.

2. Amputasi syma (modifikasi amputasi disartikulasi pergelangan kaki) dilakukan

paling sering pada trauma kaki ekstensif dan menghasilkan yang bebas nyeri dan

kuat dan yang dapat menahan beban berat badan penuh.

Page 3: skep Amputasi

3. Amputasi bawah lutut lebih disukai dibandingkan amputasi atas lutut karena

pentingnya sendi lutut dan kebutuhan energy untuk berjalan.dengan

mempertahankan lutut sangat berarti bagi seseorang lansia antara ia bisa berjalan

dengan alat bantu dan hanya bisa bisa duduk di kursi roda.disartikulasi sendi lutut

paling berhasil pada pasien muda, aktif yang masih mampu mengembangkan

kontrol yang tepat terhadap protesis.

4. Amputasi ekstremitas atas dilakukan dengan mempertahankan panjang fungsional

maksimal, prosthesis segera diukur agar fungsinya bisa maksimal.

Jenis Amputasi

Berdasarkan pelaksanaan amputasi, dibedakan menjadi :

1. Amputasi selektif/terencana

Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan mendapat

penanganan yang baik serta terpantau secara terus-menerus. Amputasi dilakukan

sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir

2. Amputasi akibat trauma

Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak direncanakan.

Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi lokasi amputasi serta

memperbaiki kondisi umum klien.

3. Amputasi darurat

Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan. Biasanya

merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat seperti pada trauma

dengan patah tulang multiple dan kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

Tipe amputasi :

Amputasi terbuka

Amputasi terbuka dilakukan pada kondisi infeksi yang berat dimana

pemotongan pada tulang dan otot pada tingkat yang sama.

Amputasi tertutup.

Amputasi tertutup dilakukan dalam kondisi yang lebih memungkinkan

dimana dibuat skaif kulit untuk menutup luka yang dibuat dengan

memotong kurang lebih 5 sentimeter dibawah potongan otot dan tulang.

Page 4: skep Amputasi

Setelah dilakukan tindakan pemotongan, maka kegiatan selanjutnya meliputi perawatan

luka operasi/mencegah terjadinya infeksi, menjaga kekuatan otot/mencegah kontraktur,

mempertahankan intaks jaringan, dan persiapan untuk penggunaan protese.

Berdasarkan pada gambaran prosedur tindakan pada klien yang mengalami amputasi

maka perawat memberikan asuhan keperawatan pada klien sesuai dengan

kompetensinya.

Komplikasi

meliputi:

1. perdarahan

2. infeksi dan

3. kerusakan kulit.

Karena ada pembuluh darah besar yang dipotong, dapat terjadi perdarahan massif infeksi

merupakan infeksi pada semua pembedahan dengan peredaran darah buruk atau

kontaminasi luka setelah amputasi traumatic, risiko infeksi meningkat. Penyembuhan luka

yang buruk dan iritasi akibat protesis dapat menyebabkan kerusakan kulit.

Pemeriksaan diagnostic :

Pre operasi :

a. CBC dilakukan untuk mengukur WBC, hemoglobin dan hematokrit.b. Kadar asam serum ditunjukkan untuk mengkaji pasien yang mengalami

gannguan kseseimbangan cairanc. Waktu pembekuan di order untuk mengetahui penggumpalan darahd. Analisa urin digunakan untuk mendeteksi adanya sel darah merah, darah

putih atau protein yang mungkin mengindikasikan proteine. Elektrokardiogram untuk mengkaji jantung terhadap tanda- tanda luka atau

iskemikf. X-rays dada membantu mengidentifikasi adanya ineksi di paru seperti

pneumoniaPost operasi :

a. CBC penurunan darah yang tiba-tiba menandakan hemoragi dan peningkatan sel darah puih yang tiba- tiba mengidentifikasikan adanya infeksi

b. Kimia darah: ukuran elektrolit dan pengisian cairan seimbang , selama operasi klien sering menerima cairan iv

c. doppler

Penatalaksanaan sisa tungkai

Page 5: skep Amputasi

Tujuan bedah utama adalah mencapai penyembuhan luka amputasi, menghasilkan sisa

tungkai (puntung) yang tidak nyeri tekan dengan kulit yang sehat untuk penggunaan

prostesis.lansia mungkin menggalmi kelambatan dalam penyembuhan luka, k arena nutrisi

yang buruk dan masalah kesehatan yang lainnya. Penyembuhan dipercepat dengan

penanganan lembut terhadap sisa tungkai, pengontrolan edema sisa tungkai dengan

balutan kompres lunak atau rigid dan menggunakan teknik aseptic dalam perawatan luka

untuk menghindari infeksi.

1. Balutan rigid tertutup.

Sering digunakan untuk mendapatkan kompresi yang merata, menyangga

jaringan lunak dan mengontrol nyeri, dan mencegah kontraktur.segera setelah

pembedahan balutan gips rigid dipasang dan dilengkapi tempat memasang

ekstensi prosthesis sementara (pylon) dan kaki buatan.teknik balutan rigid ini

digunakan sebagai cara membuat socket untuk pengukuran protesis pascaoperatif

segera panjang prosthesis disesuaikan dengan individu pasien.dan gips diganti

sekitar 10 sampai 14 hari, bila ada peningkatan suhu tubuh,nyeri berat atau gips

yang mulai longgar harus segera diganti.

2. Balutan lunak

Dengan ada kompres atau tanpa kompres dapat digunakan bila diperlukaxn

inspeksi berkala puntung sesuai kebutuhan.bidai mobilisasi dapat dibalutkan

dengan balutan.luka puntung dikontrol dengan alat drainase luka untuk

meminimalkan infeksi.

3. Amputasi bertahap

Amputasi bertahap bisa dilakukan bila ada gangren atau infeksi.

Manajemen Keperawatan

Kegiatan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu pada

tahap preoperatif, tahap intraoperatif, dan pada tahap postoperatif.

a. Pre Operatif

Pada tahap preoperatif, tindakan keperawatan lebih ditekankan pada upaya untuk

mempersiapkan kondisi fisik dan psikologis klien dalam menghadapi kegiatan operasi.

Pada tahap ini, perawat melakukan pengkajian yang berkaitan dengan kondisi fisik,

khususnya yang berkaitan erat dengan kesiapan tubuh untuk menjalani operasi.

Periode praoperasi

Pengkajian data dasar

Page 6: skep Amputasi

1. Adanya factor-faktor Yang berperan pada perlunya amputasi:

a. Penyakit arteri perifer kronis.

b.Trauma

c. frosbite

d. Kanker tulang

e.infeksi berat

2. pemeriksaan fisik berdasarkan pada pengkajian vaskuler perifer

3. kaji perasaan pasien tentang amputasi dan dampak pada gaya hidup

4. kasji kekuatan otot pada ekstremitas yang tak sakit.

Diagnosa

1. Ansietas b/d kurang pengetahuan tentang peristiwa praoperasi dan pasca operasi.

INTERVENSI RASIONAL

1. Bantu pasien dalam mengidentifikasi

rasa sakit. Bila rasa takut akan

kehilangan kemandirian

diekspresikan, ingatkan pasien

bahwa prostesi tungkai

memungkinkan kemandirian kembali

dengan beberapa hal.

Rasa takut adalah timbulan emosi

dari situasi tak

menyenangkan .sering seseorang

dengan kesadaran terhadap

penyebab rasa takut. Memberikan

pengetahuan akurat tentang situasi

dan memfokuskan pada hasil

positif membantu menurunkan rasa

takut.

2. Jamin batang trapeze disambungkan

pada tempat tidur. Tekankan latihan

kekuatan otot yang di ajarkan melalui

terapi fisik. Anjurkan pasien untuk

mempraktikan latihan sedikitnya

empat kali atau lebih sehari atau

sesuai deengan instruksi dari terapi

fisik.

a. Latihan lengan dengan

menggunakan trapeze di atas

tempat tidur untuk mengangkat

panggul dari matras kemudian

panggul bawah.

b. Latihan penyusunan gluteal-

ambil poosisi telantang,

Penguatan otot dari ekstremitas

yang tidak sakit sangat

pentinguntyuk menyiapkan pasien

ambulasi dengan alat bantu. Terapi

fisik dapat membantu pasien dalam

meningkatkan sebanyak mungkin

kemandirian fisik.

Page 7: skep Amputasi

kontraksikan dan rileskskan otot

gluteal , tahan kontraksi selama 5

detik dan rilekskan sampai 10-15

kali.

c. Latihan penyusunan quadrisep,

ambil psisi duduk atau telentang.

Lebarkan kai dan dorong ruang

popliteal terhadap matras saat

mengencangkan otot paha

sampai 10-15 kali.

2.berduka yang di antipasti b/d kehilangan yang akan di rasakan pada amputasi.

INTERVENSI RASIONAL

Anjurkan pasien mengeksptresikan

perasaan tentang dampak pembedahan

pada gaya hidup, yakinkan pasien

tentang ke normalan perasaa n dan

ingatkan pasien bahwa hidup aktif

mungkin terjadi setelah pembedahan

dengan beberapa modifikasi .

Sering pasien berpikir amputasi berarti

akhir hidup saat mereka

mengetahuinya.interaksi dengan

seseorang yang telah berhasil dalam

penerimaan pada situasi yang sama

adalah strategi beharga dlam

kehidupan.,

b. Intra Operatif

Pada masa ini perawat berusaha untuk tetap mempertahankan kondisi terbaik klien.

Tujuan utama dari manajemen (asuhan) perawatan saat ini adalah untuk menciptakan

kondisi optimal klien dan menghindari komplikasi pembedahan.

Perawat berperan untuk tetap mempertahankan kondisi hidrasi cairan, pemasukan oksigen

yang adekuat dan mempertahankan kepatenan jalan nafas, pencegahan injuri selama

operasi dan dimasa pemulihan kesadaran. Khusus untuk tindakan perawatan luka,

perawat membuat catatan tentang prosedur operasi yang dilakukan dan kondisi luka,

posisi jahitan dan pemasangan drainage. Hal ini berguna untuk perawatan luka

selanjutnya dimasa post operatif.

c. Post Operatif

Page 8: skep Amputasi

Pada masa post operatif, perawat harus berusaha untuk mempertahankan tanda-tanda

vital, karena pada amputasi, khususnya amputasi ekstremitas bawah diatas lutut

merupakan tindakan yang mengancam jiwa.

Perawat melakukan pengkajian tanda-tanda vital selama klien belum sadar secara rutin

dan tetap mempertahankan kepatenan jalas nafas, mempertahankan oksigenisasi

jaringan, memenuhi kebutuhan cairan darah yang hilang selama operasi dan mencegah

injuri.

Pengkajian data dasar :

Diagnose keperawatan :

1. Nyeri b/d sensasi fantom , insisi bedah sekunder terhadap amputasi.

Batasan karakteristik : mengungkapkan ketidaknyaman , merintih, meringis , meliindungi

sisa nyeri , mengungkapkan perasaan tungkai diamputasi masih ada atau nyeri dari

tungkai yang di amputasi dapat masih terasa.

Hasil : mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan.

Criteria evaluasi : mengungkapkan tak ada nyeri , tak ada merintih , ekspresi wajjah rileks,

sedikit melaporkan sensasi fantom limb.

INTERVENSI RASIONAL

Berikan analgesic narkotik yang

diprogramkan dan evaluasi keefektifannya.

Analgesik narkotik diperlukan untuk nyeri

berat.

Evaluasi nyeri pasien untuk membedakan

antara sensasi fantom limb dan nyeri

insisi.jelaskan sensassi fantom limb:

perasaan tungkai masih ada atau perasaan

nyeri dari tungkai yang di amputasi.bila

sensasi fantom limb adalah sumber dari

ketidaknyamanan :

a. Berikan anlgesik yang diresepkan

b. Ajarkan pasien bagaimana

memberikan tekanan lembut pada

ujung punting dengan

menempatkan punting dalam

handuk dan menarik handuk

dengan perlahan.

Sensasi fantom limb memerlukan waktu

lama untuk sembuh daripada nyeri insisi,

yang biasanya berkurang dalam beberapa

hari.pasien sering bingung sensasi fantom

limb dengan nyeri insisi.

Page 9: skep Amputasi

2. Gangguan konsep diri b/d perubahan citra tubuh sekunder tewrhadap

amputasi

Batasan karakteristik : mengungkapkan berduka tentang kehilangan

Hasil : mendemonstrasikan penerimaan diri pada situasi baru

Criteria evaluasi : mengungkapkan penerimaan terhadap perubahan fisik,

membuat rencana untukmelanjutkan gaya hidup dalam pandangaan

keterbatasanbaru.

INTERVENSI RASIONAL

Konsul dokter tentang memulai konsul

psikologis bila pasien mengalami amputasi

traumatic atau menunjukkan perilaku mal adaptif

jangka panjang.

Pasien yasng mengalami amputasi traumatiksering memerlukan waktu lebih lama untuk berkerja melalui proses berduka daripada yang mempunyai amputasi elaktif yang disebabkan oleh proses penyakit nyeri kronis.

Anjurkan keterlibatan pasien . pada setiap

penggantian pakaian :

a. Jelaskan apa yang dilakukan dan

mengapa

b. Gambarkan penampilan insisi

c. Minta pasien untuk mendukung tungkai

saat pakaian diganti

d. Biarkan pasien membuka kemasan

balutan

e. Biarkan pasien memegangang balutan

ditempat penutupan punting.

Mendorong partisipasi

meningkatkan adaptasi pada

perubahan citra tubuh.

Rujuk pasien pada kelompok bantuan sendiri

untuk amputasi di komunitas.

System pendukung digunakan

oleh indikasi untuk menguatkan

pertahanan psikologis mereka.

3. Risiko tinggi terjadi komplikasi b/d amputasi

Batasan karakteristik : mendemonstrasikan manifestasi awal dari infeksi ,

perdarahan berlebihan , kontraktur fleksi , atau emboli lemak

Hasil : mendemonstrasikan tidak adanya komplikasi permanen

Page 10: skep Amputasi

Criteria evaluasi : tak ada infeksi , hemoragi , emboli lemak dan kontraktur

fleksi .

INTERVENSI RASIONAL

Hemoragi

1. Pantau

a. Masukan dan haluaran setiap 8 jam

b. Tanda-tanda vital setiap 4 jam

c. Penampilan balutan setiap 4-8 jam

Untuk mendeteksi tanda- tanda

awal perdarahan yang

berlebihan

2. Pasang torniket disamping tempat tidur Digunakan untuk kasus

perdarahan hebat.

3. Beri tahu dokterbila hal berikut terjadi :

a. Haluaran dari alat drainase luka

aaadalah merah terang dan

meningkat secara kontinu, disertai

dengan penurunan haluaran urine

pada hubungannya dengan masukan

, hipotensi disertai dengan takikardi

dan takipnea

4. Kontraktur fleksi :

a. Pertahankan peningkatan kontinu

dari punting selama 24-48

jam .jangan menekuk lutut di tempat

tidur atau menepatkan bantal pada

sisa tungkai.tinggikan tempat tidur

melalui blok untuk meninggikan

punting.

b. Tempatkan pasien pada posisi

telungkup selama 30 menit 3 – 4 kali

setiap hari setelah periode yang

ditentukan dari peninggian ujung

kontinu.

c. Tempatkan rol tronkanter di samping

Temuan – temuan ini

menandakan perdarahan yang

berlebihan

Peninggian menurunkan edema.

Peninggian kontinu setelah 24-

48 jam meningkatkan kontraktur

fleksi dari panggul.

Page 11: skep Amputasi

paha untuk mempertahankan tungkai

adduksi

d. Mulai latihn rentang gerak pada

putung 2 – 3 kali sehari mulai pada

hari pertama pasca operasi. Konsul

untuk latihan terapis yang tepat.

Posisi telungkup membantu

mempertahankan sisa tungkai

pada ekstensi penuh.

Kontraktur adduksi dapat terjadi

karena otot fleksor ledih kuat

dari otot ekstensor.

Latihan rentang gerak

membantu mempertahankan

fleksibilitas dan tonus otot.

Laboratorik

Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian secara laboratorik atau melalui

pemeriksaan penunjang lain secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang

meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi hepar dan fungsi jantung.

1. Pengkajian

a. Identitas

Nama , umur , jenis kelamin, agama , pendidikan , status.

b. Riwayat kesehatan

Keluhan utama :

keluhan saat pertama kali masuk rumah sakit

Riwayat kesehatan sekarang :

Apakah pasien tersebut di amputasi karena ada riwayat diabetes mellitus/

tidak.

Riwayat kesehatan dahulu:

Apakah klien pernah dulu menderita diabetes mellitus.

Riwayat kesehatan keluarga:

Apakah ada keluarga pasien yang menderita diabetes melitus sebelumnya .

Page 12: skep Amputasi

Periode pasca operasi

Pengkajian dasar:

Sebelum pemmbedahan,

a. status neurovaskuler dan fungsional ekstremitas harus di evaluasi melalui

riwayat dan pengajian fisik. (mis. Warna, suhu, denyut nadi, penyebaran

rambut, keadaan kulit, respon terhadap pengubahan posisi, sensasi, nyeri,

fungsi)bila pasien mengalami amputasi traumatic, maka fungsi dan kondisi

sisa tungkai harus dikaji.

b. status peredaran darah dan fungsi ekstremitas yang sehat juga harus

dikaji.

c. Status nutrisi pasien harus di evaluasi dan bila perlu dibuat rencana

perawatan nutrisi. Sering kali, lansia menunjukkan nutrisi buruk, obes,atau

sedang menjalani diet khusus karena juga menderita masalah kesehatan lain.

d. Status psikologi pasien dikaji.penentuan reaksi emosional pasien terhadap

amputasi sangat penting untuk asuhan keperawatan. Respon berduka

terhadap perubahan permanen citra tubuh adalah normal. Meskipun bila

amputasi ditujukan untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan fungsi,

penyesuaian psikologis mayor masih diperlukan. System pendukung yang

memadai dan bantuan propesional dapat membantu pasien menghadapi

keadaan akhir setelah pembedahan amputasi.

e. Sistem Cardiovaskuler :

Cardiac reserve : Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan pada

klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator fungsi jantung.

f. Sistem Respirasi :

Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai adanya sianosis, riwayat

gangguan nafas.

g. Sistem Urinaria :

Mengkaji jumlah urine 24 jam. Mengkaji adanya perubahan warna, BJ

urine.Cairan dan elektrolit : Mengkaji tingkat hidrasi. Memonitor intake dan

output cairan.

h. Sistem Integumen:

Kulit secara umum: Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat

hidrasi.

i. Sistem Muskuloskeletal :

Mengkaji kemampuan otot kontralateral

Page 13: skep Amputasi

2. Diagnosa keperawatan utama pasien dapat meliputi yang berikut :

1. Nyeri yang berhubungan dengan amputasi

2. Perubahan sensori atau operseksi : nyeri tungkai fantom yang b/d amputasi

3. Kerusakan integritas kulit yang b/d amputasi bedah

4. Gangguan citra tubuh yang b/d amputasi bagian tubuh

5. Berduka disfungsional yang b/d kehilangan bagian tubuh

6. Kurang perawatan diri : makan, mandi, berpakai, berdandan, yang b/d

kehilangan bagian tubuh

7. Gangguan mobilitas fisik yang b/d kehilangan ekstremitas.

3. Perencanaan dan implementasi

Sasaran utama pasien meliputi pengurangan nyeri, tiadanya gangguan persepsi

sensorik, penyembuhan luka, penerimaan terhadap perubahan citra diri, resolusi

proses bersedih, mandiri dalam perawatan diri, pengembalian mobilitas fisik dan

tiadanya komplikasi.

4. Intervensi keperawatan

1. Meredakan nyeri

Nyeri bedah dapat dikontrol segera dengan analgetik opioid atau evakuasi

hematoma.bila pasien mengalami ketidaknyamanan berat sebelum

pembedahan, nyeri pascaoperasi, akan dianggap lebih ringan dan dapat

dikontrol.

Pasien yang diatasi dengan balutan gips biasanya mengalami nyeri yang lebih

ringan, daripada mereka yang dibalut dengan balutan lunak.

2. Menyebabkan perubahan persepsi sensoris

Pasien biasanya mengalami nyeri tungkai fantom segera setelah pembedahan atau 2 sampai 3 bulan setelah amputasi.lebih sering terjadi pada amputasi atas lutut.pasien menjelaskan nyeri atau perasaan tak biasa pada bagian yang telah di amputasi. Sensasi tersebut menimbulkan perasaan bahwa ekstremitasnya masih ada dan mungkin tergerus, kram atau terpuntir dengan posisi abnormal.bila pasien mengeluh nyeri atau sensasi fantom, perawat perlu menjelaskan mengenai perasaan tersebut dan membantu pasien menyesuaikan persepsi mereka sendiri.

3. Mempercepat penyembuhan lukaIntegritas kulit telah mengalami perubahanakibat amputasi bedah.potensial masalah kesehatan yang dapat timbul berhubungan dengan kelainan pembuluh darah perifer, nutrisi atau kondisi kesehatan lainnya seperti

Page 14: skep Amputasi

diabetes mellitus.untuk mempercepat penyembuhan, edema di control dengan gips atau balutan kompresi yang dapat memperbaiki peredaran darah dan drainase limfa.

4. Memperbaiki citra tubuhAmputasi merupakan prosedur rekontruksi yang akan mengubah citra tubuh pasien. Perawat yang telah membangun hubungan saling percaya dengan pasien sebaiknya berkomunikasi mengenai penerimaan pasien yang baru menjalani amputasi.pasien di bantu untuk mencapai kembali tingkat fungsi kemandirian sebelumnya, konsep diri meningkat dan perubahan citra tubuh dapat diterima.

5. Mengatasi berdukaKehilangan ekstremitas, salah satu atau sebagian, dapat menyebabkan syok meskipun pasien telah dipersiapkan sebelum operasi.perawat harus menciptakan suasana penerimaan dan dukungan dimana pasien dan keluarganyadidorong untuk mengekspresikan dan berbagi perasaannyadan menjalani proses bersedih.

6. Perawatan mandiriAmputasi

Pengkajian Riwayat Kesehatan

Perawat memfokuskan pada riwayat penyakit terdahulu yang mungkin dapat mempengaruhi resiko pembedahan seperti adanya penyakit diabetes mellitus, penyakit jantung, penyakit ginjal dan penyakit paru. Perawat juga mengkaji riwayat penggunaan rokok dan obat-obatan.Pengkajian Fisik

Pengkajian fisik dilaksanakan untuk meninjau secara umum kondisi tubuh klien secara

utuh untuk kesiapan dilaksanakannya tindakan operasi manakala tindakan amputasi

merupakan tindakan terencana/selektif, dan untuk mempersiapkan kondisi tubuh sebaik

mungkin manakala merupakan trauma/ tindakan darurat.

Diagnosa Keperawatan dan Perencanaan

Dari pengkajian yang telah dilakukan, maka diagnosa keperawatan yang dapat timbul

antara lain :

1. Kecemasan berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kegiatan perioperatif.

Karakteristik penentu :

- Mengungkapkan rasa takut akan pembedahan.

Page 15: skep Amputasi

- Menyatakan kurang pemahaman.

- Meminta informasi.

Tujuan : Kecemasan pada klien berkurang.

Kriteria evaluasi :

- Sedikit melaporkan tentang gugup atau cemas.

- Mengungkapkan pemahaman tentang operasi.

Intervensi :

Memberikan bantuan secara fisik dan psikologis, memberikan dukungan moral.

Rasional : Secara psikologis meningkatkan rasa aman dan meningkatkan rasa

saling percaya.

Menerangkan prosedur operasi dengan sebaik-baiknya. Rasional:

Meningkatkan/memperbaiki pengetahuan/ persepsi klien.

Mengatur waktu khusus dengan klien untuk berdiskusi tentang kecemasan klien.

Rasional : Meningkatkan rasa aman dan memungkinkan klien melakukan

komunikasi secara lebih terbuka dan lebih akurat.

2. Berduka yang antisipasi (anticipated griefing) berhubungan dengan kehilangan akibat

amputasi.

Karakteristik penentu :

- Mengungkapkan rasa takut kehilangan kemandirian.

- Takut kecacatan.

- Rendah diri, menarik diri.

Tujuan : Klien mampu mendemontrasikan kesadaran akan dampak pembedahan pada

citra diri.

Kriteria evaluasi :

- Mengungkapkan perasaan bebas, tidak takut.

- Menyatakan perlunya membuat penilaian akan gaya hidup yang baru.

Intervensi :

Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaan tentang dampak pembedahan

pada gaya hidup. Rasional : Mengurangi rasa tertekan dalam diri klien,

menghindarkan depresi, meningkatkan dukungan mental.

Berikan informasi yang adekuat dan rasional tentang alasan pemilihan tindakan

pemilihan amputasi. Rasional : Membantu klien menggapai penerimaan terhadap

kondisinya melalui teknik rasionalisasi.

Page 16: skep Amputasi

Berikan informasi bahwa amputasi merupakan tindakan untuk memperbaiki

kondisi klien dan merupakan langkah awal untuk menghindari ketidakmampuan

atau kondisi yang lebih parah. Rasional : Meningkatkan dukungan mental.

Fasilitasi untuk bertemu dengan orang dengan amputasi yang telah berhasil dalam

penerimaan terhadap situasi amputasi. Rasional : Strategi untuk meningkatkan

adaptasi terhadap perubahan citra diri.

Selain masalah diatas, maka terdapat beberapa tindakan keperawatan preoperatif antara

lain :

þ Mengatasi nyeri

- Menganjurkan klien untuk menggunakan teknik dalam mengatasi nyeri.

- Menginformasikan tersedianya obat untuk mengatasi nyeri.

- Menerangkan pada klien bahwa klien akan “merasakan” adanya kaki untuk beberapa

waktu lamanya, sensasi ini membantu dalam menggunakan kaki protese atau ketika

belajar mengenakan kaki protese.

þ Mengupayakan pengubahan posisi tubuh efektif

- Menganjurkan klien untuk mengubah posisi sendiri setiap 1-2 jam untuk mencegah

kontraktur.

- Membantu klien mempertahankan kekuatan otot kaki (yang sehat), perut dan dada

sebagai persiapan untuk penggunaan alat penyangga/kruk.

- Mengajarkan klien untuk menggunakan alat bantu ambulasi preoperasi, untuk

membantu meningkatkan kemampuan mobilitas postoperasi, mempertahankan fungsi dan

kemampuan dari organ tubuh lain.

þ Mempersiapkan kebutuhan untuk penyembuhan

- Mengklarifikasi rencana pembedahan yang akan dilaksanakan kepada tim bedah.

- Meyakinkan bahwa klien mendapatkan protese/alat bantu (karena tidak semua klien

yang mengalami operasi amputasi mendapatkan protese seperti pada penyakit DM,

penyakit jantung, CVA, infeksi, dan penyakit vaskuler perifer, luka yang terbuka).

- Memberikan semangat kepada klien dalam persiapan mental dan fisik dalam

penggunaan protese.

- Ajarkan tindakan-tindakan rutin postoperatif : batuk, nafas dalam.

Daerah luka diperhatikan secara khusus untuk mengidentifikasi adanya perdarahan masif

atau kemungkinan balutan yang basah, terlepas atau terlalu ketat. Selang drainase benar-

benar tertutup. Kaji kemungkinan saluran drain tersumbat oleh clot darah.

Awal masa postoperatif, perawat lebih memfokuskan tindakan perawatan secara umum

yaitu menstabilkan kondisi klien dan mempertahankan kondisi optimum klien.

Page 17: skep Amputasi

Perawat bertanggungjawab dalam pemenuhan kebutuhan dasar klien, khususnya yang

dapat menyebabkan gangguan atau mengancam kehidupan klien.

Berikutnya fokus perawatan lebih ditekankan pada peningkatan kemampuan klien untuk

membentuk pola hidup yang baru serta mempercepat penyembuhan luka. Tindakan

keperawatan yang lain adalah mengatasi adanya nyeri yang dapat timbul pada klien

seperti nyeri Panthom Limb dimana klien merasakan seolah-olah nyeri terjadi pada daerah

yang sudah hilang akibat amputasi. Kondisi ini dapat menimbulkan adanya depresi pada

klien karena membuat klien seolah-olah merasa ‘tidak sehat akal’ karena merasakan nyeri

pada daerah yang sudah hilang. Dalam masalah ini perawat harus membantu klien

mengidentifikasi nyeri dan menyatakan bahwa apa yang dirasakan oleh klien benar

adanya.

Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan antara lain adalah :

1. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan insisi bedah sekunder

terhadap amputasi

Karakteristik penentu :

- Menyatakan nyeri.

- Merintih, meringis.

Tujuan : nyeri hilang / berkurang.

Kriteria evaluasi :

- Menyatakan nyeri hilang.

- Ekspresi wajah rileks.

Intervensi :

Evaluasi nyeri : berasal dari sensasi panthom limb atau dari luka insisi. Rasional :

Sensasi panthom limb memerlukan waktu yang lama untuk sembuh daripada nyeri

akibat insisi.

Bila terjadi nyeri panthom limb, Beri analgesik (kolaboratif). Rasional : Untuk

menghilangkan nyeri.

Ajarkan klien memberikan tekanan lembut dengan menempatkan puntung pada

handuk dan menarik handuk dengan berlahan. Rasional : Mengurangi nyeri akibat

nyeri panthom limb.

2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder

terhadap amputasi

Karakteristik penentu :

- Menyatakan berduka tentang kehilangan bagian tubuh.

- Mengungkapkan negatif tentang tubuhnya.

Page 18: skep Amputasi

- Depresi.

Tujuan : Mendemontrasikan penerimaan diri pada situasi yang baru.

Kriteria evaluasi :

- Menyatakan penerimaan terhadap penerimaan diri.

- Membuat rencana untuk melanjutkan gaya hidup.

Intervensi :

Validasi masalah yang dialami klien. Rasional : Meninjau perkembangan klien.

Libatkan klien dalam melakukan perawatan diri yang langsung menggunakan

putung : perawatan luka, mandi, menggunakan pakaian. Rasional : Mendorong

antisipasi meningkatkan adaptasi pada perubahan citra tubuh.

Berikan dukungan moral. Rasional : Meningkatkan status mental klien.

Hadirkan orang yang pernah amputasi yang telah menerima diri. Rasional :

Memfasilitasi penerimaan terhadap diri.

3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemorragi, kontraktur, emboli lemak

berhubungan dengan amputasi

Karakteristik penentu :

- Terdapat tanda resiko infeksi, perdarahan berlebih, atau emboli lemak.

Tujuan : tidak terjadi komplikasi.

Kriteria evaluasi : tidak ada infeksi, hemorragi dan emboli lemak.

Intervensi :

Lakukan perawatan luka adekuat. Rasional : Mencegah terjadinya infeksi.

Pantau masukan dan pengeluaran cairan. Rasional : Menghindari resiko

kehilangan cairan dan resiko terjadinya perdarahan pada daerah amputasi.

Pantau tanda-tanda vital tiap 4 jam. Rasional : Sebagai monitor status

hemodinamik.

Pantau kondisi balutan tiap 4-8 jam. Rasional : Indikator adanya perdaraham

masif.

Monitor pernafasan. Rasional : Memantau tanda emboli lemak sedini mungkin.

Persiapkan oksigen. Rasional : Untuk mempercepat tindakan bila sewaktu-waktu

dperlukan untuk tindakan yang cepat.

Pertahankan posisi flower atau tetap tirah baring selama beberapa waktu.

Rasional : Mengurangi kebutuhan oksigen jaringan atau memudahkan pernafasan.

Beberapa kegiatan keperawatan lain yang dilakukan adalah :

Melakukan perawatan luka postoperasi

- Mengganti balutan dan melakukan inspeksi luka.

Page 19: skep Amputasi

- Terangkan bahwa balutan mungkin akan digunakan hingga protese yang digunakan

telah tepat dengan kondisi daerah amputasi (6 bulan -1 tahun).

Membantu klien beradaptasi dengan perubahan citra diri

- Memberi dukungan psikologis.

- Memulai melakukan perawatan diri atau aktivitas dengan kondisi saat ini.

Mencegah kontraktur

- Menganjurkan klien untuk melakukan gerakan aktif pada daerah amputasi segera

setelah pembatasan gerak tidak diberlakukan lagi.

- Menerangkan bahwa gerakan pada organ yang diamputasi berguna untuk

meningkatkan kekuatan untuk penggunaan protese, menghindari terjadinya kontraktur.

Aktivitas perawatan diri

- Diskusikan ketersediaan protese (dengan terapis fisik, ortotis).

- Mengajari klien cara menggunakan dan melepas protese.

- Menyatakan bahwa klien idealnya mencari bantuan/superfisi dari tim rehabilitasi

kesehatan selama penggunaan protese.

- Mendemontrasikan alat-alat bantu khusus.

- Mengajarkan cara mengkaji adanya gangguan kulit akibat penggunaan protese.

Kesimpulan

Asuhan keperawatan pada klien yang mengalami amputasi merupakan bentuk asuhan

kompleks yang melibatkan aspek biologis, spiritual dan sosial dalam proporsi yang cukup

besar ke seluruh aspek tersebut perlu benar-benar diperhatikan sebaik-baiknya.

Tindakan amputasi merupakan bentuk operasi dengan resiko yang cukup besar bagi klien

sehingga asuhan keperawatan perioperatif harus benar-benar adekuat untuk mencapai

tingkat homeostatis maksimal tubuh. Manajemen keperawatan harus benar-benar

ditegagkkan untuk membantu klien mencapai tingkat optimal dalam menghadapi

perubahan fisik dan psikologis akibat amputasi

Referensi

Brunner, Lillian S; Suddarth, Doris S (1986), Manual Of Nursing Practice, 4th Edition, J.B.

Lippincott Co. Philadelphia.

Page 20: skep Amputasi

Engram, Barbara (1999), Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah, edisi Indonesia,

EGC, Jakarta.

Kozier, erb; Oliveri (1991), Fundamentals of Nursing, Concepts, Process and Practice,

Addison-Wesley Co. California.

Reksoprodjo, S; dkk (1995), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah, Bina Rupa Aksara, Jakarta.