Makalah AIF Bru

23
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat terselesaikan tepat waktu walaupun masih terdapat beberapa kekurangan. Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini, bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang akan datang, dan juga sebagai bahan evaluasi untuk penyempurnaan tugas berikutnya. Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah yang sederhana ini benar-benar bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridha-Nya. Amin. 1

Transcript of Makalah AIF Bru

Page 1: Makalah AIF Bru

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT karena atas rahmat

dan petunjuk-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan.

Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat

terselesaikan tepat waktu walaupun masih terdapat beberapa kekurangan.

Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum

seberapa dan masih perlu banyak belajar dalam penulisan makalah ini, bahwa

makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan

berdaya guna di masa yang akan datang, dan juga sebagai bahan evaluasi untuk

penyempurnaan tugas berikutnya.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga makalah

yang sederhana ini benar-benar bermanfaat bagi kita semua dan mendapat ridha-Nya.

Amin.

Samata, 9 Oktober 2012

Penulis

1

Page 2: Makalah AIF Bru

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……………………………………………………………… 1

Daftar Isi ……………………………………………………………………. 2

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang …………………………………………………. 3

B. Maksud dan Tujua ……………………………………………… 3

BAB II Pembahasan

BAB III Penutup

A. Kesimpulan …………………………………………………… 15

B. Saran …………………………………………………………… 16

Daftar Pustaka ……………………………………………………………... 17

2

Page 3: Makalah AIF Bru

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kimia analisis merupakan ilmu teoritis dan terapan yang telah dipraktekkan

di hampir semua laboratorium. Metode-metode analisis secara rutin

dikembangkan ,divalidasi, dikaji secara bersama-sama dan diaplikasikan. Komplikasi

metode-metode analisis muncul di sejumlah kompedia seperti Farmakope

Indonesia,USP (United States Pharcopeia),AOAC (Association Of Official

Analitycal Chemist), dan sebagainya.

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan ferifikasi bahwa

parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis.

Istilah Validasi pertama kali dicetuskan oleh Dr. Bernard T. Loftus, Direktur Food

and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat pada akhir tahun 1970-an, sebagai

bagian penting dari upaya untuk meningkatkan mutu produk industri farmasi. Hal ini

dilatar belakangi adanya berbagai masalah mutu yang timbul pada saat itu yang mana

masalah-masalah tersebut tidak terdeteksi dari pengujian rutin yang dilaksanakan

oleh industri farmasi yang bersangkutan.Selanjutnya, Validasi juga diadopsi oleh

negara-negara yang tergabung dalam the Pharmaceutical Inspection

Co-operation/Scheme (PIC/S), Uni Eropa (EU) dan World Health Organization

(WHO).Bahkan, Validasi merupakan aspek kritis (substantial aspect) dalam

penilaian kualitas industri farmasi yang bersangkutan.

2

Page 4: Makalah AIF Bru

B. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuannya adalah sebagai berikut :

1. Memahami teknik Analisis Instrumen Farmasi

2. Kriteria-kriteria pemilihan metode analisis; presisi, bias, sensitivitas, limit

deteksi, dynamic range dan selektivitas

2

Page 5: Makalah AIF Bru

BAB II

PEMBAHASAN

Analisis Instrumen Farmasi berhubungan dengan teknik metode pemisahan,

pengidentifikasian dan perhitungan /kuantifikasi bahan aktif farmasi dengan tujuan

untuk menentukan identitas, kemurnian serta untuk menentukan struktur atom,

molekul, gugus fungsi, bioavailabilitas atau disolusinya dengan menggunakan

instrumen-instrumen kimia.

Sebagaimana biasa dalam pengamatan eksperimen secara umum, hasil yang

diperoleh pasti tidak dapat terlepas dari faktor kesalahan. Nilai parameter sebenarnya

yang akan ditentukan dari suatu perhitungan analitik tersebut adalah ukuran ideal.

Nilai tersebut ini hanya bisa diperoleh jika semua penyebab kesalahan pengukuran

dihilangkan dan jumlah populasi tidak terbatas. Faktor penyebab kesalahan ini dapat

disebabkan oleh berbagai hal antara lain adalah faktor bahan kimia, peralatan,

pemakai, dan kondisi pengukuran dan lain-lain. Salah satu cara yang dapat

digunakan untuk mengurangi kesalahan dalam pengukuran analitik ini adalah dengan

proses validasi.

Validasi biasanya diperuntukkan untuk metode analisa yang baru dibuat dan 

dikembangkan. Sedangkan untuk metode yang memang telah tersedia dan baku

(misal dari AOAC, ASTM, dan lainnya), namun metode tersebut baru pertama kali

akan digunakan di laboratorium tertentu, biasanya tidak perlu dilakukan validasi,

namun hanya verifikasi. Tahapan verifikasi mirip dengan validasi hanya saja

parameter yang dilakukan tidak selengkap validasi.

2

Page 6: Makalah AIF Bru

Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan ferifikasi bahwa

parameter-parameter kinerjanya cukup mampu untuk mengatasi problem analisis

karenanya suatu metode harus divalidasi ketika :

1. Metode baru dikembangkan untuk mengatasi problem analisis tertentu.

2. Metode yang sudah baku direvisi untuk menyusuaikan perkembangan atau

ketika munculnya suatu problem yang mengarah bahwa metode baku tersebut

harus direvisis.

3. Penjaminan mutu yang mengindikasikan bahwa metode baku telah berubah

seiring berjalannya waktu.

4. Untuk mendemonstrasikan kesetaraan antara 2 metode.

Menurut USP ada 8 langkah dalam validasi metode analisis sebagaimana

sebagai berikut (Rahman Abdul, 2009) :

Validasi metode, Ketahanan, Kekasaran, Linieritas & Rentang, Spesifitasi, Batas

deteksi, Akurasii, Presisi, Batas kuantifikasi

Sementara itu, ICH membagi karakteristik validasi metode yang sedikit

berbeda berbeda dengan USP sebagaimana sebagai berikut (Rahman Abdul, 2009) :

Validasi metode, Ketahanan, Kisaran, Linieritas, Spesifitas, Batas deteksi, Akurasi,

Presisi, Batas Kuantifikasi, Kesesuaian Sistem.

Namun, dalam metode analisis secara umum dapat dibagi menjadi

sebagaimana sebagai berikut: presisi, bias, sensitivitas, limit deteksi, dynamic range

dan selektivitas.

2

Page 7: Makalah AIF Bru

PRESISI

Keseksamaan (presisi) adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian

antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata

jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampel-sampel yang diambil dari

campuran yang homogen.

Presisi merupakan ukuran kedekatan antara serangkaian hasil analisis yang

diperoleh dari beberapa kali pengukuran pada sampel homogen yang sama. Presisi

biasanya dilakukan pada tiga tingkatan yang berbeda yaitu:

a. Keterulangan (repetibility) yaitu ketepatan (precision) pada kondisi

percobaan yang sama (berulang) baik orangnya, peralatannya, tempatnya,

maupun waktunya.

b. Presisi antara (intermediate precision) yaitu ketepatan (precision) pada

kondisi percobaan yang berbeda, baik orangnya, peralatannya, tempatnya,

maupun waktunya.

c. Ketertiruan (reproduksibility) merujuk pada hasil-hasil dari laboratorium

yang lain.

Keseksamaan diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif

(koefisien variasi). Keseksamaan dapat dinyatakan sebagai keterulangan

(repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Keterulangan adalah keseksamaan

metode jika dilakukan berulang kali oleh analis yang sama pada kondisi sama dan

dalam interval waktu yang pendek. Keterulangan dinilai melalui pelaksanaan

penetapan terpisah lengkap terhadap sampel-sampel identik yang terpisah dari batch

yang sama, jadi memberikan ukuran keseksamaan pada kondisi yang normal.

2

Page 8: Makalah AIF Bru

Ketertiruan adalah keseksamaan metode jika dikerjakan pada kondisi yang

berbeda. Biasanya analisis dilakukan dalam laboratorium-laboratorium yang berbeda

menggunakan peralatan, pereaksi, pelarut, dan analis yang berbeda pula. Analis

dilakukan terhadap sampel-sampel yang diduga identik yang dicuplik dari batch

yang sama. Ketertiruan dapat juga dilakukan dalam laboratorium yang sama dengan

menggunakan peralatan, pereaksi, dan analis yang berbeda. Kriteria seksama

diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif atau koefisien variasi 2%

atau kurang. Akan tetapi kriteria ini sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi

analit yang diperiksa, jumlah sampel, dan kondisi laboratorium. Dari penelitian

dijumpai bahwa koefisien variasi meningkat dengan menurunnya kadar analit yang

dianalisis.

Ditemukan bahwa koefisien variasi meningkat seiring dengan menurunnya

konsentrasi analit. Pada kadar 1% atau lebih, standar deviasi relatif antara

laboratorium adalah sekitar 2,5% ada pada satu per seribu adalah 5%. Pada kadar

satu per sejuta (ppm) RSDnya adalah 16%, dan pada kadar part per bilion (ppb)

adalah 32%. Pada metode yang sangat kritis, secara umum diterima bahwa RSD

harus lebih dari 2%.

BIAS

Bias memberikan pengukuran sistematik, atau menentukan eror dari sebuah

metode analitik.

2

Page 9: Makalah AIF Bru

SENSITIVITAS

Sensitivitas metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari

analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji normal, seperti laboratorium,

analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dll. Sensitivitas

biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau

lingkungan kerja pada hasil uji. Sensitivitas metode merupakan ukuran ketertiruan

pada kondisi operasi normal antara lab dan antar analis.

Cara penentuan: Ketangguhan (sensitivitas) metode ditentukan dengan

menganalisis beningan suatu lot sampel yang homogen dalam lab yang berbeda oleh

analis yang berbeda menggunakan kondisi operasi yang berbeda, dan lingkungan

yang berbeda tetapi menggunakan prosedur dan parameter uji yang sama. Derajat

ketertiruan hasil uji kemudian ditentukan sebagai fungsi dari variabel penentuan.

Ketertiruan dapat dibandingkan terhadap keseksamaan penentuan di bawah kondisi

normal untuk mendapatkan ukuran ketangguhan metode. Perhitungannya dilakukan

secara statistic menggunakan ANOVA pada kajian kolaboratif yang disusun oleh

Youden dan Stainer.

LIMIT DETEKSI

Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi

yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas

deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada

analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam

sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama.

2

Page 10: Makalah AIF Bru

Batas deteksi didefenisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel

yang masih dapat dideteksi Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas

kuantitasi merupakan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat

ditentukan dengan presisi dan akurasi yang dapat diterima pada kondisi operasional

metode yang digunakan.

Cara penentuan: Penentuan batas deteksi suatu metode berbeda-beda

tergantung pada metode analisis itu menggunakan instrumen atau tidak. Pada analisis

yang tidak menggunakan instrumen batas tersebut ditentukan dengan mendeteksi

analit dalam sampel pada pengenceran bertingkat. Pada analisis instrumen batas

deteksi dapat dihitung dengan mengukur respon blangko beberapa kali lalu dihitung

simpangan baku respon blangko.

DYNAMIC RANGE

Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang

secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik,

proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah

pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat

ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima.

Cara penentuan: Linearitas biasanya dinyatakan dalam istilah variansi sekitar

arah garis regresi yang dihitung berdasarkan persamaan matematik data yang

diperoleh dari hasil uji analit dalam sampel dengan berbagai konsentrasi analit.

Perlakuan matematik dalam pengujian linearitas adalah melalui persamaan garis

lurus dengan metode kuadrat terkecil antara hasil analisis terhadap konsentrasi analit.

2

Page 11: Makalah AIF Bru

Dalam beberapa kasus, untuk memperoleh hubungan proporsional antara hasil

pengukuran dengan konsentrasi analit, data yang diperoleh diolah melalui

transformasi matematik dulu sebelum dibuat analisis regresinya. Dalam praktek,

digunakan satu seri larutan yang berbeda konsentrasinya antara 50 – 150% kadar

analit dalam sampel. Di dalam pustaka, sering ditemukan rentang konsentrasi yang

digunakan antara 0 – 200%. Jumlah sampel yang dianalisis sekurang-kurangnya

delapan buah sampel blanko. Sebagai parameter adanya hubungan linier digunakan

koefisien korelasi r pada analisis regresi linier.

SELEKTIVITAS

Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya

mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain

yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan

sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap

sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai,

senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis

sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan.

ICH membagi spesifisitas dalam dua ategori yakni uji identifikasi dan uji

kemurnian atau pengukuran. Untuk tujuan identifikasi, spesifisitas ditunjukkan

dengan suatu metode analisis untuk membedakan antar senyawa yang mempunyai

struktur molekul yang hampir sama. Untuk tujuan uji kemurnian dan tujuan

pengukuran kadar spesifsitas ditunjjukkan oleh daya pisah dua senyawa yang

2

Page 12: Makalah AIF Bru

berdekatan. Senyawa-senyawa tersebut biasanya adalah komponen utama atau

komponen aktif dan atau suatu pengotor.

Penentuan spesifisitas metode dapat diperoleh dengan dua jalan yang pertama

adalah dengan melakukanoptimasi sehingga diperoleh senyawa yang dituju terpisah

secara sempurna dari senyawa-senyawa lain (pada solusi senyawa yang dituju >

dua). Cara kedua untuk memperoleh spesifisitas adalah dengan meggunakan detektif

selektif, terutama untuk senyawa-senyawa yang terelusi secara bersama-sama.

Sebagai contoh detector elektro kimia atau detector fluoresen hanya akan mendeteksi

senyawa tertetu, sementara senyawa yang lainnya tidak terdeteksi.

Cara penentuan: Selektivitas metode ditentukan dengan membandingkan

hasil analisis sampel yang mengandung cemaran, hasil urai, senyawa sejenis,

senyawa asing lainnya atau pembawa plasebo dengan hasil analisis sampel tanpa

penambahan bahan-bahan tadi. Penyimpangan hasil jika ada merupakan selisih dari

hasil uji keduanya. Jika cemaran dan hasil urai tidak dapat diidentifikasi atau tidak

dapat diperoleh, maka selektivitas dapat ditunjukkan dengan cara menganalisis

sampel yang mengandung cemaran atau hasil uji urai dengan metode yang hendak

diuji lalu dibandingkan dengan metode lain untuk pengujian kemurnian seperti

kromatografi, analisis kelarutan fase, dan Differential Scanning Calorimetry. Derajat

kesesuaian kedua hasil analisis tersebut merupakan ukuran selektivitas. Pada metode

analisis yang melibatkan kromatografi, selektivitas ditentukan melalui perhitungan

daya resolusinya (Rs).

2

Page 13: Makalah AIF Bru

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Analisis Instrumen Farmasi berhubungan dengan teknik metode pemisahan,

pengidentifikasian dan perhitungan/kuantifikasi bahan aktif farmasi. Kriteria-kriteria

pemilihan metode analisis :

a. Presisi , menggambarkan reprodusibilitas dari hasil, yaitu kesesuaian antara

nilai numerik utk satu atau lebih replikasi pengukuran, atau pengukuran yang

telah dibuat dalam cara yang tepat.

b. Bias, memberikan pengukuran sistematik, atau menentukan eror dari sebuah

metode analitik.

c. Sensitivitas, pengukuran kemampuan sebuah metode utk mengenal

perbedaan-perbedaan kecil dalam konsentrasi analit.

d. Limit Deteksi, konsentrasi minimum dari massa analit yg dapat dideteksi

pada confidence level yg diketahui.

e. Dynamic range , range yang terbentang dari konsentrasi terendah dimana

pengukuran kuantitatif dapat dibuat (LOQ ; limit of quantitation) sampai

konsentrasi dimana kurva kalibrasi meninggalkan linearitas dengan sejumlah

tertentu sampel (LOL ; limit of linearity)

f. Selektivitas, derajat dimana metode bebas dari interferensi oleh spesies lain

yang terkandung dalam matriks sampel.

2

Page 14: Makalah AIF Bru

B. Saran

Adapun saran yang kami harapkan setelah pembaca membacanya adalah

semoga makalah ini dapat menjadi manfaat dan menjadi bahan referensi untuk

menambah khazanah keilmuan dan pendidikan. Serta semoga pembaca tidak

merasa cukup puas akan makalah ini, sehingga masih dapat membandingkan dan

mencari referensi lain diluar sana.

2

Page 15: Makalah AIF Bru

DAFTAR PUSTAKA

Carr, G.P., Wahlich, J.C., Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis.1990.

8:612-618.

Debesis, E. et al., Submitting HPLC methodes to the compendia and regulatory

agencies. Pharm. Tech., September 1982. p. 120

Fabre. H. et.al., Assay validation for an active ingredient in a pharmaceutical

formulation: Practical approach using ultraviolet spectrophotometry.

Analyst, 1993. 118: 1061.

Garfield, F.M. Quality Assurance Principles for Analytical Laboratories. AOAC

International, USA, 1991. p. 71

Gholib, Ibnu. Kimia Analisis Farmasi. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Pustaka Pelajar, 2008.

Ibrahim S. Penggunaan Statistika dalam Validasi Metode Analitik dan

Penerapannya. Dalam Prosiding temu ilmiah nasional bidang Farmasi.

VI – 15. 2001.

Indrayanto G, Seminar Sehari Instrumentasi PT Ditek Jaya, Surabaya, 1994.

Rahman, Abdul. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Graha Ilmu. Yogyakarta, 2009.

2