Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

43
 1 BAB I  PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jumat atau shalat hari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah). Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim. Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya, karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya. Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia  juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamany a dikarenakan kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia, kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas

Transcript of Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

Page 1: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 1/43

 

1

BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang Masalah

Aktualisasi taqwa adalah bagian dari sikap bertaqwa seseorang. Karena

begitu pentingnya taqwa yang harus dimiliki oleh setiap mukmin dalam

kehidupan dunia ini sehingga beberapa syariat islam yang diantaranya puasa

adalah sebagai wujud pembentukan diri seorang muslim supaya menjadi orang

yang bertaqwa, dan lebih sering lagi setiap khatib pada hari jum‟at atau shalathari raya selalu menganjurkan jamaah untuk selalu bertaqwa. Begitu seringnya

sosialisasi taqwa dalam kehidupan beragama membuktikan bahwa taqwa

adalah hasil utama yang diharapkan dari tujuan hidup manusia (ibadah).

Taqwa adalah satu hal yang sangat penting dan harus dimiliki setiap muslim.

Signifikansi taqwa bagi umat islam diantaranya adalah sebagai spesifikasi

pembeda dengan umat lain bahkan dengan jin dan hewan, karena taqwa

adalah refleksi iman seorang muslim. Seorang muslim yang beriman tidak

ubahnya seperti binatang, jin dan iblis jika tidak mangimplementasikan

keimanannya dengan sikap taqwa, karena binatang, jin dan iblis mereka

semuanya dalam arti sederhana beriman kepada Allah yang menciptakannya,

karena arti iman itu sendiri secara sederhana adalah “percaya”, maka taqwa

adalah satu-satunya sikap pembeda antara manusia dengan makhluk lainnya.

Seorang muslim yang beriman dan sudah mengucapkan dua kalimat syahadat

akan tetapi tidak merealisasikan keimanannya dengan bertaqwa dalam arti

menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, dan dia

 juga tidak mau terikat dengan segala aturan agamanya dikarenakan

kesibukannya atau asumsi pribadinya yang mengaggap eksistensi syariat

agama sebagai pembatasan berkehendak yang itu adalah hak asasi manusia,

kendatipun dia beragama akan tetapi agamanya itu hanya sebagai identitas

Page 2: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 2/43

 

2

pelengkap dalam kehidupan sosialnya, maka orang semacam ini tidak sama

dengan binatang akan tetapi kedudukannya lebih rendah dari binatang, karena

manusia dibekali akal yang dengan akal tersebut manusia dapat melakukan

analisis hidup, sehingga pada akhirnya menjadikan taqwa sebagai wujud

implementasi dari keimanannya.

Taqwa adalah sikap abstrak yang tertanam dalam hati setiap muslim, yang

aplikasinya berhubungan dengan syariat agama dan kehidupan sosial.

Seorang muslim yang bertaqwa pasti selalu berusaha melaksanakan perintah

Tuhannya dan menjauhi segala laranganNya dalam kehidupan ini. Yang

menjadi permasalahan sekarang adalah bahwa umat islam berada dalam

kehidupan modern yang serba mudah, serba bisa bahkan cenderung serbaboleh. Setiap detik dalam kehidupan umat islam selalu berhadapan dengan

hal-hal yang dilarang agamanya akan tetapi sangat menarik naluri

kemanusiaanya, ditambah lagi kondisi religius yang kurang mendukung.

Keadaan seperti ini sangat berbeda dengan kondisi umat islam terdahulu yang

kental dalam kehidupan beragama dan situasi zaman pada waktu itu yang

cukup mendukung kualitas iman seseorang. Olah karenanya dirasa perlu

mewujudkan satu konsep khusus mengenai pelatihan individu muslim menuju

sikap taqwa sebagai tongkat penuntun yang dapat digunakan (dipahami)

muslim siapapun. Karena realitas membuktikan bahwa sosialisasi taqwa

sekarang, baik yang berbentuk syariat seperti puasa dan lain-lain atau bentuk

normatif seperti himbauan khatib dan lain-lain terlihat kurang mengena, ini

dikarenakan beberapa faktor, diantaranya yang pertama muslim yang

bersangkutan belum paham betul makna dari taqwa itu sendiri, sehingga

membuatnya enggan untuk memulai, dan yang kedua ketidaktahuannya

tentang bagaimana, darimana dan kapan dia harus mulai merilis sikap taqwa,

kemudian yang ketiga kondisi sosial dimana dia hidup tidak mendukung dirinya

dalam membangun sikap taqwa, seperti saat sekarang kehidupan yang serba

bisa dan cenderung serba boleh. Oleh karenanya setiap individu muslim harus

paham pos – pos alternatif yang harus dilaluinya, diantaranya yang paling awal

Page 3: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 3/43

 

3

dan utama adalah gadhul bashar  (memalingkan pandangan), karena

pandangan (dalam arti mata dan telinga) adalah awal dari segala tindakan,

penglihatan atau pendengaran yang ditangkap oleh panca indera kemudian

diteruskan ke otak lalu direfleksikan oleh anggota tubuh dan akhirnya berimbas

ke hati sebagai tempat bersemayam taqwa, jika penglihatan atau pendengaran

tersebut bersifat negatif dalam arti sesuatu yang dilarang agama maka akan

membuat hati menjadi kotor, jika hati sudah kotor maka pikiran (akal) juga ikut

kotor, dan ini berakibat pada aktualisasi kehidupan nyata, dan jika prilaku,

pikiran dan hati sudah kotor tentu akan sulit mencapai sikap taqwa. Oleh

karenanya dalam situasi yang serba bisa dan sangat plural ini dirasa perlu

menjaga pandangan (dalam arti mata dan telinga) dari hal – hal yang dilarangagama sebagai cara awal dan utama dalam mendidik diri menjadi muslim yang

bertaqwa. Menjaga mata, telinga, pikiran, hati dan perbuatan dari hal-hal yang

dilarang agama, menjadikan seorang muslim memiliki kesempatan besar

dalam memperoleh taqwa. Karena taqwa adalah sebaik –baik bekal yang harus

kita peroleh dalam mengarungi kehidupan dunia yang fana dan pasti hancur

ini, untuk dibawa kepada kehidupan akhirat yang kekal dan pasti adanya.

Adanya kematian sebagai sesuatu yang pasti dan tidak dapat dikira-kirakan

serta adanya kehidupan setelah kematian menjadikan taqwa sebagai obyek

vital yang harus digapai dalam kehidupan manusia yang sangat singkat ini.

Memulai untuk bertaqwa adalah dengan mulai melakukan hal-hal yang terkecil

seperti menjaga pandangan, serta melatih diri untuk terbiasa menjalankan

perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya, karena arti taqwa itu sendiri

sebagaimana dikatakan oleh Imam Jalaluddin Al-Mahally dalam tafsirnya

bahwa arti taqwa adalah “imtitsalu awamrillahi wajtinabinnawahih ”,

menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala laranganya.

Page 4: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 4/43

 

4

1.2 Tujuan Penulisan.

 Adapun tujuan dari penulisan makalah yang berjudul “Hakekat Taqwa”

ini adalah sebagai berikut ;

1. Dapat mengetahui pengertian Taqwa.

2. Mengetahui beberapa Hakekat Takwa yang terdapat didalam diri.

3. Mengetahui Kriteria orang orang yang bertaqwa.

4. Mengetahui Balasan Untuk Manusia yang Bertaqwa.

5. Mengetahui Taqwa Dan Sistem Pendidikan Indonesia

1.3 Rumusan Masalah.

Adapun rumusan masalah dari penulisan makalah yang berjudul

“Hakekat Taqwa” ini adalah sebagai berikut ; 

1. Menjelaskan pengertian dari Taqwa.

2. Menjelaskan beberapa Hakekat yang terdapat didalam diri manusia.

3. Menjelaskan kriteria manusia yang bertaqwa.

4. Menjelaskan balasan untuk masunia yang bertaqwa.

5. Menjelaskan Taqwa Dan Sistem Pendidikan Indonesia.

Page 5: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 5/43

 

5

BAB II 

ISI 

2.1. Pengertian

Kata taqwa yang terulang dalam Alquran sebanyak 17 kali, berasal dari

akar kata waqa’ – yaqiy  yang menurut pengertian bahasa berarti antara lain,

„menjaga, menghindari, menjauhi‟ dan sebagainya. Kata taqwa  dalam bentuk

kalimat perintah terulang sebanyak 79 kali, „Allah‟ yang menjadi objeknya

sebanyak 56 kali, neraka 2 kali, hari kemudian 4 kali, fitnah (bencana) 1 kali, tanpaobjek 1 kali. Sedangkan selebihnya yakni 15 kali, objeknya bervariasi seperti

rabbakum  (Tuhanmu), al-ladzi khalaqakum  (yang menciptakan kamu), al-ladzi 

amaddakum bi ma ta’malun (yang menganugerahkan kepada kamu anak dan

harta benda) dan lain-lain. Redaksi-redaksi tersebut semuanya menunjuk kepada

Allah swt. Dari sini dapat disimpulkan bahwa pada umumnya objek perintah

bertakwa adalah Allah swt. Sedangkan istilah Muttaqien  adalah bentuk faa’il  

(pelaku) dari ittaqa suatu kata dasar bentukan tambahan (mazid ) dari kata dasar

waqa, yang biasanya diterjemahkan menjadi “orang yang menjaga diri untuk

menyelamatkan dan melindungi diri dari semua yang merugikan”. Jadi secara

keseluruhan kata muttaqien adalah menjaga diri untuk menyelamatkan dan

melindungi diri dari semua yang merugikan yaitu dari kema-shiyatan, syirk,

kemunafikan dan sebagainya.

Sebagaimana dikemukakan di atas, secara bahasa, arti taqwa  bisa berarti

”menjaga, menghindari, menjauhi”; dan ada juga yang mengartikan dengan ”takut”.Dengan mengambil pengertian ”takut”, maka taqwa   berarti ”takut kepada Allah”.

Karena ketakutan ini, maka ia harus mematuhi segala ”perintah Allah” dan

”menjauhi segala larangan-Nya”. Pengertian ini, misalnya, terungkap pada salah

satu ayat yang sangat populer, karena sering dikumandangkan pada pengajian-

Page 6: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 6/43

 

6

pengajian keagamaan dan khutbah-khutbah jum‟ah, yaitu dalam surat Ali

Imran/3:102 yang berbunyi :

”Hai orang -orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa 

kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan 

beragama Islam.”  

Berdasar kepada ayat di atas yang mengartikan taqwa   dengan ”takut”,

maka dalam beberapa literatur berbahasa Inggris, taqwa juga sering diartikan

sebagai ”God - fearing” , orang yang takut kepada Tuhan. Namun dalam Al-Qur`an,

kata ”takut” telah memiliki padanan, yaitu "khasyiya"  dan "khawf" , misalnya

terungkap dalam surat An-Nisa/4:9 sebagai berikut :

”Dan hendaklah takut kepada Allah orang -orang yang seandainya meninggalkan 

dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap 

(kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.”  

Page 7: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 7/43

 

7

Nampak, bahwa ada nuansa perbedaan antara ”takut” dan ”taqwa”,

dimana penggunaan istilah taqwa  dalam ayat di atas,  lebih cenderung kepada

suatu sikap etis atau norma-norma yang harus dilakukan manusia. Orang-orang

yang beriman dan mengikuti petunjuk Allah, justru akan dijauhkan dari ketakutan

atau suasana ketakutan. Sebagaimana terdapat dalam surat Albaqarah/2:38

38. Kami berfirman: "Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika

datang petunjuk-Ku kepadamu, Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku,

niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih

hati".

”Kami berfirman: “Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang 

petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya 

tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”  

Demikian pula dalam surat Al-Ahqaaf/46:13 :

Page 8: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 8/43

 

8

”Sesungguhnya orang - orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”,

kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka 

dan mereka tiada (pula) berduka cita.”  

 Adapun pengertian taqwa dari akar kata yang bermakna ”menghindar, menjauhi,

atau menjaga diri”, M. Quraish Shihab menjelaskan, bahwa kalimat perintah

”ittaqullah”  yang secara harfiah berarti ”hindarilah, jauhilah, atau jagalah dirimu dari

 Allah”, tentu makna ini tidak lurus dan bahkan mustahil dapat dilakukan makhluk.

Sebab, bagaimana mungkin makhluk menghindarkan diri dari Allah atau

menjauhiNya, sedangkan ”Dia (Allah) bersama kamu dimana pun kamu berada” .

Karena itu, perlu disisipkan kata atau kalimat untuk meluruskan maknanya.

Misalnya, kata siksa atau yang semakna dengannya, sehingga perintah bertaqwa

mengandung arti perintah untuk menghindarkan diri dari siksa Allah, baik di dunia

maupun akhirat.[2] Dalam surat Al-Furqan/25:15 Allah menegaskan :

”Katakanlah: “Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal 

yang telah dijanjikan kepada orang- orang yang bertaqwa?” Dia menjadi 

balasan dan tempat kembali bagi mereka?.”  

Dengan demikian, pangkal dari taqwa  adalah ”perintah dan larangan” Allah yang

ditujukan kepada manusia beriman, sehingga muncul kesadaran untuk ”takut”

akan siksa Allah kalau tidak melaksanakan segala perintahNya, ”menghindari

siksa Allah dengan cara melaksanakan perintahNya, dan senantiasa ”menjaga”

serta ”memelihara” untuk melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala

laranganNya.

Page 9: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 9/43

 

9

2.2. Hakekat Taqwa

ada empat hakikat taqwa yang harus ada pada diri kita masing-masing dan

ini bisa menjadi tolok ukur keberhasilan ibadah Ramadhan kita.

Pertama, Takut Kepada Allah. Salah satu sikap yang harus kita miliki

adalah rasa takut kepada Allah swt. Takut kepada Allah bukanlah seperti kita takut

kepada binatang buas yang menyebabkan kita harus menjauhinya, tapi takut

kepada Allah swt adalah takut kepada murka, siksa dan azab-Nya sehingga hal-

hal yang bisa mendatangkan murka, siksa dan azab Allah swt harus kita jauhi.

Sedangkan Allah swt sendiri harus kita dekati, inilah yang disebut dengan taqarrub 

ilallah (mendekatkan diri kepada Allah).

Karena itu, orang yang takut kepada Allah swt tidak akan melakukan

penyimpangan dari segala ketentuan-Nya. Namun sebagai manusia biasa

mungkin saja seseorang melakukan kesalahan, karenanya bila kesalahan

dilakukan, dia segera bertaubat kepada Allah swt dan meminta maaf kepada orang

yang dia bersalah kepadanya, bahkan bila ada hak orang lain yang diambilnya,

maka dia mau mengembalikannya. Yang lebih hebat lagi, bila kesalahan yang

dilakukan ada jenis hukumannya, maka iapun bersedia dihukum bahkan meminta

dihukum sehingga ia tidak menghindar dari hukuman.

Allah swt berfirman:

                                       

Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang 

luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa 

(QS Ali Imran [3]:133). 

Sebagai contoh, pada masa Rasul ada seorang wanita yang berzina dan ia

amat menyesalinya, dari perzinahan itu ia hamil dan sesudah taubat iapun datang

Page 10: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 10/43

 

10

kepada Rasul untuk minta dihukum, namun Rasul tidak menghukumnya saat itu

karena kehamilan yang harus dipelihara. Sesudah melahirkan dan menyusui

anaknya, maka wanita itu dihukum sebagaimana hukuman untuk pezina yang

menyebabkan kematiannya, saat Rasul menshalatkan jenazahnya, Umar bin

Khattab mempersoalkannya karena ia wanita pezina, Rasulullah kemudian

menyatakan:

ن    ض فأ ت د  ج و   و م        و     ي د   ا  أ ن   ن  ي       ن  ي   ت     ق و    و   ت    د  نأ

 ج و ز   ل      

  ت د  ج

Ia telah bertaubat, suatu taubat yang seandainya dibagi pada tujuh puluh orang 

penduduk Madinah, niscaya masih cukup. Apakah ada orang yang lebih utama 

dari seorang yang telah menyerahkan dirinya kepada hukum Allah? (HR. Muslim).  

Ibadah puasa dan ibadah-ibadah lainnya mendidik kita untuk menjadi orang

yang takut kepada Allah swt yang membuat kita akan selalu menyesuaikan diri

dengan segala ketentuan-ketentuan-Nya. Kalau kita ukur dari sisi ini, kenyataan

menunjukkan bahwa banyak sekali orang yang belum bertaqwa karena tidak ada

rasa takutnya kepada Allah swt.

Hakikat taqwa yang Kedua kata Ali bin Abi Thalib adalah Beramal

Berdasarkan Wahyu. Al-Qur‟an diturunkan oleh Allah swt untuk menjadi petunjuk

bagi manusia agar bisa bertaqwa kepada-Nya. Karena itu, orang yang bertaqwa

akan selalu beramal atau melakukan sesuatu berdasarkan wahyu yang diturunkan

oleh Allah swt, termasuk wahyu adalah hadits atau sunnah Rasulullah saw karena

ucapan dan prilaku Nabi memang didasari oleh wahyu. Dengan kata lain,

Page 11: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 11/43

 

11

seseorang disebut bertaqwa bila melaksanakan perintah Allah swt dan menjauhi

larangan-Nya.

Dalam konteks inilah, menjadi amat penting bagi kita untuk selalu mengkajial-Quran dan al Hadits, sebab bagaimana mungkin kita akan beramal sesuai

dengannya, bila memahaminya saja tidak dan bagaimana pula kita bisa

memahami bila membaca dan mengkajinya tidak.

Dalam kehidupan para sahabat, mereka selalu berusaha untuk beramal

berdasarkan wahyu, karenanya mereka berusaha mengkajinya kepada Nabi dan

para sahabat, bahkan tidak sedikit dari mereka yang suka bertanya. Meskipun

mereka suka melakukan sesuatu, tapi bila ternyata wahyu tidak membenarkan

mereka melakukannya, maka merekapun berusaha untuk meninggalkannya.

Suatu ketika ada beberapa orang sahabat yang dahulunya beragama

Yahudi, mereka ingin sekali bisa melaksanakan lagi ibadah pada hari Sabtu dan

menjalankan kitab taurat, tapi turun firman Allah swt yang membuat mereka tidak

 jadi melakukannya, ayat itu adalah:

                                                 

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan 

 janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh 

yang nyata bagimu (QS Al Baqarah [2]:208). 

Ketiga yang merupakan hakikat taqwa menurut Ali bin Abi Thalib ra yang

harus kita hasilkan dari ibadah Ramadhan kita adalah Mempersiapkan Diri Untuk

Akhirat. Mati merupakan sesuatu yang pasti terjadi pada setiap orang. Keyakinan

kita menunjukkan bahwa mati bukanlah akhir dari segalanya, tapi mati justeru awal

dari kehidupan baru, yakni kehidupan akhirat yang enak dan tidaknya sangat

tergantung pada keimanan dan amal shaleh seseorang dalam kehidupan di dunia

Page 12: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 12/43

 

12

ini. Karena itu, orang yang bertaqwa akan selalu mempersiapkan dirinya dalam

kehidupan di dunia ini untuk kebahagiaan kehidupan di akhirat.

Bila kita sudah menyadari kepastian adanya kematian, maka kita tidak akanmensia-siakan kehidupan di dunia yang tidak lama. Kita akan berusaha

mengefektifkan perjalanan hidup di dunia ini untuk melakukan sesuatu yang bisa

memberikan nilai positif, sebagai apapun kita. Karena itu bila kita tidak efektif dan

orang mengkritik kita, harus kita terima kritik itu denga senang hati. Khalifah Umar

bin Abdul Aziz salah satu contohnya.

Ketika Umar bin Abdul Aziz telah menerima jabatan sebagai khalifah, dia

merasa perlu beristirahat karena kondisi badannya yang sudah amat lelah dan

mata yang sudah amat ngantuk, apalagi ia baru saja mengurus keluarganya yang

meninggal yakni Khalifah Sulaiman. Baru saja dia merebahkan tubuhnya di atas

tempat tidur dan meletakkan kepalanya di atas bantal, tiba-tiba datang Abdul Malik

lalu berkata: “Ayah, apa yang akan ayah lakukan sekarang?”. 

“Aku ingin istirahat sejenak anakku”, jawab Umar. 

“Apakah ayah akan beristirahat, padahal ayah belum mengembalikan harta

rakyat yang dirampas secara zalim kepada yang berhak?”. 

“Aku akan lakukan semua itu nanti setelah zuhur, semalam aku tidak bisa

tidur karena mengurus pamanmu”, jawab Umar. 

“Ayah, siapa yang bisa memberi jaminan bahwa ayah akan tetap hidupsampai zuhur nanti?”. Tanya Abdul Malik lagi menghentak. 

Page 13: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 13/43

 

13

Mendengar pertanyaan anaknya itu, terbakar rasanya semangat Umar

sehingga seperti hilang rasa ngantuk dan lelah yang dialaminya, lalu Umar

berkata: “Nak…mendekatlah kepadaku”. 

Setelah Abdul Malik mendekat, Umar mencium keningnya lalu berkata:

“Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan kepadaku anak keturunan

yang membantuku dalam agamaku”.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz segera bangkit dari tempat tidurnya dan iapun

mengumumkan: “Barangsiapa yang hartanya telah diambil secara zalim, maka

hendaklah ia mengangkat permasalahannya”. 

Efektifitas waktu hidup yang digunakan membuat Khalifah Umar bin Abdul

Aziz sampai kesulitan mencari mustahik karena tingkat kesejahteraan yang tingggi.

Harus kita akui banyak diantara kita yang merasa mati masih lama sehingga tidak

muncul amal shaleh, baik sebagai pribadi, keluarga, masyarakat maupun

organisasi sosial dan politik, keluhan kita adalah tidak punya waktu, kekurangan

waktu, karena itu Allah swt mengingatrkan kita semua:

ك ر  ش ي و     ص         ي  ف ه   ر ء   و  ج ر  ي ن   ن   فا د  أ ه   ر ة د     

Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia 

mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun 

dalam beribadat kepada Tuhannya" (QS Al Kahfi [18]:110). 

Manakala seseorang sudah melakukan segala sesuatu sebagai bentuk

persiapan untuk kehidupan sesudah kematian, maka orang seperti inilah yang

disebut dengan orang yang cerdas, meskipun ia bukan sarjana. Karena itu,

Rasulullah saw bersabda:

Page 14: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 14/43

 

14

       و ه     نا د ن   س ي   ات و   ا د   

Orang yang cerdas adalah orang yang menundukkan nafsunya dan beramal bagi 

kehidupan sesudah mati (HR. Ahmad, Tirmidzi dan Hakim).  

Hakikat taqwa yang Keempat   menurut Ali bin Abi Thalib adalah Ridha

Meskipun Sedikit. Setiap kita pasti ingin mendapat sesuatu khususnya harta

dalam jumlah yang banyak sehingga bisa mencukupi diri dan keluarga serta bisa

berbagi kepada orang lain. Namun keinginan tidak selalu sejalan dengan

kenyataan, ada saat dimana kita mendapatkan banyak, tapi pada saat lain kita

mendapatkan sedikit, bahkan sangat sedikit dan tidak cukup. Orang yang

bertaqwa selalu ridha dan menerima apa yang diperolehnya meskipun jumlahnya

sedikit, inilah yang disebut dengan qana‟ah, sedangkan kekurangan dari apa yang

diharapkan bisa dicari lagi dengan penuh kesungguhan dan cara yang halal.

Korupsi yang menjadi penyakit bangsa kita hingga sekarang adalah karena tidak

ada sikap ridha menerima yang menjadi haknya, akibatnya ia masih saja

mengambil hak orang lain dan administrasi serta penguatan hokum atas

penyimpangan yang dilakukannya bisa diatur, karenanya Allah swt mengingatkan

kita semua dalam firman-Nya:

ا و  أ ن    ي ر ف او      م     ا  إ    او  د  و  ط    م     ي   م   ا و  أ او     وس ا

 نو      م   أ و م  ث

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara 

kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu 

kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda 

orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu Mengetahui.(QS Al 

Baqarah [2]:188). 

Page 15: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 15/43

 

15

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib baru pulang lebih sore dari biasanya.

Isterinya, Fatimah putri Rasulullah menyambut kedatangan suaminya dengan

sukacita. Siapa tahu Ali membawa uang lebih banyak karena kebutuhan di rumah

makin besar.

Sesudah melepas lelah, Ali berkata kepada Fatimah, “Aku mohon maaf 

karena tidak membawa uang sepeserpun.”

Tidak nampak sedikitpun kekecewaan pada wajah Fatimah, bahkan ia tetap

tersenyum dan bisa memaklumi keadaan suami yang dicintainya.

Ali amat terharu terhadap isterinya yang begitu tawakkal meskipun ia tidakbisa memasak malam itu karena memang tidak ada bahan makanan yang bisa

dimasak.

Ketika waktu shalat tiba, seperti biasa Ali lalu berangkat ke masjid untuk

menjalankan salat berjama‟ah. Sepulang dari shalat, seorang yang sudah tua

menghentikan langkahnya menuju rumah. “Maaf anak muda, betulkah engkau Ali,

anaknya Abu Thalib?”, tanya orang itu. 

“Betul”, jawab Ali heran.

Orang tua itu merogoh kantungnya seraya berkata, “Dulu ayahmu pernah

kusuruh menyamak kulit. Aku belum sempat membayar ongkosnya, ayahmu

sudah meninggal. Jadi, terimalah uang ini, sebab engkaulah ahli warisnya.”

Dengan amat gembira Ali mengambil uang itu yang berjumlah 30 dinar.

Sesampai di rumah, Ali kemukakan kepada isterinya rizki yang tidak terduga itu.Tentu saja Fatimah sangat gembira ketika Ali menceritakan kejadian itu. Dan ia

menyuruh membelanjakannya semua agar tidak pusing-pusing lagi merisaukan

keperluan sehari-hari. Tanpa berpikir panjang, Ali langsung berangkat menuju

pasar.

Page 16: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 16/43

 

16

Ketika hampir tiba ke pasar, Ali melihat seorang fakir menadahkan tangan,

“Siapakah yang mau menghutangkan hartanya untuk Allah, bersedekahlah

kepadaku, seorang musafir yang kehabisan bekal di perjalanan.” 

Tanpa berpikir panjang lebar, Ali memberikan seluruh uangnya kepada

orang itu dan Ali pulang dengan tangan kosong. Tentu saja melihat sang suami

pulang tidak bawa apa-apa, Fatimah terheran-heran. Ali menerangkan peristiwa

yang baru saja dialaminya dan ini justeru membuat Fatimah begitu terharu

terhadap sang suami. Dengan diiringi senyum yang manis, Fatimah berkata: “Apa

yang engkau lakukan juga akan aku lakukan seandainya aku yang mengalaminya.

Lebih baik kita menghutangkan harta kepada Allah daripada bersifat bakhil yang

dimurkai-Nya.” 

Sikap menerima membuat kita bisa bersyukur dan bersyukur membuat kita

akan memperoleh rizki dalam jumlah yang lebih banyak, bahkan bila jumlahnya

belum juga lebih banyak, rasa syukur membuat kita bisa merasakan sesuatu yang

sedikit terasa seperti banyak sehingga yang merasakan manfaatnya tidak hanya

kita dan keluarga tapi juga orang lain. Inilah diantara makna yang harus kita

tangkap dari firman Allah swt: 

                                 

Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu 

bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu 

mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS 

Ibrahim [14]:7). 

Page 17: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 17/43

 

17

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa bertaqwa kepada Allah swt

memerlukan kesungguhan sehingga kita dituntut untuk bertaqwa dengan sebenar-

benarnya. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita dengan berdoa:

  ف    ر   غا و ن  ي    ا ر  ي  خ ك  ف    ح  فا و ن  ي ر  ص ا ر  ي  خ ك  ف   ر  ص  ا م  ار  ي  خ ك

ن  ي ق زا را ر  ي  خ ك  ف   ق ز را و ن  ي   ا را ر  ي  خ ك  ف       را و ن  ي ر ف   ان      ج  و   د  ا و

. ن  ي ر ف   ا و ن  ي     ظا م و  ا

Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi

pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik

pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik

pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-

baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik

pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan

kafir.

و   ش        ي ف   ا ن ي  د    ح   صأ و   ر  أ    ص   و  ى ذ ا    ي د    ح   صأ م  اح   صأ

  جا و ر  ي  خ    ف    ة د ي ز ة ي   ا    جا و  د        ي ف   ا    ر خآ       ا ر ت و   ا  

 رش   ن  

Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi

urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami.Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan

ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami

sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.

Page 18: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 18/43

 

18

 ه       ت   ك ت  ع  ط ن   و ك ت  ي  ص    ن  ي  و     ي  ل و  ح ت   ك ت ي  ش  خ ن      م  س  قا م  ا

   ع    س      ت   م  ا . ي   دا ب ئ  ص     ي   ع  ه  ن و  ت   ن  ي  ي ا ن   و ك ت   ج

  ر  ص  أ و و  اد  ع ن   ى   ع   ر   ه     جا و     ث را و ا  ه     جا و   ت  ي  ي  حأ     ت و ق و

    ع  ط   س ت و       ع غ       و      ر   أ  ي   دا ل    ج ت و    ي د ى ف   ت    ي  ص  ل    ج ت   ي

  ح ر  ي ن    

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara 

kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang 

mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah,

anugerahkan kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan 

kekuatan selamakami masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan 

 jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan 

 janganlah Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu 

kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi 

kami.  ا ت    ؤ  ا و ن  ي    ؤ  ا و ت       ا و ن  ي         ر   غا م  اك ا تا و  ا و م     ء ي

. تا و   دا ب  ي ج  ب  ي ر ق ع  ي    

Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat,

baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya 

Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.

ر ا با ذ     ق و       ة ر خا  ف و        ي   دا  ف   ا    ر.

Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan 

yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.

Page 19: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 19/43

 

19

2.3. Kriteria Orang yang Bertakwa

Adapun kriteria orang-orang yang bertakwa adalah sebagai berikut yang

terdapat dalam Q.S Al Baqarah ayat 1-5;

a. Alif laam miin.

b. Kitab (Al Quran) Ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang 

bertaqwa,

c. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib , yang mendirikan shalat, dan 

menafkahkan sebahagian rezki yang kami anugerahkan kepada mereka.

Page 20: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 20/43

 

20

d. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang Telah diturunkan 

kepadamu dan kitab-kitab yang Telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin 

akan adanya (kehidupan) akhirat.

e. Mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan 

merekalah orang-orang yang beruntung.

Berdasarkan Q.S Al Baqarah ayat 1-5 di atas dapat dipahami bahwa takwa itu

terdapat pada:

Mereka yang beriman pada yang ghaib seperti adanya Allah SWT, malaikat-

malaikat, dan hari kiamat; Mereka yang melaksanakan ibadah (terutama shalat, zakat, dan mereka

yang berinfaq serta membelanjakan hartanya di jalan Allah). Berikut ini ada

lagi beberapa kriteria orang-orang yang takwa yang dijelaskan dalam al

quran ialah mereka yang :

- Menepati Janji (Q.S Ali Imran : 76).

“  (bukan demikian), Sebenarnya siapa yang menepati janji (yang 

dibuat)nya[207] dan bertakwa, Maka Sesungguhnya Allah menyukai 

orang-orang yang bertakwa ” .

- Menegakan Keadilan (Q.S Al Maidah : 8)

Page 21: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 21/43

 

21

“  Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang 

selalu menegakkan (kebenaran) Karena Allah, menjadi saksi dengan 

adil. dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum,

mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. berlaku adillah, Karena adil itu 

lebih dekat kepada takwa. dan bertakwalah kepada Allah,

Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan ” .

- Bersifat Pemaaf (Q.S Al Baqarah :237)

“  Jika kamu menceraikan Isteri-isterimu sebelum kamu bercampur 

dengan mereka, padahal Sesungguhnya kamu sudah menentukan 

maharnya, Maka bayarlah seperdua dari mahar yang Telah kamu 

tentukan itu, kecuali jika Isteri-isterimu itu mema'afkan atau dima'afkan 

Page 22: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 22/43

 

22

oleh orang yang memegang ikatan nikah[151], dan pema'afan kamu itu 

lebih dekat kepada takwa. dan janganlah kamu melupakan keutamaan di 

antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha melihat segala apa yang kamu 

kerjakan ” .

- Bersifat istiqomah, yaitu berkepribadian kuat dan teguh (Q.S At Taubah :

7)

“  Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya 

dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu Telah 

mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam[632]? 

Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku 

lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang 

yang bertakwa ” .

- Tidak mempunyai rasa takut dan duka-cita dalam hidup yang berpanca

roba, seperti sifatnya wali-wali Allah. (Q.S Yunus : 62-63)

Page 23: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 23/43

 

23

“  Ingatlah, Sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap 

mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati ” .

“  (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa ” .

- Sabar, yaitu orang yang tabah, tahan uji, pantang menyerah, dan tidak

putus asa. Sabar dalam beribadah, sabar dalam kesulitan, sabar dalam

berjihad, sabar menghadapi musibah, sabar dari godaan duniawi.  (Q.S

Ali Imran : 200)

  “ Hai orang -orang yang beriman, Bersabarlah kamu dan kuatkanlah 

kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan 

bertakwalah kepada Allah, supaya kamu beruntung”. 

2.4. Balasan Untuk Manusia yang Bertaqwa

Jika orang bertaqwa dalam segala hal, maka ia di jamin mendapat

keberuntungan di sisi Allah SWT, antara lain:

a. Mendapt pujian dari Allah. (Q.s Ali Imran: 186)

Page 24: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 24/43

 

24

“Kamu sungguh-sungguh akan diuji terhadap hartamu dan dirimu. dan 

(juga) kamu sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi Kitab 

sebelum kamu dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan 

yang banyak yang menyakitkan hati. jika kamu bersabar dan bertakwa, Maka 

Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang patut diutamakan”.  

b. Mendapat penjagaan dari Allah dalam menghadapi musuh. (Q.s Ali Imran: 120)

      

   

    

    

     

    “ Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati, tetapi 

 jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. jika kamu bersabar 

dan bertakwa, niscaya tipu daya mereka sedikitpun tidak mendatangkan 

kemudharatan kepadamu. Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang 

mereka kerjakan”. 

Page 25: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 25/43

 

25

c. Allah akan menyertainya dengan pertolongan-Nya. (Q.s Al-Baqarah: 196)

“ Dan sempurnakanlah ibadah haji dan 'umrah Karena Allah. jika kamuterkepung (terhalang oleh musuh atau Karena sakit), Maka (sembelihlah)

korban[120] yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur kepalamu[121],

sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. jika ada di antaramu yang 

sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), Maka wajiblah atasnya 

Page 26: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 26/43

 

26

berfid-yah, yaitu: berpuasa atau bersedekah atau berkorban. apabila kamu Telah 

(merasa) aman, Maka bagi siapa yang ingin mengerjakan 'umrah sebelum haji (di 

dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) korban yang mudah didapat. tetapi 

 jika ia tidak menemukan (binatang korban atau tidak mampu), Maka wajib 

berpuasa tiga hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu Telah pulang 

kembali. Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. demikian itu (kewajiban membayar 

fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram 

(orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). dan bertakwalah kepada Allah 

dan Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan- Nya”. 

d. Di beri jalan keluar dari kesulitan dan di mudahka rezekinya. (Q.s Ath-Thalaq: 3)

“ Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan 

barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan 

(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang 

(dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap- 

tiap sesuatu”. 

e. Di shalehkan amal perbuatannya dan akan mendapatkan ampunan dosa. (Q.s

Al- bbAhzab:71)

Page 27: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 27/43

 

27

“ Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni 

bagimu dosa-dosamu. dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka 

Sesungguhnya ia Telah mendapat kemenangan yang besar”. 

f. Kasih sayang Allah akan di curahkan bagi yang bertaqwa. (Q.s At-Taubah: 7)

“  Bagaimana bisa ada perjanjian (aman) dari sisi Allah dan RasulNya 

dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu Telah 

mengadakan perjanjian (dengan mereka) di dekat Masjidilharaam[632]? Maka 

selama mereka berlaku lurus terhadapmu, hendaklah kamu berlaku lurus (pula)

terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menyukai orang- orang yang bertakwa”. 

2.5 Taqwa Dan Sistem Pendidikan Indonesia 

Pendidikan nasional adalah berdasarkan Pancasila dan bertujuan untuk

meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan yang maha esa, kecerdasan,

keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan

mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia

Page 28: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 28/43

 

28

yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggungjawab

atas pembangunan bangsa. Jelaslah, taqwa menjadi parameter pendidikan

Indonesia. Untuk itu, ada beberapa poin yang menjadi masalah pendidikan

Indonesia jika dikaitkan dengan paradigma taqwa itu, diantaranya :

Pertama ; Iman dan Taqwa (Imtaq) baru menjadi tema besar yang masih menjadi

angan-angan dalam sistem pendidikan di Indonesia, dan belum menjadi

paradigma sistem pendidikan kita. Tampaknya, Imtaq dalam sistem pendidikan kita

baru bisa menjadi semboyan dan ‟simbolisme‟ pendidikan; hanya untuk sekedar 

memberikan statement bahwa sistem pendidikan Indonesia berdasarkan Pancasila

dan UUD‟45. Tujuan pendidikan Indonesia untuk ”mencerdaskan bangsa”, tidak

salah dan sudah tepat. Tetapi, bagaimana  pendidikan itu bisa mencapai tujuan

tadi? Mungkin saja tujuan bisa tercapai kalau hanya sekedar ”mencerdaskan

bangsa”, tetapi bertolak belakang dengan idealisme, nasionalisme, dan jiwa

keagamaan sebagaimana diamanatkan bangsa yang kemudian dituangkan dalam

Pancasila dan UUD‟45. Dengan memahami yang menjadi ruh  dan semangat

Pancasila dan UUD‟45 itu adalah keimanan  dan ketaqwaan , maka seharusnya

Imtaq menjadi paradigma dalam sistem pendidikan, yang kemudian diturunkan

dalam perumusan sistem dan kebijakan pendidikan, baik pada aspek manajemen

kelembagaan, penyusunan kurikulum dan silabi, maupun pada aspek pembinaan

dan proses belajar mengajar yang Islami (ketaqwaan). Apakah adanya dikhotomi

pendidikan umum dan pendidikan agama merupakan cerminan dari paradigma

taqwa? Atau juga, dengan adanya mata pelajaran ”Pendidikan Agama Islam” di

sekolah-sekolah tingkat dasar s.d. perguruan tinggi mencerminkan paradigma

taqwa? Sekalipun baru wacana, maka merumuskan paradigma Imtaq yang bisa

dijadikan sistem pendidikan Indonesia adalah merupakan tugas kita semua.

Kedua ; jika taqwa menjadi paradigma sistem pendidikan kita, maka yang perlu kita

lakukan adalah : 1) merumuskan nilai-nilai taqwa untuk menjadi ”pilar” sistem

pendidikan Indonesia dan ”memayungi” setiap kebijakan pendidikan dan proses

belajar mengajarnya; 2) membenahi dan merumuskan kembali yang menjadi

Page 29: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 29/43

 

29

‟struktur keilmuan Islam‟ atau ”ilmu-ilmu keislaman”. Hal ini untuk menghindari

kesan yang selama ini ada, bahwa ”pendidikan Islam” tempatnya ada pada

pendidikan/sekolah-sekolah agama dan terkesan eksklusif, seolah-olah Islam tidak

memiliki struktur keilmuan yang jelas dan mapan. Mengikuti pemikiran Zainuddin

Sadar, Hasan Hanafi, Arkoun, Nurcholish Madjid, Azyumardi, Amin Abdullah, dan

banyak lagi, semuanya memiliki pandangan yang sama bahwa Islam memiliki

‟struktur keilmuan‟ tersendiri yang bersumberkan kepada Alqur‟an dan As-Sunnah,

sebagaimana tampak dari warisan para intelektual Muslim dahulu. Dalam konteks

inilah, ”Islamisasi pengetahuan” digulirkan, karena disadari bahwa Islam pun

mengandung dan melahirkan keilmuan; 3) Oleh karena itu, dalam merumuskan

sistem pendidikan itu, maka imtaq harus menjadi landasan filosofisnya. Tentu saja,yang kita lakukan bukan hanya merumuskan aspek material semata  – karena

memang sudah lengkap, sebagaimana terdapat dalam Alqur‟an dan As-Sunnah – 

tetapi secara metodologis kita harus merumusankannya dalam satu bangunan

konsep yang jelas tentang imtaq yang akan dijadikan sebagai paradigma

pendidikan kita.

2.6 Takwa Sebagai Modal Untuk Menjadi Kepribadian Islam

Takwa adalah kepribadian islam yang shahih yang memiliki pola pikir dan sikap

islam. Seseorang yang memiliki pola pikir Islam akan memiliki pendapat yang

islami. Dia akan mempertimbangkan segala informasi yang ia terima sesuai

dengan Islam ketika mencoba menilai fakta. Pemikiran bahwa pacaran boleh,

mencontek itu sah-sah saja, korupsi itu wajar adalah sedikit contoh pemikiran yang

dimiliki oleh banyak orang saat ini. Namun, seorang muslim tidak akan mudah

terbawa arus dan mengambil ide yang sama dengan orang kebanyakan sebelum

ia standarisasi dengan Islam. Pacaran banyak melibatkan aktivitas mendekati zina

dan itu dilarang oleh Islam. Islam mengatakan mencontek dan korupsi dilarang

sehingga harus ditinggalkan. Seorang muslim yang ketika menemukan fakta

Page 30: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 30/43

 

30

pacaran, mencontek, serta korupsi dan ia tidak akan menyetujuinya karena Islam

melarang berarti ia memiliki pola pikir islami. Seseorang pasti akan merasakan

lapar dan haus sehingga ia pasti akan tertuntut untuk memenuhinya. Orang yang

memiliki pola sikap yang islami akan memenuhi rasa lapar dan hausnya sesuai

dengan tuntunan islam, dengan cara yang halal membeli atau meminta kepada

orang lain bukan mencuri. Begitupula dengan pelajar atau mahasiswa yang ingin

nilainya bagus, ia tidak akan menempuh keinginannya dengan mencontek atau

bermain curang lewat jalan belakang (suap) jika ia memiliki pola sikap yang islami.

Jadi, seseorang dikatakan memiliki kepribadian Islam jika ia memiliki pola pikir

(aqliyah) islami dan pola sikap (nafsiyah) islami. Terlepas dari soal kuat lemahnya

kepribadian Islam yang dimiliki. Selama seseorang beraqidah Islam dan selama iamenjadikan aqidahnya itu sebagai landasan dalam berpikir dan mengambil

tindakan untuk memenuhi kebutuhannya orang itu dikatakan

berkepribadian Islam. Tidak menjadi soal dia seseorang yang sangat taat kepada

Allah swt dengan melakukan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-

Nya atau hanya pas-pasan. Namun, ada hal yang perlu diperhatikan yaitu Islam

tidak menganjurkan umatnya untuk memiliki kepribadian Islam yang pas-pasan,

yang mudah goyah, rapuh dan akhirnya tertelan arus jaman. Islam menginginkan

umatnya menjadi sosok-sosok yang memiliki kepribadian Islam yang tangguh,

mampu tampil percaya diri di dengan tingkat pemikiran yang tinggi, bicara tentang

Islam, menyebarkan Islam, dan selalu tunduk kepada aturan Islam. Bukan hal

yang mudah memang, tapi juga bukan sebuah mimpi untuk bisa

merealisasikannya dalam kenyataan. Untuk bisa menjadi sosok berkepribadian

Islam yang tangguh kita harus memperkuat kualitas pola pikir (aqliyah) dan pola

sikap (nafsiyah) islami. Selain itu kita pun harus mewaspadai hal-hal yang bisa

melemahkan kepribadian Islam sehingga kita bisa menghindarinya. Kualitas

aqliyah islamiyah dapat diperkuat dengan mengkaji Islam secara kontinyu,

menambah pembendaharaan ilmu (tsaqofah Islam), menghadiri forum-forum

diskusi keislaman, dan lain-lain, sedangkan nafsiyah islamiyah dapat

Page 31: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 31/43

 

31

ditingkatkan dengan melatih diri melakukan ketaatan, mengerjakan am

alan-amalan wajib maupun sunah, dan berusaha sekuat mungkin menjauhkan diri

dari perbuatan yang haram dan makruh. Allah berfirman dalam sebuah hadist

Qudsi :

“…. Dan tidaklah bertaqarrub (beramal) seorang hamba-Ku dengan sesutau yang

lebih Aku sukai seperti bila ia melakukan amalan fardlu yang Aku perintahkan

atasnya, kemudian hamba-Ku senantiasa bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada-

Ku dengan amalan-amalan sunnah, sehingga Aku mencintainya … (HR. Bukhari

dari Abu Hurairah). Juga firman Allah swt :

“Maka berlomba-lombalah kamu dalam mengerjakan kebajikan” (QS. Al Baqarah :

147)

Sosok berkepribadian Islam bukanlah malaikat, sehingga wajar jika

kadangkala seorang muslim melakukan kesalahan dalam hidupnya. Seseorang

yang melakukan kemaksiyatan bukan berarti kehilangan kepribadian Islamnya.

Selama ia masih memegang aqidah Islam sebagai tolok ukur ia masih dikatakan

berkepribadian Islam walau selemah apapun. Namun, perlu diwaspadai kalau

kemaksiyatan atau perbuatan yang bertentangan dengan Islam terus-menerus

dilakukan selama itu juga ikatan antara aqidah dan amal perbuatannya akan

semakin longgar, sehingga kepribadian Islamnya akan semakin memudar dan

perlahan bisa hilang. Tentunya kita tidak menginginkan hal itu.Islam adalah

tuntunan yang utuh dan sempurna dari Allah Sang Pencipta manusia. Jika

seseorang telah mengikrarkan dirinya sebagai seorang muslim seharusnyalah ia

menerima Islam dengan utuh pula tidak parsial. Ia akan menerima dengan penuh

keridlaan dan akan menghindari perbuatan dosa sekecil apapun karena ia tahu itu

akan memisahkannya dari Islam. Jika anak-anak muslim menyadari hal itu

Page 32: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 32/43

 

32

sepenuhnya dan bersegera berlomba untuk merealisasikannya dalam diri mereka

yakinlah sosok-sosok dengan kepribadian Islam yang tangguh sebentar lagi bukan

lagi jadi mimpi.

2.7 IMPLEMENTASI TAQWA DALAM SISTEMKEPEMERINTAHAN

Sistem kehidupan masyarakat dunia hingga kini masih didominasi dua sistem

yakni sistem kapitalis dan sosialis. Kedua sistem tersebut dibangun atas dasar

materi belaka (materialisme: tanpa nilai ruhiyah). Pada sisi inilah keduanya

bertemu meski pun dalam segi ide (fikroh) dan metode pelaksaan (thariqoh)

peraturannya terkadang berbeda.

Sebagai contoh sistem kapitalisme memandang individu bebas bertindak dan

berbuat apa saja yang diinginkannya untuk meraih kebahagiaan duniawi, tidak

mau menerima pengawasan orang lain serta menolak untuk dibatasi dan

dibelenggu kebebasannya. Sedangkan sisrem sosialisme memandang individu

hanyalah bagian dari alat/sarana produksi yang tidak memiliki kebebasan atau

pilihan.

Masyarakat pada sistem kapitalis selalu berubah peraturannya, terpecah-pecah

hubungannya, tidak diawasi dan dikoreksi oleh siapa pun, karena dalam

pandangan sistem ini, masyarakat terbentuk dari sejumlah individu yang ingin

bebas sehingga mereka tidak memiliki kemampuan mengoreksi

masyarakat/individu lainnya. Adapun pada sisitem sosialis, masyarakat bertingkat-

tingkat (kelas) yang saling bertentangan dan saling mewaspadai antara satu

dengan lainnya, karenanya peran negara pada sistem ini sangat mendominasi

segala aspek kehidupan masyarakat.

Dalam sistem kapitalis negara merupakan sarana yang bersifat temporal untuk

menjaga dan mempertahankan kebebasan individu. Sedangkan pada sosialisme,

negara ibarat tangan besi yang memaksa dan menghancurkan sisa-sisa sistem

yang lama untuk mengarahkan masyarakat agar produktif secara bersama-sama,

dipimpin oleh negara.

Bagaimana dengan Sistem Islam?

Page 33: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 33/43

 

33

Sistem Islam berbeda dengan kedua sistem tersebut dan jelas takkan pernah

bertemu apalagi berkompromi, baik dalam fikroh maupun thariqahnya.

Pembahasan kali ini, bukan untuk mengadakan perbandingan mendetail antara

dua sistem sebelumnya. Namun saat ini akan dilihat secara ringkas bahwa sistem

Islam dengan ketiga asasnya merupakan sistem tunggal yang khas, yang berbedadengan sistem-sistem lain yang ada, baik yang lama maupun yang baru.

Kemudian ketiga asas ciri khas sistem Islam tersebut akan dirinci sebatas

kesempatan yang ada.

Asas Pertama

Asas pertama pembangun sistem Islam adalah ketakwaan yang tertanam dan

terbina pada setiap individu di masyarakat. Seorang muslim memiliki pandangan

mendalam dan jernih yang mencakup pemikiran terhadap alam, manusia dan

kehidupan serta apa yang ada pada sebelum dan sesudah kehidupan dunia ini.Pandangan ini akan menumbuhkan perasaan dan indera seorang mukmin

terhadap takwa, dan menjadikan aqidahnya sebagai pengontrol tingkah lakunya

sehingga tidak akan pernah bertentangan dengan aqidahnya. Hal ini terjadi karena

mafahim (ide-ide yang nyata atau bukan khayali) tentang kehidupan dan tingkah

laku seorang mukmin, terpancar dari aqidahnya.

Seorang mukmin mengetahui secara pasti bahwa Allah SWT selalu

mengawasinya. Dia juga menyadari bahwa pada hari kiamat nanti ia kan

dihidupkan kembali oleh-Nya, kemudian akan dihisab terhadap amal perbuatan

yang telah dilakukannya. Ia menyakini semua ini secara pasti tanpa ada keraguandan kebimbangan sedikit pun. Dan keyakinan ini membekas dalam sikap hidupnya

sehari-hari di masyarakat.

Contoh kebenaran pernyataan ini banyak sekali dapat kita temukan dalam rentetan

sejarah Islam yang agung, malah masih bisa ditemukan saat ini walaupun kaum

muslimin dalam keadaan terpecah belah dan tidak berjalannya sistem Islam.

Pada masa Nabi Muhammad saw (periode terbaik dan teragung dalam sejarah

Islam) banyak teladan yang amat menakjubkan tentang ketakwaan para sahabatdalam melaksakan dan memperjuangkan Islam. Pada masa itu cukuplah

Rasululah saw memberi isyarat (berperang), seluruh kaum muslimin yang telah

beriman langsung berangkat ke medan perang untuk meraih kemenangan atau

syahid, tanpa ada keraguan dan keterlambatan sedikitpun.

Page 34: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 34/43

 

34

Kisah Ma‟iz Al Aslami dan al Ghomidiyah, radliyallahu „anhuma merupakan teladan

yang tepat sekali untuk menggambarkan betapa tingginya rasa ketakwaaan pada

diri para sahabat. Ma‟iz adalah seorang mukmin sejati, demikian pula Al

Ghomidiyah. Suatu ketika Al Ghomidiyah ini datang ke hadapan baginda

Rasulullah dan mengaku telah berbuat zina, seraya meminta supaya baginda Nabimenjatuhkan hukuman/had kepada sesegera mungkin. Nabi saw

menangguhkannya hingga ia melahirkan (anak yang dikandungnya) dan kemudian

ditangguhkannya lagi hingga selesai melaksanakan kewajiban menyusui anaknya;

namun demikian selama itu ia masih terus meminta agar hukum syara‟

diberlakukan atas dirinya yaitu hukum rajam.

Begitu pula hal dengan Ma‟iz ra, ia telah melakukan seperti yang dilakukan oleh

wanita mukminah tadi. Rasulullah telah memberinya kesempatan untuk

mengajukan bukti-bukti, namun demikian ia tetap meminta kepada nabi agar sudi

mensucikan dirinya dan menegakkan hukum Allah SWT padanya (atas

perbuatannya). Demikian gambaran ketinggian aqidah dan akhlak individu

masyarakat Islam, yang pada akhirnya menjadi asas pertama penopang

kehidupan masyarakat Islam. Dalam kasus mulia tersebut, Nabi saw memberi

komentar kepada Al Ghomidiyah:

“Dia (wanita itu) telah bertaubat dengan sesungguhnya, bila ditimbang(taubatnya itu) dengan seluruh penduduk bumi, pasti dikalahkannya”. (HR

Abu Daud no 4446; Tirmidzi no 1459)

Kemudian tentang Ma‟iz beliau berkomentar: 

“Dia sekarang telah berenang di sungai surga.” (HR Ibnu Hibban no 4384

4385)

Pada masa sekarang pun, masih banyak teladan yang menunjukan tingginya nilai

taqwa individu dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Mayoritas umat Islam

masih tetap tegar menjauhi minum khamer, perbuatan-perbuatan keji, riba, dan

harta yang diperoleh dengan cara yang haram, sekali pun penguasa beserta

sistem kufur yang berlaku dewasa ini memberinya peluang dan kemudahan untuk

itu. Semua ini sudah cukup menjadi bukti bahwa ketaqwaan individu menjadi salah

satu asas pokok kehidupan masyarakat Islam.

Asas kedua

Page 35: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 35/43

 

35

Asas kedua dalam penegakkan sistem Islam adalah adanya sikap saling

mengontrol pelaksanaan hukum Islam dan mengawasi serta mengoreksi tingkah

laku penguasa, pada masyarakat. Masyarakat Islam terbentuk dari individu-

individu yang dipengaruhi oleh perasaan, pemikiran, dan peraturan yang mengikat

mereka sehingga menjadi masyarakat yang solid (persatuannya).

Masyarakat seperti ini jelas berbeda dengan masyarakat kapitalisme yang

terpecah-pecah oleh rasa individualistis serta berubah. Juga tidak sama dengan

masyarakat sosialisme yang saling bertentangan dan mengalami fase kehidupan

yang keras dan penguasa yang absolut untuk mencapai masyarakat tanpa kelas

yang diidamkan. Masyarakat Islam memiliki karakteristik tersendiri dalam

membentuk perasaan taqwa dalam diri individu. Hal ini dijelaskan dalam Firman-

Nya:

                                                                                                       (٨)

 

“Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang-orang yang benar sebagai

penegak keadilan, dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum,

mendorong kamu untuk berbuat tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih

dekat dengan taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maidah: 8)

Lebih dari itu masyarakat Islam memiliki kepekaan indera yang sangat tajam,

bagaikan pekanya anggota tubuh terhadap sentuhan apapun yang mengenai

tubuhnya. Tubuh yang hidup akan merasakan luka apapun yang menimpa salah

satu anggotanya, kemudian ia bereaksi, bergoncang dan berusaha melawan

penyakit tadi sampai lenyap. Dari sisi inilah maka amar ma‟ruf nahi munkar 

menjadi bagian yang paling esensial sekaligus yang membedakan masyarakat

Islam dengan masyarakat lainnya. Allah SWT berfirman: 

                                                                

      (١٠٤)

 

Page 36: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 36/43

 

36

“(Dan) Hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebaikan, menyeru berbuat yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar,

mereka itulah orang-orang yang beruntung.” 

(QS Ali Imran: 104).

                                                               

                                               (١١٠)

 

“Kalian adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk ummat manusia,

menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman

kepada Allah” 

(QS Ali Imran:110)

Oleh karena itu ketaqwaan individu itu dapat dipengaruhi dan dibina oleh

pandangan masyarakat dan individu. Sedangkan individu tidak lain adalah salah

satu unsur dari masyarakat yang tegak atas dasar ketaqwaaan yang kuat. Dalam

naungan masyarakat inilah, individu yang berbuat maksiat tidak berani terang-

terangan, atau bahkan tidak berani melaksanakannya. Bahkan kalau pun ia

tergoda juga untuk melakukannya ia akan berusaha menyembunyikannya. Namun

begitu dengar ia sadar dan kembali kepada kebenaran dan bertaubat atas

kekhilafannya.

Bahkan orang-orang munafik sekali pun, dimasa nabi saw, tidak berani

menampakkan apa yang mereka sembunyikan dan menampakkan rencana-

rencananya. Pada zaman kekhalifahan Abbasiyah didapati orang-orang fasik, tapi

 jumlahnya sedikit, yang dengan cara sembunyi-sembunyi mendatangi rumah-

rumah orang-orang Nashrani (kafir dzimmi) hanya untuk meminum seteguk khamr.

Mereka melakukan hal ini bukan hanya karena takut kepada penguasa saja

ataupun sanksi yang akan diterimanya, akan tetapi mereka takut menghadapi

pengawasan masyarakat. Tekanan keras dari masyarakat inilah, yang menjadi

faktor kuat untuk mendorong sekelompok kecil penyelewengan tersebut

bersembunyi.

Contoh lain dari kenyataan hidup sehari-hari dewasa ini juga dapat dilihat. Orang-

orang yang hidup di tengah-tengah masyarakat pedesaan, yang masih bersih dari

Page 37: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 37/43

 

37

noda-noda kemerosotan akhlak, seperti adanya kedai-kedai khamr, tempat-tempat

mesum dan lain-lain. Sedikit sekali diantara mereka yang berani melakukan

kemaksyiatan atau perbuatan haram, karena masih khawatir atas pengawasan

masyarakat terhadap kemaksyiatan yang ada di masyarakat tersebut.

Karenanya, pengawasan masyarakat dalam bentuk amar ma‟ruf nahyi munkar 

merupakan asas kedua yang menopang kehidupan masyarakat Islam. Dengan

asas ini makin kokohlah bangunan masyarakat Islam sehingga mampu membawa

kepada kemuliaan umat.

Asas Ketiga

Asas ketiga pembangun masyarakat Islam adalah keberadaan

negara/pemerintahan sebagai pelaksana hukum syara‟. Kedudukan negara dalam

Islam, tidak lain selalu memelihara masyarakat dan anggota-anggotanya serta

bertindak selaku pemimpin yang mengatur dan mementingkan urusan rakyatnya.

Keberadaan terpenting sebuah negara/pemerintahan dalam masyarakat Islam

adalah untuk menerapkan hukum-hukum syara‟ dan mengemban dakwah Islam ke

seluruh penjuru dunia. Maka dalam negara Islam, kedaulatan (penentu nilai benar

salah) itu adalah milik syara‟ saja, sedangkan kekuasaan (penentu siapa yang

akan melaksanakan nilai benar salah) adalah milik umat. Artinya umat memiliki

kekuasaan untuk mengatur dan melaksanakan pemerintahan, dengan tetap

berdasar kepada hukum syara‟ karena kedaulatan hanyalah berdasar syara‟

semata. Sedangkan kekuasaan melaksanakan hukum diserahkan kepada manusia

untuk memilih pemimpinnya dalam melaksanakan hukum tersebut.

Dalam sistem Islam, negara mempunyai bangunan yang kokoh dan menyatu

dengan tingkah laku individu dan sikap masyarakat.Hal ini terjadi karena umat

secara keseluruhan merupakan penyangga bagi negara; dimana negara diberi

wewenang penuh untuk menerapkan hukum-hukum syara‟ tanpa melihat tinggi-

rendahnya kedudukan seseorang. Dan tanpa merasa khawatir, apalagi takut,

menindak siapa saja yang melakukan penyelewengan dan kejahatan walaupun

kejahatannya meluas dan jumlahnya besar.

Suatu ketika diajukan kepada Nabi saw seorang wanita yang mencuri untuk diadili

dan dijatuhkan hukuman/had potong tangan terhadapnya. Beliau tidak menerima

Page 38: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 38/43

 

38

permohonan grasi dari Usamah bin Zaid untuk wanita tersebut, bahkan menegur

Usamah seraya berkata:

“Apakah kamu mengajukan keringanan/grasi terhadap salah satu

hukuman dari Allah SWT? Demi Allah kalau saja Fathimah putri Muhammadmencuri, pasti akan aku potong tangannya.” (HSR. Bukhori, Muslim dari

’Aisyah. Lihat “Jaami’ul Ushul”, Ibnu Atsir Hadits no 1879)

Abu Bakar As Shiddiq ra, Khalifah pertama, berkata dalam pidatonya selepas

dibai‟at kaum muslimin : 

“Orang yang lemah di antara kalian adalah kuat menurut pandangankusampai aku berikan haknya kepadanya. Orang yang kuat menurut kalian

adalah lemah menurut pandanganku sampai aku ambil hak tersebut

darinya”. (HR. Az Zuhri dari Anas.Lihat Al Bidayah Wan-Nihayah Ibnu Katsir,

VI :340).

Oleh karena itu ketika nampak adanya kemurtadan, sesaat setelah Rasulullah saw

wafat, dan kejahatan merajalela serta menunjukkan tanda-tanda membahayakan

stabilitas negara Khilafah yang masih muda umumnya itu, dengan segera Abu

Bakar mengambil tindakan menumpasnya tanpa ragu-ragu. Sampai akhirnya para

murtaddin itu kembali kepada kebenaran (Islam) semula. Kemudian Allah SWT

menghinakan para pemimpin kafir yang mengibarkan bendera kemurtadan lalu

kembalilah Islam menjadi kuat dan mulia.

Dengan demikian, negara merupakan asas tegak dan kokohnya masyarakat Islam.Negara/pemerintahan mengawasi dan mengontrol masyarakat, individu dan

pelaksanaan seluruh hukum Islam. Kepadanyalah Allah memberikan amanah

untuk menerapkan syari‟at Islam. Kepala negara (Khalifah) beserta aparatnya yang

menjalankan amanah itu. Bahkan sesungguhnya merekalah yang bertanggung

 jawab mulai dari hal yang sekecil-kecilnya hingga sebesar-besarnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

“Seorang pemimpin adalah pemelihara dan dia bertanggung jawabterhadap peliharaannya.” (HSR Imam Bukhori, Muslim, Ahmad dari Ibnu

Umar. Lihat “Al Fathul Kabir” Yusuf An-Nabhani jilid II :330-331)

Karena itu negara menegakkan sanksi-sanksi hukum dan menyebarkan keadilan

serta mengembalikan hak-hak kepada fihak yang seharusnya menerimanya.

Negara memobilisasi tentara maupun rakyat untuk menyebarkan dakwah Islam di

Page 39: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 39/43

 

39

seluruh pelosok dunia. Negara juga merupakan pemimpin bagi umat dalam

mengatur perekonomian, kesehatan, keamanan, hubungan dalam dan luar negeri

serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah masyarakat.

Negara pula yang mengadakan perjanjian-perjanjian dengan negara-negara lain

dan menyatakan perang, membuat perdamaian, kerjasama ekonomi maupun yanglainnya untuk kemaslahatan bersama. Negara mengawasi dan mengontrol

masyarakat serta individu dan meminta pertanggungjawaban mereka tanpa

memandang siapa pun juga. Dalam hal ini negara tidak membujuk masyarakat dan

individu untuk mendapat suara yang terbanyak seperti apa yang terjadi dalam

sistim kapitalisme. Dalam sistem Islam, negara bersikap keras (tegas) dalam

melaksanakan syari‟at Islam, tetapi lunak terhadap umat dan individu ikut serta

bersama masyarakat dalam mengoreksi tingkah laku para penguasa.

Oleh karena itu dalam sistem Islam pengontrolan dan pengawasan dan

pelaksanakan hukum dilakukan secara bersama-sama. Individu merupakan

penyangga dan pengoreksi tingkah laku masyarakat dan pengausa. Sedang

masyarakat adalah pilar yang membentuk kepribadian individu secara Islami yang

khas, lalu meluruskan kesalahan-kesalahan dan kekeliruan-kekeliruan serta

mendukung negara dan meminta pertanggungjawabannya, juga ikut serta dalam

menyangga masyarakat dan individu, disamping memenuhi dan melayani seluruh

kebutuhan masyarakat, berdasarkan peraturan-peraturan Islam, serta meminta

pertanggungjawaban mereka terhadap setiap kesalahan dan penyelewengan.

Setelah kita lihat gambaran umat Islam yang disimbolkan dengan negara,

masyarakat dan indivudu-individunya, kita dapat menyimpulkan bahwa ummat

Islam adalah ummat yang kokoh bangunannya, sempurna dan konsisiten

peraturannya sehingga tidak terdapat sedikitpun celah-celah yang memungkinkan

disusupi oleh pemikiran/ideologi asing. Keadaan ummat yang kacau balau selama

ini, yang telah menggoncangkannya, sehingga ambruk bangunannya dan

ditentukan oleh peraturan-peraturan kufur; semuanya itu telah terjadi setelah

ummat Islam menjauhkan diri dari dienul Islam dan mencampakkan peraturan-

peraturan Islam. Padahal dienul Islam itulah yang telah memuliakan mereka dan

meninggikan martabatnya di antara ummat-ummat lain.

Saat ini, perlu kita bertanya, apakah mungkin seorang individu yang hidup dalam

sistem materialis dapat mengecap kesempurnaan taqwa? Apa sebenarnya yang

bisa mendorong untuk memiliki sifat taqwa, sedangkan ia telah terputus

hubungannya dengan Allah SWT dan telah terikat dengan materi semata,

Page 40: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 40/43

 

40

sehingga menjadikannya tidak yakin lagi kepada Allah sejak ia lahir sampai

menemui ajalnya, juga ia tidak percaya bahwa Allah akan menghisabnya di hari

kiamat kelak?

Jawaban pertanyaan ini sudah jelas, bahwa tidak ada tempat lagi untuk taqwa dihati individu kapitalis maupun sosialis. Apa yang dikatakan tentang individu dapat

pula dikatakan untuk masyarakat dan negara pada kedua sistem ini.

Sesungguhnya Islam yang berlandaskan wahyu Allah SWT, disampaikan melalui

Rasul-Nya, merupakan satu-satunya sistem yang memiliki ciri khas tentang cara

pelaksanaan aturannya. Hal ini tidaklah mengherankan karena Islam adalah

sistem yang bersumber dari Al Quraan, kalam Allah SWT, yang Maha Sempurna.

                                                 (٤٢)

 

“Yang tidak datang kepadanya (Al Quraan), kebatilan baik dari depan maupun

dari belakang yang diturunkan oleh Rabb yang Maha Terpuji” (QS. Fushilat:42).

KESIMPULAN: ketaqwa‟an itu memang sangat penting bagi orang-orang mukmin,

bukan hanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam sistem kepemerintahan juga

sangat berperan agar tidak terjadi hal-hal seperti yang banyak terjadi di zaman

sekarang, mulai dari korupsi yang semakin merajalela, kolusi diaman-mana, dan

nepotisme yang sangat susah diberantas.

Page 41: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 41/43

 

41

BAB III 

PENUTUP 

3.1 Kesimpulan.

Adapun kesimpulan yang di dapat dari makalah yang berjudul Hakekat

Takwa ini antara lain :

Menurut arti harfiah, takwa berarti : hati-hati, ingat, mawas diri dan

waspada. Kata takwa tidak dapat diartikan sama dengan “takut”, karena

sifat takut itu lebih banyak bercampur dengan rasa benci. Jadi, takwa ialah

sikap mental orang-orang mukmin dan kepatuhannya dalam melaksanakan

perintah-perintah Allah swt serta menjauhi larangan-Nya atas kecintaan

semata.

Pengertian taqwa secara syari; Allah memerintahkan nabi-Nya untuk

bertaqwa seperti yang termaktub diawal surat ahzab dan diayat lainnya,

perintah untuk orang-orang beriman, ulul albab, bahkan kepada manusia

secara menyeluruh.

Adapun kriteria orang-orang yang bertakwa adalah menepati janji,

menegakkan keadilan, berdifat pemaaf, bersifat istiqomah, tidak mempunyai

rasa takut dan duka-cita dalam hidup yang berpanca roba, sabar.

3.2 Saran.

Adapun saran yang dapat saya sampaikan dari hasil penulisan makalah

yang berjudul Hakekat Takwa ini yaitu : Diharapkan kepada Pemerintah dan

Instansi yang berkenaan dengan pendidikan agama islam agar lebih meningkatkan

program tentang akidah akhlak, fikih maupun tauhid agar generasi muda yang

Page 42: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 42/43

 

42

akan akan datang tidak hanya menjadi orang yang cerdas namun juga mempunyai

akhlakul karimah dan mampu beribadah secara baik dan benar. Dengan

terbentuknya akhlak yang baik dan beribadah yang baik dan benar dapat menjadi

modal dasar kita dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah

SWT.

Page 43: Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4

5/10/2018 Makalah Agama 2ia07 Minggu 1 Kelompok 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/makalah-agama-2ia07-minggu-1-kelompok-4 43/43

 

43

DAFTAR PUSTAKA 

  http://basyirj.wordpress.com/2008/12/13/hakikat-taqwa/  

  http://amgy.wordpress.com/2008/02/22/taqwa-dan-implikasinya-terhadap-

pendidikan/  

  http://irwanselayar.blogspot.com/2011/04/makalah-agama-implementasi-

iman-dan.html 

  http://www.docstoc.com/docs/63319003/makalah-tentang-takwa  

  http://voiceofmuslimahbekasi.wordpress.com  

  http://ruqayyahafka.multiply.com 

  http://www.al-ikhwan.net/karakteristik-masyarakat-islam-dalam-surat-al-

ahzab-7-prinsip-prinsip-tegaknya-syariat-islam-1-takwa-320