makalah administrasi pendidikan

17
DAFTAR ISI DAFTAR ISI.................................................... 1 A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang........................................ 2 2. Pengertian MBS........................................ 3 3. Tujuan MBS............................................ 3 4. Manfaat MBS........................................... 3 5. Landasan Yuridis MBS.................................. 4 B. KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH 1. Manajemen Sekolah..................................... 5 ...................................................... 2. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan....................... 5 ...................................................... C. KARAKTERISTIK MBS 1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah ................ 6 2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua.................. 6 3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional.......... 7 4. Team-Work yang Kompak dan Transparan ................. 7 5. Ciri-ciri MBS ........................................ 7 D. IMPLEMENTASI MBS DI INDONESIA Manajemen Berbasis Sekolah [kel.12]

description

makalah

Transcript of makalah administrasi pendidikan

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1A. PENDAHULUAN1. Latar Belakang22. Pengertian MBS33. Tujuan MBS34. Manfaat MBS35. Landasan Yuridis MBS4

B. KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH1. Manajemen Sekolah52. MBS Sebagai Proses Pemberdayaan5

C. KARAKTERISTIK MBS1. Pemberian Otonomi Luas Kepada Sekolah 62. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua 63. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional 74. Team-Work yang Kompak dan Transparan 75. Ciri-ciri MBS 7

D. IMPLEMENTASI MBS DI INDONESIA 1. Iklim Sekolah yang kondusif 92. Otonomi Sekolah 103. Kewajiban Sekolah 10 Daftar Pustaka 11

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia indonesia secara kaffah (menyeluruh). Pemerintah, dalam hal ini menteri pendidikan nasional telah mengencangkan Gerakan peningkatan mutu pendidikan pada tanggal 2 Mei 2002; dan lebih terfokus lagi, setelah diamantkan dalam undang-undang sisdiknas (2003) bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsaUpaya mencerdaskan kehidupan bangsa menjadi tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik, menjadi subjek yang bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, tangguh, kreatif, mandiri, demokratis, dan profesional pda bidangnya massing-masing. Kompetensi tersebut diperlukan, terutama untuk era kesejagatan, khusunya globalisasi pasar bebas di lingkungan negara-negara ASEAN (Asean Free Labour Area), maupun di kawasan negara-negara Asia Pasifik (APEC)Ditengah persaingan dalam era kesemrawutan global, dan pasar bebas manusia dihadapakan pada perubahan-perubahan yang tidak menentu. Ibarat nelayan dilaut lepas yang dapat menyesatkan jika tidak memiliki kompas sebagai pedoman untuk bertindak dan mengarunginya. Kondisi tersebut telah mengakibatkan hubungan yang tidak linieranatra pendidikan dengan dunia kerja atau one to one relationship karena apa yang terjadi dalam lapangan kerja sulit diikuti oleh pendidikan, sehingga terjadi kesenjangan.Menyadari hal tersebut, pemerintah telah melakukan penyempurnaan sistem pendidikan, baik melalui penataan perangkat lunak (software) maupun perangkat keras (hardware). Upaya tersebut, antara lain dikeluarkannya undang-undang nomor 22 dan 35 tahun 1999 tentang otonomi daerah, serta diikuti oleh penyempurnaan undang-undang sistem pendidikan nasional, yang secara langsung berpengaruh terhadap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pendidikan. Jika sebelumnya manajemen pendidikan merupakan wewenang pusat dengan paradigma top-down atau sentralisrik, maka dengan berlakunya undang-undang tersebut kewenangan bergeser pada pemerintah daerah kota dan kabupaten dengan paradigma buttom-up atau desentralistik dalam wujud pemberdayaan sekolah, yang meyakini bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan sedapat mungkin keputusan seharusnya dibuat oleh merekan yang berada di garis depan (line staf), yang vertanggung jawab terhadap pelaksanaan kebijakan, dan terkena akibatnya secara langsung, yakni guru dan kepala sekolah.Dalam kaitan ini visi, misi, dan strategi dinas pendidikan nmasional dengan bijaksana kondisi nyata sekolah dan masyarakat, dan harus pula mendukung kebijakan nasional yang menjadi prioritas pemerintah, serta harus mampu memelihara garis kebijakan dari birokrasi yang lebih tinggi. Di samping itu, tujuan harus layak, dapat dicapai dengan kemampuan yang ada, serta memiliki gambaran yang ideal tentang kondisi pendidikan yang diharapkan di massa depan.Untik kepentingan tersebut diperlukan paradigma baru manajemen pendidikan. Dalam hal ini, berbagai pihak menganalisis dan melihat perlunya diterpakan manajemen berbassis sekolah (school based management), yang dapat mengelola pendidikan sesuai dengan tujuan reformasi dalam era globalisasi.2. Pengertian MBSIstilah manajemen berbasis sekolah merupakan terjemahan dari school based management . Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan paradigma baru pendidikan yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Pelibatan di maksudkan agar lebih memahami, membantu , mengontrol pengelolaan pendidikan.Kewenangan yang bertumpu pada sekolah merupakan inti dari MBS yang dipandang memiliki tingkat efektivitas tinggi serta memberikan beberapa keuntungan berikut. Kebijaksanaan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepada peserta didik, orang tua, dan guru; Bertujuan bagaimana memanfaatkan sumber daya local; Efektif dalam melakukan pembinaan peserta didik seperti kehadiran , hasil belajar, tingkat pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru, dan iklim sekolah; Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputusan, memberdayakan guru, manajemen sekolah, rancang ulang sekolah, dan perubahan perencanaan (Fattah, 2000).

3. Tujuan MBS

Manajemen berbasis sekolah (MBS) merupakan salah satu upaya pemerintah untuk mencapaikeunggulan masyarakat bangsa dalam penguasaan ilmu dan teknologi , yang dinyatakan dalam GBHN. MBS yang ditandai dengan otonomi sekolah dan pelibatan masyarakat merupakan respons pemerintah terhadap gejala-gejala yang muncul di masyarakat, bertujuan untuk meningkatkan efisiensi, mutu, dan pemerataan pendidikan.Peningkatan efisiensi antara lain, di peroleh melalui kkeleluasaan mengelola sumberdaya partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi. Sementara peningkatan mutu dapat di peroleh, antara lain melalui partisipasi orangtua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, peningkatan profesionalisme guru dan kepala sekolah. Peningkatan pemerataan antara lain di peroleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu.

4. Manfaat MBSMemberikan kebebasan dan kekuasaan yang besar pada sekolah, disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumberdaya dan pengembangan strategi MBS sesuai dengan kondisi setempat. Sekolah dapat meningkatkan kesejahteraan guru, sehingga lebih konsentrasi pada tugas. Guru lebih terdorong untuk berinovasi dengan melakukan eksperimentasi-eksoperimentasi di lingkungan sekolah. Prestasi peserta didik dapat dimaksimalkan melalui peningkatan partisipasi orangtua, misalnya, orangtua dapat mengawasi langsung proses belajar anaknya

5. Landasan Yuridis MBS

Landasan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)Landasan Manajemen Berbasis Sekolah menurut Mulyasa (2009) yaitu berdasarkan otonomi daerah; UU No. 22 tentang Pemerintah Daerah pada hakikatnya memberi kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut Depdiknas (2007), landasan MBS yaitu berdasarkan landasan Yuridis yang dijamin oleh peraturan perundang-undangan:a. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 51 ayat (1).b. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program pembangunan Nasional tahun 2000-2004 pada Bab VII.c. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044 Tahun 2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.d. Kepmendiknas Nomor 087 tahun 2004 tentang Standar Akreditas Sekolah.e. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.Suryosubroto (2010) menyatakan tentang landasan MBS yaitu Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah yang diberlakukan secara efektif mulai tanggal 1 Januari 2001.Tidak jauh berbeda dengan Suryosubroto, Nurkolis (2003) mengungkapkan sejak digulirkannya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang berlaku 1 Januari 2001, wacana desentralisasi pemerintah ramai dikaji. Pendidikan termasuk bidang yang didesentralisasikan ke pemerintah kota/ kabupaten. Melalui desentralisasi pendidikan, diharapkan permasalahan pokok pendidikan yaitu masalah mutu, pemerataan, relevansi, efisiensi, dan manajemen dapat terpecahkan.Dari paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah berlandaskan pada UU No. 22 tahun 1999 dan dan Landasan Yuridis.

A. KONSEP DASAR MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

1. Manajemen SekolahIstilah manajemen sekolah acapkali disandingkan dengan istilah administrasi sekolah. Berkaitan dengan itu, terdapat iga pandangan berbeda. Pertama, mengartikan administrasi lebih luas daripada manajemen (manajemen smeruoakan inti dari administrasi); kedua, melihat manajemen lebih luas dari pada adminstrasi; dan ketiga, pandangan yang menganggap bhawa manajemen identik dengan adfminstrasi.Gaffar (1989) mengemukakan bahwa manajamen pendidikan mengandung arti sebagai suatu proses kerja yang sama yang sistematik,sistemik, dan komprehensif dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Manajemen pendidikan juga daoat di artikan sebagai segala yang berkenan dengan pengelolaan proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan., baik tujuan jangka pendek, menengah, maupun tujuan jangka panjang.2. MDS sebagai Proses PemberdayaanPemberdayaan merupakan istilah yang sangat popular dalam cara reformasi. Jika dikaitkan dengan demokratisasi, pembangkitan ekonomi kerakyatan, keadilan dan penegakan hukum,serta partisipasi politik. Pemberdayaan telah merambah pada berbagai bidang dan aspek kehidupan manusia, termasuk pendidikan, antara lain dikeluarkannya kebijakan MBS sebagai paradigm barub manajemen pendidikan. Dengan MBS diharapkan para kepla sekolah, guru dan personel lain di sekolah serta masyarakat setempat dapat melaksanakan pendidikan sesuai kebutuhan.Kindervatter(1979) memberikan batasan pemberdayaan sebagai peningkatan pemahaman manusia untuk meningkatkan kedudukannya di mayarakat. Peningkatan meliputi kondisi-kondisi berikut; Akses Daya pengungkit Pilihan-pilihan Status Kemampuan refleksi kritis Legitimasi Disiplin Presepsi kreatifKondisi kondisi tersebut dapat dipandang sebagai hasil dari proses pemberdayaan.

B. KARAKTERISTIK MBS

MBS yang ditawarkan sebagai bentuk operasional desentralisasi pendidikan dalam konteks otonomi daerah akan memberikan wawasan baru terhadap sistem yang sedang berjalan selama ini. Hal ini diharapkan dihaparkan dapat membawa dampak terhadap peningkatan efesiensi dan efektifitas kinerja sekolah, dengan menyediakan layanan pendidikan yang komprehesif dan tanggap terhadap kebutuhan masyarakat sekolah setempat. Disisi lain sekolah juga harus meningkatkan efesiensi, partisipasi, dan mutu, serta bertanggung jawab kepada masyarakat dan pemerintah. Karakteristik MBS bisa diketahui antara lain dari bagaimana sekolah dapat mengoptimalkan kinerja organisasi sekolah, proses belajar mengajar, pengelolaan SDM, dan pengelolaan sumber daya administrasi.

1. Pemberian Otonomi Luas kepada Sekolah

MBS memberikan otonomi luas kepada sekolah,disertai seperangkat tanggung jawab. Dengan adanya otonomi yang memberikan tanggung jawab pengelolaan sumber daya dan pengembangan strategi sesuai dengan kondisi setempat,sekolah dapat memperdayakan tenaga kependidikan guru agar lebih berkonsentrasi pada tugas utamanya mengajar. Dalam pada itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan diberi kewenangan dan kekuasaan yang luas untuk mengembangkan program-program kurikulum pembelajaran sesuai kondisi dan kebutuhan peserta didik serta tuntutan masyarakat. Untuk mendukung program keberhasilan tersebut, sekolah memiliki kekuasaan dan kewenangan mengelola dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang tersedia di masyarakat dan lingkungan sekitar. Selain itu,sekolah juga diberikan kewenangan untuk menggali dan mengelola sumber dana sesuai dengan prioritas kebutuhan. Melalui otonomi yang luas,sekolah dapat meningkatkan kinerja tenaga kependidikan dengan menawarkan partisipasi aktif mereka dalam mengambil keputusan dan tanggung jawab bersama dalam pelaksanaan keputusan yang diambil secara proporsinal, dan professional.

2. Partisipasi Masyarakat dan Orang Tua

Dalam MBS, pelaksanaan program-program sekolah didukung oleh partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik yang tinggi. Orang tua peserta didik dan masyarakat tidak hanya mendukung sekolah melalui bantuan keuangan, tetapi melalui komite sekolah dan dewan pendidikan merumuskan serta mengembangkan program-program yang dapat meningkatkan kualitas seklah. Masyarakat dan orang tua menjalin kerja sama untuk membantu sekolah sebagai nara sumber berbagai kegiatan sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Kepemimpinan yang Demokratis dan Profesional

Dalam MBS, pelaksanaan program-program sekolah didukung oleh adana kepemimpinan sekolah yang demokratis dan professional. Kepala sekolah dan guru-guru sebagai tenaga pelaksana inti program sekolah merupakan orangyang memiliki kemampuan dan integrasi professional. Kepala sekolah adalah manajer pendidikan professional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan. Guru-guru yang direkrut oleh sekolah adalah pendidik professional dalam bidangnya masing-masing, sehingga mereka bekerja berdasarkan pola kinerja professional yang disepakati bersama untuk memberi kemudahan dan mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik. Dalam proses pengambilan keputusan, kepala sekolah mengimplementasikan proses bottom-up secara demokratsi, sehingga semua pihak memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil beserta pelaksanaannya.

4. Team-Work yang Kompak dan TransparanDalam MBS, keberhasilan program-program sekolah didukung oleh kinerja team-work yang kompak dan transparan dari bebagai pihak yang terlibatdalam pendidikan di sekolah. Dalam dewan pendidikan dan komite sekolah misalnya,pihak-pihak yang terliba bekerja sama secara harmonis sesuai dengan posisinya masing-masing untuk mewujudkan suatu sekolah yang dapat dibanggakan oleh semua pihak. Mereka tidak salin menunjukan kuasa atau paling berjasa, tetapi masing-masng member konstribusi terhadap upaya peningkatan mutu dan kinerja sekolah secara kaffah. Dalam pelaksanaan program misalnya, pihak-pihak terkait bekerja sama secara professional untuk mencapai tujuan-tujuan atau target yang disepakati bersama. Dengan demikian,keberhasilan MBS merupakan hasil sinergi (sinergistic effect) dari kolaborasi tim yang kompak dan transparan.Dalam konsep MBS kekuasaan yang dimiliki sekolah,mencakup pengambilan keputusan tentang manajemen kurikulum dan pembelajaran, rekrutmen dan manajemen tenaga kependidikan, serta manajemen keuangan sekolah.Empat factor penting yang perlu diperhatikan dalam impementasi MBS, yakni kekuasaan, pengetahuan dan keterampilan,sistem informasi,serta sistem penghargaan (Depdiknas,2002).A. Kekuasaan yang dimiliki SekolahKepala sekolah memiliki kekuasaan yang lebih besar untuk mengambil keputusan berkaitan dengan kebijakan dibanding kan dengan system manajemen pendidikan yang dikontrol oleh pusat. Besarnya kekuasaan sekolah bergantung bagaimana MBS dapat diimplementasikan . Pemberian kekuasaan secara utuh seperti dituntut MBS tidak mungkin dilaksanakan sekaligus,tetapi memerlukan proses transisi dari manajemen terpusat ke MBS. Kekuasaan lebih besar yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pengambilan keputusan perlu dilaksanakan secara demokratis, antara lain dengan melibatkan semua pihak khusunya guru dan orang tua peserta didik,membentuk pengambil keputusan dalam hal-hal yang relevan dengan tugasnya,serta menjalin kerjasama dengan masyarakat dan dunia kerja.

a. Pengetahuan dan KeterampilanKepala sekolah beserta seluruh warganya harus menjadi learning person,yang senantia belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya secara terus menerus (continous improvement).Seluruh warga sekolah perlu memiliki pengetahuan untuk meningkatkan prestasi,memahami dan melaksanakan berbagai teknik,seperti quality assurance,quality control,self-assesment,school review,benchmarking,dan analisis SWOT. Untuk itu,sekolah harus memiliki system pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang diwujudkan melalui pelatihan.b. Sistem Informasi yang JelasSekolah yang melaksanakan MBS perlu memiliki informasi yang jelas tentang program yanhg netral dan transpaan,karena dari informasi tersebut seseorang akan mengetahui kondisi sekolah. Informasi ini diperlukan untuk monitoring,evaluasi, dan akuntabilitas sekolah. Informasi yang amat pentin untuk dimiliki sekolah, antara lain berkaitan dengan kemampuan guru,prestasi peserta didik,kepuasan orang tua dan peserta didik, serta visi dan misi sekolah.

5. CIRI-CIRI MBSOrganisasi sekolahProses belajar mengajarSumber daya manusiaSumber daya adminstrasi

Menyediakan manajemen organisasi kepemimpinandalam mencapai tujuan sekolah Meningkatkan kualitas belajar siswaMemberdayakan staf dan menempatkan personel yang dapat melayani keperluan siswaMengidentifikasikan sumber daya yang di perlukan dan mengalokasikan sumberdaya tersebut sesuai dengan kebutuhan

Menyusun rencana sekolah dan merumuskan kebijakan Mengembangkan kurikulum yang cocok terhadap kebutuhan siswa dan masyarakat sekolahMemilih staf yang memiliki wawasan MBSMengelola dana sekolah

Mengelola kegiatan operasional sekolah Menyelenggarakan pengajaran yang efektifMenyediakan kegiatan untuk pengembangan profesi pada semua stafMenyediakan dukungan administratif

Menjamin adanya komunikasi yang efektif antara sekolah dan masyarakatMenyediakan program pengembangan yang di perlukan siswaMenjamin kesejahteraan staf dan siswaMengelola dan memelihara gedung dan sarana lainnya

Menjamin akan terpeliharanya sekolah yang bertanggung jawabProgram pengembangan yang di perlukan siswaKesejahteraan staf dan siswaMemelihara gedung dan sarana lainnya

C. IMPLEMENTASI MBS DI INDONESIA

Melalui MBS, sekolah dikembangkan menjadi lembaga pendidikan yang diberi kewenangan dan tanggung jawab secara luas untuk mandiri,maju,dan berkembang berdasarkankebijakan dasar pengelolaan pendidikan yang dtetapkan pemerintah pusat. Persoalan yang muncul adalah apakah kondisi actual di sekolah-sekolah di Indonesia beserta sumber dayanya sudah memiliki kesiapan untuk melaksanakan inovasi yang akan mengubah pola dan system menejemen sekolah.Untuk mengimplementasikan menejemen berbasis sekolah secara efektif dan efisien kepala sekolah perlu memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencanaan dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuhkembangkan dengan menigkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disiplin kerja, keteladan dan hubungan manusiawi sebagai modal perwujudan iklim kerja yang kondusif.Lebih lanjut,kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai menejer sekolah dalam meningkatkan pross pembelajaran dengan melakukan supervise kelas, embina dan memberikan saran-saran positif kepada guru.Disamping itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinandari kepala sekolah yang lain.Sehubung dengan uraian diatas, implementasi MBS di Indonesia perlu didukung oleh perubahan mendasar dalam kebijakan pengelolaan sekolah, dengan memperhatikan iklim sekolah yang kondusif ,otonomi sekolah, kewajiban sekolah ,kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis dan professional, serta partisipasi masyarakat dan orang tua peserta didik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan pendidikan di sekolah.1. Iklim Sekolah yang Kondusif

Pelaksaan MBS perlu didukung oleh iklim sekolah yang kondusif bagi tercitanya suasana yang aman nyaman dan tertib , sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan tenang dan menyenangkan (enjoyable learning ). Iklim yang demikian akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, yang lebih menekankan pada belajarmengetahui ( learning to know ), belajar bekerja ( learning to do ) blajar menjadi diri sendiri( learning to be ) dan belajar hidup bersama secara harmonis ( learning to live together ). Dalam pada itu akan memupuk tumbuhnya kemandirian dan berkurangnya ketergantungan di kalangan warga sekolah,bersifat adaktif dan proaktif serta memiliki jiwa kewirausahaan tinggi (ulet, inovatif, dan berani mengambil resiko).Untuk kepentingan tersebut, sekolah dan madrasah perlu dilengkapi oleh sarana dan prasarana pendidikan, serta sumber-sumber belajar yang memadai.

2. Otonomi Sekolah

Dalam system sentralisasi yang dianut selama ini, sekolah sebagai pelaksana program penddikan tidak pernah diberi kewenangan untuk menentukan program pendidikan atau system pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik secara actual.selkolah hanya berfungsi sebagai pelaksana ketentuan dai pusat,meskipun kadang- kadang tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik.Dalam MBS, kebijakan pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta iste evaluasinya harus didesentralisasikan ke sekolah, agar sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan masyarakat secara lebih fleksibel. Pemerintah pusat dalam hal ini Depdiknas, hanya menetapkan standar nasional, yang pengembangannya diserahkan kepada sekolah. Dengan demikian, desentralisasi kebijakan dalam pengembangan kurikulum dan pembelajaran beserta system evaluasinya merupakan prasyarat untuk mengimplementasikan MBS.3. Kewajiban Sekolah Manajemen berbasis sekolah manawarkan keleluasaan pengelolaan sekolah memiliki potensi yang besar dalam menciptakan kepala sekolah, guru,dan pengelola system pendidikan professional. Oleh karena itu, pelaksanaannya perlu disertai seperangkat kewajiban, serta monitoring dan tuntutan pertanggung jawaban (akuntable) yang relative tinggi, untuk menjamin bahwa sekolah selain memiliki otonomi juga memiliki kewajiban melaksanakan kewajiban pemerintah dan memenuhi harapan masyarakat sekolah. Dengan demikian,sekolah dituntut mampu menampilkan pengelolaan sumber daya secara transparan, demkratis,tnpa monopoli, dan bertanggung jawab baik kepada masyarakat maupun pemerintah , dalam rangka meningkatkan kapasitas pelayanan terhada peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, Sutiah . 2009. MANAJEMEN PENDIDIKAN. Jakarta: KencanaMulyasa. 2004 . MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Bandung: PT Remaja KencanaMulyasa. 2006 . MENJADI KEPALA SEKOLAH PROFESIONAL. Bandung: Rosda

12Manajemen Berbasis Sekolah [kel.12]