Makalah

35
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kesehatan dengan kelainan jantung masih menduduki peringkat yang tinggi penyebab faktor genetik dan faktor prenatal. Jantung adalah salah satu kelainan yang menggangu system dalam tubuh yang paling penting. Salah satu kelainan jantung tersebut ialah Artium Septum Defek (ASD) yang merupakan lubang pada sekat atrium yang menyebabkan hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009). Penyebab dari jantung itu ada berbagai macam, terutama penyakit jantung yang kelaianan bawaan ini adalah ASD ini di sebabkan oleh Faktor Prenatal yaitu ibu dengan infeksi rubela, ibu alkoholisme, ibu yang mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu, ibu dengan usia lebih dari 45 tahun dan pada faktor-faktor genetik yaitu anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah atau ibu menderita PJB, kelainan kromosom seperti Down Syndrome dan lahir dengan kelainan bawaan lain. Berdasarkan data penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6% jika terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8% penderita 1

description

makalah tugas anak

Transcript of Makalah

Page 1: Makalah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kesehatan dengan kelainan jantung masih menduduki

peringkat yang tinggi penyebab faktor genetik dan faktor prenatal. Jantung

adalah salah satu kelainan yang menggangu system dalam tubuh yang paling

penting. Salah satu kelainan jantung tersebut ialah Artium Septum Defek

(ASD) yang merupakan lubang pada sekat atrium yang menyebabkan

hubungan antara atrium kanan dan kiri (Samik Wahab, 2009).

Penyebab dari jantung itu ada berbagai macam, terutama penyakit

jantung yang kelaianan bawaan ini adalah ASD ini di sebabkan oleh Faktor

Prenatal yaitu ibu dengan infeksi rubela, ibu alkoholisme, ibu yang

mengkonsumsi obat-obatan penenang atau jamu, ibu dengan usia lebih dari

45 tahun dan pada faktor-faktor genetik yaitu anak yang lahir sebelumnya

menderita PJB, ayah atau ibu menderita PJB, kelainan kromosom seperti

Down Syndrome dan lahir dengan kelainan bawaan lain.

Berdasarkan data penyakit jantung kongenital meningkat 2 sampai 6%

jika terdapat riwayat keluarga yang terkena sebelumnya. Selain itu, 5-8%

penderita penyakit jantungkongenital mempunyai keterkaitan dengan

kelainan kromosom. Kelainan ini lebih sering ditemukan pada anak

perempuan dibandingkan anak laki-laki (rasio perempuan : laki-laki = 1,5

sampai 2:1) (Kapita Selekta, 2008).

Berbagai permasalahan keperawatan yang timbul baik masalah aktual

maupun potensial akibat adanya penyakit jantung ASD adalah penurunan

curah jantung yang berhubungan dengan penurunan volume ventrikel kiri,

atrium septum defek, gangguan pertukaran gas berhubungan dengan odema

paru, intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan, aktual atau resiko

tinggi gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan intake tidak adekuat akibat sekunder dari adanya sesak nafas, mual,

1

Page 2: Makalah

anoreksia, daya hisap bayi kurang, aktual/resiko tinggi pola nafas tidak efektif

yang berhubungan dengan kelainan vaskuler paru obstruktif akibat sekunder

atau stenosis pulmoner, dan resiko kekambuhan yang berhubungan dengan

ketidakpatuhan terhadap aturan terapeutik, tidak mau menerima perubahan

pola hidup yang sesuai.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan pada bayi.K dengan ASD (Atrium Septal

Defek)

2. Tujuan Khusus

Mengetahui pengertian ASD (Atrium Septal Defek)

Mengetahui proses keperawatan pada pasien dengan ASD (Atrium

Septal Defek)

2

Page 3: Makalah

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian

Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan antara atrium

kanan dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup ( Markum, 1991).

ASD adalah defek pada sekat yang memisahkan atrium kiri dan kanan.

(Sudigdo Sastroasmoro, 1994).

Atrial Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa

lubang (defek) pada septum interatrial yang terjadi karena kegagalan fusi

septum interatrial semasa janin. ( id. Wikipedia.org).

Atrial Septal Defect adalah adanya hubungan (lubang) abnormal pada

sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung

bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat

atrium. Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung

kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat.

(http://askep.blogspot.com/2008/04/asuhan-keperawatan-pada-anak-

dengan.html )

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat dirumuskan

bahwa Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana

terdapat lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan

atrium kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial

semasa janin.

B. Epidemiologi

Di antara berbagai kelainan bawaan (congenital anomaly) yang ada,

penyakit jantung bawaan (PJB) merupakan kelainan yang paling sering

ditemukan. Di Amerika Serikat, insidens penyakit jantung bawaan sekitar 8-

10 dari 1000 kelahiran hidup, dengan sepertiga di antaranya bermanifestasi

sebagai kondisi kritis pada tahun pertama kehidupan dan 50% dari kegawatan

pada bulan pertama kehidupan berakhir dengan kematian penderita. Di

3

Page 4: Makalah

Indonesia, dengan populasi 200 juta penduduk dan angka kelahiran hidup 2%,

diperkirakan terdapat sekitar 30.000 penderita PJB.

C. Etiologi

Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor

yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD.

Faktor-faktor tersebut diantaranya :

1. Faktor Prenatal

a. Ibu menderita infeksi Rubella

b. Ibu alkoholisme

c. Umur ibu lebih dari 40 tahun.

e. Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu

2. Faktor genetik

a. Anak yang lahir sebelumnya menderita PJB

b. Ayah atau ibu menderita PJB

c. Kelainan kromosom misalnya Sindroma Down

d. Lahir dengan kelainan bawaan lain

D. Patofisiologi

Penyakit dari penyakit jantung kongentinal ASD ini belum dapat

dipastikan banyak kasus mungkin terjadi akibat aksi trotogen yang tidak

diketahui dalam trisemester pertama kehamilan saat terjadi perkembangan

jantung janin. Pertama kehidupan status, saat struktur kardiovaskuler

terbentuk kecuali duktus arteriosis paten yaitu saluran normal untuk status

yang harus menututp dalam beberapa hari pertama.

Darah artenal dari atrium kiri dapat masuk ke atrium kanan melalui

defek sekat ini. Aliran ini tidak deras karena perbedaan tekanan pada atrium

kiri dan kanan tidak begitu besar (tekanan pada atrium kiri 6 mmHg sedang

pada atrium kanan 5 mmHg) . Adanya aliran darah menyebabkan

penambahan beban pada ventrikel kanan, arteri pulmonalis, kapiler paru-paru

4

Page 5: Makalah

dan atrium kiri. Bila shunt besar, maka volume darah yang melalui arteri

pulmonalis dapat 3-5 kali dari darah yang melalui aorta.

Dengan bertambahnya volume aliran darah pada ventrikel kanan dan

arteri pulmonalis. Maka tekanan pada alat–alat tersebut naik., dengan adanya

kenaikan tekanan, maka tahanan katup arteri pulmonalis naik, sehingga

adanya perbedaan tekanan sekitar 15 -25 mmHg. Akibat adanya perbedaan

tekanan ini, timbul suatu bising sistolik ( jadi bising sistolik pada ASD

merupakan bising dari stenosis relatif katup pulmonal ). Pada valvula

trikuspidalis juga ada perbedaan tekanan, sehingga disini juga terjadi stenosis

relatif katup trikuspidalis sehingga terdengar bising diastolik. Karena adanya

penambahan beban yang terus menerus pada arteri pulmonalis, maka lama

kelamaan akan terjadi kenaikan tahanan pada arteri pulmunalis dan akibatnya

akan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Tapi kejadian

ini pada ASD terjadinya sangat lambat ASD I sebagian sama dengan ASD II.

Hanya bila ada defek pada katup mitral atau katup trikuspidal, sehingga darah

dari ventrikel kiri atau ventrikel kanan mengalir kembali ke atrium kiri dan

atrium kanan pada waktu systole. Keadaan ini tidak pernah terjadi pada ASD

II.

Arah shunt pun bisa berubah menjadi dari kanan kekiri sehingga

sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah yang rendah oksigen

akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.

E. Klasifikasi

Berdasarkan bentuk anatomisnya Atrial Septal Defect dapat dibedakan

menjadi 3 , yaitu:

1. Defek Sinus Venosus, yaitu defek yang terletak di bagian superior dan

posterior sekat, sangat dekat dengan vena kava superior dan juga dekat

dengan salah satu muara vena pulmonalis.

2. Defek Sekat Sekundum, yaitu defek ini terletak di tengah sekat atrium.

Defek ini juga terletak pada foramen ovale.

5

Page 6: Makalah

3. Defek Sekat Primum, yaitu defek ini terletak dibagian bawah sekat

primum, dibagian bawah hanya di batasi oleh sekat ventrikel, dan terjadi

karena gagal pertumbuhan sekat primum. Defek sekat primum dikenal

dengan ASD I, Defek sinus Venosus dan defek sekat sekundum dikenal

dengan ASD II

F. Manifestasi Klinis

1. Bayi

a. Sianosis umum, khususnya membran mukosa, bibir dan lidah,

kunjungtiva, area vaskularisasi tinggi, dispnea, khususnya setelah

kerja fisik seperti makan, menangis dan mengejan.

b. Keletihan.

c. Pertumbuhan dan perkembangan buruk

d. Kadang-kadang mengalami infeksi saluran pernafasan.

e. Kesulitan makan.

f. Diastolik meningkat.

g. Sistolik Rendah.

h. Bising jantung tak normal.

i. Palpitasi.

2. Anak – anak

a. Kerusakan pertumbuhan dan perkembangan.

b. Tubuh lemah, keletihan.

c. Nafas tersengal – tersengal dan dipsnea saat aktivitas.

d. Kardiomegali.

e. Diastolik meningkat.

f. Sistolik Rendah

g. Bising jantung tak normal

h. Palpitasi.

G. Komplikasi

1. Gagal jantung.

6

Page 7: Makalah

2. Penyakit pembuluh darah paru.

3. Endokardititis.

4. Aritmia.

H. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto torak : Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan

ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularisasi paru

meningkat (pletora). Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal,

gambaran vaskularisasi paru mengurang di daerah tepi (pruned tree). Dan

menunjukan adanya komplikasi atau tidak.

2. Ekokardiogram: Ekokardiogram M-mode memperlihatkan dilatasi

ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradoks.

Ekokardiogram 2 dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya

defek interatrial (pandangan subsifoid yang paling terpercaya). Prolaps

katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium

yang besar. Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek

septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat

terlihat. Ekokardiogram menentukan lokasi defek, ukuran defek, arah dan

gradien aliran, perkiraan tekanan ventrikel kanan dan pulmonal,

gambaran beban volume pada jantung kiri, keterlibatan katup aorta atau

trikuspid serta kelainan lain. Ekokardiografi Doppler memperlihatkan

aliran interatrial yang terekam sampai di dinding atrium kanan. Rasio

aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung.

Ekokardiografi kontras dikerjakan bila Doppler tak mampu

memperlihatkan adanya aliran interatrial.

3. Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak

normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai

regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher

angsa (goose-neck appearance) akibat posisi katup mitral yang abnormal.

Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat.

7

Page 8: Makalah

Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas dapat memperlihatkan

besarnya defek septum atrium.

4. EKG : deviasi aksis ke kiri pada ASD primum dan deviasi aksis ke kanan

pada ASD secundum, RBBB, RVH.

5. Kateterisasi jantung : prosedur diagnostic dimana kateter radiopaque

dimasukan kedalam atrium jantung melalui pembuluh darah perifer,

diobservasi dengan fluoroskopi atau intensifikasi pencitraan; pengukuran

tekanan darah dan sampel darah memberikan sumber-sumber informasi

tambahan. Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada

ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi

pulmonal.Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan saluran oksigen

di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan

arteri pulmonalis. Bila telah terjadi penyakit vaskuler paru, tekanan arteri

pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes dengan

pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.

I. Penatalaksanaan

Kebanyakan pasien ASD tidak menunjukkan keluhan. Pada bayi

sebelum usia 3 bulan, defek berukuran < 3 mm umumnya akan menutup

spontan. Bagaimanapun juga apabila lubang tersebut besar maka operasi

untuk menutup lubang tersebut dianjurkan guna mencegah terjadinya gagal

jantung atau kelainan pembuluh darah pulmonal. Pengobatan pencegahan

dengan antibiotik sebaiknya diberikan setiap kali sebelum penderita

menjalani tindakan pencabutan gigi untuk mengurangi resiko terjadinya

endokarditis infektif.

J. Prognosis

Sampai 5 tahun yang lalu, semua ASD hanya dapat ditangani dengan

operasi bedah jantung terbuka. Operasi penutupan ASD baik dengan jahitan

langsung ataupun menggunakan patch sudah dilakukan lebih dari 40 tahun.

8

Page 9: Makalah

Tindakan operasi ini sendiri, bila dilakukan pada saat yang tepat (tidak

terlambat) memberikan hasil yang memuaskan, dengan risiko minimal (angka

kematian operasi 0-1%, angka kesakitan rendah).

Pada penderita yang menjalani operasi di usia kurang dari 11 tahun

menunjukkan ketahanan hidup pasca operasi mencapai 98%. Semakin tua

usia saat dioperasi maka ketahanan hidup akan semakin menurun, berkaitan

dengan sudah terjadinya komplikasi seperti peningkatan tekanan pada

pembuluh darah paru. Namun demikian, tindakan operasi tetap memerlukan

masa pemulihan dan perawatan di rumah sakit yang cukup lama, dengan

trauma bedah (luka operasi) dan trauma psikis serta relatif kurang nyaman

bagi penderita maupun keluarganya. Hal ini memacu para ilmuwan untuk

menemukan alternatif baru penutupan ASD dengan tindakan intervensi non

bedah (tanpa bedah jantung terbuka), yaitu dengan pemasangan alat

Amplatzer Septal Occluder (ASO).

9

Page 10: Makalah

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian

1. Identitas

Nama : By. K

Tanggal lahir : 26 Oktober 2013

Jenis kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Sunda / Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Cilengkrang II Rt/Rw 05/08 Ujung Berung

Nama ayah : Tn. B

Tanggal MRS : 5 Desember 2013

Tanggal pengkajian : 5 Desember, jam 13.00 wib

Diagnosa medis : ASD

No. register : 1068121

Sumber informasi : orang tua dan status

2. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama : sesak, tidak mau menetek, tidak bisa tidur, gelisah

b. Riwayat Penyakit Sekarang :

1) Tgl 6 November 2013 : usia bayi 10 hari, mulai batuk-batuk

belum disertai sesak.

2) Tgl 12 November 2013 : bayi mulai batuk-batuk disertai sesak

pertama kali.

c. Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Bayi lahir spontan pada tanggal 26 Oktober 2013, usia kehamilan 9

bulan 1 minggu dengan BB 2,6 kg ditolong oleh bidan. Bayi langsung

10

Page 11: Makalah

menangis, warna kulit merah, tidak ada tanda dan gejala penyakit

yang disertai.

d. Riwayat Keehatan Keluarga :

1) Tidak ada yang mengalami sakit seperti penderita.

2) Saat hamil tidak minum obat sembarang, kecuali dari rumah sakit,

jamu tidak pernah minum.

3) Ayah dan ibu sering pilek dan batuk dipagi hari bila kena debu

3. Observasi dan Pemeriksaan fisik

a. Keadaan Umum : post op open heart, kesadaran somnolen, terpasang

ventilator dengan ETT, penderita usia 3 bulan

b. Pengkajian Fisik :

B1 (Breathing) / Pernafasan :

1) Pernafasan dengan ETT dibantu dengan ventilator mode IPPV,

FiO2 60 %, frekwensi nafas 40 x/mnt, SaO2 50-60 % dan makin

turun.

2) Ronchi positif (+), tidak ada whezing, tidak ada stridor.

3) Retraksi intercostal positif (+)

4) Pernafasan cuping hidung positif (+)

B2 (Bleeding) / sirkulasi :

1) Perfusi jaringan dingin, klien tampak biru, sianosis

2) Capilary refill time 3 detik

3) Suhu : 36,50 C

4) Tensi : 60/30 mmHg

5) Nadi : 90-100 x/mnt

6) Terpasang CVP 8 cm H2O

7) Terpasang balon drain tekanan (-) 8 cm H2O, cairan merah

8) Infus D10 0,18 MS 200 cc / 24 jam

B3 (Brain) / Kesadaran :

11

Page 12: Makalah

1) Kesadaran menurun , somnolen, usia 3 bulan

2) GCS 2 dan 6, gerakan sangat lemah

3) Kejang tidak ada (-)

4) Pupil isokor, diameter sama

5) Sklera putih

6) Kemampuan buka mata lemah

B4 (Blader) / Perkemihan :

1) Bayi menggunakan kateter

2) Kateter menates

3) Produksi urine ± 3 cc/jam

B5 (Bowel) / Pencernaan :

1) Bising usus positis (+), kembung posistif (+)

2) Terpasang sonde susu 120 cc/24 jam

3) BAB encer berlendir, warna hijau kehitaman, jumlah 50 cc/BAB

B6 (Bone) / Tulang otot-integumen

1) Pergerakan sendi sangat lemah

2) Terpasang infus divena kava (bilument), udema tidak ada

3) Luka operasi tertutup hepafix, tidak ada rembesan darah

4) Kulit sangat halus dan sensitif, terbaring dalam waktu yang lama

5) Kulit sekitar pantat, genetalia tampak kemerahan (bintik-bintik

merah) sedikit terkelupas

4. Pemeriksaan Penunjang

a. Thorak photo : Cor : jantung membesar kekanan dan kekiri

Pulmo : tampak infiltrat pada supra parahiler kanan dan kedua paru

tampak hiperareated

Kedua sinus Phrenicocostalis tajam

Kesimpulan : Kardiomegali dengan pnemoni

b. ECG : Irama sinus, HR 142 x/mnt, sumbu QRS + 1150 / RAD

12

Page 13: Makalah

Tanggal 5 Desember 2013 :

Labotratorium :

elektrolit : K : 1,59 meg/L

Na : 11,7 meg/L

AGD : PH : 7,447

pCO2 : 68 mmHg

pO2 : 43, 9mmHg

HCO3 : 45,9 mmol /L

BE : 21,9 mmol/L

SaO2 : 79,8 %

CHO2 : 48,0 %

5. Terapi

a. Obat : Meronem : 3 x 50 mg/iv

Cloxacillin : 3 x 50 mg/iv

b. Cairan : D10 0,18 NS : 180 cc/24 jam

KCl : 1 meq

13

Page 14: Makalah

14

Page 15: Makalah

B. Analisa Data

NO DATA PENDUKUNG ETIOLOGI MASALAH1

2

DS : -DO :

a. Penderita sesak nafasb. Terpasang ETT dengan ventilatorc. Penderita kebiruan / sianosisd. HR 90 x /mnte. Frekwensi 40 x/mntf. SaCO2 60 % dan makin turung. Ronchi positif (+)h. Retraksi interkosrali. Pernafasan cuping hidung posistif

(+)

DS : -DO :

a. Orang tua sering menanyakan keadaan anaknya di rumah sakit

b. Ibu mengatakan ia sangat cemas dan bingung dengan penyakit anaknya

c. Ibu menangis dan berharap anaknya cepat sembuh

d. Ibu cemas dan bertanya apakah anaknya akan sembuh normal seperti anaknya yang lain

Penumpukan sekret

Hospitalisasi anak        Kekuatiran terhadap anak

Gangguan pertukaran gas

Perubahan peran orang tua

15

Page 16: Makalah

3

e. Ibu berharap anaknya dapat dirawat dengan baik

        

DS : -DO : - terpasang endotrakheal tube

        Terpasang alat ventilator dan monitor lainnya

        Pertahanan tubuh penderita menurun        RR 40 x/mnt        SaO2 60 %

      

        

Pemsangan ETT & ventilator (alat bantu mekanis )

Resiko tinggi cidera / barotrauma

16

Page 17: Makalah

C. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan penumpukan sekret

2. Perubahan peran orang tua berhubungan dengan kekuatiran terhadap

penyakit anaknya

3. Resiko tinggi cedera / barotrauma berhubungan dengan pemasangan ETT

dan ventilator

17

Page 18: Makalah

No Diagnosa

Keperawatan

Tujuan Rencana Tindakan Intervensi Evaluasi

Implementasi Rasional

1 Gangguan pertukaran

gas berhubungan

dengan penumpukan

sekret

Tujuan panjang :

Pasien dapat

bernafas dengan

normal

Tujuan pendek :

Tidak terjadi

gangguan

pertukaran gas

dalam waktu 15

menit dengan

kriteria hasil :

a. Klien tidak

sianosis

b. Klien tidak

sesak nafas

c. Pengembangan

dada +/+

1. Cuci tangan

sebelum

memegang bayi

2. Beri O2 bag and

mask

3. Kaji status

pernafasan setiap

15 menit dan kaji

suara nafas

4.Lakukan suctio

n

1.Mencegah

tranmisi

organisme dari

tempat lain

2. Memberi

cadangan O2

pada alveoli

yang dapat

menurunkan

hipoksemi

3. Memastikan

apakah klien

masih dalam

gangguan

pertukaran gas

4.Membebaskan

jalan nafas

1.Mencuci

tangan sebelum

memegang bayi

2.Memberi

O2 bag

3. Mengkaji

pernafasan klien

15 menit

pertama,

selanjutnya tiap

jam

        Suara nafas :

ronchi

4. Melakukan suction :a. Memakai

handscoon steril

S : -O : a. Sianosisb. Klien tidak

sesakc. Pengembangan

dada (+/+)d. Nafas cuping

hidung (+)e. Frekwensi

nafas 50 x/mntf. SaO2 90 %, g. N: 134 x/mnt

A : Masalah teratasiP : Pertahankan

intervensi no.

1,2,3, dan 4

18

Page 19: Makalah

d. Nafas cuping

hidung tidak ada

e. Frekwensi nafas

normal

f. SaO2 80 – 100 %

b. Mengambil kanul suction 1/3 dari ETT

c. Baging sampai SaO2 diatas 95, lalu lakukan suctioning paling lama 15 detik

d. Dilakukan dalam 3 periode

2 Perubahan peran

orang tua

berhubungan dengan

kekuatiran terhadap

penyakit anaknya

Tujuan panjang :

Peran orang tua

kembali normal

seperti biasa

Tujuan pendek :

Orang tua akan

mengekpresikan

1.Jalin

komunikasi yang

baik dengan

orang tua

penderita

2.Berikan

informasi yang

1.Indikator

untuk

melakukan

tindakan

selanjutnya

2. Menghindari

stresor

1.Menjalin

hubungan baik

dengan orang

tua khususnya

Ibu pasien

2.Memberikan

informasi

S :

- Ibu mengatakan

bira

bagaimanapun dan

dalam keadaan

apapunia tetap

menyayangi

19

Page 20: Makalah

perasaannya

setelah dilakukan

asuhan

keperawatan dalam

3x24 jam dengan

kriteria hasil :

a. Orang tua

mengatakan

siap untuk

menerima anak

dengan

kelainan

jantung.

b. Orang tua yakin

bahwa mereka

memegang

peranan penting

dalam

kesembuhan

jelas untuk

mengurangi

kecemasan

3. Yakinkan

orang tua bahwa

dia memegang

peranan penting

dalam tumbang

anak

4. Libatkan orang

tua dalam

perawatananak

selama dirawat

berlebihan

terhadap orang

tua dan

informasi yang

jelas dapat

mengurangi

kecemasan

orang tua dan

keluarga

3. Agar orang

tua berperan

aktif dalam

perawatan

4. Peran aktif

diharapkan

mempercepat

proses

penyembuhan

tentang

penyakit

anaknya dan

menganjurkan

ibu untuk tidak

terlalu cemas

dengan

mengatakan

banyak anak

yang

mengalami hal

semacam ini

tapi mereka

tetap kuat.

3.Meyakinkan

ibu dengan

menganjurkan

ibu untuk sering

mengunjungi

anaknya, ia sadar

bahwa anaknya

adalah titipan

tuhan

- Ibu menyadari

dukungan do’a

akan mempercepat

penyembuhan

anaknya

O :

- Ibu

mengekpresikan

perasaanya

- Ibu mengatakan

siap menerima

anaknya

- Ibu mengatakan

dalam keadaan

menangis

20

Page 21: Makalah

anaknya.

c. Mendiskusikan

rencana

pengobatannya.

anaknya selama

dirawat

4. Melibatkan

orang tua/

menganjurkan

orang tua untuk

tetap membantu

dalam

perawatan

anak :misalnya

pakaian harus

bersih, popok

sering diganti /

bila basah

- ibu selalu

mengunjungi

anaknya

A : Masalah

teratasi

P : Pertahankan

rencana tindakan

no. 4

3 Resiko tinggi

cedera / barotrauma

berhubungan dengan

pemasangan ETT

Tujuan panjang :

Agar tidak terjadi

cidera

Tujuan pendek :

1.Monitor

ventilator bila ada

peningkatan yang

tiba-tiba

1. Peningkatan

secara tajam

dapat

menimbulkan

1. Memonitor

keadaan

ventilator

sesering

S : -

O :

a. Tidak terjadi

iritasi pada

21

Page 22: Makalah

dan ventilator Penderita bebas

dari cedera setelah

dilakukan tindaka,

dalam waktu 1x 24

jam dengan kriteria

hasil :

a. Tidak terjadi

iritasi pada

hidung maupun

jala nafas

b. Tidak terjadi

barotrauma

c. Saturasi

O2 (>95 %)

2. Yakinkan nafas

klien sesuai

dengan ventilator

3.Lakukan

pengisapan lendir

dengan hati-hati

dan gunakan

kateter suction

yang lunak

4.Lakukan

restrain/ fiksasi

dengan baik pada

ETT

trauma jalan

nafas

(barotrauma)

2. Nafas yang

berlawanan

dengan mesin

dapat

menimbulkan

trauma

3. Cegah iritasi

mukosa jalan

nafas

4.Mencegah

terekstubasi

sendiri

mungkin setiap

jam

2. Meyakinkan

bahwa nafas

klien sesuai

dengan

ventilator

3. Melakukan

suction sesuai

anjuran : steril,

memakai

handscoon

4. Melakukan

fixasi ETT

dengan baik dan

benar

hidung dan

jalan nafas

ditandai dengan

tidak ada tanda-

tanda infeksi.

Suhu 36,5 c,

klien tenang,

tidak cemas

b. Tidak terjadi

barotrauma

c. SaO2 90 %

d. Setting

ventilator benar

22

Page 23: Makalah

23

Page 24: Makalah

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat

lubang ( defek ) pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium

kiri dan kanan yang terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa

janin.

Proses keperawatan pada pasien ASD dengan melakukan pengkajian

yang akan menghasilkan analisa data untuk menegakkan diagnosa

keperawatan sehingga dapat mengetahui rencana keperawatan yang akan

dilakukan dan akan mendapatkan hasil dari rencana keperawatan tersebut.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca dan dapat

menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan dengan pasien ASD

(Atrial Septal Defect)

24

Page 25: Makalah

DAFTAR PUSTAKA

Masjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculaplus

Muttaqin, Arif.2009. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika

Marilynn.2007. Rencana Aauhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Oemar, Hamid.2003. Kardiologi. PT Gelora Aksara

Wahab, Samik.2010. Penyakit Jantung Kongenital yang tidak Sianosis. Jakarta:

EGC

http://dastodebelto.blogspot.com

25