Makalah

18
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian, penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian (mineral, batubara, panas bumi, migas). Seperti Sektor pertambangan, terutama pertambangan umum,yang menjadi isu yang menarik. Akan tetapi dalam melakukan penambangan pemerintah harus mempunyai anggaran dana yang lebih besar hal itu yang membuat pemerintah mendatangkan investor- investor dari luar. Dengan adanya kegiatan pertambangan di Indonesia maka pemerintah mengeluarkan undang- undang yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan yaitu UU No. 11/1967 tentang Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan. Istilah TI sebagai kepanjangan dari Tambang Inkonvensional sudah sangat dikenal di kalangan rakyat Kepulauan Bangka Belitung. Ini merupakan sebutan untuk penambangan timah dengan memanfaatkan peralatan mekanis sederhana, yang biasanya bermodalkan antara 10 juta sampai 15 juta rupiah. Untuk skala penambangan yang lebih kecil lagi, biasanya disebut Tambang Rakyat (TR). TI sebenarnya dimodali oleh rakyat dan dikerjakan oleh rakyat juga. Secara legal formal TI sebenarnya adalah kegiatan penambangan yang melanggar hukum karena memang umumnya tidak memiliki izin penambangan. Pada mulanya pengelola TI melakukan kegiatan di dalam areal kuasa penambangan (KP) PT. Tambang Timah dan kalau sudah habis mereka bisa pindah ke tempat lain yang ditentukan oleh PT. Tambang Timah. Akan tetapi, setelah masuk di era reformasi, dari tahun 1998 ke atas, masyarakat mulai mencari-cari lokasi di luar KP PT. Tambang Timah sehingga jumlah TI berkembang pesat menjadi ribuan. Mereka kini di luar kontrol karena menambang kebanyakan di luar KP PT. Tambang Timah. Kegiatan pertambangan inkonvensional timah di Pulau Bangka semakin memprihatinkan. Seiring dengan itu pembangunan smelter (pabrik pengolahan menjadi timah balok) juga mengalami peningkatan sangat tajam. Meruyaknya smelter menjadi ancaman besar terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini

description

makalah ini merupakan makala tentang sejarah terbentuknya kolong. makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas Pengelolaan Sumber Daya Kolong. Semoga bermanfaat ^_^

Transcript of Makalah

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Pertambangan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka upaya pencarian,

    penambangan (penggalian), pengolahan, pemanfaatan dan penjualan bahan galian

    (mineral, batubara, panas bumi, migas). Seperti Sektor pertambangan, terutama

    pertambangan umum,yang menjadi isu yang menarik. Akan tetapi dalam melakukan

    penambangan pemerintah harus mempunyai anggaran dana yang lebih besar hal itu

    yang membuat pemerintah mendatangkan investor- investor dari luar. Dengan

    adanya kegiatan pertambangan di Indonesia maka pemerintah mengeluarkan undang-

    undang yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan yaitu UU No. 11/1967 tentang

    Pokok-pokok Pengusahaan Pertambangan.

    Istilah TI sebagai kepanjangan dari Tambang Inkonvensional sudah sangat

    dikenal di kalangan rakyat Kepulauan Bangka Belitung. Ini merupakan sebutan

    untuk penambangan timah dengan memanfaatkan peralatan mekanis sederhana, yang

    biasanya bermodalkan antara 10 juta sampai 15 juta rupiah. Untuk skala

    penambangan yang lebih kecil lagi, biasanya disebut Tambang Rakyat (TR). TI

    sebenarnya dimodali oleh rakyat dan dikerjakan oleh rakyat juga. Secara legal formal

    TI sebenarnya adalah kegiatan penambangan yang melanggar hukum karena

    memang umumnya tidak memiliki izin penambangan. Pada mulanya pengelola TI

    melakukan kegiatan di dalam areal kuasa penambangan (KP) PT. Tambang Timah

    dan kalau sudah habis mereka bisa pindah ke tempat lain yang ditentukan oleh PT.

    Tambang Timah. Akan tetapi, setelah masuk di era reformasi, dari tahun 1998 ke

    atas, masyarakat mulai mencari-cari lokasi di luar KP PT. Tambang Timah sehingga

    jumlah TI berkembang pesat menjadi ribuan. Mereka kini di luar kontrol karena

    menambang kebanyakan di luar KP PT. Tambang Timah.

    Kegiatan pertambangan inkonvensional timah di Pulau Bangka semakin

    memprihatinkan. Seiring dengan itu pembangunan smelter (pabrik pengolahan

    menjadi timah balok) juga mengalami peningkatan sangat tajam. Meruyaknya

    smelter menjadi ancaman besar terjadinya pencemaran lingkungan. Hal ini

  • 2

    dikarenakan smelter-smelter baru tersebut kurang mempertimbangkan sisi

    lingkungan.

    1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

    1. Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Kolong.

    2. Mendapatkan sejarah penambangan timah dan dampak yang terjadi akibat

    penambangan timah tersebut.

    1.3 Manfaat

    Manfaat yang ingin dicapai setelah dilakukan penelitian adalah sebagai berikut :

    1. Memahami dan mempelajari mengenai sejarah penambangan timah dan dampak

    yang ditimbulkan akibat penambangan timah tersebut.

    2. Untuk memberikan informasi lebih dalam pengembangan ilmu pengetahuan

    mengenai penambangan timah.

  • 3

    BAB II

    ISI

    Timah merupakan sumber daya alam utama pulau Bangka Belitung sejak lama.

    Besarnya kandungan biji timah di daerah ini merupakan yang terbesar dari beberapa

    daerah lain di Indonesia. Bahkan untuk di dunia, produksi timah asal Indonesia sangat

    mempengaruhi harga pasar dunia.

    Didalam sejarah penambangan timah, telah banyak mengalami perkembangan

    yang sangat signifikan. Proses penambangan timah pun kian efektif dan efesien berkat

    kemajuan teknologi pertambangan. Sejak dulu telah tercatat berbagai teknik penambangan

    timah yang terjadi di Bangka Belitung.

    Kegiatan penambangan timah di Bangka Belitung sudah ada sejak lama.

    Pernyataan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda pertambangan yang

    masih bersifat tradisional pada era 1950-an. Sebagai usaha untuk menyimpan, merawat,

    dan mendokumentasikan benda-benda peninggalan tersebut, dibangunlah museum yang

    bernama Museum Timah Indonesia.

    2.1 Kronologi Penemuan Timah di Bangka

    Abad ke 4

    Dalam penuturan I-Tsing, dikisahkan terdapat sebuah negeri bernama Mo-Ho-

    Shin. Negeri tetangga Kerajaan Sriwijaya ini disebut terletak antara Shilifoshin (sebutan

    untuk Sriwijaya) dan Hong-ling (Pulau Jawa). Dari beberapa kemungkinan, disimpulkan

    bahwa Mo-Ho-Shin terletak di Kota Kapur, di pantai barat Pulau Bangka atau di Pantai

    Selat Bangka yang berhadapan dengan Palembang. Hovig (1952), seorang ahli geologi

    BTW (Banka Tin Winning) yakin bahwa ditempatkannya prasasti persumpahan di Kota

    Kapur (bertarikh 686) karena tempat itu merupakan bandar penting yang selain menjadi

    pelabuhan ekspor hasil pulau ini terutama timah juga menjadi benteng pertahanan. Kota

    Kapur terletak di muara besar Sungai Mendu (Mendo) yang langsung berhadapan dengan

    Palembang. Hovig mengatakan, tidak ada tempat yang paling strategis untuk pelabuhan

    ekspor di Bangka waktu itu , kecuali muara Sungai Mendu. Dari Kota Kapur juga dengan

    mudah dicapai kawasan cebakan timah di Tempilang, Toboali dan Sungai Olin. Oleh

    karena itu, Kota Kapur adalah daerah yang sangat penting pada zamannya.

  • 4

    Dengan kemungkinan keterkaitan nama Bangka dengan kata Sanskerta

    VANKA, Hovig yakin bahwa timah di Bangka telah ditambang sekurang-kurangnya

    pada abad ke-4, yakni ketika Palembang menjadi pusat Kerajaan Sriwijaya.

    Abad ke 8

    Dari penuturan Kisah Pelayaran Sinbad ke IV , Ir. Hovig (1952) menceritakan

    bahwa dalam salah satu pelayaran ini, Sinbad menuju ke wilayah timur yang disebut

    Tanah Sunda dan mendarat di Pulau Serendib (Sumatera). Dari pulau ini perjalanan

    diteruskan ke sebuah pulau bernama Kela dimana terdapat banyak orang yang sedang

    ramai membuat lorong-lorong (parit) menambang timah. Pulau Kela tersebut diasumsikan

    sebagai Pulau Bangka yang kita kenal sekarang. Dengan demikian disimpulkan bahwa

    timah di Bangka sebenarnya telah ditambang sekurangnya sejak abad ke-8.

    Abad ke-10

    M.F.H. Perelaer, dalam tulisannya Het Kamerlid Van Bekernstein op Reis door

    Indie yang diterbitkan sekitar tahun 1880-an , menyebutkan :

    ..melebur timah agaknya telah diterapkan oleh penduduk pribumi di Bangka pada abad ke-

    10, yakni pada awal dikenalnya timah di pulau ini

    Abad ke 17

    Baik ketika Cornelis de Houtman dating pertama kali di Banten pada tahun 1569

    maupun masa awal terbentuknya VOC belum tercatat adanya perdagangan timah. Satu-

    satunya komoditi yang diperdagangkan adalah lada dari Lampung. Akan tetapi tercatat

    VOC sudah menjalin hubungan dagang dengan Palembang sejak 1649, yang diasumsikan

    salah satu komoditinya adalah timah. Tidak jelas dari mana asal timah yang

    diperdagangkan waktu itu. Dalam Kolonial Archief, 1979, ttg. Batavia tahun 1717 terdapat

    laporan sebagai berikut :

    di Pulau Bangka beberapa tambang timah ditemukan oleh Pangeran Depati Anum, dimana

    Pangeran dalam suratnya kepada Residen Palembang (I, Panhuijs) menawarkan untuk memasok timah,

    sebagai tambahan timah yang sebelumya sudah disampaikan sebagai hadiah

    Berdasarkan surat Depati Anum kepada Residen Palembang tertanggal 30

    November 1717 itu menjadi jelas bahwa timah yang dijual Sultan Palembang kepada VOC

    selama ini berasal dari Bangka. Dari keterang tersebut dapat dikatakan bahwa timah di

    Bangka telah ditambang sekurang-kurangnya pada pertengahan abad ke-17.

  • 5

    Tahun 1668

    Jan de Harde, Komandan kapal perang VOC De Zandlooper yang dikirim

    meninjau Bangka dan Belitung menyaksikan adanya timah di Bangka dan Belitung (atau

    mungkin yang dilihatnya orang menggali timah)

    Tahun 1709, 1710 atau 1911

    Tahun-tahun 1709, 1710 atau 1911 , oleh para peneliti si zaman Belanda

    dipercaya sebagai tahun pertama kali ditemukan/digalinya timah di Bangka yang berarti

    merupakan penemuan timah pertama di Indonesia.Munculya tahun 1709 bermula dari

    catatan seorang penulis yang tidak dikenal , yang kemudian dikuti dan dimuat dalam

    Tijdsbrift voor Ned. Indie VIII, bagian 4 tahun 1846 halaman 144.

    Mungkin, karena runtun kisah ini lebih tertata rapi dibandingkan kisah-kisah

    yang menggunakan tahun-tahun 1910 atau 1911, maka angka 1709 lebih disukai orang

    untuk dikutip sebagai tahun pertama penemuan timah di Bangka. Tetapi hal itu diperkuat

    oleh Dr. Osberger dalam manuskrip Kumpulan Catatan Mengenai Geologi Bangka (1958)

    yang menyebutkan bahwa penemuan timah pertama kali di Bangka adalah di Sungai Ulim

    atau Olim di Toboali Selatan pada tahun 1709 (tidak menyebutkan sumber referensinya).

    Tahun 1724

    Dalam pencarian timah di Bangka telah dikenal dengan alat bor Cina yang

    dinamakanCiam atau Tsyam atau Cam. Alat ini dalam publikasi ilmiah disebut juga

    Chinese Stick atau dalam bahasa Belanda disebut Steek Boor, yang dalam Bahasa

    Indonesia berarti Bor Tusuk sesuai dengan cara kerjanya. Arti harfiah dari Ciam

    adalah Ujung Runcing.

    Tahun 1786

    Untuk pertama kali timah Bangka muncul dalam publikasi ilmiah yang ditulis

    oleh Baron F.Van Wurmb, dengan judul : Over Mijnen (goud, tin enz) in Ned. Oost-Indie

    en Malaka.

    Tahun 1850

    Dr.J.H.Croockevit Hzn, seorang ahli geologi terkemuka menyimpulkan bahwa

    di masa lalu pulau Bangka dan sebagian besar gugus kepulauan Riau merupakan

  • 6

    satkesatuan daratan dengan Semenanjung Malaya. Karena itu menurutnyam cadangan

    timah dilembah-lembah dangkal di Bangka berasal dari transportasi rombakan deposit

    timah primer yang bersumber di Semenanjung Malaya.

    Tahun 1853

    Di Bangka mulai diadakan penelitian geologi yang terbatas pada aspek-aspek

    mineralogi dan kimia (Crokkewit, Alther)

    Tahun 1858

    Seorang ahli tambang Ir. J. E. Akeringa menciptakan peralatan bor baru yang

    kemudian terkenal di dunia dengan nama Bor Bangka (Banka Drill).

    Tahun 1872

    Van Diest secara kebetulan menemukan urat-urat timah primer pada lapisan

    batu-pasir (sandstone) di bukit Sambung Giri yang diperkuat oleh penemuan urat timah

    primer di Merawang oleh D.de Jongh Hzn. Artikel Van Diest mengawali munculnya

    tulisan-tulisan mengenai geologi Bangka yang beredar antara tahun 1873-1933, dimana

    detail geologi, mengenai satu daerah atau suatu obyek geologi memperoleh tekanan.

    Termasuk tulisan mengenai terjadinya endapan timah sekunder.

    Tahun 1874

    Mulai muncul kekhawatiran akan habisnya cadangan timah di Bangka.

    Walaupun hal itu sulit dibuktikan, namun sejak saat itulah kesadaran menghemat cadangan

    mulai muncul. Pada tahun itu pula dikirim tenaga ahli tambang dari Bangka ke Kepulauan

    Riau dalam rangka eksplorasi timah diseluruh gugusan Kepulauan Riau sampai Natuna-

    Anambas dan Kalimantan Barat. Di samping itu, pada than 1874 pula dikirim tenaga

    peneliti ke daerah Koba dengan regu bor kepercayaan yang ditangani orang-orang Cina.

    Tahun 1894

    Dr.R.D.M Verbeek menyusun peta geologi Bangka. Peta itu kemudian menjadi

    panduan untuk eksplorasi di Bangka untuk waktu yang sangat lama.

  • 7

    Tahun 1897

    Adalah tahun yang dikatakan sebagai berakhrnya masa tulisan klasik mengenai

    geologi pertimahan, ditandai dengn terbitnya tulisan Verbeek yang berjudul Geologische

    bechrijving can Bangka en Bililton dan Over de geologis van Banka en Bililton yang

    dimuat di Jarboek van het Mijnwezen tahun 1897. Kedua artikel rangkuman hasil

    penelitian dan overview hasil-hasil penelitian sebelumnya itu untuk jangka panjang

    menjadi panduan penting bagi geologi Bangka dan Belitung.

    Tahun 1910

    Pemboran dilakukan dengan Bangka Bor telah mencapai kedalaman 20 meter.

    Dikenal dua macam pemboran, yaitu : pemboran propspekting untuk eksplorasi, dan

    pemboran exploitas untuk menuntun penggalian atau rencana kerja penggalian. Jumlah

    angora regu bor tediri daro 216 Cina dan 52 pribumi.

    Tahun 1933

    Periode sesudah 1933, Westerveld tercatat memberikan kontribusi besar di

    dalam penulisan geologi Bangka baik secara umum maupun penelitian detail seperti di

    Tambang Tujuh, Lumut Belinyu, jebus. Teorinya mengenai geologi pengendapan timah di

    Bangka dipakai luas sebagai acuam. Kemudian bersama-sama dengan de Neve mereka

    menyusun stratigrafi Bangka.

    2.2 Perkembangan Teknik Eksplorasi Timah

    2.2.1 Teknik Eksplorasi Timah di Darat

    Sumur Uji

    Cara paling awal pencarian lapisan pasir timah adalah dengan membuat

    sumuran. Keuntungan cara ini antara lain dapat dilihat dalam konidisi

    perlapisannya dan dapat menaksir kadarnya dengan cermat, karena contih

    (sample) yang didapat cukup banyak. Adapun kelemahannya adalah

    pengerjaannya lambat dan mahal. Disamping tidak mungkin dilakukan pada

    lapangan berair atau becek dan tidak dapat pula dilakukan di lapangan yang

    sifat tanahnya mudah longsor.

    Praktek sumuran ini sampai sekarang pun masih sering pakai dalam

    penambangan timah di Thailand untuk mendapatkan data kondisi fisik

  • 8

    perlapisan yang diperlukan untuk perencanaan penggalian. Bahkan dalam

    hal-hal tertentu bukan hanya satu dua sumur yang digali melainkan sebuah

    parit, yang kemudian disebut Parit Uji. Di Indonesia praktek sumur uji dan

    parit uji dilaksanakan pada deposit primer lunak di Belitung (Burung Mandi,

    Mang, Rautan dan lain-lain).

    Pemboran

    Jenis alat bor tertua yang digunakan dalam eksplorasi timah adalah

    CIAM, yang diperkirakan telah digunakan pada sekitar 1724. Alat bor

    CIAM berasal dari Cina, dari kata Jian yang berarti Si Ujung Runcing.

    Ciam terdiri dari sebuah batang besi bulat berlubang/kosong (hollow rod)

    sepanjang 3 hingga 6 meter dengan diameter 2 cm. pada bagian ujungnya

    terdapat takukan berupa kerucut berongga dengan bagian alasnya

    menghadap ke atas. Takukan ini dapat menampung contoh tanah (sample)

    sebanyak 24 cm.

    Pada masa alat bor yang lebih besar ditemukan, ciam masih digunakan

    untuk waktu yang lama sebagai alat bor pioneer. Penelitian lapisan tanah

    dilakukan dengan ciam sekedar untuk menjajagi apakah lapisan tanah itu

    terbukti mengandug timah. Setelah ternyata terdapat kandungan timah, maka

    pemboran dilakukan dengan alat bor yang lebih besar dengan isi takuk

    kerucut yang lebih besar. Walaupun jelas ciam adalah alat bor yang sangat

    sederhana dan tidak dapat (tidak tepat) digunakan untuk analisa kuantitatif ,

    namun dapat member informasi dengan cepat.

    Bor Bangka

    Perkembangan teknik dan peralatan bor di pacu oleh keinginan manusia

    untuk memperoleh hasil timah yang lebih maksimal. Teknik dan alat bor

    baru yang dapat membor lebih dalam, karena cadangan-cadangan baru

    cenderung lebih dalam. Di samping peralatan itu harus mudah

    pengoperasiannya karena akan diperlukan regu bor yang banyak, mudah

    memobilisasikan, arenanya harus ringan dan terdiri dari komponen-

    komponen yang mudah untuk dipindah-pindahkan di lapangan yang

    berhutan maupun memasuki daerah rawa-rawa. Peralatan semacam itu akan

  • 9

    mendapatkan contoh (sampel) yang cukup banyak agar didapat ketelitian

    yang tinggi.

    2.2.2 Teknik Eksplorasi Timah di Laut

    Sebelum diperkenalkannya Metode Geofisika Laut (Marine Geophysic) pada

    tahun 1955, eksplorasi timah di laut semata-mata tergantung dari hasil

    pemboran. Sejarah eksplorasi timah di laut diwarnai oleh perkembangan teknik

    pemboran dan teknik geofisika.

    Perkembangan Teknik Pemboran di Laut :

    1. Sebelum tahun 1950 : Bor Bangka yang dioperasikan di atas pontoon

    2. 1954 1985 : Bor Mesin Semprot (Semi Mekanis)

    3. 1972 - : Bor Mekanik

    4. 1965 1989 : Kapal Bor Pelatuk

    5. 1968 - : Jacked-up ponton Bintang

    2.3 Penambangan Timah

    2.3.1 Masa Awal Pertambangan Timah di Dunia

    Bronze (perunggu) , campuran tembaga (copper) dan timah yang tertua

    ditemukan di Uhr, di muara sungai Euphrat berumur antara 3200 3500 tahun

    SM. Namun demikian, tidak jelas di mana timah pertaman kali ditambang.

    Pedagang Phunisia (Phunisia atau punisia adalah Lebanon sekarang) yang

    pertama kali memperdaganglan timah menutup rapat-rapat rahasia asal usul

    timah yang diperdagangkannya. Seorang ahli geografi daari sejarah bangsa

    Yunani , Strabo ( 63 SM 21 m) melukiskan bagaimana bangsa Phunisia

    merahasiakan asal usul timah yang diperdagamgkannya. Konon pernah suatu

    waktu sebuah kapal penguasa Romawi membuntuti kapal dagang Phunisia

    dengan maksud untuk melacak asal usul timah yang diperdagangkan itu , namun

    untuk tetap menjaga kerahasiaan dengan sengaja kapal dagang tersebut dibakar

    oleh mereka sendiri dan tenggelam dengan membawa serta misteri dari mana

    timah diperoleh.

    Sangat mungkin asal usul timah yang diperdagangkan itu dari Inggris,

    karena dalam catatan sejarah perdagangan timah menjadi komoditi export

    Inggris yang pertama, sebuah komoditi yang menopang peradaban Inggris. Ada

    pandangan menyebutkan bahwa timah pertama kali ditambang di Afrika

  • 10

    Tengah. Ada pula yang memperkirakan tempat pertama kali timah ditambang

    adalah Mesir. Tetapi dengan memperhatikan peta penyebaran Tin Province di

    dunia beberapa perkiraan tersebut meragukan. Apalagi beberapa pandangan

    tersebut tidak menyertakan keterangan mengenai metode dan peralatan yang

    dipergunakan untuk menambang. Para sejarawan Timah menyarankan bahwa

    penambangan timah yang dilakukan di masa 3000 tahun SM sampai 500 tahun

    yang lalu berasal dari deposit timah alluvial atau elluvial, karena diperkirakan

    manusia baru melakukan penambangan timah primer pada 500 tahun yang lalu.

    Sejarahwan Roma terkenal, Pliny (dikenal dengan sebutan Plinius tewas

    dalam peristiwa meletusnya gunung Visuvius 79 Masehi) menggambarkan

    penambangan timah dilakukan sebagai berikut :

    ..Jelas yang disaksikan di Gallaecia dan Lusitania, dipermukaan tanah didapatkan pasir

    berwarna hitam yang dapat dibedakan karena beratnya bercampur dengan batu kerikil kecil-kecil

    dan pasir di aliran air. Para penambang mencuci pasir itu, kemudian diolah dipeleburan..

    Selanjutnya Pliny mengutarakan ada dua macam timah, yang putih dan yang

    hitam. Yang putihlah yang mempunyai nilai tinggi. Orang Yunani menceritakan

    bahwa logam itu berasal dari benua Atlantis yang dibawa dengan kapal-kapal

    rahasia yang disimpan dalam karung-karung (bungkusan) terbuat dari kulit.

    Pada tahun 1905 di Transversal Afrika Selatan ditemukan bekas

    penambangan timah yang sudah sangat tua yang tidak diketahui umurnya

    maupun siapa yang menambangnya. Para peneliti Barat menganggap bahwa

    timah di Cina sudah ditambang sejak abad ke-2,sedangkan di Semenanjung

    Malaya ditambang pada abad ke-9. Di wilayah Phuket, Tahiland mungkin sudah

    ditambang bersamaan dengan timah Malaya. Sedangkan Indonesia jauh lebih

    belakangan lagi abad ke-18, walaupun ada indikasi bahwa dimasa Sriwijaya

    (sekitar abad ke 5-7) timah telah menjadi mata dagangan penting yang berasal

    dari penggalian di daerag hulu Sungai Rokan.

    2.3.2 Penambangan Timah di Darat

    Penambangan darat dilakukan di wilayah daratan pulau Bangka Belitung,

    tentunya system operasional yang digunakan tidaklah sama seperti pada wilayah

    lepas pantai.

    Proses penambangan timah alluvial menggunakan pompa semprot (gravel

    pump). Setiap kontraktor atau mitra usaha melakukan kegiatan penambangan

  • 11

    berdasarkan perencanaan yang diberikan oleh perusahaan dengan memberikan

    peta cadangan yang telah dilakukan pemboran untuk mengetahui kekayaan dari

    cadangan tersebut dan mengarahkan agar sesuai dengan pedoman atau prosedur

    pengelolaan lingkungan hidup dan keselamatan kerja di lapangan. Hasil

    produksi dari mitra usaha dibeli oleh perusahaan sesuai harga yang telah

    disepakati dalam Surat Perjanjian Kerja Sama.

    Pada daerah tertentu, penambangan timah darat menghasilkan wilayah

    sungai besar yang disebut dengan kolong/danau. Kolong/danau itulah

    merupakan inti utama cara kerja penambangan darat, karena pola kerja

    penambangan darat sangat tergantung pada pengelolaan dan pemanfaatan

    sumber daya air dalam jumlah besar. Sehingga bila kita lihat dari udara,

    penambangan timah darat selalu menimbulkan genangan ari dalam jumlah besar

    seperti danau dan tampak berlobang-lobang besar.

    Produksi penambangan darat yang berada di wilayah Kuasa Pertambangan

    (KP) perusahaan dilaksanakan oleh kontraktor swasta yang merupakan mitra

    usaha dibawah kendali perusahaan. Hampir 80% dari total produksi perusahaan

    berasal dari penambangan di darat mulai dari Tambang Skala Kecil berkapasitas

    20 m3/jam sampai dengan Tambang Besar berkapasitas 100 m3/jam. Produksi

    penambangan timah menghasilkan bijih pasir timah dengan kadar tertentu.

    2.4 Dampak Penambangan Timah

    Pulau Bangka dan Belitung, ketika mendengar nama kedua pulau ini sebagian

    besar orang Indonesia akan mengingat bahwa kedua pulau ini adalah daerah

    penghasil timah putih terbesar di Indonesia dan kedua di dunia hingga saat ini,

    dengan nilai harga jual yang tinggi membuat masyarakat Bangka juga orang orang

    dari luar pulau Bangka begitu berambisi untuk mengeruk keuntungan dari hasil

    penambangan timah. pelaku usaha ini bisa bermacam ragam suku, etnis dan agama

    mulai dari rakyat biasa sebagai usaha perorangan atau berkelompok hingga

    perusahaan besar swasta termasuk perusahaan BUMN (PT.Timah berdiri sudah dari

    jaman Belanda ).

  • 12

    Gambar 2.1 Timah

    (Sumber : skmerawang.blogspot.com)

    Pesatnya eksploitasi tambang timah ini sudah dimulai sejak jaman penjajahan

    Belanda hingga pada tahun 2002 ketika pemerintah daerah memberikan jalan lebih

    mudah kepada warga setempat dan perusahaan swasta skala kecil agar dapat ikut

    berpartisipasi dalam mengeksploitasi lahan pertambangan timah untuk memperbaiki

    perekonomian masyarakat bangka secara umum. Bagi masyarakat luas di Bangka

    mungkin ini adalah kabar gembira untuk mereka karena usaha ini sangat

    menggiurkan karena dengan waktu singkat dapat memperoleh keuntungan yang

    lumayan karna harga jual yang menjanjikan, dan hal itu masih berlangsung hingga

    kini.

    Seiring berjalannya waktu tanpa disadari oleh masyarakat bangka,

    pertambangan timah ini memiliki banyak dampak negatif terhadap masyarakat

    terutama lingkungan di pulau bangka entah itu penambangan timah darat atau

    penambangan timah laut hingga saat ini dampak negatif yang di berikan pada

    usaha bidang pertambangan ini sudah sangat jelas terasa seperti; adanya kolong,

    rusaknya ekosistem darat dan laut juga mempengaruhi psikologis masyarakat

    Bangka walaupun yang satu ini belum begitu terasa.

    a. Terbentuknya Kolong di darat, bukan terbentuk dari alam seperti halnya

    danau-danau di daerah lain namun itulah hasil akhir dari penambangan timah

    yang tidak terkoordinasi dan bersifat ilegal biasanya membuat pelaku usaha

    meninggalkan lahan yang mereka kerjakan karena sudah tidak produkti dalam

    bentuk kolong seperti seseorang yang sedang membuat kolam tapi dengan ukuran

    10 sampai 1000 kali lebih besar dari kolam biasa.

  • 13

    Gambar 2.2 Salah satu kolong di Bangka

    (Sumber : www.google.com)

    Berikut beberapa dampak yang terjadi dari pembentukan kolong ini, yaitu :

    kolong akan menampung air dari hujan atau dari daerah yang lebih tinggi

    namun tidak dapat mengalirkannya kembali kedataran rendah secara baik

    sehingga pada saat curah hujan meningkat air yang tidak dapat

    tertampung akan meluap ke pemukiman warga setempat dan

    infrastruktur lainnya contohnya seperti jalan akan lebih mudah rusak.

    akibat genangan air di kolong dan sedikitnya habitat mahluk hidup di

    tempat tersebut membuat perkembangan nyamuk demam berdarah

    meningkat lebih banyak, ini telah dibuktikan dengan banyaknya jumlah

    penderita demam berdarah yang jumlahnya terus meningkat.

    sumur gali milik warga yang kurang begitu dalam akan sangat terganggu

    dalam hal volume air dan kualitas jika di sekitar sumur tersebut ada

    aktivitas penambangan timah, karna penambangan timah umumnya

    menggali tanah dengan kedalaman antara 8-20 meter.

    kolong kolong dibangka memiliki sisa endapan logam dan lumpur yang

    dapat menyebabkan kematian bagi masyarakat setempat, karna , anak

    anak, remaja dan dewasa sering menggunakkanya sebagai sarana tempat

    bermain dan berenang. saat ini sudah banyak terjadi warga tenggelam

    dan meninggal di kolong.

    memang keberadaan kolong ini sering kali dimanfaatkan warga sekitar

    untuk MCK sebagi pengganti sungai yang terkontaminasi, tanpa di sadari

    unsur mineral logam dan asam yang belum mengendap dapat menjadi

  • 14

    racun dan memiliki tingkat radiasi yang tinggi hal ini juga bisa menjadi

    pemicu tingginya penderita kanker.

    b. Rusaknya Ekosistem di Darat, lokasi penambangan dimulai dari bibir pantai

    hingga hutan produksi dan tidak sedikit hutan lindung/ konservasi menjadi target

    mereka entah itu dikerjakan secara legal ataupun ilegal, jadi sudah hampir

    setengah dari luas hutan di pulau bangka sekarang menjadi daratan pasir,

    membuat kayu jenis Garu, Meranti, seruk dsb menjadi sangat langka.

    Saat ini efek global warming pun sudah sangat terasa di pulau Bangka, walaupun

    awalnya memang sudah terkenal panas. Pantai pantai yang dulu terlihat eksotis

    kini terlihat sangat memprihatinkan banyak yang memang diurus tapi juga tidak

    sedikit rusak dikarenakan adanya kegiatan penambangan disekitar pantai.

    Gambar 2.3 Salah satu pantai yang rusak

    akibat penambangan di bibir pantai

    (Sumber : skmerawang.blogspot.com)

    Kegiatan usaha ini juga banyak menyebabkan daerah aliran sungai (DAS) mengalami

    pendangkalan akibat dari sisa lumpur tanah yang dibuang ke sungai selanjutnya akan

    menjadi salah satu pemicu terjadinya banjir, dan tidak sedikit pula berakibat

    hilangnya anak sungai karena telah dibendung dan ditutup sebagai salah satu upaya

    dalam kegiatan penambangan ini.

    c. Rusaknya Ekosistem di Laut, Tak ada Kayu Karet Kayu Meranti Pun Jadi, seperti

    itulah keadaan pelaku usaha pertambangan di Pulau Bangka, didarat sudah sulit

    menemukan lahan yang berpotensi memiliki kandungan timah akhirnya mereka

    berhijrah ke laut (ini hanya dilakukan oleh perusahaan bermodal besar/kira kira

  • 15

    memiliki nilai investasi diatas 5 miliyar rupiah. Dulu eksploitasi tambang laut

    dilakukan oleh PT.Timah dan Perusahaan swasta di bawah kendali PT. Timah di

    tambang dengan Kapal Keruk dan Kapal Hisap yang relatif jumlahnya masih kecil

    dan masih tertata dengan batas-batas yang telah ditentukan, namun sekarang jika kita

    memandang kelaut lepas dari sekeliling pantai di pulau bangka akan membuat kita

    sakit mata dan sakit hati, sepanjang mata memandang yang kita lihat hanyalah

    sekumpulan besar kapal-kapal hisap dan kapal keruk, keberadaan kapal kapal ini

    semakin tidak jelas apakah resmi atau tidak, yang pasti masyarakat kecil di Pulau

    Bangka tidak ikut menikmati sekaligus menghancurkan isi laut dalam hal ini. Jika

    kita sedang bepergian melalui jalur udara dilihat dari atas udara sebelum kita melihat

    kolong yang dihasilkan di daratan Bangka terlebih dahulu kita akan menemukan

    pemandangan yang jauh lebih miris di sekitar lautan pulau bangka, laut yang

    seyogyanya berwarna biru di Pulau Bangka ternyata berwarna kelabu.

    Akibat dari aktivitas penambangan laut ini juga telah menghancurkan begitu banyak

    terumbu karang dan membunuh habitat disekitar, akibatnya ikan ikan kecil pergi

    menjauh dari lautan Bangka yang dipastikan ikan ikan besar pun tidak akan lagi mau

    mampir di perairan laut bangka. Dampak dari aktivitas pertambangan laut juga telah

    dirasakan langsung oleh para nelayan Bangka, karena pendapatan mereka otomatis

    menjadi sedikit dan lokasi penangkapan pun menjadi lebih jauh untuk mengejar ikan

    yang telah pergi menjauh.

    Gambar 2.4 Penambangan timah di laut

    (Sumber : skmerawang.blogspot.com)

    d. Hilangnya sebagian sejarah Bangka, dulu pulau bangka juga terkenal sebagai

    tempat singgah atau perniagaan dari bangsa china dan melayu itu terbukti dari

    banyaknya penemuan ratusan kapal karam berisi barang dagangan seperti perhiasan,

  • 16

    guci, mangkok, piring dan lain sbg yang diperkirakan berusia ratusan tahun, sekarang

    semenjak laut bangka di eksploitasi secara besar besaran menemukan sisa kerangka

    kapal saja sudah sulit karena telah ikut menjadi korban keganasan kapal keruk dan

    kapal hisap.

  • 17

    BAB III

    PENUTUP

    3.1 Kesimpulan

    Kegiatan penambangan timah di Bangka Belitung sudah ada sejak lama.

    Pernyataan tersebut dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda pertambangan

    yang masih bersifat tradisional pada era 1950-an Kronologi penemuan timah di

    Bangka Belitung sudah dimulai dari abad ke-4.

    Kronologi penemuan timah di Bangka Belitung telah dimulai dari abad ke-4 ,

    menurut para penemu yang berbeda-beda.

    Seluruh kegiatan penambangan timah yang dilakukan tidak ada yang berdampak

    positif, mayoritas menimbulkan dampak negative. Salah satu dampak yang

    ditimbulkan adalah terbentuknya kolong. Kolong bukan terbentuk dari alam seperti

    halnya danau-danau di daerah lain namun itulah hasil akhir dari penambangan timah

    yang tidak terkoordinasi dan bersifat ilegal biasanya membuat pelaku usaha

    meninggalkan lahan yang mereka kerjakan karena sudah tidak produkti dalam bentuk

    kolong seperti seseorang yang sedang membuat kolam tapi dengan ukuran 10 sampai

    1000 kali lebih besar dari kolam biasa.

    3.2 Saran

    Seharusnya untuk para penambang , setelah melakukan penambangan lahan

    tersebut jangan dibiarkan sehingga terbentuk kolong. Karena kolong tersebut juga akan

    menimbulkan dampak negative bagi lingkungan dan masyarakat di sekitar lokasi.

    Selain itu , untuk pemerintah setempat seharusnya memberikan sanksi yang tegas dan

    adil terhadap para penambang illegal dan penambang yang melanggar aturan.

  • 18

    DAFTAR PUSTAKA

    Is, Bang. 2012. Proses Penambangan Timah di Bangka Belitung. (Online) . (http://bang-

    is.web.id/2012/10/13/proses-penambangan-timah-di-bangka-belitung.html, diakses 21

    Februari 2015).

    Noprianza. 2012. Dampak Penambangan Timah. (Online).

    (http://kskmerawang.blogspot.com/2012/06/dampak-penambangan-timah.html, diakses 21

    Februari 2015).

    Sujitno, Sutedjo. 2007. Sejarah Penambangan Timan di Indonesia Abad ke18 Abad

    ke20. PT. Timah (Tbk). Pangkalpinang