Makalah
-
Upload
fatwa-nirwana -
Category
Documents
-
view
260 -
download
29
Transcript of Makalah
Makalah
IKAN HIAS PADA AIR TAWAR
DI
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK :
SEKOLAH MENENGAH ATAS (sma)
NEGERI 5 BANDA ACEH
IKAN HIAS PADA IKAN LOWHAN
INTRODUKSI
Dicintai, disayang, diabaikan dan tidak luput
pula dibenci. Itulah resiko yang sering
disandang oleh ikan-ikan jenis hibrid.
(Louhan, Lohan?) atau Hua Luo Han,
flower horn atau entah apalagi julukannya nanti,
kehadirannya mengundang kontroversi
dikalangan penggemar ikan hias.
tidak eksis secara alamiah di alam ini, diketahui
merupakan hibrid yang dibuat manusia.
Oleh karena itu, tidak heran kehadirannya sempat
membuat berang mereka, terutama yang menamakan
dirinya pencinta cichlid sejati. Mereka menganggap ikan ini
adalah hasil ulah manusia yang bermain-main sebagai
tuhan, dan mahluk ini pun tidak urung mendapat julukan
sebagai Franken-fish (Pelesetan dari mahluk "robot"
ciptaan Dr. Frankenstein). Walau bagaimanapun, ikan ini
telah mengambil hati banyak penggemar ikan hias,
terutama di wilayah asia yang kental dengan hal-hal yang
berbau "keajaiban". Warna yang ditampilkannya memang
menjanjikan. Pola rajah pada tubuhnya sering dikaitkan
dengan kepercayaan bahwa ikan ini bisa membawa
keberuntungan sehingga membuat ikan tersebut
mendapat tempat di hati para kelompok penggemar ikan
hias tertentu dan tentu saja berakibat mengatrol nilai
jualnya. Apapun pendapat orang mengenai ini adalah sah-
sah saja, meksipun demikian, dalam uraian disini , Luo
han akan dibahas dari sisi mahluk hidup sebagai ikan
Diakui sebagai ikan yang "dibuat" dengan menggunakan
pendekatan teknologi mutakhir, ikan ini merupakan hibrid
dari berbagai spesies famili Cichlid. Meskipun "asal-
muasalnya" sepertinya "dirahasiakan" ia diduga merupakan
hibrid dari:
Amphilophus trimaculatus
Amphilophus citrinellus
Amphilophus labiatus
Amphilophus festae
Cichlasoma citrinellum X Cichlasoma synspilum
dan beberapa spesies lainnya
Gambar
1.Amphilophus
citrinellus
photo: D. Davianto
Gambar 2. A.
trimaculatus
Gambar 3. A.
fesae
Gambar 4. A.
trimaculatus
Gambar 5. A.
labiatus
Gambar 6.
C. citrinellum X C.
synspilum
Luo han pertama kali muncul sekitar tahun 1996-1997 di
Malaysia. Pada saat itu diduga ikan ini merupakan
keturunan dari Amphilophus trimaculatus. Setelah
beberapa generasi penampilan ikan ini berubah dari induk
aslinya. Selanjutnya beberapa peternak mulai
menyilangkan ikan tersebut dengan Blood Parrot yang
merupakan hibrid dari C. citrinellum X C. synspilum. Dari
hasil persilangan inilah lahir cikal bakal Luo han, atau
Flowerhorn yang dikenal saat ini. Pada awalnya hasil
silangan tersebut belum bisa diterima pasar, tapi setelah
dilakukan "penyempurnaan" maka dihasilkan bentuk dan
corak warna yang disukai. Kemudian ikan tersebut diberi
nama Flowerhorn atau Luohan. Proses seleksi dan
penyilangan terus berlangsung sehingga dihasilkan
berbagai jenis Luo Han dengan beraneka warna dan
corak.
Hanya 3% dari hasil proses hibrid ini kemudian
menghasilkan spesies terpilih, sisanya terpaksa "dibuang".
Sedikitnya presentasi "keberhasilan" serta lamanya waktu
tunggu untuk sampai pada masa reproduksi dan dapat
melihat hasil yang representatif (minimal ukuran 5 cm),
merupakan salah satu alasan harga ikan ini menjadi relatif
tinggi.
Nama Latin
Sebagai hibrid dari berbagai spesies, Lou Han tidak
mempunyai nama Latin, Penulisan nama Latin bagi hibrid
dari berbagai spesies berbeda adalah dengan menuliskan
semua nama Latin induknya. Sebagai contoh untuk hibrid
hasil kawin silang antara Betta imbellis dengan Betta
splendens ditulis sebagai Betta imbellis X Betta splendens.
Karakter
Famili Cichlids diketahui merupakan golongan ikan yang
paling cerdas, selain itu juga paling menarik.
Kepribadiannya yang unik dan kemampuannya untuk
mengenal pemiliknya merupakan hal yang membuat famili
ikan ini disukai dan menimbulkan kesenangan tersendiri
bagi pemilikinya. Karakter demikian diketahui melekat
juga pada Luo Han. Bahkan, tidak jarang, disarankan
untuk dilatih agar meningkatkan kemampuan tersebut.
Selain itu dua karakter Cichlid yang lain juga erat melekat
pada Luo Han, yaitu sifat agresif dan teritorial. Bahkan
dilaporkan ikan ini bersifat sangat teritorial Oleh karena itu,
hal ini merupakan "warning" yang perlu diperhatikan bagi
para pemelihara Luo Han, agar ia tidak sampai mencederai
ikan lain yang lebih kecil. Luo Han disarankan untuk
dipelihara secara soliter. Ia dapat mencederai tidak saja
ikan lain, tetapi juga jenisnya sendiri.
Perawatan
Meskipun tidak ada referensi di alam dan juga belum teruji,
untuk syarat hidup Luo Han dapat digunakan patokan
umum dari induk aselinya. Luo Han direkomendasikan
untuk dipelihara pada kisaran pH 7- 7.8, dan pada kisaran
suhu 25 - 30° C. Pemberian pakan dianjurkan 4 - 5 kali
dalam satu hari, dengan jumlah yang cukup, berupa pakan
hidup seperti udang atau ikan. Diduga ikan ini mempunyai
usia harapan 8-9 tahun.
Breeding
Luo Han diketahui relatif mudah diternakan. Meskipun
tidak jarang pula dilaporkan pada masa kawin tersebut
mereka bisa saling mencedarai. Untuk dapat melakukan
pemijahan setidaknya diperlukan betina yang telah
berukuran minimal 10 cm. Sedangkan jantanya harus
dipilih yang memiliki ukuran lebih besar. Tempatkan
pasangan ini pada sebuah akuarium, tetapi dengan diberi
sekat pemisah. Biarkan mereka menjadi terbiasa dengan
pasangannnya satu sama lain pada kondisi demikian.
Pada saat si betina telah menunjukkan tanda-tanda akan
bertelur lepaskan sekat tersebut.
Amati perilaku mereka setelah disatukan. Apabila ternyata
berkelahi terus menerus selama beberapa saat (jam)
segera pisahkan mereka. Coba untuk menyatukan kembali
pasangan ini beberapa minggu kemudian. Disamping itu
bisa juga dicoba dengan memasangkan dengan jantan
atau betina yang lain.
Apabila pemijahan berhasil. Perhatikan apakah mereke
tetap akur dan menjaga telurnya atau tidak. Apabila
mereka cenderung berkelahi, pisahkan si jantan. Dan
biarkan si betina menjaga telurnya. Beberapa kasus
menunjukkan bahwa si betina memakan juga telurnya,
apabila ini terjadi pisahkan juga betinanya.
Telur biasanya akan menetas setelah satu minggu.
Setelah menetas biarkan induk betina bersama burayak
selama satu minggu, setelah itu pisahkan.
Perwatan burayak dilakukan dengan mengacu pada
perawatan keluarga cichlid lainnya.
IKAN HIAS PADA IKAN GUPPY
Guppy
Guppy (Poecilia reticulata) berasal dari Trinidad, Barbados,
Guyana, Brasil, dan Asia Tenggara. Ikan yang bersifat omnivore
ini menghendaki suhu optimal untuk pemeliharaan sekitar 25-
28° C dengan pH sekitar 7,0 dan kekerasan 20° dH. Panjang tubuh maksimal sekitar 5-6 cm.
Sirip-sirip ikan ini berwarna-warni sangat cantik dan menarik. Berbagai warna seperti merah, kuning,
hijau, biru, maupun kombinasi warna sudah beredar di pasaran. Bentuk ekornya pun menarik,
misalnya mirip kipas, membulat, ataupun melebar. Pada jantan, sirip ekor tampil sangat menarik
karena lebar dan berwarna kontras.
Perkembangbiakan guppy tidak sulit asalkan airnya bersih dan tidak terlalu padat. Pada air yang
kekerasannya kurang, guppy masih bisa berkembangbiak. Namun, agar kualitas ikan lebih bagus,
baik warna maupun bentuk ekor, sebaiknya kualitas airnya sesuai dengan persyaratan hidupnya.
Untuk membedakan induk betina dan jantan tidak sulit. Warna tubuh jantan jauh lebih bagus
dibanding betina. Sirip-sirip pada jantan lebih panjang dan lebih lebar. Pemijahan ini dilakukan
secara masal dengan perbandingan jantan betina 1 : 4. Dalam wadah diberi tanaman air seperti
hidrilla (ganggang) sebagai tempat persembunyian anak ikan. Anak ikan dapat diambil setiap pagi
bila tampak banyak.
Menurut para pakar, dalam sekali berhubungan, sperma induk jantan dapat bertahan dalam tubuh
induk betina hingga enam bulan. Ini berarti selama enam bulan induk betina masih dapat melahirkan
anak walaupun tidak dikawini induk jantan.
Pakan terbaik untuk guppy adalah pakan alami walaupun dapat juga diberi sedikit pakan pelet. Oleh
karena yang laku di pasaran adalah jantan maka pemeliharaannya sebaiknya dipisahkan antera
jantan dan betina sejak berumur 3-4 minggu. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya pemeliharaan.
Betina yang dipelihara cukup dipilih yang kondisinya baik untuk dijadikan calon induk. Sementara
betina lainnya dapat digunakan sebagai pakan ikan hias lain seperti Oskar. Untuk membedakan
jantan dari betina dapat dilihat dari sirip yang lebih panjang dan warna yang lebih tajam atau cerah
adalah jantan.
Saat ini sudah ada teknologi jantanisasi, yaitu semua anakan menjadi jantan. Teknik ini
menggunakan hormon metil testosteron yang memang efektif. Hanya saja jantan hasil perlakuan
hormon ini tidak sanggup memberikan sperma atau membuahi betina. Oleh karena itu, penggunaan
teknologi ini pun harus diikuti dengan manajemen induk yang baik agar tidak kehabisan induk betina
dan jantan produktif. Ukuran jual ikan mulai dari 2,0 cm yang sudah bisa dicapai pada umur 3,5
bulan.
IKAN HIAS PADA IKAN NEON TETRA
Neon tetra (Paracheirodon innesi)
merupakan jenis ikan hias air tawar yang
termasuk keluarga characin (famili
Characidae, ordo Characi formes). Jenis
tetra dari genus Paracheirodon merupakan
ikan-ikan asli perairan Amerika Selatan.
Warnanya yang cerah membuat jenis ikan
ini dapat terlihat pada perairan sungai pedalaman yang gelap dan hal ini merupakan
salah satu sebab populernya jenis ikan ini sebagai ikan hias.
Neon tetra memiliki warna yang cerah, terdapat garis horizontal berwama biru-hijau
sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung hingga bagian depan ekor dan warna
kemerah-merahan sepanjang setengah bagian posterior bawah tubuh. Pada malam
hari warna tubuhnya akan menghilang selama ikan beristirahat dan akan muncul
kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya. Neon tetra dapat tumbuh hingga 4 cm.
Ikan betina memiliki perut yang sedikit agak besar dibanding ikan jantan.
Ikan neon tetra merupakan salah satu jenis ikan akuarium yang sangat dikenal dan
telah dibudidayakan dalam jumlah yang besar.
Jenis neon tetra lain yang terkenal adalah green neon tetra (Paracheirodon
simulans) dan Black neon tetra merupakan spesies tersendiri, bahkan jenis ikan
yang terakhir berasal dari genus yang berbeda. Ikan Cardinal Tetra atau biasa
disebut dengan red neon memiliki kemiripan dengan neon tetra dan seringkali
dianggap sebagai neon tetra sejati. Jenis tetra ini berbeda dengan neon tetra sejati
dilihat dari garis lateral berwama merah sepanjang tubuhnya. Sinonim neon tetra
atau Paracheirodon innesi adalah Hyphessobrycon innesi.
Meskipun neon tetra dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan-perubahan
kondisi air, di alam ikan ini mendiami perairan yang sedikit asam (pH agak rendah),
kesadahan rendah, dan suhu antara 20 – 26 °C. Ikan neon tetra dapat hidup hingga
lima tahun.
Ikan neon tetra sangat mudah dipelihara di akuarium dengan air yang memiliki pH
sekitar 5,0 – 7,0 dan kesadahan 1,0 – 2,0. Karena ukurannya yang kecil, sebaiknya
ikan ini tidak dipelihara bersama dengan ikan yang berukuran besar atau ikan yang
agresif. Ikan ini dapat dipelihara bersama dengan jenis tetra lainnya seperti rummy-
nose tetra, cardinal tetra atau jenis ikan lainnya. Neon tetra bersifat omnivora dan
menyukai makanan berupa flake food, udang-udang kecil, daphnia, cacing darah
beku, tubifex atau pelet berukuran kecil.
Untuk membudidayakan neon tetra, tempatkan sepasang ikan di bak pemijahan
yang gelap. Intensitas cahaya kemudian dapat ditingkatkan secara bertahap hingga
pemijahan terjadi. Selama proses perkawinan ini, ikan dapat diberi pakan berupa
larva nyamuk. Karena induk ikan sering memakan anak ikan yang baru menetas,
maka sebaiknya induk ikan ini dipindahkan setelah mereka memijah. Telur kemudian
akan menetas setelah 30 jam.
Penyakit Neon Tetra
Penyakit ini diketahui khusus menyerang ikan neon tetra dan beberapa spesies
terkait lainnya.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa ikan lain kebal terhadapnya. Beberapa jenis
cichlid seperti manvis, dan cyprinid seperti Rasbora dan Barb, dilaporkan menjadi
korban puIa dari penyakit ini.
Gejala
Warna ikan memucat dan disertai dengan hilangnya garis merah. Pada infeksi
ringan bisa tidak menunjukkan gejala apa-apa. Sedangkan pada gejala menengah
sampai parah, selain warna memucat dan kehilangan warna merah, juga sering
disertai dengan timbulnya bercak-bercak putih dibawah kulit. Munculnya bercak
putih menunjukkan terjadinya kerusakan pada jaringan otot ikan.
Disamping gejala tersebut diatas ikan yang terinfeksi dapat pula menunjukkan gejala malas/lesu,
kesulitan berenang, dan kehilangan berat badan (kurus).
Penyebab.
Disebabkan oleh parasit Pleistophora hyphessobryconis. Penyebaran penyakit pada umumnya terjadi
melalui spora yang terbawa oleh pakan, atau melalui bagian ikan terinfeksi yang mati dan dimakan
oleh ikan yang bersangkutan.
Infeksi dapat pula dipicu oleh kondisi kualitas air yang memburuk atau tidak sesuai dengan kebutuhan
neon tetra. Oleh karena itu, sebelum melakukan perlakuan apapun terhadap penyakit ini, pastikan
terlebih dahulu bahwa kondisi air akuariumnya sudah ideal untuk kehidupan ikan neon tetra.
Setelah berada dalam usus ikan, parasit akan masuk kedalam jaringan tubuh dan menggandakan diri
disana kemudian menyebar. Jaringan yang mengandung parasit akan mati, warnanya menjadi pucat
kemudian berubah berwarna putih.
Pencegahan dan Perawatan
Belum ada obat-obatan yang diketahui efektif untuk mengatasi infeksi Pleistophora. Meskipun
demikian tidak ada salahnya mencoba obat-obatan yang ditawarkan di toko akuarium yang disiapkan
untuk penyakit tersebut, Percobaan pengobatan dengan menggunakan Toltrazunil diketahui cukup
menjanjikan.
Pencegahan tampaknya merupakan hal yang sangat dianjurkan untuk menghidar dari infeksi penyakit
. Untuk itu jagalah supaya kualitas air tetap optimum dan parameternya sesuai bagi kebutuhan hidup
neon tetra.