Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

24
MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) Oleh Irwan Eka Saputra 05111002038 PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA INDRALAYA

Transcript of Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

Page 1: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN

LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)

Oleh

Irwan Eka Saputra

05111002038

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA

2013

Page 2: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

BAB I

PENDAHULUAN

1.1   Latar Belakang

Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan

berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau

jumlahnya, baik secara langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan

hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup

manusia serta makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu adanya suatu tempat yang

digunakan untuk penyimpanan sementara limbah B3 sebelum diserahkan kepada

pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3.

Secara umum suatu tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun haruslah

dirancang untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, munculnya risiko bahaya

yang dapat menimbulkan dampak pada manusia, lingkungan, dan harta benda. Tempat

penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus sejak awal dirancang agar sesuai

dengan bahan yang akan disimpan. Perubahan jenis bahan yang disimpan akan

mengubah rancangan dan tata letak tempat penyimpanan. Oleh sebab itu, konstruksi dari

Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 yang baik harus memiliki system

ventilasi, penerangan yang sesuai dengan standar yang ada, sistem penyalur petir

(grounding), sistem labeling dan memiliki penataan ruang yang sesuai dengan standar.

Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin meningkat

jumlahnya. Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup

lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan menyimpan limbah dengan

jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan baik. Ternyata limbah-limbah tersebut

termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada penulisan makalah ini, akan

mengupas semua tentang limbah B3 dan bagaimana system pembuangannya yang baik.

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa

suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun

Page 3: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan

atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta

mahluk hidup lain.

1.2   Rumusan Masalah

a).     Apa yang dimaksud Limbah B3?

b). Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia ?

c). Bagaimana cara mengidentifikasi B3?

d). Apa saja karakteristik Limbah B3?

e). Bagaimana teknologi pengolahan Limbah B3 ?

1.3   Tujuan penulisan

1)   Untuk  mengetahui Definisi dari Limbah B3

2)   Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia.

3) Untuk dapat mengidentifikasi B3

4) Agar dapat mengetahui karakteristik limbah

Page 4: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

BAB II

PEMBAHASAN

 2.1 Bahan Berbahaya Beracun

Limbah B3 tidak hanya dihasilkan oleh industri besar saja, tetapi juga bisa

dihasilkan oleh aktivitas kita sehari-hari yang juga menghasilkan limbah rumah tangga.

Selain itu, berbagai industri kecil rumahan, seperti industri tekstil, industri makanan,

atau industri bahan-bahan olahan lain juga memiliki kemugkinan untuk turut berperan

dalam menghasilkan limbah B3.Bahan yang berbahaya dan beracun (B3) dapat dengan

mudah kita temui di rumah. Bahkan, tanpa disadari, kita sebenarnya juga secara

langsung atau tidak turut berperan dalam memproduksi limbah B3. Karenanya, kita

sebaiknya lebih berhati-hati dan lebih bijaksana dalam menggunakan berbagai substansi,

baik yang alami maupun yang secara kimia.Pengelolaan limbah B3 diatur dalam

Peraturan Pemerintah No. 188 Tahun 1999 serta Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun

1999 yang mengatur berbagai kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah

berbahaya dan beracun.

2.2 Pengertian Limbah B3

Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa

(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan

beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta

konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat

merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa

suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun

yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung

maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan

Page 5: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta

mahluk hidup lain.

2.3 Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia

Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal

ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa

menyadari kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam kesempatan ini mendapatkan

sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup menarik di dalam

mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.

Keracunan Air Raksa

Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai

penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir

Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh bulan,

yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam perairan

ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering. Berbagai

penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang

mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala keracunan

secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan dan kaki

terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas penglihatan menciut, ketajaman

pendengaran berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap. Beberapa orang secara konstan

merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas.

Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang semakin parah.

Keracunan Cadmium

Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil

Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Sypilis dan

Page 6: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam

tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di

dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas.

Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun titik

langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan

hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena gagal jantung, kasus

keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang. Sekelompok

masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun. Penyakit tersebut

kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh

osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian

dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.

2.4 Identifikasi Limbah B3

Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber

2. Berdasarkan karakteristik

Page 7: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

Limbah B3 dari sumber spesifik;

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan

produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:

mudah meledak;

pengoksidasi;

sangat mudah sekali menyala;

sangat mudah menyala;

mudah menyala;

amat sangat beracun;

sangat beracun;

beracun;

berbahaya;

korosif;

bersifat iritasi;

berbahayabagi lingkungan;

karsinogenik;

teratogenik;

mutagenik.

Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun

1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:

mudah meledak;

mudah terbakar;

Page 8: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

bersifat reaktif;

beracun;

menyebabkan infeksi;

bersifat korosif.

Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah

sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia.

Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih

sangat kurang di negara ini. 

2.5 Karakteristik limbah B3

Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:

1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang

menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber

nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.

2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala

secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan

atau kegiatan oksidasi.

3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya

kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.

4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam

kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan

benzoyl perioksida.

5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan

kulit bila berkontak dengannya.

6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau

mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.

Page 9: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

2.6 Pengolahan limbah B3

Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.

Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:

proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,

stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.

proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan

komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik,

dll.

proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan

kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya

racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir

proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah

menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus

mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar

(insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi

0,01 kg atau 10 gr

Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses

dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi

limbah.

Hasil pengolahan limbah B3

Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan

dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu

30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.Perlu

diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus

melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).

Page 10: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

2.7 Teknologi Pengolahan

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling

populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,

danincineration.

1.Chemical Conditioning 

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TUjuan utama

dari chemical conditioning ialah:

o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

o mendestruksi organisme patogen

o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki

nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:

6. Concentration thickening 

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah

dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada

tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya

merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-

watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge,

beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

7. Treatment, stabilization, and conditioning 

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan

menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses

Page 11: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia

berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan

partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan

bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian

secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan

reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialahlagooning, anaerobic

digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical

conditioning, dan elutriation.

8. De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi

kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada

tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan

adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

9. Disposal 

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang

terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation, dan composting.

Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,

atauinjection well.

2. Solidification/Stabilization 

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat

diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan

sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan

menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas

Page 12: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu

bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait

sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi

berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

0. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus

dalam matriks struktur yang besar

1. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan

pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

2. Precipitation

3. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan

pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

4. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan

padat

5. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain

yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan

bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing,

in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh

BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3.Incineration 

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam

teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga

sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari

sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari

bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi

menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa

kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan

Page 13: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif

kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating

value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya

proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat

diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk

membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open

pit, single chamber,multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari

semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut

dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3

Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga

mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam

jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul umumnya

menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.

Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air

dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran

dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3.

Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran

dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa

sederhana seperti CO2 dan H2O.Incenerator efektif terutama untuk buangan organik

dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa

digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam

anorganik. Zat karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila

insenerator dioperasikan I Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan

berbagai senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator

harus yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan

metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai

dengan kebutuhan operasional.

Page 14: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1.limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu

kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena

sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya

yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan

lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

2. Limbah B-3 dapat menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal ini

dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa

menyadari kita terkena penyakit tersebut.

3. Akibat yang ditimbulkan antara lain : keracunan air raksa dan Keracunan Cadmium

4. Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:

1. Berdasarkan sumber

2. Berdasarkan karakteristik

5. Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:

Limbah B3 dari sumber spesifik;

Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;

Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan

produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

6. Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:

1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang

menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber

nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.

2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala

secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan

atau kegiatan oksidasi.

Page 15: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya

kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.

7. Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling

populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,

danincineration.

1.Chemical Conditioning 

2.Solidification/Stabilization 

3.Incineration 

3.2 Kritik dan Saran

Demikian paparan mengenai Limbah B3 yang menjadi pokok bahasan makalah

saya, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya

pengetahuandan kurangnya rujukan atau resensi yang ada hubungannya dengan makalah

ini.Saya berharap pembacamau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada

saya demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi saya pada

khususnya juga para pembaca.

Page 16: Makala Teknik Lingkungan Irwan Eka Saputra

Daftar Pusaka

Supardi, Imam.2003.Lingkungan Hidup Kelestariannya.Bandung: PT ALUMNI

Memanik, Karden Eddy Sontang. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:

Jambatan

Syamsudin dkk.2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Gersik: Tiga Serangkai

Anonim.2013(online).http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com/.Diakses tanggal 28 November

2013.

Soemartono, R.M. 2009. Sistem PengelolaanLimbah B3 di Indonesia.http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuB3/B3.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2012