MAKALAH TEKNIK LINGKUNGAN
LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN)
Oleh
Irwan Eka Saputra
05111002038
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
INDRALAYA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan
berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau
jumlahnya, baik secara langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan
hidup, dan atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu perlu adanya suatu tempat yang
digunakan untuk penyimpanan sementara limbah B3 sebelum diserahkan kepada
pemanfaat dan atau pengolah dan atau penimbun limbah B3.
Secara umum suatu tempat penyimpanan bahan berbahaya dan beracun haruslah
dirancang untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, munculnya risiko bahaya
yang dapat menimbulkan dampak pada manusia, lingkungan, dan harta benda. Tempat
penyimpanan bahan berbahaya dan beracun harus sejak awal dirancang agar sesuai
dengan bahan yang akan disimpan. Perubahan jenis bahan yang disimpan akan
mengubah rancangan dan tata letak tempat penyimpanan. Oleh sebab itu, konstruksi dari
Tempat Penyimpanan Sementara (TPS) Limbah B3 yang baik harus memiliki system
ventilasi, penerangan yang sesuai dengan standar yang ada, sistem penyalur petir
(grounding), sistem labeling dan memiliki penataan ruang yang sesuai dengan standar.
Seiring dengan berjalannya waktu, limbah semakin hari semakin meningkat
jumlahnya. Limbah sangatlah berbahaya bagi kehidupan manusia atau makhluk hidup
lainnya. Banyak orang membuang, menimbun, bahkan menyimpan limbah dengan
jumlah yang banyak serta tidak dikelola dengan baik. Ternyata limbah-limbah tersebut
termasuk limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun). Pada penulisan makalah ini, akan
mengupas semua tentang limbah B3 dan bagaimana system pembuangannya yang baik.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan
atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
1.2 Rumusan Masalah
a). Apa yang dimaksud Limbah B3?
b). Apa akibat Limbah B3 terhadap manusia ?
c). Bagaimana cara mengidentifikasi B3?
d). Apa saja karakteristik Limbah B3?
e). Bagaimana teknologi pengolahan Limbah B3 ?
1.3 Tujuan penulisan
1) Untuk mengetahui Definisi dari Limbah B3
2) Mengetahui dan memahami akibat Limbah B3 terhadap manusia.
3) Untuk dapat mengidentifikasi B3
4) Agar dapat mengetahui karakteristik limbah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Bahan Berbahaya Beracun
Limbah B3 tidak hanya dihasilkan oleh industri besar saja, tetapi juga bisa
dihasilkan oleh aktivitas kita sehari-hari yang juga menghasilkan limbah rumah tangga.
Selain itu, berbagai industri kecil rumahan, seperti industri tekstil, industri makanan,
atau industri bahan-bahan olahan lain juga memiliki kemugkinan untuk turut berperan
dalam menghasilkan limbah B3.Bahan yang berbahaya dan beracun (B3) dapat dengan
mudah kita temui di rumah. Bahkan, tanpa disadari, kita sebenarnya juga secara
langsung atau tidak turut berperan dalam memproduksi limbah B3. Karenanya, kita
sebaiknya lebih berhati-hati dan lebih bijaksana dalam menggunakan berbagai substansi,
baik yang alami maupun yang secara kimia.Pengelolaan limbah B3 diatur dalam
Peraturan Pemerintah No. 188 Tahun 1999 serta Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun
1999 yang mengatur berbagai kebijakan yang berhubungan dengan pengelolaan limbah
berbahaya dan beracun.
2.2 Pengertian Limbah B3
Pengertian limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa
(limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan
beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta
konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
Menurut PP No. 18 tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa
suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun
yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan
atau membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
mahluk hidup lain.
2.3 Akibat Limbah B3 Terhadap Manusia
Limbah B-3 ternyata menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal
ini dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa
menyadari kita terkena penyakit tersebut. Penulis dalam kesempatan ini mendapatkan
sumber dari sebuah buku dimana memberikan uraian yang cukup menarik di dalam
mengenai akibat langsung dari limbah B-3 tersebut.
Keracunan Air Raksa
Keracunan Air Raksa yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi dikenal sebagai
penyakit Minamata. Penderita adalah masyarakat nelayan yang tinggal di kota pesisir
Minamata di Pulau Kyushu (Minamata Bay). Keracunan itu berlangsung tujuh bulan,
yaitu dari 1953- 1968, disebabkan pabrik plastic membuang air raksa ke dalam perairan
ikan di Minamata mengandung merkuri antara 27-102 ppm berat kering. Berbagai
penelitian di Indonesia sudah pula mendapatkan berbagai hewan laut dan air yang
mengandung merkuri seperti yang terjadi di Teluk Jakarta dan Medan. Gejala keracunan
secara umum timbul sebagai sakit kepala, mudah lelah dan teriritasi lengan dan kaki
terasa kebal, sulit menelan, penglihatan kabur, luas penglihatan menciut, ketajaman
pendengaran berkurang dan koordinasi otot-otot lenyap. Beberapa orang secara konstan
merasa seperti ada logam di mulut, gusi membengkak, dan diare terdapat secara meluas.
Kematian terjadi infeksi sekunder maupun kelemahan yang semakin parah.
Keracunan Cadmium
Limbah ini biasanya digunakan untuk proses stabilizer dalam pembuatan Polyvynil
Khlorida. Di masa silam Cadmium malah digunakan dalam pengobatan Sypilis dan
Malaria. Hasil Otopsi di Amerika Serikat menunjukkan akumulasi Cadmium dalam
tubuh masyarakat umum secara rata-rata di dapat 30 mgCd di dalam tubuh; 33% di
dalam ginjal, 14% di dalam hati, 2% di dalam paru-paru dan 0,3% di dalam pakreas.
Cadmium dapat mempengaruhi otot polos pembuluh darah secara langsung maupun titik
langsung lewat ginjal sebagai akibatnya terjadi kenaikan tekanan darah. Percobaan
hewan menunjukkan bahwa kematian dapat terjadi karena gagal jantung, kasus
keracunan Cadmium secara epidemis terjadi di kota Toyama Jepang. Sekelompok
masyarakat mengeluh tentang sakit pinggang selama beberapa tahun. Penyakit tersebut
kemudian menjadi parah tulang-tulang punggung terasa sangat nyeri yang diikuti oleh
osteomalacia (pelunakan tulang) dan fraktur tulang punggung yang multiple kematian
dapat diakibatkan oleh gagal ginjal.
2.4 Identifikasi Limbah B3
Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
Limbah B3 dari sumber spesifik;
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
Sedangkan golongan limbah B3 yang berdasarkan karakteristik ditentukan dengan:
mudah meledak;
pengoksidasi;
sangat mudah sekali menyala;
sangat mudah menyala;
mudah menyala;
amat sangat beracun;
sangat beracun;
beracun;
berbahaya;
korosif;
bersifat iritasi;
berbahayabagi lingkungan;
karsinogenik;
teratogenik;
mutagenik.
Karakteristik limbah B3 ini mengalami pertambahan lebih banyak dari PP No. 18 tahun
1999 yang hanya mencantumkan 6 (enam) kriteria, yaitu:
mudah meledak;
mudah terbakar;
bersifat reaktif;
beracun;
menyebabkan infeksi;
bersifat korosif.
Peningkatan karakteristik materi yang disebut B3 ini menunjukan bahwa pemerintah
sebenarnya memberikan perhatian khusus untuk pengelolaan lingkungan Indonesia.
Hanya memang perlu menjadi perhatian bahwa implementasi dari Peraturan masih
sangat kurang di negara ini.
2.5 Karakteristik limbah B3
Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:
1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang
menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber
nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala
secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan
atau kegiatan oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
4. Oxidizer (pengoksidasi), yaitu materi yang menghasilkan oksigen, baik dalam
kondisi biasa atau bila terpapar dengan panas, misalnya amonium nitrat dan
benzoyl perioksida.
5. Corrosive, bahan padat atau cair yang dapat membakar atau merusak jaringan
kulit bila berkontak dengannya.
6. Toxic, yaitu bahan beracun yang dalam dosis kecil dapat membunuh atau
mengganggu kesehatan, seperti hidrogen sianida.
2.6 Pengolahan limbah B3
Jenis perlakuan terhadap limbah B3 tergantung dari karakteristik dan kandungan limbah.
Perlakuan limbah B3 untuk pengolahan dapat dilakukan dengan proses sbb:
proses secara kimia, meliputi: redoks, elektrolisa, netralisasi, pengendapan,
stabilisasi, adsorpsi, penukaran ion dan pirolisa.
proses secara fisika, meliputi: pembersihan gas, pemisahan cairan dan penyisihan
komponen-komponen spesifik dengan metode kristalisasi, dialisa, osmosis balik,
dll.
proses stabilisas/solidifikasi, dengan tujuan untuk mengurangi potensi racun dan
kandungan limbah B3 dengan cara membatasi daya larut, penyebaran, dan daya
racun sebelum limbah dibuang ke tempat penimbunan akhir
proses insinerasi, dengan cara melakukan pembakaran materi limbah
menggunakan alat khusus insinerator dengan efisiensi pembakaran harus
mencapai 99,99% atau lebih. Artinya, jika suatu materi limbah B3 ingin dibakar
(insinerasi) dengan berat 100 kg, maka abu sisa pembakaran tidak boleh melebihi
0,01 kg atau 10 gr
Tidak keseluruhan proses harus dilakukan terhadap satu jenis limbah B3, tetapi proses
dipilih berdasarkan cara terbaik melakukan pengolahan sesuai dengan jenis dan materi
limbah.
Hasil pengolahan limbah B3
Memiliki tempat khusus pembuangan akhir limbah B3 yang telah diolah dan
dilakukan pemantauan di area tempat pembuangan akhir tersebut dengan jangka waktu
30 tahun setelah tempat pembuangan akhir habis masa pakainya atau ditutup.Perlu
diketahui bahwa keseluruhan proses pengelolaan, termasuk penghasil limbah B3, harus
melaporkan aktivitasnya ke KLH dengan periode triwulan (setiap 3 bulan sekali).
2.7 Teknologi Pengolahan
Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
danincineration.
1.Chemical Conditioning
Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. TUjuan utama
dari chemical conditioning ialah:
o menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur
o mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur
o mendestruksi organisme patogen
o memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioningyang masih memiliki
nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion
Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
6. Concentration thickening
Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah
dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada
tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya
merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-
watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge,
beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.
7. Treatment, stabilization, and conditioning
Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan
menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses
pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia
berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan
partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan
bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian
secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan
reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialahlagooning, anaerobic
digestion, aerobic digestion, heat treatment,polyelectrolite flocculation, chemical
conditioning, dan elutriation.
8. De-watering and drying
De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi
kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada
tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan
adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.
9. Disposal
Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang
terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis,wet air oxidation, dan composting.
Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land,
atauinjection well.
2. Solidification/Stabilization
Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat
diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan
sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan
menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas
limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu
bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait
sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi
berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:
0. Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus
dalam matriks struktur yang besar
1. Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan
pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik
2. Precipitation
3. Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan
pemadat melalui mekanisme adsorpsi.
4. Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan
padat
5. Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain
yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali
Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan
bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing,
in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh
BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.
3.Incineration
Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam
teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga
sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari
sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari
bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi
menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa
kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan
limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif
kecil.
Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating
value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya
proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat
diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk
membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open
pit, single chamber,multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari
semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut
dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.
Proses Pembakaran (Inceneration) Limbah B3
Limbah B3 kebanyakan terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen. Dapat juga
mengandung halogen, sulfur, nitrogen dan logam berat. Hadirnya elemen lain dalam
jumlah kecil tidak mengganggu proses oksidasi limbah B3. Struktur molekul umumnya
menentukan bahaya dari suatu zat organic terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Bila molekul limbah dapat dihancurkan dan diubah menjadi karbon dioksida (CO2), air
dan senyawa anorganik, tingkat senyawa organik akan berkurang. Untuk penghancuran
dengan panas merupakan salah satu teknik untuk mengolah limbah B3.
Inceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa pembakaran
dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa organik menjadi senyawa
sederhana seperti CO2 dan H2O.Incenerator efektif terutama untuk buangan organik
dalam bentuk padat, cair, gas, lumpur cair dan lumpur padat. Proses ini tidak biasa
digunakan limbah organik seperti lumpur logam berat (heavy metal sludge) dan asam
anorganik. Zat karsinogenik patogenik dapat dihilangkan dengan sempurna bila
insenerator dioperasikan I Incenerator memiliki kelebihan, yaitu dapat menghancurkan
berbagai senyawa organik dengan sempurna, tetapi terdapat kelemahan yaitu operator
harus yang sudah terlatih. Selain itu biaya investasi lebih tinggi dibandingkan dengan
metode lain dan potensi emisi ke atmosfir lebih besar bila perencanaan tidak sesuai
dengan kebutuhan operasional.
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1.limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena
sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya
yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan
lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.
2. Limbah B-3 dapat menimbulkan berbagai penyakit yang membahayakan. Hal ini
dikarenakan penyakit itu timbul dari lingkungan di mana kita tinggal, sehingga tanpa
menyadari kita terkena penyakit tersebut.
3. Akibat yang ditimbulkan antara lain : keracunan air raksa dan Keracunan Cadmium
4. Pengidentifikasian limbah B3 digolongkan ke dalam 2 (dua) kategori, yaitu:
1. Berdasarkan sumber
2. Berdasarkan karakteristik
5. Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
Limbah B3 dari sumber spesifik;
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik;
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi.
6. Secara konvensional terdapat tujuh kelas bahan berbahaya, yaitu:
1. Flammable (mudah terbakar), yaitu bahan padat, cair, uap, atau gas yang
menyala dengan mudah dan terbakar secara cepat bila dipaparkan pada sumber
nyala, misalnya: jenis pelarut ethanol, gas hidrogen, methane.
2. Materi yang spontan terbakar, yaitu bahan padat atau cair yang dapat menyala
secara spontan tanpa sumber nyala, mislanya karena perubahan panas, tekanan
atau kegiatan oksidasi.
3. Explosive (mudah meledak), yaitu materi yang dapat meledak karena adanya
kejutan, panas atau mekanisme lain, misalnya dinamit.
7. Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling
populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization,
danincineration.
1.Chemical Conditioning
2.Solidification/Stabilization
3.Incineration
3.2 Kritik dan Saran
Demikian paparan mengenai Limbah B3 yang menjadi pokok bahasan makalah
saya, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan, karena terbatasnya
pengetahuandan kurangnya rujukan atau resensi yang ada hubungannya dengan makalah
ini.Saya berharap pembacamau memberikan kritik dan saran yang membangun kepada
saya demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi saya pada
khususnya juga para pembaca.
Daftar Pusaka
Supardi, Imam.2003.Lingkungan Hidup Kelestariannya.Bandung: PT ALUMNI
Memanik, Karden Eddy Sontang. 2007. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jakarta:
Jambatan
Syamsudin dkk.2009. Pendidikan Lingkungan Hidup. Gersik: Tiga Serangkai
Anonim.2013(online).http://limbahb3-limbahb3.blogspot.com/.Diakses tanggal 28 November
2013.
Soemartono, R.M. 2009. Sistem PengelolaanLimbah B3 di Indonesia.http://www.kelair.bppt.go.id/Publikasi/BukuB3/B3.html. Diakses pada tanggal 4 Juni 2012