Makala Hp Kn

18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial, senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan, minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian, pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik tertentu dan sebagainya. Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktek-praktek politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika secara langsung, berarti orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu. B. Rumusan Masalah Pada makalah ini penulis akan membahas materi mengenai pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan 1

Transcript of Makala Hp Kn

Page 1: Makala Hp Kn

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehidupan manusia di dalam masyarakat, memiliki peranan penting dalam

sistem politik suatu negara. Manusia dalam kedudukannya sebagai makhluk sosial,

senantiasa akan berinteraksi dengan manusia lain dalam upaya mewujudkan kebutuhan

hidupnya. Kebutuhan hidup manusia tidak cukup yang bersifat dasar, seperti makan,

minum, biologis, pakaian dan papan (rumah). Lebih dari itu, juga mencakup kebutuhan

akan pengakuan eksistensi diri dan penghargaan dari orang lain dalam bentuk pujian,

pemberian upah kerja, status sebagai anggota masyarakat, anggota suatu partai politik

tertentu dan sebagainya.

Setiap warga negara, dalam kesehariannya hampir selalu bersentuhan dengan

aspek-aspek politik praktis baik yang bersimbol maupun tidak. Dalam proses

pelaksanaannya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung dengan praktek-

praktek politik. Jika secara tidak langsung, hal ini sebatas mendengar informasi, atau

berita-berita tentang peristiwa politik yang terjadi. Dan jika secara langsung, berarti

orang tersebut terlibat dalam peristiwa politik tertentu.

B. Rumusan Masalah

Pada makalah ini penulis akan membahas materi mengenai pentingnya

sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik yang terbagi beberapa bahasan

yaitu pengertian sosialisasi politik, metode sosialisasi politik, proses sosialisasi politik

dan pentingnya sosialisasi politik dalam pengembangan budaya politik.

C. Tujuan Penulisan

1. Sebagai tugas untuk mengikuti mata pelajaran PKn

2. Untuk melatih penulis agar memudahkan dalam membuat Makalah

3. Agar masyarakat tahu tentang politik yang benar dengan sosialisasi politik kepada

masyarakat

4. Supaya masyarakat tidak awam dengan kehidupan politik

5. Untuk mengetahui sampai sejauh mana

1

Page 2: Makala Hp Kn

BAB II

PENTINGNYA SOSIALISASI POLITIK DALAM PENGEMBANGAN BUDAYA

POLITIK

A. Pengertian Sosialisasi Politik

Ada beberapa pengertian sosialisasi politik menurut para ahli yaitu:

1. Sosialisasi politik adalah cara bagaimana masyarakat meneruskan kebudayaan

politiknya. Dengan memberikan penekanan pada cara masyarakat meneruskan

kebudayaan politiknya. Pengertian ini dikemukakan oleh Kenneth P. Langton.

2. Sosialisasi politik merupakan proses di mana sikap-sikap politik dan pola-pola

tingkah laku politik diperoleh atau dibentuk dan sarana bagi suatu generasi untuk

menyampaikan patokan-patokan politik dan keyakinan-keyakinan politik kepada

generasi berikutnya (Gabriel A. Almond, 1974: 44).

3. Sosialisasi politik adalah suatu pewarisan pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan-

pandangan politik dari orang tua, guru dan sarana-sarana sosialisasi yang lainnya

kepada warga negara baru dan mereka yang menginjak dewasa (Richard E.

Dawson, dalam Haryanto, 1992: 37).

4. Sosialisasi politik istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu proses di

mana seseorang mempelajari dan menumbuhkan pandangannya tentang politik

(Dennis Kavanagh, 1982: 37).

5. Sosialisasi politik yaitu proses pembentukkan sikap dan orientasi politik dan

anggota masyarakat (Ramlan Surbakti, 1992: 117).

6. Sosialisasi politik adalah segenap proses di mana individu, yang dilahirkan dengan

banyak sekali jajaran potensi tingkah laku, dituntut untuk mengembangkan tingkah

laku aktualnya yang dibatasi di dalam satu jajaran yang menjadi kebiasaannya dan

bias diterima olehnya sesuai dengan standar-standar dari kelompoknya (Irvin L.

Child).

Greenstein dalam karyanya “International Encyolopedia of The Social

Sciences”, ada dua definisi sosialisasi politik:

1. Definisi sempit, sosialisasi politik adalah penanaman informasi politik yang

disengaja, nilai-nilai dan praktek-praktek yang oleh badan-badan instruksional

secara formal ditugaskan untuk tanggung jawab ini.

2

Page 3: Makala Hp Kn

2. Definisi luas, sosialisasi politik merupakan semua usaha mempelajari politik baik

formal maupun informal, disengaja ataupun terencana pada setiap tahap siklus

kehidupan dan termasuk di dalamnya tidak hanya secara eksplisit masalah belajar

politik tetapi juga secara nominal belajar bersikap non politik mengenai

karakteristik-karakteristik kepribadian yang bersangkutan.

Dari segi metode penyampaian pesan, sosialisasi politik dibagi dua, yaitu:

a. Pendidikan politik merupakan proses dialogis di antara pemberi dan penerima

pesan.

b. Indoktrinasi politik merupakan proses sepihak ketika penguasa memobilisasi

dan memanipulasi warga masyarakat untuk menerima nilai, norma dan simbol

yang dianggap pihak berkuasa ideal dan baik.

B. Metode Sosialisasi Politik

Menurut Rush dan Althoff metode-metode sosialisasi politik ada tiga yaitu:

1. Imitasi

Peniruan terhadap tingkah laku individu-individu lain. Imitasi penting

dalam sosialisasi masa kanak-kanak. Pada remaja dan dewasa, imitasi lebih banyak

bercampur dengan kedua mekanisme lainnya, sehingga satu derajat peniruannya

terdapat pula pada instruksi maupun motivasi.

2. Instruksi

Peristiwa penjelasan diri seseorang dengan sengaja dapat ditempatkan

dalam suatu situasi yang intruktif sifatnya.

3. Motivasi

Sebagaimana dijelaskan Le Vine merupakan tingkah laku yang tepat yang

cocok yang dipelajari melalui proses coba-coba dan gagal (trial and error).

3

Page 4: Makala Hp Kn

C. Proses Sosialisasi Politik

Proses sosialisasi dilakukan melalui berbagai tahap sejak dari awal masa kanak-

kanak sampai pada tingkat yang paling tinggi dalam usia dewasa. Sosialisasi beroperasi

pada 2 tingkat:

1. Tingkat Komunitas, sosialisasi dipahami sebagai proses pewarisan kebudayaan,

yaitu suatu sarana bagi suatu generasi untuk mewariskan nilai-nilai, sikap-sikap dan

keyakinan-keyakinan politik kepada generasi berikutnya.

2. Tingkat Individual, proses sosialisasi politik dapat dipahami sebagai proses warga

suatu negara membentuk pandangan-pandangan politik mereka.

Proses sosialisasi politik tidak langsung meliputi metode belajar berikut:

1. Pengoperasian Interpersonal, mengasumsikan bahwa anak mengalami proses

sosialisasi politik secara eksplisit dalam keadaan sudah memiliki sejumlah

pengalaman dalam hubungan-hubungan dan pemuasan-pemuasan interpersonal.

2. Magang, metode belajar magang ini terjadi karena perilaku dan pengalaman-

pengalaman yang diperoleh di dalam situasi-situasi non politik memberikan

keahlian-keahlian dan nilai-nilai yang pada saatnya dipergunakan secara khusus di

dalam konteks yang lebih bersifat politik.

3. Generalisasi, terjadi karena nilai-nilai sosial diperlakukan bagi objek-objek politik

yang lebih spesifik dan dengan demikian membentuk sikap-sikap politik tertentu.

Proses sosialisasi langsung terjadi melalui:

1. Imitasi

Merupakan mode sosialisasi yang paling ekstensif dan banyak dialami anak

sepanjang perjalanan hidup mereka. Imitasi dapat dilakukan secara sadar dan secara

tidak sadar.

2. Sosialisasi Politik Antisipatoris

Dilakukan untuk mengantisipasi peranan-peranan politik yang diinginkan

atau akan diemban oleh aktor. Orang yang berharap suatu ketika menjalani

pekerjaan-pekerjaan professional atau posisi sosial yang tinggi biasanya sejak dini

sudah mulai mengoper nilai-nilai dan pola-pola perilaku yang berkaitan dengan

peranan-peranan tersebut.

3. Pendidikan Politik

Inisiatif mengoper orientasi-orientasi politik dilakukan oleh “socialiers”

daripada oleh individu yang disosialisasi. Pendidikan politik dapat dilakukan di

4

Page 5: Makala Hp Kn

keluarga, sekolah, lembaga-lembaga politik atau pemerintah dan berbagai

kelompok dan organisasi yang tidak terhitung jumlahnya.

4. Pengalaman Politik

Kebanyakan dari apa yang oleh seseorang diketahui dan diyakini sebagai

politik pada kenyataannya berasal dari pengamatan-pengamatan dan pengalaman-

pengalamannya di dalam proses politik.

D. Pentingnya Sosialisasi Politik dalam Pengembangan Budaya Politik

Menurut Gabriel A. Almond, sosialisasi politik dapat membentuk dan

mentransmisikan (menyampaikan) kebudayan politik suatu bangsa. Dan budaya politik

juga dapat memelihara kebudayaan politik suatu bangsa dalam bentuk penyampaian

kebudayaan itu dari generasi tua ke generasi muda.

Agar dapat membentuk dan mentransmisikan, memelihara dan mengubah nilai,

sikap, pandangan maupun keyakinan politik diperlukan sarana-sarana atau agen-agen.

Ada 6 sarana atau agen dalam sosialisasi politik, yaitu:

1. Keluarga

Merupakan agen sosialisasi pertama yang dialami seseorang. Keluarga

memiliki pengaruh besar terhadap anggota-anggotanya. Pengaruh yang paling jelas

adalah dalam hal pembentukan sikap terhadap wewenang kekuasaan. Bagi anak,

keputusan bersama yang dibuat di keluarga bersifat otoritatif, dalam arti

keengganan untuk mematuhinya dapat mendatangkan hukuman. Pengalaman

berpartisipasi dalam pembuatan keputusan keluarga dapat meningkatkan perasaan

kompetensi politik si anak, memberikannya kecakapan-kecakapan untuk

melakukan interaksi politik dan membuatnya lebih mungkin berpartisipasi secara

aktif dalam sistem politik sesudah dewasa.

2. Sekolah

Sekolah memainkan peran sebagai agen sosialisasi politik melalui

kurikulum pengajaran formal, beraneka ragam kegiatan ritual sekolah dan kegiatan-

kegiatan guru.

Sekolah melalui kurikulumnya memberikan pandangan-pandangan yang

kongkrit tentang lembaga-lembaga politik dan hubungan-hubungan politik. Ia juga

dapat memegang peran penting dalam pembentukan sikap terhadap aturan

permainan politik yang tak tertulis. Sekolah pun dapat mempertebal kesetiaan

5

Page 6: Makala Hp Kn

terhadap sistem politik dan memberikan simbol-simbol umum untuk menunjukkan

tanggapan yang ekspresif terhadap sistem tersebut.

Peranan sekolah dalam mewariskan nilai-nilai politik tidak hanya terjadi

melalui kurikulum sekolah. Sosialisasi juga dilakukan sekolah melalui berbagai

upacara yang diselenggarakan di kelas maupun di luar kelas dan berbagai kegiatan

ekstra yang diselenggarakan oleh OSIS.

3. Kelompok Pergaulan

Kelompok pertemanan mulai mengambil penting dalam proses sosialisasi

politik selama masa remaja dan berlangsung terus sepanjang usia dewasa. Takott

Parson menyatakan kelompok pertemanan tumbuh menjadi agen sosialisasi politik

yang sangat penting pada masa anak-anak di SMA. Selama periode ini, orang tua

dan guru-guru sekolah sebagai figur otoritas pemberi transmitter proses belajar

sosial, kehilangan pengaruhnya. Sebaliknya peranan kelompok-kelompok klik,

gang-gang remaja dan kelompok-kelompok remaja yang lain menjadi semakin

penting.

4. Tempat Kerja

Organisasi-organisasi formal maupun non formal yang dibentuk

berdasarkan lingkungan pekerjaan, seperti serikat buruh, klub sosial dan yang

sejenisnya merupakan saluran komunikasi informasi dan keyakinan yang jelas.

5. Media Massa

Media massa seperti surat kabar, radio, majalah, tv dan internet memegang

peran penting dalam menularkan sikap-sikap dan nilai-nilai modern kepada bangsa-

bangsa baru merdeka. Selain memberikan informasi politik, media massa juga

menyampaika nilai-nilai utama yang dianut oleh masyarakatnya.

6. Kontak-kontak Politik Langsung

Tidak peduli betapa positifnya pandangan terhadap sistem politik yang telah

ditanamkan oleh keluarga atau sekolah, tetapi bila seseorang diabaikan oleh

partainya, ditipu oleh polisi, kelaparan tanpa ditolong, mengalami ketidakadilan,

atau teraniaya oleh militer, maka pandangan terhadap dunia politik sangat mungkin

berubah.

6

Page 7: Makala Hp Kn

E. Pentingnya Peran Serta Budaya Politik Partisipan Dalam Pengembangan Budaya Politik

A. Pengertian Partisipasi Politik

Partisipasi Politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta

secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-

upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah. Menurut Myron Weiner, terdapat lima

penyebeb timbulnya gerakan ke arah pertisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu :

a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin

banyak menuntutuntuk ikut dalam kekuasaan politik.

b. Perubahan-perubahan struktur kelas sosial kelas sosial. Masalah siapa yang berhak

berpartisipasi dan pembuat keputusan politik menjadi penting dan mengakibatkan

perubahan dalam pola partisipasi politik.

c. Pengaruh kaum intelektual dan komunikasi masa modern. Ide demokratisasi

partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka

mengembangkan modernisasi dan industri yang cukup matang.

d. Konflik antarkelompok pemimpin politik, jika timbul konflik antarleite maka yang

dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas menentang kausm

aristokrat yang menarik kaum buruh dan membantu memperluas hak pilih rakyat.

e. Keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi, dan

kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang

timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi akan kesempatan untuk ikut serta

dalam pembuatan keputusan politik.

B. Bentuk-bentuk Partisipasi Politik

Bermacam-macam partisipasi politik yang terjadi di berbagai negara dan berbagai

waktu. Kegiatan politik konvesional adalah bentuk partisipasi politik yang normal

dalam domokrasi modern. Bentuk nonkonvesional antara lain petisi, kekerasan, dan

revolusioner. Bentuk-bentuk dan frekuensi partisipasi politik dapat dipakai sebagai

ukuran untuk menilai stabilitas sistem politik, integritas kehidupan politik, dan

kepuasan atau ketidakpuasan warga negara.

7

Page 8: Makala Hp Kn

Konvensional

Nonkonvensional

Pemberian suara (voting)

Pengajuan petisi

Diskusi politik

Berdemonstrasi

Kegiatan kampanye

Konfrontasi, mogok

Membentuk dan bergabung dalam kelompok kepentingan

Tindak kekerasan politik harta benda (perusakan, pemboman, pembakaran)

Komunikasi individual dengan pejabat politik dan administratif

Tindakan kekerasan politik terhadap manusia (penculikan, pembunuhan),

perang gerilya, dan revolusi

C. Budaya Politik Partisipan

Budaya politik yang partipatif adalah budaya politik yang demokratik. Dalam hal

ini akan mendukung terbentuknya sebuah sistem politik yang demokratik dan stabil.

Menurut Almond dan Verba, budaya politik demokratik menyangkut suatu

kumpulan sistem keyakinan, sikap norma, persepsi, dan sejenisnya yang menopang

terwujudnya partisipasi.

Menurut Bronson dkk dalam bukunya Belajar Civic Education dari Amerika,

beberapa karangan karakter publik dan privat sebagai perwujudan budaya partisipan

sebagai berikut,

a. Menjadi anggota masyarakan yang independen. Kerakter ini meliputi ,

1. Kesadaran pribadi untuk bertanggungjawab sesuai ketentuan, bukan karena

keterpaksaan atau pengawasan dari luar.

2. Bertanggung jawab atas tindakan yang diperbuat.

3. Memenuhi kewajiban moral dan hukum sebagai anggota masyarakat demokratis.

b. Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi dan politik.

Tanggung jawab ini antara lain meliputi,

1. Memelihara atau menjaga diri.

2. Memberi nafkah atau merawat keluarga.

8

Page 9: Makala Hp Kn

3. Mengasuh dan mendidik anak.

Di dalamnya termasuk pula mengikuti informasi tentang isu-publik, seperti :

1. Menentukan pilihan (voting)

2. Membayar pajak.

3. Menjadi juri di pengadilan.

4. Melayani masyarakat.sesuai bakat masing-masing.

5. Melakukan tugas kepemimpinan

c. Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan setiap individu. Hal ini meliputi :

1. Menghormati orang lain berarti mendengarkan pendapat mereka.

2. Bersifat sopan.

3. Menghargai hak-hak dan kepentingan-kepentingan sesama warga negara.

4. Mengikuti aturan “prinsip mayoritas” namun tetap menghargai hak-hak minoritas

untuk berbeda pendapat.

d. Berpartisipasi dsalam urusan-urusan kewarganegaraan secara efektif dan bijaksana.

Karakter ini merupakan sadar informasi sebelum :

1. Menentukan pilihan (voting) atau berpartisipasi dalam debat publik.

2. Terlibat dalam diskusi yang santun dan serius.

3. Memegang kendali dalam kepemimpinan bila diperlukan.

4. Membuat evalusai tentang kapan saatnya kepentingan pribadi seseorang sebagai warga

negara harus dikesampingkan demi memenuhi kepentingan publik.

5. Mengevaluasi kapan seseorang karena kewajibannya atau prinsip-prinsip konstitusional

diharuskan menolak tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu.

e. Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional secara sehat. Karakter ini meliputi :

1. Sadar informasi dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik.

9

Page 10: Makala Hp Kn

2. Memonitor keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga publik agar sesuai

dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip tadi.

3. Mengambil langkah-langkah yang diperlukan warga negara agar bekerja dengan cara-

cara yang damai dan legal dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak

adil dan tidak bijaksana.

D. Agen Mobilisasi Politik

Tinggi rendahnya partisipasi politik rakyat, selain dipengaruhi oleh sikap politik juga

ditentukan oleh agen mobilisasi politik, yaitu suatu organisasi melalui nama anggota

masyarakat dapat berpartisipasi dalam kegiatan politik yang meliputi usaha

mempertahankan gagasan, posisi, situasi, orang atau kelompok tertentu lewat sistem politik

negaranya. Contoh dari agen mobilisasi politik adalah partai politik, kelompok

kepentingan, dan gerakan. Perbandingan ketiganya dapat dilihat dalam tabel berikut.

10

Page 11: Makala Hp Kn

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sosialisasi politik adalah suatu proses untuk memasyarakatkan nilai-nilai atau

budaya politik ke dalam suatu masyakat, sehingga masyarakat menjadi mengerti

tentang politik tersebut. Ada beberapa metode sosialisasi politik diantaranya yaitu;

metode imitasi (peniruan), instruksi (perintah) dan motivasi (dorongan). Adapun

sarana-sarana untuk mensosialisasikan politik kepada masyarakat yaitu melalui;

keluarga, sekolah, kelompok pergaulan, tempat kerja, media massa dan kontak-kontak

politik secara langsung.

B. Saran

Dalam makalah ini, penulis menyarankan agar kita dapat mensosialisasikan

politik kepada masyarakat dengan sosialisasi yang benar dan tepat sehingga masyarakat

dengan mudah menerimanya. Oleh karena itu, untuk politikus disarankan agar dapat

menjalankan politik itu sesuai dengan ketentuan Undang-undang yang berlaku dan

tidak menjadikan politik untuk kepentingan pribadi.

11

Page 12: Makala Hp Kn

DAFTAR PUSTAKA

Suteng, Bambang. Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga, 2007.

Budiyanto. Pendidikan Kewarganegaraan SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga, 2007.

http://zanas.wordpress.com/pentingnya-sosialisasi-politik-dalam-pengembangan-budaya-

politik/

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=hak+partai+politik&btnG=Telusuri&meta=

http://hukumham.info/images/O_ddi/pdf_syarat-syarat%20pendirian%20parpol.pdf

http://www.slideshare.net/supriono/partai-politik

http://www.asiatour.com/lawarchives/indonesia/partai/uu_partai_babIII.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Partisipasi_politik

http://mediakita-kita.blogspot.com/2009/01/perilaku-dan-partisipasi-politik-di.html

http://www.google.co.id/search?q=budaya+politik+partisipan&hl=id&start=10&sa=N

http://fikifirmansyah.blogspot.com/tugasku/

http://www.google.co.id/search?hl=id&q=kata+pengantar&btnG=Telusuri&meta=

12