Makala teknik

33
PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN PARAGRAF YANG BAIK DAN BENAR DALAM SEBUAH KARYA ILMIAH Oleh I Made Bayu Wirawan 1415031062 FAKULTAS TEKNIK

description

all about that

Transcript of Makala teknik

PENGGUNAAN KALIMAT EFEKTIF DAN PARAGRAF YANG BAIK DAN BENAR DALAM SEBUAH KARYA ILMIAH

Oleh

I Made Bayu Wirawan

1415031062

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG

2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat- Nya yang telah dilimpahkan kepada Tim Penulis sehingga Tim Penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah yang bertema Penggunaan Kalimat Efektif dan Paragraf Yang Baik dan Benar dalam Karya Tulis Ilmiah yang merupakan salah satu tugas Bahasa Indonesia pada semester pertama. Dalam karya ilmiah ini kami membahas mengenai cara mengidentifiksi masalah penulisan kutipan dan daftar pustaka dalam karya ilmiah.

Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, Penulis menyadari bahwa penyusunan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun karya ilmiah ini telah memberikan manfaat bagi Penulis.

Akhir kata Penulis berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Kritik dan saran yang bersifat membangun akan Penulis terima dengan senang hati. Maka atas segala kesalahan kami mohon maaf dan atas perhatian kami Penulis mengucapkan terima kasih.

Bandar Lampung, 8 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar

Daftar isi

BABI PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif

a. Ciri-ciri Kalimat Efektif

b. Pengguaan Kalimat Efektif

c. Syarat-syarat Kalimat Efektif

d. Penerapan Kalimat Efektif

B. Pengertian paragraf

a. Batasan Paragraf

b. Syarat-syarat paragraf

c. Jenis paragraf

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Disadari atau tidak, penggunaan bahasa akan berubah sesuai dengan kebutuhan penuturnya. Sebagai contoh, bahasa yang digunakan saat seseorang berpidato atau berceramah dalam sebuah seminar akan berbeda dengan bahasa yang digunakannya saat mengobrol atau bercengkrama dengan keluarganya. Kesesuaian antara bahasa dan pemakaiannya ini disebut ragam bahasa.

Dalam penggunaan bahasa (Indonesia) dikenal berbagai macam ragam bahasa dengan pembagiannya masing-masing, seperti ragam formal-semi formal-nonformal, ujaran- tulisan, jurnalistik, iklan, populer dan ilmiah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) dijelaskan bahwa ilmiah adalah bersifat ilmu, secara ilmu pengetahuan, memenuhi syarat (kaidah) ilmu pengetahuan. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa karya tulis ilmiah adalah karya tulis yang bersifat keilmuan. Ragam bahasa yang digunakan dalam sebuah karya tulis ilmiah adalah ragam bahasa ilmiah.Ragam bahasa ilmiah merupakan bahasa dalam dunia pendidikan. Karena penutur ragam bahasa ini adalah orang yang berpendidikan, bahasa yang digunakan adalah bahasa yang dipelajari di sekolah/institusi pendidikan. Ragam bahasa ini dikenal pula dengan istilah ragam bahasa baku/standar.

Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan ragam bahasa ilmiah. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia baku. Tata bahasa Indonesia yang baku meliputi penggunaan kata, kalimat, dan paragraf yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan. Sesuai dengan ragam bahasanya, aturan- aturan ini mengikat penggunaan bahasa dalam karya tulis ilmiah.

Karya tulis ilmiah terbagi menjadi enam jenis, yaitu skripsi, tesis, disertasi (tugas akhir dalam pendidikan tinggi); laporan penelitian; makalah seminar; artikel ilmiah; makalah; dan laporan eksekutif. Pembahasan karya tulis ilmiah dalam tulisan ini akan difokuskan pada artikel ilmiah. Pemilihan ini dilakukan dengan dasar pemikiran artikel ilmiah yang dimuat dalam jurnal/ majalah ilmiah merupakan salah satu bentuk karya tulis ilmiah yang sudah dipublikasikan.

B. Rumusan Masalah

Penggunaan bahasa ilmiah diikuti dengan tuntutan mengikuti kaidah tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia yang baku. Rumusan masalah tersebut adalah:

1. Bagaimanakah arti dari kalimat efektif yang baik dan benar dalam karya tulis

ilmiah?

2. Bagaimana cara penulisan kalimat efektif yang baik dan benar dalam karya

tulisa ilmiah?

3. Bagaimana syarat-syarat penulisan kalimat efektif yang baik dan benar?

4. Bagaimanakah ciri-ciri kalimat efektif dalam karya tilus ilmiah?

5. Bagaimanakah penerapan kalimat efektif dalam karya tulis ilmiah?

6. Bagaimankah arti dari paragraf yang baik dan benar dalam karya tulis

ilmiah?

7. Bagaimanakah syart-syarat sebuah paragraf dalam karya tulis ilmiah?

8. Apakah ada hubungannya antara jenis paragraf berdasarkan fungsi,

berdasarkan penalaran, berdasarkan teknik pengembangan, berdasarkan

corak?

C. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah agar pembaca secara umum

dapat:

1. Memahami apa yang dimaksud kalimat efektif dan paragraf.

2. Memahami cara penulisan kalimat efektif dan paragraf yang baik dan benar.

3. Memahami tata cara membuat kalimat efektif dan paragraf yang baik dan

benar.

4. Mengetahui kesalahan dalam penulisan kalimat efektif dan parragraf.

5. Memahami aturan-aturan dalam penulisan kalimat efektif dan paragraf.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang kita dapat dari membaca makalah ini yaitu sebagai berikut:

1. Dapat membuat kalimat efektif dalam karya ilmiah dengan aturan yang tepat.

2. Dapat membuat paragraf dalam karya ilmiah dengan aturan-aturan yang tepat.

3. Dapat membedakan penulisan yang benar dan yang salah dalam penulisan

Kalimat efektif dan Paragraf.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kalimat dan Kalimat Efektif

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik turun, dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf latin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. (.), tanda tanya (?) dan tanda seru (!).

Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis. Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud isi pembicara atau penulis. Karena tujuan seseorang menulis adalah mengkomunikasikan gagasan yang dimilikinya, kalimat efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam kegiatan menulis, populer maupun ilmiah, laporan maupun artikel, kalimat yang digunakan berupa kalimat efektif.

Kalimat efektif adalah kalimat yang terdiri atas kata-kata yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan pembicara/ penulis. Menurut Gorys Keraf (1993) syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut.

1. Kesatuan Gagasan

Kesatuan gagasan mengacu pada bagaimana perilaku fungsi-fungsi kalimat dalam satu kalimat. Syarat utama untuk membentuk sebuah kalimat lengkap adalah adanya fungsi subjek dan predikat. Jika dirasa perlu, fungsi-fungsi ini dapat ditambahkan dan diperluas dengan fungsi lainnya.

Contoh:

Karena asam amino ini merupakan faktor pembatas pada pakan nabati. Kata karena merupakan konjungsi yang menunjukkan hubungan alasan/sebab. Konjungsi ini berfungsi menghubungkan anak kalimat (alasan/sebab) dengan induk kalimat dalam kalimat majemuk bertingkat. Pada kalimat di atas, penyebab (induk kalimat) tidak nampak.

2. Koherensi yang baik dan kompak.

Koherensi yang baik dan kompak mengacu pada hubungan antarunsur pembentuk kalimat. Dalam hal ini, urutan kata menjadi hal yang perlu diperhatikan. Perhatikan contoh berikut:

a. Tes tersebut dibuat oleh guru bidang studi yang berjumlah 25 item.

b. Tes yang berjumlah 25 item tersebut dibuat oleh guru bidang studi.

3. Penekanan

Dalam sebuah kalimat, umumnya terdapat satu hal/topik yang ingin ditekankan. Melalui beberapa cara, penekanan tersebut akan terasa nyata. Coba perhatikan contoh berikut ini.

a. Beberapa daerah sudah mencapai TFR kurang dari dua dan angka

prevelensi kontrasepsi yang cukup tinggi.

b. TFR kurang dari dua dan angka prevelensi kontrsepsi yang cukup tinggi

sudah dicapai beberapa daerah.

c. Beberapa daerah pun sudah mencapai kurang dari dua angka prevelensi

kontrasepsi yang cukup tinggi.

Dari contoh di atas, terlihat cara untuk memberi penekanan adalah meletakkan topik di awal kalimat atau menggunakan partikel penekan (pun). Selain cara di atas, dapat pula digunakan pertentangan atau repetisi (pengulangan).

4. Variasi

Untuk menghindari kebosanan karena menggunakan kata atau pola kalimat yang itu-itu saja, digunakan variasi. Dalam kosakata, variasi berkaitan erat dengan sinonim. Untuk lebih jelasnya, perhatikan kembali pembahasan mengenai pilihan kata (sinonim).

5. Paralelisme

Paralelisme menekankan pada penggunakan jenis dan pola yang sama dalam kalimat. Fungsi-fungsi dalam satu kalimat terbentuk dari pola yang sama. Misalnya, jika dalam sebuah kalimat terdapat predikat lebih dari satu, imbuhan dalam predikat-predikat tersebut sama. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

a. Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan dapat

digunakan mencegah infeksi.

b. Fungsi enzim di antaranya adalah membantu proses metabolisme dan

mencegah infeksi.

6. Penalaran atau Logika

Salah satu ciri bahasa ilmiah adalah logis. Hal ini berarti pernyataan dalam kalimat yang digunakan dalam karya tulis ilmiah sesuai dengan logika. Perhatikan contoh berikut. a. Secara umum, pendekatan kultural lebih optimis daripada kedua pendekatan sebelumnya... Pertanyaan yang muncul dari kalimat di atas adalah, siapa yang merasa lebih optimis? Apakah mungkin, sebuah pendekatan (dalam hal ini pendekatan kultural) dapat merasakan optimisme? Perasaan (optimis) tentunya dapat dirasakan oleh manusia, bukan pendekatan. Selain syarat di atas, ada pula satu hal lagi yang perlu diperhatikan, yaitu panjang kalimat. Logikanya, semakin kompleks dan panjang kalimat, maka semakin sulit pula kalimat tersebut dipahami. Perhatikan kalimat berikut.

Salah satu sistem yang sangat mungkin dikembangkan di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama islam adalah dengan mengoptimalkan fungsi zakat, di antaranya dengan menciptakan akumulasi modal yang diharapkan dapat menciptakan dunia usaha baru, terutama pada sektor ekonomi kerakyatan dalam bentuk industri skala kecil sehingga dari sektor ekonomi yang dibentuk akan dapat menyerap banyak tenaga kerja yang pada akhirnya akan berdampak kepada ekonomi rakyat.

\

Dalam makalah yang disampaikan Felicia N. Utorodewo dalam seminar Sejarah Bahasa Melayu/Bahasa Indonesia dalam Jurnalistik di FIB UI disebutkan penelitian Mencher mengenai panjang kalimat, yaitu:

Tabel 1. Hubungan Antara Panjang Kalimat dan Keterbacaan

Panjang Kalimat

Keterbacaan

8 kata atau kurang

Sangat mudah dipahami

11 kata

Mudah dipahami

14 kata

Agak mudah dipahami

17 kata

Standar

21 kata

Agak sulit dipahami

25 kata

Sulit dipahami

29 kata atau lebih

Sangat sulit dipahami

Dalam bahasa Indonesia belum diadakan penelitian yang dipublikasikan mengenai keefektifan kalimat berdasarkan jumlah kata. Namun, penelitian di atas dapat memberikan sedikit gambaran mengenai hubungan antara keefektifan kalimat dan jumlah kata dalam satu kalimat. Walaupun begitu, ada pengecualian untuk kalimat panjang dengan pembagian yang jelas. Perhatikan pula contoh berikut:

Berdasarkan rumusan masalah seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan studi yang ingin dicapai adalah menganalisis derajat desentralisasi fiskal pada awal otonomi daerah pemerintah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur; menganalisis tingkat kemandirian pemerintahan kabupaten dan kota pada awal otonomi daerah di Provinsi Jawa Timur; menganalisis elasitisas Pendapat Asli Daerah (PAD) pada awal otonomi daerah di Provinsi Jawa Timur; mengetahui jenjang posisi pemerintahan kabupaten dan kota pada awal otonomi daerah di Provinsi Jawa Timur.

Dalam penulisan kalimat efektif ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu:

1. Pilihan Kata

Salah satu kemampuan untuk mdapat menyusun kalimat efektif adalah dapat memilih kata dengan tepat karena kata adalah unsur pembentuk kalimat sebagai alat pengungkap dan penerima gagasan. Kata menjadi pembentuk kalimat efektif karena gagasan yang diungkapkan dalam kali8mat efektif ditentukan oleh kata yang digunakan dalam kalimat.

Kaidah ketepatan memilih kata diukur dari ketepatan gagasan yang dapat diungkapkan dan dapat dipahami dari kata yang digunakan,

sedangkan kaidah kecocokan dikur dari kesesuaian kata dalam konteks.

2. Empat pemandu yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam memilih kata

adalah:

a. apakah kata yang digunakan sudah mencerminkan gagasan yang

diwakilinya;

b. apakah kata yang digunakan sudah sesuai dengan konteks penggunaannya;

c. apakah kata yang dipilih sudah sesuai dengan kelaziman;

d. apakah kata yang dipilih sudah digunakan secara konsisten .

Pembiasaan penulis dalam memahirkan diri menggunakan kata dalam kalimat.

a. Membiasakan diri memilih kata-kata yang bersinonim dengan cermat.

b. Membiasakan diri menggunakan kata dengan hemat.

c. Membiasakan diri menggunakan kata dengan konsisten.

Dalam menghadapi kata yang bersinonim, perbedaaan-perbedaan yang perlu dicermati adalah:

a. cakupan maknanya;

b. tingkat intensitasnya;

c. tingkat emotifnya;

d. tingkat kebakuannya;

e. tingkat keumumannya

f. pilihan leksikonnya;

g. segi bentukannya;

h. tingkat kehemataannya.

Contoh penggunaan kata yang bersinonim

a. Kata umum Kata khusus

buku kitab

pemberian sedekah

guru dosen

b. Lebih intensif Kurang intensif

meneliti memeriksa,

mempelajari melihat melirik

menjenguk menengok

c. Lebih emotif Kurang emotif

bengis kejam

nyaman enak

d. Kata Umum Kata Teknis

perpindahan mutasi

potong amputasi

e. Bentukan baku Bentukan tidak baku

berdagang dagang

bernyanyi nyanyi

3. Penggunaan kata/kemubaziran kata

Contoh:

a. Nilai etis tersebut di atas menjadi pedoman dasar dan pandangan hidup

bagi warga negara Indonesia.

Menjadi

b. Nilai etis tersebut menjadi pedoman hidup bagi setiap warga negara

Indonesia.

Penggunaan kata secara konsisten Contoh:

a. Memukimkan, pemukiman, bermukim, permukiman.

b. Putus, putusan, pemutusan, keputusan

c. Tetap, ketetapan, penetapan

a. Ciri-ciri Kalimat Efektif

1. Memiliki unsur penting atau pokok, minimal unsur SP .

2. Taat terhadap tata aturan ejaan yang berlaku.

3. Menggunakan diksi yang tepat.

4. Menggunakan kesepadanan antara struktur bahasa dan jalan pikiran yang logis dan sistematis.

5. Menggunakan kesejajaran bentuk bahasa yang dipakai.

6. Melakukan penekanan ide pokok.

7. Mengacu pada kehematan penggunaan kata.

8. Menggunakan variasi struktur kalimat

b. Penggunaan Kalimat Efektif

1. Digunakan pada tulisan ilmiah seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, dan sebagainya.

2. Kalimat efektif berbeda dengan kalimat yang dipakai oleh para sastrawan atau wartawan.

c. Syarat-syarat Kalimat Efektif

1. Kelogisan

a) Kalimat pasif dan aktif harus jelas.

b) Subjek dan keterangan harus jelas.

c) Pengantar kalimat dan predikat harus jelas.

d) Induk kalimat dan anak kalimat harus jelas.

e) Subjek tidak ganda.

f) Predikat tidak didahului kata yang.

2. Kepararelan

Predikat kalimat majemuk setara rapatan harus pararel. Artinya, jika kata kerja, harus kata kerja semuanya; jika kata benda harus kata benda semuanya.

Contoh:

Harga minyak disesuaikan atau kenaikan itu secara wajar.

Harga minyak disesuaikan atau dinaikan secara wajar.

3. Ketegasan

a) Unsur-unsuryang ditonjolkan diletakkan di awal kalimat.

b) Membuat urutan yang logis. Misalnya 1, 2, dan 3 ; kecil, edang, dan besar; anak- anak,remaja dan orang tua, dsb.

Contoh : Presiden menegaskan agar kita selalu hidup disiplin.

Contoh : Penggemarnya tidak hanya anak-anak, tetapi juga remaja,

orang tua bahkan kakek-kakek.

4. Kehematan

Kehematan adalah penggunaan kata-kata secara hemat tetapi tidak

mengurangi makna atau mengubah informasi.

a) Menghilangkanpengulangan subjek yang sama pada anak kalimat.

b) Menghindarkanpemakaiansuperordinat pada hiponimi kata.

c) Menghindarkankesinonimankata dalam kalimat.

5. Ketepatan

Ketepatan ialah pemakaian diksi atau pilihan kata harus tepat.

a) Pemakaian kata harus tepat.

b) Kata berpasangan harus sesuai.

c) Menghindaripeniadaan preposisi.

6. Kecermatan

Cermat ialah kalimat yang dihasilkan tidak menimbulkan tafsir ganda dan

harus tepat diksinya. Prinsip kecermatan berarti cermat dan tepat

menggunakan diksi. Agar tercapai kecermatan dan ketepatan diksi, harus

memperhatikan pernyataan-pernyataan berikut ini.

a) Hindari penanggalan awalan

b) Hindari peluluhan bunyi / c /

c) Hindari bunyi / s /, / p /, / t /, dan / k / yang tidak luluh

d) Hindari pemakaian kata ambigu.

7. Kepaduan

Kepaduan ialah informasi yang disampaikan itu tidak terpecah-pecah.

a) Kallimat tidak bertele-tele dan harus sistematis.

b) Kalimat yang padu menggunakan pola aspek-agen-verbal atau aspek-

verbal-pasien.

c) Diantara predikat kata kerja dan objek penderita tidak disisipkan kata

daripada/tentang.

8. Kesejajaran

Kesejajaran adalah penggunaan bentuk-bentuk yang sama pada kata-kata yang

paralel. Agar kalimat terlihat rapi dan bermakna sama, kesejajaran dalam

kalimatdiperlukan

Contoh : Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, busuknya makanan, dan jika hewan yang diletakkan di dalam bagasi tiba-tiba mati.

Maskapai tidak bertanggung jawab terhadap kehilangan dokumen, kerusakan barang, kebusukan makanan, dan kematian hewan.

Pada kalimat tersebut kata busuknya dan mati tidak paralel dengan kata kehilangan dan kerusakkan, maka dua kata tersebut disejajarkan menjadi kebusukkan dan kematiaan.

9. Keharmonisan

Keharmonisan kalimat artinya setiap kalimat yang kita buat harus harmonis

antara pola berpikir dan struktur bahasa.

a) Subjek

Subjek (S) ialah bagian kalimat yang menunjukkan pelaku, tokoh, sosok,benda, sesuatu hal.

b) Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan apa atau dalam keadaan bagaimana subjek. Predikat dapat juga berupa sifat, situasi, status, cirri, atau jatidiri subjek.

c) Objek dan Pelengkap

Objek dan Pelengkapadalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.

d) Keterangan

Keterangan (Ket) ialah bagian kaliamat yang menerangkan berbagai hal mengenai bagian yang lainnya.

d. Penerapan Kalimat Efektif

1) Kalimat Efektif dan Penerapan Eyd

EYD merupakan kaidah yang berisi aturan tata tulis bahasa Indonesia yang harus diikuti dalam penulisan kecuali ada pertimbangan khusus seperti masalah hukum, nama diri/pribadi, keilmuan (Misalnya, Soekaro, Universitas Padjadjaran).

2) Kalimat Efektif dan Pilihan Kata (Diksi)

a. Diksi adalah pemilahan, pemilihan, dan penempatan kata ketika seseorang sedang berbahasa.

b. Kata-kata yang digunakan dalam tulisan dipilih untuk menyampaikan informasi.

c. Kata bersinonim ialah kata yang bentuknya berbeda namun maknanya serupa.

d. Dalam membangun kalimat efektif, harus digunakan kata yang tepat.

3. Kalimat Efektif dan Kesepadanan serta Kesatuan

a. Kalimat yang lengkap dapat terdiri atas unsur-unsur kalimat yang meliputi subjek, predikat, objek, keterangan, dan pelengkap.

b. Kesepadanan ialah hubungan timbal balik antara subjek dan predikat, antara predikat dan objek, serta dengan keterangan atau pelengkap.

c. Kesatuan ialah bahwa setiap kalimat harus mengandung satu ide pokok atau kesatuan pikiran.

Contoh :

Banyak orang yang pro dan kontra terhadap RUU Sisdiknas.

4. Kalimat Efektif dan Kesejajaran Bentuk

a. Yang dimaksud kesejajaran (paralelisme) di dalam penyusunan kalimat efektif ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama dan dipakai dalam susunan serial.

b. Frasa (kelompok kata) disejajarkan dengan frasa. Demikian juga, kata benda, kata kerja, dan kata sifat, disejajarkan dengan kata benda, kata kerja, atau kata sifat.

Contoh:

Penghapusan pangkalan asing dan penarikan kembali tentara imperalis dari bumi AsiaAfrika akan mempercepat perwujudan cita-cita segenap bangsa Asia Afrika yang hendak menciptakan masyarakat yang aman, damai, dan makmur.

5. Kalimat Efektif dan Penekanan Ide Pokok

a. Posisi Kata dalam Kalimat

Delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamain di Aceh.

Pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan delegasi pemerintah Indonesia akhirnya sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh.

Akhirnya delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sepakat memulai perundingan tentang perdamaian di Aceh.

Perundingan tentang perdamaian di Aceh akhirnya sepakat dimulai oleh delegasi pemerintah Indonesia dan pimpinan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

b. Urutan Logis

Penderitaan para pengungsi itu susah, sulit, dan tragis.

Yang datang saat itu para lurah, camat, dan para bupati se- Propinsi Sumatera Selatan.

c. Pengulangan Kata

Pembangunan dapat dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.

B. Pengertian Paragraf

Paragraf adalah unit terkecil sebuah karangan yang terdiridari kalimat pokok atau gagasan utama dan kalimat gagasan utama dan kalimat penjelas atau gagasan penjelas. Paragraf yang baik minimal terdiri daridua kalimat atau dua gagasan.

Paragraf dikenal pula dengan istilah alinea dengan pengertian yang sama. Dalam tulisan ini hanya digunakan istilah paragraf. Paragraf ditandai dengan kalimat pertama yang menjorok atau adanya perbedaan spasi.

a) Batasan

Secara umum paragraf bisa terdiri atas satu atau beberapa kalimat. Dalam karangan ilmiah paragraf adalah karangan yang terdiri atas bererapa kalimat, yang saling berkaitan secara bentuk dan isi atau makna dan hanya memuat satu gagasan pokok atau topik.

b) Syarat

Paragraf memiliki syarat berikut: kesatuan, kepaduan, ketuntasan. Di samping itu, paragraf mensyaratkan keajekan. Kesatuan terkait dengan kesatuan topik, yakni paragraf hanya mengandung satu topik.

1. Disajikan dalam Bimbingan Teknis Penelitian pada 26 Januari 2011 di Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional, Bandung.

2. Staf pengajar pada Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas

Padjadjaran.

Paragraf yang memuat lebih dari satu topik merupakan pargraf yang tidak baik.

Kepaduan terkait dengan hubungan, baik bentuk maupun isi. Hubungan bentuk disebut kohesi, sedangkan hubungan isi disebut koherensi. Kohesi bisa diupayakan dengan penggunaan kata hubung (transisi), kata ganti, dan kata kunci.

Ketuntasan terkait dengan kelengkapan informasi paragraf. Paragraf tidak hanya memuat kalimat topik, tetapi juga kalimat penjelas. Kalimatt topik adalah kalimat yang memuat gagasan utama paragraf. Kalimat penjelas adalah kalimat yang memuat gagasan penjelas. Paragraf karangan ilmiah tidak boleh hanya terdiri atas satu kalimat, tetapi harus beberapa kalimat.

c) Struktur

Sebagaimana diuraikan di atas, paragraf terdiri atas beberapa kalimat, yakni ada kalimat yang berfungsi sebagai kalimat topik, ada pula kalimat yang berfungsi sebagi kalimat penjelas. Oleh karena itu, dimungkinkan paragraf memiliki struktur sebagai berikut:

(1) kalimat topik (2) kalimat penjelas (3) kalimat topik

kalimat penjelas kalimat penjelas kalimat penjelas kalimat penjelas kalimat penjelas kalimat penjelas

kalimat penjelas kalimat penjelas kalimat penjelas

kalimat penjelas kalimat topik kalimat topik

d) Jenis

1. Berdasarkan Fungsi/Urutan Berdasarkan fungsi, paragraf terbagi atas paragraf pembuka, paragraf pengembang atau isi, dan paragraf penutup.

Paragraf pembuka adalah paragraf yang mengantarkan suatu gagasan. Paragraf ini berada pada awal karangan. Paragraf ini harus menarik sehingga pembaca terdorong untuk membaca paragraf berikutnya dalam karangan.

Paragraf pengembang adalah paragraf yang berisikan inti gagasan karangan. Paragraf ini bisa terdiri atas beberapa buah. Paragraf ini berisikan penjelasan atau uraian atau rincian gagasan yang dipaparkan pada paragraf pembuka.

Paragraf penutup adalah paragraf yang menyajikan ringkasan atau simpulan pembicaraan, yang diuraikan pada paragraf sebelumnya. Paragraf penutup harus dapat mengulang secara rinci. apa yang telah dipaparkan dalam paragraf sebelumnya sehingga pembaca dapat mengingat hal- hal penting yang menjadi topik pembicaraan paragraf.

2) Berdasarkan Pola Penalaran Berdasarkan pola penalaran, paragraf terbagi atas paragraf deduktif, paragraf induktif , dan paragraf deduktif-induktif (campuran)

(i) Paragraf deduktif Paragraf deduktif adalah paragraf yang kalimat opiknya terletak pada awal paragraf. Paragraf ini dimulai dengan pernyataan umum, kemudian dilanjutkan dengan pernyataan- pernyataan khusus. Pernyataan khusus bisa berupa penjelasan, uraian, dan contoh. Jenis paragraf ini biasanya dijadikan latihan awal menulis paragraf karena menyusun paragraf jenis ini dianggap tidak sulit. Paragraf ini menyajikan pernyataan secara antiklimaks.

(ii) Paragraf induktif Paragraf induktif adalah paragraf yang kalimat topiknya diletakkan pada akhir paragraf. Paragraf ini dimulai dengan pernyataan-pernyataan khusus, kemudian diakhiri dengan pernyataan umum. Pernyataan akhir paragraf biasanya merupakan simpulan. Kata hubung yang biasanya dipakai adalah jadi, dengan demikian, dan oleh karena itu. Paragraf ini menyajikan pernyataan secara klimaks.

(iii) Paragraf deduktif-induktif Paragraf deduktif-induktif adalah paragraf yang diawali dan diakhiri dengan kalimat topik. Dalam paragraf ini, pernyataan umum diikuti pernyataan-pernyataan khusus, kemudian diakhiri dengan pernyataan umum lagi. Pernyataan kalimat topik pada awal paragraf bisa sama atau berbeda dengan pernyataan kalimat akhir paragraf. Namun, gagasannya sama.

3) Berdasarkan Teknik Pengembangan Biasanya ketika berlatih menulis

paragraf, kita kesulitan mengembangkan kalimat topik yang telah ditulis lebih dahulu. Untuk mengembangkan kalimat topik ini dapat ditempuh dengan cara menulis kalimat-kalimat penjelas, yang dapat menyatakan berbagai hal, apakah contoh,definisi, pembandingan, dan sebagainya. Oleh karena itu, berdasarkan pengembangannya, paragraf akan diusebut sesuai dengan jenis pernyataan kalimat-kalimat penjelas.

(i) Paragraf dengan pengembangan contoh

Paragraf dengan pengembangan contoh menyajikan kalimat penjelas yang berisikan contoh.

(ii) Paragraf dengan pengembangan definisi

Paragraf dengan pengembangan definisi menyajikan kalimat penjelas yang berisikan batasan.

(iii) Paragraf dengan pengembangan pembandingan

Paragraf dengan pengembangan pembandingan menyajikan kalimat penjelas yang berisikan pembandingan, yakni persamaan dan perbedaan.

(iv) Paragraf dengan pengembangan klasifikasi

Paragraf dengan pengembangan klasifikasi menyajikan kalimat penjelas yang berisikan kategori-kategori atau bagian-bagian tertentu dari yang diuraikan kalimat topik.

(v) Paragraf dengan pengembangan analogi

Paragraf dengan pengembangan analogi menyajikan kalimat penjelas yang berisikan analogi atas kalimat topik.

(vi) Paragraf dengan pengembangan sebab-akibat

Paragraf dengan pengembangan sebab-akibat menyajikann kalimat penjelas yang berisikan akibat atas pernyataan sebab yang dimuat dalam kalimat topik.

4) Berdasarkan Corak

Berdasarkan corak, paragraf dapat dibedakan atas paragraf eksposisi (paparan), deskripsi (pemerian), argumentasi (bahasan), dan narasi (kisahan). Dalam karya tulis ilmiah, paragraf narasi tidak digunakan. Demikian pula, paragraf deskripsi yang bersifat emosional harus dihindarkan dalam karya tulis ilmiah.

(i) Paragraf eksposisi/paparan Paragraf eksposisi adalah paragraf yang memaparkan informasi umum mengenai sesuatu. Tulisan jenis ini disajikan dengan sudut pandang kelogisan.

(ii) Paragraf deskripsi/pemerian Paragraf ini memerikan suatu objek yang dapat diindera oleh mata. Oleh karena itu, di dalamnya dilukiskan mengenai bentuk, rupa, warna, dan benda-benda. Tulisan ini menggunakan sudut pandang tempat atau spasial sehingga penjelasan dikaitkan dengan posisi-posisi tertentu.

(iii) Paragraf argumentasi/bahasan Paragraf yang membahas suatu objek berdasarkan fakta untuk memberikan keyakinan pada pembaca. Sudut pandang yang digunakan sudut pandang kelogisan.

(iv) Paragraf narasi Paragraf narasi adalah paragraf yang mengisahkan cerita tentang manusia. Sudut pandang yang digunakan sudut pandang kewaktuan atau kronologis. Jenis tulisan ini tidak digunakan dalam karya tulis ilmiah.

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/196711031993032-NOVI_RESMINI/KALIMAT_EFEKTIF.pdf