Makala h

26
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Perjalanan penyakit ini sangat cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganannya yang terlambat. Saat ini, 40% populasi dunia tinggal di daerah yang memiliki risiko terinfeksi DBD. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, terdapat 11 (33%) provinsi termasuk dalam daerah risiko tinggi DBD (AI>55 kasus per 100.000 penduduk). Sumatera Barat termasuk di dalamnya, yaitu urutan ke-10 dengan 60 kasus per 100.000 penduduk. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2010, DBD merupakan penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit Kota Padang. Pada awal tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 1045 kasus, angka ini turun dibanding tahun 2009 sebanyak 1586 kasus dan tahun 2008 sebanyak 1219 kasus. 1

description

Hematologi

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

I.A. Latar Belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah

kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Perjalanan penyakit ini sangat

cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat

penanganannya yang terlambat. Saat ini, 40% populasi dunia tinggal di

daerah yang memiliki risiko terinfeksi DBD. Asia menempati urutan pertama

dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, sejak tahun

1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan

kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, terdapat 11 (33%)

provinsi termasuk dalam daerah risiko tinggi DBD (AI>55 kasus per 100.000

penduduk). Sumatera Barat termasuk di dalamnya, yaitu urutan ke-10 dengan

60 kasus per 100.000 penduduk.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2010, DBD

merupakan penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit Kota Padang. Pada

awal tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 1045 kasus, angka ini turun

dibanding tahun 2009 sebanyak 1586 kasus dan tahun 2008 sebanyak 1219

kasus.

Pengenalan penyakit DBD saat masuk rumah sakit dapat menentukan

prognosis baik atau buruk pada pasien. Pemeriksaan laboratorium yang dapat

menunjang diagnosis DBD yaitu pemeriksaan nilai hematokrit dan jumlah

trombosit.

Patofisiologi utama pada DBD yaitu peningkatan permeabilitas

vaskular dan hemostasis yang abnormal. Permeabilitas vaskular yang meningkat

mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemi dan syok. Trombositopenia

dapat menimbulkan gangguan hemostasis, menifestasi perdarahan seperti

petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena.

1

Page 2: Makala h

Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyata-kan dalam persen)

eritrosit dalam 100 mL darah lengkap. Nilai hematokrit akan meningkat

(hemo-konsentrasi) karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan volume

plasma darah, misalnya pada kasus DBD. Sebaliknya nilai hematokrit akan

menurun (hemodilusi) karena penurunan seluler darah atau peningkatan kadar

plasma darah, seperti pada anemia. Trombosit merupakan sel darah yang

berfungsi dalam hemostasis. Sel ini tidak memiliki nukleus dan dihasilkan

oleh megakariosit dalam sumsum tulang. Pada pasien DBD terjadi

trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap trombosit karena

kompleks antigen-antibodi yang terbentuk.

Berdasarkan penelitian Pusparini pada tahun 2004, nilai hematokrit

dan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit dapat dijadikan acuan dalam

menentukan penderita sebagai dengue primer atau sekunder.

Parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis DBD adalah

peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia.

I.B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui hubungan nilai hematokrit terhadap jumlah trombosit

pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).

2

Page 3: Makala h

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.A. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi

yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk

menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut

sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam

tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan

tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit

kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan

persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari

dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang

menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan

darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah

membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan

tekanan darah rendah yang berbahaya.

Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi

satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur

hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam

waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia

mungkin akan mengalami masalah yang serius.

Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena virus dengue

tersebut. Terdapat beberapa tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang

dapat melindungi diri mereka dari nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan

nyamuk. Para ilmuwan juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk

dan mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang terkena demam

dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan, selama

penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang mengalami

kasus yang lebih parah, dia mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang

3

Page 4: Makala h

dimasukkan melalui vena, menggunakan jarum dan pipa infus), atau transfusi

darah (diberikan darah dari orang lain).

II.B. Tanda dan Gejala DBD

Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus

dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti

demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan

mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari

mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa.

Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus dengue.

Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika seseorang

baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia

menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari

wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.

Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang

muncul sama dengan gejala pilek atau gastroenteritis (atau flu perut; misalnya,

muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak mungkin mengalami masalah yang

parah karena demam dengue.

II.C. Penyebab DBD

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang

menamakan dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan

bagian dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus lainnya juga

merupakan bagian dari famili yang sama dan menyebabkan penyakit pada

manusia. Contohnya, virus yellow fever, West Nile virus, St. Louis encephalitis

virus, Japanese encephalitis virus, tick-borne encephalitis virus, Kyasanur forest

disease virus, and Omsk hemorrhagic fever virus all belong to the family

Flaviviridae.

4

Page 5: Makala h

II.D. Penularan DBD

Dengue virus ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk

Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di

antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m.

Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan

dapat menginfeksi manusia.

Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk

betina yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus.

Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8

hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang

memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi oleh

nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk

menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia

dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah

pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya.

Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue.

Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan

makan dari manusia alih-alih dari binatang. Nyamuk ini juga suka bertelur di

wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.

Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi

dan melalui donasi organ. Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau

organ tubuh, yang kemudian diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat

terkena dengue dari darah atau organ yang didonasikan tersebut. Di beberapa

negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di negara-negara ini, antara 1,6

dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue. Virus dengue juga

dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak tersebut

dilahirkan. Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.

5

Page 6: Makala h

II.E. Pencegahan DBD

Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah

manusia agar tidak terserang virus dengue. Untuk mencegah infeksi, World

Health Organization (WHO) menyarankan pengendalian populasi nyamuk dan

melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk.

WHO menganjurkan program untuk mencegah dengue (disebut program

"Integrated Vector Control") yang mencakup lima bagian yang berbeda:

Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan legislasi (undang-undang) harus

digunakan agar organisasi kesehatan masyarakat dan masyarakat menjadi lebih

kuat.

Semua bagian masyarakat harus bekerja bersama. Ini termasuk sektor umum

(seperti pemerintah), sektor swasta (seperti bisnisperusahaan), dan bidang

perawatan kesehatan.

Semua cara untuk mengendalikan penyakit harus harus terintegrasi (atau

dikumpulkan), sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan hasil

yang paling besar.

Keputusan harus dibuat berdasarkan pada bukti. Ini akan membantu

memastikan bahwa intervensi (tindakan yang dilakukan untuk mengatasi

dengue) berguna.

Wilayah di mana dengue menjadi masalah harus diberi bantuan, sehingga

mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk merespon dengan baik

penyakit dengan usaha mereka sendiri.

WHO juga menyarankan beberapa tindakan khusus untuk mengendalikan

dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk mengendalikan nyamuk

“Aedes aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya. Masyarakat harus

mengosongkan wadah air yang terbuka (sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di

dalam wadah-wadah terbuka tersebut). Insektisida atau agen-agen pengendali

biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk di wilayah-wilayah

ini. Para ilmuwan berpendapat bahwa menyemprotkan insektisida organofosfat

atau piretroid tidak membantu. Air diam (tidak mengalir) harus dibuang karena air

tersebut menarik nyamuk, dan juga karena manusia dapat terkena masalah

6

Page 7: Makala h

kesehatan jika insektisida menggenang di dalam air diam. Untuk mencegah

gigitan nyamuk, orang-orang dapat memakai pakaian yang menutup kulit mereka

sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk (seperti semprotan

nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. Orang-orang juga dapat

menggunakan kelambu saat beristirahat.

II.F. Pemeriksaan Laboratorium DBD

Pemeriksaan laboratorium DBD yang digunakan untuk menunjang

diagnosis sesuai kriteria adalah hitung trombosit dan nilai hematokrit dilanjutkan

dengan tes konfirmasi. Namun demikian dengan melihat gejala dan tanda serta

patofisiologi DBD pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :

1. Non Spesifik

a. Penetapan Nilai Hematokrit

Merupakan salah satu pemeriksaan hematologi untuk mengetahui

volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam %. Nilai

ini biasanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan

digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Pada kasus DBD

volume plasma berkurang oleh karena terjadi eksudasi plasma akibat

meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga volume

eritrosit relatif meningkat.  Meningkatnya nilai hematokrit pada kasus

DBD merupakan indikator yang peka terhadap akan terjadinya

renjatan. Oleh karena itu perlu dilakukan berulang secara periodik

terutama di antara hari ketiga dan hari ke tujuh sakit. Penetapan nilai

hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan cara mikro. Cara

makro menggunakan tabung Wintrobe dan saat ini sudah jarang

dipakai. Cara mikro menggunakan pipet kapiler yang panjangnya 75

mm dan diameter dalamnya 1 mm. Pipet ini ada 2 jenis yaitu yang

dilapisi antikoagulan untuk darah kapiler dan yang tidak dilapisi

dengan antikoagulan digunakan untuk darah vena.  Untuk

memanpatkan eritrosit dilakukan sentrifus selama 3-5 menit dengan

kecepatan 4000 rpm/menit.

7

Page 8: Makala h

Nilai normal atau nilai rujukan hematokrit :

Anak-anak                          : 33-38 vol%

Dewasa laki-laki                : 40-48 vol%

Dewasa perempuan         : 37-43 vol%

b. Hitung Trombosit

Pada kasus DBD trombosit akan menurun jumlahnya di bawah

150.000 / µl.

Penurunan ini biasanya ditemukan di antara hari ketiga dan hari

ketujuh.  Hitung trombosit perlu diulang sampai kita yakin jumlahnya

dalam batas normal atau menunjang diagnosis DBD.  Pemeriksaan

dilakukan minimal dua kali yaitu pada waktu pasien masuk dan

apabila normal diulang pada hari kelima sakit. Bila perlu diulang lagi

pada hari keenam dan ketujuh sakit.

Pemeriksaan hitung sel darah termasuk trombosit saat ini sudah

menggunakan alat penghitung otomatis yang dikenal dengan

Electronic Cell Counter.  Dengan alat ini penghitungan menjadi lebih

mudah, cepat dan teliti dibandingkan dengan cara manual. Walaupun

demikian hitung sel darah cara manual masih dipertahankan. Hal ini

disebabkan karena dapat dilakukan di laboratorium yang tidak

mempunyai aliran listrik, alat hitung sel otomatis harganya sangat

mahal dan cara manual masih merupakan metode rujukan untuk

pemeriksaan hitung trombosit.  

8

Page 9: Makala h

2. Spesifik

a. Tes Laboratorium Imunologi

Hemaglutination Inhibition Test (HI Test)

Diagnosa ditegakkan bila (WHO 1974) :

Titer HI Test pada fase akut akan meningkat 4 kali atau lebih pada

fase rekonvalesensi

Titer HI Test pada fase akut 1/1.280 atau lebih dan fase

rekonvalesensi tidak naik atau bila naik tidak perlu sampai 4 kali

(presumtif diagnosa).

Reaksi HI Test à positif primer bila titer fase akut < 1/20 dan akan

meningkat sampai 4 kali atau lebih pada fase rekonvalesensi, akan

tetapi titer rekonvalesensi < 1/2.560

Reaksi HI Test à positif sekunder bila titer fase akut < 1/20 dan

meningkat dalam fase rekonvalesensi sampai 1/2.560 atau lebih

atau dalam fase akut titer HI Test 1/20 atau lebih dan meningkat 4

kali atau lebih pada fase rekonvalesensi.

HI Test sekarang ini makin jarang digunakan.

Dengue Blot Test

Dengue Blot Test juga sudah jarang dilakukuan di laboratorium klinik.

Konfirmasi selama ini dilakukan dengan HI Test. Sampel diambil dari

darah kapiler yang ditampung dengan filter paper sebanyak 2 kali.

Pertama waktu penderita masuk RS, kedua waktu penderita

meninggalkan RS atau pulang. Sampel dikirim dan diperiksa di Balai

Laboratorium Kesehatan.

Tes Imunologi Antibodi Spesifik

Tes imunologi ini didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita

yang terjadi   setelah infeksi.

Pada infeksi primer antibodi yang pertama kali muncul adalah IgM

yaitu sekitar hari ke-5 setelah infeksi, naik untuk 1-3 minggu dan

9

Page 10: Makala h

bertahan sampai hari ke 60-90. Antibodi IgG akan muncul sekitar hari

ke-14 dan bertahan lama sekali mungkin seumur hidup.

Pada infeksi sekunder justru antibodi IgG yang akan muncul atau naik

tinggi terlebih dahulu yaitu pada hari ke-2, baru diikuti dengan

antibodi IgM pada hari ke-5 (yang tidak begitu tinggi).

Dengan demikian untuk infeksi primer diagnosis dini dimungkinkan

setelah hari ke-5 infeksi menggunakan tes imunologi IgM anti

Dengue. Pada infeksi sekunder dagnosis dini dapat dilakukan setelah

hari ke-2 infeksi menggunakan tes imunologi IgG Anti Dengue.

Dengan cara ini hanya dibutuhkan satu sampel saja yaitu darah akut

sehingga diagnosis akan ditegakkan lebih cepat. Test IgM anti Dengue

dan IgG anti Dengue sekarang ini makin banyak dilakukan di

laboratorium klinik oleh karena cepat, mudah dan praktis.

b. Isolasi Virus

Isolasi virus belum biasanya dilakukan di laboratorium klinik, hanya

dilakukan di laboratorium riset. Hal ini oleh karena kesulitan teknis

dan biayanya masih terlalu mahal.

II.G. Trombosit

Trombosit atau Platelet atau keping darah, bersama dengan sel darah

merah dan plasma, membentuk sebagian besar darah manusia dan hewan.

Secara mikroskopik, trombosit terlihat seperti sedikit oval atau runcing,

dan trombosit hanya dapat dilihat secara mikroskopis, dengan ukuran rata-rata

kira empat ratus seperseribu inci (1 sampai 3,5 um).

Trombosit sebenarnya fragmen dari sel-sel pada sumsum tulang, yang

disebut megakariosit. Dirangsang oleh hormon thrombopoietin, trombosit pecah

pada megakariosit dan memasuki aliran darah, di mana mereka beredar selama

sekitar 10 hari sebelum berakhir masa pendek mereka di limpa. Dalam tubuh yang

sehat, thrombopoietin akan membantu untuk mempertahankan jumlah trombosit

10

Page 11: Makala h

pada tingkat normal, yang sekitar 4,2-6.100.000 sel-sel kecil di 200/1000 dari satu

sendok teh (1UL) darah.

Kebanyakan trombosit dikenal dengan kemampuan darah untuk

menggumpal ketika seseorang mendapat luka atau memar. Secara khusus,

trombosit memberikan hormon yang diperlukan dan protein untuk koagulasi.

Kolagen dilepaskan ketika lapisan pembuluh darah rusak. Trombosit mengenali

kolagen dan mulai bekerja pada koagulasi darah dengan membentuk semacam

penyumbat, sehingga kerusakan lebih lanjut untuk pembuluh darah dapat dicegah.

Keadaan jumlah trombosit lebih tinggi dari normal, yang dikenal sebagai

trombositosis, dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Terlalu banyak

pembekuan darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah yang dapat

menyebabkan stroke. Sebaliknya, lebih rendah dari jumlah normal dapat

menyebabkan perdarahan yang luas. Namun, dalam beberapa kasus, menginduksi

jumlah trombosit rendah yang diinginkan, misalnya jika seseorang memiliki

kerentanan terhadap stroke atau telah memiliki perbaikan jantung yang luas.

Jumlah trombosit dapat diturunkan dengan asupan harian aspirin atau bekuan

lainnya mengurangi obat. Selain itu, ketika pasien memiliki infus (IV), heparin

digunakan untuk menjaga IV dari cairan sehingga pembekuan dapat baik diambil

dari atau ditambahkan ke dalam tubuh.

II.H. Hematokrit

Hematokrit merupakan suatu hasil pengukuran yang menyatakan

perbandingan sel darah merah terhadap volum darah. Kata hematokrit berasal dari

bahasa Yunani, yaitu hema (berarti darah) dan krite (yang memiliki arti menilai

atau mengukur). Secara harafiah, hematokrit berarti mengukur atau menilai darah.

Hematokrit memiliki satuan menggunakan persen, contoh 42% (memiliki

arti bahwa terdapat 42 ml sel darah merah di dalam 100 ml darah). Setiap manusia

memiliki nilai normal hematokrit yang berbeda-beda. Perbedaan ini didasarkan

pada usia pasien dan tempat laboratorium. Secara garis besar, beberapa nilai

normal hematokrit, yaitu :

11

Page 12: Makala h

Bayi baru lahir : 55-68%

Usia 1 bulan : 37-49%

Usia 1 tahun : 29-41%

Usia 10 tahun : 36-40%

Dewasa pria : 40-50%

Dewasa perempuan : 36-44%

Hematokrit digunakan untuk mengukur sel darah merah. Pengukuran ini

dilakukan bila ada kecurigaan penyakit yang mengganggu sel darah merah, baik

berlebihan ataupun kekurangan.

Beberapa contoh penyakit yang menyebabkan hematokrit menurun,

antara lain:

Anemia (kekurangan sel darah merah)

Perdarahan

Penghancuran sel darah merah

Kekurangan gizi atau malnutrisi

Konsumsi air yang berlebihan

Beberapa jenis penyakit atau kondisi yang dapat meningkatkan

hemaokrit, yaitu:

Penyakit jantung atau paru

Dehidrasi atau kekurangan cairan

Polisitemia vera

Hipoksia (keadaan rendah oksigen sehingga tubuh berupaya dengan

meningkatkan sel darah merah)

12

Page 13: Makala h

BAB III

PEMBAHASAN

III.A. Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Tabel III.1 Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia

Hasil penelitian mendapatkan penderita dengan usia terendah 10

tahun dan usia tertinggi 59 tahun dengan rata-rata usia penderita adalah 25,1

tahun. Usia terbanyak penderita DBD adalah usia 19 tahun. Selain itu, juga

didapatkan frekuensi umur pasien DBD terbanyak adalah kelompok umur

20-40 tahun, dan frekuensi terendah adalah pada kelompok umur >40 tahun.

Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Carribean

Epidemiology Centrepada tahun 2000, yang menyatakan bahwa epidemiologi

penderita DBD terbanyak adalah pada anak-anak dan dewasa muda.

Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap

infeksi virus dengue. Penelitian di Kuba pada tahun 1981 menunjukkan

bahwa usia mempunyai peranan yang penting untuk timbulnya gejala klinis

berupa kebocoran plasma.

13

Page 14: Makala h

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, didapatkan bahwa jenis

kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 1,6

: 1. Hal tersebut serupa dengan penelitian lainnya yang memperlihatkan

bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.

III.B. Nilai Hematokrit Pasien DBD Saat Masuk Rumah Sakit

Tabel III.2 Nilai Hematokrit Pasien DBD Saat Masuk Rumah Sakit

Dari hasil penelitian, 48,2% penderita DBD yang mengalami

hemokonsentrasi dan 9% penderita mengalami hemodilusi., sedangkan, yang

mempunyai nilai hematokrit normal sebanyak 42,8%. Nilai hematokrit

terendah saat masuk RS adalah 30% dan tertinggi sebesar 59%. Rata-rata

nilai hematokrit saat masuk RS pada penelitian ini adalah 45,1%.

Menurut WHO, parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis

DBD adalah peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia. Sementara

itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami

hemokonsentrasi. Penelitian oleh Taufik dkk. pada tahun 2007 menyatakan

bahwa hanya 16% penderita DBD yang mengalami peningkatan nilai

hematokrit.

Pada penelitian ini banyak pasien DBD yang memiliki nilai

hematokrit normal bahkan rendah dan didiagnosis DBD. Parameter

14

Page 15: Makala h

kebocoran plasma sebagai diagnosis DBD menurut WHO tidak hanya

peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga penurunan nilai hematokrit

>20% setelah mendapat terapi cairan juga menjadi indikator diagnosis.

Sebuah penelitian di India oleh Gomber pada tahun 2001 tentang

parameter diagnosis DBD, mengatakan bahwa nilai hematokrit dapat

meningkatkan spesifisitas sebesar 36.3% dalam diagnosis DBD namun

menurunkan sensitifitas.

Berdasarkan saran penelitian dari Pratiwi pada tahun 2011,

pemisahan pasien laki-laki dan perempuan berdasarkan kadar hematokrit

rujukan normal yang berbeda sebaiknya dilakukan.

Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan nilai normal hematokrit. Pada

penelitian ini, nilai tertinggi untuk perempuan adalah 55%, sedangkan nilai

terendah hematokrit adalah 34%. Untuk laki-laki, nilai tertinggi adalah 59%,

sedangkan nilai terendah hematokrit adalah 31,7%. Rata-rata nilai hematokrit

untuk laki-laki adalah 46,9%, sedangkan untuk perempuan sebesar 42,1%.

III.C. Jumlah Trombosit Penderita DBD Saat Masuk Rumah Sakit

Tabel III.3 Jumlah Trombosit Penderita DBD Saat Masuk Rumah Sakit

Secara keseluruhan jumlah trombosit di bawah normal

(trombositopenia) sebanyak 100%. Jumlah trombosit <100.000 sel/mm adalah

sebesar 86,6%. Jumlah trombosit terendah saat masuk rumah sakit adalah

10.000 sel/mm3 dan tertinggi sebesar 149.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah

trombosit saat masuk rumah sakit pada penelitian ini adalah 49.627 sel/mm3.

15

Page 16: Makala h

Jurnah dkk pada tahun 2011 juga mengata-kan dalam penelitiannya

bahwa sebanyak 71,40% penderita DBD memiliki jumlah trombosit <100.000

sel/mm.

Berdasarkan penelitian Kelton dkk pada tahun 2011bahwa jenis

kelamin berhubungan dengan perbedaan sensitifitas dalam hal agregasi

trombosit antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya disimpulkan bahwa

trombosit laki-laki lebih sensitif dalam agregasi daripada trombosit perempuan.

Pada Tabel III.3 rata-rata jumlah trombosit untuk laki-laki adalah

53.874,6 sel/mm3, sedangkan untuk perempuan sebesar 42.547,6 sel/mm3.

III.D. Hubungan Nilai Hematokrit terhadap Jumlah Trombosit pada

Penderita DBD

Semakin besar nilai suatu variable maka nilai variable lainnya akan

semakin kecil. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa semakin naik nilai

hematokrit maka jumlah trombosit akan semakin menurun. Hal ini sesuai

berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J Am Coll Cardiol pada tahun

2002 menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara nilai hematokrit

terhadap jumlah trombosit.

16

Page 17: Makala h

BAB IV

KESIMPULAN

Dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai hematokrit maka

jumlah trombosit akan semakin menurun.

17