Makala h
-
Upload
nisa-nursyabani -
Category
Documents
-
view
5 -
download
0
description
Transcript of Makala h
BAB I
PENDAHULUAN
I.A. Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah
kesehatan masyarakat utama di Indonesia. Perjalanan penyakit ini sangat
cepat dan sering menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat
penanganannya yang terlambat. Saat ini, 40% populasi dunia tinggal di
daerah yang memiliki risiko terinfeksi DBD. Asia menempati urutan pertama
dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, sejak tahun
1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, terdapat 11 (33%)
provinsi termasuk dalam daerah risiko tinggi DBD (AI>55 kasus per 100.000
penduduk). Sumatera Barat termasuk di dalamnya, yaitu urutan ke-10 dengan
60 kasus per 100.000 penduduk.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Padang tahun 2010, DBD
merupakan penyebab kematian terbanyak di Rumah Sakit Kota Padang. Pada
awal tahun 2010 jumlah kasus DBD sebanyak 1045 kasus, angka ini turun
dibanding tahun 2009 sebanyak 1586 kasus dan tahun 2008 sebanyak 1219
kasus.
Pengenalan penyakit DBD saat masuk rumah sakit dapat menentukan
prognosis baik atau buruk pada pasien. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
menunjang diagnosis DBD yaitu pemeriksaan nilai hematokrit dan jumlah
trombosit.
Patofisiologi utama pada DBD yaitu peningkatan permeabilitas
vaskular dan hemostasis yang abnormal. Permeabilitas vaskular yang meningkat
mengakibatkan kebocoran plasma, hipovolemi dan syok. Trombositopenia
dapat menimbulkan gangguan hemostasis, menifestasi perdarahan seperti
petekie, ekimosis, perdarahan gusi, epistaksis, hematemesis dan melena.
1
Nilai hematokrit adalah konsentrasi (dinyata-kan dalam persen)
eritrosit dalam 100 mL darah lengkap. Nilai hematokrit akan meningkat
(hemo-konsentrasi) karena peningkatan kadar sel darah atau penurunan volume
plasma darah, misalnya pada kasus DBD. Sebaliknya nilai hematokrit akan
menurun (hemodilusi) karena penurunan seluler darah atau peningkatan kadar
plasma darah, seperti pada anemia. Trombosit merupakan sel darah yang
berfungsi dalam hemostasis. Sel ini tidak memiliki nukleus dan dihasilkan
oleh megakariosit dalam sumsum tulang. Pada pasien DBD terjadi
trombositopenia akibat munculnya antibodi terhadap trombosit karena
kompleks antigen-antibodi yang terbentuk.
Berdasarkan penelitian Pusparini pada tahun 2004, nilai hematokrit
dan jumlah trombosit saat masuk rumah sakit dapat dijadikan acuan dalam
menentukan penderita sebagai dengue primer atau sekunder.
Parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis DBD adalah
peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia.
I.B. Tujuan Penulisan
Untuk mengetahui hubungan nilai hematokrit terhadap jumlah trombosit
pada penderita Demam Berdarah Dengue (DBD).
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.A. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam berdarah atau demam dengue (disingkat DBD) adalah infeksi
yang disebabkan oleh virus dengue. Nyamuk atau/ beberapa jenis nyamuk
menularkan (atau menyebarkan) virus dengue. Demam dengue juga disebut
sebagai "breakbone fever" atau "bonebreak fever" (demam sendi), karena demam
tersebut dapat menyebabkan penderitanya mengalami nyeri hebat seakan-akan
tulang mereka patah. Sejumlah gejala dari demam dengue adalah demam; sakit
kepala; kulit kemerahan yang tampak seperti campak; dan nyeri otot dan
persendian. Pada sejumlah pasien, demam dengue dapat berubah menjadi satu dari
dua bentuk yang mengancam jiwa. Yang pertama adalah demam berdarah, yang
menyebabkan pendarahan, kebocoran pembuluh darah (saluran yang mengalirkan
darah), dan rendahnya tingkat trombosit darah (yang menyebabkan darah
membeku). Yang kedua adalah sindrom renjat dengue, yang menyebabkan
tekanan darah rendah yang berbahaya.
Terdapat empat jenis virus dengue. Apabila seseorang telah terinfeksi
satu jenis virus, biasanya dia menjadi kebal terhadap jenis tersebut seumur
hidupnya. Namun, dia hanya akan terlindung dari tiga jenis virus lainnya dalam
waktu singkat. Jika kemudian dia terkena satu dari tiga jenis virus tersebut, dia
mungkin akan mengalami masalah yang serius.
Belum ada vaksin yang dapat mencegah seseorang terkena virus dengue
tersebut. Terdapat beberapa tindakan pencegahan demam dengue. Orang-orang
dapat melindungi diri mereka dari nyamuk dan meminimalkan jumlah gigitan
nyamuk. Para ilmuwan juga menganjurkan untuk memperkecil habitat nyamuk
dan mengurangi jumlah nyamuk yang ada. Apabila seseorang terkena demam
dengue, biasanya dia dapat pulih hanya dengan meminum cukup cairan, selama
penyakitnya tersebut masih ringan atau tidak parah. Jika seseorang mengalami
kasus yang lebih parah, dia mungkin memerlukan cairan infus (cairan yang
3
dimasukkan melalui vena, menggunakan jarum dan pipa infus), atau transfusi
darah (diberikan darah dari orang lain).
II.B. Tanda dan Gejala DBD
Sekira 80% dari pasien (atau 8 dari 10 pasien) yang terinfeksi virus
dengue tidak menunjukkan gejala, atau hanya menunjukkan gejala ringan (seperti
demam biasa). Sekira 5% dari orang yang terinfeksi (atau 5 dari 100) akan
mengalami infeksi berat. Penyakit tersebut bahkan mengancam jiwa sedikit dari
mereka. Pada sebagian kecil penderita ini, penyakit tersebut mengancam jiwa.
Gejala akan muncul antara 3 dan 14 hari setelah seseorang terpajan virus dengue.
Seringkali gejala muncul setelah 4 hingga 7 hari. Oleh karena itu jika seseorang
baru kembali dari wilayah yang memiliki banyak kasus dengue, kemudian ia
menderita demam atau gejala lainnya setelah lebih dari 14 hari dia kembali dari
wilayah tersebut, kemungkinan penyakitnya tersebut bukan dengue.
Seringkali, apabila anak-anak terkena demam dengue, gejala yang
muncul sama dengan gejala pilek atau gastroenteritis (atau flu perut; misalnya,
muntah-muntah dan diare). Namun, anak-anak mungkin mengalami masalah yang
parah karena demam dengue.
II.C. Penyebab DBD
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue. Dalam sistem ilmiah yang
menamakan dan mengklasifikasikan virus, virus dengue tersebut merupakan
bagian dari famili Flaviviridae dan genus Flavivirus. Virus lainnya juga
merupakan bagian dari famili yang sama dan menyebabkan penyakit pada
manusia. Contohnya, virus yellow fever, West Nile virus, St. Louis encephalitis
virus, Japanese encephalitis virus, tick-borne encephalitis virus, Kyasanur forest
disease virus, and Omsk hemorrhagic fever virus all belong to the family
Flaviviridae.
4
II.D. Penularan DBD
Dengue virus ditularkan (atau disebarkan) sebagian besar oleh nyamuk
Aedes, khususnya tipe nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup di
antara garis lintang 35° Utara dan 35° Selatan, di bawah ketinggian 1000 m.
Nyamuk-nyamuk tersebut lebih sering menggigit pada siang hari. Satu gigitan
dapat menginfeksi manusia.
Terkadang, nyamuk juga tertular dengue dari manusia. Jika nyamuk
betina yang menggigit orang yang terinfeksi, nyamuk tersebut dapat tertular virus.
Mulanya virus hidup di sel yang menuju saluran pencernaan nyamuk. Sekira 8
hingga 10 hari berikutnya, virus menyebar ke kelenjar saliva nyamuk, yang
memproduksi saliva (atau "ludah"). Ini berarti bahwa saliva yang diproduksi oleh
nyamuk tersebut terinfeksi virus dengue. Oleh karena itu ketika nyamuk
menggigit manusia, saliva yang terinfeksi tersebut masuk ke dalam tubuh manusia
dan menginfeksi orang tersebut. Virus sepertinya tidak menimbulkan masalah
pada nyamuk yang terinfeksi, yang akan terus terinfeksi sepanjang hidupnya.
Nyamuk Aedes aegypti adalah nyamuk yang paling banyak menyebarkan dengue.
Ini karena nyamuk tersebut menyukai hidup berdekatan dengan manusia dan
makan dari manusia alih-alih dari binatang. Nyamuk ini juga suka bertelur di
wadah-wadah air yang dibuat oleh manusia.
Dengue juga dapat disebarkan melalui produk darah yang telah terinfeksi
dan melalui donasi organ. Jika seseorang dengan dengue mendonasikan darah atau
organ tubuh, yang kemudian diberikan kepada orang lain, orang tersebut dapat
terkena dengue dari darah atau organ yang didonasikan tersebut. Di beberapa
negara, seperti Singapura, dengue biasa terjadi. Di negara-negara ini, antara 1,6
dan 6 transfusi darah dari setiap 10.000 menularkan dengue. Virus dengue juga
dapat ditularkan dari ibu ke anaknya selama kehamilan atau ketika anak tersebut
dilahirkan. Dengue biasanya tidak ditularkan dengan cara-cara lain.
5
II.E. Pencegahan DBD
Terdapat dua vaksin yang telah disetujui sebagai vaksin untuk mencegah
manusia agar tidak terserang virus dengue. Untuk mencegah infeksi, World
Health Organization (WHO) menyarankan pengendalian populasi nyamuk dan
melindungi masyarakat dari gigitan nyamuk.
WHO menganjurkan program untuk mencegah dengue (disebut program
"Integrated Vector Control") yang mencakup lima bagian yang berbeda:
Advokasi, menggerakkan masyarakat, dan legislasi (undang-undang) harus
digunakan agar organisasi kesehatan masyarakat dan masyarakat menjadi lebih
kuat.
Semua bagian masyarakat harus bekerja bersama. Ini termasuk sektor umum
(seperti pemerintah), sektor swasta (seperti bisnisperusahaan), dan bidang
perawatan kesehatan.
Semua cara untuk mengendalikan penyakit harus harus terintegrasi (atau
dikumpulkan), sehingga sumber daya yang tersedia dapat memberikan hasil
yang paling besar.
Keputusan harus dibuat berdasarkan pada bukti. Ini akan membantu
memastikan bahwa intervensi (tindakan yang dilakukan untuk mengatasi
dengue) berguna.
Wilayah di mana dengue menjadi masalah harus diberi bantuan, sehingga
mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk merespon dengan baik
penyakit dengan usaha mereka sendiri.
WHO juga menyarankan beberapa tindakan khusus untuk mengendalikan
dan menghindarkan gigitan nyamuk. Cara terbaik untuk mengendalikan nyamuk
“Aedes aegypti” adalah dengan menyingkirkan habitatnya. Masyarakat harus
mengosongkan wadah air yang terbuka (sehingga nyamuk tidak dapat bertelur di
dalam wadah-wadah terbuka tersebut). Insektisida atau agen-agen pengendali
biologi juga dapat digunakan untuk mengendalikan nyamuk di wilayah-wilayah
ini. Para ilmuwan berpendapat bahwa menyemprotkan insektisida organofosfat
atau piretroid tidak membantu. Air diam (tidak mengalir) harus dibuang karena air
tersebut menarik nyamuk, dan juga karena manusia dapat terkena masalah
6
kesehatan jika insektisida menggenang di dalam air diam. Untuk mencegah
gigitan nyamuk, orang-orang dapat memakai pakaian yang menutup kulit mereka
sepenuhnya. Mereka juga dapat menggunakan anti nyamuk (seperti semprotan
nyamuk), yang membantu menjauhkan nyamuk. Orang-orang juga dapat
menggunakan kelambu saat beristirahat.
II.F. Pemeriksaan Laboratorium DBD
Pemeriksaan laboratorium DBD yang digunakan untuk menunjang
diagnosis sesuai kriteria adalah hitung trombosit dan nilai hematokrit dilanjutkan
dengan tes konfirmasi. Namun demikian dengan melihat gejala dan tanda serta
patofisiologi DBD pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah :
1. Non Spesifik
a. Penetapan Nilai Hematokrit
Merupakan salah satu pemeriksaan hematologi untuk mengetahui
volume eritrosit dalam 100 ml darah, yang dinyatakan dalam %. Nilai
ini biasanya dipakai untuk mengetahui ada tidaknya anemia dan
digunakan untuk menghitung nilai eritrosit rata-rata. Pada kasus DBD
volume plasma berkurang oleh karena terjadi eksudasi plasma akibat
meningkatnya permeabilitas pembuluh darah sehingga volume
eritrosit relatif meningkat. Meningkatnya nilai hematokrit pada kasus
DBD merupakan indikator yang peka terhadap akan terjadinya
renjatan. Oleh karena itu perlu dilakukan berulang secara periodik
terutama di antara hari ketiga dan hari ke tujuh sakit. Penetapan nilai
hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan cara mikro. Cara
makro menggunakan tabung Wintrobe dan saat ini sudah jarang
dipakai. Cara mikro menggunakan pipet kapiler yang panjangnya 75
mm dan diameter dalamnya 1 mm. Pipet ini ada 2 jenis yaitu yang
dilapisi antikoagulan untuk darah kapiler dan yang tidak dilapisi
dengan antikoagulan digunakan untuk darah vena. Untuk
memanpatkan eritrosit dilakukan sentrifus selama 3-5 menit dengan
kecepatan 4000 rpm/menit.
7
Nilai normal atau nilai rujukan hematokrit :
Anak-anak : 33-38 vol%
Dewasa laki-laki : 40-48 vol%
Dewasa perempuan : 37-43 vol%
b. Hitung Trombosit
Pada kasus DBD trombosit akan menurun jumlahnya di bawah
150.000 / µl.
Penurunan ini biasanya ditemukan di antara hari ketiga dan hari
ketujuh. Hitung trombosit perlu diulang sampai kita yakin jumlahnya
dalam batas normal atau menunjang diagnosis DBD. Pemeriksaan
dilakukan minimal dua kali yaitu pada waktu pasien masuk dan
apabila normal diulang pada hari kelima sakit. Bila perlu diulang lagi
pada hari keenam dan ketujuh sakit.
Pemeriksaan hitung sel darah termasuk trombosit saat ini sudah
menggunakan alat penghitung otomatis yang dikenal dengan
Electronic Cell Counter. Dengan alat ini penghitungan menjadi lebih
mudah, cepat dan teliti dibandingkan dengan cara manual. Walaupun
demikian hitung sel darah cara manual masih dipertahankan. Hal ini
disebabkan karena dapat dilakukan di laboratorium yang tidak
mempunyai aliran listrik, alat hitung sel otomatis harganya sangat
mahal dan cara manual masih merupakan metode rujukan untuk
pemeriksaan hitung trombosit.
8
2. Spesifik
a. Tes Laboratorium Imunologi
Hemaglutination Inhibition Test (HI Test)
Diagnosa ditegakkan bila (WHO 1974) :
Titer HI Test pada fase akut akan meningkat 4 kali atau lebih pada
fase rekonvalesensi
Titer HI Test pada fase akut 1/1.280 atau lebih dan fase
rekonvalesensi tidak naik atau bila naik tidak perlu sampai 4 kali
(presumtif diagnosa).
Reaksi HI Test à positif primer bila titer fase akut < 1/20 dan akan
meningkat sampai 4 kali atau lebih pada fase rekonvalesensi, akan
tetapi titer rekonvalesensi < 1/2.560
Reaksi HI Test à positif sekunder bila titer fase akut < 1/20 dan
meningkat dalam fase rekonvalesensi sampai 1/2.560 atau lebih
atau dalam fase akut titer HI Test 1/20 atau lebih dan meningkat 4
kali atau lebih pada fase rekonvalesensi.
HI Test sekarang ini makin jarang digunakan.
Dengue Blot Test
Dengue Blot Test juga sudah jarang dilakukuan di laboratorium klinik.
Konfirmasi selama ini dilakukan dengan HI Test. Sampel diambil dari
darah kapiler yang ditampung dengan filter paper sebanyak 2 kali.
Pertama waktu penderita masuk RS, kedua waktu penderita
meninggalkan RS atau pulang. Sampel dikirim dan diperiksa di Balai
Laboratorium Kesehatan.
Tes Imunologi Antibodi Spesifik
Tes imunologi ini didasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita
yang terjadi setelah infeksi.
Pada infeksi primer antibodi yang pertama kali muncul adalah IgM
yaitu sekitar hari ke-5 setelah infeksi, naik untuk 1-3 minggu dan
9
bertahan sampai hari ke 60-90. Antibodi IgG akan muncul sekitar hari
ke-14 dan bertahan lama sekali mungkin seumur hidup.
Pada infeksi sekunder justru antibodi IgG yang akan muncul atau naik
tinggi terlebih dahulu yaitu pada hari ke-2, baru diikuti dengan
antibodi IgM pada hari ke-5 (yang tidak begitu tinggi).
Dengan demikian untuk infeksi primer diagnosis dini dimungkinkan
setelah hari ke-5 infeksi menggunakan tes imunologi IgM anti
Dengue. Pada infeksi sekunder dagnosis dini dapat dilakukan setelah
hari ke-2 infeksi menggunakan tes imunologi IgG Anti Dengue.
Dengan cara ini hanya dibutuhkan satu sampel saja yaitu darah akut
sehingga diagnosis akan ditegakkan lebih cepat. Test IgM anti Dengue
dan IgG anti Dengue sekarang ini makin banyak dilakukan di
laboratorium klinik oleh karena cepat, mudah dan praktis.
b. Isolasi Virus
Isolasi virus belum biasanya dilakukan di laboratorium klinik, hanya
dilakukan di laboratorium riset. Hal ini oleh karena kesulitan teknis
dan biayanya masih terlalu mahal.
II.G. Trombosit
Trombosit atau Platelet atau keping darah, bersama dengan sel darah
merah dan plasma, membentuk sebagian besar darah manusia dan hewan.
Secara mikroskopik, trombosit terlihat seperti sedikit oval atau runcing,
dan trombosit hanya dapat dilihat secara mikroskopis, dengan ukuran rata-rata
kira empat ratus seperseribu inci (1 sampai 3,5 um).
Trombosit sebenarnya fragmen dari sel-sel pada sumsum tulang, yang
disebut megakariosit. Dirangsang oleh hormon thrombopoietin, trombosit pecah
pada megakariosit dan memasuki aliran darah, di mana mereka beredar selama
sekitar 10 hari sebelum berakhir masa pendek mereka di limpa. Dalam tubuh yang
sehat, thrombopoietin akan membantu untuk mempertahankan jumlah trombosit
10
pada tingkat normal, yang sekitar 4,2-6.100.000 sel-sel kecil di 200/1000 dari satu
sendok teh (1UL) darah.
Kebanyakan trombosit dikenal dengan kemampuan darah untuk
menggumpal ketika seseorang mendapat luka atau memar. Secara khusus,
trombosit memberikan hormon yang diperlukan dan protein untuk koagulasi.
Kolagen dilepaskan ketika lapisan pembuluh darah rusak. Trombosit mengenali
kolagen dan mulai bekerja pada koagulasi darah dengan membentuk semacam
penyumbat, sehingga kerusakan lebih lanjut untuk pembuluh darah dapat dicegah.
Keadaan jumlah trombosit lebih tinggi dari normal, yang dikenal sebagai
trombositosis, dapat menimbulkan risiko kesehatan yang serius. Terlalu banyak
pembekuan darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah yang dapat
menyebabkan stroke. Sebaliknya, lebih rendah dari jumlah normal dapat
menyebabkan perdarahan yang luas. Namun, dalam beberapa kasus, menginduksi
jumlah trombosit rendah yang diinginkan, misalnya jika seseorang memiliki
kerentanan terhadap stroke atau telah memiliki perbaikan jantung yang luas.
Jumlah trombosit dapat diturunkan dengan asupan harian aspirin atau bekuan
lainnya mengurangi obat. Selain itu, ketika pasien memiliki infus (IV), heparin
digunakan untuk menjaga IV dari cairan sehingga pembekuan dapat baik diambil
dari atau ditambahkan ke dalam tubuh.
II.H. Hematokrit
Hematokrit merupakan suatu hasil pengukuran yang menyatakan
perbandingan sel darah merah terhadap volum darah. Kata hematokrit berasal dari
bahasa Yunani, yaitu hema (berarti darah) dan krite (yang memiliki arti menilai
atau mengukur). Secara harafiah, hematokrit berarti mengukur atau menilai darah.
Hematokrit memiliki satuan menggunakan persen, contoh 42% (memiliki
arti bahwa terdapat 42 ml sel darah merah di dalam 100 ml darah). Setiap manusia
memiliki nilai normal hematokrit yang berbeda-beda. Perbedaan ini didasarkan
pada usia pasien dan tempat laboratorium. Secara garis besar, beberapa nilai
normal hematokrit, yaitu :
11
Bayi baru lahir : 55-68%
Usia 1 bulan : 37-49%
Usia 1 tahun : 29-41%
Usia 10 tahun : 36-40%
Dewasa pria : 40-50%
Dewasa perempuan : 36-44%
Hematokrit digunakan untuk mengukur sel darah merah. Pengukuran ini
dilakukan bila ada kecurigaan penyakit yang mengganggu sel darah merah, baik
berlebihan ataupun kekurangan.
Beberapa contoh penyakit yang menyebabkan hematokrit menurun,
antara lain:
Anemia (kekurangan sel darah merah)
Perdarahan
Penghancuran sel darah merah
Kekurangan gizi atau malnutrisi
Konsumsi air yang berlebihan
Beberapa jenis penyakit atau kondisi yang dapat meningkatkan
hemaokrit, yaitu:
Penyakit jantung atau paru
Dehidrasi atau kekurangan cairan
Polisitemia vera
Hipoksia (keadaan rendah oksigen sehingga tubuh berupaya dengan
meningkatkan sel darah merah)
12
BAB III
PEMBAHASAN
III.A. Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Tabel III.1 Penderita DBD Berdasarkan Jenis Kelamin dan Usia
Hasil penelitian mendapatkan penderita dengan usia terendah 10
tahun dan usia tertinggi 59 tahun dengan rata-rata usia penderita adalah 25,1
tahun. Usia terbanyak penderita DBD adalah usia 19 tahun. Selain itu, juga
didapatkan frekuensi umur pasien DBD terbanyak adalah kelompok umur
20-40 tahun, dan frekuensi terendah adalah pada kelompok umur >40 tahun.
Hasil penelitian ini didukung oleh pernyataan dari Carribean
Epidemiology Centrepada tahun 2000, yang menyatakan bahwa epidemiologi
penderita DBD terbanyak adalah pada anak-anak dan dewasa muda.
Usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kepekaan terhadap
infeksi virus dengue. Penelitian di Kuba pada tahun 1981 menunjukkan
bahwa usia mempunyai peranan yang penting untuk timbulnya gejala klinis
berupa kebocoran plasma.
13
Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, didapatkan bahwa jenis
kelamin laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 1,6
: 1. Hal tersebut serupa dengan penelitian lainnya yang memperlihatkan
bahwa penderita laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan perempuan.
III.B. Nilai Hematokrit Pasien DBD Saat Masuk Rumah Sakit
Tabel III.2 Nilai Hematokrit Pasien DBD Saat Masuk Rumah Sakit
Dari hasil penelitian, 48,2% penderita DBD yang mengalami
hemokonsentrasi dan 9% penderita mengalami hemodilusi., sedangkan, yang
mempunyai nilai hematokrit normal sebanyak 42,8%. Nilai hematokrit
terendah saat masuk RS adalah 30% dan tertinggi sebesar 59%. Rata-rata
nilai hematokrit saat masuk RS pada penelitian ini adalah 45,1%.
Menurut WHO, parameter laboratorium dalam menegakkan diagnosis
DBD adalah peningkatan nilai hematokrit serta trombositopenia. Sementara
itu, penelitian ini menunjukkan bahwa tidak semua penderita mengalami
hemokonsentrasi. Penelitian oleh Taufik dkk. pada tahun 2007 menyatakan
bahwa hanya 16% penderita DBD yang mengalami peningkatan nilai
hematokrit.
Pada penelitian ini banyak pasien DBD yang memiliki nilai
hematokrit normal bahkan rendah dan didiagnosis DBD. Parameter
14
kebocoran plasma sebagai diagnosis DBD menurut WHO tidak hanya
peningkatan nilai hematokrit saja, namun juga penurunan nilai hematokrit
>20% setelah mendapat terapi cairan juga menjadi indikator diagnosis.
Sebuah penelitian di India oleh Gomber pada tahun 2001 tentang
parameter diagnosis DBD, mengatakan bahwa nilai hematokrit dapat
meningkatkan spesifisitas sebesar 36.3% dalam diagnosis DBD namun
menurunkan sensitifitas.
Berdasarkan saran penelitian dari Pratiwi pada tahun 2011,
pemisahan pasien laki-laki dan perempuan berdasarkan kadar hematokrit
rujukan normal yang berbeda sebaiknya dilakukan.
Berdasarkan jenis kelamin, terdapat perbedaan nilai normal hematokrit. Pada
penelitian ini, nilai tertinggi untuk perempuan adalah 55%, sedangkan nilai
terendah hematokrit adalah 34%. Untuk laki-laki, nilai tertinggi adalah 59%,
sedangkan nilai terendah hematokrit adalah 31,7%. Rata-rata nilai hematokrit
untuk laki-laki adalah 46,9%, sedangkan untuk perempuan sebesar 42,1%.
III.C. Jumlah Trombosit Penderita DBD Saat Masuk Rumah Sakit
Tabel III.3 Jumlah Trombosit Penderita DBD Saat Masuk Rumah Sakit
Secara keseluruhan jumlah trombosit di bawah normal
(trombositopenia) sebanyak 100%. Jumlah trombosit <100.000 sel/mm adalah
sebesar 86,6%. Jumlah trombosit terendah saat masuk rumah sakit adalah
10.000 sel/mm3 dan tertinggi sebesar 149.000 sel/mm3. Rata-rata jumlah
trombosit saat masuk rumah sakit pada penelitian ini adalah 49.627 sel/mm3.
15
Jurnah dkk pada tahun 2011 juga mengata-kan dalam penelitiannya
bahwa sebanyak 71,40% penderita DBD memiliki jumlah trombosit <100.000
sel/mm.
Berdasarkan penelitian Kelton dkk pada tahun 2011bahwa jenis
kelamin berhubungan dengan perbedaan sensitifitas dalam hal agregasi
trombosit antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya disimpulkan bahwa
trombosit laki-laki lebih sensitif dalam agregasi daripada trombosit perempuan.
Pada Tabel III.3 rata-rata jumlah trombosit untuk laki-laki adalah
53.874,6 sel/mm3, sedangkan untuk perempuan sebesar 42.547,6 sel/mm3.
III.D. Hubungan Nilai Hematokrit terhadap Jumlah Trombosit pada
Penderita DBD
Semakin besar nilai suatu variable maka nilai variable lainnya akan
semakin kecil. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa semakin naik nilai
hematokrit maka jumlah trombosit akan semakin menurun. Hal ini sesuai
berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh J Am Coll Cardiol pada tahun
2002 menunjukkan bahwa terdapat korelasi negatif antara nilai hematokrit
terhadap jumlah trombosit.
16
BAB IV
KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai hematokrit maka
jumlah trombosit akan semakin menurun.
17