Makala h

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count). Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit. Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia bentuk ini merupakan bentuk anemia yang sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang. Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi lebih sering ditemukan di negara yang sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein hewani yang rendah, dan investasi parasit yang merupakan masalah endemik. Saat ini di Indonesia anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kurang kalori protein, vitamin A dan Yodium. 1

description

hematlogi

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anemia secara fungsional didefinisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red

cell mass) sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah

yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity). Secara praktis anemia

ditunjukkan oleh penurunan kadar hemoglobin, hematokrit atau hitung eritrosit (red cell count).

Tetapi yang paling lazim dipakai adalah kadar hemoglobin, kemudian hematokrit.

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada

akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Anemia bentuk ini merupakan

bentuk anemia yang sering ditemukan di dunia, terutama di negara yang sedang berkembang.

Diperkirakan sekitar 30 % penduduk dunia menderita anemia, dan lebih dari setengahnya

merupakan anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi lebih sering ditemukan di negara yang

sedang berkembang sehubungan dengan kemampuan ekonomi yang terbatas, masukan protein

hewani yang rendah, dan investasi parasit yang merupakan masalah endemik. Saat ini di

Indonesia anemia defisiensi besi merupakan salah satu masalah gizi utama disamping kurang

kalori protein, vitamin A dan Yodium.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui definisi, patofisiogi, gambaran klinis, diagnosis, diagnosis banding,

pencegahan, dan pengobatan anemia defisiensi terutama anemia defisiensi besi dan vitamin B12.

1

Page 2: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Anemia

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit)

dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang darah).

Hemoglobin adalah bagian utama dari sel darah merah yang berfungsi mengikat oksigen.

Jika seseorang kekurangan sel darah merah, atau hemoglobin yang normal, maka sel-sel dalam

tubuh tidak akan mendapatkan oksigen yang cukup, akibatnya tumbulah gejala anemia. Gejala

anemia seperti lemah dan lesu terjadi karena organ-organ tidak mendapatkan apa yang mereka

butuhkan untuk berfungsi dengan baik, yaitu oksigen.

Dalam masyarakat kita anemia dikenal dengan istilah kurang darah. Kurang darah

(anemia) ini berbeda dengan darah rendah. Darah rendah merupakan rendahnya tekanan darah,

sedangkan anemia adalah kurangnya sel darah merah atau hemoglobin seperti telah disebutkan di

atas. Hal ini sengaja saya perjelas disini karena saya masih sering menemukan pasien yang salah

dalam meng arti kan Anemia (kurang darah).

Menurut (Soebroto, 2010) Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan

kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan normal.

Menurut (Arisman, 2007) anemia adalah keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit,

dan jumlah sel darah merah dibawah nilai normal yang dipatok untuk perorangan.

Batasan kadar hemoglobin anemia berdasarkan usia

KELOMPOK UMUR HEMOGLOBIN (gr/dl)

Anak 6 bulan – 6 tahun <11

6 tahun – 14 tahun <12

Wanita dewasa <12

Laki-laki <13

2

Page 3: Makala h

Dewas

a

dewasa

Ibu hamil <11

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :

1) Gangguan pembentukan eritrosit

Gangguan pembentukan eritrosit terjadi apabila terdapat defisiensi substansi tertentu seperti

mineral (besi, tembaga), vitamin (B12, asam folat), asam amino, serta gangguan pada sumsum

tulang.

2) Perdarahan

Perdarahan baik akut maupun kronis mengakibatkan penurunan total sel darah merah dalam

sirkulasi.

3) Hemolisis

Hemolisis adalah proses penghancuran eritrosit.

2.2 Kategori Anemia

Berikut ini kategori tingkat keparahan pada anemia (Soebroto, 2010) :

a. Kadar Hb 10 gr - 8 gr disebut anemia ringan

b. Kadar Hb 8 gr – 5 gr disebut anemia sedang

c. Kadar Hb kurang dari 5 gr disebut anemia berat

Kategori tingkat keparahan pada anemia (Waryana, 2010) yang bersumber dari WHO

adalah sebagai berikut:

a. Kadar Hb 11 gr% tidak anemia

b. Kadar Hb 9-10 gr % anemia ringan

c. Kadar Hb 7-8 gr% anemia sedang

d. Kadar Hb < 7 gr% anemia berat

Kategori tingkat keparahan anemia (Nugraheny E, 2009) adalah sebagai

berikut:

a. Kadar Hb < 10 gr% disebut anemia ringan

b. Kadar Hb 7-8 gr% disebut anemia sedang

c. Kadar Hb < 6gr% disebut anemia berat

3

Page 4: Makala h

d. Kadar Hb normal pada ibu nifas adalah 11-12 gr %

Pada penelitian ini menggunakan standart kementrian kesehatan yang bersumber dari

WHO.

2.3 Klasifikasi Anemia

Berdasarkan Morfologi

1. Anemia Makrositik/Megaloblastik

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih besar dari normal dan hiperkrom karena

konsentrasi hemoglobinnya lebih dari normal. Ditemukan pada anemia megaloblastik (defisiensi

vitamin B12, asam folat), serta anemia makrositik non megaloblastik (penyakit hati, dan

myelodisplasia)

2. Anemia Mikrositik/Hipokromik

Anemia dengan ukuran eritrosit yang lebih kecildarinormal dan mengandung konsentrasi

hemoglobin yang kurang dari normal. Penyebab anemia mikrositik hipokrom:

Berkurangnya zat besi: Anemia Defisiensi Besi.

Berkurangnya sintesis globin: Thalasemia dan Hemoglobinopati.

4

Page 5: Makala h

Berkurangnya sintesis heme: Anemia Sideroblastik.

3. Anemia Normositik

Anemia normositik normokrom disebabkan oleh karena perdarahan akut, hemolisis, dan

penyakit-penyakit infiltratif metastatik pada sumsum tulang. Terjadi penurunan jumlah eritrosit

tidak disertai dengan perubahan konsentrasi hemoglobin, bentuk dan ukuran eritrosit.

Disebabkan oleh :

Hemorrhage

Hemolisis

Insufisiensi sumsum tulang

Gagal ginjal

Anemia meioplastik

2.4 Jenis-Jenis Anemia

Jenis-jenis anemia diantaranya adalah:

2.4.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan cadangan zat besi. Zat besi yang

tidak adekuat menyebabkan berkurangnya sintesis hemoglobin sehingga menghambat proses

pematangan eritrosit. Zat besi yang tidak adekuat disebabkan oleh rendahnya asupan besi

total dalam makanan atau bioavailabilitas besi yang dikonsumsi menurun (makanan banyak

serat, rendah daging, dan rendah vitamin C), kebutuhan akan zat besi yang meningkat (pada

bayi prematur, anak dalam pertumbuhan, ibu hamil dan menyusui), perdarahan kronis, diare

kronik, Malabsorbsi, serta infeksi cacing tambang.

5

Page 6: Makala h

2.4.2 Anemia defisiensi vitamin B12

Anemia Karena Kekurangan Vitamin B12 (anemia pernisiosa) adalah anemia

megaloblastik yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Selain zat besi, sumsum

tulang memerlukan vitamin B12 dan asam folat untuk menghasilkan sel darah merah. Jika

kekurangan salah satu darinya, bisa terjadi anemia megaloblastik.

Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar

dan abnormal (megaloblas). Sel darah putih dan trombosit juga biasanya abnormal. Anemia

megaloblastik paling sering disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dan asam folat dalam

makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut. Kadang anemia ini

disebabkan oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker (misalnya

metotreksat, hidroksiurea, fluorourasil dan sitarabin).

2.5 Patofisiologi

2.5.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Zat besi (Fe) diperlukan untuk pembuatan heme dan hemoglobin

(Hb).Kekurangan Fe mengakibatkan kekurangan Hb.Walaupun pembuatan eritrosit juga

menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia

hipokromik mikrositik.

Anemia defisiensi Fe merupakan hasil akhir keseimbangan negatif Fe yang

berlangsung lama. Bila keseimbangan besi ini menetap akan menyebabkan cadangan besi

terus berkurang. Terdapat 3 tahap defisiensi besi, yaitu :

Iron depletion Ditandai dengan cadangan besi menurun atau tidak ada tetapi kadar Fe

serum dan Hb masih normal. Pada keadaan ini terjadi peningkatan absorpsi besi non heme.

Iron deficient erythropoietin/iron limited erythropoiesis Pada keadaan ini didapatkan

suplai besi yang tidak cukup untuk menunjang eritropoiesis. Pada pemeriksaan laboratorium

didapat kadar Fe serum dan saturasi transferin menurun sedangkan TIBC dan FEP

meningkat.

6

Page 7: Makala h

Iron deficiency anemia Keadaan ini merupakan stadium lanjut dari defisiensi Fe.

Keadaan ini ditandai dengan cadangan besi yang menurun atau tidak ada, kadar Fe serum

rendah, saturasi transferin rendah, dan kadar Hb atau Ht yang rendah.

2.5.2 Anemia defisiensi nitamin B12

Vitamin B12 merupakan kofaktor untuk 2 jenis enzim, yaitu enzim metionin sintase

dan methilmakonil koenzim A mutase. Interaksi antara folat dan vitamin B12 bertanggung

jawab pada terjadinya anemia megaloblastik yang terjadi akibat defisiensi kedua zat tersebut.

Disinkronisasi antara pematangan sitoplasma dan inti sel menyebabkan terjadinya

makrositosis, inti immatur, dan hipersegmentasi granulosit dalam pembuluh darah perifer.

Gambar 1 diatas merupakan temuan klinis dan laboratorium pada anemia megaloblastik

dalam pembuluh darah perifer dan sumsum tulang.

Vitamin B12 sangat dibutuhkan dalam proses perkembangan dan mielinasi awal

sistem saraf pusat serta untuk membantu pemeliharaan fungsi normalnya. Defisiensi vitamin

B12 dapat menyebabkan demielinasi sistem saraf pusat.

Kondisi kurang umum yang dapat terjadi terkait dengan defisiensi vitamin B12

adalah glositis, malabsorpsi, infertilitas dan trombosis (termasuk trombosis yang terjadi pada

lokasi yang tidak lazim seperti trombosis sinus vena serebral). Trombosis juga dapat

berhubungan dengan terjadinya hiperhomosisteinemia pada kondisi defisiensi vitamin B12

yang parah. Kadang pasien juga mengalami hiperpigmentasi.

Poin klinis penting sehubungan dengan defisiensi vitamin B12:

Defisiensi vitamin B12 menyebabkan anemia megaloblastik reversibel, demielinasi

sistem saraf pusat, atau keduanya

Gastritis autoimun (anemia pernisiosa) adalah penyebab paling umum terjadinya

defisiensi vitamin B12 parah

Masalah metodologis dapat mempengaruhi sensitivitas dan spesifitas pengukuran kadar

vitamin B12

Pengukuran kadar asam metilmalonik, homosistein, atau keduanya digunakan untuk

mengkonfirmasi kondisi defisiensi vitamin B12 pada pasien yang tak terobati

7

Page 8: Makala h

Untuk pasien dengan anemia pernisiosa atau malabsorpsi, diindikasikan untuk menjalani

terapi vitamin B12 seumur hidup

Pemberian vitamin B12 oral dosis tinggi (1000-2000 mg perhari) sama efektifnya dengan

injeksi intramuskular bulanan dalam mengoreksi abnormalitas darah dan sistem saraf.

2.6 Penyebab

2.6.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Anemia kekurangan zat besi terjadi ketika tidak ada cukup zat besi dalam tubuh. Zat

besi ditemukan dalam daging, buah kering dan beberapa sayuran. Zat besi digunakan oleh

tubuh untuk membuat hemoglobin, yang membantu menyimpan dan membawa oksigen

dalam sel darah merah.

Ini berarti jika ada kekurangan zat besi dalam darah, organ dan jaringan tidak akan

mendapatkan oksigen sebanyak biasanya. Ada banyak kondisi yang dapat menyebabkan

kekurangan zat besi. Pada pria, dan wanita pasca-menopause penyebab paling umum adalah

pendarahan di perut dan usus. Hal ini dapat disebabkan oleh:

non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID)

ulkus peptikum

Kanker perut atau kanker usus

Pada wanita usia reproduktif, penyebab paling umum dari anemia defisiensi besi

adalah:

periode berat

kehamilan - karena tubuh Anda membutuhkan zat besi tambahan untuk bayi anda

2.6.2 Anemia defisiensi vitamin B12

Anemia karena kekurangan vitamin B12 terkadang bisa terjadi akibat reaksi

autoimun, dimana system, kekebalan tubuh meyerang sel-sel lambung yang menghasilkan

factor intrinsic, yaitu factor yang berperan dalam penyerapan vitamin B12 kedalam darah.

8

Page 9: Makala h

Kekurangan vitamin B12 juga bisa terjadi pada orang-orang yang vegetarian, karena

vitamin B12 hanya ditemukan pada produk hewani, atau pada orang-orang dengan kelainan

bawaan, dimana terdapat gangguan dalam pengangkutan atau aktivitas vitamin ini.

2.7 Gejala

2.7.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Gejala klinis anemia sering terjadi perlahan dan tidak begitu diperhatikan oleh

penderita dan keluarga, yang ringan diagnosa ditegakan hanya dari laboratorium. Gejala yang

umum adalah pucat. Pada Anemia defisiensi besi dengan kadar 6-10 g/dl terjadi kompensasi

kompensasi yang efektif sehingga gejalanya hanya ringan. Bila kadar Hb>5 g/dl gejala

iritabel dan dan anoreksia akan tampak lebih jelas. Bila anemia terus berlanjut akan terjadi

takikardi, dilatasi jantung dan murmur sistolik, keluhan umum anemia, lemah badan, mata

berkunang-kunang, timbul secara perlahan-lahan dan menahun, berdebar, riwayat perdarahan

dan keluhan gagal jantung.

Gejala lain yang terjadi adalah kelainan non hematologi akibat kekurangan besi seperti:

Anemia

Gangguan fungsi/struktur jaringan epitel: kulit kering, rambut kering tipis, mudah

dicabut, papil atrofi, glositis, stomatitis angular, fisura, disfagia (sideropenik disfagia,

sindroma Paterson-Kelly, sindroma Plummer-Vinson), kuku tipis, kusam, koilonychia/spoon

nail, Web, striktur pada mukosa antar hipofaring dan esofagus, atropi lambung, aklorhidria

Gangguan neuromuskular: gangguan fungsi otot, gangguan tingkah laku, gangguan

kemampuan, mempertahankan suhu tubuh di udara dingin, neuralgia, gangguan vasomotor,

peningkatan tekanan intrakranial, papiledema, pseudotumor serebri

Gangguan imunitas seluler dan peningkatan kepekaan terhadap infeksi.

2.7.2 Anemia defisiensi nitamin B12

Gejala anemia yang disebabkan karena kekurangan vitamin B12 adalah tubuh mudah

lelah dan lemas. Jika mengalami hal tersebut anda segera menghubungi dokter untuk

memastikan apakah anda mengalami anemia defisiensi vitamin B12.

9

Page 10: Makala h

2.8 Diagnosis

2.8.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi dapat berdasarkan pada:

Adanya riwayat perdarahan kronis atau terbukti adanya sumber perdarahan.

Laboratorium : anemia hipokrom mikrositer, Fe serum rendah, TIBC tinggi, nilai absolut

menurun, saturasi transferin menurun  serta pada sediaan apus darah tepi terdapat pencil cell

dan juga target cell.

Tidak terdapat Fe dalam sumsum tulang ( sideroblast negatif ).

Adanya respon yang baik terhadap pemberian Fe.

2.8.2 Anemia defisiensi vityamin B12

Anamnesis, biasanya pasien datang berobat dengan keluhan neuropsikiatri, keluhan

epigastrik, diare, dan bukan oleh keluhan anemianya. Penyakit biasanya berjalan secara

perlahan. Keluhan lain biasanya rambut cepat memutih, lemah badan, penurunan berat

badan. Pada defisiensi vitamin B12, diagnosis ditegakkan rata-rata setelah 15 bulan dari

onset gejala, biasanya didapatkan triad : lemah badan, sore tongue, parestesi sampai

gangguan berjalan.

Pada defisiensi B12, terdapat tiga manifestasi utama:

1.      Anemia megaloblastik

2.      Glositis

3.      Neuropati

Gangguan neurologis terutama mengenai substantia alba kolumna dorsalis dan lateral

medulla spinalis, korteks serebri, dan degenerasi saraf perifer sehingga disebut subacute

combine degeneration / combined system disease.

10

Page 11: Makala h

Pada defisiensi vitamin B12 dapat ditemukan gangguan mental, depresi, gangguan

memori, gangguan kesadaran, delusi, halusinasi, paranoid, skizopren. Gejala beurologis

lainnya adalah: oftalmoplegia, atoni kandung kemih, impotensi, hipotensi ortostatik

(neuropati otonom), dan neuritis retrobulbar.

2.9 Pemeriksaan laboratorium

2.9.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Seseorang dikatakan mengalami anemia defisiensi zat besi bila hasil pemeriksaan

laboratoriumnya menunjukan data sebagai berikut:

a.Apus darah tepi

Eritrosit     : hipokrom mikrositer

Leukosit    : jumlahnya normal, granulositopenia ringan dan terdapat  mielosit

Trombosit  : biasanya meningkat sampai dua kali trombosit normal

b. Apus sumsum tulang

Hyperplasia eritropoiesis dengan kelompok-kelompok normoblas basofil. Bentuk

pronormoblas, normoblas kecil-kecil dengan sitoplasma ireguler, sideroblas negatif.11

Klasifikasi Gejala Pemeriksaan Fisik Lesi

RinganParestesi

Normal atau

terdapat gangguan

rasa raba dan suhu

Saraf perifer,

kolumna dorsalis

Sedang

Kelemahan,

unsteady gait,

clumsiness

Gangguan rasa

vibrasi dan posisiKolumna dorsalis

BeratKelemahan

berat, spastisitas

Hiperrefleksia,

klonus, refleks

Babinski

Kolumna dorsalis

dan lateralis

Page 12: Makala h

c. Nilai absolute menurun

d. Retikulosit menurun

e. Fe serum rendah

f. TIBC (Total Iron Binding Capasity) meningkat

g. Feritin menurun

2.9.2 Anemia defisiensi vitamin B12

Anemia makrositer dengan peningkatan MCV

Neutropenia dengan neutrofil berukuran besar dan mengalami hipersegmentasi dengan

granula kasar (giant stab-cell)

Trombositopenia ringan ( rata-rata 100-150 x 103 /mm3 )

Sumsum tulang hiperseluler dengan gambaran megaloblastik

serum cobalamin rendah (100 pg/ml)

serum folat normal / tinggi

antibodi faktor intrinsic

Schilling test : radiolabeled B12 absorption test akan menunjukkan absorpsi cobalamin

yang rendah yang menjadi normal dengan pemberian faktor intrinsik lambung

Cairan lambung : sekresi berkurang, rata-rata 15 ml/jam (kira-kira 10% normal),

aklorhidira, pH>6

Masa hidup eritrosit berkurang, rata-rata 20 - 75 hari

LDH meningkat karena peningkatan destruksi eritrosit akibat eritropoiesis yang tidak

efektif di dalam sumsum tulang

MCV : pada anemia berkisar antara 100-110 fl, pada anemia berat berkisar antara 110-

130 fl

2.10 Pengobatan

2.10.1 Anemia defisiensi zat besi (Fe)

Mengonsumsi suplemen penambah zat besi dilakukan untuk meningkatkan kadar zat

besi dalam tubuh sebagai salah satu pengobatan anemia. Asupan zat besi melalui konsumsi

12

Page 13: Makala h

makanan juga perlu ditingkatkan demi menjaga cadangan dan tingkat zat besi yang normal.

Ada beberapa makanan sumber zat besi yang sangat bagus, contohnya:

Hati ayam dan hati sapi

Kacang-kacangan, misalnya kacang hitam, kacang hijau, dan kacang merah

Tahu dan tempe

Boga bahari atau makanan laut seperti ikan, tiram dan kerang

Sayuran berdaun hijau gelap seperti bayam dan brokoli

Daging merah tanpa lemak seperti daging sapi dan kambing

Buah-buahan kering, misalnya kismis dan apricot

Agar dapat memaksimalkan penyerapan zat besi, asupan vitamin C juga diperlukan.

Konsumsi makanan yang tinggi zat besinya bersamaan dengan sumber vitamin C seperti

jeruk, kiwi dan tomat.

a. Anemia defisiensi vitamin B12

Anemia defisiensi vitamin B12 yang terkait makanan

Resep tablet vitamin B12 diberikan untuk diminum tiap hari setelah makan. Ini

dilakukan jika defisiensi vitamin B12 disebabkan oleh kurangnya vitamin di dalam

makanan. Atau mungkin Anda disuntik hydrococobalamin dua kali dalam setahun. Bagi

pelaku gaya hidup vegetarian, akan kesulitan mendapatkan vitamin B12 dalam

makanannya. Dalam kondisi ini, mungkin harus meminum tablet vitamin B12 seumur

hidupnya.

Bagi yang kekurangan vitamin B12 karena menu makanan yang buruk dalam

jangka panjang, konsumsi vitamin B12 bisa dihentikan jika kandungan di dalam tubuh

sudah normal dan menu makanan sudah diubah.

Sumber vitamin B12 yang bagus adalah daging, telur, ikan salmon, ikan kod dan produk

olahan susu, termasuk susu itu sendiri. Bagi vegetarian atau vegan, ada produk

pengganti untuk daging dan produk olahan susu. Makanan yang mengandung vitamin

B12, misalnya sereal sarapan kaya zat besi dan produk kedelai. Saat berbelanja makanan,

periksalah tabel nutrisi untuk tahu berapa banyak kandugan vitamin B12 yang ada.

Anemia defisiensi vitamin B12 yang tidak terkait makanan

13

Page 14: Makala h

Untuk defisiensi vitamin B12 yang tidak disebabkan oleh pola makan yang buruk,

mungkin perlu pengobatan suntikan hydroxocobalamin empat kali setahun untuk seumur

hidup. Ada jenis vitamin suntikan lain bernama cyanocobalamin, tapi orang lebih

memilih hydroxocobalamin karena bisa bertahan lebih lama di dalam tubuh manusia.

Cyanocobalamin juga tersedia dalam bentuk tablet.

Jika memerlukan suntikan vitamin B12 secara regular, hydroxocobalamin bisa

disuntikkan tiap tiga bulan sekali, sedangkan cyanocobalamin harus diberikan sebulan

sekali.

Dokter spesialis darah bisa direkomendasikan sebagai langkah penanganan ketika

defisiensi vitamin B12 menimbulkan gejala penyakit saraf. Sebagai contoh kaki dan

tangan sering terasa kaku atau kesemutan. Anda mungkin juga perlu disuntik vitamin

B12 tiap dua bulan sekali. Dokter spesialis bisa menyarankan berapa lama Anda perlu

melakukan penyuntikan vitamin.

14

Page 15: Makala h

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anemia adalah suatu kondisi tubuh yang terjadi ketika sel-sel darah merah (eritrosit)

dan/atau Hemoglobin (Hb) yang sehat dalam darah berada dibawah nilai normal (kurang darah).

Anemia defisiensi besi (ADB) adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya

penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada

akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang.

15

Page 16: Makala h

16