Makala h

29
MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN “ GURU SEBAGAI PROFESI DAN JABATAN FUNGSIONAL” KELOMPOK 3 ANGGOTA: 1. FADHLY ILHAMI (1202255) 2. ROVI (1202092) 3. SHERLI YURINANDA (1201263) 4. NOVIA ANDIANA (1201239) 5. LISA ARMADINI (1201247) 6. YUNITA ROSALINDA (1201925) 7. NIKI SYAFITRI GUSWENDI (1201750) 8. MUTHIA AZHARI SIREGAR(1201318) UNIVERSITAS NEGERI PADANG

description

tgs

Transcript of Makala h

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN GURU SEBAGAI PROFESI DAN JABATAN FUNGSIONAL

KELOMPOK 3ANGGOTA:1. FADHLY ILHAMI (1202255)2. ROVI (1202092)3. SHERLI YURINANDA (1201263)4. NOVIA ANDIANA (1201239)5. LISA ARMADINI (1201247)6. YUNITA ROSALINDA (1201925)7. NIKI SYAFITRI GUSWENDI (1201750)8. MUTHIA AZHARI SIREGAR(1201318)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Profesi pendidikan yang berjudul Guru Sebagai Profesi dan Jabatan Fungsional.Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dan memotivasi dalam penulisan makalah ini. Apabila dalam makalah ini masih ditemukan kekurangan dan kesalahan dalam isi maupun penulisannya maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi perbaikan makalah ini.

Padang, September 2014

Penulis

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangGuru merupakan salah satu jabatan fungsional dalam masyarakat. Masyarakat dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju mengakui bahwa guru merupakan satu diantara sekian banyak unsur pembentuk utama calon anggota masyarakat. Namun, wujud pengakuan itu berbeda-beda antara satu masyarakat dan masyarakat yang lain. Sebagian mengakui pentingnya peranan guru itu dengan cara yang lebih konkrit, sementara yang lain masih menyangsikan besarnya tanggung jawab seorang guru, termasuk masyarakat yang sering menggaji guru lebih rendah daripada yang sepantasnya. Demikian pula, sebagian orang tua kadang-kadang merasa cemas ketika menyaksikan anak-anak mereka berangkat ke sekolah, karena masih ragu akan kemampuan guru mereka. Di pihak lain setelah beberapa bulan pertama mengajar, guru-guru pada umumnya sudah menyadari betapa besar pengaruh terpendam yang mereka miliki terhadap pembinaan kepribadian peserta didik. Guru dalam proses pembelajaran di kelas dipandang dapat memainkan peran penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan ketepatan logika intelektual, serta menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar. Oleh karena itu, selain terampil mengajar, seorang guru juga memiliki pengetahuan yang luas, bijak, dan dapat bersosialisasi dengan baik. Berdasarkan hal-hal tersebut maka pada kesempatan ini kami akan memaparkan mengenai guru sebagai profesi dan jabatan fungsional..

1.2Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimana harkat dan martabat seorang guru? 1.2.2 Apa saja kompetensi guru?1.2.3 Apa saja organisasi dan kode etik guru?1.2.4 Bagaimana sikap profesional yang harus dimiliki guru?1.2.5 Apa pengertian jabatan fungsional?1.2.6 Apa saja jenis-jenis guru?1.2.7 Apa persyaratan untuk menjadi seorang guru?1.2.8 Bagaimana uraian tugas seorang guru?

1.3 Tujuan 1.3.1Untuk mengetahui harkat dan martabat seorang guru1.3.2Untuk mengetahui kompetensi guru1.3.3 Untuk mengetahui organisasi dan kode etik guru1.3.4 Untuk mengetahui sikap profesional yang harus dimiliki guru1.3.5 Untuk mengetahui pengertian jabatan fungsional1.3.6 Untuk mengetahui jenis-jenis guru1.3.7 Untuk mengetahui persyaratan untuk menjadi seorang guru1.3.8 Untuk mengetahui uraian tugas seorang guru

1.4 Manfaat 1.4.1 Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk menambah pengetahuan tentang guru sebagai profesi dan jabatan fungsional. 1.4.2.Dapat menjadi informasi berharga bagi para penulis guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

B AB IIISI

2.1 Guru Sebagai Profesi

2.1.1 Harkat Dan Martabat GuruGuru yang ideal atau profesional merupakan dambaan setiap insan pendidikan karena guru yang profesional diharapkan dapat menjadikan pendidikan lebih berkualitas. Namun demikian, apabila penghargaan terhadap guru tersebut tidak memadai, maka harapan atau idealisme diatas, mungkin hanya menjadi utopia. Untuk mendapatkan predikat professional tersebut diatas bukan merupakan pekerjaan yang mudah. Hal ini sangat berkait dengan penghargaan masyarakat atau Negara terhadap profesi itu. Negara-negara maju memberikan penghargaan yang lebih kepada guru dibandingkan di Indonesia.

2.1.2 Kompetensi GuruMajid (2005:6) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan profesional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Sementara itu,Syah (2000:229) mengemukakan pengertian dasar kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan. Disamping itu, Usman (1994:1) juga mengemukakan kompentensi berarti suatu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik yang kualitatif maupun yang kuantitatif. Sedangkan menurut Muhaimin (2004:151), kompetensi adalah seperangkat tindakan intelegen penuh tanggung jawab yang harus dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Sifat intelegen harus ditunjukan sebagai kemahiran, ketetapan, dan keberhasilan bertindak. Sifat tanggung jawab harus ditunjukkan sebagai kebenaran tindakan baik dipandang dari sudut ilmu pengetahuan, teknologi maupun etika. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, Depdiknas (2004:7) merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kompetensi guru adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara bertanggung jawab dan layak. Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat (1) kompetensi guru meliputi :1. Kompetensi PedagogikDalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan kompetensi pengelolaan pembelajaran.a. Kompetensi Menyusun Rencana PembelajaranDepdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi:1. Mampu mendeskripsikan tujuan.2. Mampu memilih materi.3. Mampu mengorganisir materi.4. Mampu menentukan metode/strategi pembelajaran.5. Mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran.6. Mampu menyusun perangkat penilaian.7. Mampu menentukan teknik penilaian.8. Mampu mengalokasikan waktu.Berdasarkan uraian di atas, merencanakan program belajar mengajar merupakan proyeksi guru mengenai kegiatan yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran berlangsung, yang mencakup: merumuskan tujuan, menguraikan deskripsi satuan bahasan, merancang kegiatan belajar mengajar, memilih berbagai media dan sumber belajar, dan merencanakan penilaian penguasaan tujuan.b. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar MengajarDalam kegiatan ini kemampuan yang dituntut adalah keaktifan guru menciptakan dan menumbuhkan kegiatan siswa belajar sesuai dengan rencana yang telah disusun. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat, apakah kegiatan belajar mengajar dicukupkan, apakah metodenya diubah, apakah kegiatan yang lalu perlu diulang, manakala siswa belum dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran.Pada tahap ini disamping pengetahuan teori belajar mengajar, pengetahuan tentang siswa, diperlukan pula kemahiran dan keterampilan teknik belajar, misalnya: prinsip-prinsip mengajar, penggunaan alat bantu pengajaran, penggunaan metode mengajar, dan keterampilan menilai hasil belajar siswa.Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi melaksanakan proses belajar mengajar meliputi:1. Membuka pelajaran2. Menyajikan materi3. Menggunakan media dan metode4. Menggunakan alat peraga.5. Menggunakan bahasa yang komunikatif.6. Memotivasi siswa7. Mengorganisasi kegiatan8. Berinteraksi dengan siswa secara komunikatif9. Menyimpulkan pelajaran10. Memberikan umpan balik11. Melaksanakan penilaian12. Menggunakan waktu.c. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar MengajarDepdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi penilaian belajar peserta didik, meliputi:1. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat kesukaran2. Mampu memilih soal berdasarkan tingkat pembeda3. Mampu memperbaiki soal yang tidak valid4. Mampu memeriksa jawab5. Mampu mengklasifikasi hasil-hasil penilaian6. Mampu mengolah dan menganalisis hasil penilaian7. Mampu membuat interpretasi kecenderungan hasil penilaian8. Mampu menentukan korelasi soal berdasarkan hasil penilaian9. Mampu mengidentifikasi tingkat variasi hasil penilaian10. Mampu menyimpulkan dari hasil penilaian secara jelas dan logis11. Mampu menyusun program tindak lanjut hasil penilaian12. Mengklasifikasi kemampuan siswa13. Mampu mengidentifikasi kebutuhan tindak lanjut hasil penilaian14. Mampu melaksanakan tindak lanjut15. Mampu mengevaluasi hasil tindak lanjut16. Mampu menganalisis hasil evaluasi program tindak lanjut hasil penilaian.

2. Kompetensi KepribadianKarakteristik kepribadian yang berkaitan dengan keberhasilan guru dalam menggeluti profesinya adalah meliputi fleksibilitas kognitif dan keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan.Dalam Undang-undang Guru dan Dosen dikemukakan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi pribadi meliputi:1. Pengetahuan tentang adat istiadat baik sosial maupun agama2. Pengetahuan tentang budaya dan tradisi3. Pengetahuan tentang inti demokrasi4. Pengetahuan tentang estetika5. Memiliki apresiasi dan kesadaran social6. Memiliki sikap yang benar terhadap pengetahuan dan pekerjaan7. Setia terhadap harkat dan martabat manusia.Sementara itu Johnson juga mengemukakan kemampuan personal guru, mencakup: Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai-nilai yang seyogyanya dianut oleh seorang guru Kepribadian, nilai, sikap hidup ditampilkan dalam upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya.

3. Kompetensi ProfesionalMenurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, mengemukakan kompetensi profesional guru mencakup kemampuan dalam hal:1. Mengerti dan dapat menerapkan landasan pendidikan baik filosofis, psikologis, dan sebagainya2. Mengerti dan menerapkan teori belajar sesuai dengan tingkat perkembangan perilaku peserta didik3. Mampu menangani mata pelajaran atau bidang studi yang ditugaskan kepadanya4. Mengerti dan dapat menerapkan metode mengajar yang sesuai5. Mampu menggunakan berbagai alat pelajaran dan media serta fasilitas belajar lain6. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pengajaran7. Mampu melaksanakan evaluasi belajar8. Mampu menumbuhkan motivasi peserta didik.Sementara itu, Depdiknas (2004:9) mengemukakan kompetensi profesional meliputi:1. Pengembangan profesi meliputi: a. Mengikuti informasi perkembangan iptek yang mendukung profesi melalui berbagai kegiatan ilmiahb. Mengalihbahasakan buku pelajaran/karya ilmiahc. Mengembangkan berbagai model pembelajarand. Menulis makalahe. Menulis/menyusun diktat pelajaranf. Menulis buku pelajarang. Menulis modulh. Menulis karya ilmiahi. Melakukan penelitian ilmiah (action research)j. Menemukan teknologi tepat gunak. Membuat alat peraga/medial. Menciptakan karya senim. Mengikuti pelatihan terakreditasin. Mengikuti pendidikan kualifikasio. Mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum2. Pemahaman wawasan meliputi:a. Memahami visi dan misib. Memahami hubungan pendidikan dengan pengajaranc. Memahami konsep pendidikan dasar dan menengahd. Memahami fungsi sekolahe. Mengidentifikasi permasalahan umum pendidikan dalam hal proses dan hasil belajarf. Membangun sistem yang menunjukkan keterkaitan pendidikan dan luar sekolah.3. Penguasaan bahan kajian akademik meliputi:a. Memahami struktur pengetahuanb. Menguasai substansi materic. Menguasai substansi kekuasaan sesuai dengan jenis pelayanan yang dibutuhkan siswa.

4.Kompetensi SosialGuru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan kelas merupakan perwujudan interaksi dalam proses komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.Gumelar dan Dahyat (2002:127) merujuk pada pendapat Asian Institut for Teacher Education, menjelaskan kompetensi sosial guru adalah salah satu daya atau kemampuan guru untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Untuk dapat melaksanakan peran sosial kemasyarakatan, guru harus memiliki kompetensi:1. Aspek normatif kependidikan, yaitu untuk menjadi guru yang baik tidak cukup digantungkan kepada bakat, kecerdasan, dan kecakapan saja, tetapi juga harus beritikad baik sehingga hal ini bertautan dengan norma yang dijadikan landasan dalam melaksanakan tugasnya2. Pertimbangan sebelum memilih jabatan guru3. Mempunyai program yang menjurus untuk meningkatkan kemajuan masyarakat dan kemajuan pendidikan.Johnson mengemukakan kemampuan sosial mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru. Sementara itu, Arikunto (1993:239) mengemukakan kompetensi sosial mengharuskan guru memiliki kemampuan komunikasi sosial baik dengan peserta didik, sesama guru, kepala sekolah, pegawai tata usaha, bahkan dengan anggota masyarakat.Berdasarkan uraian di atas, kompetensi sosial guru tercermin melalui indikator:1. Interaksi guru dengan siswa2. Interaksi guru dengan kepala sekolah3. Interaksi guru dengan rekan kerja4. Interaksi guru dengan orang tua siswa5. Interaksi guru dengan masyarakat.

2.1.3 Organisasi dan Kode Etik GuruA. Organisasi Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan profesional seperti : Fungsi Pemersatuyaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu organisasi keprofesian. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional Salah satu tujuan organisasi ini adalah mempertinggi kesadaran sikap, mutu dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan guru. Organisasi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1 mempunyai tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam masyarakat.Adapun organisasi guru yang telah ada di Indonesia yaitu: 1. PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia)PGRI didirikan di Surakarta pada tanggal 25 November 1945. Salah satu tujuan PGRI adalah mempertinggi kesadaran, sikap, mutu, dan kegiatan profesi guru serta meningkatkan kesejahteraan mereka. PGRI mempunyai empat misi utama yaitu:a. Misi politis/ideologisb. Misi persatuan/organisatorisc. Misi profesid. Misi kesejahteraan2. MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)MGMP didirikan atas anjuran pejabat-pejabat dari Departemen Pendidikan Nasional. MGMP bertujuan untuk meningkatkan mutu atau profesionalisasi guru dalam kelompoknya masing-masing.3. ISPI (Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia)ISPI mempunyai divisi-divisi, antara lain:a. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN)b. Himpunan Sarjana Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN)c. Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa Indonesia (HSPBI)

B. Kode EtikSecara etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat tertentu (Abin Syamsudin, Nandang Budiman, 2003 : 4.3).Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya, dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh diperbuat oleh mereka, tidak saja dalam menjalankan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut tingkah laku mereka pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di masyarakat.

Tujuan adanya kode etik adalah :a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesib. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanyac. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesid. Untuk meningkatkan mutu profesie. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

Adapun manfaat kode etik bagi guru yaitu:a. Agar guru terhindar dari penyimpangan profesi, karena sudah adanya landasan yang digunakan mereka sebagai acuan.b. Untuk mengatur hubungan guru dengan peserta didik, teman sejawat / sekerja dan masyarakat, jabatan profesi dan pemerintah. c. Sebagai pegangan dan pedoman tingkah laku guru agar lebih bertanggung jawab terhadap profesinya.Guru Indonesia memedomani dasar-dasar sebagai berikut:a. Guru berbakti membimbing para peserta didik untuk membentuk manusia seutuhnya yang berjiwa pancasilab. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesionalc. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaand. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses belajar-mengajare. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitar untuk membina peran serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikanf. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesig. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan sosialh. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana penunjang dan pengabdiani. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.

2.1.4 Sikap Profesional Guru Guru sebagai pendidik yang profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunjukkan kepada masyarakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan bagi masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya dan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya dan bahkan bagaimana cara guru berpakaian, bergaul dengan siswa, teman-temannya, serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyarakat.Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan oleh masyarakat, tetapi yang akan dibicarakan pada bagian ini adalah khusus perilaku guru yang berhubungan dengan profesinya yakni sebagai berikut1. Sikap terhadap Peraturan Perundang-undanganPada butir Sembilan kode etik guru Indonesia disebutkan bahwa guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan (PGRI, 1973). kebijaksanaan pendidikan dinegara kita dipegang oleh pemerintah, dalam hal ini oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dalam rangka pembangunan dibidang pendidikan, Depdiknas mengeluarkan ketentuan-ketentuan dan peraturan-peraturan yang merupakn kebijaksanaan yang akan dilaksanakan oleh aparatnya, yang antara lain meliputi: pembangunan gedung-gedung pendidikan, pembinaan generasi muda, karang taruna dan lain-lain. Kebijaksanaan pemerintah tersebut biasanya akan dituangkan kedalam bentuk ketentuan-ketentuan pemerintah.Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi Negara. Mutlak perlu mengetahui kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut, untuk menjaga agar guru Indonesia tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan. Dengan demikian, setiap guru Indonesia wajib tunduk dan taat kepada segala ketentuan-ketentuan pemerintah.

2. Sikap Terhadap Organisasi ProfesiDalam dasar keenam dari kode etik guru berbunyi guru secara pribadi dan bersama-sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya . Dasar ini sangat tegas mewajibkan kepada seluruh anggota profesi untuk selalu meningkatkan mutu dan martabat profesi guru itu sendiri. Setiap anggota profesi, baik secara pengurus maupun sebagai anggota biasa wajib berpartisipasi guna memelihara, membina dan meningkatkan mutu organisasi profesi, dalam rangka mewujudkan cita-cita organisasi.Untuk meningkatkan mutu suatu profesi, khususnya profesi keguruan dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti dengan melakukan penataran, lokakarya, pendidikan dalam jabatan, studi komperatif, dan berbagai kegiatan akademik lainnya.

3. Sikap Terhadap Teman Sejawat Dalam ayat 7 kode etik guru disebutkan bahwa guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan social . Ini berarti bahwa : a. Guru hendaklah menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya.b. Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan kesetiakawanan social didalam dan diluar lingkungan kerjanya.Kode etik guru ini menunjukkan kepada kita betapa pentingnya menciptakan hubungan yang harmonis melalui penumbuhan perasaan persaudaraan yang mendalam diantara sesama anggota profesi.

4. Sikap Terhadap Anak DidikDalam kode etik guru Indonesia dengan jelas dituliskan bahwa guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya berjiwa Pancasila . Dasar ini mengandung pengertian bahwa guru dalam mendidik siswa tidak hanya mengutamakan pengembangan pengetahuan pribadi peserta didik, baik jasmani, rohani, social maupun yang lainnya yang sesuai dengan hakekat pendidikan.

5. Sikap Terhadap Tempat Kerja Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sesuatu yang baik ditempat kerja akan meningkatkan prodiktifitas. Kode etik guru dengan jelas mengtakan bahwa guru menciptakan suasana sekolah dengan sebaik-baiknya yang menunjang yang berhasilnya proses belajar mengajar.

6. Sikap Terhadap Pimpinan Sebagai salah seorang anggota organisas, guru akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Kerja sama yang dituntut oleh pimpinan dapat berupa kepatuhan dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa sikap seorang guru terhadap pimpinannya harus positif, dalam artian harus bekerja sama dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik disekolah maupun diluar sekolah.7. Sikap Terhadap PekerjaanProfesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai kesamaan dan perbedaan. Kesabaran dan keteladanan tinggi dari guru sangat diperlukan dalam melayani anak didik yang beragam sifat dan karakternya. Lebih lanjut lagi, profesi guru adalah bertugas membantu anak didik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi (bakat,minat dan kemampuannya). Agar para guru dapat melaksanakan tugasnya ini dengan baik, maka disamping dengan kesabaran dan ketelatenan terhadap anak didik, guru juga dituntut untuk bersikap loyal dan bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.

2.2 Profesi Guru Sebagai Jabatan Fungsional2.2.1 Pengertian Jabatan FungsionalJabatan fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian/dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri.Dalam rangka mencapai tujuan nasional, dibutuhkan adanya Pegawai Negeri Sipil dengan mutu profesionalisme yang memadai, berdayaguna dan berhasilguna didalam melaksanakan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Pegawai Negeri Sipil perlu dibina dengan sebaik-baiknya atas dasar sistem karier dan sistem prestasi kerja.Jabatan fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokok dalam organisasi Pemerintah. Jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan.Berdasarkan keterkaitan tugasnya Jabatan Fungsional dikelompokkan dalam beberapa Rumpun Jabatan Fungsional, yaitu:1. Fisika dan Kimia2. Matematika dan Statistika3. Kekomputeran4. Arsitek dan Insinyur5. Penelitian dan Perekayasaan6. Ilmu Hayat7. Kesehatan8. Pendidikan Tingkat Tinggi9. Pendidikan Tingkat Kanak-kanak, Dasar, Lanjutan dan Khusus10. Pendidikan Lainnya11. Operator Alat-alat Optik dan Elektronik12. Teknisi Pengontrol Kapal dan Pesawat13. Pengawas Kualitas dan Keamanan14. Akuntan dan Anggaran15. Asisten Profesional Keuangan dan Penjualan16. Imigrasi, Pajak dan Asisten Profesionalnya17. Manajemen18. Hukum dan Peradilan19. Hak Cipta, Paten dan merk20. Penyidik dan Detektif21. Arsiparis, Pustakawan22. Ilmu Sosial23. Penerangan dan Budaya24. Keagamaan25. Politik dan Hubungan Luar NegeriBerdasarkan sifat pekerjaannya Jabatan Fungsional terdiri daria. Jabatan Fungsional Keahlian:1. Utama2. Madya3. Muda4. Pertamab. Jabatan Fungsional Keterampilan:1. Penyelia2. Pelaksana Lanjutan3. Pelaksana4. Pelaksana Pemula

2.2.2 Jenis GuruMenurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 35 tahun 2010 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya, Guru digolongkan dalam 3 (tiga) Jenis berdasarkan sifat, tugas dan kegiatannya. Ketiga jenis guru tersebut antara lain:

1. Guru KelasGuru kelas adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran seluruh mata pelajaran di kelas tertentu di TK/RA/TKLB dan SD/MI/SDLB dan satuan pendidikan formal yang sederajat, kecuali guru mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan serta guru agama.

2. Guru Mata PelajaranGuru mata pelajaran adalah guru yang mempunyai tugas tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam proses pembelajaran pada 1 (satu) mata pelajaran tertentu pada satuan pendidikan formal di jenjang pendidikan dasar (SD/MI/SDLB, SMP/MTs,SMPLB) dan pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK)

3. Guru Bimbingan dan konseling/konselorGuru Bimbingan dan konseling/konselor adalah guru yang mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh dalam kegiatan bimbingan dan konseling terhadap sejumlah peserta didik satuan pendidikan formal pada jenjang pendidikan dasar (SMP/MTs/SMPLB) dan pendidikan menengah (SMA/MA/SMALB/SMK/MAK)

2.2.3 Persyaratan Menjadi GuruGuru yang baik harus memenuhi syarat-syarat yang terdapat dalam Undang-Undang No. 12 tahun 1954 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah untuk seluruh indonesia, pada pasal 15 dinyatakan tentang guru sebagai berikut: Syarat utama untuk menjadi guru, selain ijazah dan syarat-syarat yang mengenai kesehatan jasmani dan rohani,ialah sifat-sifat yang perlu untuk dapat memberi pendidikan dan pengajaran.Dari pasal-pasal tersebut, maka syarat-syarat untuk menjadi guru dapat kita simpulkan sebagai berikut: a. BerijazahTentu saja yang dimaksud dengan ijazah disini ialah ijazah yang dapat memberi wewenang untuk menjalankan tugas sebagai guru di suatu sekolah tertentu. Ijazah bukanlah semata-mata sehelai kertas saja. Ijazah merupakan surat bukti yang menunjukan bahwa seseorang telah mempunyai ilmu pengetahuan dan kesanggupan-kesanggupan yang tertentu, yang diperlukannya untuk suatu jabatan atau pekerjaan.b. sehat jasmani dan rohani Kesehatan jasmani dan rohani, adalah salah satu syarat yang penting bagi tiap-tiap pekerjaan. Orang tidak dapat melakukan tugasnya dengan baik, jika badannya selalu diserang oleh suatu penyakit. Sebagai calon guru pun syarat kesehatan, itu merupakan syarat yang tidak dapat di abaikan. Seorang guru, yang berpenyakit menular akan membahayakan kesehatan anak-anak dan membawa akibat yang tidak baik dalam tugasnya sebagai pengajar dan pendidik. Demikianlah, kesehatan merupakan syarat utama bagi guru,sebagai orang yang setiap hari bekerja dan bergaul dengan dan di antara anak-anak.c. takwa kepada Tuhan YME dan berkelakuan baikd. bertanggung jawabSebagai seorang guru, tentu saja pertama-tama harus bertanggung jawab kepada tugasnya sebagai guru, yaitu mengajar dan mendidik anak-anak yang telah dipercayakan kepadanya. Disamping itu,tidak boleh dilupakan tugas-tugas dan pekerjaan lain yang memerlukan tanggung jawabnya. Selain tugasnya sebagai guru di sekolah, guru pun merupakan anggota masyarakat yang mempunyai tugas dan kewajiban lain. Jelaslah, bahwa seorang guru harus seorang yang bertanggung jawab.e. berjiwa nasionalSama halnya dengan syarat-syarat guru yang lain yang telah diuraikan terdahulu, untuk menanamkan jiwa nasional itu memerlukan orang-orang yang berjiwa nasional pula. Pendidikan nasional tidak dapat diberikan oleh orang-orang yang a-nasional. Guru harus berjiwa nasional , merupakan syarat yang penting untuk mendidik anak-anak, sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran yang telah digariskan oleh MPR. Seperti dinyatakan di dalam GBHN 1983-1988 dan UUD 1945.

2.2.4 Uraian Tugas GuruJenis tugas guru sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 52 dapat dikategorikan sebagai kegiatan tatap muka atau bukan tatap muka.

adapun tugas guru dalam kegiatan tatap muka disekolah yaitu:1. Merencanakan PembelajaranGuru wajib membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada awal tahun atau awal semester, sesuai dengan rencana kerja sekolah/madrasah.2. .Melaksanakan PembelajaranMelaksanakan pembelajaran merupakan kegiatan interaksi edukatif antara peserta didik dengan guru. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan tatap muka sebagaimana dimaksuddalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru. Penjelasan kegiatan tatap muka adalah sebagai berikut:a. Kegiatan tatap muka atau pembelajaran terdiri dari kegiatan penyampaian materi pelajaran, membimbing dan melatih peserta didik terkait dengan materi pelajaran, dan menilai hasil belajar yang terintegrasi dengan pembelajaran dalam kegiatan tatap mukab. Menilai hasil belajar yang terintegrasi dalam proses pelaksanaan pembelajaran tatap muka antara lain berupa penilaian akhir pertemuan atau penilaian akhir tiap pokok bahasan merupakan bagian dari kegiatan tatap mukac. Kegiatan tatap muka dapat dilakukan secara langsung atau termediasi dengan menggunakan media antara lain video, modul mandiri, kegiatan observasi/eksplorasid. Kegiatan tatap muka dapat dilaksanakan antara lain di ruang teori/kelas, laboratorium, studio, bengkel atau di luar ruangane. Waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran atau tatap muka sesuai dengan durasi waktu yang tercantum dalam struktur kurikulum sekolah/madrasahf. Sebelum pelaksanaan kegiatan tatap muka, guru diharapkan melakukan persiapan, antara lain pengecekan dan/atau penyiapan fisik kelas/ruangan, bahan pelajaran, modul, media, dan perangkat administrasi.

3. Menilai Hasil Pembelajarana. Penilaian dengan tes1. Tes dilakukan secara tertulis atau lisan, dalam bentuk ulangan harian, tengah semester, dan ujian akhir semester. Tes ini dilaksanakan sesuai dengan kalender pendidikan atau jadwal yang telah ditentukan.2. Tes tertulis dan lisan dilakukan di dalam kelas.3. Pengolahan hasil tes dilakukan di luar jadwal pelaksanaan tes.

b.Penilaian nontes berupa pengamatan dan pengukuran sikap1. Pengamatan dan pengukuran sikap sebagai bagian tidak terpisahkan dari proses pendidikan, dilaksanakan oleh guru dengan tujuan untuk melihat hasil pendidikan yang tidak dapat diukur dengan tes tertulis atau lisan.2. Pengamatan dan pengukuran sikap dapat dilakukan di dalam kelas menyatu dengan proses tatap muka, dan atau di luar kelas.3. Pengamatan dan pengukuran sikap yang dilaksanakan di luar kelas merupakan kegiatan di luar jadwal tatap muka.

c.Penilaian nontes berupa penilaian hasil karya1. Penilaian hasil karya peserta didik dalam bentuk tugas, proyek fisik atau produk jasa, portofolio, atau bentuk lain dilakukan di luar jadwal tatap muka.2. Adakalanya dalam penilaian ini, guru harus menghadirkan peserta didik agar untuk menghindari kesalahan pemahaman dari guru, jika informasi dari peserta didik belum sempurna.

4. Membimbing dan Melatih Peserta DidikMembimbing dan melatih peserta didik dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:1) Bimbingan dan latihan pada proses tatap mukaBimbingan dan latihan pada kegiatan pembelajaran adalah bimbingan dan latihan yang dilakukan agar peserta didik dapat mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.2) Bimbingan dan latihan pada kegiatan intrakurikulerBimbingan dalam kegiatan intrakurikuler terdiri dari:pembelajaran perbaikan (remedial teaching) dan pengayaan (enrichment) pada mata pelajaran. Kegiatan pembelajaran perbaikan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang belum menguasai kompetensi yang harus dicapai.Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan bimbingan dan latihan kepada peserta didik yang telah menguasai kompetensi yang ditentukan lebih cepat dari alokasi waktu yang ditetapkan dengan tujuan untuk memperluas atau memperkaya perbendaharaan kompetensi.3) Bimbingan dan latihan dalam kegiatan ekstrakurikulerKegiatan ekstrakurikuler bersifat pilihan dan wajib diikuti peserta didik. Kegiatan ekstrakurikuler dilakukan sesuai jadwal yang telah ditentukan.

5. Melaksanakan Tugas TambahanPeraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru Pasal 24 ayat (7) menyatakan bahwa guru dapat diberi tugas tambahan sebagai kepala satuan pendidikan, wakil kepala satuan pendidikan, ketua program keahlian satuan pendidikan, pengawas satuan pendidikan, kepala perpustakaan, kepala laboratorium, bengkel, atau unit produksi. Selanjutnya, sesuai dengan isi Pasal 52 ayat (1) huruf e, guru dapat diberi tugas tambahan yang melekat pada tugas pokok misalnya menjadi pembina pramuka, pembimbing kegiatan karya ilmiah remaja, dan guru piket.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Simpulan Profesi guru merupakan profesi yang sangat dihargai masyarakat karena profesi ini merupakan pekerjaan yang mulia. Disamping itu, profesi guru adalah jabatan fungsional yang harus memiliki kualifikasi atau kompetensi. Kompetensi tersebut adalah kompetensi profesional, sosial, dan pribadi. Disamping itu profesi guru juga memiliki organisasi dan kode etik yang harus ditaati setiap guru. Kemudian, guru juga harus memiliki sikap profesional yang harus selalu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara terpadu. Sasaran penyikapan ini meliputi sikap terhadap undang-undang, organisasi, teman sejawat, peserta didik, tempat kerja, pimpinan dan pekerjaan.

3.2SaranSeorang guru dan calon guru yang memiliki tugas mulia dan menentukan bagaimana kualitas pendidikan hendaknya lebih memperhatikan dan menghayati lagi profesinya baik itu dengan cara meningkatkan kompetensi diri dan menumbuh kembangkan lagi sikap profesional.

DAFTAR PUSTAKAKosasih, Raffles, dan Sutjipto. 1994. Profesi Keguruan. Jakarta: P3TK Depdikbud.Syahril. 2009. Profesi Kependidikan. Padang: UNP Press.Rahman, Fajri. 2012. Guru Sebagai Profesi. Diakses pada tanggal 19 September 2014 (http://artikel-profesi-keguruan.blogspot.com/2012/11/guru-sebagai-profesi_17.html).Nispasari. Kode Etik dan organisasi Guru. Diakses pada tanggal 19 September 2014 (http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-etik-dan-organisasi-profesi.html).Fajar, Ibnu. 2012. Kompetensi Guru. Diakses pada tanggal 19 September 2014 (http://ibnufajar75.wordpress.com/2012/12/27/empat-kompetensi-yang-harus-dimiliki-seorang-guru-profesional/).Harlona. 2013. Jenis Guru. Diakses pada tanggal 19 September 2014 (arH http://harlona.blogspot.com/2013/07/jenis-guru-menurut-permendiknas-no-35.html).Rianawaty, Ida. 2011. Uraian Tugas Guru. Diakses pada tanggal 19 September 2014 (http://idarianawaty.blogspot.com/2011/04/uraian-tugas-guru.html).