Makala h

8
KT 3 SKENARIO 2 NAMA : Dorin Fauzi Warman NIM : 06020062 FRAKTUR 1. DEFINISI Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan. 2. ETIOLOGI Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan. Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu: A. Fraktur akibat peristiwa trauma. Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba / mendadak dan berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan secara langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas. B. Fraktur akibat tekanan berulang. Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

description

kt

Transcript of Makala h

KT 3 SKENARIO 2

NAMA: Dorin Fauzi Warman

NIM: 06020062FRAKTUR

1. DEFINISI

Terdapat beberapa pengertian mengenai fraktur, sebagaimana yang dikemukakan para ahli melalui berbagai literature. Menurut FKUI (2000), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang, sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang. Back dan Marassarin (1993) berpendapat bahwa fraktur adalah terpisahnya kontinuitas tulang normal yang terjadi karena tekanan pada tulang yang berlebihan.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa fraktur merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang dikarenakan tekanan yang berlebihan.

2. ETIOLOGI

Lewis (2000) berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya pegas untuk menahan tekanan.

Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:

A.Fraktur akibat peristiwa trauma.

Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba / mendadak dan berlebihan yang dapat berupa pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran atau penarikan. Bila tekanan kekuatan secara langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya. Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.

B.Fraktur akibat tekanan berulang.

Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.

C.Fraktur patologik karena kelainan tulang.

Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh (osteoporosis).

3. PATOFISIOLOGI

Menurut Black dan Matassarin (1993) serta Patrick dan Woods (1989). Ketika patah tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan, kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal medulla antara tepi tulang dibawah periosteum dan jaringan tulang yang mengitari fraktur. Terjadinya respon inflamasi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal penyembuhan tulang. Hematom yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematom menyebabkan dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung syaraf.

4. KLASIFIKASI FRAKTUR

Berikut ini terdapat beberapa klasifikasi Fraktur sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli:

A.Menurut Depkes RI (1995), berdasarkan luas dan garis traktur meliputi:

1)Fraktur komplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang yang luas sehingga tulang terbagi menjadi dua bagian dan garis patahnya menyeberang dari satu sisi ke sisi lain serta mengenai seluruh korteks.

2)Fraktur inkomplit adalah patah atau diskontinuitas jaringan tulang dengan garis patah tidak menyeberang, sehingga tidak mengenai seluruh korteks (masih ada korteks yang utuh).

B.Menurut Black dan Matassarin (1993) yaitu fraktur berdasarkan hubungan dengan dunia luar, meliputi:

1)Fraktur tertutup yaitu fraktur tanpa adanya komplikasi, kulit masih utuh, tulang tidak keluar melewati kulit.

2)Fraktur terbuka yaitu fraktur yang merusak jaringan kulit, karena adanya hubungan dengan lingkungan luar, maka fraktur terbuka potensial terjadi infeksi. Fraktur terbuka dibagi menjadi 3 grade yaitu:

a)Grade I : Robekan kulit dengan kerusakan kulit dan otot.

b)Grade II : Seperti grade I dengan memar kulit dan otot.

c)Grade III : Luka sebesar 6-8 cm dengan kerusakan pembuluh darah, syaraf, otot dan kulit.

C.Long (1996) membagi fraktur berdasarkan garis patah tulang, yaitu:

1)Green Stick yaitu pada sebelah sisi dari tulang ( retak dibawah lapisan periosteum) / tidak mengenai seluruh kortek, sering terjadi pada anak-anak dengan tulang lembek.

2)Transverse yaitu patah melintang ( yang sering terjadi ).

3)Longitudinal yaitu patah memanjang.

4)Oblique yaitu garis patah miring.

5)Spiral yaitu patah melingkar.

6)Communited yaitu patah menjadi beberapa fragmen kecil

D.Black dan Matassarin (1993) mengklasifikasi lagi fraktur berdasarkan kedudukan fragmen yaitu:

1)Tidak ada dislokasi.

2)Adanya dislokasi, yang dibedakan menjadi:

a.Disklokasi at axim yaitu membentuk sudut.

b.Dislokasi at lotus yaitu fragmen tulang menjauh.

c.Dislokasi at longitudinal yaitu berjauhan memanjang.

d.Dislokasi at lotuscum controltinicum yaitu fragmen tulang menjauh dan over lapp ( memendek ).

PENATALAKSANAAN FRAKTUR

Terdapat beberapa tujuan penatalaksanaan fraktur menurut Henderson (1997), yaitu mengembalikan atau memperbaiki bagian-bagian yang patah ke dalam bentuk semula (anatomis), imobilisasi untuk mempertahankan bentuk dan memperbaiki fungsi bagian tulang yang rusak.

A.Reposisi / reduksi

Jenis-jenis fracture reduction ( reposisi ) yaitu:

1. Manipulasi atau close reduction

Adalah tindakan non bedah untuk mengembalikan posisi, panjang dan bentuk. Close reduksi dilakukan dengan local anesthesia ataupun umum.

2. Open reduction

Adalah perbaikan bentuk tulang dengan tindakan pembedahan. sering dilakukan dengan internal fixasi menggunakan kawat, screws, pins, plate, intermedullary rods atau nail. Kelemahan tindakan ini adalah kemungkinan infeksi dan komplikasi berhubungan dengan anesthesia. Jika dilakukan open reduksi internal fixasi pada tulang (termasuk sendi) maka akan ada indikasi untuk melakukan ROM.

3. Traksi

Alat traksi diberikan dengan kekuatan tarikan pada anggota yang fraktur untuk meluruskan bentuk tulang. Ada 2 macam yaitu:

a.Skin Traksi

Skin traksi adalah menarik bagian tulang yang fraktur dengan menempelkan plester langsung pada kulit untuk mempertahankan bentuk, membantu menimbulkan spasme otot pada bagian yang cedera, dan biasanya digunakan untuk jangka pendek (48-72 jam).

b.Skeletal traksi

Adalah traksi yang digunakan untuk meluruskan tulang yang cedera pada sendi panjang untuk mempertahankan bentuk dengan memasukkan pins / kawat ke dalam tulang.

4. Immobilisasi

Setelah dilakukan reposisi dan posisi fragmen tulang sudah dipastikan pada posisi baik hendaknya di immobilisasi dan gerakkan anggota badan yang mengalami fraktur diminimalisir untuk mencegah fragmen tulang berubah posisi.

8. PENANGANAN FISIOTERAPI PADA FRAKTUR

A.Latihan fisiologis otot

Mengikuti imobilisasi, otot disekitar bagian yang fraktur akan kehilangan volume, panjang dan kekuatannya. Adalah penting jika program latihan yang aman ditentukan dan dievaluasi dibawah pengawasan fisioterapi untuk mengembalikan panjang dan fisiologis otot. Dan mencegah komplikasi sekunder yang biasanya mengikuti.

Latihan untuk menjaga fisiologis otot dilakukan sedini mungkin.

B.Mobilisasi sendi

Kekakuan sendi sering terjadi dan menjadi masalah utama ketika anggota gerak badan tidak digerakkan dalam beberapa minggu. Focus fisioterapi adalah melatih dengan teknik dimana dapat menambah dan mengembalikan lingkup gerak sendi yang terpengaruh ketika fraktur sudah sembuh.

Jangan menggunakan teknik Force Passive, karena bisa menyebabkan Reflex Sympathetic Diystrophy dan Heterotopic Ossification. Gunakan waktu dan gravitasi atau berat badan pasien sendiri.

Bila di gips, mobilisasi sendi mulai diberikan secara hati hati pada minggu kedua. Sedangkan bila dengan internal fixasi, bisa diberikan sedini mungkin.

C.Massage

Pelepasan keketatan otot dan trigger points yang terjadi pada otot yang mengikuti pembidaian dan penge-gips-an akan mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang otot.

D.Pemanasan dan Terapi listrik

Sangat umum terjadi kekakuan jaringan lunak bila imobilisasi lama. Pemanasan dan terapi listrik menunjukkan manfaat tambahan bagi terapi manual dan terapi latihan dalam mengurangi nyeri dan mengembalikan panjang otot.

E.Edukasi jalan

Jika fraktur memerlukan penggunaan alat bantu jalan, fisioterapi dapat menunjukkan alat yang paling sesuai dan cara jalannya untuk mendukung kesembuhan optimal dan aman.

Demi amannya, Latihan jalan dilakukan secara bertahap, yaitu :

1.Non Weight Bearing

Adalah berjalan dengan tungkai tidak diberi beban ( menggantung ). Dilakukan selama 3 minggu setelah di operasi.

2.Partial Weight Bearing

Adalah berjalan dengan tungkai diberi beban hanya dari beban tungkai itu sendiri. Dilakukan bila callus telah mulai terbentuk ( 3 6 minggu ) setelah operasi.

3.Full Weight Bearing

Adalah berjalan dengan beban penuh dari tubuh. Dilakukan setelah 3 bulan pasca operasi dimana tulang telah terjadi konsolidasi secara kuat.

Contoh Latihan untuk fraktur lengan atasfrakturengwaktuGipsPlatina

1 Minggu-gerak aktif jari-jari dan pergelangan tangan secara penuh untuk mencegah bengkak

-tidak boleh latihan LGS dan penguatan sendi siku dan bahu.Gerak pasif sendi siku dan bahu dalam batas nyeri masih bisa ditolerir

TRAUMA SIKU1. Fraktur kondilus lateralis humeriPada anak masih kartilagineus sehingga sering tidak terdiagnosa pada X-Ray, dan menyerang pusat pertumbuhan (epiphyseal plate)

Menimbulkan malunion atau non unionTempat origo otot ekstensor sehingga fragmen akan bergeser

Terjadi kerusakan epiphyseal dan fraktur intraartikuler

2. Fraktur epikondilus medialis humeri

Merupakan tempat origo otot fleksor

Komplikasi terjadinya ulnar palsy

Klasifikasi radiologis:

Fraktur pada satu kondilus

Fraktur inter-kondiler

Fraktur kominutif sering bersama fraktur suprakondiler

Terapi : non displaced, gips sirkuler 6 minggu

3. Fraktur olekranon

Tempat insersi otot triseps brachii, sehingga bila terjadi fraktur akan terjadi pergeseran ke proksimal.

a. Tanpa pergeseran : gips sirkuler

b. Dengan pergeseran : screw

c. Kominutif : eksisi fragmen dan melekatkan kembali trisep pada olekaranon 4. Dislokasi sendi sikuSendi siku terdiri dari:

Humero-ulnaris

Humero-radialis

Radio-ulnaris

Pada trauma ini penting periksa neurovaskuler bagian distal. Terapi : reposisi segera. Cara reposisi : siku difleksikan, olekranon didorong ke distal, selanjutnya gips sirkuler 3minggu. Komplikasi : trauma vaskuler, kekakuan sendi, miositis ossifikans

MEMARMemaratau lebam adalah suatu jenis cedera pada jaringan biologis karena kerusakan kapiler darah yang menyebabkan darah merembes pada jaringan sekitarnya yang biasanya ditimbulkan oleh tumbukan benda tumpul.

Menurut beberapa ahli pengertian memar yaitu:Memar adalah cedera yang disebabkan oleh benturan atau pukulan pada kulit. Jaringan di bawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah, sehingga darah dan cairan seluler merembes ke jaringan sekitarnya (Morgan, 1993: 63). Memar ini menimbulkan daerah kebiru-biruan atau kehitaman pada kulit. Bila terjadi pendarahan yang cukup, timbulnya pendarahan didaerah yang terbatas disebut hematoma (Hartono Satmoko, 1993:191).

Memar dapat menimbulkan rasa sakit tapi umumnya tidak berbahaya. Memar kadang dapat menimbulkan akibat serius, menyebabkan suatu bentuk yang lebih mengancam jiwa yang dikenal dengan nama hematoma dan dapat pula dikaitkan dengan cedera lain yang lebih serius misalnyapatah tulangatau pendarahan dalam. Memar kecil mudah dikenali karena karakteristik warna biru atau ungunya beberapa hari setelah terjadinya cedera.

Nyeri pada memar biasanya ringan sampai sedang dan pembengkakan yang menyertai sedang sampai berat. Adapun memar yang mungkin terjadi pada daerah kepala, bahu, siku, tangan, dada, perut dan kaki. Benturan yang keras pada kepala dapat mengakibatkan memar dan memungkinkan luka sayatPenatalaksanaan Cedera Olahraga:1. Terapi dingin:

Terapi terbaik untuk cedera akut

Es adalah vasokonstriktor sehingga dapat mengurangi perdarahan internal dan bengkak

Dapat juga membantu cedera overuse atau nyeri kronis setiap selesai berlatih

2. Terapi panas:

Digunakan pada cedera kronis atau cedera tanpa bengkak

Meningkatkan elastisitas jaringan ikat sendi, memperbaiki sirkulasi darah

Jangan dilakukan setelah berlatih

Contoh: nyeri, kaku, nyeri sendi.

Dikenal dengan RICE R = Rest, mengistirahatkan langsung bagian cedera (48 -72 jam), untuk memberi kesempatan jaringan pulih

I = Ice, mengompres bagian cedera dengan es untuk menghentikan perdarahan, mengurangi bengkak dan nyeri

C = Compression, membebat bagian cedera dengan elastic bandage untuk mengurangi bengkak.

E = Elevate, meninggikan bagian cedera melebihi level jantung untuk mengurangi bengkak