Makala h

103
Makalah “Masalah Pendidikan Di Indonesia” BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999). Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

Makalah “Masalah Pendidikan Di Indonesia”

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara

lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human

Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan

penghasilan per kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia

makin menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996),

ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di

Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah

Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia

memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang

disurvei di dunia. Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya

berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Memasuki abad ke- 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan

tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak

disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Perasan

ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.

Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan

terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa

Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia

terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan.

Baik pendidikan formal maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita

membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu,

kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah

bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain.

Page 2: Makala h

Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu

pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan,

baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu

pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian

dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003)

bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat

pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di

Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam

kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh

sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah

efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah

pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia

pendidikan yaitu:

(1). Rendahnya sarana fisik,

(2). Rendahnya kualitas guru,

(3). Rendahnya kesejahteraan guru,

(4). Rendahnya prestasi siswa,

(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

(7). Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan bahasan dalam

makalah yang berjudul “ Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia” ini.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana ciri-ciri pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana kualitas pendidikan di Indonesia?

3. Apa saja yang menjadi penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia?

Page 3: Makala h

4. Bagaimana solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan di

Indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Mendeskripsikan ciri-ciri pendidikan di Indonesia.

2. Mendeskripsikan kualitas pendidikan di Indonesia saat ini.

3. Mendeskripsikan hal-hal yang menjadi penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

4. Mendeskripsikan solusi yang dapat diberikan dari permasalahan-permasalahan pendidikan

di Indonesia.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pemerintah

Bisa dijadikan sebagai sumbangsih dalam meningkatkan kualitas pendidikan di

Indonesia.

2. Bagi Guru

Bisa dijadikan sebagai acuan dalam mengajar agar para peserta didiknya dapat

berprestasi lebih baik dimasa yang akan datang.

3. Bagi Mahasiswa

Bisa dijadikan sebagai bahan kajian belajar dalam rangka meningkatkan prestasi

diri pada khususnya dan meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Ciri-ciri Pendidikan di Indonesia

Cara melaksanakan pendidikan di Indonesia sudah tentu tidak terlepas dari tujuan

pendidikan di Indonesia, sebab pendidikan Indonesia yang dimaksud di sini ialah pendidikan

yang dilakukan di bumi Indonesia untuk kepentingan bangsa Indonesia.

Aspek ketuhanan sudah dikembangkan dengan banyak cara seperti melalui pendidikan-

pendidikan agama di sekolah maupun di perguruan tinggi, melalui ceramah-ceramah agama

Page 4: Makala h

di masyarakat, melalui kehidupan beragama di asrama-asrama, lewat mimbar-mimbar agama

dan ketuhanan di televisi, melalui radio, surat kabar dan sebagainya. Bahan-bahan yang

diserap melalui media itu akan berintegrasi dalam rohani para siswa/mahasiswa.

Pengembangan pikiran sebagian besar dilakukan di sekolah-sekolah atau perguruan-

perguruan tinggi melalui bidang studi-bidang studi yang mereka pelajari. Pikiran para

siswa/mahasiswa diasah melalui pemecahan soal-soal, pemecahan berbagai masalah,

menganalisis sesuatu serta menyimpulkannya.

B. Kualitas Pendidikan di Indonesia

Seperti yang telah kita ketahui, kualitas pendidikan di Indonesia semakin memburuk.

Hal ini terbukti dari kualitas guru, sarana belajar, dan murid-muridnya. Guru-guru tentuya

punya harapan terpendam yang tidak dapat mereka sampaikan kepada siswanya. Memang,

guru-guru saat ini kurang kompeten. Banyak orang yang menjadi guru karena tidak diterima

di jurusan lain atau kekurangan dana. Kecuali guru-guru lama yang sudah lama

mendedikasikan dirinya menjadi guru. Selain berpengalaman mengajar murid, mereka

memiliki pengalaman yang dalam mengenai pelajaran yang mereka ajarkan. Belum lagi

masalah gaji guru. Jika fenomena ini dibiarkan berlanjut, tidak lama lagi pendidikan di

Indonesia akan hancur mengingat banyak guru-guru berpengalaman yang pensiun.

Sarana pembelajaran juga turut menjadi faktor semakin terpuruknya pendidikan di

Indonesia, terutama bagi penduduk di daerah terbelakang. Namun, bagi penduduk di daerah

terbelakang tersebut, yang terpenting adalah ilmu terapan yang benar-benar dipakai buat

hidup dan kerja. Ada banyak masalah yang menyebabkan mereka tidak belajar secara normal

seperti kebanyakan siswa pada umumnya, antara lain guru dan sekolah.

“Pendidikan ini menjadi tanggung jawab pemerintah sepenuhnya,” kata Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono usai rapat kabinet terbatas di Gedung Depdiknas, Jl Jenderal

Sudirman, Jakarta, Senin (12/3/2007).

Presiden memaparkan beberapa langkah yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam

rangka meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, antara lain yaitu:

Langkah pertama yang akan dilakukan pemerintah, yakni meningkatkan akses terhadap

masyarakat untuk bisa menikmati pendidikan di Indonesia. Tolak ukurnya dari angka

partisipasi.

Langkah kedua, menghilangkan ketidakmerataan dalam akses pendidikan, seperti

ketidakmerataan di desa dan kota, serta jender.

Page 5: Makala h

Langkah ketiga, meningkatkan mutu pendidikan dengan meningkatkan kualifikasi guru dan

dosen, serta meningkatkan nilai rata-rata kelulusan dalam ujian nasional.

Langkah keempat, pemerintah akan menambah jumlah jenis pendidikan di bidang

kompetensi atau profesi sekolah kejuruan. Untuk menyiapkan tenaga siap pakai yang

dibutuhkan.

Langkah kelima, pemerintah berencana membangun infrastruktur seperti menambah

jumlah komputer dan perpustakaan di sekolah-sekolah.

Langkah keenam, pemerintah juga meningkatkan anggaran pendidikan. Untuk tahun ini

dianggarkan Rp 44 triliun.

Langkah ketujuh, adalah penggunaan teknologi informasi dalam aplikasi pendidikan.

Langkah terakhir, pembiayaan bagi masyarakat miskin untuk bisa menikmati fasilitas

penddikan.

C. Penyebab Rendahnya Kualitas Pendidikan di Indonesia

Di bawah ini akan diuraikan beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di

Indonesia secara umum, yaitu:

1. Efektifitas Pendidikan Di Indonesia

Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik

untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai

dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan

trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran

tersebut dapat berguna.

Efektifitas pendidikan di Indonesia sangat rendah. Setelah praktisi pendidikan

melakukan penelitian dan survey ke lapangan, salah satu penyebabnya adalah tidak

adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelm kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Hal ini

menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak tahu “goal” apa yang akan dihasilkan

sehingga tidak mempunyai gambaran yang jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini

merupakan masalah terpenting jika kita menginginkan efektifitas pengajaran. Bagaimana

mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak perduli

Page 6: Makala h

bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah telah

melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat oleh

masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas pengajaran di

Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan dibidangnya masing-masing

dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai bakat dan minatnya bukan hanya

untuk dianggap hebat oleh orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai

kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan menghasilkan

efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta didik yang mengikuti

program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-hal sepeti itulah yang banyak

terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi tidak kalah pentingnya dalam

menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di Indonesia.

2. Efisiensi Pengajaran Di Indonesia

Efisien adalah bagaimana menghasilkan efektifitas dari suatu tujuan dengan proses

yang lebih ‘murah’. Dalam proses pendidikan akan jauh lebih baik jika kita

memperhitungkan untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik

pula. Hal-hal itu jugalah yang kurang jika kita lihat pendidikan di Indonesia. Kita kurang

mempertimbangkan prosesnya, hanya bagaimana dapat meraih standar hasil yang telah

disepakati.

Beberapa masalah efisiensi pengajaran di dindonesia adalah mahalnya biaya

pendidikan, waktu yang digunakan dalam proses pendidikan, mutu pegajar dan banyak

hal lain yang menyebabkan kurang efisiennya proses pendidikan di Indonesia. Yang juga

berpengaruh dalam peningkatan sumber daya manusia Indonesia yang lebih baik.

Masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia sudah menjadi rahasia umum bagi

kita. Sebenarnya harga pendidikan di Indonesia relative lebih randah jika kita bandingkan

dengan Negara lain yang tidak mengambil sitem free cost education. Namun mengapa

kita menganggap pendidikan di Indonesia cukup mahal? Hal itu tidak kami kemukakan di

sini jika penghasilan rakyat Indonesia cukup tinggi dan sepadan untuk biaya pendidiakan.

Jika kita berbicara tentang biaya pendidikan, kita tidak hanya berbicara tenang

biaya sekolah, training, kursus atau lembaga pendidikan formal atau informal lain yang

dipilih, namun kita juga berbicara tentang properti pendukung seperti buku, dan berbicara

tentang biaya transportasi yang ditempuh untuk dapat sampai ke lembaga pengajaran

yang kita pilih. Di sekolah dasar negeri, memang benar jika sudah diberlakukan

Page 7: Makala h

pembebasan biaya pengajaran, nemun peserta didik tidak hanya itu saja, kebutuhan

lainnya adalah buku teks pengajaran, alat tulis, seragam dan lain sebagainya yang ketika

kami survey, hal itu diwajibkan oleh pendidik yang berssngkutan. Yang mengejutkanya

lagi, ada pendidik yang mewajibkan les kepada peserta didiknya, yang tentu dengan

bayaran untuk pendidik tersebut.

Selain masalah mahalnya biaya pendidikan di Indonesia, masalah lainnya adalah

waktu pengajaran. Dengan survey lapangan, dapat kita lihat bahwa pendidikan tatap

muka di Indonesia relative lebih lama jika dibandingkan negara lain. Dalam pendidikan

formal di sekolah menengah misalnya, ada sekolah yang jadwal pengajarnnya perhari

dimulai dari pukul 07.00 dan diakhiri sampai pukul 16.00.. Hal tersebut jelas tidak

efisien, karena ketika kami amati lagi, peserta didik yang mengikuti proses pendidikan

formal yang menghabiskan banyak waktu tersebut, banyak peserta didik yang mengikuti

lembaga pendidikan informal lain seperti les akademis, bahasa, dan sebagainya. Jelas

juga terlihat, bahwa proses pendidikan yang lama tersebut tidak efektif juga, karena

peserta didik akhirnya mengikuti pendidikan informal untuk melengkapi pendidikan

formal yang dinilai kurang.

Selain itu, masalah lain efisiensi pengajaran yang akan kami bahas adalah mutu

pengajar. Kurangnya mutu pengajar jugalah yang menyebabkan peserta didik kurang

mencapai hasil yang diharapkan dan akhirnya mengambil pendidikan tambahan yang

juga membutuhkan uang lebih.

Yang kami lihat, kurangnya mutu pengajar disebabkan oleh pengajar yang mengajar

tidak pada kompetensinya. Misalnya saja, pengajar A mempunyai dasar pendidikan di

bidang bahasa, namun di mengajarkan keterampilan, yang sebenarnya bukan

kompetensinya. Hal-tersebut benar-benar terjadi jika kita melihat kondisi pendidikan di

lapangan yang sebanarnya. Hal lain adalah pendidik tidak dapat mengomunikasikan

bahan pengajaran dengan baik, sehingga mudah dimengerti dan menbuat tertarik peserta

didik.

Sistem pendidikan yang baik juga berperan penting dalam meningkatkan efisiensi

pendidikan di Indonesia. Sangat disayangkan juga sistem pendidikan kita berubah-ubah

sehingga membingungkan pendidik dan peserta didik.

Dalam beberapa tahun belakangan ini, kita menggunakan sistem pendidikan

kurikulum 1994, kurikulum 2004, kurikulum berbasis kompetensi yang pengubah proses

pengajaran menjadi proses pendidikan aktif, hingga kurikulum baru lainnya. Ketika

mengganti kurikulum, kita juga mengganti cara pendidikan pengajar, dan pengajar harus

Page 8: Makala h

diberi pelatihan terlebih dahulu yang juga menambah cost biaya pendidikan. Sehingga

amat disayangkan jika terlalu sering mengganti kurikulum yang dianggap kuaran efektif

lalu langsung menggantinya dengan kurikulum yang dinilai lebih efektif.

Konsep efisiensi akan tercipta jika keluaran yang diinginkan dapat dihasilkan secara

optimal dengan hanya masukan yang relative tetap, atau jika masukan yang sekecil

mungkin dapat menghasilkan keluaran yang optimal. Konsep efisiensi sendiri terdiri dari

efisiensi teknologis dan efisiensi ekonomis. Efisiensi teknologis diterapkan dalam

pencapaian kuantitas keluaran secara fisik sesuai dengan ukuran hasil yang sudah

ditetapkan. Sementara efisiensi ekonomis tercipta jika ukuran nilai kepuasan atau harga

sudah diterapkan terhadap keluaran.

Konsep efisiensi selalu dikaitkan dengan efektivitas. Efektivitas merupakan bagian

dari konsep efisiensi karena tingkat efektivitas berkaitan erat dengan pencapaian tujuan

relative terhadap harganya. Apabila dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka suatu

program pendidikan yang efisien cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan

pendayagunaansumber-sumber pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program

pendidikan yang efisien adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara

penyediaan dan kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian

tujuan tidak mengalami hambatan.

3. Standardisasi Pendidikan Di Indonesia

Jika kita ingin meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, kita juga berbicara

tentang standardisasi pengajaran yang kita ambil. Tentunya setelah melewati proses

untuk menentukan standar yang akan diambil.

Dunia pendidikan terus berudah. Kompetensi yang dibutuhka oleh masyarakat

terus-menertus berunah apalagi di dalam dunia terbuka yaitu di dalam dunia modern

dalam ere globalisasi. Kompetendi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seseorang dalam

lembaga pendidikan haruslah memenuhi standar.

Seperti yang kita lihat sekarang ini, standar dan kompetensi dalam pendidikan

formal maupun informal terlihat hanya keranjingan terhadap standar dan kompetensi.

Kualitas pendidikan diukur oleh standard an kompetensi di dalam berbagai versi,

demikian pula sehingga dibentuk badan-badan baru untuk melaksanakan standardisasi

dan kompetensi tersebut seperti Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP).

Page 9: Makala h

Tinjauan terhadap standardisasi dan kompetensi untuk meningkatkan mutu

pendidikan akhirnya membawa kami dalam pengunkapan adanya bahaya yang

tersembunyi yaitu kemungkinan adanya pendidikan yang terkekung oleh standar

kompetensi saja sehngga kehilangan makna dan tujuan pendidikan tersebut.

Peserta didik Indonesia terkadang hanya memikirkan bagaiman agar mencapai

standar pendidikan saja, bukan bagaimana agar pendidikan yang diambil efektif dan

dapat digunakan. Tidak perduli bagaimana cara agar memperoleh hasil atau lebih

spesifiknya nilai yang diperoleh, yang terpentinga adalah memenuhi nilai di atas standar

saja.

Hal seperti di atas sangat disayangkan karena berarti pendidikan seperti kehilangan

makna saja karena terlalu menuntun standar kompetensi. Hal itu jelas salah satu

penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

Selain itu, akan lebih baik jika kita mempertanyakan kembali apakah standar

pendidikan di Indonesia sudah sesuai atau belum. Dalam kasus UAN yang hampir selalu

menjadi kontrofesi misalnya. Kami menilai adanya sistem evaluasi seperti UAN sudah

cukup baik, namun yang kami sayangkan adalah evaluasi pendidikan seperti itu yang

menentukan lulus tidaknya peserta didik mengikuti pendidikan, hanya dilaksanakan

sekali saja tanpa melihat proses yang dilalu peserta didik yang telah menenpuh proses

pendidikan selama beberapa tahun. Selain hanya berlanhsug sekali, evaluasi seperti itu

hanya mengevaluasi 3 bidang studi saja tanpa mengevaluasi bidang studi lain yang telah

didikuti oleh peserta didik.

Banyak hal lain juga yang sebenarnya dapat kami bahas dalam pembahasan

sandardisasi pengajaran di Indonesia. Juga permasalahan yang ada di dalamnya, yang

tentu lebih banyak, dan membutuhkan penelitian yang lebih dalam lagi

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia juga tentu tidah hanya sebatas

yang kami bahas di atas. Banyak hal yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan kita.

Tentunya hal seperti itu dapat kita temukan jika kita menggali lebih dalam akar

permasalahannya. Dan semoga jika kita mengetehui akar permasalahannya, kita dapat

memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia sehingga jadi kebih baik lagi.

Selain beberapa penyebab rendahnya kualitas pendidikan di atas, berikut ini akan

dipaparkan pula secara khusus beberapa masalah yang menyebabkan rendahnya kualitas

pendidikan di Indonesia.

Page 10: Makala h

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang

gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan

tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi

tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki

gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan

sebagainya.

Data Balitbang Depdiknas (2003) menyebutkan untuk satuan SD terdapat 146.052

lembaga yang menampung 25.918.898 siswa serta memiliki 865.258 ruang kelas. Dari

seluruh ruang kelas tersebut sebanyak 364.440 atau 42,12% berkondisi baik, 299.581

atau 34,62% mengalami kerusakan ringan dan sebanyak 201.237 atau 23,26% mengalami

kerusakan berat. Kalau kondisi MI diperhitungkan angka kerusakannya lebih tinggi

karena kondisi MI lebih buruk daripada SD pada umumnya. Keadaan ini juga terjadi di

SMP, MTs, SMA, MA, dan SMK meskipun dengan persentase yang tidak sama.

2. Rendahnya Kualitas Guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum

memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasnya sebagaimana

disebut dalam pasal 39 UU No 20/2003 yaitu merencanakan pembelajaran, melaksanakan

pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan, melakukan

pelatihan, melakukan penelitian dan melakukan pengabdian masyarakat.

Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar.

Persentase guru menurut kelayakan mengajar dalam tahun 2002-2003 di berbagai satuan

pendidikan sbb: untuk SD yang layak mengajar hanya 21,07% (negeri) dan 28,94%

(swasta), untuk SMP 54,12% (negeri) dan 60,99% (swasta), untuk SMA 65,29% (negeri)

dan 64,73% (swasta), serta untuk SMK yang layak mengajar 55,49% (negeri) dan

58,26% (swasta).

Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu

sendiri. Data Balitbang Depdiknas (1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI

hanya 13,8% yang berpendidikan diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari

sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru 38,8% yang berpendidikan diploma D3-

Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang

memiliki pendidikan S1 ke atas. Di tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru

18,86% yang berpendidikan S2 ke atas (3,48% berpendidikan S3).

Page 11: Makala h

Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan

pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan dan kualifikasi, sebagai

cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangat besar pada kualitas pendidikan

yang menjadi tanggung jawabnya. Kualitas guru dan pengajar yang rendah juga

dipengaruhi oleh masih rendahnya tingkat kesejahteraan guru.

3. Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya

kualitas pendidikan Indonesia. Berdasarkan survei FGII (Federasi Guru Independen

Indonesia) pada pertengahan tahun 2005, idealnya seorang guru menerima gaji bulanan

serbesar Rp 3 juta rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp

1,5 juta. guru bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu

per jam. Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan

pekerjaan sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore

hari, menjadi tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa

ponsel, dan sebagainya (Republika, 13 Juli, 2005).

Dengan adanya UU Guru dan Dosen, barangkali kesejahteraan guru dan dosen

(PNS) agak lumayan. Pasal 10 UU itu sudah memberikan jaminan kelayakan hidup. Di

dalam pasal itu disebutkan guru dan dosen akan mendapat penghasilan yang pantas dan

memadai, antara lain meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan

profesi, dan/atau tunjangan khusus serta penghasilan lain yang berkaitan dengan

tugasnya. Mereka yang diangkat pemkot/pemkab bagi daerah khusus juga berhak atas

rumah dinas.

Tapi, kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri menjadi masalah lain yang

muncul. Di lingkungan pendidikan swasta, masalah kesejahteraan masih sulit mencapai

taraf ideal. Diberitakan Pikiran Rakyat 9 Januari 2006, sebanyak 70 persen dari 403 PTS

di Jawa Barat dan Banten tidak sanggup untuk menyesuaikan kesejahteraan dosen sesuai

dengan amanat UU Guru dan Dosen (Pikiran Rakyat 9 Januari 2006).

4. Rendahnya Prestasi Siswa

Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan

kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai

misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional

sangat rendah. Menurut Trends in Mathematic and Science Study (TIMSS) 2003 (2004),

siswa Indonesia hanya berada di ranking ke-35 dari 44 negara dalam hal prestasi

Page 12: Makala h

matematika dan di ranking ke-37 dari 44 negara dalam hal prestasi sains. Dalam hal ini

prestasi siswa kita jauh di bawah siswa Malaysia dan Singapura sebagai negara tetangga

yang terdekat.

Dalam hal prestasi, 15 September 2004 lalu United Nations for Development

Programme (UNDP) juga telah mengumumkan hasil studi tentang kualitas manusia

secara serentak di seluruh dunia melalui laporannya yang berjudul Human Development

Report 2004. Di dalam laporan tahunan ini Indonesia hanya menduduki posisi ke-111

dari 177 negara. Apabila dibanding dengan negara-negara tetangga saja, posisi Indonesia

berada jauh di bawahnya.

Dalam skala internasional, menurut Laporan Bank Dunia (Greaney,1992), studi

IEA (Internasional Association for the Evaluation of Educational Achievement) di Asia

Timur menunjukan bahwa keterampilan membaca siswa kelas IV SD berada pada

peringkat terendah. Rata-rata skor tes membaca untuk siswa SD: 75,5 (Hongkong), 74,0

(Singapura), 65,1 (Thailand), 52,6 (Filipina), dan 51,7 (Indonesia).

Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi bacaan

dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang memerlukan

penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan mengerjakan

soal pilihan ganda.

Selain itu, hasil studi The Third International Mathematic and Science Study-

Repeat-TIMSS-R, 1999 (IEA, 1999) memperlihatkan bahwa, diantara 38 negara peserta,

prestasi siswa SLTP kelas 2 Indonesia berada pada urutan ke-32 untuk IPA, ke-34 untuk

Matematika. Dalam dunia pendidikan tinggi menurut majalah Asia Week dari 77

universitas yang disurvai di asia pasifik ternyata 4 universitas terbaik di Indonesia hanya

mampu menempati peringkat ke-61, ke-68, ke-73 dan ke-75.

5. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Kesempatan memperoleh pendidikan masih terbatas pada tingkat Sekolah Dasar.

Data Balitbang Departemen Pendidikan Nasional dan Direktorat Jenderal Binbaga

Departemen Agama tahun 2000 menunjukan Angka Partisipasi Murni (APM) untuk anak

usia SD pada tahun 1999 mencapai 94,4% (28,3 juta siswa). Pencapaian APM ini

termasuk kategori tinggi. Angka Partisipasi Murni Pendidikan di SLTP masih rendah

yaitu 54, 8% (9,4 juta siswa). Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat

terbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat

pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan

Page 13: Makala h

kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah

ketidakmerataan tersebut.

6. Rendahnya Relevansi Pendidikan Dengan Kebutuhan

Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan yang menganggur. Data

BAPPENAS (1996) yang dikumpulkan sejak tahun 1990 menunjukan angka

pengangguran terbuka yang dihadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47%, Diploma/S0

sebesar 27,5% dan PT sebesar 36,6%, sedangkan pada periode yang sama pertumbuhan

kesempatan kerja cukup tinggi untuk masing-masing tingkat pendidikan yaitu 13,4%,

14,21%, dan 15,07%. Menurut data Balitbang Depdiknas 1999, setiap tahunnya sekitar 3

juta anak putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup sehingga menimbulkan

masalah ketenagakerjaan tersendiri. Adanya ketidakserasian antara hasil pendidikan dan

kebutuhan dunia kerja ini disebabkan kurikulum yang materinya kurang funsional

terhadap keterampilan yang dibutuhkan ketika peserta didik memasuki dunia kerja.

7. Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi

mahalnya biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku

pendidikan. Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga

Perguruan Tinggi (PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali

tidak bersekolah. Orang miskin tidak boleh sekolah.

Untuk masuk TK dan SDN saja saat ini dibutuhkan biaya Rp 500.000, — sampai

Rp 1.000.000. Bahkan ada yang memungut di atas Rp 1 juta. Masuk SLTP/SLTA bisa

mencapai Rp 1 juta sampai Rp 5 juta.

Makin mahalnya biaya pendidikan sekarang ini tidak lepas dari kebijakan

pemerintah yang menerapkan MBS (Manajemen Berbasis Sekolah). MBS di Indonesia

pada realitanya lebih dimaknai sebagai upaya untuk melakukan mobilisasi dana. Karena

itu, Komite Sekolah/Dewan Pendidikan yang merupakan organ MBS selalu disyaratkan

adanya unsur pengusaha.

Asumsinya, pengusaha memiliki akses atas modal yang lebih luas. Hasilnya, setelah

Komite Sekolah terbentuk, segala pungutan uang selalu berkedok, “sesuai keputusan

Komite Sekolah”. Namun, pada tingkat implementasinya, ia tidak transparan, karena

yang dipilih menjadi pengurus dan anggota Komite Sekolah adalah orang-orang dekat

Page 14: Makala h

dengan Kepala Sekolah. Akibatnya, Komite Sekolah hanya menjadi legitimator kebijakan

Kepala Sekolah, dan MBS pun hanya menjadi legitimasi dari pelepasan tanggung jawab

negara terhadap permasalahan pendidikan rakyatnya.

Kondisi ini akan lebih buruk dengan adanya RUU tentang Badan Hukum

Pendidikan (RUU BHP). Berubahnya status pendidikan dari milik publik ke bentuk

Badan Hukum jelas memiliki konsekuensi ekonomis dan politis amat besar. Dengan

perubahan status itu Pemerintah secara mudah dapat melemparkan tanggung jawabnya

atas pendidikan warganya kepada pemilik badan hukum yang sosoknya tidak jelas.

Perguruan Tinggi Negeri pun berubah menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN).

Munculnya BHMN dan MBS adalah beberapa contoh kebijakan pendidikan yang

kontroversial. BHMN sendiri berdampak pada melambungnya biaya pendidikan di

beberapa Perguruan Tinggi favorit.

Privatisasi atau semakin melemahnya peran negara dalam sektor pelayanan publik

tak lepas dari tekanan utang dan kebijakan untuk memastikan pembayaran utang. Utang

luar negeri Indonesia sebesar 35-40 persen dari APBN setiap tahunnya merupakan faktor

pendorong privatisasi pendidikan. Akibatnya, sektor yang menyerap pendanaan besar

seperti pendidikan menjadi korban. Dana pendidikan terpotong hingga tinggal 8 persen

(Kompas, 10/5/2005).

Dari APBN 2005 hanya 5,82% yang dialokasikan untuk pendidikan. Bandingkan

dengan dana untuk membayar hutang yang menguras 25% belanja dalam APBN

(www.kau.or.id). Rencana Pemerintah memprivatisasi pendidikan dilegitimasi melalui

sejumlah peraturan, seperti Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, RUU Badan

Hukum Pendidikan, Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Pendidikan Dasar

dan Menengah, dan RPP tentang Wajib Belajar. Penguatan pada privatisasi pendidikan

itu, misalnya, terlihat dalam Pasal 53 (1) UU No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional (Sisdiknas). Dalam pasal itu disebutkan, penyelenggara dan/atau satuan

pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan

hukum pendidikan.

Seperti halnya perusahaan, sekolah dibebaskan mencari modal untuk diinvestasikan

dalam operasional pendidikan. Koordinator LSM Education Network for Justice (ENJ),

Yanti Mukhtar (Republika, 10/5/2005) menilai bahwa dengan privatisasi pendidikan

berarti Pemerintah telah melegitimasi komersialisasi pendidikan dengan menyerahkan

tanggung jawab penyelenggaraan pendidikan ke pasar. Dengan begitu, nantinya sekolah

memiliki otonomi untuk menentukan sendiri biaya penyelenggaraan pendidikan. Sekolah

Page 15: Makala h

tentu saja akan mematok biaya setinggi-tingginya untuk meningkatkan dan

mempertahankan mutu. Akibatnya, akses rakyat yang kurang mampu untuk menikmati

pendidikan berkualitas akan terbatasi dan masyarakat semakin terkotak-kotak

berdasarkan status sosial, antara yang kaya dan miskin.

Hal senada dituturkan pengamat ekonomi Revrisond Bawsir. Menurut dia,

privatisasi pendidikan merupakan agenda Kapitalisme global yang telah dirancang sejak

lama oleh negara-negara donor lewat Bank Dunia. Melalui Rancangan Undang-Undang

Badan Hukum Pendidikan (RUU BHP), Pemerintah berencana memprivatisasi

pendidikan. Semua satuan pendidikan kelak akan menjadi badan hukum pendidikan

(BHP) yang wajib mencari sumber dananya sendiri. Hal ini berlaku untuk seluruh

sekolah negeri, dari SD hingga perguruan tinggi.

Bagi masyarakat tertentu, beberapa PTN yang sekarang berubah status menjadi

Badan Hukum Milik Negara (BHMN) itu menjadi momok. Jika alasannya bahwa

pendidikan bermutu itu harus mahal, maka argumen ini hanya berlaku di Indonesia. Di

Jerman, Prancis, Belanda, dan di beberapa negara berkembang lainnya, banyak perguruan

tinggi yang bermutu namun biaya pendidikannya rendah. Bahkan beberapa negara ada

yang menggratiskan biaya pendidikan.

Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah, atau tepatnya, tidak harus

murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya membayarnya?

Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap warganya

memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk mendapatkan

pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin berkilah dari

tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi Pemerintah

untuk ‘cuci tangan’.

D. Solusi dari Permasalahan-permasalahan Pendidikan di Indonesia

Untuk mengatasi masalah-masalah di atas, secara garis besar ada dua solusi yang dapat

diberikan yaitu:

Pertama, solusi sistemik, yakni solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial yang

berkaitan dengan sistem pendidikan. Seperti diketahui sistem pendidikan sangat berkaitan

dengan sistem ekonomi yang diterapkan. Sistem pendidikan di Indonesia sekarang ini,

diterapkan dalam konteks sistem ekonomi kapitalisme (mazhab neoliberalisme), yang

berprinsip antara lain meminimalkan peran dan tanggung jawab negara dalam urusan publik,

termasuk pendanaan pendidikan.

Page 16: Makala h

Maka, solusi untuk masalah-masalah yang ada, khususnya yang menyangkut perihal

pembiayaan –seperti rendahnya sarana fisik, kesejahteraan guru, dan mahalnya biaya

pendidikan– berarti menuntut juga perubahan sistem ekonomi yang ada. Akan sangat kurang

efektif kita menerapkan sistem pendidikan Islam dalam atmosfer sistem ekonomi kapitalis

yang kejam. Maka sistem kapitalisme saat ini wajib dihentikan dan diganti dengan sistem

ekonomi Islam yang menggariskan bahwa pemerintah-lah yang akan menanggung segala

pembiayaan pendidikan negara.

Kedua, solusi teknis, yakni solusi yang menyangkut hal-hal teknis yang berkait langsung

dengan pendidikan. Solusi ini misalnya untuk menyelesaikan masalah kualitas guru dan

prestasi siswa.

Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis

untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di

samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan

untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan

meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan

sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di bandingkan

dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang menjadi penyebab utamanya

yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi pendidikan yang masih kurang dioptimalkan.

Masalah-masalah lainya yang menjadi penyebabnya yaitu:

(1). Rendahnya sarana fisik,

(2). Rendahnya kualitas guru,

(3). Rendahnya kesejahteraan guru,

(4). Rendahnya prestasi siswa,

(5). Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

Page 17: Makala h

(6). Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

(7). Mahalnya biaya pendidikan.

Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain dengan

mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem pendidikan, dan meningkatkan

kualitas guru serta prestasi siswa.

B. Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem

pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang.

Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan

dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih

dahulu.

Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir

akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat

dalam segala bidang di dunia internasional.

DAFTAR PUSTAKA

http://forum.detik.com.

http://tyaeducationjournals.blogspot.com/2008/04/efektivitas-dan-efisiensi-anggaran.

http://www.detiknews.com.

http://www.sib-bangkok.org.

Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.

sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.

Makalah “Pembelajaran Terpadu”

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Page 18: Makala h

Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD  kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA  2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah,  muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit  taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada  pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.

B.     Rumusan Masalah

Page 19: Makala h

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?3. Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu?4. Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu?5. Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar?

C.    Tujuan Penulisan

Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.2. Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.3. Untuk menidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran terpadu.4. Untuk menidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu.5. Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk diterapkan di tingkat

sekolah dasar.

D.    Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:

1. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa calon guru SD.2. Dapat menunjang bahan mata kuliah Pembelajaran Terpadu.3. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khusunya untuk guru SD tentang model

pembelajaran terpadu.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pembelajaran Terpadu

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

1)      menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

2)      menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas, yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Page 20: Makala h

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

B.     Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.

1. Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

2. Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas  yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.

3. Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.

4. Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting  bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh

Page 21: Makala h

dan bermakna.Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a) pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b) Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.

Pembelajaran ini dikenal dengan istilah “integrated day “ atau hari terpadu. Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru.

Implikasi dari pembelajaran terpadu, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran terpadu yang terbentuk dari tema sentral.

Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih tema sentral transportasi dalam kehidupan.

C.    Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:

1. Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.

2. Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.

3. Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.

Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.

1. Berpusat pada anak2. Memberikan pengalaman langsung pada anak3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas4. Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.5. Bersikap luwes6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Page 22: Makala h

D.    Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.

1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan

dapat bertahan lebih lama.4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta

didik.5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan

yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.6. Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru

bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas (ttg:9) mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.

1. Aspek Guru

Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.

2. Aspek Peserta Didik

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.

3. Aspek Kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

4. Aspek Penilaian

Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

5. Aspek Suasana Pembelajaran

Page 23: Makala h

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

E.     Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah Dasar

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

1. asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,2. asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit)

mengarah pada konseptual (abstrak),3. asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik

pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,

4. asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).

Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.

1. Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.

2. Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.

 Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran).  Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan

Page 24: Makala h

dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad,  pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya.  Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor evaluasi. Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.

Page 25: Makala h

Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

B.     Saran

Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/model-pembelajaran-tematik-pembelajaran-terpadu-latar-belakang-mengapa-disarankan-untuk-digunakan-di-sd-dan-mi/

http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-terpadu/

http://www.p4tkipa.org/data/pembelajaranterpadu.pdf

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/prinsip-prinsip-pembelajaran-terpadu/

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tingg

Makalah ‘Objek Evaluasi Pendidikan’

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kalau kita perhatikan dunia pendidikan, kita akan mengetahui bahwa setiap jenis atau bentuk pendidikan pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan

Page 26: Makala h

evaluasi. Artinya pada waktu-waktu tertentu selama satu periode pendidikan, selalu mengadakan penilaian terhadap hasil yang telah dicapai, baik oleh pihak terdidik maupun oleh pendidik.

Demikian pula dalam satu kali proses pembelajaran, guru hendaknya menjadi seorang evaluator yang baik. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan yang telah dirumuskan itu tercapai atau belum, dan apakah materi pelajaran yang diajarkan sudah tepat. Semua pertanyaan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi atau penilaian.

Dengan menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah proses belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan atau sebaliknya. Jadi jelaslah bahwa guru hendaknya mampu dan terampil melaksanakan penilaian, karena dengan penilaian guru dapat mengetahui prestasi yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.

Dalam fungsinya sebagai penilai hasil belajar siswa, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi ini merupakan umpan balik (feed back) terhadap proses belajar mengajar. Umpan balik ini akan dijadikan titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar selanjutnya. Dengan demikian proses belajar mengajar akan terus dapat ditingkatkan untuk memperoleh hasil yang optimal.

Pada mata pelajaran tertentu evaluasi kadang dilaksanakan pada akhir pelajaran, dan ada juga pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Kapan waktu pelaksanaan evaluasi tersebut tidak menjadi masalah bagi guru yang penting dalam satu kali pertemuan ia telah melaksanakan penilaian terhadap siswa di kelas.

Tetapi ada juga guru yang enggan melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran, karena keterbatasan waktu, menurut mereka lebih baik menjelaskan semua materi pelajaran sampai tuntas untuk satu kali pertemuan, dan pada pertemuan berikutnya di awal pelajaran siswa diberi tugas atau soal-soal yang berhubungan dengan materi tersebut.

Ada juga guru yang berpendapat, bahwa penilaian di akhir pelajaran tidak mutlak dengan tes tertulis. Bisa juga dengan tes lisan atau tanya jawab. Kegiatan dirasakan lebih praktis bagi guru, karena guru tidak usah bersusah payah mengoreksi hasil evaluasi anak. Tetapi kegiatan ini mempunyai kelemahan yaitu anak yang suka gugup walaupun ia mengetahui jawaban dari soal tersebut, ia tidak bisa menjawab dengan tepat karena rasa gugupnya itu. Dan kelemahan lain tes lisan terlalu banyak memakan waktu dan guru harus punya banyak persediaan soal. Tetapi ada juga guru yang mewakilkan beberapa orang anak yang pandai, anak yang kurang dan beberapa orang anak yang sedang kemampuannya utnuk menjawab beberapa pertanyaan atau soal yang berhubungan dengan materi pelajaran itu.

Cara mana yang akan digunakan oleh guru untuk evaluasi tidak usah dipermasalahkan, yang jelas setiap guru yang paham dengan tujuan dan manfaat dari evaluasi atau penialaian tersebut.

Karena ada juga guru yang tidak mengiraukan tentang kegiatan ini, yang penting ia masuk kelas, mengajar, mau ia laksanakan evaluasi di akhir pelajaran atau tidak itu urusannya. Yang jelas pada akhir semester ia telah mencapai target kurikulum.

Akhir-akhir ini kalau kita teliti di lapangan, banyak guru yang mengalami kegagalan dalam melaksanakan evaluasi di akhir pelajaran. Hal ini tentu ada faktor penyebabnya dan apakah cara untuk mengatasinya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

Page 27: Makala h

1. Apakah yang dimaksud dengan evaluasi pendidikan?2. Apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?3. Apakah objek evaluasi itu?4. Apa sajakah yang menjadi unsur-unsur objek evaluasi pendidikan?

 

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan pengertian evaluasi pendidikan.2. Mengetahui apa tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan.3. Menjelaskan tentang objek evaluasi.4. Menguraikan unsur-unsur objek evaluasi pendidikan.

 

D. Manfaat Penulisan

Selain memiliki tujuan penulisan, makalah ini pun memiliki manfaat penulisannya, yaitu:

1. Dapat digunakan sebagai referensi Mahasiswa PGSD dalam Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan.

2. Dapat digunakan sebagai pedoman guru yang hendak melaksanakan kegiatan evaluasi di kelas.

3. Dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang pendidikan yang sedang berkembang saat ini.

 

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi Pendidikan

Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives,” Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.

Sedangkan, Rooijackers Ad mendefinisikan evaluasi sebagai “setiap usaha atau proses dalam menentukan nilai”. Secara khusus evaluasi atau penilaian juga diartikan sebagai proses pemberian nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan pengambilan keputusan. Dan menurut Anne Anastasi (1978) mengartikan evaluasi sebagai “a systematic process of determining the extent to which instructional objective are achieved by pupils”. Evaluasi bukan sekadar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insidental, melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik, dan terarah berdasarkan tuiuan yang jelas.

Evaluasi berkaitan erat dengan pengukuran dan penilaian yang pada umumnya diartikan tidak berbeda (indifferent), walaupun pada hakekatnya berbeda satu dengan yang lain. Pengukuran

Page 28: Makala h

(measurement) adalah proses membandingkan sesuatu melalui suatu kriteria baku (meter, kilogram, takaran dan sebagainya), pengukuran bersifat kuantitatif. Penilaian adalah suatu proses transformasi dari hasil pengukuran menjadi suatu nilai. Evaluasi meliputi kedua langkah di atas yakni mengukur dan menilai yang digunakan dalam rangka pengambilan keputusan.

Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

B. Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pendidikan

Segala sesuatu yang di lakukan pasti mempunyai tujuan dan fungsi yang akan di capai, pastinya semua aktifitas tidak ingin hasilnya sia-sia, begitupun dengan evaluasi, ada tujuan dan fungsi yang ingin di capai, Evaluasi telah memegang peranan penting dalam pendidikan antara lain memberi informasi yang dipakai sebagai dasar untuk :

1. Membuat kebijaksanaan dan keputusan2. Menilai hasil yang dicapai para pelajar3. Menilai kurikulum4. Memberi kepercayaan kepada sekolah5. Memonitor dana yang telah diberikan6. Memperbaiki materi dan program pendidikan7. Tujuan Evaluasi

Pada dasarnya evaluasi merupakan proses penyusunan deskripsi siswa, baik secara kuantitatif maupun secara kulaitatif. Secara lugas evaluasi untuk  mengukur kemampuan ranah cipta, rasa, dan karsa siswa.

1. Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu.

2. Untuk mengetahui posisi atau kedudukan seorang siswa di dalam kelompok kelasnya.apakah sisiwa tersebut termasuk kategori lambat, sedang, atau cepat.

3. Untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan seorang siswa dalam belajar. Apakah menunjukan tingkat usaha yang efisien atau tidak.

4. Untuk mengetahui hingga sejauh mana seorang siswa telah mendayagunakan kafasitas kognitifnya.

5. Untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah digunakan oleh seorang guru dalam proses belajar-mengajar.

6. Fungsi Evaluasi

Selain memiliki tujuan, evaluasi belajar juga memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut, antara lain:

1. Fungsi evaluasi bagi siswa

Bagi siswa, evaluasi digunakan untuk mengukur pencapaian keberhasilannya dalam mengikuti pelajaran yang telah diberikan oleh guru. Dalam hal ini ada dua kemungkinan :

1)     Hasil bagi siswa yang memuaskan

Page 29: Makala h

Jika siswa memperoleh hasil yang emuaskan, tentunya kepuasan ini ingin diperolehnya kembali pada waktu yang akan datang. Untuk ini siswa akan termotifasi untuk belajar lebih giat agar perolehannya sama bahkan meningkat pada masa yang akan datang. Namun, dapat pula terjadi sebaliknya, setelah memperoleh hasil yang memuaskan siswa tidak rajin belajar sehingga pada waktu berikutnya hasilnya menurun.

2)     Hasil bagi siswa yang tidak memuaskan

Jika siswa memperoleh hasil yang tidak memuaskan, maka pada kesempatan yang akan datang dia akan berusaha memperbaikinya. Oleh karena itu, siswa akan giat belajar. Tetapi bagi siswa yang kurang motivasi atau lemah kemauannya akan menjadi putus asa.

2. Fungsi evaluasi bagi guru

1)     Dapat mengetahui siswa manakah yang menguasai pelajran dan siswa mana pula yang belum. Dalam hal ini hendaknya guru memberikan perhatian kepada siswa yang belum berhasil sehingga pada akhirnya siswa mencapai keberhasilan yang diharapkan.

2)     Dapat mengetahui apakah tujuan dan materi pelajaran yang telah disampaikan itu dikuasai oleh siswa atau belum.

3)     Dapat mengetahui ketepatan metode yang digunakan dalam menyajikan bahan pelajaran tersebut.

4)     Bila dari hasil evaluasi itu tidak berhasil, maka dapat dijadikan bahan remidial. Jadi, evaluasi dapat dijadikan umpan balik pengajaran.

3. Fungsi evaluasi bagi sekolah

1)     Untuk mengukur ketepatan kurikulum atau silabus. Melalui evaluasi terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru, maka akan dapat diketahui apakah ketepatan kurikulum telah tercapai sesuai dengan target yang telah ditentukan atau belum. Dari hasil penilaian tersebut juga sekolah dapat menetapkan langkah-langkah untuk perencanaan program berikutnya yang lebih baik.

2)     Untuk mengukur tingkat kemajuan sekolah. Sudah barang tentu jika hasil penilaian yang dilakukan menunjukkan tanda-tanda telah terlaksananya kurikulum sekolah dengan baik, maka berarti tingkat ketepatan dan kemajuan telah tercapai sebagaimana yang diharapkan. Akan tetapi sebaliknya jika tand-tanda itu menunjukkan tidak tercapainya sasaran yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa tingkat ketepatan dan kemajuan sekolah perlu ditingkatkan.

3)     Mengukur keberhasilan guru dalam mengajar. Melalui evaluasi yang telah dilaksanakan dalam pengajaran merupakan bahan informasi bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam melaksanakan pengajaran.

4)     Untuk meningkatkan prestasi kerja. Keberhasilan dan kemajuan yang dicapai dalm pengajaran akan mendorong bagi sekolah atau guru untuk terus meningkatkan prestasi kerja yang telah dicapai dan berusaha memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang mungkin terjadi.

 

C. Objek Evaluasi

Objek evaluasi biasa disebut juga dengan sasaran evaluasi. Yaitu segala sesuatu yang menjadi titik pusat pengamatan karena penilai menginginkan informasi tentang sesuatu tersebut.

Page 30: Makala h

Obyek evaluasi pendidikan dilihat dari aspek inputnya, maka objek dari evaluasi pendidikan itu sendiri meliputi tiga aspek, yaitu:

1. Aspek Kognitif (Kemampuan)

Kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan sebagai taruna Akademi Angkatan Laut tentu harus dibedakan dengan kemampuan calon peserta didik yang akan mengikuti program pendidikan pada sebuah perguruan tinggi agama islam. Adapun alat yang biasa digunakan dalam rangka mengevaluasi kemampuan peserta didik itu adalah tes kemampuan (attitude tes).

2. Aspek Psikomotor (Kpribadian)

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri seseorang, yang menampakkan bentuknya dari tingkah lakunya. Sebalum mengikuti program pendidikan tertentu, para calon peserta didik perlu terlebih dahulu dievaluasi kepribadiannya masing-masing, sebab baik burukya kepribadian mereka secara psikologis akan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam mengikuti program tertentu. Evaluasi yang dilakukan untuk mengetahui atau mengungkap kepribadian seseoarng adalah dengan jalan menggunakan tes kepribadian (personality test).

3. Aspek Afektif (Sikap)

Sikap, pada dasarnya adalah merupakan bagian dari tingkah laku manusia, sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memencar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sangat dibutuhkan dalam pergaulan, maka diperoleh informasi mengenai sikap seseorang adalah penting sekali. Karena itu maka aspek sikap tersebut perlu dinilai atau dievaluasi terlebih dahulu bagi para calon peserta didik sebelum mengikuti program pendidikan tertentu.

 

D. Unsur-unsur Objek Evaluasi Pendidikan

1. Input

Calon siswa sebagai pribadi yang utuh, dapat ditinjau dari beberapa segi yang menghasilkan bermacam-macam bentuk tes yang digunakan sebagai alat untuk mengukur. Aspek yang bersifat rohani setidak-tidaknya mencakup 4 hal.

a. Kemampuan

Untuk dapat mengikuti program dalam suatu lembaga/sekolah/institusi maka calon siswa harus memiliki kemampuan yang sepadan. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur kemampuan ini disebut tes kemampuan atau attitude test.

b. Kepribadian

Kepribadian adalah sesuatu yang terdapat pada diri manusia dan menampakkan bentuknya dalam tingkah laku. Dalam hal-hal tertentu, informasi tentang kepribadian sangat diperlukan. Alat untuk mengetahui kepribadian seseorang disebut tes kepribadian atau pesonality test.

c. Sikap-sikap

Sebenarnya sikap ini merupakan bagian dari tingkah laku manusia sebagai gejala atau gambaran kepribadian yang memancar keluar. Namun karena sikap ini merupakan sesuatu yang paling

Page 31: Makala h

menonjol an sangat dibutuhkan dalam pergaulan maka banyak orang yang menginginkan informasi khusus tentangnya. Alat untuk mengukur keadaan sikap seseorang dinamakan tes sikap atau attitude test. Oleh karena tes ini berupa skala, maka lalu disebut skala sikap atau attitude scale.

d. Inteligensi

Untuk mengetahui tingkat inteligensi ini digunakan tes inteligensi yang sudah banyak diciptakan oleh para ahli. Dalam hal ini yang terkenal adalah tes buatan Binet dan Simon yang dikenal dengan tes Binet-Simon. Selain itu ada lagi tes-tes yang lain misalnya SPM, Tintum, dan sebagainya. Dari hasil tes akan diketahui IQ (Intelligence Quotient) orang tersebut.

2. Transformasi

Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian antara lain:

1. Kurikulum/materi2. Metode dan cara penilaian3. Sarana pendidikan/media4. Sistem administrasi5. Guru dan personal lainnya

3. Output

Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.

Kecenderungan yang ada sampai saat ini di sekolah adalah bahwa guru hanya menilai prestasi belajar aspek kognitif atau kecerdasan saja. Alatnya adalah tes tertulis. Aspek psikomotorik, apalagi afektif, sangat langka dijamah oleh guru. Akibatnya dapat kita saksikan, yakni bahwa para lulusan hanya menguasai teori tetapi tidak terampil melakukan pekerjaan keterampilan, juga tidak mampu mengaplikasikan pengetahuan yang sudah mereka kuasai. Lemahnya pembelajaran dan evaluasi terhadap aspek afektif inim jika kita mau introspeksi, telah berakibat merosotnya akhlak para lulusan, yan selanjutnya berdampak luas pada merosotnya akhlak bangsa.

 

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Evaluasi menjadi hal yang penting dalam proses belajar mengajar, karena tanpa evaluasi akan susah sekali mengukur tingkat keberhasilannya.

Evaluasi pendidikan merupakan proses yang sistematis dalam Mengukur tingkat kemajuan yang dicapai siswa, baik ditinjau dari norma tujuan maupun dari norma kelompok serta menentukan apakah siswa mengalami kemajuan yang memuaskan kearah pencapaian tujuan pengajaran yang diharapkan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka saran yang dapat diberikan penulis adalah:

Page 32: Makala h

1. Gunakan evaluasi sefektif mungkin.2. Carilah evaluasi yang menarik bagi anak didik supaya anak didik merasa nyaman dan

tidak terbebani.3. Jadikan evaluasi sebagai alat kontrol untuk kemajuan pendidikan di Indonesia.

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

budi.wiharto.googlepages.com/PengertianEvaluasiPendidikan.doc

http://dokumens.multiply.com/journal/item/34

http://lussysf.multiply.com/journal/item/22

 

Page 33: Makala h

RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) Model EEK (Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan    :  SD Negeri Kotagede I

Mata Pelajaran          :  Matematika

Kelas/Semester          :  V (Lima) / II (Dua)

Materi Pokok             :  Bangun Datar

Alokasi Waktu           :  8 x 35 menit (4 x pertemuan)

 A.    Standar Kompetensi

Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antarbangun.

B.     Kompetensi Dasar

Mengidentifikasi sifat bangun datar.

C.    Indikator Pembelajaran

1. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar trapesium.2. Menentukan rumus luas dan keliling bangun datar trapesium.3. Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas dan keliling

bangun datar trapesium.4. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar jajargenjang.5. Menentukan rumus luas dan keliling bangun datar jajargenjang.6. Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas dan keliling

bangun datar jajargenjang.7. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar belah ketupat.8. Menentukan rumus luas dan keliling bangun datar belah ketupat.9. Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas dan keliling

bangun datar belah ketupat.10. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar layang-layang.11. Menentukan rumus luas dan keliling bangun datar layang-layang.12. Memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas dan keliling

bangun datar layang-layang.

D.    Tujuan Pembelajaran

Setelah memperhatikan alat peraga dan mendengarkan penjelasan dari guru, maka diharapkan:

1. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar trapesium.2. Siswa dapat menentukan rumus luas dan rumus kelilng bangun datar trapesium.3. Siswa dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas

dan keliling bangun datar trapesium.4. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar jajargenjang.5. Siswa dapat menentukan rumus luas dan rumus kelilng bangun datar jajargenjang.

Page 34: Makala h

6. Siswa dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas dan keliling bangun datar jajargenjang.

7. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar belah ketupat.8. Siswa dapat menentukan rumus luas dan rumus keliling bangun datar belah ketupat.9. Siswa dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas

dan keliling bangun datar belah ketupat.10. Siswa dapat mengidentifikasi sifat-sifat bangun datar layang-layang.11. Siswa dapat menentukan rumus luas dan rumus keliling bangun datar layang-layang.12. Siswa dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan penggunaan rumus luas

dan keliling bangun datar layang-layang.

Karakter siswa yang diharapkan :        Disiplin (discipline), rasa homat dan perhatian (respect), tekun (dilligence), kooperatif (cooperative) dan bertanggungjawab (responsibility).

E.     Metode/Pendekatan Pembelajaran

1.      Metode Pembelajaran

1. Ceramah2. Diskusi3. Tanya-jawab4. Tutor sebaya5. Penugasan6. Kerja kelompok

2.      Pendekatan Pembelajaran

Cooperative Learning Tipe GI (Group Investigation)

F.     Materi Essensial

Sifat-sifat bangun datar

Trapesium Jajargenjang Belahketupat Layang-layang

Menghitung luas dan keliling bangun datar

G.    Sumber/Alat Pembelajaran

1. Buku Cerdas Matematika 5B untuk Sekolah Dasar Kelas V Semester Kedua, Yudhistira.2. Buku Terampil Berhitung Matematika untuk SD Kelas V, Penerbit Erlangga.3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Model Silabus Kelas V SD,

BSNP.4. LKS (lembar kegiatan siswa)5. Gambar bangun datar

H.    Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar

1. Pertemuan I (70 Menit)

a.      Kegiatan Awal (7 Menit)

Page 35: Makala h

Jenis Kegiatan Alokasi Waktu1. Apersepsi dan motivasi2. Mengingat kembali pelajaran tentang bangun datar.3. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi

yang diharapkan.4. Mengidentifikasi topik dan mengatur siswa dalam

kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 5-6 orang siswa.

2 menit

5 menit

b.      Kegiatan Inti (58 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuEksplorasi

1. Guru menawarkan sebuah topik (trapesium) yang akan dipelajari hari ini pada siswa.

2. Guru membagikan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) sebagai pedoman kegiatan yang akan dilakukan siswa di dalam kelompoknya.

3. Siswa memahami sifat-sifat bangun datar trapesium beserta rumus luas dan kelilingnya.

4. Siswa secara mandiri bersama kelompoknya bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

11 Menit

Elaborasi

1. Siswa mengkaji, menginvestigasi dan mengumpulkan informasi tentang sifat-sifat bangun datar trapesium secara kooperatif yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas, berdasarkan instruksi yang ada dalam lembar kegiatan siswa.

2. Siswa dalam kelompoknya saling memberikan kontribusi, saling bertukar dan berdiskusi tentang semua gagasan.

3. Siswa secara berkelompok mengisi lembar kegiatan siswa yang telah dibagikan.

4. Siswa menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan luas dan keliling bangun datar trapesium.

5. Siswa merencanakan dan membuat laporan hasil diskusi.

6. Guru mengawasi kegiatan kerja kelompok yang sedang berlangsung dan memberikan bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kendala dalam pengkajian topik.

7. Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas.

8. Siswa dari kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya atau memberikan tambahan jawaban pada kelompok penyaji, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya oleh seluruh

30 Menit

Page 36: Makala h

kelompok.

Konfirmasi

1. Guru mengumumkan perolehan poin yang telah diraih masing-masing kelompok pada hari ini.

2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.

3. Siswa bersama guru melakukan refleksi untuk pembelajaran pada hari ini.

17 Menit

c.       Kegiatan Penutup (5 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuSiswa bersama guru memberikan kesimpulan bahwa

Trapesium adalah bangun datar segiempat dengan dua buah sisinya yang berhadapan sejajar.

3 menit

Guru memberikan tugas rumah pada siswa. 2 Menit

 2. Pertemuan II (70 menit)

a.      Kegiatan Awal (10 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi Waktu1. Apersepsi dan motivasi:2. Mengingat kembali materi pelajaran pada

pertemuan sebelumnya.3. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi

yang diharapkan.4. Siswa diarahkan untuk membentuk kelompok

sesuai pada pertemuan sebelumnya.

7 Menit

b.       Kegiatan Inti (55 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuEksplorasi

1. Masing-masing kelompok mengecek alat dan bahan yang diperlukan untuk kegiatan hari ini.

2. Guru membagikan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) sebagai pedoman kegiatan yang akan dilakukan siswa di dalam kelompoknya.

3. Siswa belajar memahami konsep dan sifat-sifat bangun datar jajargenjang secara berkelompok.

5 Menit

Elaborasi

1. Siswa diberikan tugas oleh guru untuk membuat gambar bangun datar sesuai topik yang telah disepakati pada hari ini (topik: Jajargenjang).

33 Menit

Page 37: Makala h

2. Berdasarkan gambar tersebut siswa melakukan investigasi dan mengumpulkan informasi secara kooperatif tentang sifat-sifat dari bangun datar tersebut.

3. Siswa bekerja sama dalam kelompoknya untuk mengisi lembar kegiatan siswa yang telah dibagikan.

4. Siswa berpikir kritis serta menganalisis soal yang diberikan sebagai contoh permasalahan yang harus dipecahkan bersama-sama.

5. Siswa secara kooperatif membuat laporan hasil investigasi materi yang akan dipresentasikan di depan kelas.

6. Guru mengawasi kegiatan kerja kelompok yang sedang berlangsung dan memberikan bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kendala dalam pengkajian topiknya masing-masing.

7. Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas.

8. Siswa dari kelompok lain memperhatikan kelompok penyaji dan bersiap untuk memberikan pertanyaan atau tambahan jawaban terhadap materi yang disajikan, berdasarkan kriteria yang telah disepakati sebelumnya oleh seluruh kelompok.

Konfirmasi

1. Guru mengumumkan perolehan poin yang telah diraih masing-masing kelompok pada hari ini.

2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.

3. Siswa bersama guru melakukan refleksi untuk pembelajaran pada hari ini.

17 menit

c.      Kegiatan Penutup (5 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuSiswa bersama guru membuat kesimpulan bahwa

Jajargenjang adalah bangun datar segiempat dengan sisi-sisinya yang berhadapan sejajar dan sama panjang.

3 menit

Guru memberikan tugas rumah pada siswa. 2 menit

 3. Pertemuan III

a.      Kegiatan Awal (10 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi Waktu1. Apersepsi dan motivasi:2. Mengingat kembali materi pelajaran pada

pertemuan sebelumnya.3. Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi

3 menit

2 menit

Page 38: Makala h

yang diharapkan.4. Siswa siswa diarahkan untuk membentuk kelompok

sesuai kelompok yang telah disepakati pada pertemuan sebelumnya.

5 menit

 c.       Kegiatan Inti (55 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuEksplorasi

1. Siswa bersama guru membahas tugas rumah yang telah diberikan pada pertemua sebelumnya.

2. Guru membagikan LKS sebagai pedoman bagi siswa untuk menyelesaik tugas oada hari ini.

3. Siswa memahami konsep dan sifat-sifat bangun datar belah ketupat.

8 Menit

Elaborasi

1. Siswa diberikan tugas oleh guru untuk mengkaji sifat-sifat beserta rumus luas dan keliling bangun datar belah ketupat.

2. Siswa melakukan investigasi dan mengumpulkan informasi secara kooperatif yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas.

3. Siswa dengan bimbingan guru menjawab soal-soal yang ada di lembar kegiatan siswa.

4. Siswa membuat laporan hasil investigasi materi yang telah diperoleh secara kooperatif.

5. Guru mengawasi kegiatan kerja kelompok yang sedang berlangsung dan memberikan bantuan seperlunya pada kelompok yang mengalami kendala dalam pengkajian topiknya masing-masing.

6. Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas.

7. Siswa dari kelompok lain memperhatikan pemaparan hasil diskusi dari kelompok penyaji dan bersiap untuk memberikan pertanyaan atau tambahan jawab pada materi yang telah disajikan, berdasarkan kriteria yang telah disepakati sebelumnya oleh seluruh kelompok.

30 Menit

Konfirmasi

1. Guru mengumumkan perolehan poin yang telah diraih masing-masing kelompok pada hari ini.

2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi yang belum dipahami.

3. Siswa bersama guru membuat refleksi untuk pembelajaran pada hari ini.

17 menit

Page 39: Makala h

c.      Kegiatan Penutup (5 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuSiswa bersama guru membuat kesimpulan bahwa

Belah ketupat merupakan bangun datar segiempat, yang keempat sisinya sama, dan sudut-sudut yang berhadapan sama besar.

3 menit

Guru memberikan tugas rumah pada siswa. 2 Menit

 4. Pertemuan IV

a.      Kegiatan Awal (10 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi Waktu1. Apersepsi dan motivasi

Mengingat kembali materi pelajaran pada pertemuan sebelumnya.

Menyampaikan indikator pencapaian kompetensi.

1. Siswa kembali membentuk kelompok sesuai kelompok yang telah disepakati pada pertemuan sebelumnya.

5 menit

5 menit

b.      Kegiatan Inti (57 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuEksplorasi

1. Siswa bersama guru membahas tugas rumah yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

2. Guru membagikan LKS sebagai pedoman instruksi tugas yang harus diselesaikan siswa pada hari ini.

3. Siswa memahami konsep dan sifat-sifat bangun datar layang-layang secara mandiri dan berkelompok.

5 Menit

Elaborasi

1. Siswa diberikan tugas oleh guru untuk mengkaji sifat-sifat beserta rumus luas dan keliling bangun datar layang-layang.

2. Siswa melakukan investigasi dan mengumpulkan informasi secara kooperatif yang nantinya akan dipresentasikan di depan kelas.

3. Siswa dengan bimbingan guru menjawab soal yang ada di lembar kegiatan siswa.

4. Siswa membuat laporan hasil investigasi materi yang telah diperoleh secara kooperatif di dalam kelompoknya masing-masing.

5. Guru mengawasi kegiatan kerja kelompok yang sedang berlangsung dan memberikan bantuan

34 Menit

Page 40: Makala h

seperlunya pada kelompok yang mengalami kendala dalam pengkajian topiknya masing-masing.

6. Masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas.

7. Siswa mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah disepakati.

Konfirmasi

1. Guru mengumumkan perolehan poin yang telah diraih masing-masing kelompok pada hari ini, sekaligus mengumumkan dan memberikan hadiah untuk kelompok terbaik.

2. Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai materi pelajaran yang belum dipahami.

3. Siswa bersama guru melakukan refleksi untuk pembelajaran pada hari ini.

18 menit

c.       Kegiatan Penutup (4 Menit)

Jenis Kegiatan Alokasi WaktuSiswa bersama guru membuat kesimpulan bahwaLayang-layang memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

1. Layang-layang mempunyai satu sumbu simetri.2. Terdapat 2 pasang sisi yang sama panjang.3. Terdapat sepasang sudut berhadapan yang sama

besar.

Salam penutup.

3 menit

3 menit

 I.       Evaluasi Pembelajaran

1.      Prosedur Evaluasi

1. Penilaian proses (terlampir)2. Postes

2.      Jenis Evaluasi

Tes tertulis

3.      Bentuk Evaluasi

Pilihan ganda

4.      Alat Evaluasi

(Terlampir)

J.      Skor Penilaian

Page 41: Makala h

Untuk soal pilihan ganda yang terjawab dengan benar, skornya = 15. Jadi, jumlah skor untuk soal pilihan ganda =  15/15 x 100 = 100.

K.    Kriteria Keberhasilan

Siswa berhasil/kompeten dengan nilai minimal = 70.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) MODEL SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP)

Satuan Pendidikan    :  SD Negeri Percobaan 2

Mata Pelajaran          :  IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)

Page 42: Makala h

Kelas/Semester          :  IV (Empat) / I (Satu)

Alokasi Waktu           :  2 x 35 Menit

 

A.    Standar Kompetensi

6.   Memahami beragam sifat dan perubahan wujud benda serta berbagai cara

penggunaan benda berdasarkan sifatnya.

B.     Kompetensi Dasar

6.2. Mendeskripsikan terjadinya perubahan wujud cair → padat → cair; cair →

gas → cair; padat → gas.

C.    Indikator Pembelajaran

1.      Kognitif

a.       Produk

1)      Mengidentifikasi perubahan wujud benda yang dapat kembali ke wujud

semula.

2)      Menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda.

3)      Memberikan contoh perubahan wujud benda.

b.      Proses

Mengamati macam-macam proses perubahan wujud benda.

2.      Afektif

a. Aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok.

b. Disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok.

c. Memperhatikan instruksi kerja yang disampaikan.

3.      Psikomotor

Melakukan percobaan tentang perubahan wujud benda.

D.    Tujuan Pembelajaran

1.      Kognitif

a.       Produk

Page 43: Makala h

1)      Setelah melakukan percobaan, siswa dapat mengidentifikasi perubahan wujud benda yang dapat kembali ke wujud semula dengan benar.

2)      Setelah melakukan percobaan, siswa dapat menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan wujud benda dengan benar.

3)      Setelah melakukan percobaan, siswa dapat memberikan contoh perubahan wujud benda dengan benar.

b.      Proses

Melalui percobaan kelompok, siswa dapat mengamati macam-macam proses perubahan wujud benda yang terjadi secara langsung.

2.      Afektif

a.       Pada saat melakukan percobaan, siswa dapat berpartisipasi aktif dalam kerja kelompok.

b.      Pada saat melakukan percobaan, siswa dapat berdisiplin dalam mengerjakan tugas kelompok.

c.       Sebelum melakukan percobaan, siswa dapat memperhatikan instruksi kerja yang disampaikan dengan baik.

3.      Psikomotor

Setelah memperhatikan instruksi yang disampaikan, siswa dapat melakukan percobaan tentang proses perubahan wujud benda dengan benar.

E.     Materi Pembelajaran

Perubahan Wujud Benda

F.     Model dan Metode Pembelajaran

1.      Model Pembelajaran

Penemuan Terbimbing

2.      Metode Pembelajaran

Percobaan, diskusi, penugasan, kerja kelompok, dan tutor sebaya.

G.    Langkah-langkah Kegiatan Belajar Mengajar

1. Kegiatan Awal (10 Menit)

No. Jenis Kegiatan Alokasi Waktu 1.

2.

3.

Apersepsi (Siswa memperhatikan alat peraga yang telah disediakan guru yaitu air panas dalam gelas yang ditutup).Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai.Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang kegiatan yang akan dilakukan pada hari ini.

6 Menit

2 Menit

2 Menit

Page 44: Makala h

2. Kegiatan Inti (40 Menit)

No. Jenis Kegiatan Alokasi Waktu1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

Eksplorasi:Siswa bersama guru menyiapkan LKS, alat dan bahan yang dibutuhkan untuk kegiatan percobaan.Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-5 orang.Siswa diberikan tugas oleh guru untuk melakukan percobaan tentang macam-macam perubahan wujud benda di dalam kelompoknya masing-masing dengan alat dan bahan yang telah disediakan sesuai instruksi yang disampaikan.

Siswa secara individu dan berkelompok mengisi LKS berdasarkan hasil percobaan dan pengamatan yang telah dilakukan di dalam kelompok, lalu dikumpulkan dan dipilih salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Elaborasi:

Salah satu kelompok yang terpilih, maju dan mempresentasikan hasil percobaan dengan pengamatan kelompoknya di depan kelas, dan kelompok lainnya dipersilahkan untuk menyampaikan pendapatnya.

Konfirmasi:

Siswa memperhatikan gambar contoh proses perubahan wujud benda yang tempelkan guru di depan kelas.

Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya tentang materi yang belum dipahami.

Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai penekanan dan penguatan pada hal-hal yang belum dipahami.

25 Menit

10 Menit

5 Menit

3. Kegiatan Penutup (20 Menit)

No. Jenis Kegiatan Alokasi Waktu1.

2.

3.

Siswa memberikan kesimpulan tentang materi pelajaran yang telah diperolehnya pada hari ini.Siswa mengerjakan soal evaluasi pembelajaran.Siswa bersama guru merefleksi pembelajaran untuk hari ini.

3 Menit

15 Menit

2 Menit

H.    Sumber dan Alat Pembelajaran

1. Sumber Pembelajaran

a.       Buku Sains Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI 4, Sularmi M.D Wijayanti, BSE, Pusbuk Depdiknas.

b.      Buku Ilmu Pengetahuan Alam SD/MI Kelas IV, Hery Sulistyanto, BSE, Pusbuk Depdiknas

c.       Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar, Model Silabus Kelas IV SD, BSNP.

Page 45: Makala h

2. Alat Pembelajaran

a.       Gambar macam-macam perubahan wujud benda

b.      Lilin

c.       Korek api

d.      Kamper/kapur barus

e.       Penjepit

f.       Es batu

g.      Gelas ukur

h.      Kaki tiga

i.        Kompor spritus

j.        Gelas

k.      Tutup gelas

l.        LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

I.       Penilaian

1. Penilaian Kognitif

a. Produk

1) Teknik Penilaian : tes isian

2) Rubrik Penilaian : (terlampir)

b. Proses

Teknik Penilaian : LKS (Lembar Kegiatan Siswa)

2. Penilaian Afektif

a. Teknik Penilaian: non tes

b. Rubrik Penilaian: (terlampir)

3. Penilaian Psikomotor

a. Teknik Penilaian: non tes (pengamatan)

b. Rubrik Penilaian: (terlampir)

4. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Kriteria Ketuntasan Minimal sebesar 75.

Page 46: Makala h

LAMPIRAN

LKS (Lembar Kerja Siswa)

Tujuan:

Mengamati perubahan wujud benda

Alat dan Bahan:

1. lilin2. kamper (kapur barus)3. korek api4. penjepit5. es batu6. gelas ukur7. kompor spritus8. kaki tiga

Langkah Kerja:

1. Nyalakan sebatang lilin, kemudian amati perubahan yang terjadi pada lilin yang sudah terbakar! Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatanmu dengan mengisi tabel di bawah ini!

Peristiwa Perubahan Wujud  

2.  Jepit sebuah kamper, kemudian panaskan di atas lilin yang menyala! Amati perubahan yang terjadi pada kamper tersebut! Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatanmu dengan mengisi tabel di bawah ini!

Peristiwa Perubahan Wujud 

3.  Letakkan es batu ke dalam gelas ukur! Amati perubahan yang terjadi pada es batu setelah dipanaskan di atas kompor spritus! Buatlah kesimpulan dari hasil pengamatanmu tersebut dengan mengisi tabel di bawah ini!

Peristiwa Perubahan Wujud   

4. Tulislah kesimpulan yang kamu peroleh dari percobaan yang telah kamu lakukan di atas!

Kunci Jawaban LKS

1. Kesimpulan dari hasil pengamatan lilin yang dibakar adalah sebagai berikut.

Peristiwa Perubahan WujudLilin meleleh Padat ke cair = mencairLilin kembali menjadi padat Cair ke padat = membeku

Page 47: Makala h

2. Kesimpulan dari hasil pengamatan kamper yang dibakar adalah sebagai berikut.

Peristiwa Perubahan WujudKamper dipanaskan Padat ke gas = menyublim

3. Kesimpulan dari hasil pengamatan es batu yang dipanaskan adalah sebagai berikut.

Peristiwa Perubahan WujudEs batu mencair Padat ke cair = mencairAir dipanaskan Cair ke gas = menguapTitik-titik air pada penutup gelas Gas ke cair = mengembun

4. Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan yang telah dilakukan adalah ada 5 macam proses perubahan wujud benda yaitu:

Padat ke cair disebut mencair/meleleh Cair ke padat disebut membeku Cair ke gas disebut menguap Gas ke cair disebut mengembun Padat ke gas disebut menyublim

Kisi-kisi dan Rubrik Penilaian Kognitif

No. Indikator No Butir Soal Skor1. Mengidentifikasi perubahan wujud benda yang

dapat kembali ke wujud semula.1

2

3

4

5

10

10

10

10

102. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi perubahan

wujud benda.6 10

3. Memberikan contoh perubahan wujud benda. 7

8

9

10

10

10

10

10

Lembar Penilaian Kognitif  dan Kunci Jawaban

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!

1)      Proses perubahan wujud benda dari cair ke gas disebut ….

2)      Mengembun merupakan proses perubahan wujud benda dari …. ke ….

3)      Proses perubahan wujud benda dari padat ke cair disebut ….

4)      Membeku merupakan proses perubahan wujud benda dari …. ke ….

Page 48: Makala h

5)      Proses perubahan wujud benda dari padat ke gas disebut ….

6)      Faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan wujud benda adalah karena adanya ….

7)      Peristiwa lilin yang dibakar merupakan contoh perubahan wujud benda dari …. ke ….

8)      Peristiwa kamper dilemari pakaian yang habis  merupakan contoh perubahan wujud benda dari padat ke gas yang disebut ….

9)      Salah satu contoh proses perubahan wujud benda dari padat ke cair adalah peristiwa ….

10)  Air yang dipanaskan akan menguap. Peristiwa ini terjadi karena adanya proses perubahan wujud benda dari …. ke ….

Kunci Jawaban

1)      Menguap                           6)   Perubahan suhu

2)      Gas ke cair                        7)   Padat ke cair

3)      Mencair/meleleh           8)   Menyublim

4)      Cair ke padat                     9)   Lilin yang dibakar/es yang dipanaskan

5)      Menyublim                        10) Cair ke gas

 

Kisi-kisi Lembar Penilaian Afektif

No. Indikator No Butir Soal1. Aktif berpartisipasi dalam kerja kelompok. 12. Disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok. 23. Memperhatikan instruksi yang disampaikan. 3

 Rubrik Penilaian Afektif

No. Aspek Penilaian Kriteria Skor1. Keaktifan Berpartisipasi dalam kerja kelompok dengan persentase

keaktifan 75% – 100% selama proses pembelajaran.Berpartisipasi dalam kerja kelompok dengan persentase keaktifan 50% – 74% selama proses pembelajaran.Berpartisipasi dalam kerja kelompok dengan persentase keaktifan 25% – 49% selama proses pembelajaran.Berpatisipasi dalam kerja kelompok dengan persentase keaktifan 0% – 24% selama proses pembelajaran.

4

3

2

1

2. Kedisiplinan Sangat disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok.Disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok.Cukup disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok.Kurang disiplin dalam mengerjakan tugas kelompok.

4

3

2

13. Perhatian Memperhatikan instruksi kerja yang disampaikan dengan 4

Page 49: Makala h

persentase perhatian 75% – 100% selama proses pembelajaran.Memperhatikan instruksi kerja yang disampaikan dengan persentase perhatian 50% – 74% selama proses pembelajaran.Memperhatikan instruksi kerja yang disampaikan dengan persentase perhatian 25% – 49% selama proses pembelajaran.Memperhatikan instruksi kerja yang disampaikan dengan persentase perhatian 0% – 24% selama proses pembelajaran.

3

2

1

 Lembar Penilaian Afektif

No. Nama SiswaKeaktifan Kedisiplinan Perhatian

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41.2.3. Dst

 

Kisi-kisi Lembar Penilaian Psikomotor

Indikator No Butir SoalMelakukan percobaan kelompok yang berhubungan dengan perubahan wujud benda.

Pedoman pengamatan

 Rubrik Penilaian Psikomotor

No. Aspek Penilaian Skor1. Melakukan percobaan sesuai

urutan langkah kerja.1  2  3  4

2. Menyalakan lilin dan mengamati perubahannya.

1  2  3  4

3. Meletakkan kamper di atas lilin yang menyala.

1  2  3  4

4. Meletakkan es batu dalam gelas kimia dan mengamati perubahannya

1  2  3  4

Keterangan:

4 = Baik sekali         2 = Cukup

3 = Baik                      1 = Kurang

Lembar Penilaian Psikomotor

No Nama Kelompok Aspek yang dinilaiSkor

1 2 3 41.   1        

2        3        

Page 50: Makala h

4        2.   1        

2        3        4        

 

Lampiran Materi Pembelajaran

Perubahan Wujud Benda

1.      Membeku dan Mencair

Bagaimana wujud es dan wujud air? Perhatikan gambar di bawah ini. Es merupakan benda padat yang dapat berubah menjadi air yang berwujud cair. Perubahan wujud benda cair disebut mencair. Sebaliknya, perubahan wujud dari benda cair menjadi benda padat disebut membeku.

2.      Menguap dan Mengembun

Air jika dipanaskan akan berubah wujud dari bentuk cair ke bentuk gas atau dikenal sebagai uap air. Perubahan ini disebut menguap.

Coba amati dinding gelas bagian luar. Pada saat gelas berisi air es, pada dinding gelas terjadi titik-titik air. Titik-titik air berasal dari udara yang berwujud gas berubah menjadi cair. Perubahan ini disebut mengembun.

Mengapa pada pagi hari permukaan daun suka basah? Pagi-pagi sebelum matahari terbit, kita sering melihat rumput dan daun-daun basah oleh embun. Embun itu berasal dari uap air yang ada di udara. Pada malam hari, suhu udara sangat dingin sehingga uap air berubah wujud menjadi titik-titik air yang disebut embun. Ketika matahari semakin tinggi dan suhu udara mulai panas, embun itu menguap kembali.

3.      Menyublim

Kapur barus atau kamper adalah benda padat. Jika kita menyimpan kamper pewangi di ruangan atau kamar mandi, lama-kelamaan akan habis. Ke mana kamper tersebut? Kamper berubah menjadi gas. Buktinya kita dapat merasakan harumnya. Perubahan dari kamper yang padat menjadi gas disebut peristiwa menyublim.

Dari uraian di atas perubahan wujud dapat kembali ke semula disebut mencair, membeku, menguap, mengembun, dan menyublim.

Bagan perubahan wujud tersebut dapat ditulis sebagai berikut.

Padat ke cair = mencair

Padat ke gas = menyublim

Cair ke padat = membeku

Cair ke gas = menguap

Gas ke cair = mengembun

Page 51: Makala h

Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan-perubahan wujud benda tersebut adalah perubahan suhu. Contoh perubahan wujud yang dapat diamati sehari-hari, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel. Contoh Perubahan Wujud Benda

Peristiwa Perubahan WujudMentega dipanaskan MencairKamper di lemari pakaian habis MenyublimTerjadinya kabut di daerah pegunungan MengembunPakaian basah menjadi kering MenguapAir di dalam freezer lemari es Membeku

 

Media Pembelajaran

BAB IPENDAHULUAN

a. Latar belakangDalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas bagaimana perbedaan antara media pembelajaran, media pendidikan serta media massa dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Page 52: Makala h

Dalam metodologi pengajaran ada dua aspek yang paling menonjol yakni metode mengajar dan medis pendidikan sebagai alat bantú mengajar. Sedangkan penilaian adalah untuk mengukur atau menentukan taraf tercapai tidaknya tujuan pengajaran. Kedudukan media pendidikan sebagi alat bantú mengajar ada dalam komponen metodologi, sebagai salah satu lingkungan belajar yang diatur oleh guru.Di sini juga akan dibahas penggunaan media pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dalam makalah ini.

b. Tujuan1. Mengetahui Pengertian Media Pembelajaran2. Mengetahui perbedaaan Media Pembelajaran dengan Media Pendidikan dan Media Massa3. Mengetahui Manfaat media pembelajaran dalam pengajaran bahasa inggris

 BAB IIPEMBAHASAN

A. PengertianKata media berasal dari bahasa latin yaitu medius yang secara harfiah berarti “tengah”, “perantara”, atau “pengantar”. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara () atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.Menurut Gerlach dan Ely (1971), media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Sehingga guru, buku teks dan lingkungan sekolah marupakan media.Fleming (1987: 234) menyatakan media berfungsi untuk mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak yaitu siswa dan isi pelajaran.Hainich dan kawan-kawan (1982) mengemukakan istilah media sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.Kesimpulannya, media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.• Media PembelajaranMedia pembelajaran adalah media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran menurut Gagne dan Briggs (1975) media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran yang terdiri dari buku, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar), foto, gambar, grafik, televisi dan computer.• Media PendidikanAdapun pengertian media pendidikan itu antara lain:a. Media pendidikan memiliki pengertian fisik (hardware) atau perangkat keras, yaitu sesuatu benda yang dapat dilihat, didengar atau diraba dengan panea indera.b. Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik (software) atau perangkat lunak, yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa.c. Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.d. Media pendidikan memiliki pengertian alat bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas.e. Media pendidikan dapat digunakan secara missal (radio, TV), kelompok besar dan kecil (film, slide, video, OHP), atau perorangan (modul, computer, radio, tape,/kaset, video recorder)Jadi kesimpulannya, media pendidikan adalah perantara yang membawa informasi atau pesan-pesan sebagai sumber belajar, baik berupa software dan hardware. Contoh media pendidikan adalah gambar, foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, radio dan lain-lain.

Page 53: Makala h

• Media MassaMedia massa berasal dari dua kata, yaitu media dan massa. Media adalah alat atau perantara, sedangkan massa adalah orang banyak dan masyarakat umum. Jadi dapat disimpulkan bahwa media massa adalah suatu perantara untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat atau orang banyak. Pesannya itu mengandung informasi-informasi yang diperlukan masyarakat, baik mengenai politik, sosial, ekonomi, maupun budaya. Sehingga dengan adanya media massa masyarakat mendapat pengetahuan tentang negaranya. Contoh dari media massa adalah surat kabar dan Koran.

B. Manfaat Media PembelajaranSalah satu alasan penggunaan media pembelajaran adalah terkait dengan manfaat media pembelajaran bagi keberhasilan belajar mengajar di kelas. Salah satu aspek yang menentukan keberhasilan dalam belajar mengajar adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat.Menurut Hamalik (1986), media pembelajaran yang tepat dapat membangkitkan motivasi, keinginan minat, dan rangsangan kepada siswa. Sehingga dapat membantu pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi.Adapun mengapa media pembelajaran yang tepat dapat membawa keberhasilan belajar dan mengajar di kelas, menurut Levie dan Lentz (1982), itu karena media pembelajaran khususnya media visual memiliki empat fungsi yaitu:• Fungsi atensi, yaitu dapat menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi dan pelajaran.• Fungsi afektif, yaitu dapat menggugah emosi dan sikap siswa.• Fungsi kognitif, yaitu memperlancar tujuan untuk memahami dan mengingat informasi/pesan yang terkandung dalam gambar.• Fungsi compensations, yaitu dapat mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau secara verbal.

Alasan-alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi proses belajar siswa yaitu:a. Alasan yang pertama yaitu berkenaan dengan menfaat media pengajaran itu sendiri, antara lain:1. Pengajaran lebih menarik perhatian siswa, sehingga menumbuhkan motivasi belajar.2. Bahan pengajaran lebih jelas maknanya, sehingga dapat menguasai tujuan pembelajaran dengan baik.3. Metode pengajaran akan bervariasi4. Siswa dapat lebih banyak melakukan aktivitas belajar, seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.

b. Alasan kedua yaitu sesuai dengan taraf berpikir siswa. Dimulai dari taraf berfikir konkret menuju abstrak, dimulai dari yang sederhana menuju berfikir yang kompleks. Sebab dengan adanya media pengajaran hal-hal yang abstrak dapat dikonkretkan, dan hal-hal yang kompleks dapat disederhanakan. Itulah beberapa alasan mengapa media pembelajaran dapat mempertinggi keberhasilan dalam proses belajar mengajar.

C. Perbedaan Media dua dimensi dan tiga dimensi

1. Media Dua DimensiMedia dua dimensi sering disebut media grafis. Media dua dimensi adalah media yang memiliki ukuran panjang dan lebar. Grafis sebagai media pengajaran dapat mengkombinasikan fakta-fakta, gagasan-gagasan secara jelas dan kuat melalui perpaduan antara ungkapan atau grafik. Kata-kata dan angka-angka dipergunakan sebagai judul dan penjelasan kepada grafik, bagan, diagram, poster, kartun dan komik. Sedangkan sketsa, lambing bahkan foto digunakan untuk mengartikan fakta, pengertian dan gagasan yang pada hakikatnya sebagai penyajian grafis. Contoh media dua dimensi C media grafis, yaitu:

Page 54: Makala h

a. BaganYaitu kombinasi antara media grafis dan gambar foto yang dirancang untuk memvisualisasikan secara logis dan teratur mengenai fakta pokok atas gagasan. Fungsi bagan adalah untuk menunjukkan hubungan, perbandingan, jumlah relative, perkembangan, proses, klasifikasi dan organisasi.b. DiagramYaitu suatu gambaran sederhana yang dirancang untuk memperlihatkan hubungan timbal-balik terutama dengan garis-garis.c. GrafikYaitu penyajian data berangka. Grafik merupakan keterpaduan yang lebih menarik dengan sejumlah tabulasi data yang tersusun dengan baik. Tujuan dalam grafik adalah memperlihatkan perbandingan, informasi kualitatif dengan cepat serta sederhana. Beberapa macam grafik diantaranya yaitu grafik garis, batang, lingkaran, atau piring dan grafik.d. PosterYaitu kombinasi visual dari rancangan yang kuat dengan makna dan pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang lewat tetapi cukup lama menanamkan gagasan yang berarti dalam ingatannya. Poster berguna untuk motivasi, peringatan dan pengalaman yang kreatif.

e. KartunYaitu penggambaran dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang, gagasan, atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat.f. KomikYaitu suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberi hiburan kepada para pembaca.

2. Media Tiga DimensiYaitu media yang mempunyai panjang, lebar dan isi. Media tiga dimensi yang sering dipakai adalah model dan boneka. Model adalah tiruan 3 dimensional dari beberapa objek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, terlalu kecil, terlalu mahal, terlalu jarang, terlalu ruwet untuk dibawa ke kelas, dan dipelajari siswa dalam wujud aslinya.1) Jenis model dan penggunaannyaa) Model padat (solid model), yaitu memperlihatkan bagian permukaan luar dari pada objek dan sering kali membuang bagian-bagian yang membingungkan gagasan-gagasan utamanya dari bentuk, warna dan susunannya. Contoh model padat yaitu boneka, bendera, bola, anatomi manusia. Guna model padat untuk membantu dan melayani para siswa sebagai informasi berbagai pengetahuan agar siswa lebih paham dalam pelajaran.b) Model penanpang (cuteway model), yaitu memperlihatkan bagaimana sebuah objek itu tampak, apabila bagian permukaannya diangkat untuk mengetahui susunan bagian dalamnya. Model ini berguna untuk mata pelajaran biologi, karena berfungsi untuk mengganti objek sesungguhnya.c) Model kerja (working model), yaitu tiruan dari objek yang memperlihatkan bagian luar dari objek asli. Gunanya untuk memperjelas dalam pemberian materi kepada siswa.d) Mock-ups, yaitu penyederhanaan susunan bagian pokok dan suatu proses atau sistem yang lebih ruwet. Guru menggunakan mock-up untuk memperlihatkan bentuk berbagai objek nyata seperti kondensator-kondensator, lampu-lampu tabung,serta pengeras suara, lambing-lambang yang berbeda dengan apa yang tertera di dalam diagram.e) Diorama, yaitu sebuah pemandangan 3 dimensi mini bertujuan menggambarkan pemandangan sebenarnya.2) Jenis boneka dan penggunaannyaContohnya boneka tangan, dan wayang yang dapat digunakan agar siswa menjadi lebih tertarik untuk belajar.

Page 55: Makala h

D. Berbagai bentuk media audio visualMedia audio visual terdiri dari dua kata yaitu audio dan visual. Audio artinya pendengaran atau dapat didengar, sedangkan visual yaitu yang Nampak oleh mata atau yang kelihatan. Jadi media audio visual adalah media yang dapat didengar dan dapat pula dilihat oleh panca indera kita. Contoh media audio visual yaitu televisi dan computer.Kelebihan media Audio Visual, yaitu:o Pada televisi; televisi bersifat langsung, dapat membawa dunia nyata ke rumah dan ke kelas-kelas, seperti orang, tempat-tempat, dan peristiwa-peristiwa, melalui penyiaran langsung/rekaman.o Menghemat waktu guru dan siswa.o Televisi bersifat langsung dan nyata, sehingga siswa dapat dengan jelas melihat program apa yang lagi ditayangkan dan dapat memaksimalkan fungsi inderanya yaitu mata dan telinga.o Lebih menarik minat siswao Pelajaran lebih bervariasi dan berkesano Jangkauannya luas

Kelemahan media audio visual adalah:o Keanekaragaman siaran di TV menyulitkan guru untuk memilih siaran mana yang baik dan sesuai dengan pelajaran.o Alat dan dana yang tidak memungkinkan.o Menyita waktu guru, karena harus menjelaskan lagi setiap peristiwa yang ada.o Tidak setiap guru mampu menjelaskan peristiwa yang ada secara gambling.

E. Kriteria pemilihan media pelajaranFaktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pendidikan adalah sebagai berikut- Relevansi pengadaan media pendidikan edukatif- Kelayakan pengadaan media pendidikan edukatif- Kemudahan pengadaan media pendidikan edukatifHarus disadari bahwa setiap media memiliki kelemahan dan kelebiha. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan media menjadi penting bagi gurudapat memperkecil kelemahan atas media yang dipilih oleh guru sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki.Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:• Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.• Keterpaduan (validitas).Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.• Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama bukanlah jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media yang ada, mudah diperoleh dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana.• Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil. Apapun medianya, guru harus mampu menggunakan dalam proses pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP), proyektor slide, dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses belajar mengajar di kelas.• Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.• Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa. Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

Page 56: Makala h

Menurut Prof. Drs Hartono Kasmadi M.Sc bahwa dalam memilih media pendidikan perlu dipertimbangkan adanya 4 hal yaitu: produksi, peserta didik, isi, dan guru.1) Pertimbangan produksi- Availabilty- Cost- Physical condition- Accessibility to student- Emotional impact.2) Pertimbangan peserta- Students characeristics- Students relevance- Students involvement3) Pertimbangan isi- Curriculair – relevance- Content-soundness- Presentation4) Pertimbangan guru- Teacher-Utilization- Teacher peace of mind

BAB IIIPENUTUP

Media merupakan suatu perantara (alat) untuk mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan media yang tepat dapat menunjang keberhasilan dalam proses pembelajaran. Media dua dimensi dan tiga dimensi masing-masing berbeda dan mempunyai kelebihan dan kelemahan tersendiri. Media pembelajaran yang diuraikan diatas mampu diaplikasikan dalam pengajaran bahasa Inggris. Hal ini akan lebih mempermudah bagi guru dan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seperti yang kita ketahui media pembelajaran itu banyak macamnya. Untuk proses belajar mengajar yang baik kita harus menggunakan media pembelajaran yang tepat. Oleh karena itu guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan bahan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik dan lancar.

 DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2006. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.Danim, Sudarbuan. 1995. Media Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai.2002. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.S. Sadiman, Arief, dkk. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali PersHarjanto. Perencanaan pengajaran. Rineka cipta

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangMotivasi berpangkal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Adapun menurut Mc.

Page 57: Makala h

Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan di dahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan oleh Mc. Donald ini mengandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni motivasi itu mengawalinya terjadinya perubahan energi, ditandai dengan adanya feeling, dan dirangsang karena adanya tujuan

B. Rumusan masalahSeberapa pentingkah motivasi bagi dunia pendidikan?

C. Tujuan• Mengetahui pengertian motivasi dalam dunia pendidikan• Mengetahui tugas guru sebagai seorang motivator dalam kegiatan belajar mengajar.• Mengetahui sumber dan penggolongan motivasi manusia•  Mengetahui dinamika prilaku sosial manusiaBAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian, sumber, dan penggolongan motivasi perilaku manusiaa. Para ahli mendefinisikannya dengan cara dan gaya yang berbeda, namun esensinya menuju kepada maksud yang sama, ialah bahwa motivasi itu merupakan:- Suatu kekuatan atau tenaga atau daya;- Suatu keadaan kompleks dan kesiapsediaan dalam diri individu untuk bergerak ke arah tujuan tertentu, baik disadari maupun tidak disadari.b. Motivasi tersebut timbul dan tumbuh berkembang dengan jalan- Datang dari dalam diri individu itu sendiri (intrinsik)- Datang dari lingkungan (ekstrinsik)c. Atas dasar sumber dan proses perkembangan, terjadi penggunaan berbagai macam istilah yang sering dipertukarkan. Untuk keperluan studi psikologis telah diadakan penertiban dengan diadakan penggolongannya, antara lain sebagai berikut ini.1. Motif primer (motivasi dasar)Menunjukkan kepada motif yang tidak dipelajari yang untuk ini sering juga digunakan istilah dorongan. Golongan motif ini pun dibedakan lagi ke dalam:(a) Dorongan fisilogis yang bersumber pada kebutuhan organis yang mencakup antara lain lapar, haus, pernapasan, seks, kegiatan, dan istirahat. Untuk menjamin kelangsungan hidup organis diperlukan pemenuhan kebutuhan – kebutuhan tersebut sehingga mencapai keadaan fisik yang seimbang.(b) Dorongan umum da motif darurat, termasuk didalamnya dorongan takut, kasih sayang, kegiatan, kekaguman, dan ingin tahu,dalam hubungannya dengan rangsangan dari luar, termasuk dalam golongan melarikan diri, menyerang, berusaha dan mengejar untuk menyelamatkan dirinya.2. Motif skunderMenunjukkan kepada motif yang berkembang dalam diri individu karena pengalaman, dan dipelajari kedalam golongan sebagai berikut :(a) Takut yang dipelajari (learned fears)(b) Motif social (ingin diterima, ingin dihargai, konformitas, afiliasi dll)(c) Motif – motif obyektif (eksplorasi, manipulasi, dan minat)(d) Maksud (purpose) dan aspirasi(e) Motif berprestasi (achievement motive)

B. Dinamika proses perilaku manusia(a) Dipandang dari segi motifnya setiap gerak manusia itu selalu mengandung 3 aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan :1. Motivating statesTimbul kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagi akibat terasanya kebutuhan jaringan atau sekresi, hormonal dari dalam diri organisme atau tergantung pada stimulasi tertentu.

Page 58: Makala h

2. Motivating behaviorBergeraknya organisme kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak dipenuhi dan dipuaskannya. Misal: haus mencari air untuk diminum, dengan demikian setiap prilaku manusia bersifat instrumental (sadar atau tak sadar)3. Satisfied conditionsDengan dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka dalam kesimbangan dari dalam organism pulih kembali dengan terpeliharanya, homostetis, kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.(b) Terjadinya metabolism dan penggunaan atau pelepasan kalori, perangsangan kembali, dan sebagainya, kepuasan itu hanya bersifat temporal (sementara). Oleh karena itu, gerakkan proses prilaku itu sebenarnya akan berlangsung secara siklus (cyclical) yang dapat digambarkan secara sistematis :

C. Cara mengukur dan usaha meningkatkan motivasi(a) Meskipun motivasi itu merupakan suatu kekuatan, namun tidaklah merupakan suatu substansi yang dapat kita amati. Yang dapat kita lakukan ialah mengidentifikasi beberapa indikator dalam term – term berikut :a) Durasinya kegiatan ( berapa lama kemampuan penggunaan waktunya untuk melakukan kegiatan)b) Frekuensinya kegiatan (berapa sering kegiatan dilakukan dalam preiode waktu tertentu)c) Presistensinya ketetapan dan kelekatannya pada tujuan kegiatand) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuane) Devosi pengabdian dan pengorbanan uang, tenaga, pikiran bahkan jiwanya atau nyawanya untuk mencapai tujuanf) Tingkatan aspirasinya, maksud rencana, cita – cita, sasaran atau target dan idolanya yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan.g) Tingkatan kualifikasi prestasi atau produk atau out put yang dicapai.h) Arah sikapnya terhadap sasaran kegiatan.(b) Dari indicator diatas maka akan melahirkan teknik pendekatan dan pengukuran tertentu dapat dipergunakana) Tes tindakan disertai observasib) Quesioner dan infentoric) Mengarang bebas untuk mengetahui cita – cita dan aspirasid) Tes prestasi dan skala sikap(c) Saran upaya untuk meningkatkan motivasi kerja dan termasuk belajar sebagai berikut :a) Hindarkan sugesti dan kondisi yang negatifb) Ciptakan situasi kompetisi yang sehatc) Adakan pacemaking atas dasar prinsip goalgradienedd) Informasikan hasil kegiatan dan berikan kesempatan pada individua tau kelompoke) Memberikan ganjaran dan hadiah (reward and bonus atau insentif dapat diberikan dalam bentuk pujian, piagam, fasilitas, kesempatan promosi)

D. Proses membuat pilihan dan keputusan, konflik dan frustasi, serta bentuk prilaku penyesuaiaannya.1. Dalam rangkaian proses pemenuhan felts needs individu pada umumnya dihadapkan pada sejumlah alternatif baik dalam aspek maupun dalam tahapan- Instrumentals behaviornya kemungkinan – kemungkinan tindakan yang dapat ditempuh.- Goal atau incentive kemungkinan sasaran tujuan yang hendak dicapai2. Individu harus menentukan pilihan diantara alternative yang ada factor – faktornya :- Pertimbangan untung rugi (cost – benefite) dari setiap alternatif secara rasional diuji- Kemauan ( the willingess ) dan kata hati ( the conscience of man) juga turut menentukan dalam proses pemilihan dan pengambilan keputusan itu karena resiko akibatnya juga harus ditanggung.3. Seandainya individu menghadapi alternative yang mengandung motif – motif atau resiko

Page 59: Makala h

untung rugi atau positif negative yang sama kuatnya, dan proses pemilihan dan pengambilan keputusanpun tidak dapat dilakukan dengan segera, maka dalam diri individu yang bersangkutan akan terjadi perang batin yang tidak berkesudahan dan berkeputusan (Psychological conflict)Sesuai dengan sifat motivasi atau resikonya dari setiap alternative ia akan mengalami kemungkinan:- Approach – approach conflict kalau semua alternatif yang ada sama – sama dikehendaki karena mengandung resiko yang sama – sama positif- Avoidance conflict kalau semua alternative yang ada sama – sama tidak dikehendaki karena mengandung resiko yang sama negative- Approach – avoidance conflict kalau alternative tertentu yang dikehendaki mengandung resiko yang positif tetapi sekalugus juga negative yang sama kuatnya.4. Kalau perang batin itu tidak dapat diatasi, individu yang bersangkutan akan merasa kekecewaan mendalam karena tujuan yang dikehendakinya tak bisa terlaksanakan dan tercapai. Perasaan kecewa itu dan situasi tidak tercapai tujuan yang dikehendakinya itulah yang dalam psikologi lazim disebut frustasi. sumber yang emndatangkan frustasi ini berwujud manusia (person) baik diri sendiri maupun oranglain. Hal yang bukan orang peristiwa atau keadaan alam situasi lain.5. Reaksi individu yang bersangkutan terhadap frustasi bermacam – macam prilakunya, tergantung pada kemampuan akal sehatnya (reasoning intelligence)6. Kalau akal sehat berani menghadapi kenyataan, pada akhirnya mungkin dengan bantuan pihak dan cara tertentu konselor, psikolog, orang tua, temen deket, ulama, pendeta, istikhoroh/meditasi. Ia juga dapat mengambil keputusan yang sehat secara rasional sehingga tujuannya tercapai. Tindakan itu disebut Adjusment (penyesuaian permasalahan). Adjustment ini mungkin dilakukan dengan cara :- Aktif ia merubah lingkungan, mungkin mencari dan mengubah alternatifnya tetapi dapat sampai pada goalnya yang diinginkan.- Pasif ia mengubah dirinya mungkin mengadakan modifikasi aspirasinya sehingga ia dapat menetapkan tujuan secara realistic dan bertindak secara realistic pula.7. Namun jika akal sehatnya tidak mampu berfungsi sebagaimana mestinya, perilaku yang bersangkutan dikendalikan oleh hasrat emosionalnya. Oleh karena itu, reaksinyapun akan bersifat emocional pula dengan demikian, meskipun ia berusaha mencapai penyelesaian pencapaian tujuannya, kemungkinan besar akan selalu kandas bahkan mungkin mendapatkan hasil dan mengalami situasi yang lebih buruk dari apa yang diharapkan. Penyesuaian yangsalah atau keliru seperi yang disebut maladjusment.Intellegence secara fungsional dalam proses tindakan dapat dikemukanan menjadi beberapa jenis ialah :- Agresi marah- Kecemasan tak berdaya- Regresi- Fiksasi- Represi- Rasionalisasi- Proyeksi- Sublimasi- Kompensasi- Berfantasi8. Sudah jelas, guru mempunyai tanggungjawab moral yang amat berat kalau situasi sekolah dan tindakan pada guru mengakibatkan para siswa harus mengalami situasi – situasi dan berperilaku seperti diatas. Merupakan kewajiban moral pula untuk memberikan bantuan dan bimbingan secara positif terhadap siswa yang mungkin tak terelakkan mengalaminya. BAB IIIPENUTUP

Page 60: Makala h

Kesimpulan

Kegiatan belajar tidak selalu dilakukan di dalam ruangan kelas berdasarkan rancangan tertentu tetapi ada kegiatan belajar yang dilakukan di luar ruang kelas tanpa mengikuti rancangan tertentu. Dengan kegiatan belajar di kelas secara konvensional siswa belajar untuk memenuhi tuntutan tugas dan rancangan dari guru. Tetapi masih begitu banyak aktivitas belajar yang tanpa mengikuti aturan konvensional yang dicerminkan dalam desain instruksional. Artinya, siswa belajar karena keinginannya sendiri. Karenanya pengetahuan tentang “belajar” karena ditugasi dan belajar karena motivasi diri “penting” bagi guru.Dalam hal ini peranan guru sangat dibutuhkan karena peranan guru sebagai motivator sangat memberikan dampak yang besar bagi siswanya. Menghadapi siswa yang kurang termotivasi sangat membutuhkan strategi untuk mengembalikan semangat dalam belajarnya. Tak heran jika di sini guru dituntu untuk bisa memahami sedikit banyak karakter siswa dan problem solving bagi setiap masalah.Dengan begitu diharapkan semangat siswa akan memberikan output yang baik bagi diri mereka sendiri dan bagi dunia pendidikan pada umumnya. DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsuddin M., (2000), Psikologi Kependidikan, Bandung: Remaja R.http://www.google.com

Makalah Pendidikan: Dasar dan Tujuan Pendidikan Dasar dan Tujuan Pendidikan

Sebelum penulis membicarakan lebih lanjut tentang dasar dan tujuan pendidikan, maka penulis perlu terlebih dahulu membahas dasar pendidikan.

Page 61: Makala h

a. Dasar PendidikanYang dimaksud dengan dasar di sini adalah sesuatu yang menjadi kekuatan bagi tetap

tegaknya suatu bangunan atau lainnya, seperti pada rumah atau gedung, maka pondasilah yang menjadi dasarnya. Begitu pula halnya dengan pendidikan, dasar yang dimaksud adalah dasar pelaksanaannya, yang mempunyai peranan penting untuk dijadikan pegangan dalam melaksanakan pendidikan di sekolah-sekolah atau di lembaga-lembaga pendidikan lainnya.

Adapun dasar pendidikan di negara Indonesia secara yuridis formal telah dirumuskan antara lain sebagai berikut:

1. Undang-Undang tentang Pendidikan dan Pengajaran No. 4 tahun 1950, Jo Nomor 2 tahun 1945, Bab III Pasal 4 Yang Berbunyi: Pendidikan dan pengajaran berdasarkan atas asas-asas yang termaktub dalam Pancasila, Undang-Undang Dasar RI dan kebudayaan bangsa Indonesia.

2. Ketetapan MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1966 Bab II Pasal 2 yang berbunyi: Dasar pendidikan adalah falsafah negara Pancasila.[1]

3. Dalam GBHN tahun 1973, GBHN 1978, GBHN 1983 dan GBHN 1988 Bab IV bagian pendidikan berbunyi: Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila…..……

4. Tap MPR Nomor II/MPR/1993 tentang GBHN dalam Bab IV bagian Pendidikan yang berbunyi: Pendidikan Nasional (yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 ….….

5. Undang-undang RI No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

6. Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.[2]

Dengan demikian jelaslah bahwa dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sesuai dengan UUSPN No. 2 tahun 1989 dan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003.

b. Tujuan Pendidikan

Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan, karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan masyarakat dan negara Indonesia.

Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR serta UUSPN No. 2 Tahun 1989 adalah sebagai berikut:

1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3 dicantumkan: “ Tujuan pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti yang dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945”.

2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan “ Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang

Page 62: Makala h

dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.

3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: “Pendidikan Nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkeperibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani”.[3]

4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II pasal 4 dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki penetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.[4]

Hierarki Tujuan Pendidikan di Negara Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Tujuan Pendidikan Nasional

Tujuan pendidikan ini merupakan tingkatan yang tertinggi. Pada tujuan ini digambarkan harapan masyarakat atau negara tentang ciri-ciri seorang manusia yang dihasilkan proses pendidikan atau manusia yang terdidik. Adapun yang dimaksud dengan tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum yang hendak dicapai oleh seluruh bangsa Indonesia dan merupakan rumusan kualifikasi terbentuknya setiap warga negara yang dicita-citakan bersama.

Tujuan pendidikan nasional secara formal di Indonesia telah beberapa kali mengalami perumusan atau perubahan, dan rumusan tujuan pendidikan nasional yang terakhir seperti disebutkan dalam Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab II Pasal 3 yang berbunyi: Tujuan pendidikan nasional ialah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia-manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. [5]

Perumusan tujuan pendidikan nasional tersebut dapat memberikan arah yang jelas bagi setiap usaha pendidikan di Indonesia. Untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, dibutuhkan adanya lembaga-lembaga pendidikan yang masing-masing mempunyai tujuan tersendiri, yang selaras dengan tujuan nasional. Oleh karena itu, setiap usaha pendidikan di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional, bahkan harus menopang atau menunjang tercapainya tujuan tersebut. [6]

2. Tujuan Institusional

Tujuan institusional adalah perumusan secara umum pola perilaku dan pola kemampuannya yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pendidikan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tugas yang harus dipikul oleh setiap lembaga dalam rangka menghasilkan lulusan dengan kemampuan dan keterampilan tertentu.[7]

Sebagai subsistem pendidikan nasional, tujuan institusional untuk setiap lembaga pendidikan tidak dapat terlepas dari tujuan pendidikan nasional. Hal ini disebabkan setiap lembaga pendidikan ingin menghasilkan lulusan yang akan menunjang tinggi martabat bangsa dan negaranya, yang bertekad untuk mempertahankan falsafah Pancasila sebagai dasar Negara, di samping kemampuan dan keterampilan tertentu sesuai dengan kekhususan setiap lembaga.

Page 63: Makala h

Dengan demikian, perumusan tujuan institusional dipengaruhi oleh tiga hal: (a) Tujuan Pendidikan Nasional (b) Kekhususan setiap lembaga; dan (c) Tingkat usia peserta didik

Tujuan institusional itu dicapai melalui pemberian berbagai pengalaman belajar kepada peserta didiknya.[8]

3. Tujuan Kurikuler

Tujuan Kurikuler adalah tujuan yang dirumuskan secara formal pada kegiatan kurikuler yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler sifatnya lebih khusus jika dibandingkan dengan tujuan institusional, tetapi tidak boleh menyimpang dari tujuan institusional. Seperti misalnya, tujuan kurikulum di sekolah-sekolah ada mata pelajaran kewarganegaraan yang berbeda dibandingkan dengan SMP.

Tujuan mata pelajaran untuk Kewarganegaraan di sekolah-sekolah tersebut disebut tujuan kurikuler sesuai dengan kurikulum pada masing-masing sekolah.

Tujuan kurikuler merupakan penjabaran dari tujuan institusional, yang berarti lebih khusus dari pada tujuan Institusional.

4. Tujuan Instruksional

Tujuan Instruksional merupakan tujuan yang hendak dicapai setelah selesai proses belajar mengajar/program pengajaran. Tujuan tersebut merupakan penjabaran dari tujuan kurikuler, yang merupakan perubahan sikap atau tingkah laku secara jelas. Tujuan Instruksional dapat dibagi menjadi dua, yaitu Tujuan Instruksional Umum (TIU) dan Tujuan Instruksional Khusus (TIK).

Dalam merumuskan tujuan tujuan instruksional ini, terlebih-lebih tujuan instruksional khusus harus berorientasi kepada peserta didik, atau kepada output-oriented. Tujuan Instruksional akan mempengaruhi pemilihan materi, metode, strategi, dan lainnya demi mencapai tujuan instruksional yang telah dirumuskan.

Sesuai dengan visi dan misi pendidikan Nasional, maka tujuan pendidikan harus mencerminkan kemampuan system pendidikan Nasional untuk mengakomodasikan berbagai tuntutan peran yang multi dimensional. Secara umum, pendidikan harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas dengan: (1). Kepribadian kuat, religius dan menjunjung tinggi budaya luhur (2). Kesadaran demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara (3). Kesadaran moral hokum yang tinggi dan (4). Kehidupan yang makmur dan sejahtera.

UNESCO pada tahun 1996 mencanangkan pilar-pilar penting dalam pendidikan, yakni bahwa pendidikan hendaknya mengembangkan kemampuan belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar untuk melakukan sesuatu (learning to do), belajar menjadi seseorang (learning to be), dan belajar menjalani kehidupan bersama (learning to live together). Dalam konteks Indonesia, penerapan konsep pilar-pilar pendidikan ini adalah bahwa system pendidikan Nasional berkewajiban untuk mempersiapkan seluruh warganya agar mampu berperan aktif dalam semua sector kehidupan guna mewujudkan khidupan yang cerdas, aktif, kreatif, dan mengutamakan persatuan dan kesatuan.[9]

[1] Ketetapan MPRS XXVII, 1966, IKIP Malang, 1968

Page 64: Makala h

[2] Undang-undang RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Citra Umbara, Bandung, 2003: 7

[3] Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003: 36

[4] Peraturan Pemerintah Tahun Publik Indonesia. No. 27-28-29-30 tahun 1990 Tentang Pelaksanaan Sistem Pendidikan Nasional Beserta Penjelasannya: 163-164

[5] Undang-Undang RI No 20 Tahun 2003 Op. cit: 7

[6] Zuhairini, Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Universitas Negeri Malang (UM PRESS), Malang, 2004: 22

[7] Zahara Idris. Lisma Jamal, Pengantar Pendidikan, PT Grasindo, Jakarta, 1992: 31

[8] Ibid: 31

[9] Fasli Jalil, Dedi Supriadi, Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi Daerah, Adicita Karya Nusa, Yogyakarta, 2000: 6

ontoh Makalah Pembelajaran Terpadu Guru SD MI - Makalah Pendidikan Guru

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Page 65: Makala h

Dewasa ini setiap satuan pendidikan secara bertahap harus melaksanakan pengelolaan penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah no. 19 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. PP no. 19 ini memberikan arahan tentang delapan standar nasional pendidikan, yang meliputi: (a) standar isi; (b) standar proses; (c) standar kompetensi lulusan; (d) standar pendidik dan tenaga kependidikan; (e) standar sarana dan prasarana; (f) standar pengelolaan; (g) standar pembiayaan; dan (h) standar penilaian pendidikan.

Peserta didik yang berada pada sekolah dasar kelas satu, dua, dan tiga berada pada rentangan usia dini. Pada usia tersebut seluruh aspek perkembangan kecerdasan seperti IQ, EQ, dan SQ tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Pada umumnya mereka masih melihat segala sesuatu sebagai satu keutuhan (berpikir holistik) dan memahami hubungan antara konsep secara sederhana. Proses pembelajaran masih bergantung kepada objek-objek konkret dan pengalaman yang dialami secara langsung.

Saat ini, pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SD kelas I – III untuk setiap mata pelajaran dilakukan secara terpisah, misalnya IPA 2 jam pelajaran, IPS 2 jam pelajaran, dan Bahasa Indonesia 2 jam pelajaran. Dalam pelaksanaan kegiatannya dilakukan secara murni mata pelajaran yaitu hanya mempelajari materi yang berhubungan dengan mata pelajaran itu. Sesuai dengan tahapan perkembangan anak yang masih melihat segala sesuatu sebagai suatu keutuhan (berpikir holistik), pembelajaran yang menyajikan mata pelajaran secara terpisah akan menyebabkan kurang mengembangkan anak untuk berpikir holistik dan membuat kesulitan bagi peserta didik.

Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran yang terpisah, muncul permasalahan pada kelas rendah (I-III) antara lain adalah tingginya angka mengulang kelas dan putus sekolah. Angka mengulang kelas dan angka putus sekolah peserta didik kelas I SD jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang lain. Data tahun 1999/2000 memperlihatkan bahwa angka mengulang kelas satu sebesar 11,6% sementara pada kelas dua 7,51%, kelas tiga 6,13%, kelas empat 4,64%, kelas lima 3,1%, dan kelas enam 0,37%. Pada tahun yang sama angka putus sekolah kelas satu sebesar 4,22%, masih jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas dua 0,83%, kelas tiga 2,27%, kelas empat 2,71%, kelas lima 3,79%, dan kelas enam 1,78%.

Angka nasional tersebut semakin memprihatinkan jika dilihat dari data di masing-masing propinsi terutama yang hanya memiliki sedikit taman kanak-kanak. Hal itu terjadi terutama di daerah terpencil. Pada saat ini hanya sedikit peserta didik kelas satu sekolah dasar yang mengikuti pendidikan prasekolah sebelumnya. Tahun 1999/2000 tercatat hanya 12,61% atau 1.583.467 peserta didik usia 4-6 tahun yang masuk taman Kanak-kanak, dan kurang dari 5 % peserta didik berada pada pendidikan prasekolah lain.

Permasalahan tersebut menunjukkan bahwa kesiapan sekolah sebagian besar peserta didik kelas awal sekolah dasar di Indonesia cukup rendah. Sementara itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa peserta didik yang telah masuk taman kanak-kanak memiliki kesiapan bersekolah lebih baik dibandingkan dengan peserta didik yang tidak mengikuti pendidikan taman kanak-kanak. Selain itu, perbedaan pendekatan, model, dan prinsip-prinsip pembelajaran antara kelas awal sekolah dasar dengan pendidikan pra-sekolah dapat juga menyebabkan peserta didik yang telah mengikuti pendidikan pra-sekolah pun dapat saja mengulang kelas atau bahkan putus sekolah.

Atas dasar pemikiran di atas dan dalam rangka implementasi Standar Isi yang termuat dalam Standar Nasional Pendidikan, maka pembelajaran terpadu sangat penting untuk dilaksanakan di tingkat sekolah dasar, agar pembelajaran di kelas tidak monoton, menyenangkan serta bermakna bagi kehidupan peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Page 66: Makala h

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan pembelajaran terpadu?2. Bagaimanakah prinsip-prinsip dari pembelajaran terpadu?3. Apakah ciri-ciri dari pembelajaran terpadu?4. Apakah kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu?5. Mengapa pembelajaran terpadu penting untuk diterapkan di tingkat sekolah dasar?

C. Tujuan Penulisan

Dari uraian rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan pengertian pembelajaran terpadu.2. Untuk mendeskripsikan prisip-prinsip dari pembelajaran terpadu.3. Untuk menidentifikasi ciri-ciri dari pembelajaran terpadu.4. Untuk menidentifikasi kelebihan dan kelemahan dari pembelajaran terpadu.5. Untuk menguraikan alasan pentingnya pembelajaran terpadu untuk diterapkan di tingkat

sekolah dasar.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini, yaitu:

1. Dapat dijadikan sebagai bahan bacaan mahasiswa calon guru SD.2. Dapat menunjang bahan mata kuliah Pembelajaran Terpadu.3. Dapat memberikan pengetahuan bagi pendidik khusunya untuk guru SD tentang model

pembelajaran terpadu.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Terpadu

Beberapa pengertian dari pembelajaran terpadu yang dikemukakan oleh beberapa orang pakar pembelajaran terpadu diantaranya :

1) menurut Cohen dan Manion (1992) dan Brand (1991), terdapat tiga kemungkinan variasi pembelajaran terpadu yang berkenaan dengan pendidikan yang dilaksanakan dalam suasana pendidikan progresif yaitu kurikulum terpadu (integrated curriculum), hari terpadu (integrated day), dan pembelajaran terpadu (integrated learning). Kurikulum terpadu adalah kegiatan menata keterpaduan berbagai materi mata pelajaran melalui suatu tema lintas bidang membentuk suatu keseluruhan yang bermakna sehingga batas antara berbagai bidang studi tidaklah ketat atau boleh dikatakan tidak ada. Hari terpadu berupa perancangan kegiatan siswa dari sesuatu kelas pada hari tertentu untuk mempelajari atau mengerjakan berbagai kegiatan sesuai dengan minat mereka. Sementara itu, pembelajaran terpadu menunjuk pada kegiatan belajar yang terorganisasikan secara lebih terstruktur yang bertolak pada tema-tema tertentu atau pelajaran tertentu sebagai titik pusatnya (center core / center of interest);

2) menurut Prabowo (2000 : 2), pembelajaran terpadu adalah suatu proses pembelajaran dengan melibatkan / mengkaitkan berbagai bidang studi. Dan ada dua pengertian yang perlu dikemukakan untuk menghilangkan kerancuan dari pengertian pembelajaran terpadu di atas,

Page 67: Makala h

yaitu konsep pembelajaran terpadu dan IPA terpadu.

Menurut Prabowo (2000:2), pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi. Pendekatan belajar mengajar seperti ini diharapkan akan dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada anak didik kita. Arti bermakna disini dikarenakan dalam pembelajaran terpadu diharapkan anak akan memperoleh pemahaman terhadap konsep-konsep yang mereka pelajari dengan melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang sudah mereka pahami.

Pembelajaran terpadu merupakan pendekatan belajar mengajar yang memperhatikan dan menyesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik (Developmentally Appropriate Practical). Pendekatan yang berangkat dari teori pembelajaran yang menolak drill-system sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.

Langkah awal dalam melaksanakan pembelajaran terpadu adalah pemilihan/ pengembangan topik atau tema. Dalam langkah awal ini guru mengajak anak didiknya untuk bersama-sama memilih dan mengembangkan topik atau tema tersebut. Dengan demikian anak didik terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pembuatan keputusan.

Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan terpadu ini diharapkan akan dapat memperbaiki kualitas pendidikan dasar, terutama untuk mencegah gejala penjejalan kurikulum dalam proses pembelajaran di sekolah. Dampak negatif dari penjejalan kurikulum akan berakibat buruk terhadap perkembangan anak. Hal tersebut terlihat dengan dituntutnya anak untuk mengerjakan berbagai tugas yang melebihi kapasitas dan kebutuhan mereka. Mereka kurang mendapat kesempatan untuk belajar, untuk membaca dan sebagainya. Disamping itu mereka akan kehilangan pengalaman pembelajaran alamiah langsung, pengalaman sensorik dari dunia mereka yang akan membentuk dasar kemampuan pembelajaran abstrak (Prabowo, 2000:3).

B. Prinsip-prinsip Pembelajaran Terpadu

Berikut ini dikemukakan pula prinsip-prinsip dalam pembelajaran terpadu yaitu meliputi : 1) prinsip penggalian tema, 2) prinsip pelaksanaan pembelajaran terpadu, 3) prinsip evaluasi dan 4) prinsip reaksi.

Prinsip penggalian tema antara lain : a). Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan memadukan banyak bidang studi, b). Tema harus bermakna artinya bahwa tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya c). Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak. d). Tema yang dikembangkan harus mampu mewadahi sebagian besar minat anak, e). Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan penstiwa-peristiwa otentik yang terjadi dalam rentang waktu belajar, f) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku, serta harapan dari masyarakat, g). Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

Prinsip pelaksanaan terpadu di antaranya : a) guru hendaknya jangan menjadi “single actor “ yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar, b) pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasarna kelompok, c) guru perlu akomodatif terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam poses perencanaan.Prinsip evaluatif adalah : a). memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri di samping bentuk evaluasi lainnya, b) guru perlu mengajak siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang telah disepakati dalam kontrak.

Prinsip reaksi, dampak pengiring (nuturan efek) yang penting bagi perilaku secara sadar belum

Page 68: Makala h

tersentuh oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar. Karena itu, guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap reaksi siswa dalam semua “event “ yang tidak diarahkan ke aspek yang sempit tetapi ke suatu kesatuan utuh dan bermakna.Waktu pembelajaran terpadu bisa bermacam-macam yaitu : a) pembelajaran terpadu yang dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu apabila materi yang dijalankan cocok sekali diajarkan secara terpadu; b) Pembelajaran terpadu bersifat temporer, tanpa kepastian waktu dan bersifat situasional, dimana pelaksanaannya tidak mengikuti jadwal yang teratur, pelaksanaan pembalajaran terpadu secara spontan memiliki karakteristik dengan kegiatan belajar sesuai kurikulum yang isinya masih terkotak-kotak berdasarkan mata pelajaran. Walaupun demikian guru tetap harus merencanakan keterkaitan konseptual atau antar pelajaran, dan model jaring laba-laba memungkinkan dilaksanakan dengan pembelajaran terpadu secara spontan (tim pengembang PGSD, 1996); c) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu secara periodik, misalnya setiap akhir minggu, atau akhir catur wulan. Waktu-waktunya telah dirancang secara pasti; d) Ada pula yang melaksanakan pembelajaran terpadu sehari penuh. Selama satu hari tidak ada pembelajaran yang lain, yang ada siswa belajar dengan yang diinginkan. Siswa sibuk dengan urusannya masing-masing.

Pembelajaran ini dikenal dengan istilah “integrated day “ atau hari terpadu. Diawali dengan kegiatan pengelolaan kelas yang meliputi penyiapan aspek-aspek kegiatan belajar, alat-alat, media dan peralatan lainnya yang dapat menunjang terlaksananya pembelajaran terpadu. Dalam tahap perencanaan guru memberikan arahan kepada murid tentang kegiatan yang akan dilaksanakan, cara pelaksanaan kegiatan, dan cara siswa memperoleh bantuan guru.

Implikasi dari pembelajaran terpadu, bentuk hari terpadu, guru harus menentukan waktu maupun jumlah hari untuk pelaksanaan kegiatan tersebut dan dapat diisi dengan kegiatan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba; (4) Pembelajaran terpadu yang terbentuk dari tema sentral.

Implementasinya menuntut dilakukannya pengorganisasian kegiatan yang telah terstruktur. Pengorganisasian pada awal kegiatan mencakup penentuan tema dengan mempertimbangkan alat, bahan, dan sumber yang tersedia, jenis kegiatan serta cara guru membantu siswa. Untuk pelaksanaanya guru bekerjasama dengan guru kelas lainnya dalam merancang kegiatan belajar mengajar dengan memilih tema sentral transportasi dalam kehidupan.

C. Ciri-ciri Pembelajaran Terpadu

Hilda Karli dan Margaretha (2002:15) mengemukakan beberapa ciri pembelajaran terpadu, yaitu sebagai berikut:

Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi.Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan diharapkan anak mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah nyata di dalam kehidupannya.

Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri-inquiri. Peserta didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran yang secara tidak langsung dapat memotivasi anak untuk belajar.Sejalan dengan itu, Tim Pengembang PGSD (1977:7) mengemukakan bahwa pembelajaran terpadu memiliki ciri-ciri berikut ini.

1. Berpusat pada anak2. Memberikan pengalaman langsung pada anak3. Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas4. Memyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.

Page 69: Makala h

5. Bersikap luwes6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

D. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Terpadu

Pembelajaran terpadu memiliki kelebihan dibandingkan dengan pendekatan konvensional, yaitu sebagai berikut.

1. Pengalaman dan kegiatan belajar peserta didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.

2. Kegiatan yang dipilih dapat disesuaikan dengan minat dan kebutuhan peserta didik.3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi peserta didik sehingga hasil belajar akan

dapat bertahan lebih lama.4. Pembelajaran terpadu menumbuhkembangkan keterampilan berpikir dan sosial peserta

didik.5. Pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis dengan permasalahan

yang sering ditemui dalam kehidupan/lingkungan riil peserta didik.

Jika pembelajaran terpadu dirancang bersama, dapat meningkatkan kerja sama antar guru bidang kajian terkait, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan peserta didik, peserta didik/guru dengan nara sumber; sehingga belajar lebih menyenangkan, belajar dalam situasi nyata, dan dalam konteks yang lebih bermakna.

Di samping ada kelebihan di atas, pembelajaran terpadu memiliki kelemahan, terutama dalam pelaksanaannya, yaitu pada perancangan dan pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi proses, dan tidak hanya evaluasi dampak pembelajaran langsung saja. Puskur, Balitbang Diknas (ttg:9) mengidentifikasi beberapa kelemahan pembelajaran terpadu antara lain dapat ditinjau dari beberapa aspek, yaitu sebagai berikut.

1. Aspek GuruGuru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengemas dan mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian tertentu saja.

2. Aspek Peserta Didik

Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu juga akan terlambat.

3. Aspek Kurikulum

Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.

4. Aspek Penilaian

Pembelajaran terpadu memerlukan cara penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan.

Page 70: Makala h

5. Aspek Suasana Pembelajaran

Pembelajaran terpadu berkecenderungan mengutamakan salah satu bidang kajian dan ‘tenggelam’nya bidang kajian lain. Dengan kata lain, pada saat mengerjakan sebuah tema, maka guru berkecenderungan menekankan atau mengutamakan substansi gabungan tersebut sesuai dengan pemahaman, selera, dan latar belakang pendidikan guru itu sendiri.

E. Pentingnya Pembelajaran Terpadu Diterapkan Di Tingkat Sekolah Dasar

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan intelektual anak meliputi tahapan: (a) sensori-motor, (b) pra operasional, (c) operasional konkrit, dan (d) operasional formal. Anak-anak usia dini (2-8 th) berada pada tahapan pra operasional dan operasional konkrit, sehingga kalau kita merujuk pada teori ini, dalam praktik pembelajaran di kelas hendaknya guru memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada tahapan ini. Secara khusus pula para ahli psikologi pendidikan anak mengemukakan bahwa perkembangan anak usia dini bersifat holistik; perkembangan anak bersifat terpadu, di mana aspek perkembangan yang satu terkait erat dan mempengaruhi aspek perkembangan lainnya. Perkembangan fisik tidak bisa dipisahkan dari perkembangan mental, sosial, dan emosional ataupun sebaliknya, dan perkembangan itu akan terpadu dengan pengalaman, kehidupan, dan lingkungannya.

Merujuk pada teori-teori belajar, di antaranya teori Piaget, maka dalam pembelajaran di jenjang SD kelas rendah hendaknya kita menggunakan pendekatan yang berorientasi pada kebutuhan perkembangan anak (DAP atau Developmentally Appropiate Practice). Penggunaan pendekatan DAP ini mengacu pada beberapa asas yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu:

asas kedekatan, pembelajaran dimulai dari yang dekat dan dapat dijangkau oleh anak,asas faktual, pembelajaran hendaknya menapak pada hal-hal yang faktual (konkrit) mengarah pada konseptual (abstrak),

asas holistik dan integratif, pembelajaran hendaknya tidak memilah-milah topik pelajaran, guru harus memikirkan segala sesuatu yang akan dipelajari anak sebagai suatu kesatuan yang utuh dan terpadu,asas kebermaknaan, pembelajaran hendaknya penuh makna dengan menciptakan banyak proses manipulatif sambil bermain.

Model pembelajaran terpadu tidak hanya cocok untuk peserta didik usia dini, namun bisa juga digunakan untuk peserta didik pada satuan pendidikan SMP/MTs dan SMA/MA, karena pada hakikatnya model pembelajaran ini merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan otentik (Depdikbud: 1996:3).

Beberapa alasan pembelajaran terpadu cocok digunakan di tingkat SD sebagai berikut.

Pendidikan di SD harus memperhatikan perkembangan intelektual anak. Sesuai dengan taraf perkembangannya, anak SD melihat dunia sekitarnya secara menyeluruh, mereka belum dapat memisah-misahkan bahan kajian yang satu dengan yang lain.

Di samping memperhatikan perkembangan intelektual anak, guru juga haru mengurangi dampak dari fenomena ini di antaranya anak tidak mampu melihat dan memecahkan masalah dari berbagai sisi, karena ia terbiasa berfikir secara fragmentasi, anak dikhawatirkan tidak memiliki cakrawala pandang yang luas dan integratif. Cakrawala pandang yang luas diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang akan mereka hadapi nanti di masyarakat. Jadi merupakan bekal hidup yang sehat dalam memandang manusia secara utuh.

Page 71: Makala h

Integrated atau terpadu bisa mengacu pada integrated curricula (kurikulum terpadu) atau integrated approach (pendekatan terpadu) atau integrated learning (pembelajaran). Pada pelaksanaannya istilah kurikulum terpadu atau pembelajaran terpadu atau pendekatan terpadu dapat dipertukarkan, seperti dikatakan oleh pakar pendidikan dan guru besar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo Prof. Dr. Sri Anitah Wiryawan, M.Pd.(Pikiran Rakyat, 11 April 2003) “kurikulum terpadu adalah suatu pendekatan untuk mengorganisasikan kurikulum dengan cara menghapus garis batas mata pelajaran yang terpisah-pisah, sedangkan pembelajaran terpadu merupakan metode pengorganisasian pembelajaran yang menggunakan beberapa bidang mata pelajaran yang sesuai. Istilah kurikulum terpadu dengan pembelajaran terpadu dalam penggunaannya dapat saling dipertukarkan.

Pembelajaran terpadu merupakan suatu aplikasi salah satu startegi pembelajaran berdasarkan pendekatan kurikulum terpadu yang bertujuan untuk menciptakan atau membuat proses pembelajaran secara relevan dan bermakna bagi anak (Atkinson, 1989:9 dalam Ahmad). Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pembelajaran terpadu didasarkan pada pendekatan inquiry, yaitu melibatkan siswa mulai dari merencanakan, mengeksplorasi, dan brain storming dari siswa. Dengan pendekatan terpadu siswa didorong untuk berani bekerja secara kelompok dan belajar dari hasil pengalamannya sendiri. Collins dan Dixon (1991:6 dalam Ahmad) menyatakan tentang pembelajaran terpadu sebagai berikut: integrated learning occurs when an authentic event or exploration of a topic in the driving force in the curriculum. Selanjutnya dijelaskan bahwa dalam pelaksanaannya anak dapat diajak berpartisipasi aktif dalam mengeksplorasi topik atau kejadian, siswa belajar proses dan isi (materi) lebih dari satu bidang studi pada waktu yang sama.

Pembelajaran terpadu sangat memperhatikan kebutuhan anak sesuai dengan perkembangannya yang holistik dengan melibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran baik fisik maupun emosionalnya. Untuk itu aktivitas yang diberikan meliputi aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan yang holistik, bermakna, dan otentik sehingga siswa dapat menerapkan perolehan belajar untuk memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan program DAP yang dikemukakan Bredekamp (1992:7) dalam Ahmad, pada proses pembelajaran hendaknya menyediakan berbagai aktivitas dan bahan-bahan yang kaya serta menawarkan pilihan bagi siswa sehingga siswa dapat memilihnya untuk kegiatan kelompok kecil maupun mandiri dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinisiatif sendiri, melakukan keterampilan atas prakarsa sendiri sebagai aktivitas yang dipilihnya. Pembelajaran terpadu juga menekankan integrasi berbagai aktivitas untuk mengeksplorasi objek, topik, atau tema yang merupakan kejadian-kejadian, fakta, dan peristiwa yang otentik. Pelaksanaan pembelajaran terpadu pada dasarnya agar kurikulum itu bermakna bagi anak. Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar tidak digunakan secara terpisah-pisah, tetapi merupakan suatu kesatuan bahan yang utuh dan cara belajar yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa ciri yaitu : berpusat pada anak (student centered), proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, serta pemisahan antar bidang studi tidak terlihat jelas. Disamping itu pembelajaran terpadu menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam satu proses pembelajaran. Kecuali mempunyai sifat luwes, pembelajaran terpadu juga memberikan hasil yang dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.

Salah satu keterbatasan yang menonjol dari pembelajaran terpadu adalah pada faktor evaluasi.

Page 72: Makala h

Pembelajaran terpadu menuntut diadakannya evaluasi tidak hanya pada produk, tetapi juga pada proses. Evaluasi pembelajaran terpadu tidak hanya berorientasi pada dampak instruksional dari proses pembelajaran, tetapi juga pada proses dampak pengiring dari proses pembelajaran tersebut. Dengan demikian pembelajaran terpadu menuntut adanya teknik evaluasi yang banyak ragamnya.Jadi, pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali dan mengemukakan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik.

B. Saran

Masalah pembelajaran yang dihadapi para pendidik saat ini semakin kompleks. Untuk itu para pendidik khususnya para guru di SD diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dalam menciptakan dan mengembangkan model-model pembelajaran, agar dapat menunjang terciptanya proses belajar mengajar di kelas yang lebih bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

Indrawati. 2009. Model Pembelajaran Terpadu Di Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA).

http://anwarholil.blogspot.com/2008/04/pengertian-pembelajaran-terpadu.html

http://pembelajaranguru.wordpress.com/2008/05/20/model-pembelajaran-tematik-pembelajaran-terpadu-latar-belakang-mengapa-disarankan-untuk-digunakan-di-sd-dan-mi/

http://rbaryans.wordpress.com/2007/04/19/mengapa-memilih-pembelajaran-terpadu/ http://www.p4tkipa.org/data/pembelajaranterpadu.pdf

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/prinsip-prinsip-pembelajaran-terpadu/

Tim Pengembang PGSD. 1996. Pembelajaran Terpadu D-II PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Sumber : http://meilanikasim.wordpress.com/2011/04/20/makalah-pembelajaran-terpadu/

Semoga Contoh Makalah Pendidikan diatas tentang Makalah Pembelajaran Terpadu untuk Guru SD/MI dapat membantu anda semuanya, dan dapat dijadikan rujukan untuk makalah kuliah ataupun panduan penyusunan makalah guru SD, SMP dan SMK/SMA

Makalah Peningkatan Kualitas Mutu Pendidikan BAB1

Peningkatan Kualitas Mutu Pendidikan

BAB I

Page 73: Makala h

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Ini di buktikan antara lain dengan data UNESCO pada tahun 2000 tentang peringkat Indeks pembangunan manusia ( Human Develelopment Indeks) yaitu komposisi dari peringkat dari pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa Indeks pembangunan manusia Indonesia ( Human Develelopment Indeks) makin menurun. Diantara 174 negara di dunia Indonesia menempati urutan ke 102 pada tahun 1996, ke 99 pada tahun 1997, ke 105 pada tahun 1998, dan 109 pada tahun 1999.

Kualitas pendidikan di Indonesia yang rendah itu juga di tunjukkan data Balitbang tahun 2003 bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program. Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya 8 sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program. Dan dari 8.036 SMA ternyata hanya 7 sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategiri The Diploma Program.

Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di dalam negeri dan isu-isu mutakhir dari luar negeri yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia merupakan hal-hal yang harus segera ditanggapi dan dipertimbangkan dalam penyusunan kurikulum baru pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Pertama, dengan diluncurkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang baru telah membawa implikasi terhadap paradigma pengembangan kurikulum pendidikan dasar dan menengah antara lain pembaharuan dan diversifikasi kurikulum, serta pembagian kewenangan pengembangan kurikulum. Kedua, dengan perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan yang datang begitu cepat telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan serius. Ketiga, dengan kondisi masa sekarang dan kecenderungan di masa yang akan datang perlu dipersiapkan generasi muda termasuk peserta didik yang memiliki kompetensi yang multidimensional.Keempat, dengan mengacu pada ketiga hal tersebut maka pengembangan kurikulum masa sekarang harus dapat mengantisipasi persoalan-persoalan yang mempunyai kemungkinan besar sudah dan/atau akan terjadi.

Kurikulum yang dibutuhkan di masa yang akan datang yaitu kurikulum yang berbasis kompetensi. Kompetensi dikembangan untuk memberikan keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan, pertentangan, ketidakmenenentuan, ketidakpastian, dan kerumitan-kerumitan dalam kehidupan. Kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan karakter nasional.

Dengan kurikulum yang demikian dapat memudahkan guru yaitu:

belajar mengetahui, belajar melakukan, belajar menjadi diri sendiri,

dan belajar hidup dalam kebersamaanMempersiapkan peserta didik yang memiliki berbagai kompetensi pada hakikatnya merupakan upaya untuk menyiapkan peserta didik yang memiliki kemampuan intelektual, emosional, spiritual, dan sosial yang bermutu tinggi. Dengan memiliki kompetensi semacam itu, peserta didik diharapkan mampu untuk menghadapi dan mengatasi segala macam akibat dari adanya perkembangan dan perubahan yang terjadi.

B. Permasalahan

Page 74: Makala h

Apa makna data-data tentang rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia itu? Maknanya jelas ada masalah dalam sistem pendidikan di Indonesia . Masalahnya antara lain :

1. Masalah Kurikulum

2. Masalah Metode pembelajaran

3. Masalah Fasilitas atau sarana dan prasarana

4. Masalah Guru atau tenaga pendidik.

5. Masalah Evaluasi pembelajaran