Makala h

28
MOTTO : Apa yang kita tanam pada hari ini, itulah yang akan kita petik di masa depan. Oleh karena itu lakukanlah sesuatu yang bermanfaat di masa muda, niscaya kamu tidak akan menyesal di hari tua. i

Transcript of Makala h

Page 1: Makala h

MOTTO :

Apa yang kita tanam pada hari ini, itulah

yang akan kita petik di masa depan. Oleh

karena itu lakukanlah sesuatu yang

bermanfaat di masa muda, niscaya kamu

tidak akan menyesal di hari tua.

i

Page 2: Makala h

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang mana telah

memberi kita taufiq dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah

yang berjudul “Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia”.

Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad

SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari

jalan kegelapan menuju jalan yang terang benderang.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada

semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya penulisan makalah ini.

Semoga semua bantuan dicatat sebagai amal sholeh di hadapan Allah SWT.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan

bagi kami khususnya, dan segenap pembaca umumnya. Kami menyadari bahwa

makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari

berbagai pihak sangat kami harapkan untuk menuju kesempurnaan karya makalah

kami selanjutnya.

Sidoarjo, Maret 2008

Penulis

ii

Page 3: Makala h

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................. ii

MOTTO............................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR......................................................................................... iv

DAFTAR ISI........................................................................................................ v

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang .......................................................................... 1

B. Rumusan Masalah...................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN............................................................................... 5

A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia............................. 5

B. Strategi Paradigma Kesehatan..................................................... 7

C. Konsep Baru Tentang Makna Sehat............................................ 8

1. Paradigma Baru Kesehatan .................................................. 8

2. Upaya Kesehatan.................................................................. 9

3. Kebijakan Kesehatan Baru.................................................... 10

4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma............... 11

5. Indikator Kesehatan.............................................................. 11

6. Tenaga Kesehatan................................................................. 11

7. Pemberdayaan Mas............................................................... 12

8. Kesehatan dan Komitmen Politik......................................... 12

BAB III PENUTUP........................................................................................ 13

A. Kesimpulan................................................................................. 13

B. Saran .......................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 15

iii

Page 4: Makala h

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan

ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi

untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Dalam pengukuran Indeks

Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan adalah salah satu komponen utama

selain pendidikan dan pendapatan Dalam Undang-undang Nomor 23 tahun

1992 tentang Kesehatan ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera

dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif

secara sosial dan ekonomi.

Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari status

kesehatan dan gizi masyarakat, yaitu angka kematian bayi, kematian ibu

melahirkan, prevalensi gizi kurang dan umur angka harapan hidup. Angka

kematian bayi menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup

(2002–2003) dan angka kematian ibu melahirkan menurun dari 334 (1997)

menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (2002-2003). Umur harapan hidup

meningkat dari 65,8 tahun (1999) menjadi 66,2 tahun (2003). Umur harapan

hidup meningkat dari 65,8 tahun (Susenas 1999) menjadi 66,2 tahun

(2003).Prevalensi gizi kurang (underweight) pada anak balita, telah menurun

dari 34,4 persen (1999) menjadi 27,5 persen (2004).

Bila dilihat permasalahan gizi antar provinsi terlihat sangat bervariasi

yaitu terdapat 10 provinsi dengan prevalensi gizi kurang diatas 30% dan

bahkan ada yang diatas 40% yaitu di provinsi Gorontalo, NTB, NTT dan

Papua. Kasus gizi buruk umumnya menimpa penduduk miskin/tidak mampu.

Di sisi lain masalah baru gizi seperti kegemukan, terutama di wilayah

perkotaan cenderung meningkat karena perubahan gaya hidup masyarakat.

iv

Page 5: Makala h

Angka kesakitan yang tinggi terjadi pada anak-anak dan usia di atas 55 tahun,

dengan tingkat morbiditas lebih tinggi pada wanita dibanding pria. Sepuluh

penyakit dengan prevalensi tertinggi adalah penyakit gigi dan mulut,

gangguan refraksi dan penglihatan, Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),

gangguan pembentukan darah (anemia) dan imunitas, hipertensi, penyakit

saluran cerna, penyakit mata lainnya, penyakit kulit, sendi dan infeksi nafas

kronik. Selain itu Indonesia juga menghadapi ”emerging diseases” seperti

demam berdarah dengue (DBD), HIV/AIDS, Chikungunya, SARS, Avian

Influenza serta penyakit-penyakit ”re-emerging diseases” seperti malaria dan

TBC.

Kondisi umum kesehatan seperti dijelaskan di atas dipengaruhi oleh

berbagai faktor yaitu lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan.

Sementara itu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor antara

lain ketersediaan dan mutu fasilitas pelayanan kesehatan, obat dan perbekalan

kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan dan manajemen kesehatan. Fasilitas

pelayanan kesehatan dasar, yaitu Puskesmas yang diperkuat dengan

Puskesmas Pembantu dan Puskesmas keliling, telah didirikan di hampir

seluruh wilayah Indonesia. Saat ini, jumlah Puskesmas di seluruh Indonesia

adalah 7.550 unit, Puskesmas Pembantu 22.002 unit dan Puskesmas keliling

6.132 unit. Meskipun fasilitas pelayanan kesehatan dasar tersebut terdapat di

semua kecamatan, namun pemerataan dan keterjangkauan pelayanan

kesehatan masih menjadi kendala. Fasilitas ini belum sepenuhnya dapat

dijangkau oleh masyarakat, terutama terkait dengan biaya dan jarak

transportasi. Fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah Rumah Sakit yang

terdapat di hampir semua kabupaten/kota, namun sistem rujukan pelayanan

kesehatan perorangan belum dapat berjalan dengan optimal.

Di bidang obat dan perbekalan kesehatan telah ditetapkan standar Cara

Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dan jenis obat generik yang mencakup

220 obat. Penggunaan obat generik dan obat tradisional cenderung mengalami

kenaikan, dan 95 persen kebutuhan obat nasional telah dipenuhi dalam negeri.

v

Page 6: Makala h

Demikian juga dengan vaksin dan sebagian alat-alat kesehatan. Walaupun

demikian ketersediaan, mutu, keamanan obat dan perbekalan kesehatan masih

belum optimal serta belum dapat dijangkau dengan mudah oleh masyarakat.

Selain itu Obat Asli Indonesia (OAI) belum sepenuhnya dikembangkan

dengan baik meskipun potensi yang dimiliki sangat besar. Pengawasan

terhadap keamanan dan mutu obat dan makanan telah dilakukan lebih luas

meliputi produk pangan, suplemen makanan, obat tradisional, kosmetika,

produk terapetik/obat, dan NAPZA disertai dengan penyidikan kasus tindak

pidana. Dalam hal tenaga kesehatan, Indonesia mengalami kekurangan pada

hampir semua jenis tenaga kesehatan yang diperlukan. Permasalahan besar

tentang SDM adalah inefisiensi dan inefektivitas SDM dalam menanggulangi

masalah kesehatan. Walaupun rasio SDM kesehatan telah meningkat, tetapi

masih jauh dari target Indonesia Sehat 2010 dan variasinya antar daerah masih

tajam. Dengan produksi SDM kesehatan dari institusi pendidikan saat ini,

target tersebut sulit untuk dicapai. Pada tahun 2003, rasio tenaga dokter 17.47,

dokter spesialis 5.2, Perawat 108.53, dan Bidan 28.40 per 100,000 penduduk.

Dalam aspek manajemen pembangunan kesehatan, dengan

diterapkannya desentralisasi kesehatan, permasalahan yang dihadapi adalah

kurangnya sinkronisasi kegiatan antara Pusat dan Daerah, peningkatan

kapasitas SDM daerah terutama dalam perencanaan, peningkatan sistem

informasi, terbatasnya pemahaman terhadap peraturan perundangan serta

struktur organisasi kesehatan yang tidak konsisten.

vi

Page 7: Makala h

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut diatas, tulisan ini secara khusus akan

membahas permasalahan :

1) Bagaimana gambaran masalah kesehatan masyarakat yang ada di

Indonesia saat ini ?

2) Bagaimana strategi paradigma kesehatan dan konsep baru tentang makna

sehat ?

3) Bagaimana mengetahui sasaran dan strategi utama pembangunan

kesehatan ?

vii

Page 8: Makala h

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masalah Kesehatan Masyarakat di Indonesia

Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk

yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua

pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan protein pada

bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin A pada

anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta

bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi.

Permasalahan tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena

dampaknya akan mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia

Indonesia di masa yang akan datang.

Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan terjadinya berbagai

macam transisi kesehatan berupa transisi demografi, transisi epidemiologi,

transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada dasarnya telah

menciptakan beban ganda (double burden) masalah kesehatan.

1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia harapan hidup

yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara masalah bayi

dan BALITA tetap menggantung.

2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas penyakit menular

yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang

meningkat dengan drastis.

3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan gizi lebih.

4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku tradisional

menjadi modern yang cenderung membawa resiko.

Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan keberadaan penyakit,

tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya perasaan terganggu

fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga merupakan

viii

Page 9: Makala h

masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau sakit.

Di negara kita mereka yang mempunyai penyakit diperkirakan 15% sedangkan

yang merasa sehat atau tidak sakit adalah selebihnya atau 85%. Selama ini

nampak bahwa perhatian yang lebih besar ditujukan kepada mereka yang

sakit. Sedangkan mereka yang berada di antara sehat dan sakit tidak banyak

mendapat upaya promosi. Untuk itu, dalam penyusunan prioritas anggaran,

peletakan perhatian dan biaya sebesar 85 % seharusnya diberikan kepada 85%

masyarakat sehat yang perlu mendapatkan upaya promosi kesehatan.

Dengan adanya tantangan seperti tersebut di atas maka diperlukan suatu

perubahan paradigma dan konsep pembangunan kesehatan. Beberapa

permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan kesehatan

antara lain :

1. Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara nasional

kualitas kesehatan masyarakat telah meningkat, akan tetapi disparitas

status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi, antar kawasan, dan antar

perkotaan-pedesaan masih cukup tinggi.

2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.

3. Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh

masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu yang

bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular, sehingga Indonesia

menghadapi beban ganda pada waktu yang bersamaan (double burden)

4. Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan masih

rendah.

5. Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.

6. Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih dan sehat.

7. Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.

8. Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya kondisi

kesehatan lingkungan juga berpengaruh terhadap derajat kesehatan

masyarakat. Kesehatan lingkungan merupakan kegiatan lintas sektor

belum dikelola dalam suatu sistem kesehatan kewilayahan.

ix

Page 10: Makala h

9. Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan, kemampuan sumber

daya manusia, standarisasi, penilaian hasil penelitian produk, pengawasan

obat tradisional, kosmetik, produk terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan

sistem informasi.

B. Strategi Paradigma Kesehatan

Paradigma berkembang sebagai hasil sintesa dalam kesadaran manusia

terhadap informasi-informasi yang diperoleh baik dari pengalaman ataupun

dari penelitian.

Dalam perkembangan kebijaksanaan pembangunan kesehatan maka

memasuki era reformasi untuk Indonesia baru telah terjadi perubahan pola

pikir dan konsep dasar strategis pembangunan kesehatan dalam bentuk

paradigma sehat. Sebelumnya pembangunan kesehatan cenderung

menggunakan paradigma sakit dengan menekankan upaya-upaya pengobatan

(kuratif) terhadap masyarakat Indonesia.

Perubahan paradigma kesehatan dan pengalaman kita dalam menangani

masalah kesehatan di waktu yang lalu, memaksa kita untuk melihat kembali

prioritas dan penekanan program dalam upaya meningkatkan kesehatan

penduduk yang akan menjadi pelaku utama dan mempertahankan

kesinambungan pembangunan.

Indonesia menjadi sumber daya manusia sehat-produktif-kreatif, kita

harus berfikir dan agak berbeda dengan apa yang kita lakukan sekarang. Kita

perlu re-orientasi dalam strategi dan pendekatan. Pembangunan penduduk

yang sehat tidak bisa dilakukan melalui pengobatan yang sedikit saja.

Perubahan paradigma dan re-orientasi mendasar yang perlu dilakukan

adalah paradigma atau konsep yang semula menekankan pada penyembuhan

penyakit berupa pengobatan dan meringankan beban penyakit diubah ke arah

upaya peningkatan kesehatan dari sebagian besar masyarakat yang belum

jatuh sakit agar bias lebih berkontribusi dalam pembangunan.

x

Page 11: Makala h

C. Konsep Baru Tentang Makna Sehat

Konsep sakit-sehat senantiasa berubah sejalan dengan pengalaman kita

tentang nilai, peran penghargaan dan pemahaman kita terhadap kesehatan.

Dimulai pada zaman keemasan Yunani bahwa sehat itu sebagai virtue, sesuatu

yang dibanggakan sedang sakit sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat.

Filosofi yang berkembang pada saat ini adalah filosofi Cartesian yang

berorientasi pada kesehatan fisik semata-mata yang menyatakan bahwa

seseorang disebut sehat bila tidak ditemukan disfungsi alat tubuh. Mental dan

roh bukan urusan dokter-dokter melainkan urusan agama. Setelah ditemukan

kuman penyebab penyakit batasan sehat juga berubah. Seseorang disebut

sehat apabila setelah diadakan pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan

penyebab penyakit. Tahun lima puluhan kemudian definisi sehat WHO

mengalami perubahan seperti yang tertera dalam UU kesehatan RI No. 23

tahun 1992 telah dimasukkan unsur hidup produktif sosial dan ekonomi.

Definisi terkini yang dianut di beberapa negara maju seperti Kanada

yang mengutamakan konsep sehat produktif. Sehat adalah sarana atau alat

untuk hidup sehari-hari secara produktif.

1. Paradigma Baru Kesehatan

Setelah tahun 1974 terjadi penemuan bermakna dalam konsep sehat

serta memiliki makna tersendiri bagi para ahli kesehatan masyarakat di

dunia tahun 1994 dianggap sebagai pertanda dimulainya era kebangkitan

kesehatan masyarakat baru, karena sejak tahun 1974 terjadi diskusi

intensif yang berskala nasional dan internasional tentang karakteristik,

konsep dan metode untuk meningkatkan pemerataan pelayanan kesehatan

bagi masyarakat.

Setelah deklarasi Alma HFA-Year 2000 (1976), pertemuan Mexico

(1990) dan Saitama (1991) para ahli kesehatan dan pembuat kebijakan

secara bertahap beralih dari orientasi sakit ke orientasi sehat. Perubahan

tersebut antara lain disebabkan oleh :

xi

Page 12: Makala h

a. Transisi epidemiologi pergeseran angka kesakitan dan kematian yang

semula disebabkan oleh penyakit infeksi ke penyakit kronis,

degeneratif dan kecelakaan.

b. Batasan tentang sehat dari keadaan atau kondisi ke alat/sarana.

c. Makin jelasnya pemahaman kita tentang faktor-faktor yang

mempengaruhi kesehatan penduduk.

Balonde (1974) dan diperkuat oleh Hendrik L. Blum (1974) dalam

tulisannya secara jelas mengatakan bahwa “status kesehatan penduduk

bukanlah hasil pelayanan medis semata-mata”. Akan tetapi faktor-faktor

lain seperti lingkungan, perilaku dan genetika justru lebih menentukan

terhadap status kesehatan penduduk, dimana perubahan pemahaman dan

pengetahuan tentang determinan kesehatan tersebut, tidak diikuti dengan

perubahan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan di Indonesia,

seperti membuat peraturan perundang-undangan yang penting dalam

Undang-undang kesehatan No. 23 tahun 1992 terutama yang berkaitan

dengan upaya promotif dan preventif sebagaimana tujuan program

kesehatan dalam GBHN.

2. Upaya Kesehatan

Program kesehatan yang mengutamakan upaya penyembuhan

penyakit dalam jangka panjang dapat menjadi bumerang terhadap program

kesehatan itu sendiri, maka untuk menyongsong PJP-II program kesehatan

yang diperlukan adalah program kesehatan yang lebih “efektif” yaitu

program kesehatan yang mempunyai model-model pembinaan kesehatan

(Health Development Model) sebagai paradigma pembangunan kesehatan

yang diharapkan mampu menjawab tantangan sekaligus memenuhi PJP-II.

Model ini menekankan pada upaya kesehatan dan mempunyai ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Mempersiapkan bahan baku sumber daya manusia yang berkualitas

untuk 20-25 tahun mendatang.

b. Meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada.

xii

Page 13: Makala h

c. Melindungi masyarakat luas dari pencemaran melalui upaya promotif-

preventif-protektif dengan pendekatan pro-aktif.

d. Memberi pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

e. Promosi kesehatan yang memungkinkan penduduk mencapai potensi

kesehatannya secara penuh (peningkatan vitalitas) penduduk yang

tidak sakit (85%) agar lebih tahan terhadap penyakit.

f. Pencegahan penyakit melalui imunisasi : bumil (ibu hamil), bayi,

anak, dan juga melindungi masyarakat dari pencemaran.

g. Pencegahan, pengendalian, penanggulangan pencemaran lingkungan

serta perlindungan masyarakat terhadap pengaruh lingkungan buruk

(melalui perubahan perilaku)

h. Penggerakan peran serta masyarakat.

i. Penciptaan lingkungan yang memungkinkan masyarakat dapat hidup

dan bekerja secara sehat.

j. Pendekatan multi sektor dan inter disipliner.

k. Pengembangan kebijakan yang dapat memberi perlindungan pada

kepentingan kesehatan masyarakat luas (tidak merokok di tempat

umum).

l. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dasar bagi yang sakit.

Upaya kesehatan seperti tersebut diatas tidak lain merupakan bentuk-

bentuk pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya pencegahan.

3. Kebijakan Kesehatan Baru

Perubahan paradigma kesehatan yang kini lebih menekankan pada

upaya promotif-preventif dibandingkan dengan upaya kuratif dan

rehabilitatif diharapkan merupakan titik balik kebijakan Depkes dalam

menangani kesehatan penduduk yang berarti program kesehatan yang

menitikberatkan pada pembinaan kesehatan bangsa bukan sekedar

penyembuhan penyakit. Thomas Kuha menyatakan bahwa hampir setiap

terobosan baru perlu didahului dengan perubahan paradigma untuk

merubah kebiasaan dan cara berpikir yang lama. Upaya kesehatan di masa

xiii

Page 14: Makala h

dating harus mampu menciptakan dan menghasilkan SDM Indonesia yang

sehat produktif sehingga obsesi upaya kesehatan harus dapat

mengantarkan setiap penduduk memiliki status kesehatan yang cukup.

4. Konsekuensi Implikasi dari Perubahan Paradigma

Perubahan paradigma kesehatan apabila dilaksanakan dapat

membawa dampak yang cukup luas. Hal itu disebabkan karena

pengorganisasian upaya kesehatan yang ada, fasilitas pelayanan kesehatan

yang ada, adalah merupakan wahana dan sarana pendukung dari

penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada upaya

penyembuhan penyakit, maka untuk mendukung terselenggaranya

paradigma sehat yang berorientasi pada upaya promotif-preventif proaktif,

community centered, partisipasi aktif dan pemberdayaan masyarakat,

maka semua wahana tenaga dan sarana yang ada sekarang perlu dilakukan

penyesuaian atau bahkan reformasi termasuk reformasi kegiatan dan

program di pusat penyuluhan kesehatan.

5. Indikator Kesehatan

Untuk mengukur status kesehatan penduduk yang tepat digunakan

adalah indikator positif, bukan hanya indikator negatif (sakit, mati) yang

dewasa ini masih dipakai. WHO menyarankan agar sebagai indikator

kesehatan penduduk harus mengacu pada empat hal sebagai berikut :

a. Melihat ada tidaknya kelainan patosiologis pada seseorang

b. Mengukur kemampuan fisik

c. Penilaian atas kesehatan sendiri

d. Indeks massa tubuh

6. Tenaga Kesehatan

Peranan dokter, dokter gigi, perawat dan bidan dalam upaya

kesehatan yang menekankan penyembuhan penyakit adalah sangat

penting. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan bangsa yang sehat

xiv

Page 15: Makala h

memerlukan pendekatan holistic yang lebih luas, menyeluruh, dan

dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.

Tenaga kesehatan harus mampu mengajak, memotivasi dan

memberdayakan masyarakat, mampu melibatkan kerjasama lintas sektoral,

mampu mengelola system pelayanan kesehatan yang efisien dan efektif,

mampu menjadi pemimpin, pelopor, pembinaan dan teladan hidup sehat.

7. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat yang sangat

penting adalah bagaimana mengajak dan menggairahkan masyarakat untuk

dapat tertarik dan bertanggungjawab atas kesehatan mereka sendiri dengan

memobilisasi sumber dana yang ada pada mereka.

8. Kesehatan dan Komitmen Politik

Masalah kesehatan pada dasarnya adalah masalah politik oleh

karena itu untuk memecahkan masalah kesehatan diperlukan komitmen

politik. Dewasa ini masih terasa adanya anggapan bahwa unsur kesehatan

penduduk tidak banyak berperan terhadap pembangunan sosial ekonomi.

Para penentu kebijakan banyak beranggapan sektor kesehatan lebih

merupakan sektor konsumtif ketimbang sektor produktif sebagai penyedia

sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga apabila ada kegoncangan

dalam keadaan ekonomi negara alokasi terhadap sektor ini tidak akan

meningkat.

xv

Page 16: Makala h

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Paradigma sehat merupakan suatu strategi baru pembangunan kesehatan

yang memandang masalah kesehatan sebagai suatu variable kontinyu,

direncanakan dalam suatu system desentralisasi, dengan kegiatan pelayanan

yang senantiasa bersifat promotif untuk mengentaskan kesehatan masyarakat,

oleh tenaga kesehatan profesional bersama masyarakat yang partisipatif.

Selain itu, dalam paradigma sehat ini pengukuran derajat kesehatan

masyarakat tidak semata-mata dilihat dari penurunan kesakitan/kematian

(dengan memakai indikator negatif), tetapi lebih ditekankan pada pencapaian

hasil peningkatan pada angka kesehatan (indikator Positif). Nilai indikator

positif ini diperoleh sebagai dampak dari upaya kesehatan promotif yang telah

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan professional dan didukung besarnya

penempatan biaya upaya promotif yang sesuai.

Paradigma sehat mempunyai orientasi dimana upaya peningkatan

kesehatan masyarakat dititik beratkan pada :

1. Promosi kesehatan, peningkatan vitalitas penduduk yang tidak sakit (85%)

agar lebih tahan terhadap penyakit melalui olah raga, fitness dan vitamin.

2. Pencegahan penyakit melalui imunisasi pada ibu hamil, bayi dan anak.

3. Pencegahan pengendalian penanggulangan, pencemaran lingkungan serta

perlindungan masyarakat terhadap pengaruh buruk (melalui perubahan

perilaku).

4. Memberi pengobatan bagi penduduk yang sakit, (15%) melalui pelayanan

medis.

Paradigma sehat merupakan strategi pembangunan kesehatan untuk

semua sehat di tahun 2010, dimana mengarah kepada mempertahankan

kondisi sehat dan tidak sakit dan produktif yang dikenal dengan upaya

xvi

Page 17: Makala h

promotif dan preventif ketimbang upaya kuratif yang hanya menekankan pada

upaya penanganan orang-orang sakit.

B. Saran

1. Pembangunan kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk

meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

2. Komitmen dan kerjasama antara negara berkembang dengan negara maju.

3. Meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan karena merupakan salah satu

faktor penting dalam upaya peningkatan kualitas kesehatan penduduk

dalam upaya pembangunan kesehatan khususnya di Indonesia.

4. Peningkatan pemberdayaan masyarakat, kerjasama dengan semua pelaku

pembangunan kesehatan, khususnya dengan Tim Penggerak

Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) di semua jenjang

administrasi pemerintahan dalam pembangunan kesehatan.

5. Kebijaksanaan pembangunan kesehatan pada tahap sekarang ini harus

diarahkan pada upaya bagaimana membina bangsa yang sehat dan bukan

bagaimana menyembuhkan mereka yang sakit.

xvii

Page 18: Makala h

DAFTAR PUSTAKA

1. Rufiana. 2001. Masalah-Masalah Kesehatan, Jakarta: PT Dian Rakyat.

2. Togar Thompson, Masalah Kesehatan di Indonesia,

www.gmi.edu/~drussel/demos.html/masalah_kesehatan. Diakses Maret

2008.

3. Abdurrahman & Yuwah, Pengaruh Kebijakan Pemerintah dalam Bidang

Kesehatan Terhadap Status Kesehatan Masyarakat,

www.gmi.edu/~drussel/demos.html/kebijakan_pemerintah. Diakses

Maret 2008.

xviii