Makala Gas Bumi
-
Upload
anjar-eko-saputro -
Category
Documents
-
view
191 -
download
4
description
Transcript of Makala Gas Bumi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kenaikan harga minyak mentah, net oil importer, kenaikan harga BBM
dan pembengkakan subsidi merupakan pemberitaan yang hangat dibahas di media
massa kita akhir-akhir ini. Pembahasan ini menunjukkan bahwa minyak bumi
memang masih menjadi ‘idola’ sebagai sumber penyedia energi terbesar di negeri
ini. Tingginya konsumsi masyarakat akan BBM, tidak mampu diimbangi oleh
produksi dan ketersediaan cadangan minyak bumi yang ada di perut bumi negara
kita. Sebagai dampak dari konsumsi BBM tersebut adalah tingginya tingkat
pencemaran lingkungan melalui emisi yang dihasilkan, seperti CO2, NOx, SOx, dll.
Hal ini terkait langsung dengan isu dunia mengenai pemanasan global sebagai
akibat dari efek rumah kaca. Sebagai bangsa yang dianugerahi oleh beragam
sumber daya alam (SDA), sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mulai ‘melirik’
SDA lain, seperti gas alam, untuk diolah sehingga dapat mengurangi ‘porsi’
minyak bumi, baik sebagai sumber energi maupun bahan baku industri lainnya.
Untuk itu, diversifikasi dan penguasaan teknologi merupakan yang faktor penting
disamping kesadaran akan kelestarian lingkungan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan gas alam atau gas bumi
semakin meningkat seiring semakin luasnya penggunaan gas alam sumber energi
ini baik untuk industri maupun untuk rumah tangga dan sebagai bahan baku
industri terutama untuk industri pupuk. Konsumsi gas alam sebagai energi final
adalah ketiga terbesar setelah BBM dan batubara, lebih tinggi dari listrik dan
LPG. Prosentasi (share) konsumsi gas alam mencapai 13,7 persen pada tahun
2008. (Sumber : Statistika BPMigas,2008)
Beberapa masalah terkait industri gas alam selain produksi adalah pasokan
untuk kebutuhan dalam negeri yang terbatas. Akibat terbatasnya pasokan gas
maka kelangsungan pengembangan industri pupuk sempat terganggu karena
belum adanya jaminan pasokan gas. Pembentukan harga yang tidak sepenuhnya
memakai prinsip pasar di dalam negeri membuat sebagian produksi dijual ke pasar
2
luar negeri. Kondisi ini membuat kepastian pasokan untuk industri kebutuhan
dalam negeri belum stabil.
Pemerintah mencoba mengatasi hal ini dengan kebijakan Domestic Market
Obligation (DMO) dan memprioritaskan alokasi gas dari lapangan baru yakni
Lapangan Donggi – Senoro untuk kebutuhan domestik.
Dengan semakin besarnya desakan di dalam negeri untuk bisa
memanfaakan semaksimal mungkin gas alam untuk kebutuhan dalam negeri maka
berbagai kebijakan baru telah dikeluarkan mengenai pemanfaatan gas alam.
Beberapa regulasi baru pada sektor ini yang diperkirakan akan mempengaruhi
bisnis gas alam di Indonesia khususnya menyangkut transmisi gas alam
diantaranya pemindahan titik serah gas alam ke Singapura dari plant gate di
Singapura ke well head di Indonesia yang mempengaruhi proses perhitungan
biaya dan harga jual gas alam tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini yaitu :
- Apa yang dimaksud dengan gas alam atau gas bumi ?
- Bagaimana proses terbentuknya gas bumi ?
- Komponen apa saja yang menyusun gas bumi tersebut ?
- Bagaimana proses penyimpanan dan transportasi gas bumi ?
- Apa manfaat gas bumi ?
- Teknologi apa sajakah yang telah dikembangkan terhadap potensi dari
gas bumi ?
- Bagaimana perkembangan pemanfaatan gas bumi di Indonesia ?
- Berapa banyak cadangan gas bumi yang masih tersimpan di Indonesia
khususnya wilayah Sumatera Selatan ?
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini yaitu :
- Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari gas bumi atau gas
alam itu sendiri.
- Untuk mengetahui komponen-komponen yang menyusun gas bumi.
3
- Untuk mengetahui proses terbentuknya gas bumi tersebut.
- Untuk mengetahui proses penyimpanan dan transportasi gas bumi.
- Untuk mengetahui manfat dari gas bumi.
- Untuk mengetahui dan memahami teknologi dan inovasi yang telah
dikembangkan terhadap potensi dari gas bumi.
- Untuk mengetahui perkembangan gas bumi di Indonesia.
- Untuk mengetahui jumlah cadangan gas alam yang masih tersimpan di
Indonesia khususnya Sumatera Selatan.
1.4 Manfaat
Manfaat disusunnya makalah ini adalah
- Dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
terutama di bidang pengembangan potensi dari gas bumi.
- Dapat meningkatkan perekonomian negeri terutama di Indonesia.
- Diharapkan gas bumi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Gas Bumi
Gas bumi mengandung berbagai macam gas, tapi kandungan terbanyak
adalah gas metana (CH4). Sesuai dengan namanya, gas bumi merupakan sumber
daya alam yang diperoleh secara alami dari bumi (bawah tanah) dan bukan
merupakan suatu produk kimiawi tertentu. Saat gas bumi diekstraksi dari sumur
gas atau bersamaan dengan minyak bumi, gas tersebut masih mengandung
campuran dari berbagai macam gas dan cairan (yang beberapa diantaranya bukan
komoditas energi). Hanya setelah diproses barulah gas ini menjadi salah satu
diantara gas campuran alami yang dipasarkan. Pada tahap ini gas bumi masih
merupakan campuran dari gas–gas berbeda tetapi kandungan gas metana
mendominasi sebagian besar gas bumi tersebut (biasanya lebih dari 85%).
Gas bumi yang diproduksi bersamaan dengan minyak bumi disebut gas
asosiasi (associated gas), sedangkan yang diproduksi dari sumur gas yang tidak
terikat dengan minyak disebut gas non-asosiasi (non-associated gas).
Saat menggali batubara dari dalam tambang di bawah tanah, sejumlah gas
dapat terlepas dari tempat terbentuknya batubara tersebut. Gas ini disebut dengan
gas tambang (colliery gas) atau gas rawa (colliery methane). Gas ini harus
dikeluarkan dari tambang untuk alasan keamanan. Jika gas tersebut dikumpulkan
untuk kemudian digunakan sebagai bahan bakar, kuantitasnya harus dicatat
sebagai bagian produksi gas yang akan dipasarkan.
Istilah gas basah dan gas kering sering juga dipakai. Bila suatu gas
mengandung sejumlah butana dan hidrokarbon lain yang lebih berat (cairan gas
bumi – NGL), maka gas tersebut disebut gas basah. Gas bumi yang diproduksi
terasosiasi dengan minyak, atau gas asosiasi, biasanya merupakan gas basah. Gas
kering terutama mengandung metana dengan sedikit kandungan etana, propana,
dan lain–lain. Gas non-asosiasi, yaitu yang diproduksi dari sumur gas bukan
terasosiasi dengan minyak, biasanya merupakan gas kering. Untuk memfasilitasi
transportasi jarak jauh, gas bumi dapat diubah ke bentuk cairan dengan cara
mengurangi temperaturnya menjadi –160 derajat Celcius dalam tekanan atmosfir.
5
Saat gas dicairkan, hasilnya dikenal dengan LNG (gas alam cair). Pencairan gas
(gas liquefaction) hanya mengubah bentuk fisik gas bumi dari gas menjadi cairan,
kandungan utamanya tetap metana. Itulah salah satu alasan mengapa gas tersebut
harus tercakup dalam Kuesioner Gas Bumi.
Pasokan dan permintaan terhadap gas bumi terus–menerus meningkat.
Saat ini pangsa gas bumi lebih besar dari 21% total pasokan energi primer global,
sedangkan pada tahun 1973, pangsanya hanya 16,2%.
Gas bumi dapat diukur dalam beberapa satuan yang berbeda: menurut
kandungan energi (kalor) atau menurut volume. Di dalam setiap ukuran berikut
ini, beberapa satuan digunakan dalam industri gas bumi:
■ Untuk mengukur energi, satuan yang dapat digunakan adalah joule, kalori,
kWh, Btu (satuan panas Inggris), atau therms (panas).
■ Untuk mengukur volume, satuan yang paling sering digunakan adalah meter
kubik (m3) atau kaki kubik (cubic feet).
Apabila pengukuran gas bumi menggunakan satuan volume, penting
diketahui pada temperatur dan tekanan berapakah gas tersebut diukur. Hal tersebut
diperlukan, karena sifat gas sangat compressible (termampatkan), sehingga
volume gas hanya akan ada artinya pada temperatur dan tekanan tertentu yang
telah disepakati. Ada dua macam kondisi dimana gas dapat diukur:
■ Kondisi normal: diukur pada temperatur 0 derajat Celcius dan tekanan 760
mmHg.
■ Kondisi standar: diukur pada temperatur 15 derajat Celcius dan tekanan 760
mmHg.
Metode yang paling umum digunakan dalam mengukur dan menghitung
gas adalahdengan satuan volume (Mm3). Akan tetapi, harga gas bumi seringkali
ditentukan atas dasar nilai kalor per volume, karena gas dibeli berdasarkan
kandungan panasnya.
Nilai kalor dari gas bumi adalah jumlah panas yang dilepaskan pada saat
gas bumi mengalami pembakaran sempurna pada kondisi tertentu, misalnya
kcal/m3, atau megajoule (MJ/m3). Nilai yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai
nilai kalor brutoataupun neto. Perbedaan antara nilai kalor bruto dengan neto
6
merupakan panas laten (tidak terlihat) dari penguapan uap air yang dihasilkan
pada saat pembakaran bahan bakar. Untuk gas bumi, nilai kalor neto rata-rata 10%
lebih rendah dari nilai brutonya.
Dari uraian yang telah di jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa gas
alam atau gas bumi merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui,
seperti minyak dan batubara, yang terbentuk dari tumbuhan, binatang, dan
mikroorganisme yang hidup jutaan tahun silam, yang tertimbun di lapisan tanah di
bawah laut.
2.2 Proses Terbentuknya Gas Bumi
Gambar 1. Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam
Pada gambar 1 di atas, terlihat bahwa tumbuhan dan hewan jutaan tahun silam
tertimbun di dalam tanah. Dengan adanya tekanan dan temperatur yang sangat
tinggi di dalam bumi dalam waktu yang lama, menyebabkan ikatan karbon pada
timbunan organik tersebut terlepas. Semakin dalam deposit tertimbun di perut
bumi, semakin tinggi temperaturnya. Pada temperatur yang tidak terlalu tinggi,
biasanya terdapat minyak bumi yang lebih banyak dibandingkan gas alam. Begitu
juga sebaliknya, semakin tinggi temperatur, gas alam yang dihasilkan akan lebih
banyak dibandingkan minyak bumi. Gas alam ini dapat terbentuk secara biogenik
dan thermogenik. Gas biogenik mirip dengan biogas yg dibuat oleh manusia,
sedangkan alam membuat gas bio ini di rawa-rawa, sehingga sering disebut juga
gas rawa. Sedangkan gas yang terbentuk akibat tekanan dan panasbumi disebut
gas thermogenik. Gas thermogenik ini terbentuknya mirip dengan minyak bumi.
7
A. Biogenic Gas
Pada tempat yang sangat dangkal gas dapat terbentuk karena proses
biologi, aktifitas bakteri. Proses awal pembentukan gas biogenic ini sering terjadi
di rawa, namun juga terbentuk secara massal sehingga membentuk konsentrasi
biogas alam yang cukup besar. Gas ini dapat ditambang seperti mengambil gas
alam biasa. Namun komponen utamanya methana. Sering disebut Gas
Metan.Intinya, gas biogenik ini merupakan hasil metabolisme dari bakteri.
Sehingga tidak akan terbentuk pada suhu tinggi.
Gambar 2. Susunan Gas Alam
B. Thermogenic Gas
Pada gas yang terbentuk secara thermogenik, gas ini terbentuk bersamaan
dengan terbentuknya minyak. Semakin dalam batuan yang banyak mengandung
senyawa organik ini menghasilkan minyak, dan apabila suhunya semakin tinggi
akhirnya terbentuk gas.Lihat grafik diatas, oil peak (puncak keluarnya minyak)
berada diatas gas peak (puncak dihasilkannya gas), Dengan demikian gas
seringkali terbentuk dan terdapat pada tempat yang sangat dalam dan tekanan
tinggi.
2.3 Jenis-Jenis terdapatnya Gas Alam
Gambar dibawah ini merupakan sketsa ringkas bagaimana gas-gas itu berada.
8
Gambar 3. Macam-Macam Tempat Gas Alam Berada
A. Gas Konvensional
Keterdapatan gas alam yang selama ini sudah dikenal secara konvensional
sering berasosiasi dengan minyak bumi. Gas ini akan berada pada batuan berpori.
Gas ini akan mengisi pori-pori batupasir. Sama seperti terdapatnya minyak bumi
yang berada pada sela-sela butiran (pori-pori) batuuan reservoir yang berupa
batupasir ataupun batugamping.
Karena terbentuknya pada suhu tinggi, maka gas konvensional ini berada
ditempat yang sangat dalam dan tentusaja memiliki tekanan tinggi. Masih ingat
kan, kalau kita menyelam lebih dalam maka kita juga akan semakin mengalami
tekanan. Demikian juga dengan pembentukan gas thermogenik ini. Karena gas ini
terkumpul pada batuan berpori, maka lebih mudah mengeluarkan gas ini.
Sehingga walaupun sering dijumpai bersama-sama dengan minyak bumi, gas
konvensional lebih mudah diproduksi.
B. Gas Serpih (Shale Gas)
Pada batuan yang banyak mengandung material organik penghasil minyak
dan gas ini pada kedalaman yang sangat tinggi menghasilkan gas. Namun
kadangkala karena tekanan sekitar batuan ini cukup besar (karena sangat dalam),
gas yang berada dalam serpih ini tidak mampu keluar dari sarangnya. Gas ini
terjebak dalam serpih, tentusaja serpih tidak memiliki pori-pori sebesar batupasir.
Bahkan gas-gas ini terjebak dalam retakan-retakan yang berada pada serpih-serpih
9
ini. Namun karena dalam serpih ini juga seringkali tidak ada airnya, maka gas
yang terjebak ini dapat keluar apabila dilubangi. Yang dilubangi dengan membuat
sumur khusus. Sumur ini terutama sumur yang memotong batuan ini. Semakin
panjang sumur ini memotong batuan serpih, semakin banyak kemungkinan gas
akan dapat keluar dari sela-sela serpih, maupun dari sela-sela retakannya.
Karena sering terdapat pada posisi yang sangat dalam gas ini memiliki
tekanan tinggi. Tentusaja semakin dalam suhunya semakin tinggi. Itulah sebabnya
gas serpih ini tergolong gas non-konvensional. Memerlukan teknik dan teknologi
khusus dalam memproduksikannya.
C. Tight Sand Gas (Gas pada pasir berporositas rendah)
Gas serta minyak mengalir ke atas melalui batuan yang memiliki
kemampuan mengalirkan sangat baik, salah satunya batupasir. Ada kalanya
batupasir ini sudah terkubur pada kedalaman yang sangat dalam, sehingga
tertekan oleh beban batuan diatasnya yang menyebabkan pori-porinya sangat
kecil. Karena porositasnya rendah, gas yang melewatinya tidak mampu teralirkan
lagi. Seolah-olah gas itu terjebak dalam batupasir ini.
Mirip seperti pada gas serpih diatas, Tight Gas sand ini terdapat pada kedalaman
yang menyebabkan tekanan serta suhu tinggi. Sehingga untuk
memproduksikannya tidak dapat secara konvesional. Perlu teknik dan tenologi
khusus. Gas pada batupasir yang berporositas rendah ini termasuk gas non-
konvensional.
2.4 Komponen-Komponen Penyusun pada Gas Bumi
Natural gas atau gas alam merupakan komponen yang vital dalam hal
suplai energi, dikarenakan karakteristiknya yang bersih, aman, dan paling efisien
dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Karakterisik lain dari gas alam
pada keadaan murni antara lain tidak berwarna, tidak berbentuk, dan tidak berbau.
Selain itu, tidak seperti bahan bakar fosil lainnya, gas alam mampu menghasilkan
pembakaran yang bersih dan hampir tidak menghasilkan emisi buangan yang
dapat merusak lingkungan.
10
Gas alam merupakan suatu campuran yang mudah terbakar yang tersusun
atas gas-gas hidrokarbon, yang terutama terdiri dari metana. Gas alam juga dapat
mengandung etana, propana, butana, pentana, dan juga gas-gas yang mengandung
sulfur. Komposisi pada gas alam dapat bervariasi. Pada tabel di bawah ini
digambarkan secara umum komposisi pada gas alam murni sebelum dilakukan
pengolahan.
Sumber :BPH Migas.
Tabel 1.1 Komponen-Komponen Penyusun Gas Alam
Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan
(pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor
sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid
gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak
berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke
pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar
dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu
sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat
menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia dapat mengurangi kandungan
oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.
Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan
menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung
mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup,
seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah
meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat
menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah
11
antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan,
umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan
konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.
2.5 Proses Penyimpanan dan Transportasi Gas Alam/Bumi
Sistem transportasi gas alam pada dasarnya meliputi:
- Transportasi melalui pipa salur.
- Transportasi dalam bentuk Liquefield Natural Gas (LNG) dengan
kapal tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.
- Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di
daratan dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut,
untuk jarak dekat dan menengah (antar pulau).
Untuk metode penyimpanan gas alam, dilakukan dengan ”Natural Gas
Underground Storage”, yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah. Terdapat 3
tipe penyimpanan gas alam di bawah tanah, yaitu depleted fields, aquifers, dan
salt caverns.
Depleted fields merupakan tipe yang paling banyak digunakan karena
berupa formasi geologis bawah tanah yang sudah tersedia secara alami, sehingga
hanya perlu dikembangkan saja. Dibandingkan dengan tipe yang lain, tipe ini
merupakan tipe yang paling murah, mudah dikembangkan, mudah dioperasikan,
dan mudah dipelihara.
Tipe aquifers berupa rongga-rongga bawah tanah, tersusun dari batuan
yang permeable, yang bertindak sebagai penyimpanan air alami. Pada situasi
tertentu, formasi ini dapat direkondisikan dan digunakan sebagai fasilitas
penyimpanan gas alam. Fasilitas penyimpanan dengan tipe ini adalah yang paling
mahal dan paling jarang digunakan dibandingkan dengan tipe yang lain
disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya harus dilakukan berbagai macam tes
untuk memastikan karakteristik geologis dari formasi batuan . Kemudian, harus
dibangun semua infrastruktur terkait dengan pengembangan fasilitas penyimpanan
ini, dengan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tipe ini biasanya hanya
digunakan apabila tidak terdapat depleted reservoirs.
Tipe salt caverns terbentuk akibat adanya deposit garam di bawah tanah.
Ada dua bentuk deposit garam di bawah tanah, yaitu salt domes dan salt beds.
12
Walaupun biaya pengembangan untuk tipe ini cukup mahal, tapi tipe ini
merupakan tipe yang memiliki tingkat deliverability paling tinggi dan juga dapat
diisi kembali lebih cepat dibanding tipe yang yang lain.
Di Indonesia, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Hilir Migas) telah
menyusun Master Plan “Sistem Jaringan Induk Transmisi Gas Nasional Terpadu”.
Dalam waktu yang tidak lama lagi sistem jaringan pipa gas alam akan
membentang sambung menyambung dari Nang roe Aceh Darussalam-Sumatera
Utara-Sumatera Tengah-Sumatera Selatan-Jawa-Sulawesi dan Kalimantan. Saat
ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PERTAMINA dan PGN dan masih
terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah tertentu, misalnya di Sumatera
Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan
Kalimantan Timur.
Carrier LNG dapat digunakan untuk mentransportasi gas alam cair
(liquefied natural gas, LNG) menyebrangi samudra, sedangkan truk tangki dapat
membawa gasa alam cair atau gas alam terkompresi (compressed natural gas,
CNG) dalam jarak dekat. Mereka dapat mentransportasi gas alam secara langsung
ke pengguna-akhir atau ke titik distribusi, seperti jalur pipa untuk transportasi
lebih lanjut. Hal ini masih membutuhkan biaya yang besar untuk fasilitas
tambahan untuk pencairan gas atau kompresi di titik produksi, dan penggasan atau
dekompresi di titik pengguna-akhir atau ke jalur pipa.
2.6 Pemanfaatan Energi Gas Bumi
Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa gas alam dapat
dimanfaatkan di berbagai sektor. Selain berdasarkan sektor-sektor seperti
Gambar 4. Sektor-Sektor Penggunaan Gas Bumi
13
dijelaskan di atas, secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3
kelompok, yaitu:
Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar
pembangkit listrik, bahan bakar industri, bahan bakar kendaraan bermotor,
dsb.
Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku plastik, bahan baku
pabrik pupuk, petrokimia, metanol, dsb.
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni LNG.
Khusus untuk pembangkitan energi listrik, penggunaan gas alam makin
populer, karena mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan juga harganya
tidak terlalu mahal. Berbeda dengan batubara yang merupakan bahan bakar yang
paling murah, namun juga merupakan yang paling kotor dan menghasilkan level
polusi yang tinggi terhadap lingkungan di sekitarnya. Di bawah ini terdapat grafik
yang menggambarkan peningkatan yang diharapkan dari penggunaan gas alam di
sektor pembangkit listrik.
- Metana
Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan
rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk
keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk
mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Komponen utama gas alam adalah
Gambar 5. Grafik Penggunaan Bahan Bakar di Sektor Pembangkit Listrik 1980-2030 (Billion Kilowatt Hours)
14
metana yang merupakan sumber utama bahan bakar utama. Pembakaran satu
molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2
(karbondioksida) dan dua molekul H2O (air), sebagaimana ditunjukkan pada
persamaan reaksi berikut :
CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O
- Propana
Propana adalah senyawa alkana dengan tiga atom karbon (C3H8) yang
berwujud gas dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang
mudah dipindahkan dalam senyawa yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan
dari produk petroleum lain pada minyak bumi dan gas alam. Propana umumnya
digunakan sebagai bahan bakar mesin, pemanggang dan lain sebagainya. Dijual
sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG (Liquified Petrolium gas)
yang dapat berupa campuran dengan sejumlah kecil propana. (Wikipedia,
Propana).
- Etana
Etana merupakan sebuah senyawa dengan rumus kimia C2H6. Senyawa
ini merupakan alkana dengan dua atom karbon, dan merupakan hidrokarbon
alifatik. Dalam tempratur dan tekanan standar, etana merupakan gas yang tidak
berwarna dan tidak berbau. Dalam industri etana dihasilkan dengan cara
mengisolasi gas alam, dan sebagai hasil samping dari penyulingan minyak. Etana
dengan nama lain yaitu etilhidrida yang memiliki rumus molekul C2H6 dan
mempunyai titik didih -88.6 ºC.
- Karbondioksida (CO2)
Senyawa karbondioksida, atau CO2, adalah gas atmosfir yang terdiri dari
satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbondioksida adalah hasil dari
pembakaran senyawa organik dengan jumlah oksigen yang cukup. Juga dihasilkan
oleh berbagai mikroorganisme dalam fermentasi dan dihembuskan oleh hewan.
Tumbuhan menyerap karbondioksida selama fotosintesis, memakai baik karbon
maupun oksigen untuk membuat karbohidrat. Hadir di Atmosfer Bumi dengan
konsentrasi rendah dan bertindak sebagai gas rumah kaca, yang merupakan bagian
utama dari siklus karbon. (Wikipedia, Karbondioksida).
15
- Hidrokarbon
Komponen utama gas alam, yaitu sumber daya yang sekarang memasok
sebagian besar energi untuk kebutuhan kita yang merupakan hidrokarbon, yang
hanya mengandung karbon dan hidrogen. Ada tiga golongan hidrokarbon
berdasarkan jenis ikatan karbon-karbonnya. Hidrokarbon jenuh hanya
mengandung ikatan tunggal karbon-karbon dan hidrokarbon tak jenuh yang
mengandung ikatan majemuk karbon-karbon, baik ikatan rangkap, ikatan rangkap
tiga, atau keduanya. Sedangkan hidrokarbon aromatik ialah golongan khusus
senyawa siklik yang stukturnya terkait dengan benzene.
Pada gas alam hidrokarbon dipisahkan berdasarkan titik didihnya, dan
kemudian berdasarkan massa molekulnya. Campuran gas dapat dipisahkan lebih
lanjut dengan pelarutnya kembali etana, propana, dan butana dalam pelarut seperti
heksana. Campuran yang kaya metana yang tersisa kemudian digunakan untuk
sintesis kimia.
2.7 Teknologi dan Inovasi yang diterapkan terhadap Potensi dari Gas Alam
Selama 30 tahun terakhir ini, industri minyak dan gas alam telah menjadi
salah satu dari industri yang menerapkan teknologi canggih. Hal ini diawali
dengan keinginan dari industri untuk meningkatkan produksinya, sehingga
menghasilkan inovasi-inovasi teknologi. Diantara inovasi-inovasi tersebut, yaitu:
Kemajuan teknologi di sektor eksplorasi dan produksi. Teknologi ini
membuat proses eksplorasi dan produksi dari gas alam menjadi lebih efisien,
aman, dan ramah lingkungan. Inovasi teknologi tersebut antara lain:
- Liquefied Natural Gas (LNG)
LNG ini didapatkan dengan cara mendinginkan gas alam pada temperatur
-260oF, tekanan normal. Pada temperatur tersebut, gas alam akan berubah menjadi
cair dan volumenya berkurang sampai 600 kali. LNG ini lebih mudah disimpan
dan lebih mudah pula untuk ditransportasikan, sehingga biayanya pun menjadi
lebih ekonomis. Selain itu, dengan proses liquifikasi ini LNG dapat
16
menghilangkan O2, CO2, S, dan H2O sehingga LNG yang dihasilkan hampir pure
metana.
- Natural Gas Fuel Cell
Fuel cells biasanya menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya.
Namun, hidrogen tidak terdapat di alam, sehingga harus dibuat. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara mereaksikan antara steam (H2O) dan gas alam (CH4),
seperti terlihat di bawah ini.
Teknologi ini merupakan teknologi baru yang sangat menarik dan
menjanjikan untuk pembangkitan listrik yang efisien dan bersih. Fuel cells
memiliki kemampuan untuk menghasilkan listrik tanpa reaksi pembakaran,
melainkan menggunakan reaksi elektrokimia. Beberapa keuntungan dari teknologi
ini antara lain:
- Clean electricity - Dependability
- Distributed generation - Efisien
- Teknologi Gas-To-Liquid (GTL)
Perkembangan teknologi GTL di dunia saat ini telah mencapai tahap
komersial. Beberapa pemegang paten seperti Sasol Ltd., Shell, ExxonMobil,
Rentech Inc., Syntroleum Corp., JNOC, dll, telah berhasil mengoperasikan kilang-
kilang GTL di berbagai penjuru dunia seperti Nigeria, Mesir, Argentina, Qatar,
Iran, Malaysia, dan Australia. Produk yang dihasilkan dari teknologi GTL ini
meliputi: naphtha, middle distillates, dan lilin (waxes), namun dapat juga di
arahkan ke produk dimetil eter (DME), dan metanol. Dari beberapa produk GTL
tersebut, middle distillates (diesel dan bahan bakar jet) dapat mengganti langsung
diesel berbasis minyak bumi yang digunakan selama ini dalam mesin diesel
(compression ignition engines). Produk samping yang dihasilkan berupa
hidrokarbon ringan (tail gas) masih dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit
tenaga (power generation), sedangkan hidrogen dapat diolah lanjut menjadi
17
pupuk/urea atau dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam merancang kilang
GTL terintegrasi (lihat Gambar 1).
Dengan teknologi GTL, cadangan gas sebesar 1 TCF (Trillion Cubic Feet)
dapat menghasilkan produk GTL berupa bahan bakar sintetis (diesel dan naphtha)
sebesar 10,000 barrel/hari selama 30 tahun, dengan asumsi laju alir umpan gas
alam sebesar 100 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day). Data
terakhir BP Statistics mencatat jumlah cadangan gas Indonesia tahun 2002 sebesar
92.5 TCF; dengan demikian kita dapat menghitung sendiri berapa barrel/hari
diesel dan naphtha yang dapat diproduksi guna mengurangi impor BBM (solar)
yang selama ini dilakukan.
Gambar 6.Tahap-Tahap Proses dari Teknologi GTL
Tahapan proses dari teknologi GTL ini adalah: tahap pemurnian gas (gas
purification), proses pembuatan gas sintesis (synthesis gas process), proses
Fischer-Tropsch (Fischer-Tropsch process), dan tahap peningkatan kualitas
produk (product upgrading).
1. Tahapan Pemurnian Gas (Gas Purification); Pada tahap ini, gas alam
yang keluar dari sumur dibersihkan dari senyawa-senyawa yang dapat
mengganggu jalannya proses selanjutnya. Senyawa-senyawa tersebut
diantaranya : H2S, CO2, H2O, dll. Teknologi komersial yang dapat
digunakan diantaranya proses absorpsi menggunakan pelarut tertentu,
18
misalnya : MEA (monoetanolamin), DEA (dietanolamin), dan TEG
(trietilen glikol).
2. Tahapan Pembuatan Gas Sintesis (Synthesis Gas Process); Pada
tahapan ini, gas alam yang telah dibersihkan, direaksikan sehingga
menghasilkan gas sintesis. Gas sintesis atau SynGas adalah istilah yang
diberikan kepada campuran gas karbonmonoksida (CO) dengan hidrogen
(H2) yang digunakan untuk mensintesis berbagai macam zat seperti
metanol dan ammonia. Proses pembuatan gas sintesis yang telah komersial
adalah: proses steam reforming, oksidasi parsial, dan CO2 reforming.
3. Tahapan Reaksi Fischer-Tropsch (Fischer-Tropsch Process); Reaksi
Fischer-Tropsch (FT) merupakan tahapan reaksi yang paling penting
dalam teknologi GTL. Pada tahap reaksi FT ini, gas sintesis dikonversi
menjadi hidrokarbon rantai panjang. Jenis katalis, jenis reaktor, rasio
H2/CO, dan kondisi operasi merupakan faktor yang menentukan jenis
produk yang dihasilkan.
Reaksi FT keseluruhan secara umum :
(1): nCO + mH2 -> C1 – C40- (alkana) + H2O
(2): nCO + mH2 -> C1 – C40- (alkena) + ½n CO2
Keterangan: harga n dan m sangat bergantung pada metode pembuatan
gas sintesis dan jenis bahan baku yang digunakan, misalnya: rasio H2/CO
gas bumi = 1.8-2.3, batubara = 0.6-0.8.
Jenis katalis yang banyak digunakan adalah katalis berbasis kobalt (Co)
dan besi (Fe). Jenis reaktor FT yang digunakan misalnya terdiri dari
reaktor slurry, fixed bed, dan fluidized. Reaktor-reaktor tersebut
dioperasikan pada rentang suhu antara 149°C-371°C dengan tekanan
antara 0.7-41 bar.
4. Tahapan Peningkatan Kualitas Produk (Product Upgrading); Tahap
ini merupakan tahap untuk mendapatkan produk sesuai jenis dan
spesifikasi yang diinginkan. Proses yang digunakan merupakan proses
19
yang telah digunakan secara komersial pada kilang-kilang minyak
umumnya, seperti: proses catalytic reforming, fluid catalytic cracking,
isomerisasi, alkilasi, dll.
2.8 Proses Produksi Gas Bumi
Gambar 7. Diagram Alir Sederhana untuk Produksi Gas Bumi
Dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 7 bahwa tidak selalu mudah untuk
memberikan batasan statistik antara berbagai aliran; mana yang harus
diikutsertakan dalam laporan dan mana yang tidak. Akan tetapi, untuk keperluan
Kuesioner Gas Bumi, apa yang dilaporkan sebagai produksi lokal sebaiknya
merupakan produk siap dipasarkan (marketed production), yang dihitung setelah
proses pemurnian dan ekstraksi seluruh NGL dan sulfur.
Tetapi, tetap perlu untuk diingat bahwa:
20
■ Gas asosiasi yang diproduksi dari ekstraksi minyak bumi harus
dilaporkan dalam Kuesioner Gas Bumi.
■ Gas terbuang, terbakar, atau diinjeksi balik sebaiknya tidak ikut
dilaporkan. Akan tetapi, angka untuk gas terbuang dan terbakar
dibutuhkan oleh institusiinstitusi pemerhati lingkungan untuk
memperkirakan jumlah emisi fugitive dari kegiatan produksi minyak
dan gas bumi. Untuk alasan inilah mengapa angka tersebut tetap harus
dilaporkan tetapi pada bagian tersendiri.
■ Kuantitas gas yang dipakai di dalam industri gas bumi (biasanya dalam
bentuk tidak dapat dipasarkan) pada berbagai macam proses pemisahan
dan pengelolaan lain harus dilaporkan pada data produksi.
Data produksi dinyatakan dalam satuan energi (TJ) dan satuan volume
(Mm3). Data harus dibulatkan (tanpa koma) dan tidak boleh bernilai negatif.
2.9 Perkembangan dan Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia
Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana
produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo,
Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk
Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia
meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas
alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke
pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang. Karena sudah terlalu
tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan oleh Pusri
IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri
IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena
menggunakan teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974,
PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di
lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan
industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas
alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok
gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja
21
dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap. Selain untuk kebutuhan dalam negeri,
gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas).
Ini adalah peta tematik cekungan batuan yang ada di Indonesia. Daerah
yang berwarna merah adalah cekungan yang sudah berproduksi, warna biru adalah
cekungan yang sudah dieksplorasi namun belum berproduksi, warna hijau adalah
cekungan yang sudah diadakan pengeboran namun belum ditemukan hidrokarbon,
dan yang warna kuning adalah daerah yang belum dieksplorasi.
Indonesia saat ini memiliki cadangan gas bumi sebesar 187.09 TSCF
status 1 Januari 2006 (P1 = 93.95 TSCF dan P2 = 93.14 TSCF) dengan laju
produksi sebesar 8.2 MMSCFD. Dengan kondisi saat ini cadangan gas Indonesia
mencukupi untuk 62 tahun. Persoalan yang ada adalah letak cadangan yang
tersebar di daerah-daerah yang masih belum memiliki infrastruktur untuk
menyalurkan gas tersebut kepada konsumen. (Departemen Energi dan Sumber
Daya Mineral, 2007).
Sedangkan gambaran umum pasokan-kebutuhan gas di Indonesia 2007-
2015 bisa dilihat pada Gambar dibawah ini :
Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007.
Gambar 8. Cekungan Sedimen Indonesia
22
Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007.
Gambar 9. Peta Neraca Gas Indonesia 2007-2015.
Dengan gambaran tersebut di atas, permasalahan gas alam nasional secara
umum antara lain :
1. Adanya penurunan produksi gas bumi yang ada
2. Belum tersedianya infrastruktur gas bumi secara menyeluruh dan terpadu
3. Adanya gap antara daya beli pasar dalam negeri dengan harga gas
4. Adanya peningkatan permintaan gas bumi dalam negeri yang cukup signifikan.
Untuk gas bumi ini memang sebagian besar diproduksi untuk keperntingan
ekspor, seperti PT Badak di Bontang yang memproduksi LNG untuk diekspor ke
Jepang. Selain itu juga untuk pembangkit listrik, bahan baku petrokimia, dan
untuk kebutuhan konsumen lain seperti industri dan rumah tangga. Nah,
perusahaan yang melayani distribusi gas alam untuk kepentingan komersial,
industri dan rumah tangga adalah PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang kini
sudah beroperasi di tiga SBU, yaitu Sumatera bagian Utara (Medan), Jawa Bagian
Barat (Jakarta) dan Jawa Bagian Timur (Surabaya). PGN juga telah membangun
jalur transmisi gas dari Sumatera Selatan ke Jawa Barat (SSWJ).
Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah
Nanggröe Aceh Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota
Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah
diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain
23
itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga
terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas
alam.
Tabel 1.2 Produksi Gas Bumi Tahun 2004-2011
Tabel 1.3 Ekspor Gas Tahun 2004-2011
24
2.10 Cadangan Gas Bumi di Indonesia
Sumber : Ditjen MIGAS (Status : tahun 2010).
Gambar 10. Peta Persebaran Cadangan Gas Bumi di Indonesia.
Tabel 1.4 Produksi dan Impor LPG Tahun 2004 - 2010
25
Menurut data potensi cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan
adalah 24.179,5BSCF terdiri dari cadangan terbukti 10.240,1 BSCF cadangan
mungkin sebesar 4.322BSCF dan cadangan harapan sebesar 9.117,4BSCF
Ratio total cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan terhadap
cadangan nasional adalah 13,01%. Dari produksi gas bumi Provinsi Sumatera
Selatan saat ini sekitar 700MMSCFD (juta kaki Kubik) perharinya. Dan potensi
yang ada sekarang separuhnya telah dimanfaatkan di Provinsi Sumatera Selatan
untuk industri, bahan baku industri pupuk, pembangkit listrik, kilang minyak dan
kilang LPG, gas kota dan lain-lainnya dengan total sebesar 400MMSCFG (juta
kakki kibik) dan sisanya digunakan untuk keperluan industri diluar sumatera
selatan yaitu pipanisasi gas untuk lifting minyak di duri (riau) dan industri/rumah
tangga/comercial di batam serta ekspor ke singapura
Trend produksi dan cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan
diungkapkan Plt Sekretaris Provinsi Sumatera Selatan H.Yusri Effendi Ibrahim,
SH.MM bahwa cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan akan
habis pada tahun 2039 dengan kondisi cadangan dan trend keseluruhan gas yang
semakin meningkat tersebut maka mau tidak mau harus segera dicarikan solusi
untuk pemenuhan kebutuhan gas dimasa yang akan datang salah satunya alternatif
adalah coal bed methane (CBM) atau gas metan batubara (GMB).
Sumber daya CBM di indonesia cukup besar dan diperkirakan memiliki
cadangan sekitar 450 TCF (Triliun Kaki Kubik) yang terbesar pada 11 cekungan
di sumaetra selatan sekitar 183 TCF (triliun kaki kubik) dengan luasan areal
sekitar 20.000km2 apabila dibandingfkan dengan potensi gas alam sumatera
selatan maka CBM memiliki cadangan sekitar 8 kali potensi gas alam Provinsi
Sumatera Selatan
Izin pengusahaan CBM di Provinsi Sumatera Selatan telah diberikan ke
beberapa perusahaan antara lain PT Medco CBM sekayu yang merupakan salah
satu anak, perusahaan PT Medco E & P indonesia.
Perusahaan ini bergerak dalam bidang pengembangan usaha coal bed
methane (CBM) dengan area pengembangan di blok sekayu dan blok CBM
tanjung emin sumaetra selatan. Tidak menutup kemungkinan bagi investor dalam
dan luar negeri untuk dapat mengelolah CBM ini, seperti australia, amerika utara,
26
india, china dan negara-negara lain yang sudah memiliki teknologi dalam
pemanfaatan CBM
BAB III
KESIMPULAN
- Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah
bahan bakar fosil berbentuk gas. Ia dapat ditemukan di ladang minyak,
ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara.
- Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang
merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas
alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat
seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga
gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Nitrogen, helium, karbon
dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung
di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.
Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.
- Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial menghasilkan 38 MJ
(10.6 kWh).
- Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok
yaitu :
Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar
Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri
ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor
(BBG/NGV), dan sebagainya.
Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik
pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik, pengawet
makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan
bahan pemadam api ringan.
Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni
Liquefied Natural Gas (LNG).
27
DAFTAR PUSTAKA
Erlinawati. 2012. Modul Energi Konvensional dan Non Konvensional. POLSRI;
Palembang.
Mandil, Claude. 2005. Manual Statistik Energi. International Energy Agency
(IEA), Paris.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). http://www.esdm.go.id/;
diakses pada 7 Maret 2012.
www.alex.kurniawan20.COMPRESSED NATURAL GAS/CNG.blogspot.com;
diakses pada 7 Maret 2012.
http.//www.cadangan minyak bumi dan gas alam Indonesia.blogspot.com.;diakses
pada 7 Maret 2012.
http.//www.gasalam2010.hal1.com.; diakses pada 9 Maret 2012.
http.//Myblog.Wordpres.com/gas bumi.; diakses pada 9 Maret 2012.
http.//www.roda_gigi.pengetahuan umum tentang gas bumi.com.; diakses pada 9
Maret 2012.
http.//www. Teknologi Gas-To-Liquid (GTL) - Majari Magazine.com.; diakses
pada 9 Maret 2012.
http.//www.wikipedia.com/gas alam.; diakses pada 9 Maret 2012.