Makala Gas Bumi

41
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenaikan harga minyak mentah, net oil importer, kenaikan harga BBM dan pembengkakan subsidi merupakan pemberitaan yang hangat dibahas di media massa kita akhir-akhir ini. Pembahasan ini menunjukkan bahwa minyak bumi memang masih menjadi ‘idola’ sebagai sumber penyedia energi terbesar di negeri ini. Tingginya konsumsi masyarakat akan BBM, tidak mampu diimbangi oleh produksi dan ketersediaan cadangan minyak bumi yang ada di perut bumi negara kita. Sebagai dampak dari konsumsi BBM tersebut adalah tingginya tingkat pencemaran lingkungan melalui emisi yang dihasilkan, seperti CO 2 , NO x , SO x , dll. Hal ini terkait langsung dengan isu dunia mengenai pemanasan global sebagai akibat dari efek rumah kaca. Sebagai bangsa yang dianugerahi oleh beragam sumber daya alam (SDA), sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mulai ‘melirik’ SDA lain, seperti gas alam, untuk diolah sehingga dapat mengurangi ‘porsi’ minyak bumi, baik sebagai sumber energi maupun bahan baku industri lainnya. Untuk itu, diversifikasi dan penguasaan teknologi merupakan yang faktor penting disamping kesadaran akan kelestarian lingkungan.

description

makalah gas bumi

Transcript of Makala Gas Bumi

Page 1: Makala Gas Bumi

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kenaikan harga minyak mentah, net oil importer, kenaikan harga BBM

dan pembengkakan subsidi merupakan pemberitaan yang hangat dibahas di media

massa kita akhir-akhir ini. Pembahasan ini menunjukkan bahwa minyak bumi

memang masih menjadi ‘idola’ sebagai sumber penyedia energi terbesar di negeri

ini. Tingginya konsumsi masyarakat akan BBM, tidak mampu diimbangi oleh

produksi dan ketersediaan cadangan minyak bumi yang ada di perut bumi negara

kita. Sebagai dampak dari konsumsi BBM tersebut adalah tingginya tingkat

pencemaran lingkungan melalui emisi yang dihasilkan, seperti CO2, NOx, SOx, dll.

Hal ini terkait langsung dengan isu dunia mengenai pemanasan global sebagai

akibat dari efek rumah kaca. Sebagai bangsa yang dianugerahi oleh beragam

sumber daya alam (SDA), sudah saatnya bagi bangsa ini untuk mulai ‘melirik’

SDA lain, seperti gas alam, untuk diolah sehingga dapat mengurangi ‘porsi’

minyak bumi, baik sebagai sumber energi maupun bahan baku industri lainnya.

Untuk itu, diversifikasi dan penguasaan teknologi merupakan yang faktor penting

disamping kesadaran akan kelestarian lingkungan.

Dalam beberapa tahun terakhir, kebutuhan gas alam  atau gas bumi

semakin meningkat seiring semakin luasnya penggunaan gas alam sumber energi

ini baik untuk industri maupun untuk rumah tangga dan sebagai bahan baku

industri terutama untuk industri pupuk. Konsumsi gas alam sebagai energi final

adalah ketiga terbesar setelah BBM dan  batubara, lebih tinggi dari listrik dan

LPG. Prosentasi (share) konsumsi gas alam mencapai 13,7 persen pada tahun

2008. (Sumber : Statistika BPMigas,2008)

Beberapa masalah terkait industri gas alam selain produksi adalah pasokan

untuk kebutuhan dalam negeri yang terbatas. Akibat terbatasnya pasokan gas

maka kelangsungan pengembangan industri pupuk sempat terganggu karena

belum adanya jaminan pasokan gas. Pembentukan harga yang tidak sepenuhnya

memakai prinsip pasar di dalam negeri membuat sebagian produksi dijual ke pasar

Page 2: Makala Gas Bumi

2

luar negeri. Kondisi ini membuat kepastian pasokan untuk industri kebutuhan

dalam negeri belum stabil.

Pemerintah mencoba mengatasi hal ini dengan kebijakan Domestic Market

Obligation (DMO) dan memprioritaskan alokasi gas dari lapangan baru yakni

Lapangan Donggi – Senoro untuk kebutuhan domestik.

Dengan semakin besarnya desakan di dalam negeri untuk bisa

memanfaakan semaksimal mungkin gas alam untuk kebutuhan dalam negeri maka

berbagai kebijakan baru telah dikeluarkan mengenai pemanfaatan gas  alam.

Beberapa regulasi baru pada sektor ini yang diperkirakan akan mempengaruhi

bisnis gas alam di Indonesia khususnya menyangkut transmisi gas alam

diantaranya pemindahan titik serah gas alam ke Singapura dari plant gate di

Singapura ke well head di Indonesia yang mempengaruhi proses perhitungan

biaya dan harga jual gas alam tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dibahas dalam makalah ini yaitu :

- Apa yang dimaksud dengan gas alam atau gas bumi ?

- Bagaimana proses terbentuknya gas bumi ?

- Komponen apa saja yang menyusun gas bumi tersebut ?

- Bagaimana proses penyimpanan dan transportasi gas bumi ?

- Apa manfaat gas bumi ?

- Teknologi apa sajakah yang telah dikembangkan terhadap potensi dari

gas bumi ?

- Bagaimana perkembangan pemanfaatan gas bumi di Indonesia ?

- Berapa banyak cadangan gas bumi yang masih tersimpan di Indonesia

khususnya wilayah Sumatera Selatan ?

1.3 Tujuan

Tujuan disusunnya makalah ini yaitu :

- Untuk mengetahui dan memahami pengertian dari gas bumi atau gas

alam itu sendiri.

- Untuk mengetahui komponen-komponen yang menyusun gas bumi.

Page 3: Makala Gas Bumi

3

- Untuk mengetahui proses terbentuknya gas bumi tersebut.

- Untuk mengetahui proses penyimpanan dan transportasi gas bumi.

- Untuk mengetahui manfat dari gas bumi.

- Untuk mengetahui dan memahami teknologi dan inovasi yang telah

dikembangkan terhadap potensi dari gas bumi.

- Untuk mengetahui perkembangan gas bumi di Indonesia.

- Untuk mengetahui jumlah cadangan gas alam yang masih tersimpan di

Indonesia khususnya Sumatera Selatan.

1.4 Manfaat

Manfaat disusunnya makalah ini adalah

- Dapat memberikan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

terutama di bidang pengembangan potensi dari gas bumi.

- Dapat meningkatkan perekonomian negeri terutama di Indonesia.

- Diharapkan gas bumi dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Page 4: Makala Gas Bumi

4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Gas Bumi

Gas bumi mengandung berbagai macam gas, tapi kandungan terbanyak

adalah gas metana (CH4). Sesuai dengan namanya, gas bumi merupakan sumber

daya alam yang diperoleh secara alami dari bumi (bawah tanah) dan bukan

merupakan suatu produk kimiawi tertentu. Saat gas bumi diekstraksi dari sumur

gas atau bersamaan dengan minyak bumi, gas tersebut masih mengandung

campuran dari berbagai macam gas dan cairan (yang beberapa diantaranya bukan

komoditas energi). Hanya setelah diproses barulah gas ini menjadi salah satu

diantara gas campuran alami yang dipasarkan. Pada tahap ini gas bumi masih

merupakan campuran dari gas–gas berbeda tetapi kandungan gas metana

mendominasi sebagian besar gas bumi tersebut (biasanya lebih dari 85%).

Gas bumi yang diproduksi bersamaan dengan minyak bumi disebut gas

asosiasi (associated gas), sedangkan yang diproduksi dari sumur gas yang tidak

terikat dengan minyak disebut gas non-asosiasi (non-associated gas).

Saat menggali batubara dari dalam tambang di bawah tanah, sejumlah gas

dapat terlepas dari tempat terbentuknya batubara tersebut. Gas ini disebut dengan

gas tambang (colliery gas) atau gas rawa (colliery methane). Gas ini harus

dikeluarkan dari tambang untuk alasan keamanan. Jika gas tersebut dikumpulkan

untuk kemudian digunakan sebagai bahan bakar, kuantitasnya harus dicatat

sebagai bagian produksi gas yang akan dipasarkan.

Istilah gas basah dan gas kering sering juga dipakai. Bila suatu gas

mengandung sejumlah butana dan hidrokarbon lain yang lebih berat (cairan gas

bumi – NGL), maka gas tersebut disebut gas basah. Gas bumi yang diproduksi

terasosiasi dengan minyak, atau gas asosiasi, biasanya merupakan gas basah. Gas

kering terutama mengandung metana dengan sedikit kandungan etana, propana,

dan lain–lain. Gas non-asosiasi, yaitu yang diproduksi dari sumur gas bukan

terasosiasi dengan minyak, biasanya merupakan gas kering. Untuk memfasilitasi

transportasi jarak jauh, gas bumi dapat diubah ke bentuk cairan dengan cara

mengurangi temperaturnya menjadi –160 derajat Celcius dalam tekanan atmosfir.

Page 5: Makala Gas Bumi

5

Saat gas dicairkan, hasilnya dikenal dengan LNG (gas alam cair). Pencairan gas

(gas liquefaction) hanya mengubah bentuk fisik gas bumi dari gas menjadi cairan,

kandungan utamanya tetap metana. Itulah salah satu alasan mengapa gas tersebut

harus tercakup dalam Kuesioner Gas Bumi.

Pasokan dan permintaan terhadap gas bumi terus–menerus meningkat.

Saat ini pangsa gas bumi lebih besar dari 21% total pasokan energi primer global,

sedangkan pada tahun 1973, pangsanya hanya 16,2%.

Gas bumi dapat diukur dalam beberapa satuan yang berbeda: menurut

kandungan energi (kalor) atau menurut volume. Di dalam setiap ukuran berikut

ini, beberapa satuan digunakan dalam industri gas bumi:

■ Untuk mengukur energi, satuan yang dapat digunakan adalah joule, kalori,

kWh, Btu (satuan panas Inggris), atau therms (panas).

■ Untuk mengukur volume, satuan yang paling sering digunakan adalah meter

kubik (m3) atau kaki kubik (cubic feet).

Apabila pengukuran gas bumi menggunakan satuan volume, penting

diketahui pada temperatur dan tekanan berapakah gas tersebut diukur. Hal tersebut

diperlukan, karena sifat gas sangat compressible (termampatkan), sehingga

volume gas hanya akan ada artinya pada temperatur dan tekanan tertentu yang

telah disepakati. Ada dua macam kondisi dimana gas dapat diukur:

■ Kondisi normal: diukur pada temperatur 0 derajat Celcius dan tekanan 760

mmHg.

■ Kondisi standar: diukur pada temperatur 15 derajat Celcius dan tekanan 760

mmHg.

Metode yang paling umum digunakan dalam mengukur dan menghitung

gas adalahdengan satuan volume (Mm3). Akan tetapi, harga gas bumi seringkali

ditentukan atas dasar nilai kalor per volume, karena gas dibeli berdasarkan

kandungan panasnya.

Nilai kalor dari gas bumi adalah jumlah panas yang dilepaskan pada saat

gas bumi mengalami pembakaran sempurna pada kondisi tertentu, misalnya

kcal/m3, atau megajoule (MJ/m3). Nilai yang dihasilkan dapat dinyatakan sebagai

nilai kalor brutoataupun neto. Perbedaan antara nilai kalor bruto dengan neto

Page 6: Makala Gas Bumi

6

merupakan panas laten (tidak terlihat) dari penguapan uap air yang dihasilkan

pada saat pembakaran bahan bakar. Untuk gas bumi, nilai kalor neto rata-rata 10%

lebih rendah dari nilai brutonya.

Dari uraian yang telah di jelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa gas

alam atau gas bumi merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui,

seperti minyak dan batubara, yang terbentuk dari tumbuhan, binatang, dan

mikroorganisme yang hidup jutaan tahun silam, yang tertimbun di lapisan tanah di

bawah laut.

2.2 Proses Terbentuknya Gas Bumi

Gambar 1. Pembentukan Minyak Bumi dan Gas Alam

Pada gambar 1 di atas, terlihat bahwa tumbuhan dan hewan jutaan tahun silam

tertimbun di dalam tanah. Dengan adanya tekanan dan temperatur yang sangat

tinggi di dalam bumi dalam waktu yang lama, menyebabkan ikatan karbon pada

timbunan organik tersebut terlepas. Semakin dalam deposit tertimbun di perut

bumi, semakin tinggi temperaturnya. Pada temperatur yang tidak terlalu tinggi,

biasanya terdapat minyak bumi yang lebih banyak dibandingkan gas alam. Begitu

juga sebaliknya, semakin tinggi temperatur, gas alam yang dihasilkan akan lebih

banyak dibandingkan minyak bumi. Gas alam ini dapat terbentuk secara biogenik

dan thermogenik. Gas biogenik mirip dengan biogas yg dibuat oleh manusia,

sedangkan alam membuat gas bio ini di rawa-rawa, sehingga sering disebut juga

gas rawa. Sedangkan gas yang terbentuk akibat tekanan dan panasbumi disebut

gas thermogenik. Gas thermogenik ini terbentuknya mirip dengan minyak bumi.

Page 7: Makala Gas Bumi

7

A. Biogenic Gas

Pada tempat yang sangat dangkal gas dapat terbentuk karena proses

biologi, aktifitas bakteri. Proses awal pembentukan gas biogenic ini sering terjadi

di rawa, namun juga terbentuk secara massal sehingga membentuk konsentrasi

biogas alam yang cukup besar. Gas ini dapat ditambang seperti mengambil gas

alam biasa. Namun komponen utamanya methana. Sering disebut Gas

Metan.Intinya, gas biogenik ini merupakan hasil metabolisme dari bakteri.

Sehingga tidak akan terbentuk pada suhu tinggi.

Gambar 2. Susunan Gas Alam

B. Thermogenic Gas

Pada gas yang terbentuk secara thermogenik, gas ini terbentuk bersamaan

dengan terbentuknya minyak. Semakin dalam batuan yang banyak mengandung

senyawa organik ini menghasilkan minyak, dan apabila suhunya semakin tinggi

akhirnya terbentuk gas.Lihat grafik diatas, oil peak (puncak keluarnya minyak)

berada diatas gas peak (puncak dihasilkannya gas), Dengan demikian gas

seringkali terbentuk dan terdapat pada tempat yang sangat dalam dan tekanan

tinggi.

2.3 Jenis-Jenis terdapatnya Gas Alam

Gambar dibawah ini merupakan sketsa ringkas bagaimana gas-gas itu berada.

Page 8: Makala Gas Bumi

8

Gambar 3. Macam-Macam Tempat Gas Alam Berada

A. Gas Konvensional

Keterdapatan gas alam yang selama ini sudah dikenal secara konvensional

sering berasosiasi dengan minyak bumi. Gas ini akan berada pada batuan berpori.

Gas ini akan mengisi pori-pori batupasir. Sama seperti terdapatnya minyak bumi

yang berada pada sela-sela butiran (pori-pori) batuuan reservoir yang berupa

batupasir ataupun batugamping.

Karena terbentuknya pada suhu tinggi, maka gas konvensional ini berada

ditempat yang sangat dalam dan tentusaja memiliki tekanan tinggi. Masih ingat

kan, kalau kita menyelam lebih dalam maka kita juga akan semakin mengalami

tekanan. Demikian juga dengan pembentukan gas thermogenik ini. Karena gas ini

terkumpul pada batuan berpori, maka lebih mudah mengeluarkan gas ini.

Sehingga walaupun sering dijumpai bersama-sama dengan minyak bumi, gas

konvensional lebih mudah diproduksi.

B. Gas Serpih (Shale Gas)

Pada batuan yang banyak mengandung material organik penghasil minyak

dan gas ini pada kedalaman yang sangat tinggi menghasilkan gas. Namun

kadangkala karena tekanan sekitar batuan ini cukup besar (karena sangat dalam),

gas yang berada dalam serpih ini tidak mampu keluar dari sarangnya. Gas ini

terjebak dalam serpih, tentusaja serpih tidak memiliki pori-pori sebesar batupasir.

Bahkan gas-gas ini terjebak dalam retakan-retakan yang berada pada serpih-serpih

Page 9: Makala Gas Bumi

9

ini. Namun karena dalam serpih ini juga seringkali tidak ada airnya, maka gas

yang terjebak ini dapat keluar apabila dilubangi. Yang dilubangi dengan membuat

sumur khusus. Sumur ini terutama sumur yang memotong batuan ini. Semakin

panjang sumur ini memotong batuan serpih, semakin banyak kemungkinan gas

akan dapat keluar dari sela-sela serpih, maupun dari sela-sela retakannya.

Karena sering terdapat pada posisi yang sangat dalam gas ini memiliki

tekanan tinggi. Tentusaja semakin dalam suhunya semakin tinggi. Itulah sebabnya

gas serpih ini tergolong gas non-konvensional. Memerlukan teknik dan teknologi

khusus dalam memproduksikannya.

C. Tight Sand Gas (Gas pada pasir berporositas rendah)

Gas serta minyak mengalir ke atas melalui batuan yang memiliki

kemampuan mengalirkan sangat baik, salah satunya batupasir. Ada kalanya

batupasir ini sudah terkubur pada kedalaman yang sangat dalam, sehingga

tertekan oleh beban batuan diatasnya yang menyebabkan pori-porinya sangat

kecil. Karena porositasnya rendah, gas yang melewatinya tidak mampu teralirkan

lagi. Seolah-olah gas itu terjebak dalam batupasir ini.

Mirip seperti pada gas serpih diatas, Tight Gas sand ini  terdapat pada kedalaman

yang menyebabkan tekanan serta suhu tinggi. Sehingga untuk

memproduksikannya tidak dapat secara konvesional. Perlu teknik dan tenologi

khusus. Gas pada batupasir yang berporositas rendah ini termasuk gas non-

konvensional.

2.4 Komponen-Komponen Penyusun pada Gas Bumi

Natural gas atau gas alam merupakan komponen yang vital dalam hal

suplai energi, dikarenakan karakteristiknya yang bersih, aman, dan paling efisien

dibandingkan dengan sumber energi yang lain. Karakterisik lain dari gas alam

pada keadaan murni antara lain tidak berwarna, tidak berbentuk, dan tidak berbau.

Selain itu, tidak seperti bahan bakar fosil lainnya, gas alam mampu menghasilkan

pembakaran yang bersih dan hampir tidak menghasilkan emisi buangan yang

dapat merusak lingkungan.

Page 10: Makala Gas Bumi

10

Gas alam merupakan suatu campuran yang mudah terbakar yang tersusun

atas gas-gas hidrokarbon, yang terutama terdiri dari metana. Gas alam juga dapat

mengandung etana, propana, butana, pentana, dan juga gas-gas yang mengandung

sulfur. Komposisi pada gas alam dapat bervariasi. Pada tabel di bawah ini

digambarkan secara umum komposisi pada gas alam murni sebelum dilakukan

pengolahan.

Sumber :BPH Migas.

Tabel 1.1 Komponen-Komponen Penyusun Gas Alam

Campuran organosulfur dan hidrogen sulfida adalah kontaminan

(pengotor) utama dari gas yang harus dipisahkan . Gas dengan jumlah pengotor

sulfur yang signifikan dinamakan sour gas dan sering disebut juga sebagai "acid

gas (gas asam)". Gas alam yang telah diproses dan akan dijual bersifat tidak

berasa dan tidak berbau. Akan tetapi, sebelum gas tersebut didistribusikan ke

pengguna akhir, biasanya gas tersebut diberi bau dengan menambahkan thiol, agar

dapat terdeteksi bila terjadi kebocoran gas. Gas alam yang telah diproses itu

sendiri sebenarnya tidak berbahaya, akan tetapi gas alam tanpa proses dapat

menyebabkan tercekiknya pernapasan karena ia dapat mengurangi kandungan

oksigen di udara pada level yang dapat membahayakan.

Gas alam dapat berbahaya karena sifatnya yang sangat mudah terbakar dan

menimbulkan ledakan. Gas alam lebih ringan dari udara, sehingga cenderung

mudah tersebar di atmosfer. Akan tetapi bila ia berada dalam ruang tertutup,

seperti dalam rumah, konsentrasi gas dapat mencapai titik campuran yang mudah

meledak, yang jika tersulut api, dapat menyebabkan ledakan yang dapat

menghancurkan bangunan. Kandungan metana yang berbahaya di udara adalah

Page 11: Makala Gas Bumi

11

antara 5% hingga 15%. Ledakan untuk gas alam terkompresi di kendaraan,

umumnya tidak mengkhawatirkan karena sifatnya yang lebih ringan, dan

konsentrasi yang di luar rentang 5 - 15% yang dapat menimbulkan ledakan.

2.5 Proses Penyimpanan dan Transportasi Gas Alam/Bumi

Sistem transportasi gas alam pada dasarnya meliputi:

- Transportasi melalui pipa salur.

- Transportasi dalam bentuk Liquefield Natural Gas (LNG) dengan

kapal tanker LNG untuk pengangkutan jarak jauh.

- Transportasi dalam bentuk Compressed Natural Gas (CNG), baik di

daratan dengan road tanker maupun dengan kapal tanker CNG di laut,

untuk jarak dekat dan menengah (antar pulau).

Untuk metode penyimpanan gas alam, dilakukan dengan ”Natural Gas

Underground Storage”, yakni suatu ruangan raksasa di bawah tanah. Terdapat 3

tipe penyimpanan gas alam di bawah tanah, yaitu depleted fields, aquifers, dan

salt caverns.

Depleted fields merupakan tipe yang paling banyak digunakan karena

berupa formasi geologis bawah tanah yang sudah tersedia secara alami, sehingga

hanya perlu dikembangkan saja. Dibandingkan dengan tipe yang lain, tipe ini

merupakan tipe yang paling murah, mudah dikembangkan, mudah dioperasikan,

dan mudah dipelihara.

Tipe aquifers berupa rongga-rongga bawah tanah, tersusun dari batuan

yang permeable, yang bertindak sebagai penyimpanan air alami. Pada situasi

tertentu, formasi ini dapat direkondisikan dan digunakan sebagai fasilitas

penyimpanan gas alam. Fasilitas penyimpanan dengan tipe ini adalah yang paling

mahal dan paling jarang digunakan dibandingkan dengan tipe yang lain

disebabkan oleh beberapa alasan, diantaranya harus dilakukan berbagai macam tes

untuk memastikan karakteristik geologis dari formasi batuan . Kemudian, harus

dibangun semua infrastruktur terkait dengan pengembangan fasilitas penyimpanan

ini, dengan biaya yang tidak sedikit. Oleh karena itu, tipe ini biasanya hanya

digunakan apabila tidak terdapat depleted reservoirs.

Tipe salt caverns terbentuk akibat adanya deposit garam di bawah tanah.

Ada dua bentuk deposit garam di bawah tanah, yaitu salt domes dan salt beds.

Page 12: Makala Gas Bumi

12

Walaupun biaya pengembangan untuk tipe ini cukup mahal, tapi tipe ini

merupakan tipe yang memiliki tingkat deliverability paling tinggi dan juga dapat

diisi kembali lebih cepat dibanding tipe yang yang lain.

Di Indonesia, Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Hilir Migas) telah

menyusun Master Plan “Sistem Jaringan Induk Transmisi Gas Nasional Terpadu”.

Dalam waktu yang tidak lama lagi sistem jaringan pipa gas alam akan

membentang sambung menyambung dari Nang roe Aceh Darussalam-Sumatera

Utara-Sumatera Tengah-Sumatera Selatan-Jawa-Sulawesi dan Kalimantan. Saat

ini jaringan pipa gas di Indonesia dimiliki oleh PERTAMINA dan PGN dan masih

terlokalisir terpisah-pisah pada daerah-daerah tertentu, misalnya di Sumatera

Utara, Sumatera Tengah, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur dan

Kalimantan Timur.

Carrier LNG dapat digunakan untuk mentransportasi gas alam cair

(liquefied natural gas, LNG) menyebrangi samudra, sedangkan truk tangki dapat

membawa gasa alam cair atau gas alam terkompresi (compressed natural gas,

CNG) dalam jarak dekat. Mereka dapat mentransportasi gas alam secara langsung

ke pengguna-akhir atau ke titik distribusi, seperti jalur pipa untuk transportasi

lebih lanjut. Hal ini masih membutuhkan biaya yang besar untuk fasilitas

tambahan untuk pencairan gas atau kompresi di titik produksi, dan penggasan atau

dekompresi di titik pengguna-akhir atau ke jalur pipa.

2.6 Pemanfaatan Energi Gas Bumi

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa gas alam dapat

dimanfaatkan di berbagai sektor. Selain berdasarkan sektor-sektor seperti

Gambar 4. Sektor-Sektor Penggunaan Gas Bumi

Page 13: Makala Gas Bumi

13

dijelaskan di atas, secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3

kelompok, yaitu:

Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar

pembangkit listrik, bahan bakar industri, bahan bakar kendaraan bermotor,

dsb.

Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku plastik, bahan baku

pabrik pupuk, petrokimia, metanol, dsb.

Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni LNG.

Khusus untuk pembangkitan energi listrik, penggunaan gas alam makin

populer, karena mampu menghasilkan pembakaran yang bersih dan juga harganya

tidak terlalu mahal. Berbeda dengan batubara yang merupakan bahan bakar yang

paling murah, namun juga merupakan yang paling kotor dan menghasilkan level

polusi yang tinggi terhadap lingkungan di sekitarnya. Di bawah ini terdapat grafik

yang menggambarkan peningkatan yang diharapkan dari penggunaan gas alam di

sektor pembangkit listrik.

- Metana

Metana adalah hidrokarbon paling sederhana yang berbentuk gas dengan

rumus kimia CH4. Metana murni tidak berbau, tapi jika digunakan untuk

keperluan komersial, biasanya ditambahkan sedikit bau belerang untuk

mendeteksi kebocoran yang mungkin terjadi. Komponen utama gas alam adalah

Gambar 5. Grafik Penggunaan Bahan Bakar di Sektor Pembangkit Listrik 1980-2030 (Billion Kilowatt Hours)

Page 14: Makala Gas Bumi

14

metana yang merupakan sumber utama bahan bakar utama. Pembakaran satu

molekul metana dengan oksigen akan melepaskan satu molekul CO2

(karbondioksida) dan dua molekul H2O (air), sebagaimana ditunjukkan pada

persamaan reaksi berikut :

CH4 + 2O2 → CO2 + 2H2O

- Propana

Propana adalah senyawa alkana dengan tiga atom karbon (C3H8) yang

berwujud gas dalam keadaan normal, tapi dapat dikompresi menjadi cairan yang

mudah dipindahkan dalam senyawa yang tidak mahal. Senyawa ini diturunkan

dari produk petroleum lain pada minyak bumi dan gas alam. Propana umumnya

digunakan sebagai bahan bakar mesin, pemanggang dan lain sebagainya. Dijual

sebagai bahan bakar, propana dikenal juga sebagai LPG (Liquified Petrolium gas)

yang dapat berupa campuran dengan sejumlah kecil propana. (Wikipedia,

Propana).

- Etana

Etana merupakan sebuah senyawa dengan rumus kimia C2H6. Senyawa

ini merupakan alkana dengan dua atom karbon, dan merupakan hidrokarbon

alifatik. Dalam tempratur dan tekanan standar, etana merupakan gas yang tidak

berwarna dan tidak berbau. Dalam industri etana dihasilkan dengan cara

mengisolasi gas alam, dan sebagai hasil samping dari penyulingan minyak. Etana

dengan nama lain yaitu etilhidrida yang memiliki rumus molekul C2H6 dan

mempunyai titik didih -88.6 ºC.

- Karbondioksida (CO2)

Senyawa karbondioksida, atau CO2, adalah gas atmosfir yang terdiri dari

satu atom karbon dan dua atom oksigen. Karbondioksida adalah hasil dari

pembakaran senyawa organik dengan jumlah oksigen yang cukup. Juga dihasilkan

oleh berbagai mikroorganisme dalam fermentasi dan dihembuskan oleh hewan.

Tumbuhan menyerap karbondioksida selama fotosintesis, memakai baik karbon

maupun oksigen untuk membuat karbohidrat. Hadir di Atmosfer Bumi dengan

konsentrasi rendah dan bertindak sebagai gas rumah kaca, yang merupakan bagian

utama dari siklus karbon. (Wikipedia, Karbondioksida).

Page 15: Makala Gas Bumi

15

- Hidrokarbon

Komponen utama gas alam, yaitu sumber daya yang sekarang memasok

sebagian besar energi untuk kebutuhan kita yang merupakan hidrokarbon, yang

hanya mengandung karbon dan hidrogen. Ada tiga golongan hidrokarbon

berdasarkan jenis ikatan karbon-karbonnya. Hidrokarbon jenuh hanya

mengandung ikatan tunggal karbon-karbon dan hidrokarbon tak jenuh yang

mengandung ikatan majemuk karbon-karbon, baik ikatan rangkap, ikatan rangkap

tiga, atau keduanya. Sedangkan hidrokarbon aromatik ialah golongan khusus

senyawa siklik yang stukturnya terkait dengan benzene.

Pada gas alam hidrokarbon dipisahkan berdasarkan titik didihnya, dan

kemudian berdasarkan massa molekulnya. Campuran gas dapat dipisahkan lebih

lanjut dengan pelarutnya kembali etana, propana, dan butana dalam pelarut seperti

heksana. Campuran yang kaya metana yang tersisa kemudian digunakan untuk

sintesis kimia.

2.7 Teknologi dan Inovasi yang diterapkan terhadap Potensi dari Gas Alam

Selama 30 tahun terakhir ini, industri minyak dan gas alam telah menjadi

salah satu dari industri yang menerapkan teknologi canggih. Hal ini diawali

dengan keinginan dari industri untuk meningkatkan produksinya, sehingga

menghasilkan inovasi-inovasi teknologi. Diantara inovasi-inovasi tersebut, yaitu:

Kemajuan teknologi di sektor eksplorasi dan produksi. Teknologi ini

membuat proses eksplorasi dan produksi dari gas alam menjadi lebih efisien,

aman, dan ramah lingkungan. Inovasi teknologi tersebut antara lain:

- Liquefied Natural Gas (LNG)

LNG ini didapatkan dengan cara mendinginkan gas alam pada temperatur

-260oF, tekanan normal. Pada temperatur tersebut, gas alam akan berubah menjadi

cair dan volumenya berkurang sampai 600 kali. LNG ini lebih mudah disimpan

dan lebih mudah pula untuk ditransportasikan, sehingga biayanya pun menjadi

lebih ekonomis. Selain itu, dengan proses liquifikasi ini LNG dapat

Page 16: Makala Gas Bumi

16

menghilangkan O2, CO2, S, dan H2O sehingga LNG yang dihasilkan hampir pure

metana.

- Natural Gas Fuel Cell

Fuel cells biasanya menggunakan hidrogen sebagai bahan bakarnya.

Namun, hidrogen tidak terdapat di alam, sehingga harus dibuat. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mereaksikan antara steam (H2O) dan gas alam (CH4),

seperti terlihat di bawah ini.

Teknologi ini merupakan teknologi baru yang sangat menarik dan

menjanjikan untuk pembangkitan listrik yang efisien dan bersih. Fuel cells

memiliki kemampuan untuk menghasilkan listrik tanpa reaksi pembakaran,

melainkan menggunakan reaksi elektrokimia. Beberapa keuntungan dari teknologi

ini antara lain:

- Clean electricity - Dependability

- Distributed generation - Efisien

- Teknologi Gas-To-Liquid (GTL)

Perkembangan teknologi GTL di dunia saat ini telah mencapai tahap

komersial. Beberapa pemegang paten seperti Sasol Ltd., Shell, ExxonMobil,

Rentech Inc., Syntroleum Corp., JNOC, dll, telah berhasil mengoperasikan kilang-

kilang GTL di berbagai penjuru dunia seperti Nigeria, Mesir, Argentina, Qatar,

Iran, Malaysia, dan Australia. Produk yang dihasilkan dari teknologi GTL ini

meliputi: naphtha, middle distillates, dan lilin (waxes), namun dapat juga di

arahkan ke produk dimetil eter (DME), dan metanol. Dari beberapa produk GTL

tersebut, middle distillates (diesel dan bahan bakar jet) dapat mengganti langsung

diesel berbasis minyak bumi yang digunakan selama ini dalam mesin diesel

(compression ignition engines). Produk samping yang dihasilkan berupa

hidrokarbon ringan (tail gas) masih dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit

tenaga (power generation), sedangkan hidrogen dapat diolah lanjut menjadi

Page 17: Makala Gas Bumi

17

pupuk/urea atau dimanfaatkan sebagai sumber energi dalam merancang kilang

GTL terintegrasi (lihat Gambar 1).

Dengan teknologi GTL, cadangan gas sebesar 1 TCF (Trillion Cubic Feet)

dapat menghasilkan produk GTL berupa bahan bakar sintetis (diesel dan naphtha)

sebesar 10,000 barrel/hari selama 30 tahun, dengan asumsi laju alir umpan gas

alam sebesar 100 MMSCFD (Million Standard Cubic Feet per Day). Data

terakhir BP Statistics mencatat jumlah cadangan gas Indonesia tahun 2002 sebesar

92.5 TCF; dengan demikian kita dapat menghitung sendiri berapa barrel/hari

diesel dan naphtha yang dapat diproduksi guna mengurangi impor BBM (solar)

yang selama ini dilakukan.

Gambar 6.Tahap-Tahap Proses dari Teknologi GTL

Tahapan proses dari teknologi GTL ini adalah: tahap pemurnian gas (gas

purification), proses pembuatan gas sintesis (synthesis gas process), proses

Fischer-Tropsch (Fischer-Tropsch process), dan tahap peningkatan kualitas

produk (product upgrading).

1. Tahapan Pemurnian Gas (Gas Purification); Pada tahap ini, gas alam

yang keluar dari sumur dibersihkan dari senyawa-senyawa yang dapat

mengganggu jalannya proses selanjutnya. Senyawa-senyawa tersebut

diantaranya : H2S, CO2, H2O, dll. Teknologi komersial yang dapat

digunakan diantaranya proses absorpsi menggunakan pelarut tertentu,

Page 18: Makala Gas Bumi

18

misalnya : MEA (monoetanolamin), DEA (dietanolamin), dan TEG

(trietilen glikol).

2. Tahapan Pembuatan Gas Sintesis (Synthesis Gas Process); Pada

tahapan ini, gas alam yang telah dibersihkan, direaksikan sehingga

menghasilkan gas sintesis. Gas sintesis atau SynGas adalah istilah yang

diberikan kepada campuran gas karbonmonoksida (CO) dengan hidrogen

(H2) yang digunakan untuk mensintesis berbagai macam zat seperti

metanol dan ammonia. Proses pembuatan gas sintesis yang telah komersial

adalah: proses steam reforming, oksidasi parsial, dan CO2 reforming.

3. Tahapan Reaksi Fischer-Tropsch (Fischer-Tropsch Process); Reaksi

Fischer-Tropsch (FT) merupakan tahapan reaksi yang paling penting

dalam teknologi GTL. Pada tahap reaksi FT ini, gas sintesis dikonversi

menjadi hidrokarbon rantai panjang. Jenis katalis, jenis reaktor, rasio

H2/CO, dan kondisi operasi merupakan faktor yang menentukan jenis

produk yang dihasilkan.

Reaksi FT keseluruhan secara umum :

(1): nCO + mH2 -> C1 – C40- (alkana) + H2O

(2): nCO + mH2 -> C1 – C40- (alkena) + ½n CO2

Keterangan: harga n dan m sangat bergantung pada metode pembuatan

gas sintesis dan jenis bahan baku yang digunakan, misalnya: rasio H2/CO

gas bumi = 1.8-2.3, batubara = 0.6-0.8.

Jenis katalis yang banyak digunakan adalah katalis berbasis kobalt (Co)

dan besi (Fe). Jenis reaktor FT yang digunakan misalnya terdiri dari

reaktor slurry, fixed bed, dan fluidized. Reaktor-reaktor tersebut

dioperasikan pada rentang suhu antara 149°C-371°C dengan tekanan

antara 0.7-41 bar.

4. Tahapan Peningkatan Kualitas Produk (Product Upgrading); Tahap

ini merupakan tahap untuk mendapatkan produk sesuai jenis dan

spesifikasi yang diinginkan. Proses yang digunakan merupakan proses

Page 19: Makala Gas Bumi

19

yang telah digunakan secara komersial pada kilang-kilang minyak

umumnya, seperti: proses catalytic reforming, fluid catalytic cracking,

isomerisasi, alkilasi, dll.

2.8 Proses Produksi Gas Bumi

Gambar 7. Diagram Alir Sederhana untuk Produksi Gas Bumi

Dapat dilihat dengan jelas pada Gambar 7 bahwa tidak selalu mudah untuk

memberikan batasan statistik antara berbagai aliran; mana yang harus

diikutsertakan dalam laporan dan mana yang tidak. Akan tetapi, untuk keperluan

Kuesioner Gas Bumi, apa yang dilaporkan sebagai produksi lokal sebaiknya

merupakan produk siap dipasarkan (marketed production), yang dihitung setelah

proses pemurnian dan ekstraksi seluruh NGL dan sulfur.

Tetapi, tetap perlu untuk diingat bahwa:

Page 20: Makala Gas Bumi

20

■ Gas asosiasi yang diproduksi dari ekstraksi minyak bumi harus

dilaporkan dalam Kuesioner Gas Bumi.

■ Gas terbuang, terbakar, atau diinjeksi balik sebaiknya tidak ikut

dilaporkan. Akan tetapi, angka untuk gas terbuang dan terbakar

dibutuhkan oleh institusiinstitusi pemerhati lingkungan untuk

memperkirakan jumlah emisi fugitive dari kegiatan produksi minyak

dan gas bumi. Untuk alasan inilah mengapa angka tersebut tetap harus

dilaporkan tetapi pada bagian tersendiri.

■ Kuantitas gas yang dipakai di dalam industri gas bumi (biasanya dalam

bentuk tidak dapat dipasarkan) pada berbagai macam proses pemisahan

dan pengelolaan lain harus dilaporkan pada data produksi.

Data produksi dinyatakan dalam satuan energi (TJ) dan satuan volume

(Mm3). Data harus dibulatkan (tanpa koma) dan tidak boleh bernilai negatif.

2.9 Perkembangan dan Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia

Pemanfaatan gas alam di Indonesia dimulai pada tahun 1960-an dimana

produksi gas alam dari ladang gas alam PT Stanvac Indonesia di Pendopo,

Sumatera Selatan dikirim melalui pipa gas ke pabrik pupuk Pusri IA, PT Pupuk

Sriwidjaja di Palembang. Perkembangan pemanfaatan gas alam di Indonesia

meningkat pesat sejak tahun 1974, dimana PERTAMINA mulai memasok gas

alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di Prabumulih, Sumatera Selatan ke

pabrik pupuk Pusri II, Pusri III dan Pusri IV di Palembang. Karena sudah terlalu

tua dan tidak efisien, pada tahun 1993 Pusri IA ditutup,dan digantikan oleh Pusri

IB yang dibangun oleh putera-puteri bangsa Indonesia sendiri. Pada masa itu Pusri

IB merupakan pabrik pupuk paling modern di kawasan Asia, karena

menggunakan teknologi tinggi. Di Jawa Barat, pada waktu yang bersamaan, 1974,

PERTAMINA juga memasok gas alam melalui pipa gas dari ladang gas alam di

lepas pantai (off shore) laut Jawa dan kawasan Cirebon untuk pabrik pupuk dan

industri menengah dan berat di kawasan Jawa Barat dan Cilegon Banten. Pipa gas

alam yang membentang dari kawasan Cirebon menuju Cilegon, Banten memasok

gas alam antara lain ke pabrik semen, pabrik pupuk, pabrik keramik, pabrik baja

Page 21: Makala Gas Bumi

21

dan pembangkit listrik tenaga gas dan uap. Selain untuk kebutuhan dalam negeri,

gas alam di Indonesia juga di ekspor dalam bentuk LNG (Liquefied Natural Gas).

Ini adalah peta tematik cekungan batuan yang ada di Indonesia. Daerah

yang berwarna merah adalah cekungan yang sudah berproduksi, warna biru adalah

cekungan yang sudah dieksplorasi namun belum berproduksi, warna hijau adalah

cekungan yang sudah diadakan pengeboran namun belum ditemukan hidrokarbon,

dan yang warna kuning adalah daerah yang belum dieksplorasi.

Indonesia saat ini memiliki cadangan gas bumi sebesar 187.09 TSCF

status 1 Januari 2006 (P1 = 93.95 TSCF dan P2 = 93.14 TSCF) dengan laju

produksi sebesar 8.2 MMSCFD. Dengan kondisi saat ini cadangan gas Indonesia

mencukupi untuk 62 tahun. Persoalan yang ada adalah letak cadangan yang

tersebar di daerah-daerah yang masih belum memiliki infrastruktur untuk

menyalurkan gas tersebut kepada konsumen. (Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral, 2007).

Sedangkan gambaran umum pasokan-kebutuhan gas di Indonesia 2007-

2015 bisa dilihat pada Gambar dibawah ini :

Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007.

Gambar 8. Cekungan Sedimen Indonesia

Page 22: Makala Gas Bumi

22

Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2007.

Gambar 9. Peta Neraca Gas Indonesia 2007-2015.

Dengan gambaran tersebut di atas, permasalahan gas alam nasional secara

umum antara lain :

1. Adanya penurunan produksi gas bumi yang ada

2. Belum tersedianya infrastruktur gas bumi secara menyeluruh dan terpadu

3. Adanya gap antara daya beli pasar dalam negeri dengan harga gas

4. Adanya peningkatan permintaan gas bumi dalam negeri yang cukup signifikan.

Untuk gas bumi ini memang sebagian besar diproduksi untuk keperntingan

ekspor, seperti PT Badak di Bontang yang memproduksi LNG untuk diekspor ke

Jepang. Selain itu juga untuk pembangkit listrik, bahan baku petrokimia, dan

untuk kebutuhan konsumen lain seperti industri dan rumah tangga. Nah,

perusahaan yang melayani distribusi gas alam untuk kepentingan komersial,

industri dan rumah tangga adalah PT Perusahaan Gas Negara (PGN) yang kini

sudah beroperasi di tiga SBU, yaitu Sumatera bagian Utara (Medan), Jawa Bagian

Barat (Jakarta) dan Jawa Bagian Timur (Surabaya). PGN juga telah membangun

jalur transmisi gas dari Sumatera Selatan ke Jawa Barat (SSWJ).

Salah satu daerah penghasil gas alam terbesar di Indonesia adalah

Nanggröe Aceh Darussalam. Sumber gas alam yang terdapat di daerah Kota

Lhokseumawe dikelola oleh PT Arun NGL Company. Gas alam telah

diproduksikan sejak tahun 1979 dan diekspor ke Jepang dan Korea Selatan. Selain

Page 23: Makala Gas Bumi

23

itu di Krueng Geukuh, Nanggröe Aceh Barôh (kabupaten Aceh Utara) juga

terdapat PT Pupuk Iskandar Muda pabrik pupuk urea, dengan bahan baku dari gas

alam.

Tabel 1.2 Produksi Gas Bumi Tahun 2004-2011

Tabel 1.3 Ekspor Gas Tahun 2004-2011

Page 24: Makala Gas Bumi

24

2.10 Cadangan Gas Bumi di Indonesia

Sumber : Ditjen MIGAS (Status : tahun 2010).

Gambar 10. Peta Persebaran Cadangan Gas Bumi di Indonesia.

Tabel 1.4 Produksi dan Impor LPG Tahun 2004 - 2010

Page 25: Makala Gas Bumi

25

Menurut data potensi cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan

adalah 24.179,5BSCF terdiri dari cadangan terbukti 10.240,1 BSCF cadangan

mungkin sebesar 4.322BSCF dan cadangan harapan sebesar 9.117,4BSCF

Ratio total cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan terhadap

cadangan nasional adalah 13,01%. Dari produksi gas bumi Provinsi Sumatera

Selatan saat ini sekitar 700MMSCFD (juta kaki Kubik) perharinya. Dan potensi

yang ada sekarang separuhnya telah dimanfaatkan di Provinsi Sumatera Selatan

untuk industri, bahan baku industri pupuk, pembangkit listrik, kilang minyak dan

kilang LPG, gas kota dan lain-lainnya dengan total sebesar 400MMSCFG (juta

kakki kibik) dan sisanya digunakan untuk keperluan industri diluar sumatera

selatan yaitu pipanisasi gas untuk lifting minyak di duri (riau) dan industri/rumah

tangga/comercial di batam serta ekspor ke singapura

Trend produksi dan cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan

diungkapkan Plt Sekretaris Provinsi Sumatera Selatan H.Yusri Effendi Ibrahim,

SH.MM  bahwa cadangan gas bumi Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan akan

habis pada tahun 2039 dengan kondisi cadangan dan trend keseluruhan gas yang

semakin meningkat tersebut maka mau tidak mau harus segera dicarikan solusi

untuk pemenuhan kebutuhan gas dimasa yang akan datang salah satunya alternatif

adalah coal bed methane (CBM)  atau gas metan batubara (GMB).

Sumber daya CBM di indonesia cukup besar dan diperkirakan memiliki

cadangan sekitar 450 TCF (Triliun Kaki Kubik) yang terbesar pada 11 cekungan

di sumaetra selatan sekitar 183 TCF (triliun kaki kubik) dengan luasan areal

sekitar 20.000km2 apabila dibandingfkan dengan potensi gas alam sumatera

selatan maka CBM memiliki cadangan sekitar 8 kali potensi gas alam Provinsi

Sumatera Selatan

Izin pengusahaan CBM di Provinsi Sumatera Selatan telah diberikan ke

beberapa perusahaan antara lain PT Medco CBM sekayu yang merupakan salah

satu anak, perusahaan PT Medco E & P indonesia.

Perusahaan ini bergerak dalam bidang pengembangan usaha coal bed

methane (CBM) dengan area pengembangan di blok sekayu dan blok CBM

tanjung emin sumaetra selatan. Tidak menutup kemungkinan bagi investor dalam

dan luar negeri untuk dapat mengelolah CBM ini, seperti australia, amerika utara,

Page 26: Makala Gas Bumi

26

india, china dan negara-negara lain yang sudah memiliki teknologi dalam

pemanfaatan CBM

BAB III

KESIMPULAN

- Gas alam sering juga disebut sebagai gas Bumi atau gas rawa, adalah

bahan bakar fosil berbentuk gas. Ia dapat ditemukan di ladang minyak,

ladang gas Bumi dan juga tambang batu bara.

- Komponen utama dalam gas alam adalah metana (CH4), yang

merupakan molekul hidrokarbon rantai terpendek dan teringan. Gas

alam juga mengandung molekul-molekul hidrokarbon yang lebih berat

seperti etana (C2H6), propana (C3H8) dan butana (C4H10), selain juga

gas-gas yang mengandung sulfur (belerang). Nitrogen, helium, karbon

dioksida (CO2), hidrogen sulfida (H2S), dan air dapat juga terkandung

di dalam gas alam. Merkuri dapat juga terkandung dalam jumlah kecil.

Komposisi gas alam bervariasi sesuai dengan sumber ladang gasnya.

- Pembakaran satu meter kubik gas alam komersial menghasilkan 38 MJ

(10.6 kWh).

- Secara garis besar pemanfaatan gas alam dibagi atas 3 kelompok

yaitu :

Gas alam sebagai bahan bakar, antara lain sebagai bahan bakar

Pembangkit Listrik Tenaga Gas/Uap, bahan bakar industri

ringan, menengah dan berat, bahan bakar kendaraan bermotor

(BBG/NGV), dan sebagainya.

Gas alam sebagai bahan baku, antara lain bahan baku pabrik

pupuk, petrokimia, metanol, bahan baku plastik, pengawet

makanan, hujan buatan, industri besi tuang, pengelasan dan

bahan pemadam api ringan.

Gas alam sebagai komoditas energi untuk ekspor, yakni

Liquefied Natural Gas (LNG).

Page 27: Makala Gas Bumi

27

DAFTAR PUSTAKA

Erlinawati. 2012. Modul Energi Konvensional dan Non Konvensional. POLSRI;

Palembang.

Mandil, Claude. 2005. Manual Statistik Energi. International Energy Agency

(IEA), Paris.

Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). http://www.esdm.go.id/;

diakses pada 7 Maret 2012.

www.alex.kurniawan20.COMPRESSED NATURAL GAS/CNG.blogspot.com;

diakses pada 7 Maret 2012.

http.//www.cadangan minyak bumi dan gas alam Indonesia.blogspot.com.;diakses

pada 7 Maret 2012.

http.//www.gasalam2010.hal1.com.; diakses pada 9 Maret 2012.

http.//Myblog.Wordpres.com/gas bumi.; diakses pada 9 Maret 2012.

http.//www.roda_gigi.pengetahuan umum tentang gas bumi.com.; diakses pada 9

Maret 2012.

http.//www. Teknologi Gas-To-Liquid (GTL) - Majari Magazine.com.; diakses

pada 9 Maret 2012.

http.//www.wikipedia.com/gas alam.; diakses pada 9 Maret 2012.