Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

11
* Laboratorium Biokimia/Biomol Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ** Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya *** Prgram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya UJI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum forma citratum Back.) SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP Streptococcus viridans SECARA In Vitro Prasetyo A.*, Noorhamdani A.S.**, Shalahuddin M.*** ABSTRAK Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah karies gigi. Penyakit ini dapat menjalar masuk ke ruang pulpa dan saluran akar kemudian menyebabkan infeksi saluran akar. Berbagai penelitian menemukan dominasi kuman yang sering diisolasi dari saluran akar adalah Streptococcus viridans (63%). Infeksi saluran akar memerlukan perawatan saluran akar (dibutuhkan obat sterilisasi saluran akar). Kemangi merupakan salah satu obat herbal yang memiliki efek antimikroba yang mengandung minyak atsiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) sebagai antimikroba terhadap Streptococcus viridans secara in vitro dengan melihat nilai KHM dan KBM. Untuk menentukan KHM digunakan metode dilusi tabung sedangkan untuk menentukan KBM digunakan metode dilusi agar. Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi yakni 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dengan pengulangan masing-masing konsentrasi sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan nilai KHM pada konsentrasi 100 % sedangkan nilai KBM tidak dapat ditentukan karena pada konsentrasi tertinggi masih terdapat pertumbuhan kuman. Hasil statistik one way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi dekok terhadap jumlah koloni kuman (angka signifikansi 0,000: p < 0,05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara konsentrasi dekok dengan jumlah koloni kuman (Korelasi, r = -0,902: p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dekok daun kemangi memiliki efek antimikroba terhadap Streptococcus viridans secara In Vitro. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan uji konfirmasi dan metode pemurnian minyak atsiri dalam dekok daun kemangi guna menunjang hasil penelitian dan aplikasi klinis terutama sebagai obat sterilisasi saluran akar. Kata Kunci: dekok daun kemangi, Streptococcus viridans, infeksi saluran akar, antimikroba ABSTRACT Caries dentist is the most frequently encountered as dental and mouth disease. This diseases can spread into pulp chamber and root canal then could be result as infection of the root canal. Research found a dominance of bacteria that are often isolated from root canal is Streptococcus viridans (63%). Neglected root canal infection should be needed root canal’s treatment (root canal’s sterilization’s drug). Basil is one of the herbal medicines which has the effect of antimicrobial, it composed of atsiri’s oil. The purpose from this research is to know the Basil’s Leaf (Ocimum basilicum forma citratum Back)’s decoction as antimicrobial Streptococcus viridans In Vitro by examining the MIC and MBC value. Tube dilution method was used to determine the MIC value while dilution agar method was used to determine the MBC value. This experiments use 5 concentration there are 100%, 90%, 80%, 70%, 60% with 4 repetition for each concentration. The experiment’s result show that MIC was found at concentration 100%, while the value of MBC cannot be determined because S. viridans still growth at the highest concentration. One way ANOVA show there is a significant difference between changes in concentration of decoction against the number of colonies S. viridans (significancies value 0.000; p < 0.05). Correlation’s study show there is a relationship between concentration of decoction with colonial count (Correlation, r = -0.902; p < 0.05). The conclusion of this study was basil’s leaf decoction has antimicrobial effect against Streptococcus viridans as In Vitro. Based on this research, advisable to conduct a confirmation test and purification methods of atsiri’s oil in basil’s leaf decoction to support the research and clinical applications, especially as a root canal sterilization medication. Key words: basil’s leaf decoction, Streptococcus viridans, root canal infection, antimicrobial

Transcript of Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

Page 1: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

* Laboratorium Biokimia/Biomol Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya ** Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya *** Prgram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

UJI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum forma citratum Back.) SEBAGAI ANTIMIKROBA TERHADAP Streptococcus viridans SECARA In Vitro

Prasetyo A.*, Noorhamdani A.S.**, Shalahuddin M.***

ABSTRAK

Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah karies gigi. Penyakit ini dapat menjalar

masuk ke ruang pulpa dan saluran akar kemudian menyebabkan infeksi saluran akar. Berbagai penelitian menemukan dominasi kuman yang sering diisolasi dari saluran akar adalah Streptococcus viridans (63%). Infeksi saluran akar memerlukan perawatan saluran akar (dibutuhkan obat sterilisasi saluran akar). Kemangi merupakan salah satu obat herbal yang memiliki efek antimikroba yang mengandung minyak atsiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) sebagai antimikroba terhadap Streptococcus viridans secara in vitro dengan melihat nilai KHM dan KBM. Untuk menentukan KHM digunakan metode dilusi tabung sedangkan untuk menentukan KBM digunakan metode dilusi agar. Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi yakni 100%, 90%, 80%, 70%, 60% dengan pengulangan masing-masing konsentrasi sebanyak 4 kali. Hasil penelitian menunjukkan nilai KHM pada konsentrasi 100 % sedangkan nilai KBM tidak dapat ditentukan karena pada konsentrasi tertinggi masih terdapat pertumbuhan kuman. Hasil statistik one way ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada perubahan konsentrasi dekok terhadap jumlah koloni kuman (angka signifikansi 0,000: p < 0,05). Uji korelasi menunjukkan adanya hubungan yang erat antara konsentrasi dekok dengan jumlah koloni kuman (Korelasi, r = -0,902: p < 0,05). Kesimpulan dari penelitian ini adalah dekok daun kemangi memiliki efek antimikroba terhadap Streptococcus viridans secara In Vitro. Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk melakukan uji konfirmasi dan metode pemurnian minyak atsiri dalam dekok daun kemangi guna menunjang hasil penelitian dan aplikasi klinis terutama sebagai obat sterilisasi saluran akar. Kata Kunci: dekok daun kemangi, Streptococcus viridans, infeksi saluran akar, antimikroba

ABSTRACT

Caries dentist is the most frequently encountered as dental and mouth disease. This diseases can

spread into pulp chamber and root canal then could be result as infection of the root canal. Research found a dominance of bacteria that are often isolated from root canal is Streptococcus viridans (63%). Neglected root canal infection should be needed root canal’s treatment (root canal’s sterilization’s drug). Basil is one of the herbal medicines which has the effect of antimicrobial, it composed of atsiri’s oil. The purpose from this research is to know the Basil’s Leaf (Ocimum basilicum forma citratum Back)’s decoction as antimicrobial Streptococcus viridans In Vitro by examining the MIC and MBC value. Tube dilution method was used to determine the MIC value while dilution agar method was used to determine the MBC value. This experiments use 5 concentration there are 100%, 90%, 80%, 70%, 60% with 4 repetition for each concentration. The experiment’s result show that MIC was found at concentration 100%, while the value of MBC cannot be determined because S. viridans still growth at the highest concentration. One way ANOVA show there is a significant difference between changes in concentration of decoction against the number of colonies S. viridans (significancies value 0.000; p < 0.05). Correlation’s study show there is a relationship between concentration of decoction with colonial count (Correlation, r = -0.902; p < 0.05). The conclusion of this study was basil’s leaf decoction has antimicrobial effect against Streptococcus viridans as In Vitro. Based on this research, advisable to conduct a confirmation test and purification methods of atsiri’s oil in basil’s leaf decoction to support the research and clinical applications, especially as a root canal sterilization medication. Key words: basil’s leaf decoction, Streptococcus viridans, root canal infection, antimicrobial

Page 2: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

PENDAHULUAN

Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai adalah karies gigi, dimana keadaan patologis ini terjadi pada permukaan luar gigi. Penyakit yang disebabkan oleh aktivitas kuman ini, dapat menjalar masuk ke ruang pulpa dan saluran akar kemudian menyebabkan infeksi saluran akar/endodonsi. Infeksi endodonsi dikatakan infeksi polimikroba oleh karena di dalam ruang pulpa selain diketemukan kuman juga virus dan jamur.1 Penelitian2 menemukan dominasi Streptococcus viridans (63%), Staphylococcus albus (17%), Diphteroid bacilli (6,5%) dan kuman aerob pembawa-spora, Staphylococcus aureus, Proteus sp., Streptococcus haemolyticus, serta Bacillus coli di dalam pulpa yang bernanah (adanya infeksi endodonsi). Begitu pula dengan3 yang melaporkan bahwa organisme yang paling sering diisolasi dari saluran akar adalah Streptococcus alfa-hemolyticus, seperti Streptococcus viridans (kuman yang mendominasi infeksi endodonsi).4

Infeksi saluran akar yang dibiarkan terus-menerus akan menyebabkan kematian gigi. Untuk itu perlu dilakukan perawatan saluran akar.5 Perawatan saluran akar adalah suatu perawatan gigi dengan pengambilan seluruh jaringan pulpa baik dari dalam ruang pulpa maupun saluran akar. Perawatan ini terdiri dari tiga tahapan yaitu preparasi, sterilisasi, dan pengisian saluran akar. Preparasi saluran akar meliputi tindakan pembersihan dan pembentukan saluran akar (cleaning and shaping).4

Pembersihan dan pembentukan saluran akar akan memudahkan pengisian saluran akar. Selain tahap pembersihan dan pembentukan saluran akar, penggunaan medikamen saluran akar yang tepat akan menunjang keberhasilan perawatan saluran akar. Tujuan pemberian obat sterilisasi saluran akar adalah membuat saluran akar dan jaringan periradikuler bebas kuman, mencegah kemungkinan penyebaran kuman patogen ke seluruh tubuh, serta dapat menghambat dan membunuh setiap kuman yang berada didaerah yang tidak terjangkau oleh pembersihan saluran akar secara mekanis.6

Berbagai obat saluran akar berupa bahan kimia dan bahan terapi telah digunakan di saluran akar dengan berbagai tujuan. Pemilihan obat saluran akar perlu mempertimbangkan efektifitas obat dan efek samping yang akan

ditimbulkannya karena obat saluran akar merupakan bahan aktif, bahan kimia toksik atau terapeutik yang berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya.1

Beberapa zat aktif yang selama ini menjadi penelitian oleh ilmuwan-ilmuwan antara lain minyak atsiri dengan kandungan fenol (eugenol), sineol, methyl chavicol, ocimene, alpha pinine, encalyptole, linalool, geraniol. Selain itu carvacrol, saponin, flavonoid, polifenol, tannin, terpenoid dan lain sebagainya, terus diteliti dan dikembangkan sumber zat aktif tersebut. Terlebih-lebih bahan herbal/alami yang merupakan salah satu kekayaan Indonesia.7

Kemangi (genus ocimum) merupakan salah satu obat herbal yang mengandung minyak atsiri, flavonoid, fosfor, besi, belerang, vitamin A & C. Bahan-bahan ini memiliki efek antimikroba seperti penelitian yang dilakukan oleh8 yang menggunakan Ocimum basilicum, mampu menghambat pertumbuhan kuman antara lain E.coli, Salmonela paratyphi, dan Shigella dysenteriae. Penelitian terhadap beberapa spesies Ocimum yang lain juga pernah dilakukan oleh9 dengan menggunakan Ocimum canum, Ocimum gratissimum, Ocimum trichdon, Ocimum sanctum dan Ocimum urticifolium yang ternyata mampu menghambat pertumbuhan E.coli, Basilus subtilis, dan Staphylococcus aureus. Berbagai metode dalam mendapatkan minyak atsiri dari kemangi pun bervariasi, namun tetap memiliki efek antimikroba yang cukup signifikan. Penelitian yang dilakukan10 dengan menggunakan metode dekok daun kemangi (Ocimum basilicum) mempunyai efek antimikroba terhadap Salmonella typhi dengan konsentrasi hambat minimum 40%. Penelitian11 dengan metode ekstraksi etanol Ocimum sanctum juga memiliki efek antimikroba terhadap pertumbuhan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus dengan konsentrasi bunuh minimum 10%.

Berbagai penelitian tentang potensi Kemangi sebagai anti mikroba telah dilakukan dengan berbagai metode, akan tetapi belum ada publikasi tentang potensi sebagai antimikroba terhadap kuman Streptococcus viridians, mengingat kemangi memiliki berbagai kandungan zat yang bersifat antimikroba, antara lain minyak atsiri, carvacrol, flavonoid, vitamin, dan lain sebagainya. Oleh karena itu peneliti mencoba untuk membuktikan efek dekok daun Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.)

Page 3: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

sebagai antimikroba terhadap Streptococcus viridans. METODE PENELITIAN Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian true experimental laboratorik yang menggunakan metode post test only control group design. Untuk mengetahui pengaruh berbagai konsentrasi dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) terhadap kolonisasi kuman Streptococcus viridans digunakan metode tube dilution test dengan media tumbuh Brain Heart Infusion Broth (BHIB) dan dilanjutkan dengan penggoresan (streaking) pada media Brain Heart Infusion Agar (BHIA). Sampel Penelitian. Sampel pada penelitian ini adalah jumlah koloni bakteri Streptococcus viridans yang diperoleh dari stok laboratorium mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya dengan kepadatan 106 CFU/ml per tube. Jumlah pengulangan penelitian adalah sebanyak 4 kali. Lokasi Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembuatan Dekok Daun Kemangi. Daun kemangi ditimbang seberat 100 gram kemudian dicuci bersih, diiris kecil, dan dimasukkan ke dalam Erlenmeyer yang telah diisi alcohol 96%, diaduk, kemudian didiamkan selama 10 menit. Kemudian daun kemangi disaring dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer (lain) yang telah diisi dengan aquadest steril 100 ml. Bibir Erlenmeyer ditutup dengan kapas dan alumunium foil. Tabung Erlenmeyer dimasukkan ke dalam air yang sedang di didihkan 1000C selama 30 menit. Setelah itu diangkat dan didiamkan sampai suhu dibawah 400C. Air daun kemangi disaring menggunakan kertas saring, di sentrifuge, dan terakhir disaring kembali dengan filter satorius dan ditampung di dalam tabung reaksi steril. Tes Identifikasi Kuman. Tes yang dilakukan untuk mengidentifikasi kuman Streptococcus viridans antara lain adalah tes pewarnaan Gram untuk menentukan kuman tersebut termasuk

kuman Gram positif ataupun Gram negatif, tes katalase untuk membedakan Streptococcus viridans dengan Staphylococcus aureus, dan tes optochin untuk membedakan Streptococcus viridans dengan Streptococcus pneumoniae. Persiapan Suspensi Uji Streptococcus viridans. Dipersiapkan bakteri Streptococcus viridans dari media BHI yang telah diuji konfirmasi. Diambil 5 koloni (d ≥ 1mm) dengan ose kemudian dimasukkan ke dalam 5 ml BHIA steril. Kemudian diukur Optical Density (OD) atau kepadatan optisnya dengan spektrofotometer pada λmaks = 625 nm. Dari hasil yang diperoleh dibuat suspensi sel yang mengandung 1x108

hingga 5x108 CFU/ml dengan rumus n1 x v1 = n2 x v2. Untuk mendapatkan suspensi sel yang mengandung 0,5x106 hingga 2,5x106 CFU/ml dilakukan dengan cara mengambil 1 ml (dari tabung yang mengandung 108 CFU/ml) untuk dicampur dengan 9 ml NaCl 0,85% steril. Maka akan didapatkan suspensi sel dengan konsentrasi 107 CFU/ml. Proses dilanjutkan sekali lagi hingga mencapai konsentrasi suspensi bakteri yang digunakan untuk tes, yaitu 0,5x106 hingga 2,5x106 CFU/ml.8 Prosedur Uji Antimikroba Dekok Daun Kemangi: a. Disediakan 7 tabung steril, 5 tabung sebagai

uji antimikroba dan 1 tabung sebagai kontrol kuman (kontrol positif), dan 1 kontrol bahan (kontrol negatif).

b. Pembuatan konsentrasi dekok daun kemangi didapatkan dari hasil perbandingan antara volume dekok (ml) dengan aquadest (ml). Berdasarkan penelitian pendahuluan maka dilakukan perapatan konsentrasi antara 50% hingga 100%. Adapun konsentrasi yang digunakan yaitu 100%, 90%, 80%, 70% dan 60%.

c. Menyiapkan perbenihan cair perbenihan kuman dengan konsentrasi 0,5x106 hingga 2,5x106 CFU/ml

d. Perbenihan cair kuman dimasukkan pada semua tabung konsentrasi di atas, masing-masing sebanyak 1 ml. Sehingga konsentrasi akhir dekok daun Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back) adalah: 100%, 90%, 80%, 70%, 60%, kontrol positif, kontrol negatif.

Page 4: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

e. Kontrol kuman (0%) digoreskan pada BHIA sebagai original inoculum kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

f. Masing-masing tabung di-vortex dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 370C.

g. Pada hari kedua, semua tabung dikeluarkan dari inkubator. KHM didapatkan dengan cara melihat kejernihan tabung dibantu dengan 5 garis hitam yang berbeda ketebalannya sebagai latar belakang.

h. Kemudian dari masing-masing tabung dilusi diambil satu ose kemudian diinokulasikan pada media Brain Heart Infusion Agar (BHIA). Kemudian diinkubasi 24 jam pada suhu 370C.

i. Pada hari ketiga didapatkan data KBM dan dilakukan pengamatan kuantitatif pada masing-masing konsentrasi dengan cara menghitung jumlah koloni bakteri dengan colony counter. KBM ditentukan dari tidak adanya jumlah koloni yang tumbuh pada BHIA atau jumlah koloninya kurang dari 0,1% jumlah koloni di OI.

Analisis Data. Data terlebih dahulu dilakukan uji distribusi normalitas dan homogenitas varian menggunakan kolmogorov smirnov dan levene homogenicity test. Apabila data terdistribusi normal dan homogen, analisis data yang digunakan adalah uji statistik one way ANOVA dan uji statistik korelasi-regresi. Uji statistik one way ANOVA dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05) digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh pemberian berbagai konsentrasi dekok daun kemangi terhadap jumlah koloni bakteri Streptococcus viridans. Sedangkan uji korelasi-regresi digunakan untuk mengetahui kekuatan hubungan antara dekok daun kemangi terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus viridans. HASIL PENELITIAN Identifikasi Streptococcus viridans. Sebelum kuman digunakan, dilakukan uji identifikasi terlebih dahulu untuk memastikan kuman tersebut adalah benar Streptococcus viridans. Pembiakan koloni dilakukan pada media CAP (Chocolate Agar Plate) kemudian diidentifikasi dengan pewarnaan Gram, tes katalase, dan tes optochin.

Pembiakan koloni Streptococcus viridans menunjukkan koloni berwarna kehijauan, berbentuk bulat, dengan zona hemolysis yang sempit. Pada perwarnaan Gram dan pengamatan di bawah mikroskop dengan perbesaran 1000x, didapatkan gambaran sel bakteri berbentuk bulat dan berwarna ungu dengan susunan seperti rantai yang memanjang pada sumbu dari rangkaian tersebut. Hasil tes katalase menunjukkan tidak didapati adanya gelembung udara pada glas obyek (katalase -). Pada tes optochin bakteri Streptococcus viridans menunjukkan hasil reaksi (-). Hasil (-) ini ditunjukkan dengan tidak adanya zona hambatan di sekeliling disk optochin.

Penelitian Pendahuluan. Penelitian pendahuluan dilakukan untuk memperoleh rentang konsentrasi seminimal mungkin agar hasil yang diperoleh lebih teliti. Rentang konsentrasi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode penipisan seri, yaitu dari konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan, pada konsentrasi 100% menunjukkan tidak adanya kekeruhan pada tabung yang berisi bahan uji dan kuman uji setelah diinkubasi dengan suhu 370 C selama 24 jam. Selain itu juga tidak didapatkan pertumbuhan pada plate yang di-streaking/penggoresan dari hasil dilusi tabung diatas. Hal ini menunjukkan bahwa pada penelitian pendahuluan didapatkan hasil konsentrasi 100% mampu menghambat pertumbuhan dan membunuh kuman. Penentuan Nilai KHM dengan Pengamatan Kekeruhan. KHM (Kadar Hambat Minimal) adalah kadar terendah dari antimikroba yang mampu menghambat pertumbuhan kuman (ditandai dengan tidak adanya kekeruhan pada tabung), setelah diinkubasikan selama 24 jam.12 Hal ini dapat diperjelas dengan cara melihat kejernihan tabung dibantu 5 garis hitam yang berbeda ketebalannya sebagai latar belakang). Tingkat kekeruhan berbagai konsentrasi larutan dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) diamati untuk menentukan KHM. Hasil uji dilusi tabung dengan konsentrasi 100%, 90%, 80%, 70% 60%, dan kontrol kuman disajikan pada Tabel 1.

Page 5: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

Tabel 1 Pengamatan kekeruhan dekok daun Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) dalam berbagai konsentrasi setelah pemberian suspensi kuman Streptococcus.viridans

Pengulangan Kekeruhan KB KK

60% 70% 80% 90% 100% 1 3 3 1 1 0 0 3

2 3 2 1 0 0 0 3

3 3 3 1 1 0 0 3

4 3 2 2 2 0 0 3

Modus 3 2 / 3 1 1 0 0 3 Keterangan:

3 : Sangat keruh (kelima garis tidak tampak jelas) 2 : Keruh (hanya tiga garis yang tampak) 1 : Agak keruh (hanya satu garis yang tampak) 0 : Jernih (kelima garis tampak jelas) Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui pada

konsentrasi 60% didapatkan hasil sangat keruh pada 4 kali pengulangan. Sedangkan pada konsentrasi 70% didapatkan hasil sangat keruh pada pengulangan pertama dan ketiga serta hasil keruh pada pengulangan kedua dan keempat. Pada konsentrasi 80% didapatkan hasil agak keruh pada pengulangan pertama hingga ketiga dan hasil keruh pada pengulangan keempat. Sedangkan pada konsentrasi 90% didapatkan hasil agak keruh pada pengulangan pertama dan ketiga, keruh pada pengulangan keempat dan jernih pada pengulangan kedua. Pada konsentrasi 100% yang merupakan konsentrasi tertinggi dalam penelitian ini didapatkan hasil

jernih pada 4 kali pengulangan. Maka dapat disimpulkan bahwa nilai kadar hambat minimal (KHM) dari dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) terhadap Streptococcus viridans berada pada konsentrasi 100%. Signifikansi tingkat konsentrasi dengan kemampuan menghambat pertumbuhan kuman disajikan dalam Gambar 1, dimana menunjukkan semakin tinggi konsentrasi dekok daun kemangi maka semakin rendah tingkat kekeruhan larutan suspensi kuman. Hal ini bermakna bahwa semakin tinggi konsentrasi dekok daun kemangi mampu menghambat pertumbuhan kuman Streptococcus viridans.

00.5

11.5

22.5

33.5

60 70 80 90 100Ke

keru

han

(sko

rin

g)

Konsentrasi (%)

Grafik Hubungan Kekeruhan dengan Konsentrasi Bahan

Pengulangan 1 Pengulangan 2

Pengulangan 3 Pengulangan 4

Gambar 1. Grafik Hubungan antara Kekeruhan Tabung dengan Konsentrasi Bahan

Page 6: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

Penentuan Nilai KBM dengan Penghitungan Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus viridans. Setelah tabung yang berisi dekok daun kemangi dan suspensi kuman diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37°C dan diamati tingkat kekeruhannya untuk melihat dan ditentukan nilai KHM nya, setiap konsentrasi dekok tersebut di-streaking penuh pada BHIA. Sebelum di-streaking, seluruh tabung dilakukan

pengencaran dengan larutan NaCl sebanyak 10.000x. Hal ini dilakukan untuk memudahkan penghitungan jumlah koloni kuman yang tumbuh (tidak terlalu padat). Kemudian, BHIA diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Penghitungan jumlah koloni yang tumbuh pada masing-masing konsentrasi BHIA dihitung keesokan harinya dengan menggunakan colony counter (Tabel 2).

Tabel 2. Hasil Penghitungan Koloni Streptococcus viridans yang Tumbuh pada BHIA

Konsentrasi (%)

Pengulangan Rerata Standar deviasi 1 2 3 4

KK 301 x 104 311 x 104 321 x 104 299 x 104 308 x 104 10,132 60 288 x 104 269 x 104 284 x 104 260 x 104 275,25 x 104 13,048 70 225 x 104 253 x 104 289 x 104 238 x 104 251,25 x 104 27,645 80 221 x 104 244 x 104 257 x 104 220 x 104 235 x 104 18,120 90 220 x 104 236 x 104 207 x 104 212 x 104 218,75 x 104 12,685

100 205 x 104 219 x 104 203 x 104 215 x 104 210,5 x 104 7,724 KB 0 0 0 0 0 0 OI 3,12 x 103

KBM (Kadar Bunuh Minimal) adalah kadar

terendah dari antimikroba yang dapat membunuh kuman (ditandai dengan tidak tumbuhnya kuman pada BHIA) atau pertumbuhan koloninya kurang dari 0,1% dari jumlah koloni inokulum awal (original inoculum/OI) pada medium BHIA yang telah dilakukan penggoresan sebanyak satu ose.12

Hasil pengamatan menunjukkan dari konsentrasi terendah yakni 60% hingga konsentrasi tertinggi 100% masih didapatkan pertumbuhan kuman dan pertumbuhan koloni

lebih dari 0,1 % original inoculum. Namun terdapat fenomena penurunan jumlah pertumbuhan kuman dari konsentrasi terendah hingga tertinggi. Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan koloni yang tumbuh terhadap berbagai konsentrasi dekok daun Kemangi. Dari gambar tersebut dapat diamati adanya penurunan jumlah koloni kuman yang tumbuh seiring dengan peningkatan konsentrasi dekok daun Kemangi. Rerata jumlah koloni kuman juga semakin menurun seiiring dengan peningkatan konsentrasi dekok daun Kemangi.

0

50

100

150

200

250

300

60% 70% 80% 90% 100%

275.25251.25 235 218.75 210.5

konsentrasi dekok daun kemangi

Jumlah Koloni S.viridans

Gambar 5.11 Grafik Hubungan Jumlah Koloni Kuman dengan Konsentrasi Dekok Daun Kemangi. Keterangan: Jumlah koloni Streptococcus viridans dikalikan 104.

Page 7: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

Analisis Data. Hasil uji normalitas data menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,530 (p > 0,05) yang berarti bahwa bahwa distribusi data normal. Sedangkan pada tes homogenitas, diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,195 (p > 0,05) yang menunjukkan bahwa varians data/homogentias data adalah sama. Dari kedua uji tersebut, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh memenuhi syarat untuk dilakukan uji one way ANOVA.

Dari hasil uji One-Way ANOVA didapatkan angka signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini berarti efek pemberian berbagai tingkat konsentrasi dekok daun kemangi terhadap jumlah koloni rata-rata Streptococcus viridans adalah berbeda secara signifikan pada taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya dari uji Post Hoc LSD dapat diketahui bahwa ada 4 kelompok yang tidak ada perbedaan yang signifikan. Sedangkan 11 kelompok lainnya ada perbedaan disetiap pasangan kelompok yang ditunjukkan oleh angka signifikansi 0,000 (p<0,05). Hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara konsentrasi dekok daun Kemangi terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans.

Hasil uji korelasi Pearson menunjukkan angka signifikansi 0.000 (p < 0,05) yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian dekok daun Kemangi dengan jumlah koloni kuman Streptococcus viridans. Besar koefisien korelasi Pearson yaitu R = -0,902. Tanda negatif menunjukkan hubungan yang terbalik yaitu bahwa semakin tinggi konsentrasi dekok daun kemangi maka semakin sedikit jumlah koloni kuman yang tumbuh, dan

sebaliknya. Nilai 0,902 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat antara perlakuan konsentrasi dengan pertumbuhan kuman (nilai korelasi lebih dari 0,75).13 Nlai koefisien determinasi Adjusted R Square (R2) sebesar 0,806 berarti bahwa kontribusi pemberian dekok daun kemangi dalam menurunkan jumlah koloni kuman Streptococcus viridans sebesar 80,6% sedangkan sisanya 19,4% disebabkan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan akibat dari lama penyimpanan dekok, kandungan zat lain yang bersifat memperkuat kuman, atau akibat resistensi kuman itu sendiri. Hubungan antara perubahan konsentrasi dekok

daun Kemangi dengan pertumbuhan koloni kuman Streptococcus viridans dapat dinyatakan dengan rumus Y = 317 – 19X. Y adalah jumlah koloni kuman Streptococcus viridans sedangkan X adalah konsentrasi dekok daun Kemangi. Hal ini berarti tanpa pemberian dekok daun Kemangi maka jumlah koloni Streptococcus viridans yang dihasilkan di medium BHIA akan meningkat konstan yaitu 317 x 104 (karena pada input data kepangkatan jumlah pertumbuhan koloni kuman tidak dimasukkan, jadi harus dikalikan 104). Dengan pengaruh dekok maka setiap peningkatan konsentrasi dekok daun Kemangi 1% justru menyebabkan penurunan jumlah koloni kuman hingga 19 x 104 koloni kuman (Gambar 3).

Gambar 3. Grafik Persamaan Linier Uji Regresi Jumlah Koloni Streptococcus viridans terhadap Konsentrasi

Dekok daun Kemangi Keterangan: Y = 317 – 19X, sumbu Y adalah jumlah koloni dan

sumbu X adalah konsentrasi dekok PEMBAHASAN

Penelitian eksperimental ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efek antimikroba dekok daun Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans secara in vitro. Melalui metode dilusi tabung yang digunakan, akan diketahui Kadar Hambat Minimum (KHM) yang diamati secara kualitatif dari tingkat kekeruhan tabung dilusi dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) yang dilihat dari pertumbuhan koloni kuman pada Brain Hearth Infusion Agar (BHIA) < 0,1 % original inoculums. Selain itu dalam penelitian ini dapat diketahui hubungan antara konsentrasi dekok daun

Jumlah Koloni

Page 8: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) terhadap pertumbuhan Streptococcus viridans.

Kuman Streptococcus viridans. Kuman yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Sebelum digunakan, telah dilakukan tes identifikasi terhadap Streptococcus viridans yaitu dengan pewarnaan Gram, tes katalase, dan tes optochin. Pada pewarnaan Gram didapatkan kuman berbentuk bulat dan berwarna ungu, hal ini menunjukkan bahwa kuman tersebut merupakan kuman Gram positif. Pada tes katalase, menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak terdapatnya gelembung udara dalam gelas objek. Selain itu pada tes optochin juga menunjukkan hasil negatif yang ditandai dengan tidak adanya zona hambat di sekeliling disk optochin. Dekok Daun Kemangi. Dekok yang digunakan dalam penelitian ini adalah dekok daun Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.). Proses dekok dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. Dekok daun Kemangi didapatkan dengan pelarut aquadest steril. Bahan aktif yang diduga terdapat dalam daun Kemangi adalah minyak atsiri. Penelitian Pendahuluan. Hasil penelitian pendahuluan dengan konsentrasi 100%, 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% menunjukkan tidak terdapat pertumbuhan kuman pada konsentrasi 100%. Oleh karena itu, penelitian dilanjutkan dengan merapatkan konsentrasi diatas 50% hingga 100%, dengan jarak antar konsentrasi adalah 10%. Rentang konsentrasi yang cukup besar ini digunakan untuk dapat menentukan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM) secara pasti dan memenuhi persyaratan pengulangan (dibutuhkan 5 konsentrasi bahan dan 1 kontrol kuman). Dalam penentuan konsentrasi yang perlu diperhatikan adalah mencari bukti adanya dose-effect relationship antara konsentrasi dekok daun Kemangi dengan pertumbuhan koloni Streptococcus viridans.

Kadar Hambat Minimal (KHM). Kadar Hambat Minimal (KHM) dari dekok daun Kemangi diuji dengan metode dilusi tabung yang kemudian dilanjutkan dengan pengamatan secara visual dengan latar belakang berupa lima garis hitam. Hasil uji dilusi tabung menunjukkan bahwa pada tabung dengan konsentrasi 100% menunjukkan hasil jernih pada empat kali pengulangan. Sedangkan pada tabung dengan konsentrasi dibawah 100% menunjukkan kekeruhan dengan berbagai tingkat scoring pada tiap kali pengulangan. Metode penentuan KHM ini dapat dilakukan karena hasil larutan dekok daun Kemangi yang jernih. Sehingga setelah dicampur dengan suspensi kuman dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37 C, tampak jelas tabung dengan hasil jernih (menyerupai kontrol bahan), agak keruh, keruh, dan sangat keruh (menyerupai kontrol kuman). Berdasarkan hasil penelitian dan analisis kualitatif terhadap nilai Kadar Hambat Minimum (KHM), didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi dekok daun Kemangi maka semakin rendah tingkat kekeruhan larutan dekok daun Kemangi yang telah dicampur suspensi kuman. Adapun nilai KHM dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) terhadap Streptococcus viridans berada pada konsentrasi 100% yang merupakan konsentrasi tertinggi yang digunakan dalam penelitian ini. Hal ini berdampak pada penentuan Kadar Bunuh Minimal (KBM) yang seharusnya nilai (konsentrasi) dapat sama dengan atau diatas Kadar Hambat Minimal (KHM). Kadar Bunuh Minimal. Kadar Bunuh Minimal (KBM) ditentukan dengan streaking masing-masing konsentrasi pada media Brain Heart Infusion agar (BHIA) yang kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37 C. Dari hasil pengamatan secara visual saja, tampak pada semua konsentrasi (KK, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 100%) tumbuh koloni kuman Streptococcus viridans. Namun terdapat perbedaan jumlah pertumbuhan kuman pada tiap konsentrasinya, yakni semakin tinggi konsentrasi dekok daun Kemangi, tampak pertumbuhan kuman berkurang. Berdasarkan pengamatan tersebut, tetap dilakukan penghitungan koloni yang tumbuh dengan colony counter dengan tujuan mendapatkan data kuantitatif sehingga dapat mengetahui perbedaan signifikan

Page 9: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

dimasing-masing konsentrasi yang menunjukkan penurunan jumlah pertumbuhan kuman. Untuk memudahkan penghitungan, dilakukan pengenceran suspense kuman 10.000x. Data hasil penghitungan koloni pada masing-masing konsentrasi kemudian dianalsis menggunakan SPSS 16. Analisis data meliputi uji one way Anova, uji korelasi Pearson, dan uji regresi.

Efek Antimikroba Dekok Daun Kemangi dan Perbandingan Metode Pengambilan Zat Aktif, Jenis Kuman, serta Bahan Alami lain sebagai Antimikroba. Berdasarkan hasil kuantitatif yang kemudian dilanjutkan dengan analisis statistik tersebut diatas, didapatkan hasil bahwa semakin tinggi konsentrasi dekok daun kemangi tidak memiliki daya bunuh terhadap Streptococcus viridans. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa disemua konsentrasi didapatkan pertumbuhan kuman. Namun terdapat hubungan yang signifikan dimasing-masing konsentrasi, yakni semakin tinggi konsentrasi dekok daun kemangi semakin rendah pertumbuhan Streptococcus viridans (berkurangnya jumlah koloni yang tumbuh dari konsentrasi tertinggi hingga terendah).

Daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) mengandung minyak atsiri dengan derivatnya seperti fenol dan terpenoid yang diduga memiliki aktivitas antimikroba. Kekuatan aktivitas antimikroba dipengaruhi seberapa banyak dan pekatnya konsentrasi zat tersebut yang berkontak dengan kuman/mikroba. Untuk mendapatkan minyak atsiri beserta derivatnya tersebut, dapat diperoleh dengan menggunakan metode dekok dengan pelarut air. Prinsip hidrodestilasi dengan uap dan air yang dimodifikasi ini mendorong zat aktif untuk keluar dari jaringan (daun kemangi) melalui uap yang menembus jaringan bahan (daun). Prosedur ini juga diterapkan pada penelitian dekok daun kemangi (Ocimum basilicum) terhadap pertumbuhan kuman Salmonella typhi dengan Kadar Hambat Minimum pada konsentrasi 40%.10

Minyak atsiri dalam daun kemangi dengan komponen utama fenol, terpenoid, dan senyawa turunannya bekerja dengan mekanisme denaturasi protein dinding sel. Mekanisme ini menyebabkan kerusakan struktur sekunder, tersier, dan kuartener dari protein dinding sel, namun struktur primer (ikatan peptida) masih utuh. Kerusakan struktur protein juga akan

menyebabkan kerusakan pada membran sel kuman Streptococcus viridans sehingga metabolisme sel akan terganggu dan menghambat pertumbuhan kuman.13

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa dekok daun kemangi memiliki nilai KHM pada konsentrasi 100% dan tidak memiliki nilai KBM. Hal ini menunjukkan mekanisme denaturasi protein dinding sel Streptococcus viridans oleh fenol dan terpenoid dalam minyak atsiri yang terkandung dalam dekok daun kemangi sebatas mengacaukan struktur sekunder, tersier, dan kuartener tanpa disertai kerusakan permanen pada membran sel kuman yang mengakibatkan kematian sel. Jadi hanya menghambat pertumbuhan kuman. Hal ini diduga berkaitan dengan kandungan minyak atsiri dalam dekok daun kemangi yang kurang adekuat atau sifat permeabilitas dinding sel kuman Streptococcus viridans. Pada penelitian11 didapatkan hasil ekstrak daun kemangi dengan etanol memiliki efek antimikroba dengan nilai Kadar Hambat Minimal yang tidak dapat ditentukan dan nilai Kadar Bunuh Minimal pada konsentrasi 10% terhadap Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA). Pada penelitian14 didapatkan hasil minyak atsiri daun kemangi memilliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Kadar Bunuh Minimal 0,5% v/v dan 0,25% v/v. Sedangkan pada penelitian yang dilakukan10 dengan dekok daun kemangi memiliki efek antimikroba dengan nilai Kadar Hambat Minimum pada konsentrasi 40% dan tidak memiliki nilai Kadar Bunuh Minimum terhadap Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif. Perbedaan teknik mendapatkan zat aktif (minyak atsiri) dengan metode dekok (pelarut air) dibandingkan metode ekstraksi (pelarut etanol) memberikan pengaruh yang signifikan pada konsentrasi dan daya antimikroba daun kemangi. Hal ini disebabkan sifat polaritas dari minyak atsiri terhadap pelarutnya. Selain itu sifat dari minyak atsiri yang mudah menguap pada suhu kamar dapat juga mempengaruhi kualitas sebagai bahan antimikroba.7

Perbedaan jenis kuman (Gram negatif dan Gram positif yang digunakan dalam penelitian sebelumnya dan penelitian ini) juga dapat memberikan informasi pembanding terkait mekanisme kerja minyak atsiri dalam dekok daun kemangi. Hal ini dipengaruhi oleh sifat

Page 10: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

permeabilitas dinding sel kuman, yakni oleh tebal tipisnya lapisan peptidoglikan dalam dinding sel. Kuman Gram negatif mempunyai lapisan lapisan peptidoglikan yang tipis, terdiri dari 1-2 lapisan dan susunan dinding selnya tidak kompak sehingga memiliki permeabilitas yang cukup tinggi. Kuman Gram positif mempunyai susunan dinding sel yang kompak dengan lapisan peptidoglikan sebanyak 30 lapis sehingga permeabilitasnya rendah.15 Dengan permeabilitas yang rendah, maka zat aktif dari minyak atsiri akan mengalami kesulitan untuk menembus membran sel Streptococcus viridans yang merupakan kuman Gram positif sehingga efek antimikrobanya kurang optimal jika dibandingkan dengan Salmonella thyphi yang merupakan Gram negatif pada penelitian sebelumnya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan14 yang mengujikan minyak atsiri daun kemangi terhadap kuman Gram positif (Staphylococcus aureus) dan kuman Gram negatif (Escherichia coli), dengan hasil minyak atsiri daun kemangi lebih poten terhadap Escherichia coli (konsentrasi 0,25% v/v sudah mampu membunuh kuman, dibanding dengan KBM Staphylococcus aureus pada konsentrasi 0,5% v/v).

Selain kekuatan aktivitas antimikroba yang antara lain dipengaruhi banyak dan pekatnya konsentrasi yang berkontak dengan kuman/mikroba, perbedaan teknik mendapatkan zat aktif, dan perbedaan jenis kuman (gram positif dan gram negatif), perbedaan kandungan zat antimikroba dari beberapa bahan alami, seperti daun jambu biji, rimpang lengkuas, dan daun kemangi yang digunakan dalam penelitian sebelumnya dan penelitian ini terhadap Streptococcus viridans juga memberikan informasi perbandingan terhadap efektivitas suatu bahan antimikroba. Pada penelitian ekstrak etanol daun jambu biji memiliki KHM terhadap Streptococcus viridans pada konsentrasi 0,15%. Pada penelitian infusum rimpang lengkuas memiliki KHM terhadap Streptococcus viridans pada konsentrasi 25%. Kedua penelitian diatas, memberikan informasi perbandingan efektivitas suatu bahan dengan berbagai kandungan antimikroba terhadap Streptococcus viridans dengan hasil yang cukup efektif menggunakan ekstrak etanol daun jambu biji dengan zat aktif tannin, flavonoids, eugenol, jika dibandingkan dengan infusum rimpang lengkuas dan dekok daun kemangi. Keadaan ini juga masih

dipengaruhi perbedaan metode pengambilan zat aktif yang relatif sama yakni eugenol (derivat minyak atsiri) dengan ekstraksi menggunakan pelarut etanol, infusum, dan dekok.

Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjang dengan analisis data dan pembahasan diatas, dapat diketahui bahwa, dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) memiliki efek antimikroba terhadap Streptococcus viridans melalui denaturasi protein dinding sel yang akan menyebabkan kerusakan pada membran sel. Adanya penurunan jumlah koloni kuman yang tumbuh seiring dengan peningkatan konsentrasi dekok membuktikan efek penghambatan pertumbuhan kuman. Dekok daun kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) memiliki efek antimikroba terhadap Streptococcus viridans secara in vitro. Hal ini sesuai dengan hipotesis dan dapat dibuktikan dengan didapatkannya KHM. Hasil penelitian ini membuka peluang untuk penelitian selanjutnya, guna menelaah lebih lanjut mekanisme kerja antimikroba, perbandingan efektifitas bahan antimikroba alami lain seperti daun jambu biji, rimpang lengkuas, daun sirih dengan metode yang sejenis, misal ekstraksi dengan pelarut etanol (untuk mendapatkan zat aktif minyak atsiri). Selain itu juga dapat dikembangkan penelitian guna aplikasi klinis yakni sebagai alternatif obat sterilisasi saluran akar pada perawatan saluran akibat infeksi endodonsi dan obat antimikroba yang efektif, alamiah, dan relatif murah dari bahan daun kemangi. KESIMPULAN

1. Dekok daun Kemangi memiliki efek

antimikroba terhadap Streptococcus viridans secara in vitro

2. Efek antimikroba dekok daun Kemangi hanya sebatas menghambat pertumbuhan Streptococcus viridans yang ditunjukkan dengan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dekok daun Kemangi pada konsentrasi 100%. Sedangkan nilai Kadar Bunuh Minimum (KBM) tidak dapat ditentukan karena pada konsentrasi tertinggi masih terdapat pertumbuhan kuman.

3. Terdapat korelasi negatif antara konsentrasi dekok daun Kemangi (Ocimum basilicum forma citratum Back.) dengan jumlah koloni kuman Streptococcus viridans yang tumbuh.

Page 11: Majalah SHALAHUDDIN MAULIDI - 0810743016

Saran 1. Diperlukan uji konfirmasi dan metode

pemurnian minyak atsiri dalam dekok daun Kemangi untuk mendapatkan kualitas minyak atsiri yang adekuat sehingga dapat menunjang hasil penelitian.

2. Diperlukan penelitian lebih lanjut menggunakan lebih dari satu macam isolate Streptpcoccus viridans untuk generalisasi efek antimikroba daun Kemangi terhadap Streptococcus viridans.

3. Diperlukan penelitian lebih lanjut terhadap efek dekok dan kemangi secara in vivo pada hewan coba dan clinical trial pada manusia terutama untuk obat sterilisasi saluran akar pada perawatan saluran akar karena infeksi endodonsi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Walton, R. E, Torabinejad, M. 2008. Prinsip &

praktik ilmu endodonsia / Richard E. Walton; Mahmoud Torabinejad; alih bahasa, Narlan Sumawinata; editor bahasa Indonesia, Lilian Juwono. – Ed. 3 – Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

2. Henrici & Hartzell. 1919. Journal of the National Dental Association, iv, p.482.

3. Sommer, R., and Kerr, D.1961. Quoted in Clinical Endodotics. Philadelphia: WB. Saunders p.455

4. Grossman, L. I. 2010. Ilmu endodontic dalam praktek (Endodontic practice) / Louis I Grossman, Seymour Oliet, Carlos E. Del Rio ; alih bahasa, Rafiah Adyono ; editor, Sutatmi Suryo. – Ed. 12. – Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal. 248-250; 255-262.

5. Cohen S. & Burns R.C. 2002. Pathways of the Pulp, 8th Ed. St.Louis: Mosby Inc.p. 211-212, 486-507.

6. Weine, F. S. 2004. Endodontic Therapy, 6th Ed. St. Louis: Mosby Inc. p. 221-4, 498-503.

7. Pitojo, S. 1996. Kemangi dan Selasih. Ungaran: Trubus Agrowidya.

8. Omerogbe. 1996. Ocimum Linn. http://ip.aaas.org/tekindex.nsf. diakses 3 Februari 2011

9. Janssen. 1989. Ocimum Linn. http://ip.aaas.org/tekindex.nsf. diakses tanggal 3 Februari 2011.

10. Usman, A. 2006. Pengaruh Dekok Daun Kemangi (Ocimum basilicum) terhadap pertumbuhan kuman Salmonella typhi secara In Vitro. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

11. Ivanalie, I. 2008. Efek Antimikroba Ekstrak Daun Kemangi (Ocimum sanctum) terhadap pertumbuhan Methicillin-Resistant Staphylococcus aureus (MRSA) In Vitro. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

12. Dzen, SM., Roekistiningsih, Sanarto, S dan Winarsih, S. 2003. Bakteriologi Medik. Malang: Tim Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.

13. Brooks, G.F, Butel, J.S, & Morse, S.A. 2001. Mikrobiologi Kedokteran, Mudihardi, E (penerjemah), Kuntaman, Wasito, E.B, Mertaniasih, N.M. Harsono, S. Alimsardjono, L (editor). 2005. Jakarta: Penerbit Salemba. hal. 223-235.

14. Maryati,. 2007. Uji Aktivitas Antibakteri Minyak Atsiri Daun Kemangi (Ocimum basilicum L.) Terhadap Staphylococcus aureus dan Escherichia coli. (Abstrak). Fakultas Farmasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

15. Pelezar, J.R., E.C.S and Chan. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. diterjemahkan oleh Hadioetomo, dkk. Jilid II, Edisi ke-I. Jakarta: UI Press.