Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

22

Click here to load reader

description

Majalah Sewaka Dharma sebagai media penerbitan internal Pemerintah Kota Denpasar yang diterbitkan Bagian Humas dan Protokol Setda Kota Denpasar yang memuat tentang informasi pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan di Kota Denpasar terutama yang terkait dengan pelayanan publik.

Transcript of Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

Page 1: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

PANEN PADI. Walikota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra

saat melakukan panen padi.ba

lipro

mo

art

& d

esi

gn

ba

lipro

mo

art

& d

esi

gn

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 1 of 22 - Pages(44, 1)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 1 of 22 - Pages(44, 1) 2/21/2013 4:34:48 PM2/21/2013 4:34:48 PM

Page 2: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

2

PEMKOT Denpasar meluncurkan banyak sekali program-program pembinaaan dan pembangunan kebudayaan, baik yang tangible maupun yang intangible. Kedua jenis

pembangunan ini berbeda tetapi saling berkaitan. Pembangunan tangible di bidang kebudayaan dan sejarah misalnya bisa dilihat dari pembangunan dua patung raja atau pahlawan dalam sejarah Badung/Denpasar, yaitu patung I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Denpasar di perempatan Banjar Taensiat tahun 2009 dan patung Cokorda Pemecutan IX di depan Puri Pemecutan tahun 2012.

Pendirian dua patung penting dalam konteks sejarah perjuan-gan di Denpasar ini melengkapi pendirian patung Puputan Badung tahun 1979 di sisi utara alun-alun Puputan Badung (kini bernama resmi Lapangan Puputan Badung I Gusti Ngurah Made Agung). Pembangunan tangible ini juga memiliki dimensi intangible karena lewat semua ikon fi sik itu masyarakat dapat memahami sejarah kotanya.

Begitu juga dengan penciptaan simbol Sewaka Dharma bisa dilihat sebagai usaha menyiapkan sarana komunikasi, interaksi, dan berperilaku kalangan pegawai dalam usaha penciptaan budaya birokrasi dengan keyakinan bahwa ‘melayani adalah kewajiban’.

Sewaka Dharma merupakan dekonstruksi dari budaya de-mokrasi regime Orde Baru yang lebih banyak minta ‘dilayani’ padahal mereka digaji masyarakat untuk ‘melayani’ publik.

Langkah pembangunan dengan menciptakan simbol-simbol in-teraksi atau branding seperti ‘Kota Berwawasan Budaya’, ‘Sewaka Dharma’, dan ‘Kotaku Rumahku’, adalah praktik strategis yang dilaksanakan Pemkot Denpasar selama ini dan pantas diteruskan. Alangkah kreatifnya kalau branding itu bisa diciptakan dengan menggali kekayaan ungkapan dalam bahasa daerah sehingga sering terasa lebih ‘sakral’.

Begitu Nyoman Dharma Putra menulis dalam terbitan ma-jalah Sewaka Dharma edisi terbaru kali ini. Penulisan mengenai pentingnya sejarah bagaimana membuat branding atau merek dalam setiap usaha kita untuk membumikan satu program atau kebijakan sangat penting.

Dan kita mencoba menampilkan secara khusus bagaimana sebuah branding diciptakan.

Tidak hanya itu dalam edisi kali ini, kita juga menampilkan tulisan seorang sejarawan yang juga antropolog dari Universitas Udayana, I Wayan Geriya. Kali ini Wayan Geriya menulis tentang sejarah kota Denpasar.

Menurut Geriya, dalam teori sosiologi, ada tiga perspektif utama untuk memahami dinamika masyarakat dan kemasyaraka-tan, yaitu perspektif interaksionis simbolik, perspektif fungsionalis, dan perspektif konfl ik.

Penganut paham interaksi simbolik memahami dinamika ma-syarakat dari penciptaan dan penggunaan simbol-simbol untuk

berinteraksi. Simbol-simbol itu diberikan makna, dan masyarakat menyesuaikan tindakannya dengan makna simbol yang diyakini. Simbol menjadi orientasi dari perilaku dan tindakan.

Penganut paham fungsional atau fungsionalis melihat dinamika masyarakat sebagai hasil berjalannya fungsi-fungsi berbagai kelompok sosial atau profesi. Kelompok atau warga masyarakat bertindak sesuai dengan fungsi yang dimiliki. Penganut paham konfl ik melihat dinamika masyarakat terjadi karena adanya konfl ik berbagai kepentingan dari berbagai kelompok atau golongan. Mereka melihat bahwa di masyarakat sederhana, homogen, atau kompleks dan heterogen, konfl ik akan selalu ada karena konfl ik (termasuk revolusi) dianggap sebagai dasar untuk melakukan perubahan.

Kalau penganut paham fungsionalis melihat masyarakat dari aspek positif, sedangkan penganut perspektif konfl ik dianggap me-lihat dinamika masyarakat dari energi negative atau dekonstruktif.

Dalam dunia bisnis dan usaha, simbol untuk berinteraksi identik dengan branding. Simbol atau branding merupakan sarana utama dalam kegiatan promosi dan pemasaran. Selain itu, branding juga dasar untuk memosisikan produk agar memikat perhatian dan merebut hati pelanggan. Tujuannya adalah meningkatkan penjualan dan menciptakan kesetiaan konsumen. Dalam konteks pembangunan kota, branding adalah untuk meraih kesetiaan publik karena publik adalah konsumen pembangunan.

Untuk lebih jelasnya, kami mengajak pembaca budiman untuk membaca lebih intens sajian kami kali ini, semoga ada manfaatnya.

Om Shanti Shanti Shanti Om

Sewaka Dharma Melayani Sewaka Dharma Melayani Adalah KewajibanAdalah Kewajiban

Om SwastiastuOm Swastiastu

DARI REDAKSI Sewaka dharma

43

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 2 of 22 - Pages(2, 43)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 2 of 22 - Pages(2, 43) 2/21/2013 4:34:50 PM2/21/2013 4:34:50 PM

Page 3: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

42

KOTA Denpasar sebagai Ibukota Provinsi Bali tidak hanya dikenal karena memiliki berbagai prestasi, juga melalui program

yang dikucurkan bersinergi dengan Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Den-pasar di bawah pimpinan Ny I.A Selly Dharmawi-jaya Mantra. Denpasar telah dikenal sebagai kota yang sarat perhatian terhadap masyarakat yang memiliki permasalahan sosial seperti lansia dan Penyandang Disabilitas (penyandang cacat). Ini sangat beralasan, karena berbagai usaha pembinaan dan bantuan yang diserahkan terhadap lansia dan penyandang disabilitas banyak dilakukan.

Walaupun begitu harus diakui masih ada masyarakat yang memandang dengan sebelah mata terhadap keberadaan dan kemampuan para penyandang disabilitas. Padahal tidak sedikit dari penyandang disabilitas ini mampu berprestasi di bidan-gnya, lebih-lebih setelah melalui proses pendidikan atau rehabilitasi sosial dan penyantunan. Kepedulian Ketua K3S Ny. I.A Selly Dharmawijaya Mantra terhadap Lansia dan Penyandang Disabilitas tidak perlu diragukan lagi. Hal ini dibuktikan setiap mendengar laporan dari masyarakat yang membutuhkan bantuan, Ketua K3S bersama anggotanya langsung turun dan bertemu dengan penyadang disabilitas mau-pun lansia. Meskipun cuaca hujan Ketua K3S dan anggota tetap turun memberikan bantuan melewati gang-gang sempit. Masyarakat yang menerima bantuan pun mengatakan senang dan bahagia dapat bantuan berupa alat bantu berupa barang yang disesuaikan dengan kebu-tuhan. Tidak hanya itu Ketua K3S Kota Denpasar juga memberikan bantuan modal kerja kepada

penyandag disabilitas yang memiliki usaha.Berbagai bantuan yang diserahkan melalui

program K3S Kota Denpasar sebagai bentuk perhatian Pemerintah Kota Denpasar terhadap penyandang disabilitas, lansia dan masyarakat berkekurangan yang benar-benar memerlukan bantuan baik berupa benda maupun bantuan modal kerja. Walaupun nilai bantuan yang dis-erahkan tidak seberapa namun kami K3S Den-pasar berharap dapat bermanfaat dan dapat mer-

ingankan beban para penyandang disabilitas dan lansia. bantuan yang diserahkan pun diharapkan dapat membantu aktivitas mereka sehari-hari.

Bantuan ini paling tidak akan mengurangi penderitaan yang dialami minimal mereka dapat beraktivitas mandiri dan tidak tergantung lagi pada orang lain.

Kepedulian K3S Kota Denpasar terhadap penyandang disabilitas maupun lansia tidak hanya dilakukan sendiri. K3S pun menggandeng peran serta swasta dan BUMN melalui program corporate social responsibility (CSR).

Lewat program K3S secara bersama-sama

pihak swasta dan BUMN tidak saja memberikan bantuan barang dan modal kerja semata. Pada tahun 2013 ini, pihaknya juga memberikan bantuan bedah rumah kepada warga yang membutuhkan. Perhatian kepada penyandang disabilitas di Kota Denpasar tidak saja menjadi tanggungjawab pemerintah semata. Semua komponen masyarakat termasuk pihak swasta pun memiliki tanggungjawab yang sama. untuk itulah Ny. I.A Selly Dharmawijaya Mantra men-gucapkan terima kasih atas kepedulian pihak swasta yang memiliki kepedulian terhadap para penyandang disabilitas dan lansia di Kota Denpasar. Bantuan melalui program CSR ini tentu akan sangat membantu para penyandang disabilitas, apalagi bagi mereka yang sama sekali belum memiliki sarana untuk mendukung aktivitas sehari-hari.

Keterlibatan pihak swasta dalam memberikan bantuan kepada penyandang disabilitas dan lan-sia sebagai bentuk kepedulian moral untuk ikut serta berkontribusi pada perbaikan kualitas sosial masyarakat khususnya para penyandang disabil-itas melalui program bina lingkungan. Bantuan ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas sosial dan menjadikan para penyandang disabilitas dapat hidup lebih mandiri. Selain meningkatkan bisnis, pihak pengusaha selalu berupaya mem-berikan perhatian berupa penyaluran bantuan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Tidak saja memberikan bantuan Ny. I.A Selly Dharmawijaya Mantra memberikan perhatian

dengan mengajak mereka berekreasi dan melaksanakan tirtayatra ke berbagai pura di Bali. Perhatian K3S Kota Denpasar tidak terhenti sampai pada peyerahan bantuan, secara kontinu melaksankan kegiatan pada Hari Internasional Penyandanag Disabilitas (HIPENCA). Kegiatan Hipenca menurut Ny. I.A Selly mengandung makna pengakuan akan eksistensi penyandang disabilitas, sekaligus peneguhan komitmen seluruh bangsa untuk membangun kepedulian terhadap penyan-dang disabilitas.

Di samping itu memperingati HIPENCA memberikan ruang mereka untuk berkreatifi tas

melalui kegiatan seni, yakni menari, maupun bernyanyi.

Pada Tahun 2011 lalu Ny. Selly Dharmawi-jaya Mantra bersama anggota melibatkan penyandang Disabilittas dalam pembuatan mini album bertajuk “Tak Ada yang Sempurna” serta melibatkan mereka dalam kegiatan drama musikal “Nikmati Indahnya Dunia”. Dalam meny-emarakan HUT Denpasar Ke-225, Koordinator Kegiatan Kesejahteraan Sosial (K3S) Kota Denpasar kembali memberi ruang anak-anak penyandang disabilitas untuk menunjukan ke-mampuannya di bidang seni. pur

K3S Denpasar Peduli SesamaPeduli Terhadap Penyandang Disabilitas

Bantuan ini paling tidak akan mengurangi

penderitaan yang dialami minimal mereka dapat

beraktivitas mandiri dan tidak tergantung lagi pada

orang lain

3333333

EDISI - No.5 Tahun 2013

SEWAKA DHARMAS DDDDDDDDSSSSSSSSSSSSSSSEEEEEEEEEEEEEEEWWWWWWWWWWWWWWWAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKKKAAAAAAAAAAAAAAA DDDDDDDDDDDDDDDHHHHHHHHHHHHHHHAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRRRRRRRMMMMMMMMMMMMMMMAAAAAAAAAAAAAAAMedia Informasi Pelayanan Publik

Penasehat : 1. Walikota Denpasar, 2. Wakil Walikota Denpasar. Pembina : 1. Sekretaris Daerah Kota Denpasar, 2. Asisten Administrasi Pemerintahan Sekretaris Daerah Kota Denpasar, Pemimpin Redaksi : Rahoela, Redaktur : I Wayan Denda, S.Sos, Wakil Redaktur : Dewa Gde Rai, S.Sos, Msi, Redaktur Pelaksana : 1. I

Wayan Budha, Sip, 2. Anak Agung Ngurah Mahendra, SS, Editor : 1. KS Wendra, 2. I Putu Oka Santosa, Fotografer : Gusti Ketut Sudiatmika, Layout : 1. I Wayan Purbawa, S.Sn, 2. I Gede Maranatha, Penulis/kontributor : 1. Unsur kelompok ahli pembangunan Pemerintah Kota Denpasar, 2. Unsur satuan perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintah Kota Denpasar, 3.Unsur wartawan, 4. Unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Masyarakat, 5. Unsur Akdemisi, Desain Grafi s :Balipromo Art & Disign

Sewaka dharma DAFTAR ISI

DARI REDAKSI............................................................................ ........... 2DAFTAR ISI................................................................................. ........... 3

SAJIAN UTAMAMENELUSURI SEJARAH KOTA DENPASAR....................................... 4 - Dari Kota Keraton Menjadi Kota- Kapan Hari Jadi Kota Denpasar - Kebangkitan Budaya- Program Inova f Yang Berkelanjutan- Melalui Gerakan Jelajah Pusaka dan Inovasi Kepemerintahan- Denpasar Tempo Doeloe Menurut Peta Kota 1915- Pen ngnya ’Branding’ dalam Pembangunan

SAJIAN KHUSUSCATATAN DARI RAKERDA PEMERINTAH KOTA DENPASAR... ......... - JADWAL ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-225 KOTA DENPASAR TAHUN 2013

GATRA PRAJADENPASAR, KOTA KREATIF DAN INOVATIF...............- Meningkatkan Wawasan Budaya Para Remaja- Mewariskan Budaya Adiluhung- Lomba Baleganjur Serangan Umum Kota Denpasar- Mempromosikan Des nasi Wisata- Pekenan Lais Meseluk Membangkitkan Pedagang Kecil- Denpasar Menuju Pelayanan Berstandar ISO- Menuju Manajemen Rumah Sakit yang Lebih Baik- Tumpek Membangkitkan Kearifan Lokal- Tumpek Warige Menghargai Alam- Tumpek Kerulut Hari Kasih Sayang, Saling Menghargai- Mendekatkan Pelayanan Kesehatan ke Masyarakat

LINTAS DESADESA CENGKILUNG BERSIH DAN HIJAU.......................................... 39 Program Bedah Rumah Ketut Sumatra Mulai Digarap

FOKUS LENSA

22

3940 41

18

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 3 of 22 - Pages(42, 3)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 3 of 22 - Pages(42, 3) 2/21/2013 4:34:50 PM2/21/2013 4:34:50 PM

Page 4: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

4

Menelusuri Sejarah Kota DenpasarA.A. Bagus Wirawan1

Keraton (Puri) Denpasar sebagai Pusat Pemerintahan Ibukota Kerajaan Badung tahun 1788.

RAJA Badung I Gusti Jambe Aeng di Kera-ton (Puri) Satria wafat (1750) diganti putranya I Gusti Ngurah Jambe Ksatria (1750-1779). Raja Jambe Ksatria sangat lemah dalam mengendalikan pemerintahan.

Kelemahan ini dipakai kesempatan oleh I Gusti Ngurah Rai adik I Gusti Ngurah Made, seorang manca di Puri Kaleran, yaitu bawahan dan cucu Raja Badung di Puri Pemecutan. I Gusti Ngurah Rai mengadakan perundingan dengan Raja Gianyar, I Dewa Manggis. Raja Gianyar menyanggupi. Untuk melaksanakan niatnya, I Gusti Ngurah Rai sengaja mencari alasan perselisihan dengan Raja di Puri Satria. Upaya ini berhasil mengakibatkan Puri Satria dikepung laskar I Gusti Ngurah Rai bersama saudaranya I Gusti Ngurah Made dibantu laskar Gianyar. Serangan gabungan ini ber-hasil dan Raja Jambe Ksatria tewas (1779) di tangan I Gusti Ngurah Rai. Sebelum tewas tahta kekuasaan diserahkan kepada I Gusti Ngurah Made.

Bekas wilayah kekuasaan Puri Satria jatuh di bawah genggaman I Gusti Ngurah Made penerima tahta I Gusti Ngurah Jambe Ksatria. Sejak itu dia diakui rakyat Badung sebagai seorang raja yang mempunyai kekuasaan besar. Karena Puri Satria rusak dan hancur, I Gusti Ngurah Made mendirikan keraton baru yang dijadikan pusat untuk mengendalikan pemerintahannya. Lokasinya di sebelah se-latan Puri Satria yaitu di sebuah taman yang bernama Taman Denpasar karena letaknya di sebelah utara pasar (lerpasar; denpasar).

Karena keraton yang baru selesai dibangun diberi nama Puri Denpasar pada tahun 1788 (lihat Schets: no. 3 dan no. 1). Dari sket yang dibuat Belanda tahun 1906 dapat diketahui Puri Denpasar sebagai tempat tinggal raja-raja yang memerintah adalah pusat pemerintahan, pusat seni budaya dan pusat kehidupan ma-syarakat kota Kerajaan Badung. Sejak tahun 1788, Puri Denpasar adalah “Kota Keraton” karena di sekelilingnya tersebar Jero (seka-rang Puri) yang dibangun kerabat raja seperti terlihat pada sket.

1 Guru Besar/Profesor Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Udayana

Gambar 1. Schets van Denpasar en Pametjoetan.

Dari Kota Keraton pada Tahun 1788 men-jadi Kota pada 27 Pebruari 1992.

Proses perubahan status dan nuansa kota telah terjadi cukup lama. Tetapi dari sisi politik terutama dari aspek otonomi pengelolaan menampakkan benang merah. Puri Denpasar adalah kota keraton pada tahun 1788 dan merupakan pusat pemerintahan serta ibukota Kerajaan Badung yang berdaulat dan otonom di antara kerajaan-kerajaan Bali. Menurut catatan arsip kolonial dapat diketahui ada

delapan kerajaan pada abad ke-18, yaitu: Karangasem, Buleleng, Badung, Tabanan, Klungkung, Mengwi, Gianyar, dan Bangli. Pada awal abad ke-19 muncul dua kerajaan lagi, yaitu Jembrana dan Payangan. Kesepu-luh kerajaan masing-masing berdaulat dan otonom. Paruh kedua hingga akhir abad ke-19 satu per satu kerajaan hilang kedaulatan dan otonominya akibat peperangan, baik sesama kerajaan Bali sendiri maupun melawan kekua-saan asing yaitu Belanda.

SAJIAN UTAMA Sewaka dharma

Sejak tahun 1788, Puri Denpasar adalah “Kota Keraton” karena di sekelilingnya tersebar Jero (sekarang Puri)

yang dibangun kerabat raja.

41

Sewaka dharma FOKUS LENSA

LELAKUT. Lomba lelakut yang digelar Pemkot Denpasar untuk membangkitkan nilai-nilai adiluhung budaya lokal.

BURSA. Kegiatan bursa tenaga kerja di Pemkot Denpasar, membu-ka lowongan kerja bagi masyarakat.

Tampak salah satu kegiatan bursa tenaga yang digelar belum lama ini.

NILAI. Wakil Walikota Denpasar, Jaya Negara ketika meninjau kegiatan

KSPAN di SMU Negeri 5 Denpasar,

didampingi para guru setempat.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 4 of 22 - Pages(4, 41)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 4 of 22 - Pages(4, 41) 2/21/2013 4:34:52 PM2/21/2013 4:34:52 PM

Page 5: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

40

FOKUS LENSA Sewaka dharma

RESMIKAN PASAR. Menteri Koperasi dan UKM RI ketika meresmikan pasar di Kota Denpasar. Pasar tradisional kini terus dibenahi sehingga menjadi pasar moderen.

DEKAT. Ny Selly Mantra dalam kegiatan di SD 18 Sesetan Denpasar.

TEKEN. Wakil Walikota Denpasar resmikan Instalasi Pengolahan Minyak

Jelantah menjadi Bio Diesel.

5

Raja-raja di Kerajaan Badung yang berdaulat dan otonom di Puri Pemecutan dan di Puri Denpasar mampu mempertahankan eksisten-sinya selama lebih dari satu abad (1788-1906), karena terjadi perang Puputan Badung pada tanggal 20 September 1906. Puri Denpasar, simbol dan ciri kota keraton dibombardir hingga hancur dan rata tanah. Raja dan pengikutnya melawan dan puputan. Demikian pula Raja dan pengikutnya di Puri Pemecutan melakukan puputan.

Pasca Puputan Badung, bekas wilayah Kerajaan Badung masuk dalam wilayah Hindia Belanda yang dinamakan daerah bagian (on-derafdeling) Badung bagian dari daerah (afdeling) yang dikepalai oleh seorang asisten residen berkedudukan di Denpasar (Staatsblad 1907, no. 449). Selanjutnya dilakukan reorganisasi pemerintahan di wilayah Keresidenan Bali dan Lombok pada tanggal 24 Desember 1910. Keresidenan Bali dan Lombok yang dikepalai seorang Residen berkedudukan di ibukota Singaraja terbagi atas tiga afdeling, yaitu Bali Utara, Bali Selatan, dan Lombok, masing-masing dikepalai oleh asisten residen. Ibukota Denpasar, selain menjadi tempat pusat pemerintahan daerah (afdeling) Bali Selatan juga menjadi tempat kedudukan asisten residen. Afdeling Bali Selatan membawahi lima onderafdeling, yaitu: Karangasem, Klungkung, Gianyar, Tabanan, dan Badung. Onderafdeling Badung membawahi distrik-distrik: Den-pasar, Pemecutan, Kuta, Panjer, Sanur, Kesiman, Peguyangan, Gaji, Kapal, Mengwi, Sibang, Abiansemal, dan Blahkiuh, termasuk juga onderdistrik Angantaka dan Carangsari (Staatsblad 1910, no. 638).

Upaya untuk merebut simpati masyarakat, pemerintah Guberne-men segera menata kota dengan memberi peruntukan bagi komuni-tas pribumi, asing, dan timur asing maupun pendatang, membangun perkantoran, pasar, sekolah, museum. Selain itu, pemerintah Guber-nemen juga membangun sarana dan prasarana transportasi seperti pelabuhan, bandara, jembatan, jalan, hotel. Sebuah jam penunjuk waktu produk teknologi modern dipasang di tengah-tengah perem-patan dekat kilometer nol Kota Denpasar. Denpasar yang semula sebagai kota keraton tradisional yang dibangun oleh Raja Badung di ibukota Kerajaan Badung, Puri Denpasar sekarang (tahun 1910) oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dibangun ibukota modern, pusat pemerintahan asisten residen afdeling Bali Selatan dan pusat pemerintahan kontrolir onderafdeling Badung di atas puing-puing re-runtuhan Puri Denpasar, ibukota Kerajaan Badung pada tahun 1788.

Sejak Denpasar menjadi kota modern, proses perubahan status dan wajah budaya perkotaan melekat di Kota Denpasar. Selama masa revolusi, Denpasar menjadi pusat aktifi tas kaum urban me-nyebarluaskan ideologi kemerdekaan Indonesia. Denpasar menjadi nama ibukota Pemerintah Daerah Bagian/Swapraja Badung, kemu-dian menjadi Daerah Swatantra (Daswati) II (pada tahun 1958-1968). Denpasar, selain menjadi ibukota Daswati II Badung yang kemudian menjadi Daerah Tingkat (Dati) II Badung, juga dijadikan ibukota Dati I Bali pada tahun 1960.

Pemindahan ibukota provinsi dari Kota Singaraja ke Kota Denpasar (tahun 1960) memberi dampak positif bagi perkembangan Kota Denpasar yang menjadi ibukota Kabupaten Dati II Badung dan ibukota Provinsi Dati I Bali. Atas usul Pemerintah Kabupaten Dati II Badung untuk menjadikan Denpasar menjadi kota administratif pada tanggal 15 Juni 1972 maka ditertibkan SK Gubernur Kepala Dati I Bali pada tanggal 27 Juni 1974. Kemudian pada tanggal 5 Maret 1977, Bupati Kepala Dati II Badung mengirim usulan kepada Gubernur Kepala Dati I Bali untuk selanjutnya diteruskan kepada Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta. Atas dasar usulan itu maka diterbitkan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 1978 tentang pembentukan Kota Administratif Denpasar. Kemudian Menteri Dalam Negeri RI meresmikan Denpasar menjadi Kota Administratif pada tanggal 28 Agustus 1978 (1978-1992).

Status kota administratif yang masih melekat dan menjadi bagian kota Kabupaten Badung ditingkatkan lagi menjadi kota otonom set-ingkat kabupaten. Untuk merespon perkembangan di daerah maka Pemerintah di Jakarta menerbitkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang pembentukan Kota Denpasar. Menteri Dalam Negeri RI meresmikan pembentukan Kota Denpasar berdasarkan UU No. 1/1992 pada tanggal 27 Pebruari 1992.

SELAMA penelitian dan penelusuran sejarah Kota Denpasar ditemukan momentum dari dua fakta historis, yaitu tahun 1788 dan 27 Pebruari 1992. Fakta pertama adalah tahun 1788 berdirinya Puri Denpasar sebagai ibukota Kerajaan Badung yang berdaulat dan otonom. Fakta ini pula memberi petunjuk bahwa telah lahir sebuah komunitas kota yang berpusat di Puri Denpasar, karena itu diberi predikat “Kota Keraton” yang tradisional.

Fakta kedua adalah 27 Pebruari 1992 diresmikannya “Kota Denpasar” yang otonom dan modern oleh Menteri Dalam Negeri RI. Fakta ini memberi petunjuk bahwa melalui proses sejarah panjang, Kota Denpasar yang otonom dan modern

yang diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI berawal mula dari kota keraton tradisional Puri Denpasar yang didirikan oleh Raja Badung I Gusti Ngurah Made Pemecutan.

Dari dua fakta historis ditemukan kompromi sejarah untuk menentukan hari jadi Kota Denpasar, yaitu menggunakan tanggal bulannya saja tanpa tahunnya (1992) dari momentum peresmian Kota Denpasar oleh Menteri Dalam Negeri RI; dan menggunakan tahun berdirinya kera-ton Puri Denpasar tahun 1788 sebagai ibukota dan pusat pemerintahan Kera-jaan Badung. Dengan demikian hari jadi Kota Denpasar adalah 27 Pebruari 1788. Saat ini, pada 27 Pebruari 2013, Kota Denpasar telah berusia 225 tahun.

Otonomi di Denpasar

Dari Kota Keraton Menjadi Kota

Sewaka dharma SAJIAN UTAMA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 5 of 22 - Pages(40, 5)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 5 of 22 - Pages(40, 5) 2/21/2013 4:34:54 PM2/21/2013 4:34:54 PM

Page 6: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

6

SAJIAN UTAMA Sewaka dharma

GAMBARAN apa gerangan yang ada di benak Anda tatkala seseorang bertanya, “Kapan ya hari jadi Kota Denpasar?” Bisa

jadi Anda membayangkan evolusi sebuah kam-pung yang bernama Denpasar dan kemudian berkembang menjadi sebuah kota (dengan huruf kecil). Atau, mungkin juga Anda membayangkan kota yang menjadi ibukota Provinsi Bali. Atau, bisa jadi justru Anda berusaha keras mengingat tatkala Denpasar diberi “pengakuan” sebagai Kota Administratif. Tidak juga mustahil kalau yang Anda bayangkan adalah saat Kota Adminis-tratif Denpasar “ditingkatkan statusnya” menjadi Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar. Pun sangat masuk akal bila yang tergambar dalam bayangan Anda adalah terbentuknya Denpasar sebagai pemerintahan daerah otonom yang bernama (daerah otonom) Kota Denpasar.

Catatan khusus patut diberikan kepada dua kemungkinan yang disebut terakhir. Dilihat per-spektif otonomi daerah, meskipun sama-sama berstatus sebagai daerah otonom, Kotamadya Daerah Tingkat II Denpasar berbeda dengan Kota Denpasar, baik secara legal formal maupun secara substansial-konseptual. Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 (tentang Pembentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar) yang secara substansial-konseptual merupakan bagian dari implementasi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pemerintahan Di Daerah yang mener-apkan konsepsi otonomi menumbuhkan asas desensentraliasi dengan dekonsentrasi. Hal

itu secara sederhananya terlihat, antara lain, dalam “status ganda” pada daerah otonom maupun yang memimpin daerah otonom itu. Misalnya: Provinsi Daerah Tingkat I, Provinsi adalah pengejawantahan asas desentralisasi, sedangkan Daerah Tingkat I adalah penge-jawantahan asas dekonsentrasi. Lalu yang memimpin disebut Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Gubernur adalah mengejawantah-kan kepala daerah otonom (wakil daerah), sedangkan Kepala Daerah Tingkat I adalah pengejawantahan wakil pemerintah pusat di daerah (dekonsentrasi).

Demikian pula halnya dengan Kabupaten/Kota Madya Daerah Tingkat II dengan Bupati/Walikota Kepala Daerah Tingkat II-nya.

Jadi, Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar berbeda dengan Kota Denpasar meskipun sama-sama berstatus pemerintahan daerah otonom. Secara sederhananya, Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar adalah daerah otonom yang melaksanakan pemerintahan dengan mengkombinasikan asas desentralisasi dan asas dekonsentrasi dalam seluruh aspeknya dan secara struktural berada di bawah Provinsi Daerah Tingkat I Bali (sesuai dengan konsepsi dan semangat Undang-Undang Nomor 5 Tahun

1974), sedangkan Kota Denpasar adalah daerah otonom yang hampir dalam keseluruhan pelaksa-naan fungsi pemerintahannya didasarkan pada asas desentralisasi dan secara struktural tidak merupakan “bawahan” provinsi (sesuai den-gan konsepsi dan semangat Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah serta Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah). Dengan demikian ternyatalah bahwa perubahan dari Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar menjadi Kota Denpasar bukan sekadar perkara perubahan sebutan melainkan secara konseptual ada perubahan mendasar dalam penyelengga-raan pemerintahan (daerah).

Tampaklah bahwa jawaban atas pertan-yaan sederhana yang dikemukakan di awal tulisan ini ternyata tidak sederhana. Sebab, bagi yang hendak menjawab serius, mesti jelas dulu Kota Denpasar “mana” yang dimak-sud. Kalau yang dimaksud adalah titik awal evolusi Denpasar hingga menjadi kota seperti saat ini, maka jawabnya silakan baca, antara lain, buku Penelusuran Sejarah Kota Den-pasar (Bappeda Denpasar, 2011). Kalau yang

Kapan Hari Jadi Kota DenpasarOleh IDG Palguna *

Kota Denpasar adalah daerah otonom yang hampir dalam keseluruhan pelaksanaan fungsi pemerintahannya didasarkan pada asas desentralisasi dan secara struktural tidak merupakan “bawahan” provinsi.

39

KETUA Koordinator Kegiatan Kesejahter-aan Sosial (K3S ) Kota Denpasar Ny. IA Selly Dharmawijaya Mantra rutin

memberikan bantuan dan motivasi sosial sep-erti kursi roda, alat bantu dengar serta sem-bako kepada masyarakat yang membutuhkan. Kegiatan ini dilakukan dengan menggandeng BUMN dan swasta lewat CSR (Coorporate Social Responsibility). Tidak hanya itu Ny Selly juga memberikan bantuan bedah rumah.

Pekan lalu di Desa Padangsambian Kelod Banjar Padangsumbu Kelod, Ny.IA Selly Dhar-mawijaya Mantra meletakkan batu pertama sebagai awal digarapnya program be-dah rumah sehat masyarakat kurang mampu Ketut Sumatra. Kegiatan ini dirangkaikan HUT Kota Denpasar ke-225. Bantuan Bedah Rumah Sehat ini terobosan baru program K3S Kota Denpasar dalam membantu masyara-kat yang kurang mampu. Bantuan bedah rumah untuk Ketut Sumatra dibantu dana senilai Rp 35 juta, dengan lama pengerjaan satu setengah bulan.

Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Dinas Tenaga Kerja Transmigrasi dan Sosial Kota Denpasar Made Erwin Suryadarma Sena, Ketua Dharmawanita Persatuan Denpasar Ny. Kerti Rai Iswara, General Manager PT. Pelabu-han Indonesia (Pelindo) III Cabang Benoa Iwan Sabatini serta Camat Denpasar Barat IB Joni Ariwibawa, Kades Padangsambian Kelod I Made Sutarka, serta Instansi terkait lainnya.

“Program kerjasama Pemerintah Kota

Denpasar melalui K3S bersama swasta dan BUMN dalam hal ini PT. Pelindo III, dalam membantu masyarakat yang membutuhkan” ujar Ny. IA Selly Mantra di sela-sela peletakan batu pertama.

Dijelaskan secara rutin K3S Denpasar, set iap mendengar laporan masyarakat langsung turun memberikan bantuan baik berupa kursi roda, alat bantu dengar, tongkat ketiak, dan modal kerja bagi mereka yang memiliki ketrampilan. Bantuan yang diserahkan tidak saja menyasar penyandang disabilitas, bantuan juga diberikan kepada lansia, dan

masyarakat kurang mampu. Bantuan ini diharapkan dapat membantu aktifitas mereka sehari-hari. Di samping memberikan bantuan dalam rangka memperingati hari Internasional Penyandang Disabilitas (HIPENCA) pihaknya juga memberikan ruang kepada penyandang disabilitas untuk berkreatifitas .

Hal in i bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat bahwa para penyangdang disabilitas dapat berkreatifitas layaknya orang normal.

Tidak hanya itu mereka juga memberikan

motivasi dengan meningkatkan mental spiri-tual para lansia dan penyandang disabilitas dengan mengajak mereka matirtayatra serta mengunjungi obyek wisata di Bali. Kegiatan ini menurut istri Walikota I.B Rai Dharmawi-jaya Mantra ini untuk lebih adalah untuk mendekatkan dirinya dengan para lansia dan penyandang disabilitas. Selain itu, ke-giatan ini juga untuk mengusir rasa jenuh mereka setelah berhari-hari melakukan akti-fitas dirumah. Ny.Selly Dharmawijaya Mantra meminta kepada Camat Denbar dan Kedes Padangsambian Kelod untuk turut mengawasi

proses pengarapan bedah rumah sehat tersebut agar berjalan dengan lancar serta berkualitas.

Sementara I Ketut Sumatra penerima bedah rumah mengatakan berterima kasih kepada K3S Kota Denpasar dan pihak BUMN yang membantu dirinya. Ia yang dulunya tinggal dirumah keluarga, berkat bantuan ini nantinya tinggal di

rumah yang layak huni, sehingga dapat men-jalani kehidupan yang layak.

“ Saya tak menyangka sama sekali akan mendapatkan bantuan seperti ini, Terima ka-sih kepada K3S dan pihak BUMN yang telah memberikan bantuan kepada kami, sehingga bantuan ini dapat membantu kami dalam men-jalani kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Selain mendapatkan bantuan bedah rumah sehat, istri dari Ketut Sumatra diberikan alat bantu dengar dan 1 orang keluarganya yakni Komang Rumini. rah

BATU PERTAMA. Ketua K3S Kota Denpasar Ny. IA Selly Dharmawijaya Mantra bersama General Manager PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III Cabang Benoa Iwan Sabatini melakukan peletakan batu pertama pembangunan bedah rumah bagi penyandang disabilitas dan kurang mampu di Desa Padangsambian Kelod.

Program Bedah Rumah Ketut Sumatra Mulai Digarap

Ketua K3S Denpasar Ny. Selly Mantra Letakkan Batu Pertama

Sewaka dharma LINTAS DESA

Secara rutin K3S Denpasar, Setiap Mendengar Laporan

Masyarakat Langsung Turun Memberikan Bantuan.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 6 of 22 - Pages(6, 39)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 6 of 22 - Pages(6, 39) 2/21/2013 4:34:54 PM2/21/2013 4:34:54 PM

Page 7: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

38

DESA Adat Cengkilung, Peguyangan Kangin Kecamatan Denpasar Utara terletak di daerah persawahan. Memasuki Banjar Cengkilung dapat kita jumpai pemandangan yang asri tersaji di sepanjang jalan yang membelah pemukiman penduduk.

Onggokan sampah sangat jarang ditemui, serta tidak terlihat rumput dibiarkan tumbuh tinggi yang dapat merusak pandangan. Namun terdapat tana-man bunga sepanjang telajakan dimasing-masing rumah warga. Ini merupakan gambaran sederhana keterlibatan masyarakat Desa Adat Cengkilung dalam menjaga kebersihan lingkungan. Hal ini juga membawa dampak pada saat hujan, hampir setiap tahunnya lingkungan Desa Cengkilung tidak mengalami banjir. Berkat kesadaran warga ini beberapa Menteri dan Pejabat Pemerintahan di Indonesia sering mengunjungi Desa Cengkilung sebagai desa percontohan yang akan dikembang-kan didaerahnya masing-masing. Disamping itu hampir seluruh rumah warga asri dengan ditanami pepohon bunga, dan pohon palem yang menambah keindahan, kesejukan, dan kerindangan. Seperti salah satu rumah pasutri I Wayan Nuada dan Ni Wayan Yeni, tak kalah asrinya. Rumah salah satu warga Cengkilung ini asri bukan karena bangunan rumahnya style Bali, tetapi berkat kerindangan pepohonan dan kebersihannya. Menurutnya rasa malu melihat rumah warga yang bersih dan rindang. Sehingga membawa dampak bagi masing-masing warga untuk meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan masing-masing rumah dan telajakan. Melihat kondisi tersebut Bendesa Adat Cengkilung I Wayan Nuke menuturkan, Banjar Cengkilung be-berapa kali berhasil meraih predikat terbaik dalam penilaian kebersihan di Kota Denpasar. Tak hanya itu pada awal tahun 2011 lalu Menteri Pemberday-aan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) RI Ny. Linda Amalia Agum Gumelar juga melakukan penanaman pohon di Desa Adat Cengkilung.

Untuk kegiatan tersebut sekitar 10.000 bibit pohon tanaman produktif seperti tanaman sawo kecik, nangka dan durian. Beliau mengharapkan bibit pohon yang diserahkan dan ditanam ini

benar-benar bermanfaat bagi masyarakat Desa Cengkilung. Disamping itu juga sebagai salah satu penghargaan bagi warga Desa Adat Cengkilung yang telah sadar akan kebersihan lingkungan, yang membawa dampak pada kesehatan masyarakat.

Saat ini seiring dengan perkembangan teknologi pertanian di Kota Denpasar beberapa warga yang terdiri dari Ibu-ibu PKK Desa Adat Cengkilung telah melakukan Pengembangan Model Ka-wasan Rumah Pangan (MKRP) dimasing-masing rumah. Disamping itu hal ini juga dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan masyarakat Bali khusunya di kota denpasar. Kelompok MKRP yang dipimpin Ni Made Reni ini meru-pakan bagian dari Kebun Bibit Desa (KBD) yang dimulai sejak Bulan Juni 2012 lalu mendapat bantuan dari Balai Pengkajian Teknologi Perta-nian Propinsi Bali. Bantuan yang diberikan berupa bibit terong 11 jenis, cabai besar dan kecil, sere, kecarum, dan bibit lainnya. Tidak saja diberikan bantuan dari Pemerintah Propinsi Bali, kelompok ini juga mendapat bantuan bibit lele, ayam, bebek peking dari Pemerintah Kota Denpasar. Pengelo-laan pangan di masing-masing rumah kelompok yang diikuti 20 orang ini terus mengembangkan sayapnya, serta menurut Reni kelompoknya akan menyasar masyarakat Banjar Saih Desa Peguyangan Kaja Denpasar Utara. Kesuburan tanaman ini membawa hasil lebih dan sering dijual dipasar dan warung-warung dilingkungan setempak. Tak pelak keseriusan ibu-ibu ini membawa dampak pada peningkatan ekonomi keluarga. Beberapa waktu lalu hasil kerja keras dan kreatifi tas ibu-ibu ini sempat ditinjau Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra, Wakil Walikota I GN Jaya Negara, serta Sekda Kota Denpasar A.AN Rai Iswara. Dalam kujungan tersebut Walikota Rai Mantra memberikan apresiasi atas kreatifi tas Ibu-ibu Desa Cengkilung, dan kedepan menurut Rai

Mantra Desa ini dapat dijadikan sebagai kawasan organik.

Kepala Desa Peguyangan Kangin A.A Made Sukarata mengungkapkan hampir 90% warga banjar Cengkilung menanam pepohonan, hal ini tidak semata-mata untuk mengejar predikat terbaik pada lomba kebersihan Desa yang dige-lar Pemerintah Kota Denpasar. Namun warga merasa berkepentingan dalam menjaga kebersi-han lingkungan, serta menanam pohon sebagai penyejuk yang secara tidak langsung berdampak pada kesehatan warga setempat. Untuk menjaga kebersihan lingkungan warga secara rutin juga melakukan kerja gotong royong, serta memiliki tingkat kesedaran yang tinggi dalam meningkat-kan kebersihan lingkungan setempat.

Sebagaimana yang kita ketahui kesadaran warga masyarakat hal yang terpenting dalam perubahan karena tanpa kesadaran tidak dapat mewujudkan lingkungan terbebas dari kotoran seperti sampah, limbah, dan lain-lain yang sering membuat kekacauan pada pencemaran yang berbentuk pada kerugian. Kesadaran begitu penting untuk ditumbuhkan tetapi bukan dengan paksaan, pengubahan perilaku individu maupun masyarakat bisa menjadi jalan masuknya sebuah perubahan yang lebih baik dari sebelumnya. Di samping itu pengembangan model rumah pan-gan oleh kelompok ibu-ibu PKK Desa Cengkilung menurut A.A Sukarata, salah satu kegiatan ber-sinergi dengan pemerintah dalam mewujudkan ketahanan pangan khususnya di Kota Denpasar. Pihaknya secara berkesinambungan memberi-kan suport (dukungan) kepada warga desa baik berupa material mapun non material dalam mewujudkan lingkungan bersih serta kelompok rumah pangan ini dapat terus dikembangan sehingga mampu meningkatkan pendapatan keluarga. pur

Desa Cengkilung Bersih dan HijauDesa Cengkilung Bersih dan Hijau Kuncinya Kesadaran dan Rasa Malu

Desa Adat Cengkilung telah melakukan Pengembangan Model Kawasan Rumah Pangan (MKRP) dimasing-masing rumah

LINTAS DESA Sewaka dharma

KERJA BAKTI. Krama Desa Adat Cengkidung bekerja bakti.

7

dimaksud adalah Denpasar sebagai ibukota Provinsi Bali maka jawabnya adalah harus merujuk ke Tahun 1958, saat dibentuknya Provinsi Bali sebagai provinsi yang berdiri sendiri (yang sebelumnya merupakan bagian dari Provinsi Soenda Kecil dan kemudian di-pecah menjadi tiga provinsi yakni Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur). Sementara itu, kalau yang dimaksud adalah terbentuknya Denpasar sebagai Kota Administratif, maka jawabnya haruslah merujuk pada ditetapkannya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 1978 karena PP inilah yang membentuk, dan memberi status kepada, Kota Denpasar sebagai Kota Administratif. Sedangkan jika yang dimaksud adalah “pengakuan” kepada Denpasar sebagai Kota Madya Daerah Tingkat II maka jawabnya harus merujuk pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 (tentang Pem-bentukan Kota Madya Daerah Tingkat II Denpasar). Adapun jika yang dimaksud adalah Kota Denpasar sebagai pemerintahan daerah otonom pasca-berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 (beserta sege-nap perubahannya), maka kepada undang-undang inilah rujukan mesti diarahkan.

Apakah karena pertanyaan-pertanyaan di atas pemerintahan daerah otonom Kota Denpasar, entah dengan mudah ataukah dengan susah payah, lantas memandang perlu untuk mengeluarkan peraturan daerah untuk menetapkan hari jadi Kota Denpasar yaitu Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 10 Tahun 2012 tentang Hari Jadi Kota Denpasar (selanjutnya disebut Perda 10/2012)? Entahlah. Yang jelas, upaya tersebut patut diberi apresiasi. Sebab, paling tidak, kita menjadi tahu bahwa yang dijadikan hari jadi Kota Denpasar oleh peraturan daerah tersebut adalah 27 Februari 1788. Hal itu tegas dinyatakan dalam Pasal 2 Perda 10/2012 yang berbunyi, “Hari Jadi Kota Denpasar ditetapkan pada tanggal 27 Pebruari (sic!) 1788.” Sementara itu, yang dimaksud dengan “Hari Jadi Kota Denpasar” adalah tonggak berdirinya Kota Denpasar sebagai pusat pemer-intahan (Pasal 1 angka 5 Perda 10/2012). Dengan kata lain, secara normatif hukum (dan karena itu mengikat), 27 Februari 1788 adalah hari jadi Kota Denpasar.

Yang menjadi pertanyaan: dari mana tanggal 27 Peb-ruari 1788 itu “muncul”? Rupanya yang dijadikan rujukan, sebagaimana tampak pada konsiderans “Menimbang” huruf b Perda 10/2012, adalah kombinasi tanggal diresmikannya Denpasar sebagai Kota Madya Daerah Tingkat II (yaitu 27 Pebruari 1992) dengan hasil penelusuran Tim Penelitian Sejarah (yang dibentuk oleh Pemerintah Kota Denpasar) yang menemukan bahwa Keraton Denpasar sudah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Badung sejak 1788.

Secara akademik, tentu saja sangat terbuka ke-mungkinan bahwa penetapan 27 Pebruari 1788 sebagai Hari Jadi Kota Denpasar itu dibantah, khususnya oleh kalangan sejarawan maupun ahli hukum. Bantahan yang didasarkan atas hasil kajian yang berpijak pada kaidah-kaidah akademik itu jelas sangat berwibawa karena memiliki otoritas akademik. Namun, sampai saat hasil kajian itu dituangkan ke dalam dan dirumuskan menjadi kaidah hukum, khususnya dalam hal ini peraturan daerah, kajian tersebut tidak dapat menggantikan atau menghilangkan otoritas normatif hukum tentang Hari Jadi Kota Denpasar yang ditegaskan dalam Pasal 2 Perda 10/2012. Artinya, kalau menyebut “Hari Jadi Kota Denpasar” orang secara hukum terikat untuk berpegang pada Pasal 2 Perda 10/2012 – terlepas dari soal apakah penetapan itu dapat dipertangung-jawabkan secara akademik atau tidak.

Sewaka dharma SAJIAN UTAMA

AKTIVITAS. Kota Denpasar dengan berbagai aktivitas di kalangan anak-anak sekolah.

ENDEK. Memasyarakat pakaian endek di kalangan masyarakat Denpasar.

BUDAYA. Kegiatan ibu-ibu tetap menjadi perhatian utama.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 7 of 22 - Pages(38, 7)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 7 of 22 - Pages(38, 7) 2/21/2013 4:34:55 PM2/21/2013 4:34:55 PM

Page 8: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

8

SAJIAN UTAMA Sewaka dharma

KOMITMEN pemerintah kota (Pemkot) Denpasar dalam memberikan pelayanan ke-sehatan dasar kepada warganya, tidak perlu diragukan lagi.

Sejumlah program kesehatan yang di-luncurkan Pemkot Denpasar sudah terbukti dirasakan langsung oleh warganya. Misalnya dalam upaya menanggulangi ancaman bahaya penyakit deman berdarah dengue (DBD) yang meningkat setiap tahun, ditangani secara seri-us melalui berbagai langkah strategis. Bukan saja dalam kasus DBD, penyakit lainnya juga menjadi perhatian Pemkot Denpasar, terma-suk antisipasi kanker serviks pada perempuan.

Seperti apa penanganannya?Komitmen WaliKota Denpasar I.B.Rai

Dharmawijaya Mantra dalam bidang kese-hatan sudah terlihat sejak masih menjadi wakil wali kota. Bahkan, sejak menjadi tapuk pimpi-nan di Denpasar (walikota) program dalam bidang kesehatan menjadi salah satu program unggulan yang harus ditangani. Terutama memberdayakan peran Puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan masyara-katnya. Komitmen ini akhirnya diwujudkan dengan membuka layanan Puskesmas 24 jam.

Dalam penanggulangan masalah penyakit DBD, Pemkot Denpasar melakukan upaya yang komprehensif. Artinya, upaya penanggu-langan dilakukan mulai dari awal terbentuknya jentik yang akan menjadi nyamuk. Pembagian alat fogging yang diberikan kepada masing-

masing banjar menunjukan komitmen yang kuat dalam menanggulangi ancaman DBD yang cukup serius.

Selain memberikan bantuan alat, upaya penanggulangan kasus DBD yang terus terjadi dan mengatisipasi terhadap kejadian luar biasa (KLB) Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Kesehatan Kota Denpasar melaksanakan fogging massal. Untuk tahun 2012 lalu, pencanangan fogging massal dilaksanakan di lapangan Arga Soka, Br. Pegok, Kelurahan Sesetan, Kecamatan Den-pasar Selatan yang ditandai penyemprotan salah satu rumah warga secara simbolis oleh Walikota Denpasar.

Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar dr. Luh Sri Armini M.Kes, mengatakan DBD meru-pakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang sering menimbulkan letusan KLB dengan kematian yang besar. Untuk kasus DBD sam-pai dengan 2012 juga cukup tinggi, dan tahun 2011 lalu jumlah kasus DBD mencapai 171 per 100.000 penduduk.

Untuk mengendalikan kasus DBD ber-bagai upaya telah dilaksanakan Dinas Kesehatan Kota Denpasar seperti bulan bakti gerakan PSN DBD dengan 3M sebelum masa penularan penyakit DBD, fogging den-gan ULV, fogging fokus pada setiap kasus yang memenuhi kriteria fogging. Disamping melakukan kegiatan tersebut dr. Luh Sri Armini mengaku juga telah melaksanakan penyuluhan dan pembinaan PSN ke rumah-

rumah oleh tenaga jumantik, penyuluhan melalui Radio Pemerintah Kota Denpasar. Untuk kegiatan fogging massal dilaksanakan 2 siklus yaitu mulai tanggal 7-16 Mei siklus pertama dan siklus kedua mulai 17-26 Mei.

Komitmen Walikota Denpasar dalam pe-nanggulangan berbagai penyakit di masyarakat juga mendapat pujian dari Tim Manggala Karya Bakti Husada dari Kementerian Kesehatan RI . Denpasar di bawah kepemimpinan Rai Man-tra dinilai memiliki komitmen tinggi terhadap pelaksanaan program kesehatan secara ber-kelanjutan. Berbagai terobosan Walikota Rai Mantra dalam mengelola program kesehatan dan lingkungan dengan membentuk Jumantik (juru pemantau jentik) dan Jumali (juru peman-tau lingkungan). Kedua kelompok ini sangatmembantu upaya dalam penanganan masala-ha kesehatan. Bahkan, tim dari pusat tersebut mohon izin untuk meniru program ini dan akan disebar ke berbagai daerah di Indonesia.Sedangkan program lainnya yang di-lakukan dalam upaya meningkatkanderajat kesehatan masyarakat di anta-r a n y a m e n d o r o n g p u s k e s m a s d iDenpasar memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL), meningkatkan program Sani-tasi Masyarakat (Sanimas), Sanitasi Dasar Masyarakat Terpadu (Santimadu).

Pada tahun 2013 ini, Pemkot Denpasar kembali memberikan pelayanan yang pro rakyat, salah satunya di bidang kesehatan dengan mem-berikan pelayanan cuci darah dan kemoterafi secara gratis. Selain memberi pelayanan cuci darah dan kemoterafi secara gratis, kebijakan lain yang diambil Walikota Denpasar dibidang kesehatan, yakni memberikan pemeriksaan kanker serviks (kanker leher rahim) secara gratis khususnya pada generasi muda. Ini merupakan program pencegahan kanker serviks sejak dini. Dalam mewujudkan infrastruktur kesehatan, Pemkot Denpasar juga meminta kepada aparat desa/lurah untuk mendata infrastruktur yang ada sehingga perawatannya terus dapat dilak-sanakan secara rutin. Terobosan lain tahun 2013 ini mengatasi kemiskinan, Pemkot Denpasar melaksanakan bedah rumah sehat dan layak huni.

Komitmen Pemkot Denpasar dalam me-ningkatkan derajat kesehatan masyarakat-nya, bukan saja terlihat dari program yang diluncurkan. Dukungan dana dalam melak-sanakan kegiatan juga menunjukkan adanya kemauan yang keras dalam mencapai tujuan dimaksud. Dalam APBD 2012 lalu, Pemkot Denpasar mengucurkan sedikitnya dana Rp 62.035.318.886 (setelah perubahan) dalam bidang kesehatan. Dana ini terbagi menjadi belanja langsung sebesar Rp 29.554.608.626 dan belanja tidak langsung sebesar Rp 32.480.710.260. hum

Program Inovatif yang Berkelanjutan

Pemkot Denpasar kembali memberikan pelayanan yang pro rakyat, salah satunya di bidang kesehatan dengan memberikan pelayanan cuci darah.

37

yanan Kesehatan juga sudah bisa melakukan rawat inap bagi pasien yang datang.

Puskesmas yang sudah melayani rawat inap, yakni Puskesmas IV Denpasar Selatan

di Jalan Pulau Moyo. Pola yang diterapkan di Puskesmas ini sudah menyerupai rumah sakit yang mampu melayani kesehatan ma-syarakat secara penuh. Bahkan, keunggulan yang dilakukan Puskesmas ini pernah ditin-jau Sekretaris Jendral (Sekjen) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Ban Ki-Moon. Saat mengunjungi Puskesmas yang berlokasi di Jalan Pulau Moyo Denpasar, Ki Moon, melihat langsung bagaimana sistem pelay-

anan kesehatan di Puskesmas yang buka 24 jam dan telah melayani pasien rawat inap. Selain terkesan dengan sistem pelayanan kesehatan, Sekjen PBB yang menyempat-kan diri berbincang-bincang dengan warga, juga terkesan program Keluarga Berencana yang juga dilayani puskesmas. Sekjen PBB itu juga mendapat penjelasan bagaimana program yang digalakkan yakni ibu menyu-sui eksklusif selama enam bulan, imunisasi dan penimbangan balita.

Dalam penuturan Kepala Puskesmas IV Densel dr. Ayu Witriasih per harinya ada sekitar 300 pasien yang datang. Ruang rawat inap tersebut melayani persalinan nor-mal, observasi panas, suspect DB, suspect thypoid, diare dengan dehidrasi ringan dan konsul dokter spesialis.

Apa yang dilakukan Pemkot Denpasar dalam membuka layanan 24 jam untuk Puskesmas, juga mendapat pujian dari Menkes ( saat dijabat Endang Rahayu Sedyaningsih,alm). Ia menilai komitmen Wali Kota Denpasar I.B.Rai Dharmwijaya Mantra dalam pembangunan bidang ke-sehatan di Kota Denpasar cukup besar. ”Fasilitas Puskesmas IV cukup bangus, kualitas pelayanan di puskesmas ini sudah seperti rumah sakit,” puji Menkes.

Menurutnya, apa yang dilakukan Pemer-intah Kota Denpasar dalam kaitan pelay-anan kesehatan sudah cukup bagus. Hal ini, hendaknya dapat dijadikan contoh daerah lain, agar masyarakat bisa terlayani kesehatannya dengan baik.

Komitmen Pemkot Denpasar untuk memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna akan terus berlanjut dan selalu akan ditingkatkan. Tahun 2013 ini yang dinilai penuh dinamika, dimaknai dengan memberikan peningkatan pelayanan di bi-dang kesehatan. Petugas yang bertugas di pelayanan kesehatan juga diminta untuk terus melakukan inovasi dan kreatifitas, sehingga pelayanan kesehatan menjadi lebih baik. Apalagi kesehatan merupakan pelayanan dasar yang menjadi prioritas kepada masyarakat, di samping pelay-anan di bidang pendidikan dan pelayanan dibidang sosial.

Saat ini Denpasar terdapat 11 buah Pusk-esmas dan 27 Puskemas Pembantu. Dari jumlah tersebut beberapa di antaranya su-dah berhasil meraih sertifikat ISO 9001:2008 dan sudah ada yang memberikan pelayanan

24 jam dan pelayanan rawat inap.Kadis Kesehatan Kota Denpasar dr.

Luh Putu Sri Armini mengatakan, bahwa pihaknya bersama jajaran kesehatan di Kota Denpasar bertekad untuk selalu mem-berikan pelayanan yang terbaik dibidang kesehatan.

“Dengan motto Sewaka Dharma (melay-ani adalah kewajiban) yang sudah dicanan-gkan oleh Pemerintah Kota Denpasar, kami akan senantiasa meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Dengan meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, keinginan untuk meningkatkan kesejahteraan ma-syarakat akan cepat terwujud, walaupun demikian partisipasi masyarakat tetap kami harapkan,” ujarnya Amini.

Sertifikat ISOApa yang dilakukan Pemkot Denpasar

dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, akhirnya membuahkan hasil. Selain kepuasan pasien yang datang berobat semakin meningkat, Puskesmas yang berada di bawah Pemkot Denpasar sudah berhasil meraih sertifikasi ISO 9001-2008. Puskesmas itu, yakni Puskesmas II Denpasar Selatan.

Kepala Puskesmas II Densel dr AA Ayu Agung Candrawati di Denpasar menyatakan, keberhasilan puskesmasnya meraih sertifi-kat itu akan mendorong kinerja puskemas agar lebih profesional dalam memberikan pelayanan bagi 35.000 masyarakat di empat desa yang menjadi wilayah tanggung jawab pelayanan. Rata-rata kunjungan pasien ke Puskesmas II Densel mencapai 200 orang per hari. Puskesmas ini melakukan 16 jenis pelayanan, dan merupakan satu-satunya unit pelayanan kesehatan sejenis di Bali yang menyediakan pelayanan infeksi menular seks dan VCT (Volluntary Consel-ing Test) terhadap penyandang HIV/AID. Puskesmas II Denpasar Selatan juga ber-hasil meraih Tropy Citra Pelayanan Prima dari Pemerintah Pusat

Meskipun sudah meraih ISO, langkah-langkah perbaikan manajemen pelayanan publik harus terus diupayakan. Secara umum dan telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan, karena Pemerintah Kota Denpasar telah mendapatkan apreasi yang tinggi dari KPK dalam hal integritas publik. asm

Sewaka dharma GATRA PRAJA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 8 of 22 - Pages(8, 37)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 8 of 22 - Pages(8, 37) 2/21/2013 4:34:55 PM2/21/2013 4:34:55 PM

Page 9: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

36

KEBUTUHAN dasar yang dibutuhkan setiap orang, selain pangan dan sandang, pelayanan kesehatan juga

menjadi kebutuhan yang sangat pent-ing mendapat perhatian. Terlebih, biaya perawatan ketika jatuh sakit, membutuh-kan biaya yang tidak sedikit. Beruntung, beberapa pemerintah daerah memberikan pelayanan yang lebih kepada warganya untuk menjaga dan merawat warganya

yang sedang sakit. Komitmen ini juga telah dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Den-pasar dalam memberikan pelayanan dasar kesehatannya. Hal ini dilakukan dengan mengoptimalkan pelayanan kesehatan di masing-masing Puskesmas. Seperti apa?

Sebelumnya, kesan yang masih melekat di masyarakat terhadap pelayanan kes-ehatan di Puskesmas, yakni hanya mampu mengobati penyakit yang ringan-ringan saja,

seperti pilek, demam dan sakit kepala. Na-mun, sejalan dengan komitmen pemerintah yang pro rakyat, kesan itu mulai bisa ditepis. Pelayanan kesehatan di Puskesmas kini sudah bisa melayani warganya yang men-derit sakit serius. Terutama di Denpasar. Puskesmas yang ada di Denpasar sudah siap melayani masyarakat 24 jam penuh. Artinya, Puskesmas ini bukan saja mem-berikan pelayanan kesehatan dasar, namun

Puskesmas Buka 24 Jam

Mendekatkan Pelake MASYARAKAT

GATRA PRAJA Sewaka dharma

KESEHATAN. Pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang lebih baik.

9

KAJIAN ilmiah tentang penelusuran seja-rah kota Denpasar pada dekade kedua abad XXI memberikan temuan yang

sangat bernilai bagi masyarakat kota Den-pasar kini dan ke depan. Kajian berbasis ilmiah yang dikerjakan tim sejarawan Fakultas Sastra Unud mengungkapkan, tonggak sejarah kota Denpasar berawal tahun 1788 di era kerajaan Denpasar (Wirawan dkk, 2012).

Temuan tersebut mengantarkan, kota Denpasar kini di tahun 2013 telah mema-suki usia lebih dari dua abad, yaitu 225 tahun (1788-2013). Respon konstruktif eksekutif dan legeslatif telah mampu melahirkan Perda ten-tang hari jadi kota Denpasar yang mentrans-formasi tanggal 27 Februari 1992 ke tanggal 27 Februari 1788 berlatar pradigma continuity in change. HUT kota Denpasar, 27 Februari 2013 disepakati dan diapresiasi sebagai HUT Kota Denpasar ke - 225 dengan basis historik dan spirit terbarukan.

Secara historik-sosio-kultural, penetapan hari jadi kota Denpasar dengan usia 225 tahun membawa beberapa implikasi monumental.

Pertama, kota Denpasar merupakan rekon-struksi multiera : kota keraton, kota kolonial, kota merdeka dalam struktur NKRI, sampai kota modern dan posmo.

Kedua, kota Denpasar tergolong kota heri-tage dari Bali mengindonesia dan mendunia.

Ketiga, kota Denpasar mereprentasikan ragam spirit : spirit inklusi-multikultur, spirit kreatif-inovatif, spirit keunggulan futuralogis yang jelas dalam identitas berbasis budaya dan terbuka merangkul modernisme. Aneka peluang dan beragam tantangan tercakup dalam dinamika kota yang menuntut respon cerdas secara kreatif, partisitatif, berkelan-jutan.

Di tengah laju dinamika kota Denpasar sebagai kota terbuka dan menyongsong status Denpasar sebagai kota metropolitan di tahun 2017, masyarakat Denpasar dibukakan aneka peluang dan tantangan yang makin kompleks. Secara sistematis, aneka isu urban yang mengedepan meliputi : beban populasi yang besar dengan ikutan masalah kepadatan, kekumuhan sampai kemacetan; tekanan

ekologi kota dengan penyertaan masalah polusi, bencana alam, boros sumber daya dan arus konversi; ketimpangan ekonomi dengan masalah pengangguran, marjinalisasi dan kerapuhan sektoral; konsumerisme teknologi yang diiringi technological-lag yang memacu hedonistik; keterbatasan kemampuan untuk maju di era persaingan yang menuntut kualitas dan keunggulan. Potensi dan peluang terbuka sangat besar dan luas. Identitas kota budaya adalah potensi yang mampu menyuburkan kreatifi tas dan inovasi. Wajah multikultural merupakan modal untuk adaptasi. Spirit heritage merupakan kapital karakter untuk me-macu reinterpretasi, revitalisasi, rekonstruksi nilai tambah secara ekonomi, edukasi, kultural.

Mengantisipasi ragam peluang dan aneka tantangan urban tersebut, Pemerintah Kota Denpasar telah mempersiapkan aneka ref-erensi dan sandaran legal, strategi sampai aktivasi yang berskala holistik dan mutakhir. Grand design dalam rumusan VISI, RPJP dan RPJM telah tersusun sebagai dokumen formal sampai tahun 2020. Aneka festival seni-

Rekonstruksi Spirit HUT Kota Denpasar ke-225

Gerakan Jelajah Pusaka dan Inovasi KepemerintahanOleh I Wayan Geriya *

Sewaka dharma SAJIAN UTAMA

Identitas kota budaya adalah potensi yang mampu menyuburkan kreatifitas dan inovasi.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 9 of 22 - Pages(36, 9)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 9 of 22 - Pages(36, 9) 2/21/2013 4:34:57 PM2/21/2013 4:34:57 PM

Page 10: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

10

SAJIAN UTAMA Sewaka dharma

budaya seperti Sanur Village Festifal, Festival Pesona Pulau Serangan, Denpasar Festival dengan parade endek dan aneka unggulan merupakan agenda tahunan sebagai konsumsi publik. Bahkan aneka aktivasi terobosan yang bersekala lokal-nasional-internasional seperti terlihat dalam program Hut ke 225 merupakan agenda unggulan dalam memperingati hari jadi kota Denpasar bulan Februari ini. Agenda tersebut meliputi : (1) Semiloka Sinkronisasi Desa Dinas-Desa Pekraman-Subak; (2) Evalu-asi IGA (Innovation Governance Award); (3) Seminar internasional Akselerasi Reformasi Birokrasi berbasis Kearifan Lokal dan Budaya Unggulan; (4) Pameran pembangunan; (5) Malam kreasi seni dan aneka ragam peng-hargaan.

Asa yang ingin diwujudkan adalah kes-ejahtraan dan kenyamanan berwarga kota Denpasar secara berkualitas.

Agenda jelajah pusaka tahun ini diharap-kan mampu tampil sebagai gerakan budaya dengan mengusung spirit heritage, partisipasi generasi belia dalam nuansa kebersamaan tanpa sekat. Kajian historis – antropologis mengungkapkan tentang kekayaan dan keragaman Pusaka Budaya kota Denpasar. Aneka Pusaka Budaya itu mencakup lingkup yang luas terdiri atas : Pusaka Budaya arkeolo-gis, Pusaka Budaya historis, Pusaka Budaya permukiman urban, Pusaka Budaya seni dan religi, serta sejumlah Pusaka Budaya khas kota Denpasar (Mardika dkk,2010). Peta la-pangan Pusaka Budaya kota Denpasar, dalam garis besar meliputi tiga zona atau culture area : zona luar (Sanur, Blanjong, Serangan , Peguyangan dll), zona tengah (Kesiman, Sesetan, Binoh, dll), dan zona dalam atau inti ( Puri Pemecutan, Gajah Mada, Catur Muka, Bali Hotel, Puri Satria, Museum Bali, Taman Budaya, dll).

Di samping agenda jelajah pusaka, agenda inovasi sebagai representasi kota Denpasar kreatif memperoleh aksentuasi dalam aplikasi. Dalam ragam agenda inovasi

: inovasi ekonomi, inovasi edukasi, inovasi teknologi, inovasi lembaga-lembaga mikro dan makro, maka inovasi kepemerintahan terkait dengan program Depdagri IGA ( In-novation Governance Award) memperoleh perhatian, motivasi dan akselerasi. Melalui inovasi kepemerintahan, kota Denpasar ingin membangun pencontohan, bahwa sinergi Four-helix : birokrasi, akademisi, pengusaha dan tokoh publik wajib memiliki komitmen filosofi, karakter dan perilaku inovatif yang tiada henti dan berkelanjutan.

Rekonstruksi dan revitalisasi spirit Hut kota Denpasar ke 225, melalui gerakan jelajah

pusaka, inovasi kepemerintahan dan bahkan inovasi publik ingin dibangkitkan spirit warga kota dalam sinergi multi kearifan secara lo-kal, nasional, universal. Kearifan lokal yang menekankan karakter harmoni dan kesera-sian, kearifan nasional yang mengedepankan fi losofi Pancasila dan kearifan universal yang mengutamakan nilai veritas (kebenaran), iustitia (kejujuran) dan probitas ( basis ilmiah). Dirgahayu Kota Denpasar dalam usia 225 tahun.

*penulis adalah staf ahli PemkotDenpasar, dan dosen Fakultas Sastra Unud jurusan Antropologi.

35

TUMPEK Wayang itu sendiri merupakan tumpukan dari waktu-waktu transisi dan hari itu jatuh pada Sabtu/Saniscara Kajeng Kliwon, Wayang. Saniscara merupakan hari terakhir dalam perhitungan Saptawara; Kajeng adalah hari terakhir dalam perhitungan Triwara; dan Kliwon merupakan hari terakhir dalam perhi-tungan Pancawara.

Sedangkan Tumpek Wayang adalah tum-pek terakhir dari urutan enam tumpek yang ada dalam siklus kalender pawukon Bali. Dengan demikian dapat disimpulkan, Tumpek Wayang menjadi hari yang penuh dengan waktu-waktu peralihan, dan oleh karenanya anak-anak yang lahir pada saat ini ditakdirkan menderita karena mengalami gangguan emosi dan me-nyusahkan orang lain.

Dalam peringatan tumpek ini Pemkot Den-pasar menampilkan pergelaran seni wayang dari Pepadi (persatuan pedalang Indonesia) Kota Denpasar. Pergelaran oleh Pepadi untuk memberikan ruang aktivitas bagi Pepadi.

TUMPEK Krulut (Kerulutt) adalah upacara yadnya yang dirayakan setiap Sabtu kliwon wuku krulut sebagai sujud syukur

kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, dalam manifestasinya sebagai Dewa Iswara atas terciptanya suara-suara suci/tabuh dalam keindahan dan seni.

Tujuannya adalah agar perangkat suara untuk kelengkapan upacara tersebut memiliki suara yang indah dan “taksu”. Dari alunan nada tersebut akan melahirkan gerak-gerak nan indah sebagai unsur seni.

Dari keindahan itu, seni menjadi hiburan yang dapat menyeimbangkan hidup.

Dalam Hindu Bali, Tumpek Krulut itu berasal dari kata lulut yang artinya hati menyatu dengan keindahan (sundaram) sehingga pikiran menjadi damai. Tumpek Krulut jang merupakan hari kasih sayang.

Kasih sayang itu diwujudkan dalam bentuk keindahan, dalam

hal ini suara gamelan. Yang dipuja juga dalam Tumpek Krulut adalah Ida Sang-hyang Widi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi Semara Ratih. Karena itu banten yang dihaturkan adalah sesayut lulut asih.

Peringatan Tumpek Krulut dirayakan setiap enam bulan sekali. Untuk di Kota Denpasar, peringatan Tumpek Krulut selalu diisi dengan menampilkan Sekaa Gong Sakral yang ada di Kota Denpasar. Seperti Gong Kebyar, Gamelan Gandrung, Gamelan Joged Bumbung, Gamelan Ang-

klung Keklentangan, Gamelan Baris Cina, Gamelan Semara Pegulin-gan, Gamelan Selonding, Gender Wayang, dan Gamelan Gambang.Keutamaan dan fi lsafat yang terkandung dalam Tumpek Krulut inilah Pemkot Denpasar mengajak semua pihak untuk memaknai kembali Tumpek Krulut dengan sebenarnya.

TUMPEK kandang (tumpek uye) adalah hari suci umat Hindu yang dirayakan setiap hari Sabtu kliwon wuku uye, yaitu upacara un-tuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manisfestasinya sebagai Sang Hyang Rare Angon, pencipta dan pemelihara binatang).

Demikian disebutkan dalam sumber ku-tipan : Bimbingan Ketrampilan Hidup yang Berlandaskan Tri Hita Karana Disebutkan pula bahwa, Rsi Markandeya mengenalkan pertama kali hari Tumpek Kandang ini un-tuk mohon keselamatan pada Hyang Widhi, yang digelari Rare Angon.

Dalam rangkaian perayaan Tumpek Kan-dang , Pemkot Denpasar telah mengadakan pameran sapi Bali kontes sapi dan berbagai kegiatan terkait dengan peringatan tumpek kandang

Tumpek Kandang merupakan hari penting

bagi umat Hindu di Bali. Ini merupakan hari peringatan dan pemul iaan terhadap hewan/ternak yang telah diwariskan oleh leluhur se-cara turun temurun. Per-ingatan Tumpek Kandang m e r u p a k a n p e n a j a m a n fungsi-fungsi teknologi yang diapresiasikan dalam ben-tuk kegiatan-kegiatan yang bernuansa klasik. Ini bertu-juan membangkitkan kembali semangat peternak dalam meningkatkan produksi.

Dalam perayaan Tumpek Kandang di era modernisasi sangat relevan dikaitkan

dengan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi Pemkot Denpasar terus berino-vasi dalam memberikan kemajuan terhadap perkembangan iptek di bidang ternak.

Kegiatan kontes dan pameran sapi Bali yang di laksanakan Pemkot Denpasar, merupakan salah satu kreativitas masyarakat Denpasar untuk perayaan Tumpek Kandang . Ini dalam rangka merangsang kegiatan pe-ternak mendapatkan bibit ternak berkualitas.

Pemkot Denpasar berupaya menggali kembali dan mengembangkan kreativitas bu-daya peternak. Penyelenggaraan kontes dan pameran sapi Bali dalam rangka menjaga kemurnian sapi Bali . Peternak diarahkan untuk memacu produktivitas peternak dengan pemilihan dan seleksi bibit yang baik. Ini akan menunjang pertumbuhan dan peningkatan kualitas dan harga jual ternak sapi di Bali.

Tumpek Kandang Merangsang dan Menggairahkan Peternak

Tumpek WayangMeningkatkan Seni Pedalangan

Tumpek Kerulut

Hari Kasih Sayang, Saling Menghargai

Sewaka dharma GATRA PRAJA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 10 of 22 - Pages(10, 35)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 10 of 22 - Pages(10, 35) 2/21/2013 4:34:59 PM2/21/2013 4:34:59 PM

Page 11: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

34

TUMPEK Bubuh / tumpek wariga juga disebut tumpek pengatag meru-pakan turunnya Hyang Ciwa untuk

memelihara keharmonisan kehidupan di dunia. Perayaan tumpek wariga ini 25 hari menjelang Hari raya Galungan bertujuan agar pohon / tumbuh tumbuhan yang ada disekeliling kita diharapkan dapat memenuhi kebutuhan umatnya. Sep-erti tumbuh tumbuhan, daun daunan dan bunga bungaan .

Dalam konsepsi Hindu, saat Tumpek Pengatag dihaturkan persembahan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam mani-festasi sebagai Sangkara, Dewa Penguasa tumbuh-tumbuhan yang dikonkretkan melalui mengupacarai pepohonan. Memang, menu-rut tradisi susastra Bali, yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan hidup dan memberi-kan hasil kepada manusia adalah Hyang Sangkara. Karenanya, ucapan syukur dan penghormatan kepada Hyang Sangkara mesti dilakukan manusia dengan mengasihi segala jenis tumbuh-tumbuhan.

Perayaan hari Tumpek Pengatag mengajarkan pada umat manusia bahwa kita wajib bersyukur atas harmoni yang membantu kita tinggal dalam alam kehidu-pan kini. Menghormati dan menghargai bumi dan seisinya, khususnya tanaman yang ada, memberi isyarat dan makna mendalam agar manusia mengasihi dan menyayangi alam dan lingkungan yang

telah berjasa menopang hidup dan peng-hidupannya. Pada Tumpek Pengatag, momentum kasih dan sayang kepada alam itu diarahkan kepada tumbuh-tumbuhan. Betapa besarnya peranan tumbuh-tumbu-han dalam memberi hidup umat manusia. Hampir seluruh kebutuhan hidup umat ma-nusia bersumber dari tumbuh-tumbuhan. Mulai dari pangan, sandang hingga papan.

Karena itu pula, tradisi perayaan Tumpek Pengatag tidaklah keliru jika disepadankan sebagai peringatan Hari Bumi gaya Bali dan kini bisa direaktualisasi sebagai hari untuk menanam pohon. Tumpek Pengatag merupakan momentum untuk memahami dan bersyukur atas segala jasa Ibu Pertiwi kepada umat manusia. Bersahabat dengan alam, tidak merusak lingkungan, belajar dari pengalaman para leluhur / para tetua Bali di masa lalu, yang telah memiliki visi futuristik untuk menjaga agar Bali tak meradang men-jadi tanah gersang dan kerontang akibat alam lingkungan yang tak terjaga.

Kesadaran yang tumbuh dalam penger-tian makrokosmik, dalam konteks semesta raya, tidak hanya semata Bali. Visi dan misi dari segala tradisi itu bukan semata menjaga kelestarian alam dan lingkungan Bali, tetapi juga kelestarian alam dan lingkungan seluruh dunia. Istimewanya, segala kearifan itu muncul jauh sebelum manusia dimasa kini menggemakan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Tumpek KuninganMembangkitkan Ekonomi Kerakyaan

RANGKAIAN hari raya Galungan ditutup pada hari raya Kuningan yakni 10 hari sesudahnya. Berdasarkan kalender masyarakat Bali, Kuningan dirayakan setiap enam bulan atau tepatnya selang 210 hari.

Kuningan yang selalu dirayakan pada Sabtu Kliwon Wuku Kuningan ini dipercaya sebagai hari turunnya Ida Sanghyang Widhi untuk memberkati kebutuhan pokok.

Kata “kuningan” sendiri memiliki makna “ka-uningan” yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.

Pada hari H, sejumlah sesaji dipersembahkan. Upacara persembahan banten ini dilakukan pada pagi hari sebelum tajeg surya (tengah hari), karena dipercaya sebagai saat yang baik untuk menerima anugerah. Ritual Puja Tri Sandya ini ditandai dengan menempel “bija kun-ing” atau beras kuning pada dahi.

Sesaji adalah ungkapan terima kasih atas karunia Hyang Widhi. Persembahan ditandai dengan tebog (nasi kuning) yang melambangkan kemakmuran. Tebog dileng-kapi dengan asesori serba kuning, termasuk wayang-wayangan yang ditata dalam selanggi (wadah yang dibuat dari daun kelapa muda) dan ditempatkan pada penjor.

Apabila penjor dipasang sehari sebelum Galungan, pencabutan umbul-umbul suci ini dilakukan sehari setelah Kuningan atau Redite Umanis Langkir. Segala perleng-kapan upacara seperti sampian dan lamak kemudian dibakar. Sebagian dari abunya disimpan dalam kelapa gading muda yang sudah dibuang airnya dan dibungkus dengan kain putih.

Pemerintah Kota Denpasar dalam menyambut Kunin-gan diisi dengan bebagai kegiatan salah satunya dengan menggelar pasar murah. Pasar murah ini selain untuk membantu masyarakat yang merayakan kuningan juga untuk membangkitkan ekonomi keraknyatan.

GATRA PRAJA Sewaka dharma

HARI Suci Saraswati adalah hari Pawedalan Sang Hyang Aji Saras-wati, dirayakan setiap hari Saniscara Umanis wuku Watugunung. Pada hari itu kita umat Hindu merayakan hari yang penting itu. Terutama para pamong dan siswa-siswa khususnya, serta pengabdi-pengabdi ilmu penge-tahuan pada umumnya.

Dalam legenda digambarkan Saraswati adalah Dewi/ lstri Brahma. Saraswati Dewi pelindung dan pe-

limpah pengetahuan, kesadaran (widya), dan sastra. Berkat anugerah Dewi Saraswati, kita menjadi manusia yang beradab dan berkebudayaan. Dewi Saraswati digambarkan sebagai seorang wanita cantik bertangan empat, biasanya tangan - tangan tersebut memegang Genitri (tasbih) dan Kropak (lontar). Yang lain me-megang Wina (alat musik / rebab) dan sekuntum bunga teratai. Di dekatnya biasanya terdapat burung merak dan

undan (swan), yaitu burung besar serupa angsa (goose), tetapi dapat terbang tinggi.

Upacara pada hari Saraswati, pustaka-pustaka, lontar-lontar, buku-buku dan alat-alat tulis menulis yang mengandung ajaran atau berguna untuk ajaran-ajaran agama, kesusi-laan dan sebagainya, dibersihkan, dikumpulkan dan diatur pada suatu tempat, di pura, di pemerajan atau di dalam bilik untuk diupacarai.

Hari Suci SaraswatiMembudayakan Minat Membaca Buku

Tumpek Warige

Menghargai Kemurahan Alam

11

WAJAH kota Denpasar tempo doeloe bisa disimak dari peta kota yang tersedia. Kebetulan, ketika melaku-

kan penelitian sastra di perpustakaan KITLV (Koninklijk Instituut voor taal-, land- en volkenkunde), Leiden, Belanda, September-November 2010 lalu, saya menemukan tiga peta kota Denpasar yang dibuat antara 1915-1930.

Pertama Peta Denpasar berangka tahun 1915. Peta Denpasar 1915 itu dibuat oleh A. Glastra van Loon. Peta dengan kode perpustakaan DF11,7 ini dibuat di atas kertas kalkir putih, ukuran 67,5 x 56 cm, skala 1:5000.

Kedua peta topografi, dibuat tahun 1923, tersimpan di perpustakaan KITLV dengan Kode DG 51,23.

Ketiga dibuat tahun 1930, merupakan peta kota yang berisi gambar pura dan masjid, sesuatu yang tidak ada dalam kedua peta sebelumnya. Peta terakhir tersimpan dengan Kode F11.8.

Peta-peta tersebut, walau dengan infor-masi minimal, memberikan tuntunan untuk membayangkan wajah kota Denpasar dan derap pembangunannya pada tiga dekade

Denpasar Tempo Doeloe Menurut Peta Kota 1915

Oleh I Nyoman Darma Putra

Penjara merupakan tempat menghukum pelaku tindak kriminal, atau mungkin yang mendongkel kebijakan pemerintahan kolonial, sedangkan

rumah opium menandakan kebiasaan negatif sebagian masyarakat menyedot madat alias narkoba

Sewaka dharma SAJIAN UTAMA

KOTA DENPASAR. ini merupakan wajah Denpasar tempo dulu yang belum seramai sekarang.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 11 of 22 - Pages(34, 11)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 11 of 22 - Pages(34, 11) 2/21/2013 4:35:00 PM2/21/2013 4:35:00 PM

Page 12: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

12

SAJIAN UTAMA Sewaka dharmaawal tahun 1900-an.

Dari ketiga peta tersebut, Peta Denpasar Tahun 1915 paling menarik karena gambar-gambar yang muncul di dalamnya dengan jelas menunjukkan ikon yang yang bisa ditafsirkan untuk mengetahui kemajuan atau arah pembangunan kota yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Peta Denpasar 1915 menggambarkan

kantor pemerintahan, sekolah, penjara, kantor polisi, pemadam kebakaran, kan-tor pos dan telegraf, kantor telepon, dan bahkan ada juga rumah opium. Kalau kantor pos dan telegraf merupakan sim-bol kemajuan kota Denpasar waktu itu, penjara dan rumah opium mungkin bisa ditafsirkan sebagai fasilitas untuk meng-hadapi ‘penyakit masyarakat’.

Penjara merupakan tempat menghukum pelaku tindak kriminal, atau mungkin yang mendongkel kebijakan pemerintahan kolo-nial, sedangkan rumah opium menandakan kebiasaan negatif sebagian masyarakat me-nyedot madat alias narkoba. Namun, sudah menjadi rahasia umum, bahwa pada zaman dulu Belanda menjadikan bisnis opium atau madat sebagai sumber menangguk pajak.

DALAM peta kecil yang berukuran 67,5 x 56 cm itu tergambar sebanyak 38 buah. Bangunan-bangunan itu tersebar di pusat kota. Titik pusat peta Denpasar 1915 adalah Aloon-aloon (dikenal dengan nama Lapan-gan Puputan).

Wilayah kota Denpasar waktu itu, seperti tampak pada peta, batas utaranya hanya mencapai daerah Wangaya/Kam-poeng Djawa-Taen Siap (Taen Siat), batas Timurnya Kajoe Mas, batas Selatan sampai di Sanglah, dan batas Barat sam-pai di Batan Moning (Ujung Barat Jalan Gajah Mada sekarang). Wilayah-wilayah ini merupakan radius kota, yang pusatnya di Alun-alun. Sampai sekarang pun, lapan-gan Puputan Badung merupakan groudn zero, titik Nol Kilometer, alias pusat kota Denpasar.

Peta Denpasar 1915 tidak mencantum-kan nama jalan, apakah saat itu jalan-jalan belum diberikan nama seperti sekarang, ataukah dianggap tidak penting disebutkan dalam peta. Besar kemungkinan poin per-tama yang benar mengingat jumlah jalan tidak banyak, dan menyebutkan jalan bisa dilakukan dengan menyebut nama daerah, misalnya jalan ke Taen Siat untuk menye-

butkan nama Jalan Veteran (sekarang). Titik pusat Peta Denpasar 1915 adalah

Alun-alun (lihat peta). Di sebelah utara Alun-alun, yang kini menjadi rumah jabatan Gu-bernur Bali (Jaya Sabha), dulu pada tahun 1915 sampai beberapa dekade kemudian-nya ada tiga bangunan, yaitu kantor Asisten Resident (barat), rumah Asisten Resident (tengah), dan Kantor Pos dan Telegraf sekaligus rumah pimpinannya (timur).

Kantor Pos di Utara Alun-alun masih bercokol sampai sekitar tahun1979, ter-cantum di beberapa guide books (buku-buku panduan wisata). Awal 1980, sejalan dengan pembangunan Renon sebagai pusat pemerintahan Provinsi Bali, kantor pos Utara Alun-alun lenyap, dan tampaknya ikut pindah ke Renon. Jauh setelah pindah ke Renon, sesekali pada awal 1980-an, masih ada wisatawan asing pangling di utara Alun-alun, membawa guide book, untuk mencari-cari kantor pos. Kantor pos adalah jasa pelayanan surat-menyurat pent-ing zaman itu, tempat turis-turis mengirim post-card ke negerinya.

Di sebelah timur kompleks perumahan Gubernur Bali atau Jalan Kaliasem terdapat tiga kompleks bangunan yaitu kantor telepon

serta rumah pimpinan dan karyawannya. walau instansi Telkom sudah memiliki ge-dung di Renon dan di Jalan Teuku Umar, properti kantor telepon-telegraf masih ada di Jalan Kaliasem.

Hadirnya Kantor Pos dan Kantor Tele-pon di Denpasar tahun 1915, sekitar satu dasawarsa setelah Puputan Badung, bisa dilihat sebagai tanda kemajuan kota. Bagi pemerintah kolonial, komunikasi lewat surat dan telepon tampaknya merupakan prioritas, untuk memperlancar urusan birokrasi mereka, untuk memperteguh kekuasaannya. Sulit membayangkan bahwa fasilitas modern ini didirikan pemerintah kolonial Belanda untuk masyarakat. Ketika itu, masyarakat Denpasar rasanya belum membutuhkan piranti komunikasi seperti itu.

Di Barat Alun-alun, di sekitar Kantor Walikota Denpasar sekarang, berdiri kantor kontrolir. Di sebelah selatan/belakangnya, kira-kira sampai di areal kantor Kodam sekarang, adalah rumah kontrolir (pejabat di bawah asisten resident). Kompleks kan-tor dan rumah kontrolir berdekatan dengan Kantor dan Rumah Assisten Resident. Kan-tor Resident-nya sendiri yang mewilayahi Bali-Lombok ada di Singaraja.

Bangunan tanpa Nama Jalan

Puri Denpasar

33

ifan Lokal

TUMPEK Landep mensyukuri anugrah Hyang Pa-supati atas segala ciptaanya, sehingga manusia dapat menggunakan ketajaman Jnana (pikiran, logika dan ilmu pengetahuannya) dengan demikian berhasilah mengolah logam - logam yang dipergunakan untuk melancarkan usahanya untuk menunjang kehidupan sehari-hari.

Tumpek Landep dimaknai sebagai hari untuk menghormati dan menyucikan sarwa sanjata-senjata dari Logam. Di samping itu juga bisa dimaknai sebagai upaya kita dalam mengasah ketajaman dari Jnanam yang dianugrahi Sang Pencipta.

Di samping itu, juga sebagai wujud atau simbol puji syukur umat Hindu ke hadapan Sang Hyang Widhi yang telah memberikan pengetahuan dan kemampuan merangcang teknologi canggih sehingga tercipta benda-benda yang dapat membantu sekaligus mempermudah kehidupan manusia.

Ritual ini sesungguhnya merupakan event yang penuh spirit kemanusiaan, membangun manusia yang arif dalam memanfaatkan teknologi. Selain meng-haturkan sesajen pada kendaraannya, umat Hindu juga menghaturkan sesajen itu di atas benda-benda teknologi yang mengandung unsur besi, sepeda mo-tor, sepeda, mesin-mesin, komputer, televisi, radio, pisau, keris, tombak, cangkul, dan berbagai jenis senjata.

Semua benda atau teknologi canggih itu me-mang harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang bersifat positif, sesuai dengan konsep hidup orang Bali yang berlandaskan Tri Hita Karana (hidup harmonis dengan Yang Maha Kuasa, dengan alam lingkungan, dan dengan sesama manusia).Karena itu seluruh peralatan yang dipakai manusia un-tuk mengolah isi alam, harus tetap terjaga kesucianya, sehingga selalu dapat digunakan dengan baik tanpa merusak alam atau menyakiti mahluk lain.

Dalam perayaan Tumpek Landep Pemerintah Kota Denpasar selain melaksanakan upacara yadnya juga melaksanakan berbagai kegiatan seperti pameran para pengerajin senjata seperti keris dan peralatan lainnya. Hal ini sebagai bentuk inovasi memberikan ruang pada pengerajan itu terus berkarya dan peri-novasi dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Perayaan Tumpek LandepMengasah Pikiran Untuk Menguasai Teknologi

Sewaka dharma GATRA PRAJA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 12 of 22 - Pages(12, 33)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 12 of 22 - Pages(12, 33) 2/21/2013 4:35:01 PM2/21/2013 4:35:01 PM

Page 13: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

UPACARA merupakan rangkaian keg-iatan manusia untuk menghubungkan atau mendekatkan dirinya kehadapan

Hyang Widhi Wasa dengan tujuan mo-hon tuntunan keselamatan. Pelaksanaan upacara disertai dengan upakara berupa sesajen atau pun banten yang berfungsi sebagai sarana atau alat untuk memusatkan pikiran manusia.

Akibat dari kemampuan yang dimilikinya masing-masing itu sangat terbatas. Semual pelaksanaan upacara dan upakara ini dise-but yadnya yaitu suatu pengorbanan yang suci yang didasari pemikiran tulus dan ikhlas tanpa pamrih. Pengorbanan yang ditujukan

pada tingkatannya lebih rendah dari manusia disebut Bhuta Yadnya. Sedangkan persem-bangan ditujukan pada manusia dan lebih tinggi disebut Pitra, Rsi dan Dewa Yadnya.

Penyelenggaraan upacara Tumpek merupakan hari yang baik untuk memoho-nkan keselamatan kehadapan Hyang Widhi Wasa/manifestasinya terhadap penguasa alam lingkungan hidup dari manusia itu sendiri yang sangat diperlukan dan mem-bantu kelangsungan hidupnya di dunia ini. Upacara Tumpek ini diselenggarakan secara mengkhusus dan berdasarkan Naimitika Karma yaitu pada waktu-waktu tertentu sesuai perhitungan Saptawara, Pancawara

dan Wuku.Pada intinya perayaan Tumpek adalah

untuk memohonkan keselamatan agar Sang Hyang Wdhi berkenan turun dalam berbagai manifestasiNYA menegakkan pikiran manusia dalam menghadapi segala permasalahan hidupnya dengan berusaha melestarikan alam lingkungannya degan memohon, karena ma-nusia selalu hidup dalam ketergantungan atau tidak dapat hidup sendiri.

Untuk itu Pemerintah Kota Denpasar membangkitkan kembali pemaknaan setiap Tumpek sebagai kearifan lokal dengan berb-agai kegiatan yang inovatif disamping sebagai pelestarian budaya Bali.

Membangkitkan Keari

Pemkot Denpasar tidak henti-hentinya mencari dan menggali nilai-nilai tradisional Bali yang mampu membangkitkan semangat berkompetisi

warganya dalam merebut peluang.

Aktualisasi Perayaan Tumpek

32

GATRA PRAJA Sewaka dharma

PAMERAN. Pameran keris setiap hari tumpek landep.

13

Baru Ada Dua SekolahPETA Denpasar 1915 menunjukkan bahwa

pada awal abad ke-20 di Denpasar baru ada dua sekolah yang dibangun oleh pemerintah kolonial Belanda.

Pertama, sekolah untuk pribumi (Schoolen voor Inlanders), lokasinya di seberang selatan Alun-alun, kira-kira di lokasi kantor Pertamina (sekarang). Di sebelah timur sekolah ada kantor polisi dan di timurnya lagi kantor Irigasi dan perumahan untuk pejabat irigasi. Di ujung timur, yang kini Kantor Garuda Indonesia adalah tanah kosong. Beberapa tahun kemu-dian, di leretan itu dibangun kantor KPM (pe-rusahaan kapal layar Belanda) yang berurusan dengan pariwisata, pendiri Bali Hotel 1928. Di gedung sekolah selatan Alun-alun inilah, antara lain, I Gusti Ayu Rapeg (istri IGP Merta, pejabat Gubernur Bali pasca-1965), pernah bersekolah.

Kedua, sekolah Hollandsch Inlandsch School (HIS) lokasinya di Jalan Surapati, di seberang jalan dari sekolah itu ada dua perumahan: untuk kepala sekolah dan guru. Sekolah HIS adalah sekolah elit, diperuntuk-kan bagi anak bangsawan misalnya anak raja, guru-gurunya orang Belanda, bahasa pengan-tarnya bahasa Belanda. Di HIS di Kayumas inilah, antara lain, dr. Anak Agung Made Djelantik (dari Puri Karangasem dan mantan Dirut RSUP Sanglah) pernah bersekolah. Sampai tahun 1930-an, di Bali ada tiga HIS, satu di Singaraja, satu di Denpasar, dan satu lagi HIS Siladarma di Klungkung.

Untuk tambahan sekolah di Denpasar, Peta Denpasar 1915 menunjukkan bahwa pemer-intah Belanda telah menyediakan sebidang tanah di Wangaya (Jalan Kartini), mungkin ini yang kemudian menjadi sekolah Cina yang ge-dungnya pernah dipakai oleh Universitas Bali (1980-an) dan kantor sementara (1990-an) pemerintahan Kota Administratif Denpasar. Kehadiran sekolah ini menunjukkan, Den-pasar pelan-pelan merangkak maju di bidang pendidikan, mengejar kemajuan Singaraja yang sudah lebih dulu dikembangkan oleh pemerintah kolonial Belanda.

Depot OpiumKantor opium berlokasi di Jalan Veteran,

kira-kira tepat di lokasi Bank Mandiri atau sisi Selatan Bali Hotel sekarang. Opium atau dikenal dengan madat atau candu pada za-man Belanda beredar legal. Beberapa raja ada yang senang mengonsumi candu, begitu juga masyarakat biasa. Belanda mendapat banyak pajak dari opium, jaringan perdagan-gan biasanya dikuasai peranakan Cina. Untuk di Denpasar, opium masuk lewat pelabuhan Benoa. Laporan-laporan tahunan resident senantiasa dilengkapi dengan data import

Sewaka dharma SAJIAN UTAMA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 13 of 22 - Pages(32, 13)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 13 of 22 - Pages(32, 13) 2/21/2013 4:35:03 PM2/21/2013 4:35:03 PM

Page 14: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

14

SAJIAN UTAMA Sewaka dharma

opium ke Denpasar atau Bali pada umumnya.Dengan pertimbangan mendapatkan

pajak, pemerintah kolonial Belanda sepert membiarkan masyarakat dan juga elit-elit termasuk raja-raja di Bali mengonsumi opium. Namun, belakangan Belanda sadar bahwa opium tidak baik karena dapat menganggu ketertiban sosial.

Bahwa masyarakat di kota dan desa-desa banyak yang memadat bisa diketahui dari cerita-cerita di buku pelajaran sekolah seperti yang ditulis oleh Guru Made Pasek dan I Ketut Nasa (keduanya dari Buleleng). Pemadat biasanya dilukiskan masuk penjara bukan karena memadat tetapi karena mencuri uang atau sapi untuk membeli madat.

Untuk mengurangi pecandu, Belanda sengaja membuat rumah penjualan candu di kota dan desa-desa yang banyak pemadat-nya. Apakah ini bukan untuk meningkatkan penjualan dan pajak? Ternyata sebaliknya, yakni untuk mengontrol peredaran opium, dan lama-lama mengurangi pemadat. Lewat rumah penjualan opium yg terpusat, harga candu pelan-pelan dinaikkan sehingga tidak banyak rakyat biasa atau rakyat kecil yang mampu membeli. Selain itu, rasa madat dibuat hambar sehingga tidak membuat orang sakit, pelan-pelan mengurangi rasa ketagihan.

Dengan kata lain, karena hambar, orang tidak suka madat lagi!

Rumah Sakit, Penjara, Pemadam Kebakaran

SATU-satunya rumah sakit (Zieken huis) yang sudah ada tahun 1915 adalah RS Wan-gaya. Selama ini, RS Wangaya dianggap berdiri tahun 1921. Berdasarkan data ini, usia RSU Wangaya bisa direvisi.

Peta Denpasar 1915 tidak mencantumkan RSUP Sanglah, berarti waktu itu rumah sakit ini belum berdiri, berarti RSU Wangaya lebih tua usianya daripada RSUP Sanglah. Penjara (gevangenis) berlokasi di Jalan Diponegoro yang di selatan dan utaranya (agak jauh) ada kantor polisi. Selama ini Penjara Denpasar dianggap berdiri 1916, nyatanya sudah ada dalam Peta 1915. Di sinilah pelaku kriminalitas dihukum, termasuk pencuri yang melakukan aksinya untuk membeli madat. Tahun 1986, Penjara Denpasar dipindahkan ke Kerobokan. Lokasi penjara di Jalan Diponegoro dijadikan pusat pertokoan Kertha Wijaya. Di Selatan penjara, dulu ada lapangan, disebut dengan Lapangan Pekambingan.

Dulu lapangan ini sering dijadikan tempat hiburan pasar malam. Tahun 1980-an akhir,

lapangan ini ditukar-guling, dijadikan pusat pertokoan, di sana kini ada antara lain Kantor Bank BCA dan BNI.

Peta Denpasar 1915 menunjukkan ada dua kantor Pemadam Kebakaran. Satu terletak di Jalan Beliton (selatan Kantor Kodam), satu lagi di pojok Jalan Wahidin dan Thamrin ujung barat Jalan Gajah Mada. Sampai tahun 1970-an, daerah ujugn Barat Jalan Gajah Mada itu dikenal dengan Batan Moning, namun kini lebih dikenal dengan sebutan Wahidin, nama jalan di sana. Penyediaan dua pemadam keba-karan oleh pemerintah kolonial Belanda waktu yahun 1915 menunjukkan mungkin saat itu sering terjadi kebakaran. Atau, ini merupakan indikasi dari kehati-hatian Belanda menjaga propertinya, menjaga keselamatan kantor-kantor pemerintah jika terjilat si jago merah atau dibakar orang tidak bertanggung jawab.

Yang belum AdaPeta Denpasar 1915 tidak menunjukkan

ada bangunan di sebelah timur. Di sebelah timur Alun-alun kosong, tidak tercantum ada bangunan apa pun. Museum Bali yang kini ber-cokol di sana rampung 1932. Pura Jaganatha, di utaranya, yang dirintis pembangunannya 1960-an, juga tidak ada di sana tahun 1915.

Bali Hotel dibangun tahun 1928 oleh KPM Belanda, juga tidak ada dalam peta ini. Namun, di sekitar lokasi Bank Dagang Bali (kini) alias di barat laut Bali Hotel, dulu ada pesanggrahan atau penginapan. Lokasi penginapan inilah yang tampaknya diperluas untuk menjadi area Bali Hotel, khususnya bangunan di Barat jalan.

Satu hal lagi yang tidak tergambar dalam peta adalah gudang senjata Belanda. Inilah gurauan seorang teman setelah melihat Peta Denpasar 1915, terutama setelah dia melihat ada gambar rumah opium dalam peta.

Arti PetaDalam kondisi absennya foto-foto, masa

lalu sebuah kota bisa dibayangkan atau dik-etahui dari peta-peta yang ada. Peta memiliki arti yang sangat penting. Seperti terang dari tulisan di atas, Peta Denpasar 1915 memberi-kan banyak informasi tentang pembangunan kota waktu itu, mulai dari pembangunan kan-tor pemerintahan, sekolah, penjara, gudang opium, kantor polisi, sampai dengan kantor pemadam kebakaran.

Dalam derasnya arus perubahan, mungkin baik direnungkan, untuk kita menggambar peta kota secara berelanjutan jika ingin merekam wajah kota kita dalam denyut nadi peruba-han. Ada banyak cara yang bisa dilakukan termasuk membuat fi lm dokumenter, tetapi peta adalah cara tradisional yang tidak kalah pentingnya, yang banyak kelebihannya dari media dokumenter lainnya.

Penulis adalah warga kota Denpasar dari

Padangsambian.

31

MESKI sejumlah SKPD telah berhasil meraih sertifi kat ISO, namun Walikota Den-pasar, IR Rai Dharmawijaya Mantra, saat menerima sertifi kat ISO untuk RSUD Wangaya tetap mewanti-wanti agar perbaikan pelayanan publik oleh Pemerintah harus dilakukan secara bertahap untuk perubahan, sehingga sesuai dengan keinginan dalam mewujudkan pelay-anan prima kepada masyarakat.

Melalui sertifikasi ISO 9001:2008 yang diterima beberapa SKPD Pemkot Denpasar dan saat ini diterima oleh RSUD Wangaya dapat memulai perubahan menuju manajemen Rumah Sakit yang lebih baik.

Sertifi kat ISO 9001 : 2008 dari Direktur Op-erasional Sucofi ndo International Certifi cation Services Ganis, diserahkan pada puncak HUT RSUD Wangaya ke-92, Senin (7/1) di halaman Rumah Sakit setempat. Walikota Rai Mantara mengungkapkan, apa yang dilakukan RSUD Wangaya dalam menerima Sertifikasi ISO ini sebagai keberanian untuk melakukan pe-rubahan manajeman, serta sebagai komitmen untuk menjadikan RSUD Wangaya menjadi yang lebih baik kedepan.

Rai Mantra pu mengingatkan, dengan diterimanya sertifi kasi ISO, RSUD Wangaya sebagai rumah sakit tertua di Bali tidak merasa

puas terhadap hasil yang dicapai saat ini, tetapi harus merasa puas terhadap proses untuk mencapai hasil terbaik. Pemerintah Kota Denpasar juga telah melakukan persiapan untuk merancang kedepan terkait dengan standarisasi pelayanan di masyarakat. Tun-tutan pelayanan kesehatan masyarakat oleh Pemerintah tidak saja membangun public value sebagai tanggungjawab, tetapi juga membangun private value dengan pihak swasta, hal ini tidak terlepas dari tuntutan ke-majuan teknologi informasi yang berkembang cepat saat ini.

Setelah diraihnya ISO sebagai standarisasi bekerja, serta dapat mengukur apa yang harus dicapai, sehingga dapat memiliki identifi kasi dan spesifi kasi, yang nantinya mampu memiliki identitas hospitality. Melalui sertifi kasi ISO juga dapat memiliki perbedaan dengan kreativitas dan inovasi RSUD Wangaya dapat unggul serta memiliki perbedaan dengan Rumah Sakit lain di Bali. “Saya Apresiasai dan berterimaksih dengan diraihnya sertifi kasi ISO 9001:2008 oleh RSUD Wangaya, yang memiliki kebera-nian untuk melakukan perubahan manajemen menjadi yang lebih baik,” ujar Rai Mantra.

Direktur RSUD Wangaya, dr. Setiawati Hartawan mengatakan dalam meningkatkan

pelayanan Publik khususnya pelayanan kes-ehatan kepada masyarakat yang diwujudkan dengan pengalokasikan anggaran untuk reno-vasi gedung poliklinik rawat jalan dan gedung Kasuari. Hal ini berdampak pada peningkatan kunjungan masyarakat dari tingkat hunian kamar rumah sakit tahun 2012 mencapai 77,41 persen. Di samping itu RSUD Wangaya secara berturut-turut pada tahun 2011 dan 2012 menerima penghargaan Juara I sebagai Gerakan Rumah Sakit Sayang IBU Tingkat Propinsi Bali. Dan pada tahun 2013 ini sudah dilakukan pula penyusunan Standar Akredi-tasi baru yang mengacu JCI (Joint Comission International).

Direktur Oprasional Sucofi ndo International Certification Services (SICS) Ganis, men-gatakan RSUD Wangaya telah membuktikan melakukan peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan menerapkan mutu pelayanan standar ISO. Ruang lingkup Sertifi kasi yang telah dilakukan diantaranya pada poliklinik bedah, Poliklinik anak, Mata, THT, dan Kulit Kelamin. “Selamat dan bangga terhadap jajaran Pemkot Denpasar khsusnya RSUD Wangaya atas keberhasilan meraih sertifi kat ISO 9001:2008 dari Sucofi ndo,” ujar Ganis. hum

Denpasar Menuju Pelayanan ayanan Berstandar ISO

Menuju Manajemen Rumah Sakit yang Lebih Baik

Sewaka dharma GATRA PRAJA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 14 of 22 - Pages(14, 31)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 14 of 22 - Pages(14, 31) 2/21/2013 4:35:04 PM2/21/2013 4:35:04 PM

Page 15: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

30

BERAWAL dari keinginan memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, Pemerintah Kota Denpasar di bawah

kendali duet IB. Rai Dharmawijaya Matra- IGN Jaya Negara, terus mendorong seluruh SKPD dapat melayani kepentingan ma-syarakat dengan sebaik-baiknya. Komitmen seperti itu terus digelorakan dengan harapan pelayanan yang diberikan nantinya mengacu pada pelayanan ber-standar manajemen mutu sebagaimana yang tertuang dalam ISO (International Organization for Standardization) 9001-2000.

Untuk menuju serta mewujudkan pelayanan berstadar ISO, Walikota beserta seluruh jajarannya dengan komitmen ‘membaja’ berupaya mewu-judkan pemerintahan yang bersih dan baik (clean dan good government). Karenanya, semua SKPD dan instansi yang ada di Kota Denpasar harus terus melakukan pembenahan pelayanan dan sesua i dengan s tandar operas iona l prosedur (SOP) yang mengacu pada pelayanan berstandar ISO. Pemerintah Kota menyadari sepenhnya, pelayanan prima merupakan salah satu dambaan

masyarakat yang mesti diberikan oleh seluruh steakholdres di lingkungan pemer-intahan maupun pihak swasta.

Upaya sungguh-sungguh yang dilakukan Walikota IB Rai Mantra beserta seluruh jaja-rannya dalam memberikan dan mewujudkan pelayanan publik, ternyata ‘berbuah manis’.

Hal itu terbukti dengan ditetapkannya Kota Denpasar oleh Kementerian Pendaya-gunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, sebagai salah satu daerah per-contohan dalam membangun sistem mana-jemen mutu (SMM-SNI ISO 9001-2008) pada level pemerintah daerah. Pengakuan itu berdasarkan sejumlah prestasi yang dibukukan Pemkot Denpasar, diantaranya,

Pemkot Denpasar berhasil memperoleh skor Indeks Integritas Pelayanan (IIP) dari KPK pada tahun 2009 dengan skor 7,48. Skor ini sekaligus mejadikan Denpasar menduduki ranking I dari 49 kabupaten/kota di negeri ini. Kemudian skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) berdasarkan survey TII tahuun 2010, Pemkot Denpasar juga menempati ranking I dari 50 kabupaten/kota di Indonesia dengan skor 6,471.

Hingga memasuki usia Pemerintah Kota yang ke-21 serta Kota Denpasar yang saat ini berusia 225 tahun, tercatat sejumlah SKPD berhasil memperoleh ISO, di anta-ranya, Dinas Perizinan, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), Puskesmas II Denpasar Selatan, Puskesmas III Denpasar Selatan, RSUD Wangaya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Sementara Dinas Kesehatanan saat ini masih dalam proses dan persiapan ISO. Sedangkan untuk seko-lah yang sudah meraih ISO yakni SMPN 1, SMPN 3, SMAN 1, SMAN 5, SMKN 1, SMKN 2, SMKN 3, SMKN 4, SMKN 5 Den-pasar, SMA Kertawisata, SMA PGRI I, SMK Farmasi Saraswati, dan SMA PGRI III.

Sekda Kota Denpasar, Drs AA Ngu-rah Rai Iswara, Msi., dalam arahannya kepada Instansi yang telah mendapatkan sertifikat ISO, menekankan, pelayanan-pelayanan yang diberikan pemerintah kepada masyarakat ataupun pihak swasta, pada prinsipnya dalam upaya mewujudkan

Clean Government sebagai implemen-tasi kepemerintahan yang baik (Good Governance) sesuai dengan aturan ataupun mekanisme yang ada dalam pemerintahan. Karenanya, dalam upaya mencapainya, sebagai aparatur pemerintah harus dapat memahami tupoksinya (Tugas Pokok dan Fungsi).

Pemkot Denpasar dalam menyikapi masalah tersebut tidak bisa berjalan sendiri, namun tetap memerlukan peran dan dukungan penuh masyara-

kat luas, juga partisipasi dari kantor dan organisasi yang sifatnya vertical. Sesuai dengan Road Map Reformasi Birokrasi dan UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, Pemkot Denpasar dijadikan sebagai daerah percontohan dalam membangun SMM (Sistim Managemen Mutu ) dan SNI (Standar Nasional Indonesia) ISO 9001 : 2008 yang khusus untuk level Pemda.

Denpasar Menuju Pelayanan Denpasar Menuju PelaBerstandar ISOBerstandar ISO

PENGHARGAAN. Walikota I.B Rai Dharmawijaya Mantra saat menerima Sertifikat ISO 9001 : 2008 dari Direktur Oprasional Sucofindo International Certification Services Ganis, yang diserahkan pada puncak Hut RSUD. Wangaya Ke-92.

GATRA PRAJA Sewaka dharma

Upaya sungguh-sungguh yang dilakukan Walikota IB Rai Mantra beserta seluruh jajarannya dalam memberikan dan mewujudkan

pelayanan publik, ternyata ‘berbuah manis’

SALAH satu ciri khas proses pem-bangunan yang dilancarkan Pemkot Denpasar adalah penciptaan brand

atau branding yang akurat, memikat, sarat nilai dan makna.

Secara umum, branding diidentikkan sebagai merk dagang karena banyak digunakan dalam pro-mosi atau pemasaran produk usaha dan jasa. Namun, pada hakikatnya branding adalah simbol atau ikon untuk ber-interaksi atau komunikasi. Dalam proses pembangunan, interaksi atau komunikasi sangat perlu karena dari sana dukungan aparat dan masyarakat bisa digali, dikem-bangkan, dan digalakkan. Sangkil dan mangkusnya komunikasi pembangunan sangat ditentukan tersedia tidaknya sa-rana komunikasi atau simbol atau brand-

ing yang ampuh. Dua contoh branding dalam pemban-

gunan Kota Denpasar yang diciptakan Walikota Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra adalah ‘Kota Berwawasan Budaya’ dan ‘Sewaka Dharma’. Branding pertama

sebagai cita-cita, misi, sekaligus tujuan pembangunan keseluruhan menjadikan Denpasar sebagai ‘Kota Berwawasan Budaya’, sedangkan simbol atau branding Sewaka Dharma memiliki arti ‘melayani sebagai kewajiban’ yang merupakan dasar untuk menciptakan budaya (baru) dalam jajaran briokrasi atau staff pegawai.

Di luar kedua branding itu, masih ada beberapa branding yang menjadi tema dari beberapa program seperti terlihat dalam acara tahunan Denpasar Festival yang digelar setiap akhir Desember.

Dalam teori sosiologi, ada tiga pers-pektif utama untuk memahami dinamika masyarakat dan ke-masyarakatan, yaitu perspektif interaksionis simbolik, perspe-ktif fungsionalis, dan perspe-ktif konflik. Penganut paham

interaksi simbolik memahami dinamika masyarakat dari penciptaan dan peng-gunaan symbol-simbol untuk berinteraksi. Simbol-simbol itu diberikan makna, dan masyarakat menyesuaikan tindakannya dengan makna simbol yang diyakini . Simbol menjadi orientasi dari perilaku dan tindakan.

Pentingnya ’Branding’ dalam Pembangunan

Oleh I Nyoman Darma Putra*

Sewaka dharma SAJIAN UTAMA

15

Simbol-simbol itu diberikan makna, dan masyarakat menyesuaikan tindakannya

dengan makna simbol yang diyakini.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 15 of 22 - Pages(30, 15)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 15 of 22 - Pages(30, 15) 2/21/2013 4:35:05 PM2/21/2013 4:35:05 PM

Page 16: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

SAJIAN UTAMA Sewaka dharmaPenganut paham fungs iona l a tau

fungsionalis melihat dinamika masyarakat sebagai hasil berjalannya fungsi-fungsi berbagai kelompok sosial atau profesi. Kelompok atau warga masyarakat bertin-dak sesuai dengan fungsi yang dimiliki. Penganut paham konflik melihat dinamika masyarakat terjadi karena adanya kon-flik berbagai kepentingan dari berbagai kelompok atau golongan. Mereka me-lihat bahwa di masyarakat sederhana, homogen, a tau kompleks dan heterogen, konflik akan selalu ada karena konflik (termasuk revolusi) dianggap sebagai dasar untuk melakukan perubahan. Kalau pen-ganut paham fungsionalis melihat masyarakat dari aspek posit i f , sedangkan penganut perspektif konflik dianggap melihat dinamika masyarakat dari energi negative atau dekonstruktif.

Dalam dunia bisnis dan usaha, simbol untuk berinteraksi identik dengan branding . Simbol atau branding merupakan sarana uta-ma dalam kegiatan promosi dan pemasaran. Selain itu, branding juga dasar untuk memosisikan produk agar memikat perhatian dan merebut ha t i pe langgan. Tujuannya adalah meningkatkan penjualan dan menciptakan kes-etiaan konsumen. Dalam konteks pembangunan ko ta , b rand ing adalah untuk meraih kesetiaan publik karena publik adalah kon-sumen pembangunan.

Sebagai pemimpin yang berla-tar belakang dan berpengalaman dalam dunia bisnis dan usaha, pantaslah Pak Walikota Rai Dharmawijaya Mantra menjadikan penciptaan branding sebagai hal prioritas dalam menggerakkan roda pembangunan. Pemberian prioritas dalam menciptakan branding ini diperkuat lagi dengan dukungan dari tim ahli yang tampak berpandangan bahwa sukses t idaknyak program-program pemerin-tahan sangat tergantung dari komunikasi. Komunikasi pembangunan lebih mudah dilaksanakan jika tersedia simbol atau branding yang akurat dan ampuh.

Gagasan dan program pembangunan yang ideal, yang mencakup hayat hidup orang banyak, jika berhasil dikomunika-sikan, mudah dijabarkan dalam sebuah branding yang ampuh, akan lebih mudah mendapat dukungan dan lebih cenderung berhasil. Partisipasi publik akan besar kalau mereka mengerti arah pembangu-nan pemerintah. Sebaliknya, kalau tujuan pembangunan t idak bisa dirumuskan dalam branding atau simbol atau ikon yang akurat, langkah pembangunan akan sulit dikomunikasikan dan sulit mendapat apresiasi dan dukungan aparat dan ma-

syarakat.

Pembangunan Berwawasan Budaya

Simbol atau ikon atau branding Den-pasar sebagai ‘Kota Berwawasan Budaya’ merupakan hasil pemikiran dan pemba-hasan strategis dengan mempertimbang-kan sejarah, potensi budaya, aspirasi masyarakat, dan identitas kota Denpasar.

Branding ini diciptakan dan diperkenalkan terus sebagai visi dan misi pembangunan kota. Pemkot memiliki radio dan lewat siaran radio ini, branding Kota Berwa-wasan Budaya terus disosialisasikan. Dalam tataran permukaan, makna brand-ing dengan mudah bisa ditangkap, meski dalam tataran lebih dalam atau praktek, konsep ini banyak menimbulkan pertan-yaan karena kebudayaan memiliki makna yang luas dan meliputi banyak hal. Meski demikian, usaha-usaha untuk mendapat-kan persamaan penafsiran terus dilakukan lewat program-program kegiatan nyata di bidang seni dan budaya, yang tangible (pembanguan fisik) dan yang intangible (non-fisik).

Pemkot Denpasar meluncurkan banyak sekali program-program pembinaaan dan pembangunan kebudayaan, baik yang tangible maupun yang intangible. Kedua jenis pembangunan ini berbeda tetapi sal-ing berkaitan. Pembangunan tangible di bidang kebudayaan dan sejarah misalnya bisa dilihat dari pembangunan dua patung raja atau pahlawan dalam sejarah Badung/

Denpasar, yaitu patung I Gusti Ngurah Made Agung atau Cokorda Denpasar di perempatan Banjar Taensiat tahun 2009 dan patung Cokorda Pemecutan IX di depan Puri Pemecutan tahun 2012. Pendir ian dua patung pent ing dalam konteks sejarah perjuangan di Denpasar ini melengkapi pendirian patung Puputan Badung tahun 1979 di sisi utara alun-alun Puputan Badung (kini bernama resmi La-pangan Puputan Badung I Gusti Ngurah

Made Agung) . Pembangunan tangible ini juga memiliki dimensi intangible karena lewat semua ikon fisik itu masyarakat dapat memahami sejarah kotanya.

Contoh-contoh pembangunan in tangib le berderet -deret ad-anya. Sebutlah misalnya pelak-sanakaan pentas seni siswa se-tiap minggu di Lapangan Puputan Badung dan pembinaan seka shanti dan seka gong yang dit-ampilkan dalam Pesta Kesenian Bali. Kotingen Denpasar berhasil ke luar sebagai juara umum Ut-sawa Dharma Gita Provinsi Bali tahun 2012, menunjukkan bahwa pembinaan bukan saja formalitas tetapi serius terbukti mencapai prestasi. Denfest tiap tahun yang sudah memasuki tahun ke-5 ta-hun 2012 lalu adalah contoh lain. Di ajang Denfest ini, pembinaan seni budaya sangat sarat adanya, mulai dari pentas seni yang melibat anak-anak sekolah sampai dengan peragaan busana endek.Pelibatan anak sekolah dalam pawai atau pentas seni Denfest sangat strat-egis karena siswa adalah generasi

muda yang menjadi tumpuan masa depan kota dengan segala budaya dan kearifan lokalnya pada masa depan.

Denfest 2012 yang baru lalu mengang-kat tema Kreta Angga Wihita atau Kotaku Rumahku. Tema ini pun adalah sebuah branding. Walaupun tema ini bisa dilihat sebagai sub-branding dari ‘Kota Berwa-wasan Budaya’, perannya sama saja seb-agai symbol komunikasi. Sebagai simbol, tema itu memiliki makna, dan harapannya adalah agar publik bisa memaknai simbol dan berperilaku sesuai dengan makna yang dikandung simbol atau branding tersebut.

Tema Kreta Angga Wihita ini mengand-ung ajakan bagi warga kota meningkatkan kesadaran untuk menjaga dan merawat kota seperti halnya rumah sendiri sehingga nya-man. Program penting dalam Denfest yang merupakan jabaran dari tema itu adalah Jelajah Pusaka Denpasar. Bahasa kerennya adalah Denpasar cultural heritage track. Apa pun istilahnya, dia adalah branding juga.

Jelajah Pusaka Denpasar melibatkan anak-anak sekolah SD dan SMP di Denpasar. Kegiatan yang dikelola bersama Dinas Kebu-

16 29

SATU lagi hasil kreatifi tas perajin Den-pasar meraih penghargaan tingkat Nasional. Adalah I Gst. Made Arsawan

salah seorang perajin endek asal Desa Penatih Kecamatan Denpasar Timur berhasil menore-hkan prestasi gemilang dalam lomba inovator teknologi yang bertajuk Ganesha Innovation Championship Awards (GICA) 2013 yang dilaksnakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu pekan lalu di Hotel Le Meridien Jakarta.

Arsawan yang memperkenalkan endek patra hasil ciptaannya berhasil meraih prestasi sebagai inovasi baru dalam tenun ikat Indo-nesia. Proses penjurian GICA di ITB sangat ketat dan selektif. Penilaian diawali dengan melakukan presentasi karya inovasi di hada-pan para dewan juri.

Dari 29 peserta yang masuk nominasi yang terdiri dari para alumni ITB seluruh Indonesia Arsawan masuk tiga besar. Inovasi Tenun Pa-tra yang diciptakan Arsawan berhasil sebagai pemenang.

Arsawan berhasil menggabungkan teknik

tradisional dan modern yang merupakan teknik dan desain tenun berlandaskan kekayaan budaya kriya asli Bali.

Arsawan yang ditemui di kediamannya Jl. Trenggana Penatih Denpasar Timur, Jumat (15/2) mengatakan kain tenun patra yang diminati kalangan menengah ke atas baik di Bali maupun luar Balii.

“Kain inovasi ini memang diperuntukkan bagi kalangan menengah ke atas dan harg-anya sepadan dengan kualitas,” kata I Gusti Made Arsawan. Kain endek patra tercipta dari proses kreatif sebagai pengembangan dari motif tenun ikat endek yang umumnya berpola geometris.

“Saya mencoba untuk terus mengem-bangkan tenun endek dengan mencurahkan seluruh kemampuan dalam bidang desain dan seni artistik,” ucapnya. Setelah melaku-kan berbagai percobaan muncullah ide untuk mengadaptasi pola baru kain tenun, yakni menggunakan motif pepatraan yang umumnya terdapat pada seni ukir dinding pura, candi, pintu, dan kain prada. Meng-

ingat bentuk motif yang beragam tersebut, maka proses terciptanya sebuah kain tenun patra ini memiliki teknik unik yang tersendiri. Umumnya kain tenun hanya menggunakan teknik ikat, maka kain patra menggunakan cara colek atau lukis. Kendati menggunakan cat dalam proses pewarnaan dan pemben-tukan motifnya, ketahanan warnanya sama dibandingkan kain tenun endek. Hal itu karena dilakukan teknik colek berulang kali hingga mencapai standar ukuran ketahanan kain endek. Cat dipilih yang berkualitas dan tahan lama serta kandungan kimianya masih bisa ditoleransi. Proses yang rumit membutuhkan waktu sekitar dua pekan untuk menghasilkan satu helai kain patra.

Karena prosesnya yang rumit, maka dalam sebulan hanya mampu dihasilkan 125 lembar,» kata Arsawan yang menekuni usaha tersebut di kawasan Penatih, Kota Denpasar. Motif tenun patra mempunyai kelebihan yang membuatnya berbeda dengan tenun endek karena memiliki tema tersendiri mengenai flora dan fauna. pur

Desain Endek Berkibar di Tingkat Nasional

Sewaka dharma GATRA PRAJA

Gusti Made Arsawan Berjaya di ITB

JAWARA. Tiga dari kiri I Gst Made Arsawan ketika menerima penghargaan Ganesha Innovation Championship Awards (GICA) 2013 yang dilaksAakan Institut Teknologi Bandung (ITB), di Hotel Le Meridien Jakarta.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 16 of 22 - Pages(16, 29)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 16 of 22 - Pages(16, 29) 2/21/2013 4:35:06 PM2/21/2013 4:35:06 PM

Page 17: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

unggulan, Denpasar Festival mengacu pada kota Denpasar sebagai sebuah domain interaksi sos-ial yang open-minded, multikultur, multidimensi, dan menjadi nilai tambah bagi keberadaan Bali sebagai entitas kebudayaan yang unik dan daerah tujuan wisata terkemuka di dunia.Denpasar Festival tiap tahun menampilkan tema yang berbeda dan pengemasan yang lebih kreatif. Denfest menampilkan ragam seni budaya, ragam kuliner, ragam textile, ragam fl orikultura, ragam kreativitas komunitas dan ragam potensi unggulan Kota Denpasar. Dan, Denfest ini juga dalam rangka mewujudkan ibu kota Provinsi Bali ini sebagai tujuan wisata dengan menjadikan acara itu sebagai sarana promosi wisata.

Denpasar Festival adalah inisiatif dan langkah strategis. Festival ini merupakan pengejawantahan dari semangat Denpasar untuk menjadikan dirinya sebagai sebuah Kota kreatif berwawasan budaya unggulan. Festival ini merupakan perwujudan dari kerjasama erat masyarakat dan pemerintah, sebuah sinergi antara konsep pembangunan top-down dengan inisiatif bottom-up, guna menciptakan sebuah keseimbangan dalam perubahan dan tantangan dunia yang mengglobal melalui kegiatan-kegiatan serta inisiatifi nisiatif kreatif. Festival ini merupakan bentuk nyata dari seluruh energi potensial yang dimiliki oleh Denpasar dan masyarakatnya.

Festival Pasar TradisionalFestival Pasar Tradisional Kota Denpasar

yang bertemakan “Menuju Pasar Sapta Pe-sona” tidak terlepas dari adanya dorongan untuk memposisikan Pasar Tradisonal se-bagai tourist destination sehingga program revitalisasi Pasar Tradisional yang selama ini

sedang berlangsung akan secara pelan-pelan membangun kesadaran public khususnya pelaku pasar untuk mampu berbenah dalam hal tata kelola dan tata laksana pasar menjadi lebih baik. Kedepan, revitalisasi keberadaan Pasar Tradisional akan menjadi satu kesatuan program city tour Kota Denpasar yang men-gadopsi nilai-nilai Sapta Pesona yaitu ; Ke-amanan, Ketertiban, Kebersihan, Kesejukan, Keindahan, Keramahan, Kenangan.

Implementasi nilai-nilai Sapta Pesona inilah yang menjadi acuan atau indikator/instrumen penilaian pasar –pasar tradisional di kota Den-pasar yang dibuat oleh Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa ( BPM) Kota Denpasar dalam rangka mewujudkan Pasar Ramah dan Segar Berwawasan Bu-daya, Kreatif, Harmoni, dan Berkelanjutan.

Revitalisasi pasar tradisional sebagai sebuah brand/merek/identitas/entitas mesti merangkum elemen-elemen fungsional, emosional, relasi, dan strategis yang bersifat multidimensional yang secara bersamaan menghasilkan sebuah asosiasi yang unik dalam pemikiran publik.

Oleh karena itu, revitalisasi yang akan dike-tengahkan disini tetap mengacu pada kenyataan pasar tradisioanl sebagai sebuah pusat interaksi sosial yang open-minded, multikultur, multidi-mensi, dan menjadi roh/nafas bagi Denpasar. Aspek penting berikutnya adalah mengenai market segmen dari upaya revitalisasi ini: apakah untuk publik domestik atau asing, atau juga untuk kepentingan publik Denpasar, khususnya ibu rumah tangga atau masyarakat pada umumnya.

Intinya perumusan mengenai pasar tradis-ional mesti menghasilkan ‘’citizen pride’’ atau kebanggaan insan publik terhadap en-titas tersebut sehingga ada kepemilikan dan keterikatan publik terhadap apa yang ingin

dipromosikan/dicitrakan – semuanya demi peningkatan minat serta motivasi tercapainya pasar tradisoanl modern, ramah, dan segar.Utsawa Dharma Gita Penyandang Cacat

Perhatian Pemerintah Kota Denpasar ter-hadap penyandang cacat tidak perlu diragukan lagi. Mulai dari pembinaan keahlian hingga bisa bekerja sampai ke pembinaan mental terus digalakkan. Bahkan Pemkot Denpasar memberikan kesempatan seluas-luas untuk berkreasi dibidang seni Budaya salah satunya dengan menggelar Utsawa Dharma Gita yang satu-satu di Bali.

Meskipun kondisi fi sik dan penglihatan tidak normal dibanding orang biasa tapi para penyan-dang cacat (tuna netra) punya keyakinan mampu bersaing dengan orang normal. Apalagi hanya untuk melantunkan kidung-kidung suci. Lomba Tujuan lomba meningkatkan dan membangkit-kan rasa percaya diri para penyandang cacat, sehingga tidak ada lagi istilah minder. Disamping itu juga di jaman globalisasi sekarang ini para pe-nyandang cacat ingin mengajegkan seni budaya Bali dengan tindakan nyata.

Lomba Utsawa Dharmagita merupakan pendukung visi dan misi Kota Denpasar Berwawasan Budaya. Selain itu, lomba utsawa dharma gita juga sebagai penuntun hidup dalam sehari-hari. Hal ini sesuai dengan sastra agama. Selain sebagai penuntun hidup Dharma Gita juga bertujuan untuk menguatkan iman, keyakinan dan bakti kepada Ida Shang hyang Widhi Wasa. Upacara keagamaan kidung ataupun geguritan ini harus selalu ada. Dengan adanya lomba utsawa dharma gita ini para peserta diharapkan dapat meningkatkan keyakinan dan bakti kepada Tuhan.

UNTUK mengangkat kearifan budaya lokal di masing-masing Kecamatan khususnya yang ter-kait dengan ekonomi kerakyatan. Pemerintah Kota Denpasar melalui kegiatan Pekenan Lais Meseluk mampu merubah paradigma ma-syarakat dalam meningkatkan produk lokalnya.

Pasar raya yang kegiatannya dilaksanakan bertepatan dengan menjelang datangnya hari raya Ga-lungan dan Kuningan ini, biasanya digelar secara bergilir di empat kecamatan.

Sebagai aktulisasi dari kegiatan Pekenan Lais Meseluk ini dijual dan digelar berbagai jenis produk yang

diunggulkan seperti produk kerajinan, makanan, pakaian, buah-buahan, minuman, sembako dan lain-lain.

Stand yang paling banyak dimi-nati pengunjung adalah stand yang menjual sembako. Karena stand ini mampu memberikan harga relatif murah dibandingkan dengan harga pasar umumnya. Disamping itu stand bunga juga tidak kalah menarik dibandingkan yang lain.

Kegiatan ini bukan semata-mata hasil yang diprioritaskan namun lebih dari itu yaitu bagaimana merubah paradigma dan main set masyarakat agar mampu membangun ekonomin-ya melalui produk-produk lokalnya.

Nyoman Sutiawan

Pekenan Lais MeselukMembangkitkan Pedagang Kecil

28

GATRA PRAJA Sewaka dharmadayaan, Dinas Kepariwisataan, dan Badan Per-pustakaan Arsip dan Dokumentasi Kota Denpasar ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengenali warisan budaya Denpasar. Rute Jelajah Pusaka Denpasar ini berbentuk kurve Z mulia perempatan Puri Pemecutan (lo-kasi patung Cokorda Pemecutan lX), menyusuri Jalan Thamrin, Gajah Mada, Catur Muka, Jalan Veteran berakhir di Perempatan Taensiat di pa-tung Cokorda Denpasar. Jalur ini mengandung banyak kisah sejarah yang pantas dikenali oleh masyarakat agar mereka bisa lebih mencintai kotanya. Dengan mencintai kotanya, anak-anak diharapkan berperilaku positif terhadap kotanya, bisa menyayangi kotanya seperti menyayangi rumahnya, sehingga kota menjadi nyaman senya-man rumah. Kota yang nyaman buat warganya, adalah juga kot ayang nyaman buat tamunya. Ini penting ditekankan karena Denpasar adalah daerah wisata, yang kedatangan banyak tamu.

Pelaksanaan Parum Param Budaya dalam rangkaian peringatan 106 Puputan Badung, September 2012 lalu, juga merupakan keg-iatan penting dalam proses pembangunan Denpasar sebagai Kota Berwawasan Budaya. Perlu juga disebutkan program baru gress yang diluncurkan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar adalah Rembug Sastra Purnama Bhadrawada, dilaksanakan setiap bulan Purnama di Pura Ja-gatnatha. Rembug Sastra Badrawadha pernah dirintis oleh ahli sastra Ida Bagus Gede Agastia tahun 1980-an, berlangsung beberapa kali, lalu macet. Kegiatan sastra ini kini dihidupkan kem-bali, dengan jadwal sudah tertata sepanjang tahun 2013, sudah dijadwalkan siapa yang akan tampil sebagai pembicara atau narasumber, setiap Purnama. Rembug sastra ini diharap-kan bisa meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra, budaya, dan agama.

‘Branding’ buat Budaya DemokrasiPembangunan kebudayaan tidak saja me-

liputi seni budaya dan tradisi seperti di atas, tetapi juga budaya birokrasi. Dalam jajaran program ini, penting dicatat kecerdasan Wa-likota Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dalam menciptakan konsep Sewaka Dharma di kalangan aparat untuk memberikan pelay-anan kepada masyarakat sebagai kewajiban. Konsep ini menjadi branding ampuh program pelayanan publik di Kota Denpasar.

Penciptaan simbol Sewaka Dharma bisa dilihat sebagai usaha menyiapkan sarana komunikasi, interaksi, dan berperilaku kalan-gan pegawai dalam usaha penciptaan budaya birokrasi dengan keyakinan bahwa ‘melayani adalah kewajiban’. Sewaka Dharma meru-pakan dekonstruksi dari budaya demokrasi regime Orde Baru yang lebih banyak minta ‘dilayani’ padahal mereka digaji oleh ma-syarakat untuk ‘melayani’ publik.

Langkah pembangunan dengan mencip-takan simbol-simbol interaksi atau branding seperti ‘Kota Berwawasan Budaya’, ‘Sewaka Dharma’, dan ‘Kotaku Rumahku’, adalah praktik strategis yang dilaksanakan Pemkot Denpasar selama ini dan pantas diteruskan.

SAJIAN UTAMASewaka dharma

17

Alangkah kreatifnya kalau branding itu bisa diciptakan dengan menggali kekay-aan ungkapan dalam bahasa daerah sehingga sering terasa lebih ‘sakral’.

Dengan menciptakan konsep-konsep yang tepat, menarik, dan akurat, terbukti program-program pembangunan Kota Denpasar lebih mudah tercapai, karena cenderung akan mudah dikomunikasikan, mudah diinternalisasikan oleh masyarakat dan aparat sehingga lebih besar peluang

untuk teramalkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, jika menciptakan istilah

atau branding yang ampuh untuk sebuah program pembangunan belum bisa di-laksanakan, program pembangunan itu sendiri sebaiknya ditunda dulu supaya tidak blunder dalam ketidakjelasan.

* Penulis adalah warga kota Denpasar dan dosen Fakultas Sastra Universitas Udayana.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 17 of 22 - Pages(28, 17)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 17 of 22 - Pages(28, 17) 2/21/2013 4:35:06 PM2/21/2013 4:35:06 PM

Page 18: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

18

SAJIAN KHUSUS Sewaka dharma

DALAM mengelola organisasi publik, seharusnya pejabat yang bertindak sebagai manajer diberikan keleluasaan

melakukan discretion. Yaitu suatu kebebasan yang diberikan kepada pejabat administrasi untuk melakukan suatu tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang-undang atau lebih mengutamakan keefektifan tercapainya suatu tujuan.

Itu disampaikan Gurubesar Fakultas Hu-kum Universitas Padjadjaran Bandung, Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa ketika berbicara di depan peserta Rakerda Kota Denpasar Kamis pekan lalu di Gedung Ksirarnawa Art Centre Denpasar.

Pantja yang membawakan makalah ber-judul Peran Pejabat Publik dalam Era New Public Management memaparkan pejabat pub-lik diberikan keleluasaan melakukan discretion dalam mengambil tindakan. Hadir dalam kes-empatan tersebut Walikota Denpasar I.B Rai Darmawijaya Mantra, pangdam IX Udayana Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya, Kapolda Bali Irjen Pol Arif Wachyunadi Wakil Walikota I GN Jaya Nergara Sekda Kota Denpasar A.AN Rai Iswara, Ketua DPRD Kota Denpasar Wayan Darsa, Pimpinan SKPD Pemkot Denpasar, Jero Bendesa, Camat, kepala desa/lurah, ka-dus/kaling, dan pecalang Se-Kota Denpasar.

Lebih jauh dikatakan, dengan discretion ini para pejabat dapat berpikir dan bertindak sehingga dapat membedakan manajer den-

gan profesi-profesi lainnya seperti guru, dok-ter, insinyur, akuntan yang menggunakan ketrampilan dan profesinal mereka sendiri untuk menghasilkan produk. Menurutnya manajemen di sektor publik mengandung berbagai arti, yakni aspek administrasi dan aspek manajemen. Aspek Administrasi me-nitikberatkan pada penataan berbagai sum-berdaya dengan mengacu pada hukum dan prosedur yang telah ditetapkan. Sedangkan aspek manajemen lebih menitikberatkan pada diskresi dalam mengelola sumber daya untuk mencapai tujuan yang lebih ditetapkan.

Kedua aspek ini dilakukan para manajer dalam rangka melayani publik. Sementara dalam konteks hukum, diskresi ini sering kali keluar dari ketentuan-ketentuan hukum dan prosedur yang ada. Oleh karena itu legalisasi diskresi ini mestinya dilihat dari dua hal. Yakni secara formal seorang manajer memiliki ke-wenangan dalam hal melakukan fungsi-fungsi manajemen, mulai dari planning, organizing, actuating, sampai controlling beserta derivasi fungsi-fungsi lainnya.

Saat ini menurutnya banyak penegak hukum yang tidak memahami hukum dan prosedur yang tidak relefan lagi dengan kon-teks masalah, situasi kondisi dan dinamika organisasi atau masyarakat saat ini. Untuk itu dalam era new public management ini, mestinya semua stakeholders termasuk para

penegak hukum bersama-sama melakukan perubahan mindset dari proses driven, menuju pada tujuan pendekatan driven. Namun sayangnya yang terjadi selama ini, misi dan tujuan justru ditempatkan pada urutan kedua. Sedangkan hukum dan prosedur justru ditem-patkan pada prioritas pertama, sehingga para pejabat publik yang melanggar prosedur sering kali “dimejahijaukan”.

Sekalipun mereka berhasil mewujudkan visi misi organisasinya, sehingga ini sebagai ciri kegagalan penerapan new public manage-ment di Indonesia.

Sementara Walikota I.B Rai Dharmawi-jaya Mantra mengatakan pelaksanaan Rak-erda tahun ini merupakan sinkronisasi antar penekanan rapat kerja nasional pelaksnaan dalam Rakerda. Adapun penekanan akan pentingnya menjaga stabilitas keamanan daerah untuk keberlangsungan pembangunan yang berkelanjutan. Dalam rangka pembangu-nan rencana kerja Pemerintah daerah meru-pakan hal penting karena berfungsi sebagai dasar pertimbangan

Bagi proses perancanaan, dan pelaksanan serta pengendalian dan evaluasi pembangu-nan daerah. Disamping itu juga merupakan rencana pembangunan tahunan yang pada dasarnya disusun untuk mewujudkan visi kota Denpasar tahun 2010-2015, Denpasar kreatif Berwawasan Budaya dalam Keseimbangan Menuju Keharmonisan. pur

Banyak penegak hukum yang tidak memahami hukum dan prosedur yang tidak relevan lagi dengan konteks masalah.

SEMINAR. Prof. Dr. I Gde Pantja Astawa ketika berbicara dihadapan peserta Rakerda Kota Denpasar Kamis (14/2) di Gedung Ksirarnawa Art Centre Denpasar, yang diapit Walikota Denpasar I.B Rai Darmawijaya Mantra, Sekda Kota Denpasar A.AN Rai Iswara, dan Ketua DPRD Kota Denpasar Wayan Darsa.

Prof Pantja

Berikan Keleluasaan ke Pejabat Publik

27

Sanur Vilage FestivalSANUR menjadi tempat menyaksikan ma-

tahari terbit di Pulau Dewata. Kemeriahan di Sanur semakin bertambah dengan diadakannya Sanur Village Festival (SVF). Kini sudah ke-7 kalinya Sanur Village Festival dilaksanakan. Festival akbar warga Pulau Dewata ini memiliki tujuan untuk menjaga pelestarian Sanur sebagai tujuan wisatawan domestik ataupun asing. Pada tahun ini 2012, Sanur Village Festival dibuat dengan tema “Selampah Laku”.

Dengan semangat The New Spirit of Heri-tage, wisatawan yang datang akan dihibur dengan berbagai atraksi kesenian budaya Bali, mulai dari nasional hingga mancanegara.Dalam SVF selalu diadakan ragam atraksi seru dan menarik, seperti parade musik, olahraga, seni tari, body painting, festival makanan, festival jukung, festival layang-layang, pelepasan bayi penyu, kampanye pembersihan pantai, sampai auto classic yang menampilkan mobil-mobil tua.

Denpasar FestivalKOTA Denpasar selalu memberi ruang ke-

hidupan masyarakat urban yang pertisipatif dan dinamis dengan nuansa tradisi yang merangkul moderninasasi. Denpasar ternyata mampu mem-berikan representasi kota yang nyaman, layak dan selalu membuka ruang imajinasi khususnya bagi kaum remaja. Model kota yang makin mampu mensinergikan pertumbuhan ekonomi, teknologi, spirit heritage, nuansa estetika dan roh spiritualitas. Kota yang kaya kreasi dan prestasi dengan layanan yang prima dibidang pendidikan, perdagangan, pariwisata, kebudayaan, lingkun-gan, dan kesehatan.

Sebagai kota yang berwawasan budaya, Pemerintah Kota Denpasar senantiasa kon-sisten dalam menggali, mengembangkan, dan melestarikan potensi budaya lokal masyarakat. Melestarikan dan mengembangkan kesenian Bali serta memberdayakan sekaa kesenian, seniman dan kebudayaan. Melestarikan dan memberdayakan lembaga-lembaga tradisional. Menggali, memelihara dan melestarikan nilai-nilai peninggalan budaya, sejarah kepahlawanan dan potensi warisan budaya yang hidup di masyara-kat. Menyelamatkan, mengkaji, merawat, men-dokumentasikan dan mengembangkan naskah budaya Bali. Dan, mengembangkan nilai-nilai budaya lokal genius yang adiluhung.

Wujud kepedulian tersebut diejawantahkan dalam bentuk Denpasar Festival yang dikenal

dengan nama Denfest yakni sebagai salah satu langkah menggapai visi yaitu terciptanya Kota Denpasar Berwawasan Budaya dengan Keharmonisan dalam Keseimbangan. Sampai tahun 2012 ini sudah lima kali Pemerintah Kota Denpasar menggelar kegiatan Denpasar Fes-tival. Festival rakyat ini selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat kota.

Denpasar Festival (Denfest) adalah ajang penampilan puncak-puncak kebudayaan dan

kreatifitas masyarakat Kota Denpasar. Den-fest sebuah perayaan akhir tahun, terbuka untuk umum, menampilkan keragaman dan kekayaan ekspresi serta kreatifi tas yang lekat dengan Kota Denpasar, selanjutnya tere-jawantahkan melalui beragam agenda seperti pameran, seminar, talk show, aneka ragam hi-buran seni dan budaya baik yang bernuansa tradisional, moderen, maupun avant-garde.Dalam bingkai puncak kreatifi tas dan budaya

Mempromosikan Destinasi WisataDestinasi Wisata Melepas Matahari

Menyongsong Tahun Baru dengan Pementasan Budaya

DI akhir pelaksanaan Denpasar Fes-tival dilanjutkan dengan acara “Melepas Matahari”. Acara ini merupakan rang-kaian dari “Denpasar Festival yang dis-elenggarakan setiap tahun sekali di akhir tahun. Acara Melepas Matahari biasanya menjadi penutup Denpasar Festival yang

diselenggarakan setiap tahun.Acara melepas matahari ini diawali

parade yang diikuti anak-anak sekolah menampilkan berbagai pergelaran, disu-sul aneka jenis hiburan secara sambung-menyambung hingga detik-detik pergan-tian tahun menuju tahun baru.

Sewaka dharma GATRA PRAJA

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 18 of 22 - Pages(18, 27)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 18 of 22 - Pages(18, 27) 2/21/2013 4:35:07 PM2/21/2013 4:35:07 PM

Page 19: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

26

PULAU Serangan yang berada di ka-wasan Denpasar Selatan merupakan kawasan strategis dalam pengem-

bangan kepariwisataan di Kota Denpasar. Kawasan ini sedang ditata menjadi destinasi wisata istimewa. Letak geografi snya dikelilingi destinasi wisata utama seperti Tanjung Benoa dan Nusa Dua di Selatan. Kawasan wisata Sanur berada di belahan timur. Ada kawasan Pelabuhan Laut Benoa di bagian barat. Dari jantung Kota Denpasar lokasi ini bisa ditempuh hanya 15 menit.

Dari luas kawasan 523 hektare ini berbagai upaya dilakukan untuk memberdayakan aktivitas wisata di desa adat ini. Ada beberapa unit usaha yang dikelola di bawah manajemen badan usaha milik desa adat, antara lain transportasi, konservasi penyu, konservasi terumbu karang, dan program perencanaan water sport.

Adanya objek wisata keluarga kandang terapung lumba-lumba yang dikelola Dolphin Lodge Bali menjadi daya tarik lain kawasan ini. Kandang terapung lumba-lumba merupakan salah satu pesona Pulau Serangan saat ini. Para pelancong tak perlu jauh-jauh mencari lokasi atraksi lumba-lumba.

Serangan Island Green Festival ini hendak memetakan potensi Pulau Serangan untuk menun-jang perekonomian berkelanjutan bagi masyarakat Pulau Serangan dan memosisikan Pulau Serangan sebagai ikon ekologi Pulau Bali. Acara yang digagas Pemerintah Kota Denpasar bersama masyarakat Pulau Serangan dengan didukung komunitas dan masyarakat kota Denpasar.

Beragam pesona lingkungan, sosial-kultural dan pariwisata yang sedari dahulu telah menjadi nilai tambah bagi konstelasi kepariwisataan di sepanjang area Denpasar, Sanur, Benoa dan Nusa Dua ini telah mengalami sebuah trans-formasi fisikal dengan adanya penambahan luas daratan melalui reklamasi, Pulau Serangan tetap bertahan sebagai sebuah ikon mentalitet yang sarat akan nuansa keindahan bahari dan keluhuran spiritual; sebuah keniscayaan akan “Pulo Mas” (tanah dengan hamparan kilau pasir kuning keemasan) yang senantiasa membuai para pengunjungnya dengan rasa sayang, harmoni dan kenangan – sebuah “state of mind” yang dikenal oleh masyarakat setempat sebagai sira angen, yang diyakini sebagai awal mula penyebutan Serangan yang berarti siapa yang melihat akan terpikat.

Di sektor pari-wisata Pemkot Denpasar terus memacu aktivitas page-laran festival untuk mem-promosikan destinasi wi-sata yang ada di kawasan ini, agar tidak tenggelam.

Pagelaran Festival

Mempromosikan Destinasi WisataMempromosikan

GATRA PRAJA Sewaka dharma

FESTIVAL. Festival Serangan mempromosikan pariwisata Serangan.

19

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

JADWAL ACARA PERINGATAN

HARI ULANG TAHUN KE-225KOTA DENPASAR

TAHUN 2013

PANITIA PERINGATAN HUT KE-225

KOTA DENPASAR

2013

JADWAL ACARA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-225

KOTA DENPASAR TAHUN 2013

SAJIAN KHUSUSSewaka dharma

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 19 of 22 - Pages(26, 19)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 19 of 22 - Pages(26, 19) 2/21/2013 4:35:08 PM2/21/2013 4:35:08 PM

Page 20: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

20

SAJIAN KHUSUS Sewaka dharma

KEGIATAN lomba Baleganjur Serangan Umum Kota Denpasar adalah untuk me-lestarikan seni gamelan Baleganjur serta untuk menumbuhkan kreatifi tas berkesenian dikalangan generasi muda Kota Denpasar. Kegiatan ini sekaligus juga untuk mendukung pencapaian Visi Kota Denpasar sebagai Kota Kreatif Berbasis Budaya Unggulan.

Seperti pelaksanaan tahun sebelumnya setiap pentas seni yang digelar Pemerintah Kota Denpasar tidak pernah sepi dari penon-ton. Aktualisasi kegiatan ini adalah melibatkan seniman se-Kota Denpasar. Dalam lomba ini peserta diajak untuk menjunjung tinggi nilai-nilai sportifi tas.

Parade Ogoh-OgohSalah satu ciri unik sehari menjelang

perayaan hari suci Nyepi di Kota Denpasar adalah pawai adanya ogoh-ogoh. Ukurannya berbagai macam namun biasanya cukup besar hingga membutuhkan belasan orang untuk mengangkatnya untuk diarak keliling desa. Bentuk ogoh-ogoh umumnya seram yang identik dengan “bhuta kala” namun seiring berkembangnya jaman banyak juga ogoh-ogoh berbentuk lucu, seperti sinchan, upin-ipin dan lainnya.

Bentuk ogoh-ogoh khususnya di Kota Den-pasar dari tahun ke tahun mengalami perkem-bangan yang sangat besar. Perkembangan teknologi juga memiliki peranan yang sangat

besar dalam pembuatan ogoh-ogoh terutama dalam bentuk mengalami komodifi kasi dan abstraktif yang sangat menarik.

Ogoh-ogoh sekarang sudah menjadi identitas Bali dan ikon pariwisata budaya Indonesia yang dikenal dunia. Ogoh-ogoh telah dikenal dengan keunikan budaya yang berkaitan dengan agama Hindu, seperti yang terdapat dalam fi lsafat perayaan Nyepi. Ogoh-

ogoh memiliki banyak ragam hias disesuaikan dengan bentuk yang ditampilkan, begitu juga pula dengan pewarnaanya sudah mengalami banyak kemajuan, bahkan sudah mempergu-nakan teknik-teknik tinggi seperti air brush.Ogoh-ogoh salah satu produk seni budaya masyarakat Bali yang didalamnya mengand-ung sejumlah nilai diantaranya seni, etika dan estetika.

Lomba Baleganjur Serangan Umum Kota Denpasar Membangkitkan Sportifitas Berbudaya

25

Sewaka dharma GATRA PRAJA

OGOH-OGOH: Ogoh-ogoh kini menjadi tren dalam setiap acara pangerupukan.

BALEGANJUR. Baleganjur dilombakan untuk kalangan remaja.

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 20 of 22 - Pages(20, 25)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 20 of 22 - Pages(20, 25) 2/21/2013 4:35:15 PM2/21/2013 4:35:15 PM

Page 21: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

Kebangkitan Budaya

KEBANGKITAN budaya sebuah kegiatan yang dilatarbelakangi dengan adanya ber-bagai perubahan dalam budaya Bali serta realita bahwa belakangan ini telah banyak ter-jadi penyimpangan dengan akulturasi budaya luar yang menimpa pada kaum remaja di Kota Denpasar dan Bali umumnya.

Dampak dari realita tersebut adalah dit-inggalkannya Budaya Bali. Ini terjadi karena derasnya serbuan dari budaya luar Bali. Sebagai genarasi muda harus terpanggil dan ikut bertanggung jawab untuk tetap melestari-kan budaya Bali, sebagai warisan yang tidak ternilai harganya. Aktifi tas dan aktualisasi bu-daya ini harus tetap tumbuh dan berkembang ditengah masyarakat Bali.

Deklarasi kebangkitan Budaya Bali dikemas dengan mengabungkan antara hal-hal yang unik dan menarik mulai dari seni tari tradisi sampai tari modern yang dinamis, demikian juga dikolabora-sikan antara Seni dan budaya seperti penampilan wayang Cenkblonk yang diselaraskan atau di medley dengan Barong, Band dan Joged.

Selain diisi parade budaya pada kegiatan ini juga disuguhkan dengan berbagai hidangan makanan tradisional yang dikemas dengan acara pekenan lawas. Jadi para pengunjung disug-uhkan aneka makanan tradisional tempo dulu.

Pekan Seni RemajaPekan Olah Raga dan Seni Pelajar (pors-

enijar) Kota Denpasar sebagai puncak kegiatan olah raga di tingkat Kota Denpasar. Porsenijar merupakan ajang pembinaan atlet dan artis yang nantinya dipersiapkan dalam ajang yang lebih tinggi ke tingkat propinsi. Aktulisasi dari pelaksanaan Pekan Seni

Remaja ini dalam bentuk dolanan anak-anak TK, ‘’macecimpedan’’. mapidarta bahasa Bali, mesatua Bali dan membaca aksara Bali. Even ini adalah wadah yang sangat strategis untuk menjaring atlet dan siswa yang berpotensi di bidang seni, sekaligus melestarikan olah raga dan seni yang nyaris dilupakan. Kegiatan ini biasanya dilangsungkan pada Maret dan diikuti seluruh pelajar se-Kota Denpasar.

Porsenijar secara tidak langsung dapat melakukan pembinaan para atlet dan artis secara berkesinambungan agar prestasi yang diperoleh tidak mandeg. Aktualisasi kegiatan Pekan Seni Remaja yakni sebagai ajang kompetensi melalui pertandingan dan unjuk kebolehan baik dalam olah raga maupun seni. Di sarnping itu, juga un-tuk menyiapkan atlet-atlet dan artis untuk tampil di Porsenijar Propinsi Bali.

Pada Porjar dipertandingkan 18 cabang olah raga meliputi sepak bola, atletik, renang, bola volley, catur, bulu tangkis, sepak takraw, panjat tebing, basket, pencak silat, senam, karate, soft ball, yudo, taekwondo,bola volley pasir, tenis meja, tenis lapangan. Khusus

untuk cabang sepak bola dikaitkan dengan pelaksanaan liga pendidikan Indonesia (LPI) yang mana persyaratan Porjar mengacu ke-pada persyaratan LPI. Untuk PSR dilombakan 15 jenis cabang seni diikuti oleh pelajar TK, SD, SMP, SMA/SMK se-Kota Denpasar yang pelaksanaanya dipusatkan di Gedung Werdi Budaya Art Centre Denpasar.

Untuk bidang seni dan budaya, jenis lomba yang digelar yakni Menyalin aksara latin ke ak-sara Bali, Tari ( Legong Kraton, Cendrawasih dan Nelayan ), Mesatua bahasa Bali, gender wayang berpasangan, makendang tunggal, macecimpedan, macepat berpasangan, membaca aksara Bali, paduan suara, melukis, rindik berpasangan, mapidarta bahasa Bali, makidung, lagu pop Bali dan inggris, tata busa-na adat berpasangan, membaca puisi, dharma wacana, makekawin serta dolanan untuk anak TK. Pada Porsenijar ini memperebutkan juara umum dari masing-masing tingkat SD, SMP, SMA/SMK ditambah dengan piala bergilir dan piala tetap Wali Kota, piagam penghargaan dan uang pembinaan.

PERADE gong kebyar diadakan untuk memberikan wadah dan wahana bagi sekaa-sekaa gong kebyar yang saat ini sudah mulai tumbuh dan berkembang di banjar-banjar. Dengan adanya kegiatan ini banjar-banjar sebagai kantong seni dan budaya di Kota Denpasar akan semakin eksis dalam meles-tarikan kesenian tradisional Bali. Seni tari dan tabuh yang merupakan warisan budaya yang adi luhung akan tetap ajeg dan lestari. Di samping juga untuk meningkatkan kreativitas dan menumbuhkan bibit-bibit baru dibidang kesenian. Dengan tumbuh dan munculnya kreativitas dari seniman-seniman cilik dan ibu-ibu PKK akan dapat mendukung ter-ciptanya Kota Denpasar yang berwawasan

budaya. Dan kegiatan seperti ini juga meru-pakan salah satu bentuk implementasi dari program Kota Kreatif yang berbasis budaya unggulan.

Berdasarkan pengamatannya dari tahun- ketahun kuantitas dan kualitas peserta dalam parade gong kebyar yang digagas Tim Penggerak PKK dan Dinas Kebudayaan Kota Denpasar terus men-galami peningkatan. Antusiasnya sekaa yang tersebar di 4 kecamatan ini mengikuti parade tahun ini sebagai jawaban atas keraguan para pengamat selama ini, di-mana Denpasar yang notebenenya tingkat heteroginitasnya sangat tinggi mampu meregenerasi seniman.

Gong Kebyar Anak dan PKK

Mewariskan Budaya AdiluhungMewariskan Budaya AdiluhungmmmmessseetttuuumDDDDesseeessDDDeDDDDtttataaatttaattttttatat rtttataaatttabbaaaaadaaasssaaasssssdddddadadddddddddddddddkkkekekekkkrrkkrkrkkkkkk eeiiiiibbbbiiiiiibuucciiciccciccccicippp

24

GATRA PRAJA Sewaka dharma

21

SAJIAN KHUSUSSewaka dharma

53 21 s/d 17.00 s/d PEMBUKAAN Depan Pura Sanggar Jepun 24 selesai PAMERAN LUKISAN Jagatnatha Putih Pebruari ANAK-ANAK 2013

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 21 of 22 - Pages(24, 21)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 21 of 22 - Pages(24, 21) 2/21/2013 4:35:17 PM2/21/2013 4:35:17 PM

Page 22: Majalah Sewaka Dharma Edisi No 1 Tahun 2013

DENPASAR sebagai ibukota Provinsi Bali telah menetapkan visi mewujudkan Kota Berwawasan Budaya. Visi tersebut

senantiasa diwujudkan dalam kehidupan se-hari hari masyarakat kota dan terbalut dalam bentuk keseimbangan dalam keharmonisan.

Implementasi pengembangan ekonomi kreatif dan pemberdayaan ekonomi kerakyatan tersebut diwujudkan melalui misi pemberday-aan masyarakat yang dilandasi kebudayaan Bali dan kearifan lokal. Begitulah Denpasar dengan karakteristik kota kreatif, berwawasan budaya unggulan, sebagai jantungnya pulau Bali, inspiratif, kokoh dalam jati diri berbasis ke-budayaan dan kental dengan spirit multikultural.Denpasar, sebagai ‘’The Heart of Bali’’, selama rentang historisnya telah terbukti menjadi pintu gerbang utama bagi dunia internasional di Nus-

antara dan sebagai domain yang terbuka bagi berbagai proses kebudayaan (transformasi, akulturasi dan amalgamasi). Denpasar dan warganya juga menjalani pula berbagai tahapan evolusi ekonomi, baik agrikultur, industri, informasi dan kreatif yang seolah membaur menjadi satu akibat dunia yang makin datar dan percepatan teknologi informasi dan komputer.

Denpasar adalah lokalitas di Bali yang mempunyai program/festival paling kompre-hensif dalam mengetengahkan capaian kre-atif, baik tradisonal, modern dan kontemporer. Denpasar, kini bukan saja menjadi ibu Kota Provinsi Bali, akan tetapi sudah menjelma menjadi kota yang kreatif, inovatif, aspiratif, dan imajinatif.

Ada beberapa kegiatan dari leading sektor yang menjadi program tahunan pemerintah Kota Denpasar yang berbasis budaya dengan kearifan lokal di antaranya: Maha Bandana Prasada, Kemah Budaya, Kebangkitan Budaya, Pekan Seni Remaja, Parade Gong Kebyar Anak dan PKK Banjar se-Kota Den-pasar, Lomba Baleganjur Serangan Umum Kota Denpasar, Parade Ogoh-ogoh, Festival Pesona Pulau Serangan, Aktualisasi Nilai dan Filosofi Perayaan (Tumpek Klurut, Tumpek Kandang, Tumpek Wariga, Tumpek Landep, dan Hari Suci Siwaratri), Grebeg Aksara, Sanur Village Festival, Denpasar Festival, Melepas Matahari, dan Pekenan Lais Mese-luk, dan Utsawa Dharma Gita Penyandang Cacat.

Denpasar dengan karakteristik kota kreatif, berwawasan budaya unggulan, sebagai jantungnya Pulau Bali, inspiratif, kokoh dalam jati diri berbasis

kebudayaan dan kental dengan spirit multikultural.

GATRA PRAJA Sewaka dharma

22

SENI. Salah satu kesenian anak-anak yang terus dikembangkan.

MAHABANDANA Prasada mem-punyai arti mewujudkan sesuatu yang agung salah satu kegiatan mengambil nilai nilai luhur yang terkandung dalam peristiwa Puputan Badung, kegiatannya meliputi demo tari, pesertanya 4000 orang dari sanggar tari se Kota Denpas-ar, Pameran buku, Budaya dan Agama, Pameran buku Puputan Badung, pentas Budaya dan Pawai Pagelaran seni.

Bandana Negara sebutannya, sebuah kerajaan yang sangat megah, dengan penataan bangunan yang san-gat apik yang diatur sesuai Asta Kosala Kosali. Terlebih lagi diimbangi dengan taman-taman yang menghiasi disekelil-ing kerajaan. Keagungan Kerajaan itu terlihat dari hiasan umbul-umbul, tem-bok, tedung dan berkibarnya panji-panji kerajaan.

Para abdi kerajaan laki-laki dan perempuan sibuk dengan tugas dan kewajibannya masing- masing. Di balai sidang tampak para penggawa, patih demang dan kerabat kerajaan saling berargumentasi dan bertukar pendapat yang dipimpin oleh seorang raja muda yang juga rakawi ( sastrawan ) Cokorda Mantuk Ring Rana sebutan beliau, disamping beliau tampak seorang roha-niawan yang juga rakawi ( Sastrawan) Ida Pedanda Made Sidemen.

Kedua sastrawan ini seakan-akan tidak bisa dipisahkan oleh siapapun kecuali maut yang menjemput. Ibu Suri mendampingi dengan penuh kasih sayang seorang ibu terhadap anaknya, mengingat begitu berat beban yang dipi-kul oleh seorang anak, yaitu memimpin kerajaan Badung setelah dilimpahkan oleh Cokorda Pemecutan IX, karena beliau sakit. Dari kerajaan di utara pasar beliau memerintah, itulah beliau Cokorda Denpasar.

KEMAH budaya adalah wadah berkumpul-nya para remaja Denpasar untuk menggali, melestarikan, memelihara, dan mengkreasi budaya. Kelompok remaja ini merupakan Kader Pelestari Budaya Kota Denpasar.

Kemah budaya ini bertujuan mencari kader-kader remaja terbaik di Kota Denpasar yang dapat diandalkan dalam pelestarian budaya Bali di samping untuk memupuk jiwa keber-sahajaan remaja dalam menyikapi tantangan budaya di Kota Denpasar yang makin meng-global. Di sini peran remaja atau generasi muda sangat strategis dalam perkembangan dan peradaban budaya di suatu daerah.

Sejarah menunjukkan bahwa suatu ibu kota selalu menjadi pusat dan hidupnya suatu budaya. Dan, remaja juga yang akan menjadi saksi serta pelaku terbentuknya suatu kebudayaan baru, bahkan tergusurnya hingga punahnya suatu budaya. Karena itu,

peran remaja dalam tumbuhnya suatu ke-budayaan perlu diberikan ruang yang lebiah luas. Dalam bentuk aktulisasi, kemah remaja itu diisi berbagai kegiatan seperti lomba karya ilmiah, keterampilan budaya dan lomba drama serta kesenian tradisional lainnya. Kegiatan ini lebih banyak mengaplikasikan konsep Tri Hita Karana.

Kemah budaya ini sangat baik untuk mem-bentuk watak serta karakter generasi muda yang mau mencintai budayanya sendiri. Gen-erasi muda dewasa ini tidak cukup hanya pintar dan pandai dalam ilmu pengetahuan serta teknologi, tetapi juga harus paham dengan budayanya sendiri sehingga tidak kehilangan jati diri selaku manusia Bali. Kemah budaya ini ini juga merupakan wujud nyata peran generasi muda dalam mengaplikasikan dan mengimplementasi nilai-nilai budaya dalam kehidupan sehari-hari.

Mahabandana Prasada

Belajar dari Para Pendahulu

Kemah Budaya

Meningkatkan Wawasan Meningkatkan Wawasan Budaya Para RemajaBudaya Para Remaja

Sewaka dharma GATRA PRAJA

23

Majalah Swaka Dharma.indd Spread 22 of 22 - Pages(22, 23)Majalah Swaka Dharma.indd Spread 22 of 22 - Pages(22, 23) 2/21/2013 4:35:26 PM2/21/2013 4:35:26 PM