Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

70
E d i s i 1 / T a h u n I / J u l i 2 0 1 2 Cunong Nunuk Suraja Chairil Anwar Khrisna Pabichara Yusuf Nugraha Jiwang Muhtadin Altruis Jojo Online Nugraha A. Baesuni Pekan Sastra Diksatrasia 2012 Bukan Musik Biasa UKM Seni dan Budaya Unpak Menulis Vivi Yulianti Wahyudimalamhari

description

Majalah Online Kopi Sastra Edisi perdana.

Transcript of Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Page 1: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

E d i s i 1 / Ta h u n I / J u l i 2 0 1 2

Cunong Nunuk Suraja

Chairil AnwarKhrisna Pabichara

Yusuf NugrahaJiwang Muhtadin

Altruis Jojo

Online

Nugraha A. Baesuni

Pekan Sastra Diksatrasia 2012

Bukan Musik BiasaUKM Seni dan Budaya UnpakMenulis

Vivi YuliantiWahyudimalamhari

Page 2: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Ilustrasi sampul depan: Topeng karya Wahyudimalamhari

Online

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Cunong Nunuk Suraja

Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

WANGI

ULAS

TOKOH

LEGIT

LIMUN

TUNAS

Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Havid Yazid Al Gifari, Hermawan Boat, Nugraha A. Baesuni Editor: Arif Sufyan, Indri Guli, Sanghitam Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Tidy Yulistina Andriani. Perancang Grafis dan Tata Letak: Wahyudimalamhari Ilustrasi Gambar: Wahyufimalamhari, Linda Umamah, Doni Hyoujin. Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]

KOPI Sastra

@kopisastra

Khrisna Pabichara

Chairil Anwar

Pekan Sastra Diksatrasia 2012

UKM Seni dan Budaya Unpak

2

Yusuf Nugraha

Ujung SenjaWahyudimalamhari

Altruis JojoVivi Yulianti

Jiwang MuhtadinNugraha A. Baesuni

Forum Bukan Musik Biasa

Page 3: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

KUASA MAKNA ATAS PUISI-PUISI TIGA PENYAIR MENGUAK SAPARDI DJOKO DAMONO

oleh Cunong Nunuk Suraja

AwalanDalam buku Seno Gumira Ajidarma (2008) Kentut Kosmopolitan dikatakan bahwa inilah celakanya hidup di dunia yang terbentuk oleh makna, kare n a d a lam pro se s pe mbe rmakn aan berlangsunglah pertarungan antar makna untuk menggapai kuasa. Sedangkan kuasa atas makna, tak lebih dan tak kurang adalah suatu kibul. Makna memang begitu pluralnya sehingga tiada satu pun kuasa atas makna dapat diterima sebagai penafsiran absolut.

. . . karena hegemoni makna sebetu lnya juga merupakan konstruksi bersama. Tidak datang hanya dari negara, tapi juga boleh para penerimanya, sehingga ketika administrasi kuasa berganti , sebenarnya tidak berarti konstruksi yang tercokolkan dalam internalisasi berpuluh tahun itu berganti.

Dalam hal memaknai kuasa m a k n a t e r s e b u t d a p a t menyangkut pada lawan makna homogenitas pada heterogenitas yang oleh Seno Gumira Ajidarma diisyaratkan sebagai bukan satu-satunya penyebab membedakan kebudayaan urban dengan kebudayaan tradisional yang

3

Page 4: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

seolah-olah menjadi lebih mudah disiasati karena dalam homogenitas pun setiap anggota masyarakat tidak mungkin menjadi individu yang sama dan sebangun dengan lainnya, sehingga berbagai macam klasi f ikasi perbedaan masih mungkin dilakukan. Berangkat dari memaknai kuasa homogenitas dan heterogenitas dapat dihubungkan dengan tesis Nirwan Dewanto (2010) tetang puisi yang sangat mungkin kata-kata berjuang untuk tidak mengatakan apa-apa. Tetapi p u i s i m u s t a h i l m e n c a p a i kekosongan semacam itu, sebab kata terlanjur punya arti yang dibaku-bekukan oleh kamus dan wicara umum. Puisi, dengan begitu selalu menjaga tegangan antara arti dan kekosongan. Jika penyair tahu bahwa ia mustahil mencapai keadaan nirarti, nirrupa atau nirsuara, maka ia selalu terus memperlihatkan usaha ke arah sana – usaha yang mungkin sia-sia, tetapi y a n g b e l u m t e n t u t i d a k bermakna.Puisi adalah nyanyi sunyi, untuk mengutip judul kumpulan sajak Amir Hamzah. Sebuah paradoks: bahwa untuk mencapai sunyi, kita memerlukan nyanyi; atau, untuk bernyanyi, kita harus sedekat mungkin dengan sunyi. Kekosongan, atau kesunyian, adalah tujuan terjauh yang harus dicapai penyair, ketika bahasa selalu m e n j a d i p e n j a r a b a h a s a .

Ketika berhenti di sini, yakni pada sebuah sajak Sapardi Djoko Damono, kita mengerti ada yang telah musnah: beberapa patah kata yang segera dijemput angin begitu diucapkan dan tak sampai kepada siapa pun. ... kita menjalani sebuah paradoks dengan sukarela – yaitu mengerti tentang ketidakberartian: ada beberapa patah kata, siapa pun yang mengucapkannya, mungin 'ia' sendiri, mungkin mereka, mungkin kita, yang tak sampai ke siapa pun; namun kita juga mengerti bahwa anginlah yang menjemputnya. Tidak juga penting tentang apa isi kata-kata itu, juga ke mana beberapa patah kata itu pergi, tetapi, ia, juga kita, sepenuhnya paham, meski si ia tak menceritakan apa pun, misalnya saja lanskap apa yang dilihatnya di sini, atau apa pula perasaannya; bersama ia, kita maklum bahwa kata-kata mengelak dari beban arti, dari tangkapan siapa pun yang hendak menundukkannya sebaga alat komunikasi. Pada sisi lain Suminto A. Sayuti (2010) menandai bahwa elemen yang secara spontan bergegas keluar dari sudut paling rahasia dari personalitas diri tersebut menjatuhkan warna unik pada apa yang diciptakannya. Lanskap, deskripsi, pemetaan dan pilhan atmosfer puisi, kadang bahkan menjungkirbalikkan entensi sadarnya secara subtil. Tentu, juga menjungkirbalikkan intensi sadar

4

Page 5: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

sadar dan persepsi kita sebagai pembaca. Penyair (Sapardi Djoko Damono) pun memil ih dan menetapkan suatu makna atau simbolisme, yang dalam sejumlah hal tidak serupa dengan gagasan kita, tetapi seringkali secara substansial, malah bertabrakan. Lebih jauh Sunu Warsono (2010) mengungkapkan bahwa dapat dipahami bahwa sajak imajis tidak bertolak dari atau tersusun berdasarkan ide atau gagasan tertentu yang telah jelas dalam benak si penyair sehingga kata-ka ta hanya had i r sebaga i kendaraan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau suatu tesis tertentu. Kata-kata yang muncul lebih sebagai unsur yang bersama-sama membentu imaji (gambar) y a n g u t u h .

Gambar itu pada dasarnya adalah dunia kata yang tersusun melalui kata-kata yang dipilih penyair. Dalam konteks itu, kata-kata lebih berperan sebagai pendukung pembaca dengan dunia kata atau dunia intusisi penyair. Hal ini didukung oleh pendapat Sapardi Djoko Damono (1983) bahwa kata-kata adalah segalanya dalam puisi. Kata-kata tidak sekedar berperan sebagai alat yang m e n g h u b u n g k a n p e m b a c a dengan ide penyair, seperti peran kata-kata dalam bahasa sehari-hari dan prosa pada umumnya, t e t a p i s e k a l i g u s s e b a g a i pendukung imaji dan penghubung pembaca dengan dunia intusisi penair. Meskipun peranannya sebagai penghubung tak bisa dilenyapkan, namun yang utama adalah sebagai obyek yang mendukung imaji. Hal inilah yang membedakannya dari kata-kata dalam bukan puisi. Tesis-tesis ini sangat berseberangan dengan kredo Sutardji Coulzum Bachri yang membebaskan kata dari beban makna, ide dan penjajahan pengertian dan dimaknai kata-kata boleh bebas ber jumpal i tan membelah dan bergabung semau-maunya.

“Hal ini didukung oleh pendapat Sapardi Djoko Damono (1983) bahwa k a t a - k a t a a d a l a h segalanya dalam puisi.”

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

5

Page 6: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

MataJaman Sekumpulan Sajak Tiga Penyair Menguak Sapardi Djoko Damomo

Dengan kulit buku berwarna kelam besuasana mistis sosok tangan kiri menggengam buah apel berwarna hijau menyarankan sebuah ingatan akan bencana turunnya manusia pertama ke bumi dari sorga tetapi sosol tangan kanan menjulur melampaui margin buku dan muncul di kulit buku bagian belakang menggegam pangkal batang yang mungkin pedang, golok ataupun pentungan. Ketiga penyair yang sengaja menguak Sapardi Djoko Damono dalam lirik imajis dan berbekal runutan tradisi pantun yang tertemukan dalam nafas puisi Indonesia moderen telah dirintis Amir Hamzah, Chairil Anwar hingga ke tongkat estafet kepenyairan Afrizal Malna dan Joko Pinurbo, tercatat nama Budhi Setyawan, Jumari HS dan Sosiawan Leak yang berdomisili pada kota yang berbeda dan latar belakang kehidupan yang beragam. Buku Kumpulan Puisi MataJaman ini lahir tanpa angka tahun.

Berbekal keraguan titi mangsa kelahiran buku ini dari kawah penerbitan masih dirancukan lagi dengan tanpa titi mangsa pada puisi-puisi Budhi Setyawan kecuali beberapa puisi Sosiawan Leak y a n g t e r b e n t a n g a n t a r a 2004–2009 dan Jumari HS pada rentang 1999–2010. Dapat diduga buku ini terbit pada tahun 2011 atau 2012. Masa-masa yang cukup hinggar berbagai kelompok penyair memunculkan antologinya mulai dari Senandung Bandung, Radja dan Ratoe Ketjil, Negeri Poci hingga Puisi Mbeling 2012: Suara-s u a r a y a n g D i p i n g g i r k a n .

6

Page 7: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Sebuah gairah penciptaan yang dipicu semaraknya teknologi informatika dalam wujud pertemanan Facebook. Tak heran posisi tempat tinggal ketiga penyair ini juga di tiga kota. Ketiganya mencoba menguak Sapardi Djoko Damono yang telah dimitoskan sebagai penyair liris-imajis walaupun oleh Nirwan Dewanto (2010) diposisikan sebagai titik tengah diantara penyair Pujanggga Baru, Angkatan 45 dan penyair yang datang kemudian setelah tahun 2000. Tradisi syair yang bernama pantun dan yang dari barat dikenal dengan sebutan sonet(a) menjadi ciri pokok perkembangan puisi-puisi moderen Indonesia setelah perang dunia.

Dari ketiga penyair yang mencoba menguak mistei kepenyairan Sapardi Djoko Damono dengan gaya liris dan bentuk sonet(a) dan pantun-syair moderen, Budhi Setyawan yang paling setia dengan bentuk kwatrin yang dapat dilacak dari puisi Sapardi yang terkumpul pada Mata Jendela (2010)

TANGAN WAKTU

selalu terulur ia lewat jendelayang panjang dan menakutkanselagi engkau bekerja, atau mimpi puntanpa berkata suatu apa

bila saja kautanya: mau apaberarti terlalu jauh kau sudah terbawasebelum sungguh menjadi sadarbahwa sudah terlanjur terlantar

belum pernah ia minta izinmemutar jarum-jarum jam tuayang segera tergesa-gesa saja berdetaktanpa menoleh walau kauseru

selalu terulur ia lewat jendelayang makin keras dalam pengalamanmengarah padamu tambah tak tahumemegang leher bajumu

1959

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

7

Page 8: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Bandingkan dengan sajak Budhi Setyawan.

Di Luar Wilayah

kupu-kupu berlari mendaki perbukitan anginlembut jejaknya nampak di kening senjalampu berjalan sendiri di jalanandi antara hiruk pikuk jengkerik

kemasan manis dunia terlalu banyak menipusebab isi tak sesuai mereknyamenerkam letupan hasrat untuk menjajahwilayah di luar kehendak makhluk

cerita bersambung di bawah tekananudara dingin panas bergelayutankeringat semut mnempel di daun nilakehidupan sarat mengandung tanda baca

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Budhi Setyawan mencoba merunut kwatrin dengan pola sampiran pada pantun yang oleh Chairil Anwar sudah ditilik Nirwan Dewanto (2010) dengan mengambil bentuknya tapi diperluas bukan pada baris tetapi pada bait demi bait. Perhatikan bait pertama sajak Budhi Setyawan yang memotret alam dapat disama-sejajarkan sebagai sampiran dalam pantun demikian juga kecenderungan puisi Sapardi Djoko Damono yang tampaknya lebih disiplin menempatkan potretan alamnya sebagai sampiran.

selalu terulur ia lewat jendela

yang panjang dan menakutkan

selagi engkau bekerja, atau mimpi pun

tanpa berkata suatu apa

selalu terulur ia lewat jendela

yang makin keras dalam pengalaman

mengarah padamu tambah tak tahu

memegang leher bajumu

8

Page 9: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Sajak Budhi Setyawan yang lain dapat juga disandingkan di sini seperti Betapa Ku Takjub (h. 8), Pengejaran (16), Terbit Cahaya (h. 18), Yang Mengepung Kota (h. 23), Bulan Ikan (33), dan Sangkan Paran Puisi (38). Sisa sajak yang lain beragam bentuk dicova walau tak juga meninggalkan kesan lirik dan sampirab pantun pada bait-bait yang memotret keadaan situasai alam atau di luuar tuubuh penyair.

Perhatikan salah satu bentuk soneta dalam kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono Kolam (2009) berikut:

URAT DAUN

/1/ia pernah ingin sekali tahusiapa yang menyisipkan selembar daundi sela-sela halaman buku(yang penuh dengan catatan kaki)di antara halaman 89 dan 90yang sampai hari inibelum juga selesai dibaca

/2/ia pernah ingin sekali bertanyamengapa daun itu tetap hijaudan tidak hanya tinggal uratyang bentuknya mengingatkannyapada ambang pohon kehidupan

/3/ia pernah ingin sekali menutuptelingat dan mulutnya rapat-rapat

Bandingkan dengan soneta Jumari HS berikut:

DI ATAS PERAHU

Di atas perahu kecil Pada luasnya lautDi mataku ikan-ikan itu bersembahyangDan cakkrawala mentakbrkan asma Mu

Di angkasa,Camar-camar berlintasanOmbak pun berdebur di dadaDan pencarianku menemukan sayap malaikatMenerbangkan jiwa ini ke langit cinta

Di atas perahu kecilPada luasnya lautaku hanyyalah rintk gerimisDi musim kemarau: Menggelepar dalam rindu!Kudus, 2010

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

9

Page 10: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Dengan pola soneta yang terbatasi pada 14 baris peyair yang mencoba mnguak kemiterian penciptaan soneta Sapardi Djoko Damono tergelincir pada baris ke limabelas seperti pada sajak Tembang Bagi Istri (h. 46), dan Hujan di Brunei (h. 52). dan sebuah puisi yang selintas nampak seperti hitungan soneta dengn 14 baris:

SAJAK BUAH KULDI

Kutemukan sisa tubuhmuDi antara kursi-kursi pejabat yang menjumawaDan aromanya begitu menyengat, mengundang tikus-tikusMengerumuni, lalu melahap tanpa peduli ketiaknyaMenciptakan mimpi buruk di negeri ini

Di mana-mana,Bahkan di hotel-hotel tubuhmuMembuat lapar dan hampir setiap orang mengunyahnyaDalam gairah, segairah kemarau panjangMembakar hutan-hutan pulau-pulau bahkan cintaSampai sungai mengalir gelisahSampai laut bergelombang dendam!

Kutemukan sisa tubuhmuAku termangu memandangi kekalahan-kekalahan!

Sesuatu yang menyaran dalam sajak ini hanyalah kesan tentang buah kuldi dengan ungkapan:Bahkan di hotel-hotel tubuhmuMembuat lapar dan hampir setiap orang mengunyahnya

Tetapi ungkapan ini terasa kering imaji yang dtimbulkan walau adda gaung tentang penciptaan dosa pertama manusia hingga terusir dari sorga. Lalu apa yang dicapai dengan: Aku termangu memandangi kekalahan-kekalahan!

Mampukah penyair kedua ini mengak ketokohan Sapardi Djoko Damono dalam bentuk-bentuk kreatif sonetanya? Ternyata penyair ini sudah m e n c o b a m e n s o n e t a k a n gagasannya walau kekuarang baris maupun kelebihan baris dari 14 blas yang disyaratkan sebagao soneta.

10

Page 11: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Penyair ketiga Sosiawan Leak adalah penyair yang mencoba menguak Sapardi Djoko Damono pada sisi puisi prosa lirisnya. Kemauan enyair bercerita menjadikan sajaknya tidak bernyanyi liris tetapi lebih memprosa bahkan seandainya dijadikan cerita pendek atau novel yang lebih terbuka rentang enginderaan imaji kreatifnya. Simak kutipan berikut:

PERTEMPURAN BAPAK IBU

sudah lama bapak an ibu bermusuhanmereka saling mengumpat di meja makandi hadapan ayam panggangikan bakar dan sayur mayur yang dibeli di jalananjuga buah-buahan import usai gajiansembunyi-sembunyimeeka saling tamparsaat berebut antri ke kamar mandilantas adu muut, adu bdan hingga gedabigan di kamarmeski tidak sedang bermesraan

sudah lama bapak dan ibu pisah ranjang saling mengarang keburukanbagi musuhnyasmbil menjaring simpati kamimemasang spanduk, poster dan panji-panjidi jalanan, perempatan dan gang-gangsamping kamarmengobral janji dimkoran dan televisisambil memberi ongkos jajan dan uang sekolah kamimeninabobolan dengan dongeng perdamaianmengajarkan budi pekertietika dan doa, sembari tetap bermusuhan

sudah lama bapak dan ibu melamar perceraiantapi tak pernah kesampaiansebab biayanya terabaikanoleh pajak listrik, telepon, air minum dan belanja harianhingga rumah, hanya jadi medan pertempurandan kami, cuma menjelma angkauntuk membilang kemenanganpelangi-mojosongo, solo2009

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

11

Page 12: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Bandingkan dengan sajak Sapardi Djoko Damono yang menguat dalam karakterisasinya walau tak mengabaikan prosa liris dan imajisnya.

POHON BELIMBING

Sore ini kita berpapsan dengan pohon belimbing wuluh yang kita tanam di halaman rumah kita bebrapa tahun yang lalu, is sedang berjalan-jalan sendirian di trotoar. Jangan kausapa, nanti ia bangun dari tidurnya.

Kau pernah bilang ia tidak begitu nyaman sebenarnya di pekarangan kita yang tak terurus dengan baik, juga karena konon ia tidak disukai rumput di sekitarnya yang bosan menerima buahnya berjatuhan dan membusuk karena kau jarang memetiknya. Kau, kan, yang tak suka sayur asem?

Aku paham, cinta kita telah kausayur selama ini tanpa belimbing wuluh. Demi kamu, tau! Yang tak bisa kupahami adalah kenapa kau melrangku menyapa pohon itu ketika ia berpapasan dengan kita di jalan. Yang tak akan mungkin bisa kupahami adalah kenapa kau tega membiarkan pohon belimbing itu berjalan dalam tidur?

Kau, kan, yang pernah bilang bahwa pohon itu akan jadi tua juga akhirnya?

Tengoklah bagaimana Sapardi Djoko Damono mengadkmimaji dan gagasan pohon belimbing menjadi pertengaran suami istri seperti yang dilakukan Sosiawan Leak walau tak segaduh melempar-lemparkan perabotan rumah tanga dalam pertempuran dakam rumah sepasang suami istri yang bertengkar.

12

Page 13: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Simpulan

Ketiga penyair itu dengan jurus masing-masing telah menguak Sapardi Djoko Damono dalam tiga jurus lihai yang dikuasai secara mumpuni. Apalagi jika ketiganya tega mengulik misteri puisi Goenawan Mohamad yang juga mempunyai sisi lirik dalam warna yang beda bukan titik tengah perpuisian moderen Indonesia dari gerakanan pantun klasik Chairil Anwar yang termoderenkan dengan keleluasaan dalam membebaskan aturan beku-baku syair maupun pantun. Milik Goenawan tentu akan lebih rumit itu dijejaki kecuali melalu sajak-sajak Sosiawan Leak dan beberapa milik JumariHS maupun Budhi Setyawan.

Bogor, Mei ke 24, 2012

Cunong Nunuk Suraja lahir di Yogyakarta,9 Oktober 1951. Kini pengajar Intercultural Communication di FKIP - Universitas Ibn Khaldun Bogor. Menulis thesis tentang Puisi Digital untuk S2 di FIB-UI jurusan Susastra 2006. Karyanya yang pernah dipublikasikan: Bulak Sumur – Malioboro. (Antologi Puisi Bersama). 1975. Yogyakarta: Dema UGM, Lirik-lirik Kemenangan. (Antologi Puisi Indonesia). 1994. Yogayakarta:

Taman Budaya Propinsi DIY, Antologi Puisi Indonesia 1997. (Antologi Puisi Bersama). 1997. Bandung: Komunitas Sastra Indonesia dan Penerbit Angkasa Bandung, The American Poetry Annual. 1996. New York: The Amherst Society, The Lasting Joy, The national Library of Poetry. 1998. Owings Mills: The National Library of Poetry, The Chorus of the Soul, The International Library of Poetry. 2000. Owings Mills: The International Library of Poetry, Graffiti Gratitude. (Antologi Puisi Cyber). 2001. Bandung: Yayasan Multimedia Sastra dan Penerbit Angkasa Bandung, Pasar Kembang, Yogyakarta dalam sajak. (Antologi Puisi Bersama). 2001. Yogyakarta: Komunitas Sastra Indonesia Yogyakarta, Graffiti Imaji. (Kumpulan Cerpen Pendek). 2002. Jakarta: Yayasan Multimedia Sastra dan Penerbit Damar Warga, Les Cyberlettres (Antologi Puisi Cyberpunk). 2005. Jakarta: Yayasan Multimedia Sastra, Mekar di Bumi. (Visiografi Eka Budianta). 2006. Jakarta: Pustaka Alvabet, Jogja 5,9 Skala Richter (Antologi Seratus Puisi). 2006. Yogyakarta: Penerbit Bentang

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

13

Page 14: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012
Page 15: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Sejak nama Dahlan Iskan resmi menjadi menteri BUMN (yaitu 19 Oktober 2011), banyak orang menaruh harapan besar padanya, terlebih karena integritas dan totalitasnya selama m e n j a d i d i r e k t u r u t a m a P L N . Selanjutnya, beragam tindakan Dahlan tiba-tiba menjadi sorotan media. Penampilannya yang nyeleneh dan tidak terlalu suka dengan formalitas, serta kepu tusan -kepu tusannya yang mengernyitkan dahi banyak orang; s e p e r t i t e n t a n g m e m b e r i k a n kompensasi pada pencipta tokoh Pak Raden, atau ketika pembukaan paksa g e r b a n g t o l S e m a n g g i , t e l a h menimbulkan tanggapan terbuka dari rakyat Indonesia.

Di antara beragam tanggapan tentang Dahlan Iskak, hadirlah sebuah novel berjudul 'Sepatu Dahlan'. Novel ini menceritakan kisah-kisah semasa muda Dahlan Iskan. Beragam perilaku kanak-kanak, mulai dari keluguan, keberanian, kenakalan, dan mimpi Dahlan ketika kecil sangat layak untuk kita nikmati dan telaah. Hadirnya novel ini seakan memberi jalan untuk pembaca, tentang baga imana ha rus menanggap i keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan Dahlan yang sering muncul di med ia , juga ten tunya sebaga i bagaimana kita menanggapi berbagai persoalan yang dimiliki negeri ini.

SEPATU DAHLAN

karya KHRISNA PABICHARA

“ D i a n t a r a b e r a g a m tanggapan tentang Dahlan Iskan, hadirlah sebuah novel berjudul 'Sepatu D a h l a n ' . N o v e l i n i menceritakan kisah-kisah semasa muda Dahlan Iskan. Beragam perilaku kanak-kanak, mulai dari keluguan, keberanian, kenakalan, dan mimpi Dahlan ketika kecil sangat layak untuk kita nikmati dan telaah.”

15

Page 16: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Sekilas tentang penulis

Khrisna Pabicara, lelaki kelahiran Makassar ini mengaku, mulai serius dalam dunia penulisan sejak 2007. Meski begitu, baru pertama kali ia menerbitkan novel. Lalu, hasilnya? Ya, sehebat 'Sepatu Dahlan'. Buku 'Sepatu Dahlan' ini adalah buku ke-14 yang pernah diterbitkan Khrisna. Buku ini menjadi sangat penting bersamaan dengan pentingnya manufer-menufer yang di lakukan sang tokoh novel di dunia nyata.

'Sepatu Dahlan'

KHRISNA PABICHARA

Khrisna bukanlah orang baru dalam dunia kepenulisan nasional. Sebelumnya, ia lebih dikenal sebagai penulis cerpen dan puisi. Beberapa buku kumpulan cerpen dan kumpulan puisi telah ia terbitkan. Dalam sebuah wawancara kami bertanya tentang jenis tulisan apa yang paling disuka, Khrisna menjawab puisi. “Puisi membuat saya berpikir lima kali dibanding tulisan lain”, begitu katanya.

Khrisna mengaku, bahwa inspirasi yang memicu untuknya menulis dan terus menulis adalah Kakek. Sang Kakek diakuinya suka menulis dalam aksara Lontara Makassar, juga aksara arab tapi dalam bahasa Makassar. Setiap hari Sang Kakek menulis, lalu ia lagukan tulisannya setiap malam. “Dari kecil, sampai saya tamat SMP itu mendengarkan begitu setiap malam. Kakek menulis, lalu menyanyikannya. Dari situ saya bercita-cita menjadi penulis”. Cita-cita itu pun akhirnya terwujud sejak mulai serius menggeluti dunia kepenulisan pada tahun 2007.

Khrisna mengakui bahwa dunia kepenulisan di negeri ini memang cukup berkembang, apalagi sejak berkembangnya dunia sosial media seperti blog, facebook, dan twitter. Dari sana semakin banyak orang sudah menganggap bahwa menulis itu bukan sesuatu yang klasik apalagi sulit, meskipun kalau bicara kualitas masih banyak kekurangan, diantaranya masih banyak orang yang menganggap ragam cakap sama saja dengan ragam tulisan, padahal banyak aturan yang harus diperhatikan dalam menulis.

Sumber Foto: Google. Dari Endah Sulwesi

16

Page 17: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Khrisna pun berpendapat bahwa kecintaan orang-orang terhadap media sosial memang diiringi kekurangan, yakni sedikit banyak telah mengurangi keinginan orang membaca literatur dalam kertas. “Hasilnya, kejernihan dan kecerdasan gramatikal pun tidak berkembang, karena orang-orang lebih senang membaca sesuatu yang ada di media sosial dengan kosakata yang terbatas. Terlepas dari semua itu, keinginan seseorang untuk menulis saja sudah sangat bagus” tegas Khrisna.

Ketika ditanya apa manfaat sastra saat ini bagi Negara, Khrisna mengaku tidak peduli. “Sebenarnya saya tidak peduli apa manfaat sastra bagi Negara. Karena saya melihat orang-orang yang saat ini menjadi penyelenggara Negara sepertinya mereka tidak membaca karya sastra, apalagi mengejawantahakan bacaan sastra ke dalam kehidupan sehari-hari. Sastra berguna bagi siapapun yang membacanya. Jadi, kalaupun ada penyelenggara Negara yang membaca sastra dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, tentu akan sangat baik buat Negara ini. Misalnya saja, Pramudya Ananta Toer pernah menulis novel korupsi. Seandainya bacaan ini ditelaah dengan baik oleh penyelenggara Negara, tentu mereka akan malu” tegasnya panjang lebar. Hal ini patut kita akui. Sejalan dengan apa yang dikatakan Khrisna, Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna mengungkapkan, 'sesuai dengan hakikatnya, sebagai sumber estetika dan etika, karya sastra tidak bisa digunakan secara langsung. Sebagai sumber estetika dan etika, karya sastra hanya bisa menyarankan'. Ketika saran-saran tidak pernah diterima maka inilah Indonesia jadinya. Meski begitu, tentu kita tentu harus terus berharap baik, berdoa dan berjuang untuk kesejahteraan Indonesia.

Perbincangan singkat dengan Khrisna Pabicara, penulis novel 'Sepatu Dahlan' telah memberikan banyak hal seputar pandangannya terhadap sastra dan sekitar kita. Pandangan serta ide-idenya dalam menghadapi hidup ini sungguh luar biasa, dan buku 'Sepatu Dahlan' adalah salah satu bahan bacaan yang wajib kita telaah serta ejawantahkan dalah kehidupan sehari-hari.

Kami melontarkan pertanyaan pamungkas pada siang menjelang sore kala itu; “Sampai kapan Pak Khrisna mau menulis?” Dengan tegas Khrisna menjawab, “Sampai mati”. (INQ/NAB)

Khrisna Pabichara 1bichara

17

Page 18: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Chairil Anwar

Si Binatang Jalang

Nama Chairil Anwar mulai terkenal dalam dunia sastra setelah pemuatan tulisannya di Majalah Nisan pada tahun 1942, saat itu ia baru berusia 20 tahun. Hampir semua puisi-puisi yang ia tulis merujuk pada kematian. Namun saat pertama kali mengirimkan puisi-puisinya di majalah Pandji Pustaka untuk dimuat, banyak yang ditolak karena dianggap terlalu individualistis dan tidak sesuai dengan semangat Kawasan Kemakmuran Bersama Asia Timur Raya. Ketika menjadi penyiar radio Jepang di

Jakarta, Chairil Anwar jatuh cinta pada Sri Ayati tetapi hingga akhir hayatnya Chairil Anwar tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya. Puisi-puisinya beredar di atas kertas murah selama masa pendudukan Jepang di Indonesia dan tidak diterbitkan hingga tahun 1945. Kemudian ia memutuskan untuk menikah dengan Hapsah Wiraredja pada 6 Agustus 1946. Mereka dikaruniai seorang putri bernama Evawani Alissa, namun bercerai pada akhir tahun 1948.

Vitalitas puitis Chairil Anwar tidak pernah diimbangi kondisi fisiknya. Sebelum menginjak usia 27 tahun, sejumlah penyakit telah menimpanya. Chairil Anwar meninggal dalam usia muda di Rumah Sakit CBZ (sekarang Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo), Jakarta pada tanggal 28 April 1949; penyebab kematiannya tidak diketahui pasti, menurut dugaan lebih karena penyakit TBC. Ia dimakamkan sehari kemudian di Taman Pemakaman Umum Karet Bivak, Jakarta. Makamnya diziarahi oleh ribuan pengagumnya dari masa ke masa. Hari meninggalnya juga selalu diperingati sebagai Hari Chairil Anwar. Kritikus sastra Indonesia asal Belanda, A. Teeuw menyebutkan bahwa "Chairil Anwar telah menyadari akan mati muda, seperti tema menyarah yang terdapat dalam puisi berjudul Jang Terampas Dan Jang Putus".

Sumber Foto: Google Image

18

Page 19: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Selama hidupnya, Chairil Anwar telah menulis sekitar 94 karya, termasuk 70 puisi; kebanyakan tidak dipublikasikan hingga kematiannya. Puisi terakhir Chairil Anwar berjudul Cemara Menderai Sampai Jauh, ditulis pada tahun 1949, sedangkan karyanya yang paling terkenal berjudul Aku dan Krawang Bekasi. Semua tulisannya baik yang asli, modifikasi, atau yang diduga diciplak, dikompilasi dalam tiga buku yang diterbitkan oleh Pustaka Rakyat. Kompilasi pertama berjudulDeru Campur Debu (1949), kemudian disusul oleh Kerikil Tajam Yang Terampas dan Yang Putus (1949), dan Tiga Menguak Takdir (1950, kumpulan puisi dengan Asrul Sani dan Rivai Apin).

Aku adalah sebuah puisi karya Chairil Anwar, karya ini mungkin adalah karyanya yang paling terkenal dan juga salah satu puisi paling terkemuka dari Angkatan '45. Puisi ini pula yang menjadikan Chairil Anwar mendapat julukan Si Binatang Jalang. Aku memiliki tema pemberontakan dari segala bentuk penindasan. Penulisnya ingin "hidup seribu tahun lagi", namun ia menyadari keterbatasan usianya, dan kalau ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya.

19

Page 20: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

AKU

Kalau sampai waktukuKumau tak seorang kan merayu

Tidak juga kauTak perlu sedu sedan itu

Aku ini binatang jalangDari kumpulannya terbuang

Biar peluru menembus kulitkuAku tetap meradang menerjang

Luka dan bisa kubawa berlari

Berlari

Hingga hilang pedih peri

Dan aku akan lebih tidak perduli

Aku mau hidup seribu tahun lagi

Maret 1943Chairil Anwar

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

20

Page 21: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Chairil Anwar dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada 26 Juli 1922. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil Anwar cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya.

Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil Anwar mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman.

Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil Anwar bersama ibunya pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Ia juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti: Rainer Maria Rilke, W.H. Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, J. Slaurhoff, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia.

(WHY dari berbagai sumber)

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

21

Page 22: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp. 150.000,- untuk dua edisi berikutnya

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

22

Page 23: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

impunan mahas i swa Program Studi Pendidikan B a h a s a d a n S a s t r a Indonesia jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas P a k u a n B o g o r

menyelenggarakan Pekan Sastra D i k s a t r a s i a . K e g i a t a n i n i diselenggarakan sebagai ajang apresiasi sastra antar mahasiswa semester empat dan enam serta

mengenalkan sastra kepada para mahasiswa semester awal.

Diawalai dengan workshop dan konser puisi dengan Jose Rizal Manua sebagai pembicara pada workshop yang dilakukan pada Senin pagi 9 Juli 2012. Lalu Senin siang dilanjutkan dengan perilisan album Diksatrasia Musikalisasi Puisi dan buku Antologi Cinta Tertinggal Senja yang semuanya adalah karya mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pakuan.

Acara dilanjutkan pada 11 sampai 12 Juli 2012 untuk perlombaan Gebyar Drama. Semua peserta adalah mahasiswa semester empat yang dikelompokan menjadi 10 lakon. Berikut adalah lakon yang dipentaskan: Datangnya Berita, Putri Dyah Pitaloka, Satru, Tak Ada Bintang Di Dadanya, Singgasana Yang Hilang, Panggil Aku Euis, Joko Kendil Mencari Cinta, Perguruan, Petruk Jadi Presiden, dan Fatmawati.

Pekan Sastra Diksatrasia 2012 FKIP Universitas Pakuan Bogor

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

23

Page 24: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

13 sampai 14 Juli 2012 acara perlombaan Pementasan Kreasi Sastra diselenggarakan. Peserta pada lomba ini adalah seluruh mahasiswa semester enam Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang dibagi menjadi enam pementasan. Berikut adalah kreasi yang dipentaskan: Dal Del Dol, Syafaat Cinta, Reaktor, Jeng Menul, Mimpi Basah, dan Fatimah.

Acara yang disponsori Shopie Martin, Teater Karoeng, Majalah Online Kopi Sastra, Dapur Seni PBSI Unpak, dan tentunya Fakutlas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan ini diadakan setiap tahun. Program ini diadakan selain ajang apresiasi sastra antar mahasiswa, juga adalah sebagai tugas akhir mata kuliah Drama dan Kreasi Sastra.

Beriku adalah para pemenang perlombaan acara tersebut:Pemenang Pementasan Gebyar Drama:1. Panggil Aku Euis2. Perguruan3. Tak Ada Bintang Di Dadanya

Juara FavoritPetruk Jadi Presiden

Pemenang Pementasan Kreasi Sastra:1. Mimpi Basah2. Dal Del Dol3. Fatimah

Juara FavoritReaktor

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

24

Page 25: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

UKM SENI & BUDAYA UNIVERSITAS PAKUAN

B e l u m l a m a i n i , tepatnya pada 2 juni 2012, UKM Seni dan budaya unpak mengadakan pameran serta pertunjukkan seni dalam puncak acara diklat peserta anggota baru. Hiburan yang disuguhkan sangat atraktif dan menarik. Mulai dari pameran kr iya, mural , beragam patung, bahkan penampilan freestyle bike dan teater on the street.

Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni dan Budaya Universitas Pakuan, Bogor (lebih dikenal dengan USB), merupakan salah satu organisasi penyaluran minat dan bakat mahasiswa yang berorientasi kepada pengembangan seni dan budaya, khususnya budaya Indonesia. Sesuai namanya, -Unit Kegiatan Mahasiswa-, USB ini tentu dihuni oleh mahasiswa-mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang seni dan budaya. USB yang terbentuk pada Oktober 2002 ini memiliki lima departemen, yaitu: seni musik, Teater, fotografi dan jurnalistik, , penelusuran budaya dan seni rupa.

Tentang seni musik, USB fokus mengeksplorasi jenis musik etnik, karena itu alat musik yang dipakai kebanyakan terbuat dari bambu, seperti: angklung, karinding, s a l u a n g , d a n c i l e m p u n g .

Dari musik-musik bambu ini USB sering menjadi pengisi acara pada banyak kegiatan di Bogor, baik hiburan, semi-formal, bahkan acara formal. Biasanya USB diminta memainkan musik bambu atau Taklung (tatakolan dan angklung) untuk mengisi sesi kesenian dalam beragam acara.

Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak

25

Page 26: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Beragam kriya pun sering terpajang dalam pameran seni b a i k y a n g d i a d a k a n d i lingkungan kampus maupun luar kampus. Begitu pun penampilan teater sering menjadi pengisi acara dalam berbagai festival teater di Bogor.

Kontingen dari USB ini p u n b e b e r a p a k a l i m e m e n a n g k a n r a g a m perlombaan seni, seperti musik etnik, mural, dan Alimpaedo k a u l i n a n b u d a k l e m b u r (permainan anak kampung) yang diadakan di Sukabumi dan Bandung.

K e g i a t a n - k e g i a t a n seperti mipir Gunung Salak (penjelajahan mengitari kaki gunung salak), fun bike, serta penelusuran budaya ke situs dan kampung-kampung adat adalah agenda tahunan yang menjadi favorit.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak

Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak

26

Page 27: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Tempat-tempat seperti Kampung Budaya Sindang Barang Bogor, Kampung Baduy Banten, Kampung Naga Tasikmalaya adalah tempat yang sudah rutin disinggahi sebagai bagian dari pengenalan kekayaan budaya di Indonesia, khususnya kepada para anggota. Bahkan, pada bulan Juli ini, beberapa anggota USB akan melaksanakan penelusuran ke situs Gunung Padang Cianjur. “Awal Juli ini kami harus sudah mendapatkan pelajaran banyak dari Gunung Padang Cianjur. Penelusuran ini sangat penting bagi kami, dan pengetahuan tentang situs ini sangat penting bagi Indonesia”, Ungkap Fey, ketua USB Seni Budaya Universitas Pakuan periode 2012-2013. “Ini pengalaman pertama saya pergi ke situs itu, tapi yang ketiga untuk USB ini” tambah Clara, salah satu anggota.

Dalam hal fotografi, tak perlu diragukan lagi USB ini sangat giat memotret. Beragam kisah dan waktu, hal mewah maupun lumrah, bahkan segala hal yang tak berarti apa-apa bagi orang-orang selalu dapat diubah menjadi sebuah karya seni yang menakjubkan oleh USB ini. (IDG/HAL)

Nama : UKM Seni dan Budaya Universitas Pakuan, BogorBerdiri : Oktober 2002Kontak: [email protected]

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Foto: Dokumen UKM Seni dan Budaya Unpak

27

Page 28: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

MUSIKALISASI PUISI DALAM PROSES

oleh Yusuf Nugraha

Musikalisasi menjadi trend tersendiri dalam wilayah

pengapresiasian puisi di samping dengan cara dideklamasikan atau

didramatisasikan. Bahkan ada sebagian apresiator memosisikan

musikalisasi puisi sebagai genre sastra baru di antara genre-genre yang

sudah diakui yaitu puisi, prosa, dan drama—alasan tersebut kurang

berterima karena musikalisasi puisi hanya bentuk lain mengapresiasi puisi.

Di sekolah, pembelajaran puisi dengan mengunakan metode

musikalisasi puisi semakin diminati siswa sehingga mereka lebih termotivasi

untuk mempelajari puisi. Walaupun demikian, masih banyak para apresiator

juga guru pembina di sekolah yang mempertanyakan konsep musikalisasi

puisi karena kurangnya referensi sedangkan pemahaman yang berkembang

semakin beragam. Apakah dalam pentransformasian puisi menjadi

musikalisasi puisi teks puisi yang harus lebih dulu ada dibandingkan dengan

komposisi musik ataukah sebaliknya? Demikian pula dalam penyajiannya,

apakah puisi hanya dibacakan dan musik mengiringi, puisi dinadakan

seluruhnya dengan iringan musik, ataukah puisi dibacakan sebagian dan

sebagian lagi dinadakan dengan iringan musik?

“ D i s e k o l a h ,

pembela jaran puis i

dengan mengunakan

metode musikalisasi

puisi semakin diminati

siswa sehingga mereka

lebih termotivasi untuk

mempelajari puisi.”

28

Page 29: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Musikalisasi puisi bermakna

proses memusikalisasikan atau hal

menjadikan sesuatu dalam bentuk

musikal. Kata musikal berarti berkenaan

dengan musik; mempunyai alasan

musik; dan mempunyai rasa peka

terhadap musik. Dasar dari kedua kata

tersebut adalah musik yang bermakna

ilmu atau seni menyusun nada atau

suara diurutan kombinasi dan hubungan

temporal untuk menghasilkan komposisi

(suara) yang mempunyai kesatuan dan

keseimbangan; nada atau suara yang

disusun sedemikian rupa sehingga

mengandung i rama, lagu, dan

keha rmon i san , t e ru tama yang

menggunakan alat-alat yang dapat

menghasilkan bunyi tersebut.

Berbeda dengan musik yang

merupakan seni yang bermediakan

bunyi. Puisi merupakan karya seni yang

bermediakan bahasa. Bahasa dalam

puisi lebih dipadatkan serta berirama

ketika dibacakan karena sudah

mengandung unsur musikalitas. Selain

itu puisi dibangun oleh unsur-unsur yang

saling berkaitan baik dari segi bahasa

maupun diluar bahasa sehingga

menimbulkan kesan dan suasana

tersendiri ketika diapresiasi.

Dari penggabungan

kata musikalisasi dan puisi

itulah istilah musikalisasi

puisi terbentuk dengan

memiliki makna sendiri yaitu

proses memusikalisasikan

atau hal menjadikan puisi

dalam bentuk musik. Istilah

mus ika l i sas i pu is i in i

menurut Andre S. Putra

Si regar—saat menjadi

pembicara pada ulang tahun

ke-2 Kelompok Musikalisasi

Puisi Saung Pangulinan

FKIP Universitas Pakuan

Bogor pada tanggal 15 Juli

2 0 0 6 — p e r t a m a k a l i

diberikan oleh orang Pusat

B a h a s a y a i t u B a p a k

Sumardi ketika menjadi

ketua penyelenggara lomba

musikalisasi puisi tingkat

SMA untuk pertama kalinya

pada tahun 1990. Yang pada

waktu itu istilahnya disebut

'Pemusikalan Puisi'.

29

Page 30: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Dalam artikelnya “Gadis Kecil dan

Musikalisasi Puisi” Soni Farid Maulana

berpendapat bahwa yang dimaksud

musikalisasi puisi adalah cara baca

puisi dengan seluruh tafsirnya yang

dilagukan oleh manusia dengan iringa

musik yang pas, yang senyawa dengan

isi puisi. Erland Basri berpendapat

bahwa musikalisasi puisi adalah puisi

yang dikemas dalam bentuk musikal

(berirama, kaya dengan bunyi-bunyian

berunsur musik) namun tidak lari dari

konteks puisinya sendiri, bahkan

merupakan upaya pendalaman dari

puisi yang dibawakan berdasarkan

pemahaman, penafsiran, serta ekspresi

diri terhadap puisi yang dibawakan.

Dengan demikian istilah musikalisasi

puisi lebih mengarah pada proses

mengeksplorasi kesan musikal yang

ada dalam puisi kemudian puisi

dinadakan dengan iringan musik tanpa

lepas dari keutuhan 'jasad' dan 'ruh'

puisinya.

Yang menjadi titik tolak

pertama dalam musikalisasi

puisi adalah teks puisi. Dalam

hal ini puisi-puisi yang akan

dimusikalisasikan adalah puisi

para sastrawan yang memang

s u d a h m e n d a p a t k a n

pengakuan masyarakat umum

sebagai puisi dengan segala

kredonya, bukan puisi karya

sendiri. Hal itu karena tujuan

utama dari musikalisasi puisi

a d a l a h u n t u k l e b i h

memasyarakatkan puisi. Jika

yang dimusikalisasikan adalah

puisi-puisi karya sendiri, tidak

ada bedanya dengan lagu atau

musik alternatif lainnya,

terkecuali jika puisi karya

sendiri dan memang sudah

diakui sebagai puisi oleh

u m u m k e m u d i a n

d i m u s i k a l i s a s i k a n o l e h

pengarangnya atau meminta

dimusikalisasikan kepada

orang lain.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

30

Page 31: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Dalam proses tranformasi puisi menjadi musikalisasi puisi, bukan komposisi

musik yang lebih dulu ada kemudian tinggal memasukan puisinya—literasi

musik—melainkan proses penafsiran puisi secara utuh kemudian bunyi

seperti apa yang harus dihadirkan atau studi bunyi--meminjam istilah Andrie

S. Putra Siregar. Dengan begitu komposisi musik yang dihadirkan tidak

hanya sekedar harmoni yang mengiri puisi yang dinadakan, tidak hanya

indah dan enak didengar, melainkan akan lebih memperkuat kesan puisi

yang ingin disampaikan. Jenis musiknya pun menjadi beragam, tidak

terbelenggu kepada standarisasi aliran dan alat musik tertentu.

Berikut ini coba ditawarkan tahapan-tahapan pentranformasian teks puisi

menjadi musikalisasi puisi. Langkah ini bukan rumus baku atau sejenis

sabda Tuhan yang selamanya harus dipatuhi. Boleh saja mengikuti

pendapat lain jika memang ada yang lebih rasional dan berterima.

Pertama, pemilihan puisi: yang harus diperhatikan dalam pemilihan

puisi adalah tidak semua puisi dapat dimusikalisasikan. Hal itu karena ada

puisi-puisi tertentu yang lebih bermakna jika dideklamasikan atau

didramatisasika. Hanya sekedar memberi contoh, misalnya sebagian besar

puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri atau pun puisi-puisi Afrizal Malna. Selain

itu, pilih puisi yang lebih dekat dengan diri karena dengan seperti itu kita akan

lebih termotivasi untuk mengapresiasinya.

Kedua, pemahaman puisi: pahami puisi secara menyeluruh, baik dari

sisi tekstual (jasad puisi) atau pun kontekstual (ruh puisi). Dari sisi tekstual,

pahami setiap kata-kata kemudian coba dibacakan dengan artikulasi yang

tepat, intonasi (tinggi-rendah, keras-lembut, cepat-lambat) yang pas dengan

penuh perasaan. Dari segi kontekstual, pahami isi puisi dengan

menghubungkan pada peristiwa yang terjadi. Jika perlu, ketahui latar

belakang pengarang dan kapan serta mengapa puisi itu ditulis.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

31

Page 32: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

tafsirnya, coba hayati secara mendalam sehingga kita melebur dalam puisi

itu. Mainkan imajinasi seakan kita mengalami atau setidaknya merasakan

peristiwa yang terjadi.

Keempat, pemusikalan puisi: nadakan teks puisi dengan irama yang

sesuai, pemenggalan kata yang tepat, serta tempo yang teratur tanpa

lepas dari keutuhan isi puisi. Walau begitu, tidak semua teks puisi bagus

untuk dinadakan. Terkadang ada bagian-bagian tertentu yang lebih pas jika

dideklamasikan. Hadirkan bunyi-bunyi yang bisa menerjemahkan kesan

puisi, tetapi tidak melantur menjadi sebuah lagu yang sekedar indah

didengar dan menyimpang dari apa yang ingin disampaikan. .

Kelima, penyajian puisi: setelah proses pentranformasian selesai,

pengapresiasian puisi disajikan dalam bentuk tersendiri yaitu dengan

iringan musik. Yang harus diperjelas di sini, puisi bukan dideklamasikan

atau didramatisasikan dan musik hanya sebagai pengiring belaka,

melainkan puisi dinadakan. Andai pun ada bagian yang dideklamasikan,

bagian puisi tersebut memang lebih pas jika diperlakukan seperti itu. Jika

dalam proses penggarapannya dilakukan dengan jalan yang benar,

kemungkinan besar hasilnya pun akan jauh menyimpang dari kesesatan.

Ketiga, penghayatan puisi: setelah paham puisi dengan seluruh

Yusuf Nugraha, laki-laki kelahiran Bogor, Babakan Madang, 5

Mei 1981 ini kegiatan sehari-harinya adalah mengajar. Selain

itu, sarjana lulusan S1 Jurusan Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia di Universitas Pakuan ini aktif di kelompok

musikalisasi puisi Saung Pangulinan. Dalam kesendiriannya

pun dia selalu menyempatkan diri untuk menulis. Karya yang

pernah ditulisnya adalah Sastra Sufistik, Kajian terhadap

Antologi Puisi Tarian Mabuk Allah karya Kuswaidi Syafiie, Perjalanan Adalah

Proses (Panduan Musikalisasi Puisi dan CD Musikalisasi Puisi, 2008) bersama

Saung Pangulinan. Saat ini, laki-laki berbintang taurus ini sedang merintis

membentuk komunitas budaya di BabakanMadang, Kab. Bogor.

32

Page 33: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp. 150.000,- untuk dua edisi berikutnya

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)

33

Page 34: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Ia terpuruk

Ia tertinggal

Ia terjebak

Dalam sebuah kesunyian

Ia teriak

Lalu terdiam

Dalam cahaya yang dimilikinyaHatiku hancur

menjadi buih

Menjadi milyaran titik

menciptakan sebuah pelangi

Hatiku hancur

menjadi pelangi

Menjadi garis-garis

berwarna-warni

Hatiku hancur

berwarna-warni

Menciptakan sebuah

pelangi api

Altruis jojo

Altruis jojo

Ia dan Malam Ini

Hatiku

Hujan,

Engkau menahan waktu

Engkau menawan aku

Hujan,

Aku menahan waktu

Aku menabung rindu

WaktuHujanAltruis jojo

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

34

Page 35: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Bergerak tak berirama

Tak pernah tahu nada

Melompat tak beraturan

Tak bisa dikendalikan

Menari

Berlari

Lalu meringkus hati

Aku adalah binatang yang terluka

Yang masuk kelantai dansa!

Aku Sendiri

Aku

Aku sendiri

Kemudian kupu-kupu itu mendekapku

Tanpa suara

Tanpa sedikitpun kata

Aku sendiri

Kupu-kupu itu kemudian pergi

Mengepakkan sayap-sayap kecilnya

Menuju ruang hampa

Aku sendiri

Tanpa suara

Tanpa kata

Tanpa dekapan

Dan tanpa kupu-kupu!

Aku sendiri

Altruis jojo

Altruis jojo

Altruis Jojo Lahir di Sukabumi, 10 Maret 1989. Hari-harinya diisi sebagai mahasiswa di Universitas Pakuan. Karyanya dimuat dalam Antologi Cinta Tertinggal Senja tahun 2012.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

35

Page 36: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

kau melintas pada mataku

meski tanpa wajah

sebelum akhirnya

ramai orang-orang

menancapkan nisan

di dahiku

kemudian

hilang

pada iringan bising

klakson

dan hembusan

angin sore ini

Jakarta, 31 Mei 2011

Catatan Kecil di Simpang Jalan

hujan deras sore iniseperti luruh rinduyang kuhimpun dari terik harisatupersatusejak semula mata kita meneruskanjarak tanpa arahtanpa kau-aku mengenal "sudah" kemudian tak lagi kuhitung apa yangtak perlu diperhitungkanseperti halnya wajahmuyang menjadi langit tak terukurdi jantungku

Depok, 21 Oktober 2011

Hujan Sore ini Jiwang Muhtadin

Jiwang Muhtadin

36

Page 37: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

mungkin aku lebih luput berterimakasihdaripada memakimupun para penyair bohong-bohongan, misalnya akulebih menganak-tirikanmu dibanding bulanatau lebih puas melihatmu lelah sebagai senja kau tahu, aku hanya butuh teduhteduh yang sederhanasesederhana burungburung yang nangkring di rantingtapi di sini kota, aku kira kau memakluminyateduh di sini adalah ada di kekakuan bangunandan aku amat takut pada teduh semacam ituyang semakin menjadikan mataku beku di sini ranting dicukupi sembarang pohonan yang renggangsinarmu yang mencoba menjarah sisa-sisa anginseperti menghempaskanku pada api pemanggang lidahku semakin akrab dengan sumpah serapahdan keluh kesahpujipuji hanya ketika menjelang malamdan selepasnyabegitulah penyair sundal sepertiku matahari, tubuhmu dicap dengan umpatan-umpatan garangapalagi di tempat gersang, di kotakumungkin tinggal para ibu yang menjemur pakaian basahyang akan tetap melihatmu dengan riangatau sepasang kekasih yang tengah bermesraansaat kau hendak terbenamsetelah itu mereka pun berlalu, ke dalam rumahdan kau akan kembali sendirian, mendengar kesah orang-orangberulang-ulang!

Jakarta, 17 Oktober 2011

Untuk Matahari Jiwang Muhtadin

37

Page 38: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

3/

tinggallah tanak gelap

ampas dari matamu yang redup

melingkup

batasbatas sujud

berserak remah kata

yang basah

dari mimpi paling sepi

ada, tiada

kau dan aku

tinggallah nama

tak berwajah

merangkum sunyi

di baris ini

Jakarta, 13 September 2011

1/

tinggallah riak

sisa dari suaramu yang parau

dan lampau

yang buram kuterjemah

sebagai harokah binar fajar

pemecah

embun dimataku

2/

selaksa doa

yang menyelinap

ke bilik jantungmu

namaku senyap

melayat

denyut denyutnya

ada, tiada

kau dan aku

serupa butir debu

yang berdzikir

di pulau bisu

Baris Mimpi Sisa PagiJiwang Muhtadin

38

Page 39: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Kau adalah puisi yang terpampang pada marka. Mengarahkan langkahku ke lumbung paling limbung. Dan jarum di dalam jerami segala kemungkinan adalah petunjuk jalan yang tak pernah berujung pada rumahmu.

Tak mudah bagiku menerjemahkan rambu-rambu darimu. Selalu tumbuh kata keliru. berkembang menjadi bimbang. Kemudian gugur di kaburnya bayang-bayang.

Jakarta, 23 Juni 2011

Catatan Kecil di Simpang Jalan 2

Jiwang Muhtadin

Jiwang Muhtadin, lahir di Jakarta, 4 Oktober

1989. Menyukai puisi dan musik rap. Alamat

blognya http://jiwang-muhtadin.blogspot.com

39

Page 40: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Dalam amarah murka aku bertanya pada kebengisan

Adakah jalan kebatilan?

Bagaimana cara melaknat kedamaian

Adakah cara menistakan durjana

Oh...

Biarkan aku bertahta pada jalan, yang orang bilang jalan kelam

Tak apalah aku tenggelam

Toh... akal sehatku telah dibombardir oleh pekatnya dusta

Di sebrang jalan lurus aku seperti terkoyak lalu berkelok-kelok

Oh... Iblis bahagiakah dirimu?

Mungkin juga malaikat Atid sudah bosan menulis

Di sana malaikat Malik membuka pintu jauh sebelum

malaikat ISROFIL meniup sangkakala

Naudzubillah...

Inilah malapetaka

MalapetakaVivi Yulianti

40

Page 41: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Kemana perginya nalar

Mengapa masa hanya membidik lalu

Mengapa masa hanya merekam dulu

Mengapa masa hanya menyimpan lampau

Mengapa tidak kini dan nanti

Aku berada di perkara sulit

Tidak...! atas dasar trauma

Iya, atas dasar butuh

Tidak...! atas dasar rasio

Iya, atas dasar rasa

Enyah kau, enyah nalar bobrok...!

Dari satu panggung

Akulah peran antagonis itu

Yang disandiwarai oleh penyandra nalar

Dan Berharap masa sendu hanya gurauan belaka

Tuhan kumohon perbaiki nalarku

Agar rasa ini steril ke sedia kala

Nalar BobrokVivi Yulianti

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

41

Page 42: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Kelabu pekat hitam dan putih yang merona hanyalah kekelaman

yang menyekap ulu hatiku terasa ngilu

Kerinduan semakin menguasai nalarku memompa perasaan

yang bimbang saat ia menghilang tak hiasi kedua bola mataku

Duhai dirinya yang kubutuhkan

Kini tak berdalih dalam sebuah ruang antara hitam dan putih

Aku benar-benar terperosok dalam kehampaan

Tanpa sosoknya aku tetaplah mawar yang terpelanting tanpa

gundukan tanah dan berserahkan menancap di duri batangnya

sendiri

Sungguh bengis antara LARA dan ARAL yang tak tertepiskan

sekalipun waktu menghapus bayangnya

Aku ingin menjahit robekan luka yang menganga karena

terinpeksi kegalauan tak berdaya hadapi sekat hitam dan putih

diantara sebuah perbedaan

Aku hilang arah meronta dalam kepanikan apa gerangan baik2

saja karna aku disini kian terluka

Sekat Hitam dan PutihVivi Yulianti

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Sekat Hitam

42

Page 43: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Di bawah ambang batas antara kesunyian dan kesenyapan

Aku tetaplah menjadi bakteri yang menyatu dalam aliran

darah pada jasadku sendiri

Aku ROH...! atau JASAD...!

Atau arwah yang gentayangan mencari kekalutan

badaniahnya sendiri

Aku ini RACUN...!

Meracuni setiap hembusan nafas yang terhempas dalam

kepanikan

Walau ketenangan memeluk jasadku rohku tetap tersergap

terhakimi kata yang menyakitkan

Dibawah batas suci dan dibawah endapan kekufuran

Aku tetap dalam ketidakberdaanku tanpa TUHAN

Di BawahVivi Yulianti

Vivi Yulianti lahir di Bogor dan beraktifitas

sebagai mahasiswi di Universitas Pakuan

Bogor.

43

Page 44: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

REKOMENDASIJudul: #Fiksimini 140

Kumpulan Fiksimini @ FacebookPenyusun: Susy Ayu dan Kurniawan JunaedhiPenerbit : Kosa Kata Kita Terbit : Juni 2012

Buku ini menghimpun sebanyak lima ratus karya Fiksi 140 yang berasal dari program Fiksi 140 yang diadakan di Facebook. ditambah seratus karya fiksi140 yang ditulis khusus oleh para sastrawan Indonesia: Soni Farid Maulana, Joko Pinurbo, Slamet Riyadi Sabrani, Kurniawan Junaedhi, Yonne de Fretes, dan lain-lain.

Judul: Pengarang Tidak MatiPenulis: Maman S MahayanaPenerbit : Nuansa Cendikia BandungTerbit : Juli 2012

Buku ini dikemassajikan dengan semangat memberi apresiasi yang sepatutnya kepada pengarang atas olah kreativitas. Maka, bagian gerbang depan buku ini coba menawarkan pandangan tentang posisi pengarang dalam h u b u n g a n n y a d e n g a n t e k s y a n g d i has i l kannya dan pembaca yang memproduksi dan mereproduksi makna teks. Bagian ini sengaja pula melampirkan esai Michel Faucoult, “What is an Author?” dan Roland Barthes, “The Death of the Author” sekadar untuk mencermati secara langsung, apa dan bagaimana sesungguhnya pandangan kedua ilmuwan itu tentang pengarang-penulis.

44

Page 45: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Online

Ujung Senja

MenulisUlasan

Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Page 46: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Siapa yang tidak kenal dengan Chairil Anwar, Taufiq

Ismail, Andrea Hirata, William ? Ya,

mereka adalah penulis ternama. Karya-karya mereka diakui dunia.

Sempatkah berpikir untuk menjadi seorang penulis? Menulis

bukan sekadar hobi, menulis juga bisa menjadi profesi. Seorang

penulis bisa menjadi milyarder karena karyanya. Karya seorang penulis

tidak hanya akan mengubah hidup si pembaca, tapi juga mengubah

hidup si penulis itu sendiri. JK Rowling misalnya, berlatar belakang

orang miskin, lalu dia membuat dongeng Harry Potter yang

menjadikannya sebagai salah satu penulis terkaya.

Tapi pernahkah terpikir, apa sebenarnya menulis itu? Ya,

sebelum menjadi seorang penulis, baiknya kita pelajari terlebih dahulu

apa itu menulis. Pada kesempatan ini, saya akan membahas menulis

secara umum, baik menulis karya ilmiah atau pun menulis karya

nonilmiah.

Shakespeare, atau JK Rowling

Menulis

Sumber gambar: ramboeistblast.files.wordpress.com

oleh Wahyudimalamhari

Ulasan

46

Page 47: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

APA ITU MENULIS?

Sesunggunnya menulis merupakan

kegiatan untuk melatih berpikir, berpikir kritis,

memudahkan daya tangkap atau persepsi,

memecahkan masalah-masalah yang

d i h a d a p i , m e n y u s u n u r u t a n b a g i

pengalaman, dan dapat membantu

menjelaskan ide, gagasan, atau pikiran

dalam bentuk lisan.

Tarigan (1994: 22) mengatakan bahwa

menulis ialah menurunkan atau menukiskan

l a m b a n g - l a m b a n g g r a f i k y a n g

menggambarkan suatu bahasa yang

dipahami oleh seseorang, sehingga orang

lain dapat membaca lambang-lambang grafik

tersebut kalau mereka memahami gambaran

grafik tersebut. Pengertian yang lebih dalam

lagi, menulis berarti menuangkan buah

pikiran ke dalam bentuk tulisan atau

menceritakan sesuatu kepada orang lain

melalui tulisan. Menulis juga bisa diartikan

sebagai ungkapan atau ekspresi perasaan

yang dituangkan dalam bentuk tulisan,

seperti yang ditegaskan Roland Barthes

(1915-1980) dalam buku Creative Writing

yaitu untuk mengekspresikan yang tidak

terekspresikan.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

“Pengertian yang lebih dalam l a g i , m e n u l i s b e r a r t i m e n u a n g k a n buah pikiran ke d a l a m b e n t u k t u l i s a n a t a u m e n c e r i t a k a n sesuatu kepada o r a n g l a i n melalui tulisan.”

47

Page 48: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

FUNGSI MENULIS

Menulis memiliki banyak fungsi. Seperti yang diungkapkan oleh

D'Angelo dalam Tarigan, (2008), pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan

adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Menulis sangat penting

bagi pendidikan karena para pelajar akan merasa mudah dan nyaman dalam

berpikir secara kritis. Juga dapat memudahkan kita merasakan dan

menikmati hubungan-hubungan, memperdalam daya tangkap atau persepsi,

memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, menyusun urutan bagi

pengalaman. Tulisan membantu kita menjelaskan pikiran-pikiran kita. Tidak

jarang, kita menemui apa yang sebenarnya kita pikirkan dan rasakan

mengenai orang-orang, gagasan-gagasan, masalah-masalah, dan kejadian-

kejadian yang hanya dalam proses menulis yang aktual.

Tidak jauh berbeda dari pendapat D'Angelo, Sabarti Akhadiah

(dalam Hasani, 2005:3) mengungkapkan fungsi menulis sebagai

berikut:

1) Penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya.

Dengan menulis, penulis dapat mengetahui sampai mana

pengetahuannya tentang suatu topik. Untuk mengembangkan

topik itu, penulis harus berpikir menggali pengetahuan dan

pengalamannya.

2) Penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai

gagasan. Dengan menulis, penulis terpaksa bernalar,

menghubung-hubungkan, serta membanding-bandingkan fakta

untuk mengembangkan berbagai gagasan.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

48

Page 49: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

3) Penulis dapat lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai

informasi sehubungan dengan topik yang ditulis. Kegiatan menulis

dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai

fakta-fakta yang berhubungan.

4) Penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara

sistematis serta mengungkapkan secara tersurat. Dengan

demikian, penulis dapat memperjelas permasalahan yang semula

masih samar.

5) Penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara

objektif.

6) Dengan menulis sesuatu di atas kertas, penulis akan lebih mudah

memecahkan permasalahan, yaitu dengan menganalisisnya

secara tersurat dalam konteks yang lebih kongkret.

7) Dengan menulis, penulis terdorong untuk terus belajar secara

aktif.

8) Penulis menjadi penemu sekaligus pemecah masalah, bukan

sekedar menjadi penyadap informasi dari orang lain.

9) Dengan kegiatan menulis terencana, penulis membiasakan

berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur.

Dapat disimpulkan fungsi dari menulis adalah sebagai

alat komunikasi tidak langsung yang dapat menggali kemampuan

seseorang tentang suatu top ik dengan cara ber la t ih

mengorganisasikan gagasan secara sistematis dan terencana agar

dapat berbahasa dengan tertib dan teratur. Selain itu, menulis juga

dapat membantu seseorang memperdalam daya tangkap dan

membantu memecahkan masalah.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

49

Page 50: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

MANFAAT MENULIS

Menulis tidak hanya memiliki

manfaat finansial, tapi banyak manfaat

lain yang bisa didapat dari menulis.

Manfaat menulis menurut Sabarti

Akhadiah (dalam Kartimi 2006: 5)

sebagai berikut:

1) Mengetahui potensi diri dengan

d a n k e m a m p u a n s e r t a

pengetahuan kita tentang topik

y a n g d i p i l i h . D e n g a n

mengembangkan topik itu kita

d ipaksa berp ik i r, mengga l i

pengetahuan, dan pengalaman

yang tersimpan dalam diri.

2) D e n g a n m e n g e m b a n g k a n

berbagai gagasan kita terpaksa

b e r n a l a r , m e n g h u b u n g -

hubungkan, dan membandingkan

fakta-fakta yang tidak pernah kita

lakukan kalau kita tidak menulis.

3) Lebih banyak menyerap, mencari,

ser ta menguasa i in formas i

sehubungan dengan topik yang

ditulis. Dengan demikian, kegiatan

menul is dapat memper luas

wawasan baik secara teoritis

maupun mengenai fakta-fakta yang

berhubungan.

4) M e n u l i s b e r a r t i

mengorganisasi gagasan

secara s is temat ik ser ta

mengungkapkan secara

tersurat. Dengan demikian,

setiap permasalahan yang

semula samar-samar dakan

menjadi lebih jelas.

5) Melalui tulisan, kita dapat

menjadi peninjau dan penilaian

gagasan kita secara obyektif

6) Lebih mudah memecahkan

m a s a l a h d e n g a n

menganal is isnya secara

tersurat dalam konteks yang

lebih konkrit.

7) Dengan menulis, kita menjadi

aktif berpikir sehingga kita

dapa t men jad i penemu

sekaligus pemecah masalah.

B u k a n h a n y a s e k e d a r

penerima informasi yang pasif.

8) Membiasakan kita berpikir dan

berbahasa secara tertib.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

50

Page 51: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Selain manfaat menulis

di atas, Hernowo (2004: 51)

mengungkapkan bahwa

menulis dapat digunakan

u n t u k m e n y i b a k a t a u

mengungkapkan diri. Dengan

menulis seseorang bukan

hanya akan menyehatkan fisik

dan mental tetapi juga dapat

mengena l i de ta i l -de ta i l

dirinya.

S e m u a b i s a

disimpulkan bahwa menulis

bermanfaat untuk mengetahui

kemampuan diri dengan aktif

berpikir dalam menuangkan

ide dan gagasan kedalam

sebuah tulisan, menambah

wawasan dan informasi,

menumbuhkan keberanian

dan kreativitas, dan yang pasti

bisa meningkatkan finansial

penulis.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

CIRI-CIRI TULISAN YANG BAIK

S e o r a n g p e n u l i s

mempunyai maksud dan tujuan

dalam tulisannya, yaitu agar

karyanya dapat diterima dan

dibaca oleh para pembaca. Agar

maksud dan tujuan bisa tercapai

dengan adanya respon dari

pembaca terhadap tulisannya,

sang penulis harus menyajikan

tulisan yang baik. Berikut ciri-ciri

tulisan yang baik menurut Adelstein

dan Pival:

1. T u l i s a n y a n g b a i k

mencerminkan kemampuan

penulis mempergunakan nada

yang serasi.

2. T u l i s a n y a n g b a i k

mencerminkan kemampuan

menulis menyusun bahan-

bahan yang tersedia menjadi

suatu keseluruhan yang utuh.

Sumber gambar: jaraway.multiply.com

51

Page 52: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

3. T u l i s a n y a n g b a i k

mencerminkan kemampuan

penul is untuk menul is

dengan jelas dan tidak

samar-samar. Salah satu

caranya ya i tu dengan

memanfaatkan struktur

kalimat, bahasa, dan contoh-

contoh sehingga maknanya

s e s u a i d e n g a n y a n g

diinginkan oleh penulis.

4. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis

untuk menulis secara meyakinkan, menarik minat para

pembaca terhadap pokok pembicaraan. Dalam hal ini

haruslah dihindari penggunaan kata-kata dan frase

yang tidak perlu.

5. Tulisan yang baik mencerminkan kemampuan penulis

untuk mengkritik naskah tulisannya yang pertama

serta memperbaikinya. Mau dan mampu merevisi

naskah pertama merupakan kunci bagi penulisan

yang tepat-guna atau penulisan efektif.

6. Tulisan yang baik mencerminkan kebanggaan penulis

dalam naskah atau manuskrip. Kemauan untuk

menggunakan ejaan dan tanda baca secara seksama,

memeriksa makna kata, hubungan ketatabahasaan

dalam kalimat-kalimat sebelum menyajikannya

kepada para pembaca. Penulis yang baik menyadari

benar-benar bahwa hal seperti itu dapat memberi

akibat yang kurang baik terhadap karyanya.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Sumber foto: theactadiurna.files.wordpress.com

52

Page 53: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Sedangkan menurut Mc. Mahan dan Day (dalam Tarigan, 2008: 6-

7), ciri-ciri tulisan yang baik adalah sebagai berikut:

1. Jujur artinya penulis tidak boleh memalsukan ide atau gagasan

2. Jelas artinya penulis tidak boleh membingungkan para pembaca

3. Singkat tidak memboroskan waktu para pembaca

4. Usahakan keanekaragaman, panjang kalimat yang beraneka

ragam, berkarya dengan penuh kegembiraan.

Maka, kita dapat menyimpulkan ciri-ciri tulisan yang baik adalah

tergantung kepada penulis, apakah mampu memanfaatkan struktur

kalimat, bahasa, dan contoh-contoh sehingga maknanya sesuai, serta mau

memeriksa kembali hasil tulisannya agar memenuhi kaidah bahasa.

Bahasa yang digunakan harus jelas, singkat namun padat, komunikatif,

dan penuh kejujuran.

Wahyudimalamhari adalah nama pena dari Wahyudi.

Lahir di Bogor, 5 April beberapa tahun lalu. Setelah

lulusan Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

jurusan Bahasa dan Seni FKIP Universitas Pakuan

Bogor, ia melanjutkan studi di jurusan Administrasi

Pendidikan pada universitas yang sama, Saai ini

bekerja sebagai guru mata pelajaran Bahasa dan

Sastra Indonesia di SMK Binantara dan PT. Bintang

Pelajar.Sumber gambar: dokumen Wahyudimalamhari

53

Page 54: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Ramadhan 1433 H

Online

Mengucapkan

Page 55: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Harta KarunNugraha A. Baesuni

Cerpen

Page 56: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Seperti biasa, sore itu Mamun siapkan peralatan memancing. Ia meramu umpan kue nastar yang ditumbuk dan diberi sedikit air agar kental. Jika diperhatikan, umpan itu seperti kembali menjadi adonan kue sebelum dipanggang. Setelah dirasa mantap, Mamun pun beranjak pergi ke sungai.

Nugraha A. Baesuni

Harta Karun

“ P a g a w é a n t e h n g a n

nguseup weh nguseup, sia. Lainna

gawé, neangan duit, naon ké nu 1halal!”

2“Iyeu gé halal, Ma.”

“Ah, némbalan waé sia mah 3dibéjaan teh.”

Ibu Halimah mengomel

s e p e r t i b i a s a d a n M a m u n

melenggang pergi tak acuh seperti

b iasa. Dar i ha laman masih

terdengar sang Ibu mengomel dari

d a p u r , d a n M a m u n t e t a p

mengenakan sandalnya, lalu pergi

ke sungai.

Mamun berjalan ke arah

barat, arah menuju sungai.

Matahari menyinari wajah lusuh

dan tubuh tegapnya. Rambut

sebahu yang sudah beberapa

hari tak dikeramas terus berayun

selagi ia berjalan. Angin sore

menambah kencangnya ayunan

itu. Beberapa orang tetangga

yang ia lewati tak menyapa,

seperti halnya ia tak menyapa

siapa pun.

56

Page 57: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Semua orang kampung tahu

bahwa Mamun lulusan sekolah

kejuruan. Tak tanggung-tanggung, ia

mengambil jurusan teknik mesin!

Wow! Nilai rapornya pun hebat.

Mamun lulus ujian sekolah dengan

nilai 'Baik'. Setelah lulus, ia

meng i r imkan su ra t l amaran

pekerjaan ke beberapa perusahaan

swasta. Perusahaan onderdil motor,

garmen, makanan siap saji, dan

beberapa perusahaan lain, hasilnya,

tak ada panggilan.

Beg i tu lah h idup jaman

sekarang, cari kerja susah. Kata

orang-orang tua di kampungku,

semua pekerjaan harus dilalui 4

dengan 3D: dulur, duit, dukun.

Nilai ijazah bagus, tapi tak

punya relasi di suatu perusahaan

atau instansi, sulit dapat kerja. Punya

relasi, tapi tak punya duit (pelicin),

percuma. Punya relasi, punya duit,

tapi tak minta doa dari dukun, juga

sulit.

Tiga hal itu pula yang selalu

dikeluhkan Bu Halimah pada Tuhan

dalam peraduannya. Ketika jengkel

luar biasa, ia salahkan takdir yang

telah mengetukkan palu dan

memutuskan bahwa miskin adalah

bayangan keluarganya seumur

hidup.

Sebenarnya Mamun punya

paman di Cirebon yang punya

bengkel rumahan. Ia juga ditawari

untuk kerja di bengkel itu. Tapi Ibu

Halimah tak mengizinkan karena

jarak antara Bogor dan Cirebon

terlalu jauh. Sementara di rumah, Ibu

Halimah hanya tinggal dengan

Mamun si anak tunggal, karena

suaminya telah meninggal. Sehari-

hari Bu Halimah menjual nasi uduk

untuk mencukupi kebutuhan dua

manusia di rumah itu.

Sebagai pengangguran yang

dianggap merepotkan, Mamun tak

pernah libur dari omelan Bu Halimah

setiap hari. Meski ia menutup telinga,

omelan sang ibu tetap menorobos

masuk dan memantul-mantul di

gendang telinganya. Satu-satunya

tempat yang paling tenang adalah

Curug Sapi, curug bagian dari Sungai

Cikeas. Sambil menunggu ikan

mencaplok umpannya. Di tempat itu

Mamun bisa berhayal sejauh

57

Page 58: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

mungkin tanpa satu orang pun

pengganggu, termasuk sang ibu

yang bawel bukan main. Bila Mamun

pulang dengan hasil ikan cukup

banyak, biasanya untuk hari itu dan

esoknya sang Ibu libur mengomel.

***

Tali pancing Mamun ditarik.

Ada ikan yang memakan umpannya

lagi. Mamun sangat bersemangat

tapi juga begitu hati-hati.

“Kali ini harus dapat! Sudah

tujuh kali umpanku dimakan, belum

satu pun ikan kalah.”

Menjengkelkan memang.

Tapi, ah… apa boleh buat, kali ini ikan

lepas lagi.

Mamun lemparkan kail lagi.

Kali ini lemparannya ke arah jauh. Ia

simpan pancingnya di sela-sela batu.

Seperti biasa, sambil menunggu

umpan ditarik, ia sandarkan badan

pada batu besar di sampingnya.

Dengan kedua tangan membantali

kepala, ia pejamkan dua mata.

Sambil menunggu tarikan datang, ia

lemparkan pikirannya pada sebuah

kursi hitam di balik setir BMW S-

Class. Sedikit demi sedikit bibirnya

mulai melebar. Mamun senyum

sambil terpejam. Di kepalanya

sedang berputar film berjudul Mamun

Kaya Raya.

Ya, di kepalanya berputar film

Mamun Kaya Raya. Mengisahkan

tentang seorang lelaki muda,

rupawan, senang berbagi, peduli

pada sesama, dan tentunya tidak

sombong. Dialah seorang saudagar

muda, dialah Mamun.

Rumah gedongnya benar-

benar gedong. Dengan luas tanah

lima puluh ribu meter, gedong itu

ditumpu pilar-pilar besar dengan

ukiran Bali berwarna emas, lampu

gantung kristal pada setiap ruangan,

kusen dan perabot kayu Jati, juga

belasan lukisan seharga puluhan

juta. Isi kamarnya tidak ada yang

tahu, tidak ada seorang pun kecuali

Mamun sendiri. Tapi, kita tentu bisa

bilang kalau perabot isi kamarnya

pasti bernilai puluhan, bahkan

ratusan juta rupiah.

Tentu, tidak seluruh tanah itu

adalah rumah, karena empat per

l imanya adalah halaman. Ya,

halaman rumput hijau dengan tiang-

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

58

Page 59: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

tiang lampu di sepanjang pedestrian,

ditemani pohon palem, sejumlah

pohon beringin, rambutan, pisang,

d a n t e n t u p o h o n d u r i a n

kegemarannya.

Ada juga kolam renang di

belakang rumah. Di sekitar kolam

renang, berjajar lima puluh tujuh

burung dalam sangkar: Ada tiga

burung merak hijau, tiga burung

kasuari, dua beo, dua jalak bali, dua

kakatua maluku, satu rajawali, lima

burung dara, tiga burung perkutut,

dan beberapa banyak burung yang

aku tak tahu namanya. Di sekitar itu

pula terawat bunga-bunga beragam

warna, mengisyaratkan betapa

pemilik rumah seorang yang cinta

kasih.

Garasinya cukup untuk

delapan mobil, tapi di garasi saat ini

hanya ada tujuh mobil: ada Peugeot

504, Mercedes SLR Mc Laren, BMW

318i, dua mobil Toyota, Lamborgini

Murchielago dan satu mobil Esemka,

satu mobil –BMW S-Class- tengah ia

kemudikan di jalan raya bersama

sang kekasih yang cantik bukan

main.

Tak ada yang Mamun ucapkan

pada kekasihnya dalam mobil.

Mamun percaya gadis itu setia, tak

mungkin selingkuh, apalagi pada

lelaki lebih miskin dan lebih payah.

Mamun percaya bahwa dirinyalah

yang paling diimpikan gadis itu. Di

samping kiri Mamun, sang gadis

d u d u k b e g i t u n y a m a n .

Pandangannya santai ke depan.

Sesekali dia melirik ke arah Mamun.

Senyumnya, ah, sangat manis.

Sudah cukup lama mereka

menjalin hubungan. Memang,

selama ini bukan hanya wanita itu

yang Mamun pacari, masih banyak

wanita lain yang begitu senang

berada di sampingnya. Muda, kaya

raya, digandrungi wanita, tentu

adalah impian setiap lelaki, dan

Mamunlah satu-satunya lelaki yang

terpenuhi semua impian itu. Yang

lebih menyenangkan dari romansa

Mamun ini, adalah para wanita yang

ia pacari semua setia dan rela

dimadu. Oh, indahnya. Beruntung

nian engkau, wahai Mamun.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

59

Page 60: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Kalau kau mau tahu dari mana

kekayaan yang Mamun miliki

sekarang, jawabnya dari memancing.

Mamun adalah pemancing ikan

terhebat di dunia. Ia memancing

dengan naluri sangat kuat. Saya

menduga keahlian ini semacam

mukjizat, karomah, atau ma'unah.

Tapi, karena mukjizat adalah karunia

Tuhan untuk nabi, sementara

karomah adalah karunia tuhan untuk

para wali, dan ma'unah adalah

karunia untuk orang saleh serta rajin

beribadah, maka mungkin keahlian 5

Mamun ini istidraj.

Semua berawal dari lomba

memancing ikan di kabupaten tiga

tahun lalu. Saat orang-orang

berlomba meracik umpan demi

memenangkan lomba, Mamun hanya

bermodalkan umpan nastar, tapi

dengan bismillah setiap sebelum

melemparkan kail. Hasilnya, tak

sampai satu menit umpannya

langsung disambar. Tak peduli

umpan apa, ikan selalu senang.

Mamun menjuarai lomba itu dan

memenangkan hadiah uang tunai

dua puluh juta rupiah. Tapi, itu baru

p e r m u l a a n , k a r e n a y a n g

menjadikannya kaya bukanlah lomba

itu, tapi petualangannya di laut sekitar

Pulau Seribu.

Ya, selain mendapat hadiah

dua puluh juta rupiah, Mamun juga

mendapat paket liburan memancing

di perairan Kepulauan Seribu.

Sebenarnya, Mamun saat itu tak

punya pengalaman soal memancing

di laut, tapi kalau itu hadiah, kenapa

harus ditolak? Tidak baik bukan

menolak pemberian orang lain.

Apalagi menolak hadiah.

Mamun pergi ke Pulau Seribu

dengan fasilitas akomodasi bersih;

antar jemput dari rumah ke lokasi

liburan, sewa kapal, plus penginapan

dan fasilitas makan. Tidak seru kita

menceritakan perjalanan ke sana,

karena semua panitia berambut

pendek dan berpakaian rapi, hanya

Mamun yang gondrong. Selain itu,

cara mereka berbincang terlalu kaku.

Setelah semalam beristirahat

di penginapan, pagi esoknya Mamun

mulai dimanjakan sensasi laut.

Sebenarnya bukan dimanjakan,

tetapi dimualkan, karena itu pertama

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

60

Page 61: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

kalinya Mamun naik kapal, eh bukan,

tapi sampan. Ya, sampan. Perahu

kecil dari kayu. Eh, tidak, mereka

menyebutnya perahu cadik, karena

ada kayu-kayu penyeimbang di

kanan dan kiri kapal. Tapi, Mamun

saat itu lebih senang menyebut

perahu saja.

“ Ya s u d a h l a h , a p a p u n

namanya. Kalau mengapung dilaut

dan ditumpangi orang, itu namanya

perahu.” begitu kata Mamun

menanggapi penjelasan panitia soal

nama angkutan di laut tadi.

Da lam perahu , Mamun

ditemani seorang kru panitia dan

seorang nelayan tua. Baru beberapa

menit di laut, lelaki gondrong itu

sudah mual. Tiba-tiba kepalanya

sangat pening. Matanya kunang-

kunang. Ada yang salah dengan

kepala Mamun saat ini. Mamun rasa

harus segera memancing.

“Pak, bisa berhenti dulu ‘gak?”

“Hah, di sini, Bang? belum

sampai ke tengah masa berhenti?”

“Iya Bang, masa berhenti?

Kan saya dibayar supaya ngajak

keliling lautan di sini?” kata si Kakek.

“Saya mau mancing di sini.”

“Yah, jangan di sini kalau mau

mancing! Gak ada ikannya! Apalagi

jam segini.” cegah si kakek.

“Saya mau mancing di sini.

Firasat saya bilang kalau di sini

sekarang ada ikan.”

“Yeeee… Jangan di sini Bang,

nantilah saya bawa ke tempat yang

banyak ikannya.” tegas kakek.

“Saya mau di sini!!!!”

Perahu berhenti. Mamun

menyiapkan alat pancing. Yang

mengherankan saat itu, ternyata ia

memakai umpan kue nastar sisa

lomba. Dua orang dalam perahu itu

heran. Mana mungkin ikan laut

memakan umpan macam itu?

Jangankan dimakan, disentuh pun

tidak mungkin.

“Ini orang, sebenarnya siapa

sih?” tanya kakek kepada kru yang

menemani Mamun dengan agak

berbisik--Kru itu berambut cepak.

“ D i a p e m e n a n g l o m b a

mancing se-kabupaten Sukabumi,

Pak.”

“Masa sih? Apa belum pernah

mancing di laut ya?”

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

61

Page 62: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

“Sepertinya sih belum.”

“Pasti belum. Masa mancing di

laut pake umpan begituan?”

“Saya juga heran, Pak.”

“Kenapa enggak dikasih tau?”

“Ah, ngapain juga ngasih tau?

Nanti juga dia kesel sendiri. Lagian

dia itu belagu, Pak. Biarin aja nanti

kesel sendiri”

Sampai di sini, pada kalimat

ini, Mamun menorah ke arah mereka.

Mamun melihat mereka berbisik.

“Pasti kalian ngomongin saya.

Iya kan?”

Dua lelaki itu tak menjawab.

Mungkin tak berani pada orang

gondrong seperti Mamun. Ya,

kebanyakan orang di negara kita

memang takut pada orang berambut

gondrong. Sialnya, ketakutan itu ada

k a r e n a k e b a n y a k a n o r a n g

menganggap orang gondrong itu

orang kriminal. Lucunya lagi, dulu,

salah satu presiden di negara kita

pernah membuat sebuah badan

intelejen pemberantas rambut

gondrong. Walah, apa jangan-jangan

mereka tidak lulus pelajaran sejarah

di SD? Bukankah para pendeta, para

cendikiawan serta kesatria zaman

Hindu selalu digambarkan dengan

rambut gondrong? Bedanya hanya

ikat kepala, itu saja! Jadi, kita bisa

menyangka kalau dua orang di

perahu itu nilai pelajaran sejarahnya

merah.

“Sudahlah, kalian lihat saja! Aku

dapat ikan atau tidak, lihat saja.

Oke?! Bismillah.”

Mamun lemparkan kailnya ke

tengah lautan. Tak sampai dua menit

menunggu, tali pancing nampak

kaku. Ya, ada sesuatu yang mengait.

Mungkinkah itu ikan? Karena

penasaran , Mamun menar i k

pancingnya. Tapi, ternyata berat

sekali, sangat berat. Mamun tak

kuasa menariknya. Dua orang tadi

hanya bisa melongo dengan

kelakuan Mamun, apalagi si kakek.

Dalam hatinya si kakek benar-benar

y a k i n k a l a u M a m u n b u k a n

pemancing professional. Nampak

jelas kalau tali pancingnya kaku tak

bergerak. Kalau yang didapatnya itu

ikan, pasti talinya sudah gerak-gerak

dibawa lari oleh ikan.

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

62

Page 63: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

L a m a s e k a l i M a m u n

berusaha, hampir setengah jam, tapi

setelah itu si kakek dan lelaki

berkepala cepak kaget bukan main.

Mamun menarik tali pancingnya ke

atas. Ya, nampak dipermukaan kalau

ada sesuatu yang menyangkut,

besar, hitam, tak bergerak, tapi tali

pancingnya tidak putus.

“Jangan diam saja! Ambil!

Ambil!”

“Tapi itu bukan ikan bang!”

jawab si Cepak.

“Ambil! Aku bilang ambil!”

Si Cepak segera mengambil

benda itu. Ditariknya, dan sangat

berat, ya sangat berat. Si cepak tak

mampu mengangkatnya.

“Pak, bantu, Pak! Cepat, Pak!

Mmmmmhhhh….”

Si kakek membantu, tapi

m e r e k a m a s i h k e s u l i t a n

mengangkatnya. Mamun pun turun

tangan. Mereka bertiga menarik

benda itu. Perahu sampai bergoyang

hebat. Tak seimbang. Tapi, mereka

tak meyerah, apalagi Mamun, sangat

bersemangat. Mereka menarik

benda itu dan, Ah…. Akhirnya benda

itu terangkat sampai ke atas perahu.

“Huh… Berat banget ya?”

Si Cepak dan si Kakek

terduduk lemas. Sementara Mamun

hanya memandang diam benda itu,

sebuah tas.

“Hehe… pengalaman pertama

memancing di laut, dapat tas. Hihi.…”

M a m u n m e n e r t a w a k a n

dirinya. Dua lelaki tadi ikut tertawa.

Mereka menertawakan apa yang

baru saja mereka alami.

“ H e h e … h u h , G i m a n a

sekarang? Kita buang saja tas ini?”

tanya si Cepak.

“ Y e e … J a n g a n ! I n i

pengalaman saya. Jangan dibuang!”

“Terus isinya apa, Bang? Coba

lihat!”

“Hey... hey… Jangan!! Biar

aku saja yang lihat. Nanti kubuka di

kamar.”

“Haha… ya sudah. Abang

simpan saja buat kenang-kenangan.

Lagi pula kami tak peduli. Iya tidak,

Kek?! Haha.…”

“Ya, buat kenang-kenangan.

Haha…. Sudahlah, kita keliling-

keliling saja, tidak usah memancing

lagi. Ayo Kek, nyalakan mesinnya,

Kek!”

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

63

Page 64: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

“Haha… iya, iya….”

“ D r o d o t d r o d o t d r o d o t …

dooootdooootdoooot….” perahu

berjalan kembali mengantar mereka

keliling-keliling lautan pulau seribu.

Mereka tak memancing. Hanya

berputar-putar dan tak sampai satu

jam. Kemudian mereka pulang ke

penginapan.

Sampai d i penginapan,

mereka bertiga menyimpan tas itu

tepat di samping tempat tidur kamar

Mamun. Kemudian si Cepak dan si

Kakek pergi.

“Paling juga isinya batu,

haha….” Kata si Kakek kepada si

Cepak sambil beranjak pergi.

“Biar saja dia bawa satu tas

batu, asli Pulau Seribu. Hahaha….”

Dua orang itu pergi. Mamun

mengunci pintu kamarnya, lalu

menghampiri tas berat itu sambil

senyum dan bertanya dalam hati,

“Apa ya isinya? Batu? Haha,”

Saat tas itu dibuka, tas hitam

berbahan parasit dan kulit buatan,

Mamun kaget bukan kepalang. Ya,

ternyata tas itu berisi tumpukan emas

sebesar penghapus papan tulis.

Emas murni, emas kuning,

keras, asli emas, ya, ini emas, emas

batangan, bertumpuk-tumpuk, satu

tas penuh. Luar biasa, Mamun dapat

harta karun tanpa diduga. Benda

berbentuk kotak dan tebal itu benar-

benar emas. Ya, ini harta karun. Ini

harta karun. “Hah! Emas… Emas…

Aku kaya! Aku kaya! Haha…. Aku

k a y a ! H a h a h a h a h a a k u

kayaaaaa….!!!!”

***

Ya, kisah liburan itulah yang

membuat Mamun begitu kaya raya.

Kekayaannya tak habis hingga kini,

hingga saat ia nampak keren dan

ganteng di balik stir BMW edisi

terbaru. Di sampingnya, di kursi

sebe lahnya, seorang wani ta

berambut panjang hitam, berkulit

putih mulus, berkacamata hitam,

berhidung mancung, dengan dagu

putih mulus lonjong bagai sepotong

telur ayam, serta dada bulat

menonjol, padat berisi, adalah

kekasihnya.

Wanita cantik itu memakai

kemeja putih tangan pendek. Bagian

bawah kemejanya menutupi sabuk

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

64

Page 65: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

kecil yang mengencangkan celana

pendek yang dipakai. Celana itu

hanya menutupi setengah paha.

Setengah paha ke bawah sampai

betis, nampak putih mulus, tak

tertutupi apapun.

Wanita itu memandang lurus

ke depan dengan santai. Sesekali ia

melirik ke arah Mamun sambil

memberikan senyum yang begitu

manis. Meski tak ada satu pun kata

keluar dari mulut si cantik, raut

wajahnya mengisyaratkan kalau ia

sangat senang berada di sisi Mamun.

“Muuuun… Mamunnnnn.

Mamuuuuuun…. ” Seseo rang

memanggil, Mamun heran. Seperti

ada yang memanggil, tapi ia sedang

di dalam mobi l . Siapa yang

memanggil? Mamun melirik kursi

belakang, tak ada orang. Lirik ke

spion kanan dan kiri, tak ada orang.

Tak ada siapa pun dalam mobil selain

mereka berdua, yakni Mamun dan

wanita itu. Ah, tapi di mana gadis itu?

Di mana wanita cantik tadi? Tidak

ada! Wanita itu tiba-tiba hilang!

Hanya ada Mamun sendiri dalam

mobil.

“Mamun... Mamuuuuuun...

M u u u u n … M a m u n n n n n …

Mamuuuuuun….” Mamun makin

bingung. Tak ada orang, banyak

sekali suara orang memanggilnya.

Dari mana suara-suara itu datang?

“Muuuun. Mamunnnnn…

Mamuuuuuun….”

Tiba-tiba jalan raya menjadi

gelap. Ya, sangat gelap. Setir yang

sejak tadi ia pegang tiba-tiba hilang.

Mamun bingung. Keringat mulai

mengucur di dahinya. “Apa yang

terjadi? Di mana ini?” Mamun

bingung, takut.

Tiba-tiba Mamun kedinginan.

Terasa angin menggosok-gosok

lehernya. Seketika matanya terbuka.

Nampak di muka, dedaunan dari

pohon rambutan menghalangi

cahaya mentari yang semakin lemah.

Tetesan keringat di dahi terasa begitu

dingin. Mamun melirik kanan dan kiri,

bebatuan dan rumput-rumput liar.

Telinganya menangkap riak air. Dia

sadar, kalau ternyata ia sedang

memancing di kali Cikeas.

“Itu Mamun… itu….”

“Mana?”

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

65

Page 66: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

“Itu, di pinggir kali.”

B e b e r a p a o r a n g p r i a

menghampirinya dengan langkah

cepat. Mamun masih bingung.

Kepalanya masih seperti benang

kusut.

“Mamun.. . Astagf i rul lah !

Pulang, lu! Rumah lu kebakaran tuh!”

“Apa sih ah? Ganggu orang

aja.”

“Serius! Emak lu meninggal,

Mun. Cepetan pulang!”

“Ngaco lu, ah!”

“Subhanal lah, rék naon

ngawadul aing? Geura balik sia!

Ditaréangan sia ku jelema salembur. 6

Karunya indung sia tu.!

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

“Astagfirulloh….” Mamun

mengambi l langkah ser ibu,

meninggalkan kailnya, berlari

menemui Ibu.

Sampai di rumah, Mamun

tak mampu berkata-kata, ia lupa

cara berkata. Sang Ibu sudah

terbaring di teras rumah tetangga,

ditutupi sarung batik panjang,

sudah tak bernyawa dan bau

hangus. Beberapa saksi bilang,

sempat terjadi ledakan di dapur.

Pasti sang Ibu sedangmenyalakan

kompor gasnya. Mamun mengutuk

diri atas kejadian itu. Biasanya dia

yang mengurus perapian sebelum

sang Ibu menggoreng apa pun.

Sumber foto: Google Image

66

Page 67: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Mamun hanya bisa menangis. Dalam tangisnya, lelaki gondrong itu

tahu kalau sang Ibu telah meninggalkannya. Tapi, saat itu ia belum sadar,

kalau ia semakin miskin.

Nanggewer, 2012

1. Mancing saja kerjamu, bukannya mencari pekerjaan, mencari uang, apa sajalah

yang halal”

2. “Ini juga halal, Mak”

3. “Ah, kamu diberi tahu malah melawan!”

4. Saudara/kenalan/relasi, uang, dukun

5. Karunia tuhan yang dimiliki seorang biasa, bahkan bukan orang saleh.

6. “Subhanallah, untuk apa saya bohong? Cepat pulang! Kau dicari orang

sekampung. Kasihan Ibumu!.”

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Nugraha A. BaesuniLahir di Bogor, 1990. Mahasiwa Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Universitas Pakuan Bogor. Aktif dalam berbagai Organisasi. Karyanya dimuat dalam Antologi Pohon Kopi 1 dan 2.

67

Page 68: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Forum Bukan

M u s i k B i a s a

diselenggarakan tiap

dua bulan sekali.

Tahun in i forum

t e r s e b u t

d i l a k s a n a k a n d i

Pendapa Wisma Seni Taman Budaya Surakarta Jawa Tengah yang

berlangsung tanggal 27 Mei 2012. Acara ini menampilkan komposisi bunyi

yang disajikan oleh Yurdika. Komponis asal Jogja yang menampilkan

karyanya Polusi Bunyi. Komposisi ini menghadirkan suara yang menyata-

nyayat kulit yaitu dari suara tutup panci yang digesekan-gesekan ke lantai

dan dipadukan dengan alat lain. Selain itu, Kelompok Tadulako asal Palu

yang mengusung musik Vokal Rego dan Lalove, Ruang dan Waktu karya

Ketut Sumerjana asal Bali yang menampilkan perpaduan synthesizer dan

gamelan Bali. Rangkaian pementasan tersebut ditutup oleh penapilan

Kumpulan Bunyi Sunya asal Jakarta yang mengusung tema Karuhun Baru

di Ruang Tamu menampilkan tiga

karyanya yaitu Trance karya

Tommy Setiawan, Batas Terbias

karya Didit Alamsyah, dan Turun

Padi karya S. Lawe Samagaha.

Seusai pementasan, dilaksanakan

diskusi dengan pembicara musisi

kontemporer Yasudah. (Doni D)

Forum Bukan Musik Biasa

Sumber foto: Doni Dartafian

Sumber foto: Doni Dartafian

Tadulako (Palu)

Kumpulan Bunyi Sunya (Jakarta)

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

68

Page 69: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012

Edisi 1 / Tahun I / Juli 2012Online

Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya

(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke

[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Kami mengundang semua pembaca

Online

untuk memberi kritik dan saran

agar kami bisa lebih baik

Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan

berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s iKlik!

69

Page 70: Majalah Online Edisi 1/Tahun 1/ Juli 2012