Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

52

Transcript of Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Page 1: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1
Page 2: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Syahruddin SiregarArfi Lubis, S.Kom.,Jihan Siska

Para pembaca, civitas akademika Universitas Negeri Medan yang berbahagia. Majalah Unimed terbit

kembali pada edisi Profil Universitas Negeri Medan dengan kemasan yang lebih menarik, dan penuh dengan semangat, yang tertuang dalam bacaan

ringan, menggugah hati dan sarat motivasi

Majalah ini merupakan majalah internal Humas Unimed yang berusaha menampilkan berbagai informasi internal dan peliputan berbagai kegiatan internal Unimed. Pada edisi kali ini, majalah Humas Unimed menampilkan ulasan mengenai profil Unimed serta fakultas dan juga unit-unit terkait yang menunjang kemajuan Unimed.

Beragam informasi berita seputaran kegiatan Universitas Negeri Medan juga kami sajikan dalam majalah ini. Meski masih memiliki beberapa kekurangan dalam segi penyajian data dan penulisan, sesungguhnya ini menjadi bagian dari proses perbaikan kinerja Humas Unimed, dan tidak mengurangi harapan kami bahwa kehadiran majalah Humas Unimed ini dapat menginspirasi dan bermanfaat bagi seluruh civitas akademika dalam upaya peningkatan kualitas dan prestasi. Dengan demikian, Universitas Negeri Medan dalam kerja keras pembangunan karakter bagi seluruh insannya, juga memiliki prestasi membangggakan hingga mampu menjadi salah satu universitas dengan kualitas dan posisi yang baik di kancah internasional

Tim Redaksi

Tajuk Rencana 2Editorial 3Lintas Peristiwa 5Profil Dosen 10Kolom Mahasiswa 13Artikel 23Cerpen 49Personil Humas 50

HUMAS UNIMED

Page 3: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

b e r i m b a n g , menindaklanjut i kesepahaman k e r j a s a m a d e n g a n p e r g u r u a n t in g g i mi t ra baik di dalam maupun luar negeri seperti p e r t u k a r a n m a h a s i s w a m e l a l u i program twin program dan t r a n s f e r e f credit.

Se la in itu, kelemahan g u r u d a l a m m e n d i d i k , m e m b e n t u k s i k a p ,

keterampilan, dan pengetahuan siswa yang diduga l a nta ra n ke l e m a h a n p en geta h u a n s e r ta penghayatan guru terhadap ilmu pengetahuan yang dimilikinya, sehingga eksplorasi minat dan bakat siswa juga tidak maksimal turut direduksi dan diperbaiki melalui aplikasi kurikulum 2013 dalam setiap pengajaran. Tindakan lain yang dilakukan Unimed adalah mendukung pelaksanaan program PLPG.

Program ini menjadi media untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme saat membimbing siswa-siswi, sekaligus merupakan kegiatan pelatihan yang integral dengan manajemen dalam bidang ketenagaan di sekolah. Di samping itu, program ini juga merupakan wujud realisasi program pengembangan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan para guru dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sehingga mereka dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kerjanya.

Profesionalism e g u r u m e n j a d i s u b s t a n s i paling urgen dalam upaya peningkatan k u a l i t a s pendidikan di Indonesia. Di d a l a m n y a , kese la rasan a n t a r a k o m p e t e n s i yang dimiliki para pendidik d e n g a n k e b u t u h a n p a r a s i s w a s a n g a t berpengaruh p a d a keberlangsung a n p r o s e s b e l a j a r mengajar. Guru menjadi sosok sentral dalam pengendalian pembelajaran. Dalam hal inilah, sebagai tenaga pendidik, guru semestinya mampu menunjukkan eksistensi, skill dan potensinya sebagai tenaga professional. Tentu saja pada akhirnya hal ini juga ditujukan untuk peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia.

Maka, sebagai salah satu barometer pendidik, Universitas Negeri Medan senantiasa berupaya mengupayakan program-program akademik maupun nonakademik untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik. Seperti, Unimed melanjutkan kebijakan empat pilar utama program dalam kegiatan akademik universitas yakni teaching and learning quality, research and community development quality, graduate employability, dan international recognition. Usaha-usaha yang telah dan akan terus dilakukan selain melengkapi sarana laboratorium dan

perpustakaan adalah mengalokasikan dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berbasis program studi secara proporsional dan

BULETIN HUMAS UNIMED Juli 2013

HUMAS UNIMED

2 MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Tajuk Rencana

Page 4: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

karakteristik atau kemampuan yang dimiliki oleh murid melalui berbagai cara. Cara yang utama yaitu dengan memahami murid melalui perkembangan kognitif murid, merancang pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran serta evaluasi hasil belajar sekaligus pengembangan murid.

Kompetensi Kepribadian adalah kompetensi kepribadian ini adalah salah satu kemampuan personal yang harus dimiliki oleh guru profesional dengan cara mencerminkan kepribadian yang baik pada diri sendiri, bersikap bijaksana serta arif, bersikap dewasa dan berwibawa serta mempunyai akhlak mulia untuk menjadi sauri teladan yang baik.

Kompetensi Profesional adalah kompetensi profesional adalah salah satu unsur yang harus dimiliki oleh guru yaitu dengan cara menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

Kompetensi Sosial adalah kompetensi sosial adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang pendidik melalui cara yang baik dalam berkomunikasi dengan murid dan seluruh tenaga kependidikan atau juga dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Sayangnya, seiring perkembangan zaman dan pengaruh perkembangan IPTEK serta lingkungan sosial, kompetensi guru yang begitu kompleks seperti yang telah dipaparkan di atas seringkali tak terpenuhi. Sebagai tenaga pendidik, tak jarang para guru justru melakukan tindakan-tindakan yang tak sesuai dengan etika profesinya.

Kondisi inilah yang menjadi pemicu kelahiran sejumlah program pemerintah untuk meningkatkan kompetensi dan mencetak guru-guru professional yang selanjutnya akan mendidik generasi muda Indonesia menjadi anak-anak bangsa yang berkarakter dan berkualitas. Sehingga mampu membawa martabar bangsa Indonesia ke kanca Internasional dalam bidang pendidikan, bahwa SDM Indonesia tidak kalah bersaing dalam prestasi dan kreasi dibidang pendidikan.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai butirbutir tujuan pendidikan tersebut perlu didahului oleh proses pendidikan yang memadai. Agar proses pendidikan dapat berjalan dengan baik, maka semua aspek yang dapat mempengaruhi belajar siswa hendaknya dapat berpengaruh positif bagi diri siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

Proses belajar mengajar yang optimal hanya bisa diraih jika elemen-elemen yang bersangkutan saling melengkapi dan menyempurnakan. Setelah siswa yang aktif dan siap mengikuti pelajaran dengan maksimal, media yang mendukung, adalah guru professional yang juga sangat berpengaruh. Sepanjang pembelajaran, guru menjadi pengendali keberlangsungan proses belajar mengajar. Tentu saja, hal ini erat kaitannya dengan keberhasilan kegiatan akademik siswa.

Kunci utama yang mesti dimiliki oleh setiap pendidik adalah kompetensi mengajar. Kompetensi adalah seperangkat ilmu serta ketrampilan mengajar guru di dalam menjalankan tugas profesionalnya sebagai seorang guru sehingga tujuan dari pendidikan bisa dicapai dengan baik. Menteri Pendidikan Nasional mengenai hal ini menyatakan bahwa standard kompetensi dan kualifikasi akademik serta kompetensi guru menyangkut empat hal. Yaitu; kompetensi pedagogik dan kompetensi kepribadian, profesional serta kompetensi sosial. Keempat kompetensi guru profesional tersebut harus dimiliki oleh seorang guru melalui pendidikan profesi selama satu tahun.

Kompetensi Pedagogik adalah kompetensi yang menyangkut kemampuan seorang guru dalam memahami

3MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013EDITORIAL

HUMAS UNIMED

Profesionalisme Dan Guru

Kebijakan Empat Pilar Untuk Meningkatkan Kualitas Lulusan Unimed

adalah mengalokasikan dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat berbasis program studi secara proporsional dan berimbang, menindaklanjuti kesepahaman kerja sama dengan perguruan tinggi mitra baik di dalam maupun luar negeri seperti pertukaran mahasiswa melalui program twin program dan transfer ef credit. Dalam optimalisasi bidang keuangan, Unimed akan terus mengembangkan program-program yang arahnya untuk peningkatan mutu Unimed, seperti konsisten

Dalam rangka mengakselerasi pencapaian visi Unimed 2011-2015 dan untuk mewujudkan indikator kinerja yang telah ditetapkan, Unimed melanjutkan kebijakan empat pilar utama program dalam kegiatan akademik universitas yakni teaching and learning quality, research and community development quality, graduate employability, dan international recognition. Usaha-usaha yang telah dan akan terus dilakukan selain melengkapi sarana laboratorium dan perpustakaan

Page 5: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

4 MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 EDITORIAL

4. Semua dosen didorong secara maksimal untuk melakukan penelitian berskala local, nasional dan internasional.

5. Semua lulusan Unimed, sebelum mengikuti ujian akhir (skripsi) harus lulus tes standar dalam bentuk tes toefl, tes statistik, tes IT/ICT, mampu mengaplikasikan 4 (empat) model/metode pembelajaran (berlaku bagi prodi kependidikan), tes UKBI (berlaku bagi lulusan prodi bahasa Indonesia). Hal ini dilakukan agar lulusan Unimed telah siap mengabdikan ilmunya di masyarakat. Bagi yang lulusan prodi kependidikan, harus benar-benar mampu mencirikan guru professional yang akan berdampak keberhasilan dalam proses pembelajaran di tempat tugas masing-masing.

6. Dalam melakukan proses perkuliahan dikelas, dosen Unimed harus melakukan kreasi-kreasi inovatif dalam bentuk mini research, critical book report, makalah ilmiah dan lainnya.

Beberapa terobosan hal di atas akan selalu disenergikan dengan terlaksananya visi, misi dan tujuan Unimed. Tentunya Unimed akan melakukan berbagai terobosan cemerlang agar selalu dipercaya masyarakat dalam membimbing, mengarahkan dan mendidik anak-anak bangsa mencapai tujuan yang mulia yakni sukses hidup secara lahir dan bathin. (Tim Humas Unimed).

Unimed sebagai satu-satunya Perguruan Tinggi LPTK N e g e r i d i P ro v i n s i S u m a te ra U ta ra s a n ga t bertanggungjawab dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Meskipun tidak semua program studi yang ada di Unimed berbasis keguruan. Ada beberapa program terobosan Unimed dalam menghasilkan guru professional yang tidak hanya memiliki hardskill yang luar biasa, akan tetapi harus memiliki softskill yang mampu melaksanakan profesinya dengan penuh kebaikan. Diantara terobosan tersebut adalah :

1. Dosen Unimed wajib merancang proses perkuliahan dalam bentuk penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan kontrak kuliah (KK). Kedua rancangan dosen ini akan direview oleh tim ahli internal sebagai upaya kesiapan dosen dalam melaksanakan perkuliahan harus terancang dengan baik dan maksimal.

2. Banyak kegiatan workshop, pelat ihan, pendampingan dosen muda dan mengutus dosen mengikuti kegiatan nasional dan internasional. Kegiatan tersebut sebagai upaya institusi yang diharapkan mampu mendorong dosen untuk terus berkarya, berkreasi dan mau melakukan berbagai upaya positif dalam menjalan tugasnya dalam proses akademik.

3. Dosen muda Unimed wajib mengikuti studi S2 dan S3 ke luar negeri dengan biaya beasiswa pemerintah.

TEROBOSAN UNIMED DALAM MENDIDIK GURU PROFESIONAL

di seluruh wilayah Indonesia, mulai Papua, NTT, Sulawesi, Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. namun, untuk saat ini pendaftar terbanyak masih berasal dari Sumatera terutama Sumatera utara, NAD, Riau, Sumatera Barat dan Jambi.

Dalam iklim yang demikian, Unimed, disadari atau tidak, telah menjadi sorotan publik. Berbagai jenis animo masyarakat langsir sebagai bentuk pengharapan kepada Universitas Negeri Medan agar dapat menjadi barometer kualitas pendidik dan tenaga kependidikan yang memiliki sikap mandiri, inovatif dan menjadi agen perubahan dalam proses pembangunan pendidikan di Sumatera Utara dan bahkan Indoneia.

Sebagai barometer peningkatan kualitas pendidikan di provinsi Sumatera Utara, diharapkan lulusan Unimed dapat mampu menjawab harapan masyarakat dan pemerintah dengan cara selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas diri meliputi penguasaan substansi bidang ilmu, teknik dan metode aplikasinya. Unimed merupakan tempat masyarakat menaruh harapan besar untuk mendidik dan menghasilkan guru, konselor, pamong belajar dan tenaga pendidik yang diharapankan dapat menampilkan performa Sarjana Pendidikan dan Sarjana Sains serta ahli Madya yang memiliki watak khas antara lain kejujuran akademik, tanggungjawab, menghormati dan peduli terhadap penegakan peraturan. Selain itu lulusan Unimed harus memiliki kesungguhan dan komitmen yang tinggi untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni secara berkelanjutan.

memperbesar alokasi dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, penerbitan buku karya dosen Unimed ber_ISBN yang dicetak oleh badan penerbit Unimed (sebagai catatan, selama periode 2012-2013 telah dicetak buku sebanyak 58 judul dan naskah yang siap dicetak tahun ini sebanyak 30 judul), mendorong dosen agar lebih banyak melakukan Unggah karya mandiri selueurh karya akademik meliputi bahan ajar, hasil penelitian dan pengabdian kepada masyarakat ke dalam repository Perpustakaan agar dapat diakses oleh komunitas lokal, nasional, bahkan internasional, serta perluasan akses kerja sama internasional di bidang pertukaran dosen, mahasiswa, maupun kerja sama dalam penelitian, penerbitan, seminar/workshop. Semua hal itu tidak lain dimaksudkan agar Unimed dapat mewujud menjadi universitas yang bermutu dan diakui secara nasional bahkan internasional.

Universitas Negeri Medan sebagai salah satu universitas pencetak tenaga pendidik, merupakan realisasi dari harapan masyarakat luas. Sebab beberapa waktu belakangan, profesi kependidikan telah menjadi salah satu di antara profesi yang diminati. Hal ini dapat diindakasikan dari banyaknya jumlah calon mahasiswa yang mendaftar ke Lembaga Pendidikan Tinggi Kependidikan (LPTK) termasuk Unimed. Pada penerimaan mahassiwa baru tahun 2013, calon mahasiswa yang memilih Unimed sebagai pilihan pertama berjumlah 35.573 yang terdiri atas 15.712 melalui jalur SNMPTN, 12.375 jalur SBMPTN, dan 7.486 jalur UM-PT. Para calon mahaiswa tersebut berasal dari 31 provinsi yang tersebar

Page 6: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

5MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013lintas Peristiwa

HUMAS UNIMED

FIP UNIMED SEBAGAI TUAN RUMAH FIP-JIP SE-INDONESIA KURIKULUM 2013

OPTIMALKAN POTENSI PENDIDIK

Universitas Negeri Semarang, dan Universitas Pendidikan Indonesia. Syawal juga menambahkan dalam momen tersebut bahwa penghayatan dinilai masih kurang dari output yang dihasilkan. Siswa masih belum memiliki sikap, keterampilan serta pendidikan yang baik. Padahal telah jelas dalam Undang-Undang (UU) No 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3, bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemudian, mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Harapannya, Forum FIP JIP ini, bisa menghasilkan masukan serta ide dalam merumuskan guru yang berkarakter.Menanggapi hal itu, Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., rektor Unimed mengatakan pelaksanaan Forum FIP JIP pada tahun ini terasa sangat spesial karena bertepatan dengan penerapan program kur ikulum 2013. Bel iau menambahkan bahwa momentum ini tentunya sangat berarti bagi LPTK sebagai wadah dalam menghasilkan calon pendidik dan tenaga kependidikan yang terdidik. Dengan begitu LPTK harus bisa menjalankan fungsinya dengan baik dalam mengelola institusi sebagai penghasil guru yang berkualitas dengan menerapkan kurikulum 2013 yang telah dirancang agar mutu pendidikan di Indonesia menjadi lebih baik.

Universitas Negeri Medan kembali diamanahkan menjadi tuan rumah/panitia dalam kegiatan Forum Fakutas Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Se-Indonesia yang dilaksanakan di Medan pada tanggal 29-31 Oktober 2013 di Hotel Garuda Plaza. Kegiatan ini dihadiri oleh seluruh fakultas ilmu pendidikan, jurusan ilmu pendidikan se-Indonesia. Acara tersebut di buka oleh Rektor Unimed, Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, dan dihadiri tamu istimewa yakni Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd. selaku kepala badan BPSDMPK-PMP Kemendikbud RI. Sebagai ketua panitia yakni Dekan FIP Unimed Drs. Nasrun, M.S. Dalam sambutanya Syawal Gultom mengatakan bahwa implementasi kurikulum 2013 sangat mendesak untuk di terapkan di Indonesia agar guru lebih maksimal dalam mendidik, membentuk sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa, sehingga akan menghasilkan lulusan yang memiliki daya saing yang baik. Kurikulum yang selama ini diterapkan pada sistem pendidikan di Indonesia masih belum optimal dalam m e m b e r i k a n p e n g e t a h u a n , ke t e ra m p i l a n d a n s i ka p s e r t a penghayatan guru terhadap ilmu pengetahuan yang dimilikinya kurang dikembangkan, sehingga eksplorasi minat dan bakat siswa juga tidak maksimal. Dengan adanya kurikulum baru, yaitu kurikulum 2013 menjadi salah satu solusi dalam memperbaiki k e k u r a n g a n p a d a k u r i k u l u m sebelumnya. Selama ini, penomenanya siswa selalu digugah untuk bisa memenuhi standar kompetensi yang berlaku, nyatanya masih banyak juga guru yang kurang mampu dalam bidangnya. Sebagaimana yang diungkapkan Syawal Gultom selaku Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP) pada Forum Fakultas Ilmu Pendidikan dan Jurusan Ilmu Pendidikan (FIP JIP) se-Indonesia di Hotel Garuda Plaza, bahwa apabila murid digugat harus memiliki kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan, mestinya guru juga.Kegiatan forum tersebut berlangsung selama tiga hari yang diikuti oleh 20 Lembaga Pendidik Tenaga Kependidikan (LPTK) se-Indonesia di antaranya Universitas Negeri Jakarta, Universitas Negeri Padang,

Page 7: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

6 MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 lintas Peristiwa

meningkatkan kompetensi dan kualitas keprofesionalan guru dalam mendidik dan membimbing para siswanya mencapai kecerdasan intelegensi dan emosional secara unggul. Di lain itu juga untuk mendapatkan tanda bukti gelar “Guru Profesional” guna mendapatkan tunjangan guru professional sebagai upaya mensejahterakan para guru. Tahun ini, Universitas Negeri Medan diberi amanah oleh pemerintah untuk melaksanakan kegiatan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) yang melibatkan 15.990 guru yang dibagi menjadi tujuh gelombang. Selanjutnya, para guru harus mengikuti ujian nasional, di hari akhir pelaksanaan PLPG. Panitia Sertifikasi Guru Universitas Negeri Medan mengatakan bahwa tingkat kelulusan guru sejauh gelombang ketiga ini mencapai 1000 orang. Pada gelombang I, sebanyak 575 gagal dan 1.616 lulus. Gelombang II, 300 orang tidak lulus dan 1.945 dinyatakan lulus. Dan pada gelombang ketiga sebanyak 125 orang gagal dan 2.145 dinyatakan lulus.Berdasarkan jumlah tersebut, Ketua Divisi Diklat PLPG Unimed, Drs. Azhar Umar, M.Pd mengatakan, semakin ke belakang, tingkat ketidaklulusan semakin berkurang. Terkait PLPG gelombang IV, apakah hasilnya akan sama, belum bisa diketahui. Namun, masih ada kesempatan bagi yang gagal untuk mengikuti ujian ulang. Umumnya kegagalan dikarenakan kurang pendalaman pengetahuan yang sesuai dengan spesifikasi ilmu kesarjanaan yang dimiliki. Kendala lain adalah peserta PLPG tidak menguasai Teknologi Informatika Komputer (TIK) yang menjadi media ujian. Para peserta tidak bisa menggunakan komputer dan lebih suka bekerja secara manual atau tertulis. Untuk ujian nasional gelombang IV dilaksanakan pada 30 Oktober 2013 dan ujian ulangan II dan III pada 9 November 2013. “Diharapkan para guru dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk lulus. Jika tidak lulus, masih terbuka kesempatan ujian ulangan, namun jika tidak lulus juga, maka guru bersangkutan tidak mendapatkan sertifikat tahun ini”, ujar Zainuddin.

Dalam upaya peningkatan kompetensi dan kualitas pendidik di Provinsi Sumatera Utara, Unimed sebagai Perguruan Tinggi yang sangat berperan dan bertanggungjawab akan hal itu. Sebagai satu-satunya LPTK Negeri di Provinsi Sumatera Utara, Unimed sangat bertanggungjawab dalam pengembangan potensi dan kual i tas pendidik. Salah satu bentuk dalam pengembangan potensi dan kualitas pendidik, pemerintah setiap tahunnya memberikan amanah kepada Unimed untuk melaksanakan pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) bagi puluhan ribu guru di provinsi Sumatera Utara untuk setiap tahunnya. Program PLPG berhasil menjaring para pendidik profesional sesuai dengan kompetensinya. Pelaksanaan PLPG setiap tahunnya mengalami perubahan sistem dan polanya mengarah yang lebih baik lagi. Pelaksanaan PLPG di Unimed dilaksanakan secara professional dan akuntabel sesuai dengan SOP yang dikeluarkan Kemendikbud RI. Tidak hanya sebatas kegiatan pelengkap dan lain sebagainya. Terbukti, hingga gelombang ketiga, 1000an peserta PLPG dinyatakan tidak lulus. Para peserta yang telah dinyatakan tidak lulus akan diberi kesempatan satu kali lagi untuk mengikuti ulangan tes yang dilaksanakan secara kolektif setelah pelaksanaan PLPG, namun apabila satu kesempatan pada ulangan tes tersebut juga tidak lulus, maka para peserta tersebut akan dipulangkan ke dinas kota dan kabupaten masing-masingnya. PLPG se sebuagai wahana yang diberikan pemerintah kepada para guru untuk meningkatkan kompetensi, kualitas dan profesionalisme mereka dalam optimalisasi pengajaran dan pembimbingan siswa-siswinya untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kecerdasan dan moral yang unggul. Program PLPG ini merupakan upaya untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan guru sehingga pada gilirannya diharapkan dapat memperoleh keunggulan kompetitif dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya sehingga dapat bekerja secara lebih produktif dan mampu meningkatkan kualitas kerjanya.Adapun tujuan pelaksanaan program ini adalah untuk

HINGGA GELOMBANG KETIGA:

1000 PESERTA PLPG DINYATAKAN TIDAK LULUS

Page 8: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

7MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013lintas Peristiwa

HUMAS UNIMED

UNIMED MEWISUDA GURU-GURU SEKOLAH DASARDI PROVINSI SUMATERA UTARA DALAM PROGRAM PSKGJ

Unimed mewawancarai ketua dan sekretaris pengelolah PSKGJ yakni Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd, selaku ketua pengelolah PSKGJ dan Drs. Eidi Sihombing, M.S, selaku sekretaris pengelolah PSKGJ. Prof. Dr. Bornok Sinaga mengatakan bahwa program ini sungguh sangat luar biasa dalam menunjang peningkatan kualitas dan professional guru, sehingga pasti akan berdampak bagi kualitas pendidikan di provinsi Sumatera Utara. Kita sunguh sangat berterima kasih kepada pemerintah provinsi Sumatera Utara yang telah mengucurkan dan APBD nya dalam menunjang peningkatan kualitas pendidikan di provinsi ini. Tak lupa pula kita juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen-dosen Unimed yang telah melaksanakan amanah institusi selama lebih kurang 5 tahun untuk terjun kemasing-masing kota dan kabupaten di provinsi Sumatera Utara. Kawan-kawan dosen Unimed itu luar biasa tanggungjawabnya, karena mereka semua selama kurun waktu 5 tahun bersedia terjun kedaerah-daerah dengan meninggalkan keluarga, suami, isteri dan anak-anaknya selama 4 hari setiap minggunya. Kita berharap mudah-mudahan aktivitas ini semua menjadi amal ibadah bagi kita semua dan akan dibalas dengan kebaikan oleh Allah Tuhan Yang Maha Esa. Amin.

Civitas akademika Unimed berharap guru-guru SD yang telah di wisuda setelah kuliah dalam program PSKGJ ini, dapat berdampak positif dalam peningkatan kualitas pendidikan di provinsi Sumatera Utara. Diharapkan juga agar guru-guru SD semakin memiliki dedikasi dan bertanggungjawab terhadap anak didiknya di sekolah masing-masing. Sehingga pondasi dasar anak bangsa usia dini dapat dimaksimalkan dalam proses pembelajaran di kelas, mudah-mudahan guru-guru SD ini dapat menerapkan ilmu yang telah didapatkan dalam perkuliahan dan selalu dapat mencapai tujuan pembelajaran dalam PBM yang mereka laksanakan di kelas. (tim humas Unimed).

Unimed mempersembahkan lulusan terbaik guru-guru SD yang ada di provinsi Sumatera Utara. Kegiatan wisuda dilaksanakan selama dua hari pada hari rabu-kamis, tanggal 18-19 September 2013 di Gedung Serbaguna Unimed. Sebanyak 6.860 guru SD telah di wisuda untuk mendapat gelar sarjana pendidikan (S.Pd) spesifikasi untuk guru sekolah dasar. Guru-guru SD yang diwisuda pada kesempatan tersebut merupakan guru-guru SD yang ada di seluruh kota dan kabupaten yang ada di provinsi Sumatera Utara, dalam program sarjana kependidikan guru dalam jabatan (PSKGJ). Mereka telah melaksanakan perkuliahan sejak tahun 2009 dengan biaya APBD provinsi Sumatera Utara, karena program PSKGJ ini lahir dari kerjasama Unimed dengan pemerintah provinsi Sumatera Utara dalam meningkatkan kualitas guru dan sistem pendidikan. Pada kesempatan itu, Rektor Unimed Prof Dr Ibnu Hajar meminta para lulusan PSKGJ itu untuk selalu menyiapkan diri memenuhi tuntutan profesi guru. "Seiring dengan terbukanya peluang saudara mengabdikan diri sebagai guru, mantapkanlah secara terus menerus empat standar kompetensi guru pada diri saudara yakni kompetensi pedagogik, keperibadian, sosial dan profesional," kata Rektor.Rektor mengatakan, masyarakat tetap menaruh harapan yang besar kepada Unimed untuk menghasilkan pendidik dan tenaga kependidikan yang bermutu dan berkarakter. Tenaga pendidik, kata rektor, juga diharuskan memiliki multikecerdasan, tidak saja kecerdasan intelektual tetapi juga kecerdasan spiritual, emosional, bajkan kecerdasan ragawi atau kinestetik. "Oleh karena itu kepada seluruh wisudawan saya harapkan meningkatkan kualitas diri meliputi aspek kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guna menjaga dan meningkatkan mutu profesi sebagai tenaga pendidika,".

Di sela-sela acara wisuda tersebut, tim majalah

Page 9: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

8 MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 lintas Peristiwa

L e b i h l a n j u t i a mengatakan saat ini U n i m e d s e d a n g menyelenggarakan Pendidikan profesi G u r u ( P P G ) berasrama untuk 11 p r o g r a m s t u d i . Peserta program ini adalah alimni yang telah menyelesaikan p e n g a b d i a n n y a d a l a m p r o g r a m

Sarjana mendidik di daerah terdepan, terluar dan tertinggal (SM-3T) angkatan pertama tahun 2013 yang berjumlah 244 orang. Unimed telah diberi amanah oleh pemerintah dalam tiga tahun terakhir dalam menseleksi dan mengirimkan guru-guru muda professional untuk dikirim ke wilayah-wilayah terdepan, terluar, tertinggal dalam bentuk nyata pengabdian sebagai seorang guru yang sebenarnya. Semua proses seleksi dan kebutuhan materi guru-guru muda tersebut ditanggung oleh pemerintah, program ini bernama SM-3T. Pada angkatan I tahun 2011, Unimed menerjunkan 244 peserta SM 2T ke Kab. Simeulue, angkatan II tahun 2012, Unimed menerjunkan 205 peserta SM-3T ke Nias, Kab. Simeulue, dan Kab. Aceh Timur NAD, sedangkan angkatan III tahun 2013, Unimed menerjunkan 269 peserta SM-3T ke Nias, Simeulue NAD, dan Provinsi Papua meliputi Kabupaten Asmat, Yahukimo, lanijaya dan Tolikora. Sebagai bentuk apresiasi kepada para pejuang pendidikan di daerah 3T tersebut, pemerintah akan memberikan Pendidikan Profesi guru (PPG) secara gratis, berasrama, dan berbeas iswa sete lah mereka menyelesa ikan pengabdiannya selama satu tahun di daerah 3T.Oleh karena itu kepada seluruh wisudawan diharapkan untuk selalu meningkatkan kualitas diri meliputi aspek hard skill yakni penguasaan substansi bidang ilmu, teknik dan metode aplikasi keilmuan serta aspek soft skill sebagai watak khas lulusan. Ia juga mengatakan profesi guru semakin diminati oleh masyarakat, ketika jabatan guru mulai mendapat tempat terhormat terlebih seiring dengan diluncurkannya program sertifikasi guru.Dengan semakin terbukanya peluang lulusan Unimed untuk mengabdikan diri sebagai guru, rektor berpesan kepada wisudawan agar selalu mempersiapkan diri guna memenuhi tuntutan profesi guru. “Caranya, dengan memenuhi empat standar minimal kompetensi guru yakni kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.” pungkas beliau.

Universitas Negeri Medan kembali mempersembahkan lulusan terbaik dalam acara wisuda lulusan Diploma, Sarjana, Magister dan Doktor. Acara wisuda untuk kurun waktu semester ganjil dilaksanakan pada hari kamis, 24 Oktober 2013 di gedung Serbaguna provinsi Sumatera Utara yang berada di jalan Williem Iskandar. Sebanyak 2.543 lulusan program Diploma, Sarjana, Megister dan Doktor mengikuti acara wisuda tersebut. Tempat acara wisuda ini lain dari biasanya, karena gedung serbaguna Unimed sedang dalam masa renovasi, sehingga harus dilaksanakan diluar kampus. Dalam sambutannya, rektor Unimed Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, menekankan agar para lulusan Unimed dapat mampu menjawab harapan masyarakat dengan cara selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas diri meliputi penguasaan substansi bidang ilmu, teknik dan metode aplikasinya. Lebih lanjut, beliau menyebutkan bahwa Unimed merupakan tempat masyarakat menaruh harapan besar untuk mendidik dan menghasilkan guru, konselor, pamong belajar dan tenaga pendidik yang diharapankan dapat menampilkan performa Sarjana Pendidikan dan Sarjana Sains serta ahli Madya yang memiliki watak khas antara lain kejujuran akademik, tanggungjawab, menghormati dan peduli terhadap penegakan peraturan. Selain itu lulusan Unimed harus memiliki kesungguhan dan komitmen yang tinggi untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi sesuai dengan bidang ilmu yang ditekuni secara berkelanjutan.Momen wisuda ini tidak hanya menjadi mimbar obral eksistensi Universitas Negeri Medan sebagai salah satu barometer pendidik. Lebih jauh, kesempatan bertatap dan berdegap ini dijadikan sebagai upaya membangun optimisme sebagai seorang tenaga pengajar. Penanaman keyakinan untuk melakukan pengabdian pada negeri melalui pengajaran ke wilayah-wilayah terdepan, terluar, tertinggal adalah bentuk nyata pengabdian sebagai seorang guru yang sebenarnya. Maka, melalui SM-3T, Unimed secara serius, telah melakukan pembinaan moral terhadap para pendidik.

UNIMED KEMBALI MEMPERSEMBAHKAN LULUSAN TERBAIK KEPADA BANGSA DAN NEGARA

Page 10: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

9MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013lintas Peristiwa

HUMAS UNIMED

memberikan bantuan buku perpustakaan di sekolah dasar

dan lanjutan senilai total Rp 91 juta serta bantuan sarana

dan prasarana kepada Universitas Negeri Medan senilai

Rp 100 juta.Tidak hanya itu, selain mengajar dan menyalurkan

bantuan, Bank Mandiri juga menggelar program-

program untuk merangsang geneasi muda berwirausaha

seperti program penghargaan Wirausaha Muda Mandiri

(WMM), Mandiri Young Technopreneur, WMM Goes to

Pesantren, National Lecturer Series dan Workshop WMM.Kegiatan-kegiatan yang termasuk dalam seperangkat

agenda Mandiri Edukasi tersebut bertujuan untuk

memperkaya pengetahuan mahasiswa dan siswa tentang

perbankan, pendidikan dan kepemimpinan. Pada

program ini, seluruh jajaran direksi dan lebih dari seribu

pegawai Bank Mandiri di seluruh Indonesia secara

serentak turun langsung memberikan edukasi di

perguruan tinggi dan sekolah-sekolah. Tentu saja, ini

menjadi kegiatan yang sangat menarik.Tidak hanya ditunggu-tunggu siswa dan mahasiswa, lebih

jauh program yang melibatkan seluruh unsur pimpinan

Bank Mandiri tersebut juga menjadi media yang efektif

bagi Bank Mandiri untuk berbagi pengalaman dengan

pelajar dan mahasiswa, tentang pentingnya ilmu

pengetahuan dan kreativitas bagi sebuah entitas bisnis

dalam merebut peluang pasar.

Komitmen untuk mengembangkan pendidikan di

Indonesia ini direalisasikan Bank Mandiri dengan

menggelar program edukasi di 210 sekolah serta 12

perguruan tinggi di seluruh Indonesia. Program tersebut

diikuti oleh 31.500 siswa SD, SMP dan SMA serta 6000

mahasiswa yang berasal dari kawil 1 Medan yang meliputi

provinsi Aceh, Sumut, Riau dan Kepulauan Riau.“Langkah ini adalah bukti keseriusan kami untuk

meningkatkan kualitas pengetahuan dan karakter

generasi penerus bangsa,''pungkas Sugeng, Regional

Manager Mandiri Kanwil 1 Medan.Kegiatan bertajuk Spirit Memakmurkan Negeri yang

dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2013 ini

merupakan salah satu strategi utama program Bina

Lingkungan di bidang pendidikan. Hal ini dilatarbelakangi

oleh realitas sosial pendidikan di Indonesia yang masih

sangat memprihatinkan. Pendidikan merupakan salah

satu pilar penyokong kehidupan Indonesia. Maka untuk

kehidupan Indonesia yang lebih baik, peningkatan

kualitas pendidikan adalah substansi yang musti

diperhatikan.Sebagai bank terbesar di Indonesia yang telah

memberikan pelayanan kepada nasabah melalui segmen

usaha Corporate, Commercial, Micro dan Detail,

Consumer Finance serta Treasuri, Financial Institution dan

Special Assect Management, bank Mandiri juga

UNIVERSITAS NEGERI MEDANMENERIMA DANA MANDIRI EDUKASI

DARI BANK MANDIRI

Page 11: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Pribadi Yang Disiplin Dan Bijaksana

Nama : Drs. Kustoro Budiarta, MEJabatan : Dekan Fakultas Ekonomi

Lektor KepalaNIP : 19680914 199203 1 002Alamat : Jl. Dharmais I No. 43 Medan

Estate 20371

PENDIDIKAN:S1 : Sarjana Pendidikan Akuntansi IKIP

Yogyakarta Tahun 1991S2 : Magister Ekonomi Konsentrasi Keuangan di

Universitas Indonesia Jakarta Tahun 1998

Dekan Fakultas Ekonomi

isiplin adalah kunci utama keberhasilan. Demikian yang diterapkan oleh Sarjana Pendidikan Akuntansi IKIP Yogyakarta Tahun 1991 dan D

menyelesaikan program Magister Ekonomi Konsentrasi Keuangan di Universitas Indonesia Jakarta Tahun 1998 ini.

Terbukti, karir yang terus menanjak berhasil diraih. Tahun 1992, Drs. Kustoro Budiarta, ME tercatat sebagai Dosen Universitas Negeri Medan. Lalu pada periode berikutnya, berhasil menjadi Ketua Prodi Pendidikan Tata Niaga tahun 1999 s/d 2003, Ketua Jurusan Manajemen FE Unimed tahun 2001 s/d 2005 dan menjadi Pembantu Dekan I FE Unimed tahun 2005 s/d 2007, Dekan FE Unimed tahun 2007 – 2011 serta Dekan FE Unimed tahun 2011 – 2015.

Tentu saja, keberhasilan itu berkat kerja keras dan kualitas usaha yang baik. Selain di dunia akademik, pergerakan serta kemampuan intelektual yang dimiliki beliau telah teruji dengan menduduki sejumlah jabatan lain di organisasi seperti; Anggota pada Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) sejak 2006, Anggota pada Ikatan Sarjana Manajemen Indonesia sejak 2012, menjadi Sekretaris pada Asosiasi Pendidikan Ekonomi Indonesia (APEI) LPTKI sejak 2005, Pembina pada Asosiasi Guru Ekonomi Indonesia (AGRESIA) sejak 2009, dan Pembina pada Kelompok Usaha Masyarakat “Sejahtera” tahun 2011.

Di samping itu, kegiatan penelitian juga senantiasa ditekuni oleh Drs. Kustoro Budiarta, ME. Terbukti, dalam lima tahun terakhir, beliau telah menyelesaikan sejumlah penelitian. Seperti; Tahun 2007 dan 2008, Pola Pengembangan Model Pembinaan dan Strategi Kemitraan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Propinsi Sumatera Utara-Penelitian Hibah Bersaing. Tahun 2009, Pengembangan Model Kelembagaan Mitra Usaha Sektor Agribisnis Pada Komoditas Markisa di Propinsi Sumatera Utara-Penelitian Hibah Bersaing dan Pengembangan Model Pembelajaran Pengantar Bisnis Berbasis Authentic Problem Based learning (APBL) guna Meningkatkan Kemampuan Belajar Mahasiswa – Teaching Grant. Tahun 2010, Studi Eksplorasi Pengembangan Kewirausahaan Bagi Mahasiswa FE Unimed – Research Grant. Tahun 2011, Knowledge Based Entrepreneur : Kajian Model Pengembangan Unit Bisnis Mahasiswa FE Unimed - I-Mhere Batch IV. Tahun 2012, Pengembangan Model Intellectual Capital untuk Pemberdayaan Kompetensi Kewirausahaan Mahasiswa Universitas Negeri Medan, Hibah KDBK. Tahun

2013. Model Penguatan Program Kewirausahaan Berbasis Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi Negeri Kota Medan, Hibah Bersaing.

Semoga senantiasa berdikari, berprestasi dan menjadi tauladan!

10 MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Profil Dosen

HUMAS UNIMED

Page 12: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Model Penataran Terpadu Pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Ditgutensis Depdikbud, Jakarta. 1996-1997.Doktor (S3) Teknologi Pendidikan (Dr) Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta, 1999 ini juga telah mempublikasikan Ilmiah/ Jurnal/ Buku: Jurnal Pendidikan Lembaga Penelitian Unimed. Pengaruh Metode Pembelajaran Menggunakan Ringkasan dan Gaya Kognitif Mahasiswa Terhadap Hasil Belajar Ilmu Pengairan, September 2001, Jurnal Kependidikan SEKOLAR Program Pascasarjana Universitas Negeri Padang. Pengaruh Pemberian Jenis Ringkasan dan Gaya Kognitif Mahasiswa Terhadap Hasil Belajar Teknik Penyehatan, Desember 2005, Jurnal Lembaga Penelitian Unimed. Pengembangan Model Pengajaran di SMK Untuk Meningkatkan Kualitas SDM Bidang Keterampilan Sesuai Dengan Kebutuhan Lapangan Kerja. November 2005, Jurnal Pendidikan Tabularasa Pascasarjana Unimed. Sisitem Pelaksanaan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Desember 2005, Jurnal Pendidikan Tabularasa Pascasarjana Unimed. Model-Model Pembelajaran Berorientasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Juli 2005, Buku “Teori Belajar dan Pembelajaran”. Pascasarjan Unimed. 2007, jurnal Teknologi Pendidikan, PPs Unimed. Judul: Atribusi Terhadap Keberhasilan dan Kegagalan Untuk Meningkatkan Motivasi. 2009.Alumnus “Education Policy Workshop for Indonesian Delegates” di Boston MA and Washington DC, serta “Education Vocational Workshop” di Polytechnic of Borgosesia and at University of Turin, Italia ini juga telah menjadi instruktur, pemakalah dalam sejumlah seminar. Tentu saja, ini merupakan bentuk pengabdian yang konsisten sebagai tenaga pendidik.

SENANTIASA MENGABDI DAN BERPRESTASI

Prof. Dr. Abd. Hamid. K. M.Pdkan selalu sumringah dan penuh semangat jika memandang dosen Teknik Bangunan Fakultas Teknik AUniversitas Negeri Medan ini. Gairah yang terpancar

dari senyum dan tutur katanya mampu menularkan semangat pada siapa pun. Lahir di Takengon pada 22 Februari 1958, Prof. Dr. Abd. Hamid K., M.Pd, telah menggenggam berbagai prestasi dan pengalaman mengajar serta meneliti. Beberapa pengalaman jabatannya seperti menjadi Kepala Pusat Media Pembelajaran pada Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional (LP2AI) Unimed, 2002-2003, Ketua Lembaga Pengembangan Pendidikan Aktivitas Instruksional (LP2AI) Unimed, 2003-2006, Asisten Direktur Iii Didang Kemahasiswaan Pascasarjana Unimed, 2001-2003, Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Unimed, 2003-2005, Assisten Direktur Ii Bidang Administrasi Dan Keuangan Pascasarjana Unimed, 2005-2008 dan Dekan Fakultas Teknik Unimed 2008 sampai sekarang. Tidak hanya itu, Sarjana Pendidikan Teknik Bangunan (DRS) FPTK IKIP Medan tahun 1983 yang menyelesaikan program Magister (S2) Teknologi Pengajaran (M.Pd) Pascasarjana IKIP Malang tahun 1992 itu juga merupakan anggota profesi kemasyarakatan, seperti menjadi Anggota Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI), 1992 sampai sekarang, Ketua Umum Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia (IPTPI) Cabang Sumatera Utara, 2005-2008, 2009 sampai sekarang, Anggota Dewan Pendidikan Kota Medan, 2004-2007, Anggota Dewan Pendidikan Kota Medan, 2007-2011, Ketua Bidang Fair Flay Pengda PSSI Sumatera Utara, 2004-2008, Koordinator Departemen Pendidikan dan Pelatihan Profesi Ikatan Alumni IKIP/ Universitas Negeri Medan, 2001-2005, Anggota Assosiasi Professor Indonesia (AFI) Sumut, 2007 sampai sekarang, Anggota Dewan Pakar “Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI)” Sumatera Utara, 2009-2012, Pembina “Persatuan Anggar Indonesia (PAI)” Kota Medan, 2009-2010 dan Anggota Assosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2008 sampai sekarang. Sejumlah penelitian juga telah dirampungkan beliau. Beberapa di antaranya adalah Pengembangan Model Penagajaran Berdasarkan Kometensi Untuk Meningkatkan Kualitas SDM Bidang Keterampilan Sesuai Dengan Kebutuhan Lapangan Pekerjaan, 2004 (Hibah Pascasajana Dikti Depdiknas), Ketua Peneliti, Program Pengembangan Pusat Pengembangan Pendidikan Perguruan Tinggi Universitas Negeri Medan, 2002 (hibah p3ai dikti depdiknas), Ketua Peneliti, Analisis Sistem Pembelajaran Sekolah Menengah Umum (SMU) dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Deli Serdang, 2002 (Kerjasama Dengan Bappeda Deli Serdang), Ketua Peneliti, Model Sekenario Desain Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2002 (Kerjasama LP2AI Unimed-Bappeda Kota Tanjung Balai), Penelitian mandiri, pengaruhmetode penyajian ringkasan dan gaya kognitif mahasiswa terhadap hasil belajar ilmu pengairan. Ikip medan, 1999, Anggota Peneliti, Program Pengembangan Sentra Pengembangan Pendidikan Wilayah I Sumatera, 2001 (Hibah Bersaing P3AI Dikti Depdiknas), Anggota Peneliti, Pengembangan Model Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Kota Medan, 2003 (Hibah Bersaing Dikti Depdiknas), Anggota Peneliti,

11MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013

HUMAS UNIMED

Dekan Fakultas Teknik

Page 13: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Dr. Restu, MS, pria kelahiran Deli Serdang, 19 Juli 1961 ini baru saja menyelesaikan studi S3 di Universitas Negeri Medan. Beliau salah satu lulusan 2013 yang berasal dari Jurusan Manajemen Pendidikan. Sebelum mencapai gelar Doktor dan anak tangga kesukseksesan, Dosen Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial ini terlebih dulu menempuh pendidikan S1 di IKIP Medan dengan Jurusan Pendidikan Geografi, lalu melanjutkan studi dengan menempuh S2 di Institut Pertanian Bogor (IPB) mengambil Jurusan Pengembangan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL). Keduanya diselesaikan pada tahun 1985 dan 1992. Saat ini beliau sedang mengemban amanah jabatan fungsional akademik selaku pembina utama, yang berpangkat sebagai Lektor Kepala. Pengalaman jabatannya melingkupi Dosen Jurusan Geografi FIS IKIP Medan/ Unimed Maret 1987 – Sekarang, Pimpro P2T (Peningkatan Pendidikan Tinggi) IKIP Medan April 1993 – Maret 1995, Pimbagpro OPF IKIP Medan April 1995 – Maret 1998, Wakil Sekretaris Pusat Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PUSDIP-KLH) IKIP Medan April 1994 - 2000, Anggota Tim Perencanaan (Tim SP4) IKIP Medan April 1996 - Maret 1999, Anggota Tim Akreditasi Program Studi Unimed IKIP Medan 1997, Ketua Jurusan Pend. Geografi FPIPS IKIP Medan/ UNIMED 1 Des. 1998 – 5 Des.2003, Staf Provincial Independent Monitoring Unit (PIMU) Sumatera Utara untuk Beasiswa JPS dan DBO Sekolah Tahun 1999-2000 British Council Mei 1999 - Desember 2000, Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED 6 Des. 2003 – 31Apr 2006, Penanggungjawab Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di FIS UNIMED 2005, Pejabat Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED 1 Mei 2006 – 1 Juli 2007, Dekan Fakultas Ilmu Sosial (FIS) UNIMED 2 Juli 2007 – 2011, Ketua Umum Pengurus Wilayah Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Sumatera Utara IGI SUMUT 2005-2010.Dr. Restu, MS, memulai karir mengajarnya di Universitas Negeri Medan yang dahulu bernama IKIP Medan. Beliau aktif mengajar sesuai jurusan yang digelutinya, yakni Pendidikan Geografi dan sempat juga mengajar Mata Kuliah Umum (MKU) PKLH yang bermula pada tahun 1992. Beliau juga sering mengikuti konferensi, seminar, lokakarya, dan

simposium yang bertaraf nasional maupun internasional dimulai dari tahun 2005. Diantaranya Seminar Nasional IGI pada tahun 2013 dan Seminar Internasional Global Warming pada tahun 2009. Bukan hanya aktif menjadi peserta, beliau juga senantiasa memanfaatkan ilmunya untuk terus melakukan riset dan penelitian. Salah satu yang terbaru di tahun 2013 adalah penelitian yang berjudul “Pemetaan Potensi dan Risiko Bencana Provinsi Sumatera Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis dan Pemanfaatannya untuk Pendidikan Dasar Tanggap Bencana” yang sekaligus pula menjabat sebagai ketuanya. Pengalaman tersebut tidak lepas dari kesediannya mengikuti berbagai pelatihan, seperti Pelatihan Penyusunan Tata Ruang di Universitas Gajah Mada (UGM) tahun 2008 lalu. Kendati berkesempatan mengikuti pelatihan, beliau tidak ingin mennyia-nyiakan ilmunya hanya sekadar sebagai peserta. Dorongan lebih untuk mencari solusi dari masalah-masalah yang terjadi membuat beliau rajin melakukan penelitian dan menuliskannya. Mengangkatnya menjadi karya tulis ilmiah, baik buku, makalah maupun jurnal dengan berapa judul serupa dengan penelitian yang dilakukan. Kebolehan menulis beliau membuatnya tidak terbatas hanya sebagai penulis karya tulis ilmiah saja, tetapi juga merambah sebagai penyunting, editor, reviewer, dan peresensi jurnal. Salah satunya jurnal yang diterbitkan Lemlit Unimed pada tahun 2009 yang berjudul “Pemetaan Seni Cendramata di Objek Wisata Sumatera Utara untuk Pengembangan Desain Cinderamata Berbasis Etnik Sumatera Utara”. Selain meneliti dan menulis, beliau juga menjadi ketua di Ikatan Geograf Indonesia (IGI) Sumatera Utara dari mulai tahun 2007 hingga sekarang. Dan terdaftar sebagai anggota di Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia dari tahun 1992. Pria yang tinggal di Jln. Mustafa Gg. Nusa Indah No. V Medan 20239 ini memang aktif dan senang berinovasi mengembangkan pengetahuannya. Kepedulian dan kecintaannya pada lingkungan membuatnya ingin terus melakukan inovasi serta mencari solusi dari suatu permasalahan. Ketertarikan tersebut bermula dari kesungguhan menekuni Jurusan Pendidikan Geografi. Beliau juga aktif menulis, salah satu dari empat keterampilan berbahasa memacu kecerdasan pikiran dan verbal seseorang.

Dr. Restu, M.S.

AKTIF DAN INOVATIF MENGEMBANGKAN PENGETAHUAN

12MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013

HUMAS UNIMED

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Page 14: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

13MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

o r a n g -o r a n g y a n g membutu h k a n , y a n g t i d a k h a n y a berbentu k m a t e r i . D o n o r d a r a h j u g a menyehatkan. Di samping i t u , pengadaa n kegiatan i n i dimaksud k a n u n t u k mewada

hi mahasiswa serta segenap warga kampus dan kalangan lain yang memiliki kepedulian terhadap sesama dan ingin berkontribusi kepada masyarakat yang membutuhkan.Senada dengan yang dinyatakan Dansat Menwa Unimed, Doni Douglas Tambunan, tentang tujuan kegiatan yang memang untuk memupuk kepedulian pemuda terhadap masalah kemanusiaan. Melalui kegiatan ini, Menwa Unimed menunjukkan eksistensinya sebagai unit kegiatan mahasiswa yang secara nyata bermanfaat untuk lingkungan sosial. Tidak sekedar berandai-andai.Selain kepada mahasiswa, seluruh lapisan masyarakat juga harus diberikan penyuluhan tentang donor darah, bagaimana proses pendonoran hingga manfaatnya. Bagaimana penyaluran serta biaya yang harus dikeluarkan oleh orang yang memerlukan darah tersebut.Pihak terkait yang ditanya mengenai penyaluran hasil donor darah mengaku tidak terlalu mengerti, dan mengatakan masalah tersebut ditangani langsung oleh PMI. Selagi dalam keadaan sehat, setiap orang yang memenuhi persyaratan bisa menjadi pendonor darah. Jika diadakan rutin, donor darah bisa menjadi semacam tabungan. Ada harga di setiap kantungnya. Jika bergerak secara periodik, stock darah akan tercukupi dan bisa membantu meminimalkan harga darah yang ditetapkan di rumah sakit. Pendonor bergerak karena didorong rasa kemanusiaan, tentunya tidak mengharap penerima transfusi terbebani secara materi terhadap darah yang dikeluarkan secara cuma-cuma, dengan niat menolong sesama.Semua golongan masayarakat, baik kalangan menengah ke atas, menengah ke bawah ataupun kalangan mahasiswa perlu diberikan penyuluhan tentang donor darah. Agar kegiatan donor darah merata dan setiap orang paham tujuan dan manfaatnya.

Gerakan pemuda y a n g k e r a p dianggap a n a r k i p a d a akhirnya menggeneralisasi hingga ke u n i t kegiatan mahasisw a d i perguruan tinggi. Padahal, b e l u m t e n t u s e p e r t i i t u . B a n y a k kegiatan mahasiswa yang berorientasi pada peningkatan kualitas prestasi dan kepribadian. Salah satunya adalah yang dilakukan Resimen Mahasiswa Unimed bersama Menwa Mahatara.Kegiatan yang berlangsung pada bulan November 2013 ini ialah Bakti Sosial Donor Darah yang secara rutin diselenggarakan Menwa Mahatara dengan Menwa Unimed bersama PMI. Bertempat di pelataran Unimed, Bakti Sosial dan Donor Darah ini mampu menarik minat mahasiswa, dosen, serta kalangan lain. Tak kurang dari 53 pendonor berhasil terjaring. Bakti sosial tersebut terbuka untuk umum, dan barisan pertama langsung diisi oleh lima mahasiswa Unimed.Kelima mahasiswa yang bersedia mendonor, dibawa ke dalam auditorium untuk melakukan pemeriksaan kesehatan. Beberapa wajah menampakkan raut ketegangan. Meski begitu, pendonoran tetap berjalan. Aslan Hasibuan, yang tergabung dalam PMI Sumut mengatakan jumlah darah yang diambil sebanyak 350 cc.Bakti sosial donor darah memang sudah menjadi agenda tahunan Menwa. Kali ini bertepatan dengan momen Hari Pahlawan Nasional dan Hari Kesehatan Nasional, 12 November lalu.dr. Maulana Baihaqi, menyampaikan sambutannya mewakili Palang Merah Indonesia Sumatera Utara. Beliau mengatakan bahwa kebutuhan darah meningkat hingga 400 kantung per harinya. Terlebih karena sering terjadi kecelakaan lalu lintas. Selain bermanfaat bagi orang lain, donor darah juga membawa dampak positif bagi pendonor, yang dapat mengurangi kadar kolesterol dalam darah. Kegiatan donor darah juga marak digunakan sebagai terapi pengobatan di Amerika dan Malaysia.Oda K. Bunarea, pendonor yang berasal dari Menwa Sumut menyatakan bahwa kegiatan bakti sosial donor darah ini bermanfaat untuk memberikan bantuan kepada

Bakti Sosial Donor Darah, Wujud Kepedulian Mahasiswa

Page 15: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

14MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Kolom Mahasiswa

Dari Misi Kebudayaan Hingga Menjadi The Best Dance Performance

di Debrecen Flower Carnival 2013 HUNGARIA

Jurusan Tuti Rahayu, Ketua prodi Nurwani, dua orang

dosen Iskandar Muda dan Martozet, berhasil

menjalankan visi perdamaian itu.Seperti kata pepatah, “sambil menyelam minum

air”, agaknya tepat pula disandingkan dengan apa yang

telah dilakukan tim kesenian Universitas Negeri Medan

ini. Tidak hanya menunaikan tugas untuk menjadi delegasi

Indonesia di Internasional, secara tidak langsung juga

telah mempromosikan kebudayaan Sumatera Utara pada

masyarakat Hungaria dan dunia. Tari saman, piring, japin,

simalungun, karo, serampang 12 dan topeng dipentaskan

dalam enam event yang berbeda, yakni dua pementasan

di Berekfurdo, tiga di Debrecen dan satu pementasan di

Budapest. Tentu saja, menjadi tampilan yang istimewa

dan berhasil memukau masyarakat Hungaria serta

penonton lainnya.Jika selama ini

banyak di antara mereka

yang tidak mengetahui

artefak kebudayaan di

Sumatera Utara, maka

penampi lan delegas i

Universitas Negeri Medan

d i D e b r e c e n F l o w e r

Carn iva l 2013 te lah

m e m b u ka ca k rawa l a

dunia tentang kekayaan

Sumatera Utara.E k s i s t e n s i

kebudayaan secara tidak

langsung terjaga di dunia, berbuah manis pula untuk

Universitas Negeri Medan yang kita cintai bersama ini. The

Best Dance Performance berhasil disandang. Amsalnya

adalah keunikan dan kekhasan alunan musik tari-tarian

tradisional yang ditampilkan dalam festival tersebut.

Selain itu, menurut para penonton yang hadir, tarian etnik

Indonesia, unik, atraktif, dan gerakannya sarat akan nilai.

Mereka berharap, tim kesenian Unimed bisa kembali ke

Hungaria tahun depan. Tidak hanya itu, tim kesenian

Unimed juga mendapat undangan untuk menghadiri

pertunjukan budaya ke Slowakia dan Rumania tahun

depan. Sungguh membanggakan! Semoga senantiasa

menjadi motivasi bersama untuk berkarya dan berdaya

guna sebagai insan intelektual Indonesia!

Biduk zaman terus dikayuh, maka hidup jua terus

melaju. Realita menjadi sejarah, bahwa kebersamaan

sesama manusia kerap didera dilema dan syakwasangka.

Maka tak heran, perselisihan seringkali menjadi masalah

yang memecah keharmonisan masyarakat sebangsa atau

dunia. Sebab perbedaan yang menjadi identitas masing-

masing belum dilengkapi dengan toleransi dan

kesepahaman. Jadilah, kedamaian mudah digugat

problematika.Banyak cara yang telah dilakukan sebagai bentuk

kepedulian dan upaya penjagaan kelanggengan hubungan

itu. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh delegasi

Universitas Negeri Medan dalam Debrecen Flower

Carnival 2013 di Hungaria yang digelar mulai 15-21

Agustus lalu. Tampil di hadapan segenap masyarakat

Debrecens, Hungaria, maupun dari luar Hungaria dengan

tarian tradisional Sumatera Utara, berhasil menjadikan

Universitas Negeri Medan sebagai sorotan publik

Hungaria. Respon yang mengalir sebagian besar adalah

pujian dan antusias yang sangat baik.Diplomasi kebudayaan seperti ini tak lain tak

bukan, harus diakui sebagai alternatif yang tepat untuk

menjaga hubungan Indonesia dengan negara-negara di

dunia. Maka, T. Ari rahmana, Rishan Anwar HSB, Syaiful

Ramadhani, Surya Setiawan, M. Arifin Syahputra, Pilar

Kuncoro R, Rika Restela, Putri Sinal Sally Surbakti, Harrini

M. Mubarak Lbs, ira Dhirma faradhista, Fitri Mayasari

Sembiring, Riska Fitrianisa dan Dastri Sinan Willis harahap

yang didampingi oleh rektor Unimed, Ibnu Hajar Damanik

beserta istri, Ketua Pengembangan Koperasi Jumadi,

Dekan Fakultas Bahasa dan Seni, Isda Pramuniati, Ketua

HUMAS UNIMED

Page 16: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

15MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

Universitas di Indonesia. Dalam seleksi naskah, delegasi Unimed berhasil masuk dalam 3 besar yang kemudian diundang untuk mempresentasikan karya tulisnya bersama 2 delegasi dari Universitas Negeri Semarang. Hingga akhirnya berdasarkan penilaian dewan juri, peringkat I dan II diduduki tim dari Universitas Negeri Semarang, dan peringkat III Universitas Negeri Medan.

Dalam lingkar tema Peran Pemuda menjelang Pemilu 2014, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi telangkai untuk menyatukan mahasiswa sebagai generasi muda dengan pemerintahan Indonesia. Gagasan yang disampaikan mahasiswa adalah wujud nyata nasionalisme pemuda dan tentunya tak bisa dianggap sebelah mata.

Tidak selesai di UNY. Dalam tema yang hampir sama, Lomba Esai Nasional yang diadakan Fisipol Universitas Gadjah Mada juga berhasil ditaklukan Irwan. Seleksi tujuh besar yang dilakukan tim dewan juri Politik Goverment Days, esai berjudul Green Political Campaign; Upaya Publikasi Ramah Lingkungan Para Kandidat Pemilu karya Irwan Sahputra berhasil masuk tujuh besar yang kemudian diundang juga untuk mempresentasikan karya di depan juri yang bersangkutan. Berdasarkan penilaian akhir, Universitas Negeri Medan menduduki peringkat IV setelah Universitas Negeri Semarang, Universitas Brawijaya, dan Universitas Indonesia.

Kegiatan semacam ini merupakan upaya peningkatan kualitas mahasiswa sebagai bagian penting dari Indonesia. Tidak hanya memupuk jiwa kompetitif, Lomba Karya Tulis dan Esai merupakan wadah yang tepat untuk menyampaikan suara mahasiswa ke jagad nasional. Untuk ini, Universitas Negeri Medan dapat dikatakan berhasil mencetak mahasiswa-mahasiswa yang berpotensi dan kompeten menjadi pilar pemuda yang berdaya guna. Semoga senantiasa bergairah dalam membangun bangsa!

Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui. Ungkapan tersebut agaknya tepat disandingkan untuk tim Karya Tulis Ilmiah Unimed yang digawangi oleh Irwan Sahputra (Mahasiswa Sastra Inggris 2010). Pasalnya, dalam sekali keberangkatan, mahasiswa semester VII yang juga merupakan penerima beasiswa Bidik Misi tersebut berhasil menggenggam dua kejuaraan sekaligus.

Sebagai delegasi Universitas Negeri Medan di kancah nasional, ini bukan prestasi yang pertama dicetak Irwan. Bersama Swarman Rindu M. Siahaan (Mahasiswa Sastra Inggris 2011) dan Sidik Eka Hermawan (Mahasiswa Sastra Inggris 2012), dalam Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional Sigara In Competition di Universitas Negeri Yogyakarta pun berhasil ditaklukan. Irwan dan kedua rekannya berhasil mendapat Juara III Nasional.

Di tengah iklim politik Indonesia yang memang tengah diramaikan berbagai polemik, sudah saatnya generasi muda bicara dan turut menyumbang gagasan demi perbaikan berasama. Green Political Campaign; Alat Peraga Kampanye Ramah Lingkungan Sebagai Pengganti Poster, Spanduk, Baliho Dan Selebaran adalah sumbangsi yang nyata dan rupanya berhasil membius dewan juri dalam lomba yang sudah menjadi agenda tahunan di UNY tersebut.

Ide Green Political Campaign lahir dari keresahan melihat alat kampanye yang sampai saat ini masih menggunakan baliho, poster dan spanduk, sudah semestinya dialihkan. Mengingat, keberadaan media-media kampanye tersebut berdampak buruk bagi lingkungan. Tidak hanya merusak keindahan kota tetapi dalam jangka panjang juga sulit diurai sehingga hanya menjadi sampah permanen yang dapat menimbulkan masalah baru. Irwan, Swarman dan Sidik mengusulkan media baru untuk kampanye yang ramah lingkungan dan tetap efektif mempromosikan para kandidat. Penyebaran informasi melalui pemasangan foto dan keterangan s i n g k a t p a r a kandidat pada t o n g s a m p a h ( o r g a n i k , anorganik), tas m i n i d a n p o t penanaman bibit p o h o n a d a l a h solusi yang lebih baik. Di samping l e b i h e f e k t i f , m e d i a - m e d i a t e r s e b u t j u g a lebih bermanfaat bagi lingkungan.

Solusi itulah yang kemudian d i a d u d e n g a n p e m i k i r a n -pemikiran dari peserta lain di SIC yang tahun ini diikuti sekitar 30 tim karya tulis dari b e r b a g a i

Kembali, Delegasi Unimed Berhasil Cetak Prestasi Menulis Tingkat Nasional

Page 17: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

16MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Kolom Mahasiswa

membentuk sebuah wadah pengembangan yang sesuai.Sejak September 2013, mulanya wadah tersebut

bernama Friday Action. Namun berdasarkan beberapa pertimbangan, saat ini diubah menjadi Musikus. Tidak ada yang berkurang dari esensi tujuan dan pembentukannya. Friday Action atau Musikus adalah wadah bagi mahasiswa yang memiliki kreativitas bermusik. Setiap hari jumat mulai pukul 14.00 – 17.00 wib, di pendopo Fakultas Bahasa dan Seni, seperangkat alat band sudah tersedia dan siap untuk dimainkan. Dalam sekejap, juga mampu

m e n y e d o t p e r h a t i a n mahasiswa-mahasiswa lain untuk menonton.

Selain memberi peluang yang sangat besar bagi mahasiswa untuk unjuk k e b o l e h a n b e r m u s i k , Musikus juga merupakan ruang eksploratif yang secara t idak langsung 'menegur' mahasiswa agar tak berdiam diri sebagai seorang penikmat saja. Sebab setiap mahasiswa adalah seorang pekarya!

Semangat tersebutlah yang menjadi stok tenaga terbesar bagi para panitia pelaksana. Meski harus patungan untuk memenuhi beberapa keperluan sepanjang kelangsungan acara, Hendra, William dan beberapa rekan serta beberapa dosen yang mendukung, tak keberatan.

Sebab tidak akan ada peningkatan kualitas jika t idak disertai dengan t indakan nyata untuk mengeksplorasi bakat dan keseriusan berkarya. Mahasiswa adalah tenaga yang diidam-idamkan Indonesia beberapa tahun ke depan. Maka, memulai perubahan sejak dini adalah tindakan yang tepat.

Meski masih berusia muda, Musikus optimis bahwa suatu saat akan melahirkan pemusik-pemusik muda yang handal di Sumatera utara bahkan ke Indonesia dan dunia. Sejumlah rencana telah dimatangkan. Setelah berhasil mengundang beberapa pemusik handal seperti Didi Biola dari KBSM, dan Frendrick dari Sekolah Musik, Musikus mantab untuk melakukan terobosan-terobosan baru. Tidak tanggung-tanggung, dalam beberapa waktu ke depan, Musikus berencana akan menggelar lomba atau festival untuk menarik simpati dan memupuk jiwa kompetitif di kalangan mahasiswa. Beberapa pemusik top juga telah digadang-gadang bakal menjadi sasaran bintang tamu dalam acara Musikus.

Semoga rencana gemilang ini mendapat respon yang baik dari berbagai pihak!

Satu gebrakan baru Dekan FBS Unimed Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, memberikan wadah kreativitas mahasiswa FBS dalam berkreasi musik-musik tradisional dan modern yang aktif dan rutin dilaksanakan oleh mahasiswa seni musik FBS Unimed di waktu jumat sore setiap minggunya. Mudah-mudahan gebrakan Dekan FBS ini mampu menginspirasi para mahasiswa untuk lebih berkreasi sehingga akan mampu berkompetisi dibidang seni musik, dan seni music merupakan aset pasar yang luar biasa bagi lulusan seni music Unimed untuk bisa

menjadikan music sebagai profesi membanggakan. Perguruan tinggi adalah rahim kelahiran

golongan intelektual. Sebagai lembaga pendidik, keberadaan perguruan tinggi sangat berpengaruh bagi perkembangan dan peningkatan mutu generasi muda. Di Indonesia, sejumlah perguruan tinggi secara jor-joran telah diakui sebagai 'penghasil' ahli ilmu, kreator dan pegiat keilmuan. Namun belum merata sehingga seringkali menuai ketimpangan yang berpengaruh pada masyarakat luas. Hal ini agaknya yang mendasari pergerakan mahasiswa Universitas Negeri Medan dalam upaya mencapai peningkatan kualitas mahasiswa dalam bidang keilmuan. Salah satunya melalui musik. Sebagai program studi yang memiliki ruang kreativitas sangat luas, seni musik adalah cawannya kreator-kreator muda. Sayangnya, banyak mahasiswa yang belum menyadari itu. Iklim perkuliahan dan kampus yang tidak selalu 'sehat' menyebabkan eksplorasi bakat dan minat mahasiswa di bidang musik banyak yang tidak maksimal. “Visi utama kami adalah mengubah paradigma berpikir mahasiswa yang cenderung flat tentang musik!” pungkas Hendra Gunawan, salah seorang panitia pelaksana Musik Kampus (Musikus) Universitas Negeri Medan.

Keyakinan untuk bersama-sama melakukan perubahan dalam jagad musik yang dimulai dari mahasiswa melatarbelakangi William (mahasiswa program studi seni musik) beserta beberapa rekan dari angkatan 2010 dan 2011 untuk menyatukan tekad

HUMAS UNIMED

MUSIKUSEKSPLORASI BAKAT BERMUSIK MAHASISWA

Page 18: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

November 2013.Setelah melalui seleksi yang ketat dan cukup

panjang, akhirnya Kevin, delegasi SMA Sutomo I Medan berhasil menjadi juara Umum. Disusul oleh Cynthia dari SMA Methodist 2 Medan dan Ghozi dari SMAN 11 Medan. Juara harapan 1 ditempati oleh Davin (SMA Methodist 2 Medan), juara harapan 2 oleh Jeffrey (SMA Sutomo 1 Medan), dan juara harapan 3 oleh Hafis (MAN 2 P.Sidimpuan).

Tidak hanya meraih total hadiah jutaan rupiah, piagam, dan piala, tiga besar pemenang juga diberi kesempatan untuk menjadi mahasiswa jurusan Matematika Universitas Negeri Medan tanpa tes. Hal ini sebagai bukti bahwa Matemathic Competition V benar-benar member dukungan penuh bagi para siswa yang memiliki talenta dalam bidang ilmu matematika.

Masih dalam rangkaian acara Matemathic Competition V, pada tanggal 30 November 2013 juga diadakan Seminar Pendidikan Nasional yang mengusung tema Menelaah Relevansi Penerapan Sistem Pembelajaran Abad 21 Terhadap Pendidikan di Indonesia. Acara Seminar Pendidikan Nasional (SPN) juga merupakan acara tahunan yang diadakan oleh HMJ Matematika. Pembicara yang diberi wewenang untuk melakukan sejumlah eksposisi dan provokasi mengenai tema yang ditentukan itu adalah Dr. Ida Karnasih, M.Sc., Ed., Ph.D (Dosen Pasca Sarjana Unimed), Prof. Dr. Nanamg Priatna, M.Pd (Guru Besar UPI Bandung), Drs. H. Bambang Winarji, M.Pd (Kepala LPMP SUMUT), dan Hardo Pamuko, S.Pd, M.Si (Guru SMAN 1 Medan).

Tentu saja, ini menjadi kompetisi yang paling berkesan. Pasalnya, tidak hanya Kompetisi dan Seminar, Matemathic Competition V juga mengadakan Workshop Pendidikan. Sebagai langkah mula, tema yang digaungkan adalah Mendesain Pembelajaran Melalui Pendekatan Project Based Learning. Melalui workshop ini diharapkan dapat membangun mental para pendidik yang kompetitif dan kompeten dalam mengajarkan bidang ilmu yang diampu. Semoga pelaksanaan pendidikan di Indonesia semakin berkualitas!

Banyak cara untuk membuktikan dedikasi sebagai mahasiswa. Salah satunya adalah yang dilakukan oleh HMJ Matematika Universitas Negeri Medan. Melalui Mathematics Competition yang diadakan tiap tahun, segenap mahasiswa dalam Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika ini mengupayakan penumbuhan kecintaan para siswa terhadap matematika. Agenda tahunan ini awalnya diadakan untuk siswa SMA sekota Medan, namun sejak tahun 2012 diadakan untuk siswa SMA sederajat se-Sumatera Utara.

Sejak pagi, gedung Auditorium Universitas Negeri Medan telah dipadati para peserta SMA dari berbagai sekolah bersama para guru pendamping. Keriuhan suasana menunggu kompetisi semakin semarak dengan berbagai kesibukan peserta yang dag dig dug jantungnya menunggu waktu mengerjakan soal-soal yang disiapkan panitia.

Ini merupakan kompetisi yang kelima yang dilaksanakan segenap Himpunan Mahasiswa Jurusan Matematika. Maka, 27 November 2013 adalah saksi betapa Mathematics Competition mampu membius sebagian besar pelajar SMA di Sumatera Utara. Selain sebagai ajang untuk menebarkan motivasi dan virus cinta matematika dari mahasiswa kepada seluruh peserta, Mathematics Competition juga menjadi kesempatan silaturahmi antarpecinta matematika. Pertukaran informasi, perluasan jaringan hingga berbagai kepentingan lain terkait ilmu matematika berlangsung begitu khidmat. Terbukti, Kompetisi ini berhasil menarik minat 1352 siswa se-Sumatera Utara.

Pada hari pertama, ribuan peserta yang mendaftar dan telah melengkapi administrasi yang ditentukan panitia diwajibkan untuk mengikuti Seleksi tahap I dengan mengerjakan sejumlah soal yang telah disiapkan. Meski begitu padat, namun proses penyelesaian soal dari masing-masing peserta tetap berlangsung tertib dan terkendali.

Seleksi Tahap I selesai. Dengan prosedur, teknik dan penilaian yang telah disepakati para juri, akhirnya dari ribuan peserta yang mengikuti seleksi tahap I, dipilih 50 besar peserta terbaik untuk ditandingkan kembali pada 28

MATHEMATICS COMPETITION, “SALAM AGEN PERUBAHAN!”

17MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

Page 19: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

di Seni-Seno atau di Persada Studi Klub asuhan Umbu

Landu Paranggi. Ataupun Goenawan Mohamad yang

namanya tak pernah terdengar di kampus UI (Universitas

Indonesia), Fakultas Psikologi oleh kawan-kawannya

sebagai seorang penyair ketika ia masih kuliah.Perkembangan sastra di kampus memang

mempunyai tantangan yang berbeda tiap masanya. Soal

kebebasan persebaran karya sastra, saat ini sudah tidak

ada masalah. Tidak ada larangan dan justru diberi

kebebasan. Walau memang, terkadang soal pendanaan,

tak bisa ditanggulangi pihak kampus.Lima tahun terakhir, Sumatera Utara bergairah

dengan kelahiran komunitas-komunitas sastra yang

didominasi mahasiswa dan golongan muda. Hampir di

setiap kampus memiliki komunitas sastra dan masing-

masing menggeliat dengan cara yang berbeda. Ini menjadi

sumber energi untuk meningkatkan kualitas kehidupan

sastra di lingkungan kampus. Meski tak dapat dipungkiri

bahwa keberadaan komunitas sastra tersebut juga

Senantiasa ada yang mengecewakan jikalau kita

berbincang soal iklim kesusastraan di wilayah kampus.

Melalui sejumlah artikel dan esai yang ditulis oleh

beberapa pengamat sastra, dapat diketahui bahwa

memang kehidupan sastra di lingkungan kampus masih

kurang sehat. Entah apa saja amsalnya, namun ini jelas

berbeda dengan kondisi sastra di kalangan kampus, yang

terjadi di tahun-tahun 1970-an ketika sastra kembali

terjebak dalam aturan permainan politik di lingkungan

kampus. Konon, yang tersurat dalam Sastra Bagi Kalangan

Muda, Esai Mohamad Baihaqi Alkawy (Kapas, Maret

2012), pada tahun 1970-an itu rektor atau pihak fakultas

menentukan sepenuhnya dalam memberikan izin untuk

membaca puisi atau tidak. Penerbitan majalah sastra

jarang dibiayai oleh pihak kampus. Rektor selalu berkuasa

di setiap acara dalam kampus. Permasalahan ini melanda

sampai awal tahun 1980. Sehingga para Sastrawan waktu

itu seperti Abdul Hadi W.M, selama menjadi Mahasiswa di

UGM (Universitas Gajah Mada) lebih mencuat namanya

Semarak Budaya dan Sastra Ala Komunitas Menulis Mahasiswa FBS Unimed

HUMAS UNIMED

18MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

Page 20: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

kepada mahasiswa baru, para pegiat sastra di wilayah

Universitas Negeri Medan itu berharap dapat menjadi

telangkai untuk melahirkan mahasiswa-mahasiswa pegiat

sastra yang kompeten pada bidangnya.Seyogyanya komunitas sastra yang lain, di wilayah

kampus kegiatan berdiskusi dan belajar menulis juga

dijadikan sebagai agenda tetap yang tak dapat diganggu

gugat. Namun adakalanya memang, keberadaan

komunitas sastra ini dijadikan sebagai wadah pemasok

bintang-bintang panggung kampus. Sebab, sejumlah

kegiatan di wilayah kampus kerap membutuhkan

pembaca puisi, musikalisasi puisi atau pemain teater.

Inilah yang dijadikan pemantik agar mahasiswa tertarik

dan bersedia bergabung dalam komunitas.Tidak terbatas untuk mahasiswa jurusan Bahasa dan

Sastra Indonesia saja. Komunitas Sastra di wilayah kampus

terbuka untuk mahasiswa dari jurusan apa pun. Tentu

saja, hal ini lantaran memang harus diakui secara bahagia

bahwa menulis dan menikmati hasil karya sastra tidak

hanya diminati oleh orang-orang yang berasal dari jurusan

Bahasa dan Sastra Indonesia.Komunitas Tanpa Nama, Gebrakan Literasi dan

Komunitas Mahasiswa Pecinta Sastra Indonesia adalah

beberapa komunitas yang tumbuh dan berkembang di

lingkungan kampus. Sejak dibentuk hingga saat ini,

komunitas-komunitas tersebut dapat dikatakan sebagai

rahim pegiat sastra yang cukup sehat di Sumatera Utara.

Dalam artian, kegiatan berdiskusi dan pengembangan

kemampuan masing-masing anggotanya berjalan lancar.

Beberapa waktu belakangan, bertepatan dengan masa

merupakan wujud perlawanan terhadap sistem dan iklim

perkuliahan di lingkungan universitas yang kurang

mendukung untuk pertumbuhan dan perkembangan

sastra. Mulai dari fasilitas perpustakaan yang sepi dengan

buku-buku sastra hingga kebiasaan dalam proses belajar

mengajar yang cenderung mendiskreditkan keberadaan

sastra Indonesia.Komunitas ibarat pasukan gerilya yang diam-diam

sebenarnya tengah berupaya menyerbu benteng lawan.

Namun kali ini, 'sastra awang-awang' adalah oposisi yang

hendak dijinakkan. Dalam perkembangannya di

lingkungan perkuliahan, istilah 'sastra awang-awang' saya

gunakan untuk menunjukkan lemahnya proses

pengajaran seputar sastra Indonesia. Sulit sekali

mendapatkan pernyataan yang tegas dan koridor

pelaksanaan proses belajar mengajar menyoal sastra di

lingkungan universitas. Entah lantaran kebebasan

menginterpretasi yang dijunjung, atau justru lantaran tak

memiliki bekal untuk bicara banyak.Baiklah, berbagai problematika tersebut selesai kita

bincangkan. Saat ini, biarlah komunitas menjalankan

fungsinya. Berkarya dan menggiatkan sastra di kalangan

mahasiswa. Sudah semestinya kebudayaan verbal, yang

mengedepankan kebiasaan sekedar bercakap-cakap itu

diubah menjadi budaya membaca dan menulis sastra

'segila-gilanya'.Keprihatinan terhadap kondisi tersebut yang

mendasari komunitas-komunitas sastra di Universitas

Negeri Medan bertindak. Melalui sejumlah kegiatan

sastra yang bertujuan untuk menularkan virus cinta sastra

19MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

Page 21: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

20MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

dibawakan secara keroyokan oleh anggota kompensasi

seluruhnya yakni dramatisasi puisi karya Wage yang

berjudul bergunalah.Beberapa waktu belakangan ini, Kompensasi telah

sepakat untuk membuat sebuah gebrakan baru untuk

menciptakan kader-kader yang berkualitas untuk

menetap dalam sebuah naungan wadah yang bernama

kompensasi ini. Namun, acara ini tidak semata-mata

untuk mencari orang-orang baru, kompensasi

mengadakan pentas Sastra keroyokan ala kompensasi

guna merayakan hari ulang tahun kompensasi ke-4 tahun

yang bertepatan dengan tanggal 09 Agustus 2013.

Perayaan ulang tahun ini guna memberikan kontribusi

positif bagi Mahasiswa Baru untuk terus berkarya di dunia

kepenulisan.Juga berhasil menyita perhatian mahasiswa. Kemudian,

pada 9 November 2013 kemarin, Komunitas Tanpa Nama

menggelar acara Lomba Cipta dan Baca Puisi khusus

mahasiswa angkatan 2013. Semua kegiatan-kegiatan

tersebut adalah perangkap untuk menjebak mahasiswa

baru agar tertarik belajar sastra di komunitas. Dengan

demikian, dapat menyokong kelemahan kampus dalam

mencetak penulis, aktivis, dan akademisi sastra karena

iklim yang sangat tidak mendukung produktivitas

tersebut.

Semoga lebih banyak lagi yang peduli!

kedatangan mahasiswa baru di kampus, ketiga komunitas

itu turut memanfaatkan momen untuk membidik

mahasiswa yang kemudian akan dihunikan di komunitas

masing-masing. Meski tak muluk-muluk dan dengan acara

yang mewah, namun kekhidmatan menyebarkan

perangkap sastra itu tetap tak berkurang esensinya.Dimulakan oleh Gelitar yang menggelar Bincang-

Bincang Sastra di salah satu areal kampus hingga

Komunitas Tanpa Nama. Kegiatan bertajuk Sastra dan

Motivasi Menulis Mahasiswa yang digelar Gelitar

berlangsung sangat sederhana namun berhasil

menangkap sedikitnya sepuluh mahasiswa baru.Lalu pada minggu-minggu berikutnya, Komunitas

Mahasiswa Pecinta Bahasa dan Sastra Indonesia

mengadakan Aksi baca puisi dan monolog bertajuk Sastra

Keroyokan Ala Kompensasi. Acara yang diselenggarakan

pada hari Sabtu, 30 Agustus 2013 ini, diisi oleh anggota

dari kompensasi tersebut yakni Nurwidasari Lubis

membawakan pembacaan puisi yang berjudul Jerita Para

Syuhada karyanya Nurwidasari Lubis, Julaiha S., Eka

Brenta Sembiring, Rabbani Sinamo membawakan atraksi

drama Eka Brenta Sembiting yang berjudul Balada Kolor.

M. Irsyad Anwar Sungkunan Lubis membawakan puisi

Chairil Anwar yang berjudul Maka Kutuklah Aku, M. Sadri

Koto membacakan monolog Eka Brenta Sembiring yang

berjudul Geger Tuak, dan persembahan terakhir yang

Page 22: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

21MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

Nasional Olahraga bersiap menyongsong batas akhir pencalonan 30 November 2013 dan pemilihan yang akan dilakukan pada Februari 2014. Persyaratan pencalonan meliputi kemampuan calon provinsi penyelenggara atas kesediaan 50% sarana dan prasarana, dukungan masyarakat setempat, kemampuan SDM dan keuangan dan pembangunan selesai minimal satu tahun menjelang PON.

“Fasilitas olahraga yang tersedia di beberapa kota di Sumatera Utara sudah cukup memadai dan memenuhi persyaratan sebagai tuan rumah PON, selain itu Sumut mempunyai Sumber Daya Manusia (SDM), dan dukungan anggaran dari pemerintah daerah yang memadai.” pungkas Prof. Dr. Agung Sumarno, Dosen FIK Unimed. Pernyataan tersebut didukung oleh Brilian Muktar, S.E. yang merasa senang karena melalui mahasiswa, dorongan untuk mewujudkan PON di Sumatera Utara semakin besar. Beliau turut menegaskan

bahwa apabila dana dari pemerintah tidak cair, maka DPRD Medan akan membantu menangani anggaran dana.

Adanya sosialisasi semacam ini tak lain dan tak bukan untuk menghimpun semangat masyarakat Medan demi mendukung kota tercinta. Pemuda dan mahasiswa yang menjadi sorotan sekaligus ujung tombak dari kegiatan ini perlu diberikan pendekatan yang berwujud pengarahan. Sayangnya kontribusi pemuda ataupun atlet tidak terekspos secara benar. Nasib atlet yang mengharumkan nama bangsa di kancah dunia, tak lagi gaung ketika usia sang atlet telah senja. Tidak ada penghargaan yang tahan zaman. Bahkan, medali yang jadi saksi harus pupus demi kebutuhan manusiawi: urusan perut.

Hanya sebentar gema kemenangan itu di telinga. Lambat laun pudar juga. Sebentar mata dunia mengarah pada sang pemenang, sebentar lenyap tak bersisa. Tidak menentunya nasib atlet Indonesia, membuat pemuda urung maju ke medan perang, terkecuali ambisi individual semata.

Media dan pemerintah juga tidak menggali nilai positif dan bentuk penghargaan yang sesuai atas kerja yang terbilang sukar. Untuk itulah kemudian dilakukan cara lain sebagai solusi, dengan menghadirkan pembicara yang mumpuni dan mengajak pemuda untuk mulai buka mata, walaupun belum menguliti persoalan seputar atlet dan masa depannya. Setidaknya telah ada usaha untuk melibatkan pemuda dan mahasiswa, untuk juga mendapatkan perbaikan sarana. Demikian halnya, maka keterbatasan demi keterbatas menjembatani pergerakan Sumut. Agaknya impian untuk melengkapi sarana dan prasarana bisa terwujud, hanya jika Sumut menjadi tuan rumah PON 2020.

Semoga Sumut terpilih!

Meski harus bersaing dengan puluhan provinsi lain, Sumatera Utara optimis bisa menjadi tuan rumah PON 2020. Kucuran anggaran dan renovasi sarana-prasarana terus diupayakan sebagai bentuk dukungan pemerintah daerah.

Dalam Seminar Nas ional Olahraga yang diselenggarakan oleh Ikatan Mahasiswa Olahraga Indonesia (Imori), Rabu, 13 November 2013 di Auditorium Universitas Negeri Medan tersebut, mahasiswa diajak untuk peduli dan ambil bagian dalam event besar yang akan digelar tujuh tahun mendatang. Termasuk terus melakukan persiapan dan sosialisasi mendorong terpilihnya Sumut, menggeser Papua yang lebih digadang menempati posisi tersebut.

Seminar bertajuk “Bersama Pemuda Olahraga Mari Kita Raih Keemasan Olahraga Sumut Menyongsong Kesiapan Sumut Menjadi Tuan Rumah PON 2020” ini melibatkan sejumlah narasumber yaitu Roy Suryo Notodiprojo selaku Menpora RI, Brilian Moktar, S.E. selaku Ketua Komisi E DPRD Sumut, Dr. Khairul Anwar, M. Si. selaku Kadisporasu, H. Gus Irawan Pasaribu, S.E., Ak, M.M., Ketua Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Sumut, dan Prof. Dr. Agung Sumarno, Dosen FIK Unimed.

Ratusan mahasiswa yang menghadiri seminar, menyatukan suara menyongsong kesiapan Sumut menjadi tuan rumah PON 2020. Sebab semenjak pon ketiga tahun 1952, Sumut telah lama menanti peluang menjadi tuan rumah dalam kegiatan pekan olahraga nasional yang diadakan dalam periode empat tahun sekali ini. Keuntungan yang diperoleh apabila terpilih sebagai tuan rumah adalah menambah prestasi karena dibebaskan dari prakualifikasi PON, mendapat penambahan sarana dan prasarana olahraga serta membangkitkan ekonomi Sumatera Utara.

Maka, Sumut bersama mahasiswa melalui Seminar

SEMINAR NASIONAL OLAHRAGA Sumut Perlu Dukungan Mahasiswa Untuk

Menjadi Tuan Rumah PON 2020

Page 23: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

22MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Kolom Mahasiswa

HUMAS UNIMED

yang sepanjang tanggal 24 – 30 Juni 2013 di Lembang, Bandung, itu dilangsungkan. Walau terbilang singkat, reparasi cerita pendek dari masing-masing penulis berhasil dirampungkan. Mulai dari teknik penulisan hingga ketajaman tema dan ide yang digarap. Setidaknya dua cerpen dari masing-masing peserta selesai diracik ulang, setelah sebelumnya dihidangkan di meja diskusi.

Bengkel cerpen Mastera 2013 yang digelar oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia ini, diikuti oleh Elida Nurhabibah (Sumatera Selatan), Mardiana (Jambi), Sartika Sari (Unimed, Sumatera Utara), Yulizar Fadli (Lampung), Nana Sastrawan (Banten), Encep Abdullah (Banten), Ferdinandus Moses (DKI Jakarta), Suantoko (Jawa Timur), M. Thobroni (Kalimantan Timur), dan Fadriah Syuaib (Maluku Utara) mewakili Indonesia, bersama peserta dari Singapura; Cik Nur Shahirah Binte Mohamad Sha Hir, Cik Erdiah Binte Samad, dan Encik Noorhaqmal Bin Mohammed Noor, serta peserta asal Malaysia; Encik Wahyu Budiwa Rendra A. Wahid, Puan Hazwani Rameli, Puan Hasni Jamali, dan Nurhaizah, dan juga peserta dari Brunei Darussalam; Abu Zar bin Abdullah, Awang Haji Ali Asnan bin Haji Pungut, Ainah bte Muhammad, dan Zawiyatun Ni'mah binti Mohamad Akir. Bertindak sebagai pembimbing ialah Yanusa Nugroho, Nenden Lilis Aisyah, Gus Tf Sakai, pembimbing dari Indonesia, Awang Chong Ah Fok dari Brunei Darussalam, Tuan Syed Mohd, Zakir Syed Othman dari Malaysia, dan Encik Ishak Bin Abdul Latiff dari Singapura.

Meski memiliki beberapa perbedaan terkait teknik, tema, dan bahasa ungkap, diskusi bedah karya yang berlangsung sejak siang hingga malam selama empat hari itu tetap berlangsung kondusif. Tiap peserta dari masing-masing negara melebur dalam topik bahasan yang sama seputar cerita pendek. Pertukaran informasi dan pengetahuan antarnegara, antarbudaya menjadi penghangat suasana diskusi.

Lengkap rasanya ketika niat telah diluruskan, dan karya diperkuat dengan penambahan ilmu dari penulis-penulis yang lebih berpengalaman dan sejawat yang bergiat di jagad serupa. Bengkel cerpen Majelis Sastra Asia Tenggara menjadi wadah potensial dan menyehatkan bagi penulis-penulis dari keempat negara. Selain itu, secara tidak langsung, telah menjadi pengerat hubungan kekerabatan negara serumpun.

Selamat menulis, selamat berkarya mahasiswa Universitas Negeri Medan!

Dalam rangka meningkatkan kualitas penulis sastra di Asia Tenggara, program penulisan Majelis Sastra Asia Tenggara diselenggarakan. Tahun ini, Sartika Sari, mahasiswa program studi Sastra Indonesia Universitas Negeri Medan berhasil menjadi delegasi Sumatera Utara untuk mengikuti acara tersebut, setelah melalui seleksi dan melengkapi sejumlah persyaratan yang ditetapkan panitia.

Bengkel Mastera 2013, salah satunya menyoroti ihwal nawaitu-nya seorang penulis. Tentu saja, setiap orang memiliki tujuan dan motivasi tersendiri ketika menulis. Meski tak sedikit pula yang tak mengerti mengapa ia menulis dan memilih bersembunyi dibalik dalih; sekadar menuntaskan keinginan atau hobi. Baiklah, tidak ada yang salah dengan itu. Bagaimana pun, ibarat sistem pemerintahan, menulis telah menempatkan seorang penulis sebagai pimpinan dan berhak melakukan apa pun dalam tulisannya.

Terkait nawaitu, di penghujung acara Majelis Sastra Asia Tenggara, Seno Gumira Ajidarma mengungkapkan sejumlah pandangannya seputar menulis cerita pendek. Banyak hal yang sebelumnya dianggap persoalan pelik dalam menulis cerita pendek, seperti; bagaimana cara menulis yang baik, bagaimana cara mempertahankan emosi, bagaimana cara menyusun konflik dan lain sebagainya itu 'patah' oleh pernyataan yang disampaikan Seno. Penulis “Biola Tak Berdawai” itu menegaskan agar pertanyaan-pertanyaan serupa jangan sering dibiarkan merongrong seisi kepala. Lantaran akibatnya, motivasi menulis berkali-kali bisa terhalang dan akhirnya tak jadi menulis. Maka menulis dan membaca sajalah dengan bahagia. Tetapi harus dilakukan dengan kesadaran utuh, agar ketika telah menjadi konsumsi publik, penulis tetap berani bertangungjawab penuh atas tulisannya. Tidak semena-mena melepaskan dan melarikan diri. Lebih lanjut, beliau mengungkapkan bahwa menulis—dalam hal ini cerita pendek—dilakukan untuk menyampaikan pandangannya kepada publik mengenai suatu hal. Bagi SGA, cerita pendek adalah kendaraan yang tepat untuk menyampaikan kritik sosial atas berbagai polemik yang terjadi. Apalagi di tengah perkembangan zaman dan problematika sosial yang semakin marak, bergerak lewat karya adalah alternatif yang baik. Misalnya, menyampaikan kritik, saran dan respon terhadap pemerintahan melalui cerpen. Sehingga sastra tidak sekadar menjadi konsumsi sejumlah golongan saja atau seolah menjadi dunia tersendiri yang di dalamnya berisikan kenikmatan semata.

Kiranya SGA berhasil menyempurnakan diskusi

MAHASISWA UNIMED TERPILIH MENJADI DELEGASI SUMATERA UTARA

DALAM MAJELIS SASTRA ASIA TENGGARA 2013

Page 24: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

KEPROFESIONALAN GURUMERUPAKAN TUNTUTAN KOMPETENSI PROFESI

Oleh

Muhammad Surip, S.Pd. M.Si.Dosen FBS Unimed

A. PendahuluanPendidikan sebagai upaya mencerdaskan

kehidupan yang didalamnya meliputi pengembangan i lmu pengetahuan (knowledge development), pembentukan sikap dan pembekalan keterampilan. Hal ini merupakan realisasi dari cita-cita Negara Republik Indonesia sebagaimana yang dinyatakan dalam UUD 1945 yaitu “Tujuan Negara Republik Indonesia adalah mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social”.

Dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai perwujudan dari cita-cita nasional, maka proses pelaksanaan pendidikan dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi merupakan terobosan yang harus terus dikembangkan guna menciptakan manusia Indonesia yang berilmu (science), berbudi pekerti yang luhur dan terampil (skill) dalam bidangnya.

Meningkatnya perkembangan ilmu dan teknologi berimplikasi pada tuntutan penyiapan guru yang memiliki kompetensi yang betul-betul dapat mengemban tugas sebagai guru. Untuk ini pemerintah melakukan usaha yang berkenaan dengan pemenuhan kebutuhan guru meliputi pengadaan, pendayagunaan, dan pembinaan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Salah satu program kerja Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Bambang Sudibyo yang akan diwujudkan awal bulan Desember ini adalah pencanangan dan pemantapan guru sebagai profesi. Melalui moto “Guru Sebagai Profesi” Depdiknas berencana untuk meningkatkan kualitas guru dan sekaligus mengembangkan profesi guru sejajar dengan profesi lain yang dianggap “terhormat” di tengah masyarakat.

Sebagai upaya meningkatkan daya saing bangsa, khususnya menghadapi tantangan global, pemerintah telah menetapkan persyaratan kompetensi sebagai standar pendidik dan tenaga kependidikan di semua jenjang pendidikan. PP No. 19 tahun 2005, pasal 28 menegaskan bahwa seorang tenaga pendidik (guru) harus memenuhi persyaratan kompetensi sebagai pembelajaran meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidik, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Begitu besarnya peranan guru, sebagai pengajar dan pendidik, harus

diakui bahwa kemajuan di bidang pendidikan sebagian besar tergantung kewenangan dan kemampuan staf pengajar (guru). Untuk itu, pemerintah telah mencanangkan “guru sebagai profesi” setara dengan profesi lain yang membanggakan.

Sudah hampir dua dekade para pakar pendidikan, para pejabat dan seluruh korps guru membahas masalah profesionalisasi jabatan guru, tidak terkecuali guru-guru bahasa dan sastra Indonesia tentunya. Namun sejauhmana konsep profesionalisme ini dipahami oleh guru-guru bahasa dan sastra Indonesia dan pada gilirannya dioperasikan dalam pelaksanaan tugas, memerlukan studi tersendiri.

Pada umumnya, rendahnya hasil belajar siswa dalam bidang studi bahasa dan sastra Indonesia selalu dikaitkan kepada rendahnya kompetensi mengajar guru bahasa dan sastra Indonesia karena peranan guru dipandang sebagai posisi sentral yang menentukan mutu hasil belajar siswa. Oleh karena itu, kompetensi guru khususnya guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia mengajar yang meliputi penguasaan materi dan metode pembelajaran merupakan tuntutan yang harus dimiliki setiap guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia. Ini berarti seorang guru bahasa dan sastra Indonesia yang professional harus memiliki kompetensi sebagai pendidik dan pengajar bahasa dan sastra Indonesia.

B. Kompetensi Mengajar.Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris

competence yang artinya well-qualified atau capabily. Dalam bahasa dan sastra Indonesia dapat diterjemahkan menjadi berkualifikasi atau mempunyai kualifikasi atau mampu atau mempunyai kemampuan (Webster, 2003). Kompetensi juga bisa diartikan sebagai skill atau keahlian. Depdiknas (2003) mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh guru akan menunjukkan kualitas guru yang sesungguhnya. Kompetensi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan secara profesional.

Kompetensi ser ing pula diart ikan sebagai kemampuan, kecakapan atau wewenang. Depdiknas (2003) merumuskan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Seseorang yang memiliki kompetensi untuk jabatan tertentu berarti harus memiliki kemampuan yang memiliki kemampuan yang betul-betul sesuai dengan tuntutan jabatan atau pekerjaan tersebut. Untuk menentukan kompetensi yang dimiliki sesuai dengan jabatan tersebut harus dilakukan analisis yang betul-betul

23MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Page 25: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

HUMAS UNIMED

24MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

bagi seorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan. Lebih lanjut dikemukakan bahwa manfaat standar kompetensi guru kiranya dapat memberikan kontribusi dalam dua hal yaitu (1) menjadi tolok ukur semua pihak yang berkepentingan di bidang pendidikan dalam rangka pembinaan, peningkatan kualitas dan penjenjangan karier guru dan (2) meningkatkan kinerja guru dalam bentuk kreativitas, inovasi, keterampilan, kemandirian dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan profesinya.

Berkenaan dengan kompetensi guru ini, Direktorat Tenaga Kependidikan Dirjen Dikdasmen Depdiknas telah mengembangkan standar kompetensi guru yang dapat digunakan sebagai acuan dalam upaya peningkatan dan pembinaan guru untuk memiliki kemampuan sebagai guru yang profesional. Dengan demikian pada dasarnya standar kompetensi diarahkan untuk peningkatan mutu guru dan pembinaan guru secara terstruktur dan sistematis. Apabila standar kompetensi ini benar-benar telah dijadikan sebagai kerangka acuan pembinaan mutu guru diharapkan telah memiliki tingkat kemampuan yang standar, ini akan berimplikasi terhadap meratanya kompetensi guru yang sekaligus dapat berfungsi sebagai penjamin mutu (quality assurance).

Tim penyusun Standar Kompetensi Guru Pemula (SKGP) Depdiknas (2003) merumuskan standar kompetensi guru yaitu (1) penguasaan bidang studi, (2) pemahaman tentang peserta didik, (3) penguasaan pembelajaran yang mendidik, dan (4) pengembangan kepribadian dan keprofesionalan (Depdiknas, 2004). Standar kompetensi guru tersebut selanjutnya dijabarkan menjadi kompetensi dasar. a. Standar 1 Penguasaan bidang studi

· penguasaan substansi bidang studi

· mampu mengaitkan dan mengaplikasikan bidang studi dan materi kurikulum bidang studi yang berlaku sesuai dengan konteks atau lingkungan.

· mengembangkan konsep ilmu/teknologi/seni

· menguasai struktur dan materi kurikulum

· mampu menyesuaikan materi keilmuan dengan perkembangan siswa

· merencanakan dan membimbing keselamatan dan kesehatan kerja dalam tempat kerja/laboratorium

· mengelola tempat kerja/laboratorium

b. Standar 2 Pemahaman tentang peserta didik

· mampu mengidentifikasikan potensi peserta didik yang perlu dikembangkan

· menguasai karakteristik potensi peserta didik

· memiliki komitmen terhadap hak dan kewajiban peserta didik

· mengenal dan memanfaatkan lingkungan peserta didik

· menguasai cara dan gaya belajar peserta didik

· bersikap dan berperilaku empati terhadap peserta didik

menemukan kompetensi yang dituntut jabatan itu. Menurut Finch dan Crunkilton (1984) langkah-langkah yang ditempuh untuk menemukan profil dan tingkat kompetensi yakni (1) mengkaji suatu deskripsi jabatan pekerjaan, (2) mengidentifikasi kompetensi jabatan, (3) mengidentifikasi berbagai keterampilan atau perilaku untuk masing-masing daerah kompetensi, (4) menyusun keterampilan ke dalam suatu urutan pengalaman, dan (5) menetapkan tingkat kompetensi untuk masing-masing keterampilan sesuai dengan situasi kerja yang sebenarnya. Bila diperhatikan standar kompetensi yang dikembangkan oleh Depdiknas (2003) kelihatannya proses pengembangannya telah dirumuskan dengan sistematis melalui langkah-langkah yang hampir sama dengan pendapat Frich dan Crunkilton yang dikemukakan di atas, yakni (1) melakukan studi kepustakaan baik dalam negeri maupun luar negeri, (2) mengidentifikasi kompetensi guru, (3) menyusun buram standar kompetensi guru, (4) melakukan sosialisasi buram standar kompetensi guru, (5) melaksanakan uji coba standar kompetensi guru, (6) menganalisis hasil uji coba standar kompetensi guru, dan (7) menetapkan standar kompetensi guru.

Menurut Hamalik (2002) kompetensi seorang guru terdiri dari dari kompetensi kepribadian, kompetensi kemasyarakatan, dan kompetensi profesional. Ketiga jenis kompetensi tersebut saling berhubungan secara terpadu dalam diri dan karakteristik perilaku guru, dengan demikian akan mencerminkan potensi guru yang benar-benar tidak saja memiliki kemampuan mengajar dan memiliki kemampuan melakukan kegiatan sosial tetapi juga memiliki kepribadian yang baik dan mampu melakukan penyesuaian sosial dalam masyarakat. Begitu juga yang dikemukakan Rosyada (2004) bahwa kategori yang harus dimiliki oleh guru ada dua yakni capability dan loyality. Kategori kapabilitas berarti guru harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkan dan memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik mulai dari perencanaan, implementasi hingga evaluasi. Kategori loyal berkenaan dengan melaksanakan tugas-tugas keguruan yang tidak semata-mata di dalam kelas tetapi juga sebelum dan sesudah melaksanakan tugas di kelas.

C. Standar Kompetensi Mengajar Salah satu kebijakan pemerintah yang dimaksud

untuk menjamin kualitas guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik adalah mengembangkan standar kompetensi guru yang digunakan sebagai acuan dalam peningkatan dan pembinaan tenaga kependidikan yang lebih profesional dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Standar kompetensi guru ini bertujuan untuk memperoleh acuan baku dalam pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Menurut Dirjen Dikdasmen (2003) standar kompetensi guru suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perilaku perbuatan

Page 26: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

25MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

besarnya peranan guru, sebagai pengajar dan pendidikan, harus diakui bahwa kemajuan di bidang pendidikan sebagian besar tergantung kewenangan dan kemampuan guru. Untuk itu pemerintah telah mencanangkan “guru sebagai profesi”, setara dengan profesi lain yang membanggakan.

Guru sebagai profesi pada hakekatnya sama dengan jabatan profesi lainnya seperti akuntan, dokter, pengacara, dan apoteker yang bersifat profesi, bernomor register, dan memiliki kode etik keprofesionalan sehingga guru benar-benar menjadi profesi yang membanggakan setara dengan profesi-profesi lainnya. Dari sini diharapkan dapat dijadikan tonggak kebangkitan guru untuk senantiasa terus meningkatkan profesionalismenya dan sebagai upaya agar profesi guru menjadi daya tarik bagi siswa terbaik di negeri ini untuk menjadi guru.

Hasil studi beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau karakteristik profesi, khususnya profesi guru, profesional dapat diartikan sebagai kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan, memiliki pengetahuan spesialisasi, memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien, memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan (communicable), memiliki kapasitas mengorganisasikan kerja secara mandiri (self-organization), mementingkan kepentingan orang lain (altruism), memiliki kode etik, memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas, mempunyai sistem upah, dan budaya profesional (Indrajati Sidi, w.w.w. republika.co.id)

Sebagai seorang profesional, guru-guru harus menguasai metode dan materi pembelajaran, menjunjung tinggi kode etik, terikat pada sumpah jabatan dan kaidah-kaidah organisasi profesi, dan memiliki kemauan untuk tumbuh dan berkembang secara profesional. Dengan demikian seseorang dikatakan profesional jika dapat melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan standar kompetensi yang telah ditetapkan dan dapat memperoleh penghasilan yang layak sesuai dengan keahlian yang dimilikinya. Seorangg guru dinyatakan profesional, jika dapat melaksanakan tugas dan fungsi keguruan sesuai dengan standar kompetensi seorang guru yang telah ditetapkan.

E. Guru Profesional dan Kompeten MengajarGuru profesional merupakan guru yang harus

menguasai metode dan materi pembelajaran, menjunjung tinggi kode etik, terikat pada sumpah jabatan dan kaidah-kaidah organisasi profesi, dan memiliki kemauan untuk tumbuh dan berkembang secara profesional. Tidaklah dikatakan guru profesional jika tidak memiiki sikap yang selalu ingin berubah kearah yang lebih baik, artinya selalu ada kemauan untuk berusaha dalam proses pembelajaran agar mencapai apa yang menjadi tujuan pembelajaran. Guru profesional juga harus selalu berkreasi dan berinovasi untuk maju menjadi teladan bagi keluarga, siswa teman sejawat dan semua orang.

Menciptakan dan menghasilkan guru yang kompeten bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang juga berkompoten sesuai dengan tujuan pendidikan dan

· membimbing pengembangan karier peserta didik

c. Standar 3 Penguasaan pembelajaran yang mendidik

· merencanakan dan merancang pembelajaran yang mendidik

· menguasai pendekatan, metode dan media pembelajaran

· melaksanakan pembelajaran yang mendidik

· mengenal prinsip dan prosedur asesmen proses dan hasil belajar peserta didik

· merencanakan dan melaksanakan asesmen proses dan hasil belajar peserta didik

· memanfaatkan hasil asesmen untuk perbaikan pembelajaran

· merencanakan dan melaksanakan penelitian dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran

d. Standar 4 Pengembangan kepribadian dan keprofesionalan

· mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja

· mampu menilai kinerjanya sendiri

· mampu bekerja mandiri dan bekerja sama dengan orang lain

· mampu mencari sumber-sumber baru dalam bidang studinya

· memiliki komitmen terhadap profesi dan tugas profesional

· mampu berkomunikasi dengan teman sejawat dan peserta didik

· mampu meningkatkan diri dalam kinerja profesinya

D. Guru sebagai ProfesiGuru merupakan faktor kunci yang paling

menentukan dalam keberhasilan pendidikan dinilai dari prestasi belajar siswa. Reformasi apa pun yang dilakukan dalam pendidikan seperti pembaruan kurikulum, penyediaan sarana-prasarana dan penerapan metode mengajar baru, tanpa guru yng bermutu, peningkatan mutu pendidikan tidak akan mencapai hsil yang maksimal.

R e n d a h n y a p e r f o r m a n c e g u r u d a l a m menyelenggarakan pendidikan dari banyak hasil penelitian diduga karena rendahnya kualitas guru dalam hal penguasaan subject matter dan keterampilan mengajar. UNESCO (2002) melaporkan tingkat penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode pembelajaran yang inovatif masih kurang, umumnya guru menggunakan metode ceramah. Hasil uji coba tes kompetensi, rata-rata skor untuk semua pelajaran di bawah 50%, untuk guru bahasa dan sastra Indonesia 54%, IPS dan IPA 35-40% (Dittendik, 2001)

Guru dalam proses belajar mengajar mempunyai fungsi ganda, sebagai pengajar dan pendidikan, maka guru secara otomatis mempunyai tanggung jawab yang besar dalam mencapai kemajuan pendidikan. Begitu

Page 27: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

26MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

dan diimplikasikan di kelas terutama menghadapi situasi anak didik baik secara fisik, psikologis, dan spiritual yang setiap saat berubah dan ditambah lagi dengan keadaan lingkungan yang juga cepat berubah. Disinilah makna kata seni dalam mengajar dan mendidik. Namun demikian semangat entrepreneurship perlu dikembangkan, dengan semangat ini guru akan memiliki kemauan yang kuat melaksanakan pekerjaan untuk mencapai hasil yang lebih baik dengan selalu memunculkan inisiatif cemerlang.

F. PenutupProfesionalisme seorang guru menyangkut

kemampuan guru menguasai materi pelajaran, kemampuan menggunakan media pembelajaran, pengalaman guru dan kemampuan memberikan layanan kepada siswa sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan yang diinginkan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi di dalam belajar dan dalam kehidupannya sehari-hari, serta dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga dengan demikian prestasi belajar bahasa dan sastra Indonesia dapat ditingkatkan.

Untuk menghasilkan lulusan sekolah yang memiliki pengetahuan dan keterampilan berbahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan yang diharapkan terutama dalam era yang makin mengglobal sangat diharapkan peranan guru yang dapat menyelenggarakan proses belajar-mengajar dengan efektif. Terselenggarakannya proses belajar-mengajar yang hangat dan kondusif dengan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat tentu saja hanya tercipta bila guru menguasai kompetens inya sebaga i guru . Dengan te lah dikembangkannya standar kompetensi guru kiranya harus digunakan sebagai acuan bagi penyelenggara pendidikan dalam melakukan pengukuran kinerja guru untuk mendapatkan jaminan kualitas guru dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Namun demikian masih perlu dipikirkan agar standar kompetensi ini benar-benar digunakan sebagai acuan dalam merekrut tenaga kependidikan.

Daftar BacaanDepdiknas. Direktorat Tenaga Kependidikan, Dirjen

Dikdasmen. 2003. Standar Kompetensi Guru.

Finch. C.R. & Crunkilton J.R. (1984). Curriculum Development in Vocational and Technical Education: Planning, Content, and Implementation. Boston: Allyn and Company Inc.

Hamalik, Oemar. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. sJakarta: Bumi Aksara.

Moedjiarto. 2002. Sekolah Unggul: Metodologi untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan. Jakarta: Du

Suparno, Paul. 2004. Guru Demokratis di Era Reformasi. Jakarta: Penerbit Grasindo

Penulis : Ketua Prodi Sastra Indonesia FBS Unimed dan Staf Ahli Humas Unimed

kurikulum. Tentunya untuk menghasilkan lulusan yang berkompeten harus melalui proses pendidikan yang baik dan benar. Seperti diketahui bahwa dalam proses belajar-mengajar, guru merupakan salah satu variabel yang pengaruhnya sangat besar yang pada gilirannya akan berakibat pada mutu output pengajarannya. Sesungguhnya bagaimana sebenarnya implementasi guru berkompeten dalam proses pembelajaran di kelas? Moedjiarto (2002) menyatakan bahwa bila guru yang berkompeten mengajar di kelas maka akan tercipta hubungan antara guru dan siswa yang akrab, bersahabat, demokratis dan tidak menakutkan. Selain itu guru yang kompeten akan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan kondusif. Hal senada juga dinyatakan oleh O'Neil dkk. (dalam Moedjiarto, 2002) menyimpulkan bahwa guru yang kompeten memberikan sumbangan pada produktivitas dan meningkatnya kepuasan misalnya prestasi siswa yang tinggi, perilaku siswa yang baik, serta moral siswa dan karyawan sekolah juga baik. Guru yang berkompeten juga mampu menciptakan sekolah yang efektif dan berimplikasi pada sebutan guru yang efektif. Guru yang efektif senantiasa akan menciptakan suasana kelas antara guru dan siswa saling menghargai dan siswa merasa aman, bebas untuk belajar.

Pada t ingkat teman sejawat, guru yang berkompeten selalu mau bekerjasama dengan guru yang lain. Guru harus saling memberikan pengetahuan dan pengalamannya, proses ini akan menghasilkan bentuk pentutoran sebaya atau peer teaching. Moedjiarto (2002, dan Suparno, 2004) menyatakan seorang guru yang mempunyai komponen kompetensi seperti di atas, dia akan sangat membantu siswanya dalam memberikan solusi yang dihadapi oleh siswanya dan berperan utama dalam mengantarkan siswanya pada keberhasilan belajar dengan prestasi akademik yang tinggi. Guru seperti itu juga harus bersedia dinilai oleh atasannya atas prestasinya di sekolah.

Selain standar kompetensi tersebut, juga penting ditekankan bahwa pada hakikatnya seorang guru di kelas bukan seorang tukang yang hanya melakukan apa yang sudah digariskan atau dituliskan dalam kurikulum, GBPP, SP dan buku yang ada tanpa berani mengembangkan proses pembelajaran, tetapi guru harus bisa dan biasa mengolah sendiri, mencari sendiri, dan merumuskan sendiri apa yang mau diajarkan sehingga kelas berjalan dengan baik dan siswa tidak bosan belajar. Giroux (dalam Suparno, 2004) menyebutkan bahwa guru yang berkompeten sebenarnya adalah intelectul transformatif yang mampu mengubah suasana dan keadaan yang dapat menjadi agen perubahan masyarakat lewat anak didik di kelas. Di lain pihak menurut Freire (1997) guru yang berkompeten harus mengembangkan dan melatih siswa untuk berangan-angan dan untuk bermimpi, artinya dengan berangan-angan siswa akan terpacu untuk berkreasi dalam berpikir.

Guru yang berkompeten juga akan mampu menjadi seorang seniman dalam kelas. Guru harus mampu mengembangkan ide-idenya berdasarkan keadaan dan situasi yang selalu berubah. Sikap ini harus dikembangkan

Page 28: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

27MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

kebutuhan kelas. Pengenalan alat bantu visual pendidikan terbatas, dan penggunaannya tidak

dikuasai guru yang kurang bermutu, sehingga tidak dapat pula menjadi pengganti buku teks sebagai alat instruksional. (Seguin 1990: 6-7).

Bahan ajar atau buku pelajaran merupakan media instruksional yang dominan perannya di kelas dan bagian sentral dalam sistem pendidikan (Supriadi 2000: 46). Ini disebabkan buku merupakan alat yang penting untuk menyampaikan materi kurikulum. Kebutuhan akan buku teks menempati skala prioritas yang paling utama. Apabila siswa akan diajarkan mengembangkan daya pikirannya sendiri, sekolah harus memiliki buku-buku lain di samping buku-buku teks (Beeby 1982: 62).

Hal ini pantas dipahami jika diingat bahwa dalam konteks pendidikan di Indonesia buku teks tidak saja berperan sebagai sumber ajar yang menyediakan materi pembelajaran, tetapi bahkan berfungsi sebagai silabus. Ia memberikan panduan instruksional kepada guru, yang memungkinkan mereka mengajar tanpa harus melihat silabus. Inilah yang banyak dilakukan oleh guru di

PendahuluanPada saat ini kondisi pendidikan di Indonesia tengah

memperoleh sorotan dari berbagai pihak. Sorotan paling utama diarahkan pada rendahnya kualitas lulusan sekolah atau lembaga pendidikan kita pada umumnya. Rendahnya kualitas ini tentu saja tidak terlepas dari proses pembelajaran yang mereka lalui.

Dalam kaitan dengan rendahnya kualitas pendidikan ini, UNESCO (1990), mensinyalir sejumlah faktor yang bertanggung jawab. Dari segi pengajaran ada tiga yang paling dominan, yaitu:

1) adanya guru yang di bawah kualifikasi, mengajar terlalu cepat dan digaji dengan buruk, lembaga p e n d i d i ka n g u r u t i d a k l a g i m a m p u memproduksi guru dengan diploma;

2) kelas terlalu besar, terutama di daerah perkotaan, yang sering sekali menampung lima puluh siswa atau lebih;

3) tidak adanya materi instruksional, terutama buku teks, yang kalaupun ada, tidak memadai jumlahnya dan tidak disesuaikan dengan

PENULISAN BUKU TEKS YANG BERKUALITAS

OlehM.Oky Fardian Gafari, S.Sos. M.Hum.Dosen FBS Universitas Negeri Medan

AbstrakThis investigation is inspired by the low achievement of students in Bahasa Indonesia subject throughout Indonesia

as indicated by the unsatisfactory National Examination result, which is on average still under 6.0. As a matter of fact, the minimum score for each province should have been at least 6.0. This is of course in contrary with the fact

that textbooks play a crucial role in the teaching of Bahasa Indonesia, since they contain teaching materials, exercises, tasks, and evaluation instruments that teachers use. Besides, they also serve as the classroom teaching

and learning guidance, a consequence of their being syllabus interpretation. Textbooks are particularly essential as a guiding aid for the less experienced teachers.

This study aimed to develop a quality Bahasa Indonesia textbook writing model, which is hoped to lead to the increase of the teaching and learning activities in the classroom. With this increase, it is expected that the students'

achievements will improve and consequently will affect positively the average National Examination score.To develop the model, a qualitative and evaluative study on the quality textbook was first carried out. The study

aimed at identifying and classifying the current Indonesian textbook writing models. The study was then followed by a comparative analysis to find out the weak and strong points of each model. The strong points identified in the

models were after that utilized as building blocks to develop a rigorous and quality textbook writing model. The model was evaluated and judged by means of an established textbook evaluation instrument and of expert

opinions. In the triangulation procedure applied to the developed model, three Bahasa Indonesia language teaching experts, five Bahasa Indonesia teachers, and sixty students of SMP Negeri I Cisarua, Bandung, West Java, were

involved.On the basis of identification, verification, and triangulation results, a good and quality textbook writing model was

successfully developed. This was affirmed by the evaluation instruments.As it is required by the instruments, the model bears some substantial characteristics. According to the research

results, a quality textbook should comprise two main components, namely (1) basic components, i.e. parts of the textbooks referred to when evaluating textbooks, and (2) complementary, i.e. those which are accompanying the

textbooks, and 3) perfection components, i.e. those which are required after the completion of the basic components.

Finally, it is recommended that textbook writers, parents, educational leaders and administrators should pay their great attention to qualified textbook writing guidances and highlitghts in order to increase educational outputs

properly.

Kata kunci: buku teks, penulisan, standar, dasar, pelengkap, penyempurnaan

Page 29: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

28MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

dilengkapi dengan bahan-bahan untuk latihan, atau lebih tegasnya di sini adalah buku pegangan siswa. Dalam wujudnya yang nyata adalah delapan dari dua puluh empat macam buku teks BI yang dikumpulkan penulis, di luar buku kerja untuk siswa, buku petunjuk untuk guru, buku pelengkap, dan buku sumber.

Buku teks memainkan peran utama dalam pengajaran bahasa di kelas pada semua jenjang pendidikan, baik negeri maupun swasta, sekolah menengah maupun perguruan tinggi, di seluruh dunia. Beberapa guru yang beruntung bebas untuk memilih buku teks yang akan mereka gunakan (Lamie 1999: 1). Hampir setiap guru, jika tidak semua, mempunyai buku teks baik karena disarankan kepada mereka maupun karena keperluan mereka dalam dunia pengajaran.

Mengapa guru menggunakan buku teks, dan apa fungsinya?

Sheldon (Sheldon dalam Garinger, 2001) mengajukan tiga alasan utama yang diyakininya, mengenai penggunaan buku teks oleh para guru. Pertama, karena mengembangkan materi kelas sendiri sangat sulit dan berat bagi guru. Kedua, guru mempunyai waktu yang terbatas untuk mengembangkan materi baru karena sifat dari profesinya itu. Ketiga, adanya tekanan eksternal yang menekan banyak guru.

Alasan lain bagi penggunaan buku teks sebagai berikut:

1) buku teks merupakan kerangka kerja yang mengatur dan menjadwalkan waktu kegiatan program pengajaran;

2) di mata siswa, tidak ada buku teks berarti tidak ada tujuan;

3) tanpa buku teks, siswa mengira bahwa mereka tidak ditangani secara serius;

4) dalam banyak situasi, buku teks dapat berperan sebagai silabus;

5) buku teks menyediakan teks pengajaran dan tugas pembelajaran yang siap pakai;

6) buku teks merupakan cara yang paling mudah untuk menyediakan bahan pembelajaran;

7) siswa tidak mempunyai fokus yang jelas tanpa adanya buku teks dan ketergantungan pada guru menjadi tinggi;

8) bagi guru baru yang kurang berpengalaman, buku teks berarti keamanan, petunjuk dan bantuan (Ansary 2002: 2).

Alasan penggunaan buku teks seperti ini hanya berlaku jika: 1) buku teks memenuhi kebutuhan guru dan siswa, 2) topik-topik dalam buku teks relevan dan menarik bagi guru dan siswa, 3) buku teks tidak membatasi kreativitas guru, 4) buku teks disusun dengan realistik dan memperhitungkan situasi belajar-mengajar di kelas, 5) buku teks beradaptasi dengan gaya belajar siswa, dan 6) buku teks tidak menjadikan guru sebagai budak dan pelayan.

Apabila aspek-aspek ini tidak dipenuhi maka buku teks hanya akan menjadi masses of rubbish skillfully marketed, seperti diungkapkan oleh Brumfit dalamAnsary 2002, yang hanya akan menguntungkan secara material

Indonesia. Dengan demikian, kualitas pengajaran mereka sangat bergantung pada buku teks (Aziez, 2007: 21).

Tujuan umum yang hendak dicapai penelitian ini adalah dihasilkannya standar/kriteria/kaidah penulisan buku teks bahasa yang berkualitas.

Secara rinci tujuan kajian adalah untuk menghasilkan:

1. gambaran mengenai buku-buku teks bahasa Indonesia yang ada dan masih beredar sekarang ini;

2. candraan tentang taraf pemenuhan kriteria kebermutuan buku-buku tersebut;

3. pengembangan penulisan buku teks yang berkualitas.

Kajian/penelitian ini bermanfaat bagi siapa yang ingin mengevaluasi buku teks bahasa, baik sebagai orang tua siswa, sebagai guru bahasa, kepala sekolah, maupun sebagai penulis buku teks bahasa.

Manfaat yang nyata ialah, apabila model penulisan buku teks yang unggul ini digunakan sebagai pedoman dalam menulis buku teks bahasa, akan dihasilkan buku teks bahasa yang unggul pula.

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan evaluatif dengan menekankan pada teknik dokumenter berupa buku-buku teks, buku-buku rujukan, surat kabar dan referensi lain yang diperlukan, penggunaan instrumen evaluasi buku teks, dan angket untuk judgement (pertimbangan) dari para ahli dan praktisi di sekolah sebagai alat bagi triangulasi yang diperlukan untuk pengukuhan.

Instrumen yang digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi dibuat berdasarkan aspek-aspek standar penilaian buku pelajaran bahasa dan sastra Indonesia (BSI): a) materi, b) penyajian, c), bahasa dan keterbacaan, d) grafika (Pusat Perbukuan Nasional. 2003: 2), dan e) keamanan (Rusyana, dkk. 2002: 43-44, tidak dipublikasikan). Di samping itu, dirujuk pula Instrumen Penilaian Buku teks Pelajaran (tahap pra seleksi, penilan tahap I dan tahap II) dari Badan Standar nasional Pendidikan 2006. Kelima aspek ini beserta butir-butirnya dikenakan pada buku-buku tersebut.

Tinjauan PustakaBuku teks adalah buku standar yang berisi teks

pelajaran atau bahan ajar dari suatu cabang ilmu atau bidang studi, dan digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan untuk mendapatkan sertifikat atau gelar.

Sebenarnya, nama yang lebih tepat bagi buku teks adalah buku sekolah, buku pengajaran, buku ajar atau buku pelajaran, baik untuk jenjang pendidikan dasar, menengah maupun perguruan tinggi. Akan tetapi, karena kata-kata itu dapat dipertukarkan maka kata yang satu dapat menggantikan yang lain, dan sebaliknya.

Berdasarkan batasan tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa buku teks adalah buku sekolah, buku pengajaran, buku ajar, atau buku pelajaran yang digunakan di sekolah atau lembaga pendidikan dan

Page 30: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

29MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Dari delapan sampel buku teks BI SMP yang dianalisis teridentifikasi 3 model penulisan sebagai berikut.

Model Penulisan 1

Model Penulisan 2

Model Penulisan 3

Pembahasana) Aspek bahan/materi

Telah disebutkan di atas bahwa dalam aspek bahan/materi, buku teks BI/BSI dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori: 1) buku yang berada pada skala 3 minus (cukup baik) yaitu buku 2, buku 7 dan buku 8; 2) buku yang berada pada skala 3 (3,01) atau baik yaitu buku 6; dan 3) buku yang berada pada skala 3 plus (lebih dari baik) yaitu buku1, buku 3, buku 4, dan buku 5. Bila dirangkum dalam sebuah piramida maka akan tampak sebagai berikut.

Terlihat dengan jelas bahwa kecenderungan umum dalam hal bahan/materi adalah pada skala 3 (baik). Kecenderungan ini dapat diartikan bahwa para penulis buku teks sangat memperhatikan keseimbangan dan keterpaduan isi strand bahasa yang meliputi: 1) bahasa untuk informasi dan pemahaman; 2) bahasa untuk merespons dan mengekspresikan kesusastraan; 3) bahasa untuk analisis dan evaluasi kritis; 4) bahasa untuk interaksi

bagi pihak-pihak yang dengan terang-terangan atau sembunyi-sembunyi membisniskan buku teks, dan mencemari dunia pendidikan. Dalam hal seperti ini, sebaiknya guru dibekali dengan pengetahuan bagaimana memilih dan menyusun buku teks dan bagaimana mengaplikasikannya secara kreatif di kelas.

Keenam materi pokok bahasa dan sastra, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, sastra dan kebahasaan, setelah dijabarkan ke dalam kompetensi dasar dan dengan menggunakan pendekatan fungsi utama bahasa sebagai alat komunikasi lisan dan tertulis, harus tercakup dalam buku teks, sehingga pada gilirannya buku teks dapat dijadikan sebagai sumber, pedoman, pemandu, pegangan, dan kerangka kerja dalam KBM BI.

Berdasarkan fungsi-fungsi di atas, dapat ditentukan jenis-jenis buku yang diperlukan untuk menyertai buku teks, dalam hal ini buku pegangan untuk siswa yang juga dipegangi guru dalam KBM, yang biasanya semuanya telah menjadi satu paket, yang terdiri atas: 1) buku siswa; 2) buku guru; dan 3) sejumlah komponen yang meliputi: buku kerja atau buku kegiatan, materi bacaan tambahan, buku tes, kaset untuk mendengarkan, kaset untuk pelafalan, materi latihan tata bahasa dan kamus kosa kata, juga ditambahkan video, materi CALL dan situs WEB (Vassilakis 2002), serta buku sumber (Supriadi 2000).

Buku teks diorganisasikan dalam suatu organisasi khusus yang memper-mudah kemajuan proses belajar-mengajar, dan berbeda dengan pengorgasasian buku lain yang bukan buku teks. Pengorganisasian buku teks mempunyai tiga ciri utama, yaitu 1) pelajaran terstruktur dan terorganisasikan dalam bab-bab dan unit-unit; 2) konten (isi) pembelajaran (informasi, penjelasan, komentar, latihan-latihan praktik, rangkuman dan evaluasi) disajikan secara teratur; dan 3) terdapat kemajuan pembelajaran yang sistematik yang mengarah kepada pemerolehan pengetahuan baru dan pembelajaran konsep baru yang didasarkan pada item-item pengetahuan yang telah diketahui. Di samping itu, buku petunjuk guru juga harus mempunyai kategori khusus, karena dimaksudkan hanya untuk guru, sehingga struktur, organisasi, dan kontennya juga berbeda dengan buku untuk siswa (Seguin 1990: 18).

Ada tiga pendekatan dalam penulisan buku teks, yaitu a) pendekatan kurikuler yang mengacu pada kurikulum; b) pendekatan kebahasaan yang mengacu kepada status atau kedudukan suatu bahasa; dan c) pendekatan pembelajaran yang mengacu kepada teori-teori psikologi dan perkembangan kejiwaan anak yang kemudian dikenal dengan psikolinguistik, yang terkait erat dengan pembelajaran bahasa dan dapat mendukung keberhasilan belajar.

Hasil PenelitianSesudah dilakukan analisis terhadap data penelitian

yang berkaitan dengan penilaian buku-buku teks bahasa Indonesia untuk SMP dalam rangka mencari dan mengidentifikasi sosok buku-buku teks tersebut, berikut ini dikemukakan temuan penelitian

Page 31: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

30MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

intelijensi dan emosi seperti dikemukakan dalam bab ii disertasi ini, yakni halaman 38-39.

Menurut Standar Penilaian Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional (hlm. 3), aspek penyajian materi ini merupakan aspek tersendiri yang harus diperhatikan dalam buku pelajaran. Ia ber-kenaan dengan tujuan pembelajaran, keteraturan urutan dalam penguraian, kemenarikan minat dan perhatian siswa, kemudahan difahami, keaktifan siswa, hubungan bahan, serta latihan dan soal.

Aspek penyajian diturunkan menjadi 5 subaspek: 1) tujuan pembelajaran; 2) penahapan pembelajaran; 3) menarik minat dan perhatian siswa; 4) kemudahan dipahami; dan 5) keaktifan siswa.

Seperti dikemukakan di atas, para penyusun buku teks juga menempuh berbagai cara dalam hal ini. Yang paling menonjol adalah pencantuman tujuan pembelajaran secara eksplisit: lima dari delapan buku teks (62,5%) tidak mencantumkannya, dan hanya 3 buku saja yang mencantumkan, sekalipun pencantuman tujuan termaktub dalam standar penilaian.

c) Aspek bahasa/keterbacaanTe l a h d i s e b u t k a n b a h w a n i l a i a s p e k

bahasa/keterbacaan, buku teks BI/BSI dapat dikelompokkan ke dalam buku yang berada pada skala 2 plus (2,86; 2,66; 2,93; 2,59; dan 2,73) yaitu buku 1, buku 2, buku 5, buku 6, buku 7 dan buku 8; dan buku yang berada pada skala 3 plus (3,39 dan 3,06) yaitu buku 3 dan buku 4.

Terlihat dengan jelas bahwa 6 dari 8 buku teks BI (75%) mendekati skala 3, bahkan 2 di antaranya berada pada skala 3 plus. Hal ini menunjukkan bahwa para penulis b u k u t e k s s a n g a t m e m p e r h a t i k a n a s p e k bahasa/keterbacaan.

Pe r h a t i a n ya n g b e s a r t e r h a d a p a s p e k bahasa/keterbacaan disebabkan bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian materi/bahan, sehingga para penulis pun berusaha keras untuk memudahkan bahasa bagi pembacanya. Ini seperti termuat dalam standar penilaian bahwa aspek bahasa merupakan sarana penyampaian dan penyajian bahan, seperti kosakata, kalimat, paragraf, dan wacana, sedangkan keterbacaan berkaitan dengan tingkat kemudahan bahasa (kosakata, kalimat, paragraph, dan wacana) bagi kelompok atau tingkatan siswa (Departemen Pendidikan Nasional 2003: 4).

Ada tiga ide utama yang terkait dengan keterbacaan, yakni:

1. kemudahan membaca (berhubungan dengan bentuk tulisan atau tipografi, ukuran huruf, dan

sosial; dan 5) bahasa dalam integrasinya dengan teknologi dalam aspek bahan/materi ajar BI/BSI.

Aspek bahan/materi terdiri atas 4 subaspek sebagai berikut: 1) kesesuaian materi dengan kurikulum; 2) relevansi materi ditinjau dari segi tujuan pendidikan; 3) kebenaran materi ditinjau dari segi ilmu bahasa dan ilmu sastra; dan 4) kesesuaian materi pokok dengan perkembangan kognisi siswa.

Aspek materi ini sangat penting dalam buku teks seperti ditegaskan dalam Standar Penilaian Buku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2003 (hlm.3) berikut:

Aspek Isi atau Materi Pelajaran1) Aspek ini merupakan bahan pembelajaran yang

disajikan di dalam buku pelajaran. 2) Kriteria materi harus spesifik, jelas, akurat, dan

mutakhir dari segi penerbitan. 3) Informasi yang disajikan tidak mengandung

makna yang bias. 4) Kosakata, struktur kalimat, panjang paragraf,

dan tingkat kemenarikan sesuai dengan minat dan kognisi siswa.

5) Rujukan yang digunakan, dicantumkan sumbernya.

6) Ilustrasi harus sesuai dengan teks. 7) Peta, tabel, dan grafik harus sesuai dengan teks,

harus akurat, dan sederhana. 8) Perincian materi harus sesuai dengan

kurikulum. 9) Perincian materi harus memperhatikan

keseimbangan dalam penyebaran materi, baik yang berkenaan dengan pengembangan makna dan

pemahaman, pemecahan masalah, pengembangan proses, latihan dan praktik, tes keterampilan maupun pemahaman.

b) Aspek penyajian materiNilai aspek penyajian materi buku teks dapat

dikelompokkan ke dalam kategori: 1) buku yang berada pada skala 2 plus yaitu buku 1; buku 2, buku 4, buku 5, buku 6, buku 7, dan buku 8; dan buku yang berada pada skala 3 atau 3 plus yaitu buku 3.

Terlihat dengan jelas bahwa nilai penyajian berada pada skala 2 plus dan skala 3 atau lebih.

Penyajian materi merupakan cara atau sistem yang ditempuh oleh penyusun agar buku yang disusun menarik perhatian, mudah dipahami, dan dapat membangkitkan keaktifan siswa karena memperhatikan motivasi, kognisi,

Page 32: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

31MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Model Penulisan Buku Teks yang BerkualitasModel penulisan buku teks berkualitas ini

merupakan sintesis dari sejumlah unsur yang digali selama penelitian. Unsur-unsur tersebut adalah (1) kriteria evaluasi buku nasional, (2) model-model penulisan buku yang ada, (3) teori-teori yang relevan, dan (4) pandangan ahli, guru, dan siswa.

Instrumen evaluas i buku nas ional yang dikembangkan oleh tim dari Depdiknas memberikan kerangka berpikir pada penulis berupa kriteria-kriteria yang dijadikan panduan utama sekaligus membantu penulis dalam memetakan model-model penulisan buku yang ada.

Teori-teori ihwal buku teks yang diperoleh penulis selama penyelengggara-an penelitian ini digunakan sebagai pemerkaya khazanah dan penguat pijakan dalam pengembangan model. Teori-teori tersebut dikemukakan oleh sejumlah ahli seperti Ansary (2002), Rivers (1997), dan Seguin (1990). Sebagian besar teori tersebut diperoleh dari rujukan internet.

Pandangan para ahli yang berhasil diungkap dalam penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan yang digunakan untuk memutuskan apakah sebuah kriteria atau unsur buku perlu dipertimbangkan. Pandangan terpenting tentu saja datang dari guru, karena merekalah yang banyak memanfaatkan buku teks selain siswa.

Bila diilustrasikan komponen pembentuk model tersebut adalah sebagai berikut.

Gambar Komponen-komponen Model Buku Teks Berkualitas

Ada dua faktor yang terkait dengan buku teks yang berkualitas: 1) faktor buku teks itu sendiri yang memenuhi

lebar spasi) yang berkaitan dengan aspek grafika;

2. kemenarikan (berhubungan dengan minat pembaca, kepadatan ide bacaan, dan penilaian keindahan gaya tulisan) yang berkaitan dengan aspek penyajian materi;

3. kesesuaian (berhubungan dengan kata dan kalimat, panjang-pendek, frekuensi, bangun kalimat, dan susunan paragraf) yang berkaitan dengan bahasa itu sendiri.

d) Aspek Grafika Nilai aspek grafika buku teks dapat dikelompokkan

ke dalam kategori: 1) buku yang berada pada skala 2 plus (2,99; 2,83; 2,94 dan 2,83) yaitu buku 1, buku 2, buku 5, buku 6, buku 7, dan buku 8; 2) buku yang ada pada skala 3 atau lebih (3,05) yaitu buku 4; dan 3) buku yang berada pada skala 3 plus yaitu buku 3.

Terlihat dengan jelas bahwa hanya 6 dari 8 buku teks (75%) mendekati skala 3, 1 dari 8 buku pada skala 3 atau lebih (12,5%), dan 1 berada pada skala 3 plus.

Ini disebabkan masalah grafika berada di luar wewenang para penulis dan penerbit. Ia berada dalam wewenang percetakan, yang terkait dengan kualitas fisik buku. Hal ini juga sudah dijelaskan dalam Standar Penilaian Aspek Grafika Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional 2003, halaman 1, sebagai berikut:

Dalam industri perbukuan terdapat tiga unsur yang satu sama lain saling terkait, yaitu penulis, penerbit dan percetakan atau industri grafika. Penulis berkaitan dengan materi isi buku, penerbit mengolah materi menjadi buku layak terbit dan percetakan berperan dalam kualitas fisik buku/grafika.

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila semua buku teks yang diteliti mendekati skala 3 dan atau lebih tinggi dari itu. Lebih dari itu, buku-buku yang diteliti tersebut sudah dipasarkan dan digunakan oleh masyarakat penggunanya. e)

Aspek KeamananSemua buku yang diteliti ternyata

aman untuk digunakan karena tidak mengandung hal yang bertentangan dengan nilai budaya, norma, dan moral serta ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Page 33: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

32MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

dan ilmu sastra, dan kesesuaiannya dengan perkembangan kognitif siswa;

2) Aspek penyaj ian, yang dinilai dalam hal pencantuman tujuan p e m b e l a j a r a n , p e n t a h a p a n p e m b e l a j a r a n , kemenarikan bagi siswa, kemudahan u nt u k d i p a h a m i , k e m a m p u a n n y a m e m b a n g k i t k a n ke a k t i fa n s i s w a , k e t e r h u b u n g a n antarbahan, dan ketersediaan soal dan latihan;

3) A s p e k bahasa/keterbacaan, yang biasanya dinilai dar i penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, penggunaan bahasa y a n g d a p a t meningkatkan daya

nalar dan daya cipta siswa, penggunaan struktur kalimat yang sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswa dan tingkat perkembangannya, penggunaan paragraf yang padu dan efektif, dan relevansi materi dengan ilustrasinya;

4) Aspek grafika berupa penggunaan bahan yang kuat dan berkualitas, penggunaan format yang terstandar, desain kulit yang menarik, sederhana dan ilustratif, desain isi yang mudah dibaca dan mendukung materi buku, cetakan yang bersih, jelas dan kontras, dan penjilidan yang baik dan kuat;

5) Aspek keamanan, yang dinilai berdasarkan nilai budaya yang sadar akan keanekaragaman dan keaktualan, norma yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ber laku, moral yang m e n g h o r m a t i k e r u k u n a n h i d u p umat/antarumat beragama dan meng-hormati ajaran agama, dan gbobal yang menghormati martabat kemanusiaan dalam konteks global

2. Komponen Pelengkap Komponen ini merupakan bagian-bagian yang melengkapi dan menunjang kesempurnaan sebuah buku. Kompenen pelengkap meliputi:a) buku petunjuk guru yang berisi pedoman, cara

pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran BSI, dan lain-lain yang dapat dijadikan oleh guru sebagai tuntunan dalam menjalankan tugasnya;

b) bahan rekaman berupa kaset atau cdrom yang digunakan untuk bahan menyimak seperti pidato, ceramah, khutbah, berita, pembacaan

standar penilaian dan memenuhi fungsinya; dan 2) faktor yang terkait dengan buku teks, yakni faktor penunjang dan

penyempurna.Di antara faktor buku teks sendiri yang harus

ditambahkan agar sempurna sebagai buku teks adalah: 1) ukuran font untuk teks (12-14 pts); 2) warna untuk foto dan gambar faktual; 3) indeks; dan 4) glosarium (glosari). Sedangkan factor yang terkait dengan buku teks yang harus ditambahkan meliputi: 1) buku kerja siswa; 2) buku petunjuk guru; 3) bahan rekaman; dan 4) buku pengayaan.Bila divisualisasikan, model penulisan buku teks yang berkualitas akan tampak sebagai berikut.

Gambar Model Buku Teks BerkualitasBerdasarkan data penelitian yang dilakukan, buku

teks yang baik adalah buku teks yang berada pada skala 3 ke atas, yaitu buku 3: Pintar Berbahasa Indonesia susunan J.S Badudu dan kawan-kawan, terbitan Balai Pustaka tahun 2001, edisi revisi, sekalipun mengandung kelemahan yang sangat menonjol, yaitu tidak menyebutkan tujuan pembelajaran secara eksplisit. Namun buku ini juga mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh buku-buku lain, yaitu dicantumkannya glosarium pada dua halaman terakhir.

SimpulanAda dua komponen yang harus diperhatikan dalam

penulisan buku teks yang berkualitas, yaitu komponen dasar dan komponen penyempurna.

1. Komponen DasarKomponen ini adalah bagian-bagian yang dijadikan acuan atau rujukan dalam menilai atau mengevaluasi sebuah buku teks. Bagian-bagian tersebut meliputi:

1) Aspek isi/materi, yang umumnya dinilai berdasarkan kesesuaiannya dengan kurikulum, relevansi materi tersebut dengan tujuan pendidikan, kebenarannya dari segi ilmu bahasa

Page 34: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

33MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Brumfit, C.J. 1984. Curriculum and Syllabus Design for the General EnglishClassroom. London: University of London Institute of Education.

Cunningsworth, Alan. 1984. Evaluating and Selecting EFL Teaching Materials. London: Heinemann Educational Books.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1988. Tata Bahasa Baku BahasaIndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kurikulum 2004. Standar KompetensiMata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Perbukuan. 2003. Standar PenilaianBuku Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Perbukuan 2003. Standar Penilaian Aspek Grafika.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama. 2006. Panduan Pengembangan Silabus Mata Pelajaran BahasaIndonesia. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah

Pertama. 2006. Panduan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, Bandan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran Pendidikan Dasar dan Menengah Tahap I. Jakarta.

Departemen Pendidikan Nasional, Bandan Standar Nasional Pendidikan. 2006.

Instrumen Penilaian Buku Teks Pelajaran SMT/MTs dan SMA/MA Tahap II Komponen Kegrafikan. Jakarta.

Department of Education, State of Hawai'i. 1999. Language Arts ContentStandards.

Djiwandono, Sunardi M., 1996. Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: Penerbit ITB.

Dubin, Fraida & Elite Olshtain. 1987. Course Design. Developing Programs andMaterials for Language Learning. London: Cambridge University Press.

Ellis, Rod. 2000. Second Language Acquisition. Hongkong: Oxford University Press.

Fenner, Anne-Brit, and David Newby. 2000. Approaches to Materials Design inEuropian Textbooks. European Centre for Modern Languages.

puisi, drama, dan lain sebagainya, atau setidaknya tersedia transkrip dari bahan untuk menyimak yang dapat dibacakan oleh guru;

c) buku kerja siswa yang berisi tugas-tugas, kegiatan, latihan, dan lain-lain yang harus dilakukan siswa di luar jam belajar BI dalam kelas; dan

d) buku sumber untuk memperluas memperkaya pemahaman dan pengertian materi yang tertulis di dalam buku teks.

3. Komponen PenyempurnaSedangkan komponen penyempurna meliputi:

a) warna, yakni penggunaan warna yang alami/natural pada foto atau gambar faktual yang dimuat dalam buku teks untuk ilustrasi, seperti warna bendera kita merah-putih, bukan hitam-putih;

b) glosarium, yakni kamus kosakata atau glosari yang disediakan di bagian akhir buku teks untuk memudahkan pencarian kata yang tidak diketahui;

c) indeks, yakni daftar kata atau indeks dari kata-kata yang dimuat dan digunakan dalam buku tersebut yang dibuat dan diletakkan di bagian akhir buku sesudah glosari; dan

d) ukuran font antara 12 – 14 pts untuk TimesNewRoman, atau yang seban-ding dengannya untuk jenis font lain, kecuali judul maka disesuaikan dengan kebutuhan.

Pustaka Rujukan

Al-Mawrid 2000: Arabic-English Dictionary. (v.v.). http://www.tcc-qatar.com

Al-Muhaddith Program Version 9.01. 2002: Arabic-English Dictionary. (v.v.) http://www.muhaddith.org

Alwasilah, Chaedar A. 1993. Linguistik Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit Angkasa.

Alwasilah, Chaedar A. 2002. Pokoknya Kualitatif. Dasar-dasar Merancang danMelakukan Penelitian Kualitatif. Jakarta: Dunia Pustaka Jaya.

Alwasilah, Chaedar A dan Furqanul Aziez. 1996. Pengajaran BahasaKomunikatif. Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Badudu, J.S. 1993. Cakrawala Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J.S. 1995. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Badudu, J.S. dan Sutan Mohammad Zain. 1996. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Beeby, C.E.1982. Pendidikan di Indonesia. Jakarta: LP3ES

Brown, Douglas, H. 1994: Principle of Language Learning and Teaching. Englewood Cliffs: Prentice Hall, Inc.

Page 35: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

34MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

Mata Pela jaran Bhs. Indones ia SLTP

2001.Puskur: KHB Mata Pelajaran Bhs.

Indonesia SLTP 2002

Puskur: KHB Rumpun Pelajaran Bahasa Indonesia 2002

Rivers, Wilga. 1997. Principles of Interactive Language

Teaching. Harvard University.

Rusyana, Yus. 2002. Kriteria Penilaian Buku Pelajaran

Bahasa dan SastraIndonesia. Sekolah Dasar dan

S e k o l a h M e n e n g a h U m u m .

(tidakdipublikasikan).

Rusyana, Yus. 2002. Indikator Penilaian Buku Pelajaran

Bahasa dan SastraIndonesia. Sekolah Dasar dan

S e k o l a h M e n e n g a h U m u m .

(tidakdipublikasikan).

Rusyana, Yus. 2002. Pedoman Penulisan dan Penilaian

Buku Pelajaran Bahasadan Sastra Indonesia.

Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Umum.

(tidakdipublikasikan).

Rusyana, Yus. 2002. Instrumen Penilaian Buku Pelajaran

Bahasa dan SastraIndonesia. Sekolah Dasar dan

S e k o l a h M e n e n g a h U m u m .

(tidakdipublikasikan).

Seguin, Roger. 1990. The Elaboration of School Textbooks,

Methodological Guide. UNESCO.

Suryadi, Ace, dan Tilaar, H.A.R. 1993. Analisis Kebijakan

Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Suyanto, dan Hisyam Jihad. 2000: Pendidikan di Indonesia

Memasuki MileniumIII. Yogyakarta: AdiCita.

Sumardi. 1999. Buku Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah

Dasar, Suatu KajianPengembangan Model.

Jakarta: Disertasi.

Savignon, Sandra J. 1983. Communicative Competences:

Theory and ClassroomPractice. Menlo Park:

Addison-Wisley Publishing Company.

Supriadi, Dedi. 2000. Anatomi Buku Sekolah di Indonesia.

Yogyakarta: AdiCita.

Tilaar, H.A.R.1998. Manajemen Pendidikan Nasional.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran

Bahasa 1. Bandung: Angkasa

Tarigan, Henry Guntur. 1991. Metodologi Pengajaran

Bahasa 2. Bandung Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur.1993. Strategi Pengajaran dan

Pembelajaran Bahasa. Bandung: Penerbit

Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur, dan Djago Tarigan. 1989. Telaah

Buku Teks BahasaIndonesia. Bandung: Angkasa.

Fraenkel, Jack R. and Norman E. Wallen. 1993. How to

Design and EvaluateResearch in Education.

Singapore: McGraw-Hill Book Co.

Ghazali, Syukur. Perlukah Dibuat Model Buku Teks?

Buletin Online Pusat Perbukuan. Januari 2004.

Guba, Egon G and Yvonna S. Lincoln. 1985. Naturalistic

Inquiry. New Delhi: Sage Publication.

Harjasujana, Amad S. dan H. Undang Misdan. 1987. Proses

Belajar MengajarMembaca. Bandung: Yayasan

BFH.

Harjasunaja, Ahmad Slamet dan Vismaia S. Damaianti.

2003. Membaca dalamTeori dan Praktek.

Bandung: Mutiara.

Hasan, Ansary and Esmat Babaii. Universal Characteristics

of EFL/ESLTextbooks: A Step Towards Systematic

Textbook Evaluation. The InternetTESL Journal,

Vol. VIII, No. 2, February 2002. http://iteslj.org

Hopkins, Andy. 1996. Guide for Textbook and Materials

Writers. Starsbourg: Council of Europe.

Huda, Nuril. 1999. Language Learning and Teaching. Issues

and Trends. Malang: IKIP Malang Publisher.

Hutchinson Encyclopedia 2002. (CD)

Ibsch, Elrud Kunne, dan D.W. Fokkema.1998. Teori Sastra

Abad Kedua Puluh. Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama.

Joyce, Bruce and Marsha Weil. 1980. Models of Teaching.

Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Keraf, Gorys. 1984. Komposisi: Sebuah

Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Nusa Indah.

Kompas, 10 Desember 2001.

Meinbach, Anita Meyer, et.al. 1995. Creating The

Integrated Curriculum. Norwood: Christopher-

Gordon Publisher, Inc.

Microsoft® Encarta® Encyclopedia 2002. (CD)

Millrood, R. 2001. Modular Course in ELT Methodology.

Millrood, R. 2001. Introduction to Linguistics: Anti-

Fossilisation Course.

Moeliono, Anton M. 1985. Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa. Jakarta: Jambatan.

Nunan, David. 1988. The Learner-Centred Curriculum.

New York: Cambridge University Press.

Peter, Wolfgang. 2000. A Coursebook Evaluation. Centre

of English Language Studies. University of

Brimingham.

Poerwadarminta, W.J.S. 1985. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Puskur: Kurikulum Berbasis Kompetensi 2001. Puskur: KD

Page 36: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

35MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

dalam jangka waktu yang pendek. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Australian Academy of Science, “penyakit jantung koroner adalah penyakit yang paling umum di Australia dan diperkirakan 30% dari penyebab kematian disebabkan olehnya” (Knight, 1998). Sedangkan di Jakarta diketahui penyebab kematian dari penduduk yang diteliti adalah: jantung (42,9 persen), stroke (25,9 persen), penyakit paru dan asma (12,5 persen), kanker (5,4 persen), dan penyakit lain (kurang dari empat persen). Lebih dari separuh meninggal di rumah, sepertiga meninggal di rumah sakit, 1,8 persen meninggal dalam perjalanan, dan 0,9 persen meninggal setelah berolahraga tenis yang didominasi anaerobic (Kusmana, 2006). Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972, 1986 dan 1992 menunjukkan peningkatan prevalensi penyakitkardiovaskuler yang menyolok sebagai penyebab kematian dan sejak tahun 1993 diduga sebagai penyebab kematian nomor satu.

Penyakit jantung koroner disebabkan oleh menyempitnya pembuluh darah koroner, arteri yang sebelumnya fleksibel, kuat dan elastis menjadi kaku, sehingga darah yang mengalir ke jantung tidak lancar karena terhambat. Proses ini disebut atherosclerosis yang merupakan salah satu jenis arteriosclerosis. Walaupun atherosclerosis sering menyebabkan penyakit jantung tetapi akan dapat mengganggu setiap arteri tubuh anda dimanapun tempatnya. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh proses di atas antara lain peripheral arterial disease, chest pain (angina) or a heart attack, transient ischemic attack (TIA) or stroke, dan aneurysm (http://www.mayoclinic.com/health/arteriosclerosis-atherosclerosis/DS00525). Atherosclerosis terbentuk secara perlahan-lahan selama beberapa tahun oleh endapan berbagai zat dan garam yang terdapat pada darah, endapan itu terjadi pada lapisan intima arteri. Sehingga dalam jangka waktu tertentu akan menyebabkan penyumbatan aliran darah yang mengalir menyuplai organ-organ dan jaringan tubuh khususnya organ jantung dan memicu terjadinya penyakit jantung koroner (coronary arterial disease). Penyakit ini menyebabkan beberapa perubahan pada jantung, pembuluh darah, dan darah. Menurut Melvin D. Cheitlin, 2003, perubahan-perubahan itu meliputi sebagai berikut:

Perubahan-perubahan yang terjadi pada jantung sebagai akibat penyakit jantung koroner adalah sebagai berikut:

1. Pada miokardium terjadi brown atrophy disertai akumulasi lipofusin (aging pigment) pada serat-serat miokardium.

2. Terdapat fibrosis dan kalsifikasi dari jaringan fibrosa

I. PENDAHULUAN

Sejak jaman dahulu, jantung telah dianggap sebagai pusat perwujudan manusia. Segala niat kebaikan dan pemikiran dianggap berasal dari jantung. Dari peradapan Mesir purba sampai peradapan kaum Aaztec, jantung telah dianggap organ terpenting dan pusat kebajikan. Menurut buku kematian Mesir purba, jantung orang yang mati akan ditimbang pada saat mereka mempertanggung jawabkan perbuatan mereka selama di dunia. Mereka yang mempunyai kebajikan yang setara atau lebih berat akan dibenarkan menikmati kehidupan abadi. Berdasarkan prasangka ini, jantung merupakan satu-satunya organ dalam yang dibiarkan berada di dalam tubuh mummi Mesir purba.

Kaum Aztecpun percaya bahwa sekiranya mereka tidak menyembahkan jantung manusia kepada dewa Huitzilopochtli, matahari tidak akan muncul dan dunia akan musnah. Oleh sebab itu, mereka pernah mengorbankan sebanyak 80,400 orang sebagai persembahan dalam peresmian Kuil Agung Tenochtitlan pada tahun 1487. Upacara pengorbanan manusia yang dilakukan serentak dilakukan empatkali secara berurutan, sejak matahari terbit hingga matahari terbenam, selama empat hari tanpa berhenti. Eva Faridah

Ibnu Sina ( 1037 sebelum Masehi) merupakan pakar ilmu Islam agung yang telah mengkaji jantung secara saintifik dan mengarang buku panduan mengenai jantung yang digunakan sebagai rujukan oleh orang-orang eropa selama enam ra

tus tahun sebelum kajian pertamakali oleh William Harvy (1578-1657). William Harvy telah belajar mengenai anatomi manusia di Universitas Padua di Itali. Dia menetap di London pada 1603 dan akhirnya menjadi doktor pribadi Raja King Charles I. Pada tahun 1628, William Harvy menulis mengenai peredaran darah dalam 17 bab buku "Exercitation Anatomica de Motu Cordis et Sanguinis in Animalibus" (Mengenai Pergerakan jantung dan Darah dalam Hewan)(Yong, 2006).

Seratus ribu kali sehari, 2.500 juta kali seumur hidup, jantung manusia memompa terus-menerus tanpa henti. Dihantarkannya unsur-unsur penting ke seluruh system tubuh dan mengangkut sampah melalui system peredaran darah. Kerja jantung yang begitu berat tersebut berlangsung terus menerus hingga ia berhenti berdetak baik disebabkan oleh penyakit ataupun tidak.Dewasa ini semakin banyak orang yang mati mendadak karena serangan jantung. Banyak orang yang mengalami serangan pertama kali langsung mati. Jika orang tersebut berhasil mengatasi serangan tiga puluh menit pertama, maka ia masih mempunyai harapan untuk pulih walaupun

ATHERIOSCLEROSIS DAN FAKTOR RESIKO DALAM UPAYA PENCEGAHAN MELALUI LATIHAN DAN OLAHRAGA

Oleh

Eva Faridah, S.Pd, M.Or

Page 37: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

36MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

Kini sudah diketahui berbagai penyebab jantung koroner. Sebagian berkaitan dengan kebiasaan makan orang tersebut. Ada juga yang tidak berkaitan dengan makanan. Berikut ini penyebab-penyebab utamanya antara lain:

Faktor-faktor non-dieter

1. Sejarah keluarga (kemungkinan karena hubungan genetic)

2. Penyakit-penyakit yang bertalian; Diabetis Mellitus, Naiknya Tekanan Darah Tinggi (Hypertensi)

3. Kurang bergerak badan (exercise), dan tekanan psikologis (stress).

4. Merokok

Faktor-faktor yang berkaitan dengan diet

5. Meningkatnya lemak dalam darah (hyperlipidemia)

6. Karbohidrat

7. Berat badan yang berlebihan (Obesitas)

8. Faktor mineral; protein (Knight, 1998)

Sedangkan menurut http://columbia.thefreedi ctionary.com/arteriosclerosis up dated 6 September 2006, Faktor-faktor resiko penyakit jantung koroner meliputi elevated levels of fats in the blood, cigarette smoking, diabetes mellitus, and obesity. Begitujuga dengan Depkes RI, 2006 yang menyatakan, penyakit tersebut timbul karena berbagai faktor risiko seperti kebiasaan merokok, hipertensi, disiplidemia, diabetes mellitus, obesitas, usia lanjut dan riwayat keluarga. Dari faktor risiko diatas yang sangat erat kaitannya dengan gizi adalah hipertensi, obesitas, disiplidemia dan diabetes mellitus. Pendapat lain tentang penyebab ateroklesoris ialah sebagai berikut;

II. PEMBAHASAN

A. Faktor Resiko

1. Sejarah Keluarga

Jika orang tua meninggal karena serangan jantung atau stroke, maka resiko anak pun akan semakin tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan factor genetic. Inilah salah satu pertanyaan yang ditanyakan dokter ketika melakukan

yang menjadi rangka jantung. Selain itu juga terjadi kalsifikasi dan perubahan sirkumtenes menjadi lebih besar sehingga katub menebal. Bising jantung yang disebabkan dari kekakuan katup sering ditemukan pada lansia.

3. terdapat penurunan kerja dari nodus sino-atrial yang merupakan pengatur irama jantung. Selain sel-sel nodus Sinus Arteria juga akan berkurang sebanyak 50%-75% sejak manusia berusia 50 tahun. Jumlah sel dari nodus AV tidak berkurang, tetapi akan terjadi fibrosis. Sedangkan pada berkas His juga akan ditemukan kehilangan pada tingkat seluler. Perubahan ini akan mengakibatkan penurunan jantung.

4. Terjadi penebalan dinding jantung, terutama pada ventrikel kiri. Ini menyebabkan jumlah darah yang ditampung menjadi lebih sedikit walalupun terdapat pembesaran jantung secara keseluruhan. Pengisian darah ke jantung juga melambat.

5. terjadi iskemia subkendoral dan fibrosis jaringan interstisial. Hal ini disebabkan karena menurunnya perfusi jaringan akibat kenanan diastolic menurun.

Perubahan pada pembuluh darah:

1. Hilangnya elastisitas dari aorta dan arteri-arteri besar lainnya. Ini menyebabkan meningkatkan resistensinya ketika ventrikel kiri memompa sehingga tekanan sistolik dan afterload meningkat. Keadaan ini akan berakhir dengan yang disebut “isolated aortic incompetence”. Selain itu akan terjadi juga penrurunan dalam tekanan diastolic.

2. Menurunnya respons jantung stimulasi receptor b-adrenergik. Selain itu reaksi terhadap perubahan-perubahan baroreceptor dan kemoreceptor juga m e n u r u n . Pe r u b a h a n re s p o n s te r h a d a p baroreceptor dapat dapat menjelaskan terjadinya Hipotensi O r to sta t i k p a d a lansia.

3. D i n d i n g k a p i l e r menebal sehingga pertukaran nutrisi dan pembuangan melambat.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada darah:

1. Terdapat penurunan Total Body Water sehingga volume darah pun menurun.

2. Jumlah sel Darah (hemoglobin dan hematokrit) menurun. Juga terjadi penurunan jumlah leukosit yang sangat penting untuk menjaga imunitas tubuh. Hal ini menyebabkan resistensi tubuh terhadap infeksi menurun.

Page 38: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

37MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat Indonesia diperkirakan penderita DM ini semakin meningkat, terutama pada kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya penanggulangan penyakit DM belum menempati skala prioritas utama dalam pelayanan kesehatan, walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf, hati, mata dan ginjal. DM merupakan salah satu penyakit degeratif, dimana terjadi gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein serta ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah (hiperglikemia) dan dalam urin (glukosuria).

b. Apa Penyebab DM?

DM atau kencing manis adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh karena peningkatan kadar gula dalam darah (hiperglikemi) akibat kekurangan hormone insulin baik absolut maupun relatif. Absolut berarti tidak ada insulin sama sekali sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup/memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Hormon Insulin dibuat dalam pancreas. Ada 2 macam type DM :

1). DM type I. atau disebut DM yang tergantung pada insulin. DM ini disebabkan akibat kekurangan insulin dalam darah yang terjadi karena kerusakan dari sel beta pancreas. Gejala yang menonjol adalah terjadinya sering kencing (terutama malam hari), sering lapar dan sering haus, sebagian besar penderita DM type ini berat badannya normal atau kurus. Biasanya terjadi pada usia muda dan memerlukan insulin seumur hidup.

2). DM type II atau disebut DM yang tak tergantung pada insulin. DM ini disebabkan insulin yang ada tidak dapat bekerja dengan baik, kadar insulin dapat normal, rendah atau bahkan bahkan meningkat tetapi fungsi insulin untuk metabolisme glukosa tidak ada/kurang. Akibatnya glukosa dalam darah tetap tinggi sehingga terjadi hiperglikemia, 75% dari penderita DM type II dengan obersitas atau ada sangat kegemukan dan biasanya diketahui DM setelah usia 30 tahun. Kegemukan atau obesitas salah satu faktor penyebab penyakit DM, dalam pengobatan penderita DM, selain obat-obatan anti diabetes, perlu ditunjang dengan terapi diit untuk menurunkan kadar gula darah serta mencegah komplikasi-komplikasi yang lain.

c. Gejala DM

Gejala klinis yang khas pada DM yaitu “Triaspoli” polidipsi (banyak minum), poli phagia (banyak makan) & poliuri (banyak kencing), disamping disertai dengan keluhan sering kesemutan terutama pada jari-jari tangan, badan terasa lemas, gatal-gatal dan bila ada luka sukar sembuh. Kadang-kadang BB menurun secara drastis. Untuk mengetahui apakah seorang menderita DM yaitu

pemeriksaan lengkap pertama. Sayangnya, kita tidak dapat memilih orang tua kita, yang penting ialah bilamana itu merupakan factor penyebabknya, maka perlu dijaga semua unsur resiko yang lain.

Eksperimen menunjukkan sekitas 5 sampai 10 persen bayi yang baru lahir mempunyai kadar kolesterol yang lebih tinggi dari biasa. Banyak diantaranya tidak berbahaya, dan pada waktu yang cukup lama dapat juga kembali normal. Tetapi ada beberapa yang mempunyai turunan dari keluarga hypercholesterolaemia artinya orang yang kadar kolesterolnya tinggi. Tingginya kolesterol ini menumpuk dalam lapisan endotel arteri yang semakin lama akan semakin tepat dan mungkin dapat menyebabkan hambatan aliran darah olehnya.

Kolesterol ialah molekul yang ditemukan dalam sel. Merupakan sejenis lipid yang merupakan molekul

lemak atau yang menyerupainya. Kolesterol ialah jenis

khusus lipid yang disebut steroid. Steroids ialah lipid yang

memiliki struktur kimia khusus. Struktur ini terdiri atas

4 cincin atom karbon.Steroid lain termasuk steroid

hormon seperti kortisol, estrogen, dan testosteron. Nyatanya, semua hormon steroid terbuat dari perubahan struktur dasar kimia kolesterol. Saat tentang membuat sebuah molekul dari pengubahan molekul yang lebih

mudah, para ilmuwan menyebutnya sintesis (

http: / / id .wikipedia.org/wiki /Kolesterol downloaded 20/11/2006).

Gambar 1. Molekul Kolesterol

2. Penyakit yang bertalian

Jika terdapat penyakit-panyakit yang dapat memicu jantung koroner, maka semakin besar kemungkinan seseorang akan mendapatkan penyakit jantung koroner. Adapun penyakit itu antara lain: Diabetis Mellitus dan Hipertensi (tenan darah tinggi).

B. Diabetes Militus (DM)

a. Apa Diabetes Mellitus itu?

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak pada produktivitas dan dapat menurunkan Sumber Daya Manusia. Penyakit ini tidak hanya berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada survei

Page 39: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

38MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

(diastolic) adalah yang terpenting. Jika angka itu naik terus maka jantung bekerja melawan tekanan. Pekerjaannya tambah berat, dan akan mempertinggi resiko. Menurut

http://www.health-disease.org/cardiology-disorders/hypertension.htm, ada beberapa jenis hipertensi, antara lain; 1) Mild hypertension : Diastolic p r e s s u r e b e t w e e n 9 0 - 1 0 4 m m H g , 2 ) Moderatehypertension : Pressure between 105-114 mm Hg, 3) Severe hypertension : Pressure above 115 mm Hg. 4) Malignant hypertension : Pressure above 140 mm Hg.

Komplikasi

Terjadinya hipertensi menyebabkan komplikasi dan resiko munculnya penyakit lain, antara lain; 1. Cardiac-Enlarged heart, heart failure, heart attack. 2. Eyes-Hemorrhage within retina, edema. 3. Kidney-Decreased functions. 4. Brain - Strokes. Komplikasi yang sangat perlu diperhatikan adalah tekanan darah tinggi dapat menyebabkan penyakit pembuluh darah, yang terjadi akibat tekanan. Khususnya pada arteri-arteri otot jantung, aorta, pembuluh darah otak, dan pembuluh darah retina

(http://www.health-disease.org/cardiology-disorders/hypertension.htm).

Atheroma (suatu endapan lemak pada dinding lapisan arteria) akan terjadi kemudian atherosclerosis berkembang. Dinding pembuluh darah itu akan mengalami pengapuran sehingga elastisitasnya berkurang. Jika ini terjadi, maka akan terjadi pembekuan darah (thrombus), dan inipun akan menimbulkan komplikasi yang berupa serangan jantung, atau pembekuan darah diotak, dan pendarahan di otak. Salah satu komplikasi ini dapat terjadi secara mendadak dam membahayakan jiwa.

Komplikasi lain seperti yang disebutkan oleh Michael Doumas dan rekan dari Universitas Athena mengevaluasi lebih dari 400 wanita yang menjadi pasien rawat jalan di sebuah klinik di Yunani. Mereka menemukan female sexual dysfunction (FSD) atau disfungsi seksual pada wanita banyak dijumpai pada wanita yang mengalami tekanan darah tinggi atau hipertensi, dibandingkan mereka yang tekanan darahnya normal. Hasil penelitian yang akan dijabarkan pada Pertemuan Tahuan American Society of Hypertension ke-21 di New York dalam bulan ini juga menyebutkan usia dan lamanya seseorang menderita hipertensi menjadi pemicu utama seorang wanita mengalami FSD, seperti yang dilaporkan Newswise (http://www.kapanlagi.com/a/0000003686.html).

Kurang Exercise dan Stress

Telah banyak bukti bahwa dengan exercise orang akan dapat mempertahankan kebugarannya dengan mempertahankan berat badan dalam kondisi normal. Hal ini akan menyebabkan orang terhindar dari obesitas, dan elastisitas arteri akan tetap terjaga dan darah akan mengalir dengan normal tanpa ada tambahan tekanan. Sebaliknya jika orang tidak melakukan exercise, lambat laun akan terjadi penimbunan sisa makanan, dan obesitas akan terjadi karena aktivitas yang kurang, dan tekanan

dengan memeriksakan kadar gula darah. Kadar gula darah normal yaitu :

Pada saat : Puasa (nuchter) : 80 - < 110 mg/dl

Setelah makan : 110 - < 160 gr/dl

d. Komplikasi DM

Penyakit DM dapat menimbulkan berbagai komplikasi yang membahayakan jiwa maupun mempengaruhi kualitas hidup seseorang.

Komplikasi akut

1). Komplikasi akut yang paling berbahaya adalah terjadinya hipoglikemia (kadar gula darah sangat rendah), karena dapat mengakibatkan koma (tidak sadar) bahkan kematian bila tidak cepat ditolong. Keadaan hipoglikemia ini biasanya dipicu karena penderita tidak patuh dengan jadwal makanan (diit) yang telah ditetapkan, sedangkan penderita tetap minum obat anti d iabetika atau mendapatkan infeksi insulin. Gejala-gejala terjadinya hipoglikemia adalah rasa lapar, lemas, gemetar, sakit kepala, keringat dingin dan bahkan sampai kejang-kejang.

2). Koma pada penderita DM juga dapat disebabkan karena tingginya kadar gula dalam darah, yang biasanya dipicu adanya penyakit infeksi atau k a r e n a p e n d e r i t a D M t i d a k m i n u m obat/mendapatkan insulin sesuai dosis yang dianjurkan. Gejala dari hiperglikemia adalah rasa haus, kulit hangat dan kering, mual dan muntah, nyeri abdomen, pusing dan poliuria.

Komplikasi Kronis

Bila sudah terjadi komplikasi yang mengakibatkan tingginya kadar gula darah dalam waktu lama seperti gangguan pada saraf, mata, hati, jantung, pembuluh darah dan ginjal, selain upaya menurunkan kadar gula darah dengan obat antibiotik/insulin dan terapi diit, perlu pengobatan untuk komplikasinya. Diit juga ditujukan untuk mengurangi/menyembuhkan komplikasi tersebut (misalnya kadar kolesterol juga tinggi, diit diarahkan juga untuk menurunkan kadar kolesterol tersebut). Tingginya kadar kolesterol darah dan gangguan pada arteri juga a k a n m e m i c u p e n y a k i t j a n t u n g k o r o n e r

(http://www.gizi.net/jurnal-gizi/index.shtml; Knight, 1998).

C. Hipertensi (tekanan darah tinggi)

Apabila otot jantung berkontraksi maka memancarlah darah ke aorta yang mengirimkan ke system arteri di dalam tubuh. Tekanan darah ini disebut tekanan darah sitolic. Diantara saat denyut berikutnya terjadi istirahat sejenak. Tenakan darah berhenti sesaat pada pembuluh nadi, hal ini disebut tekanan darah diastolic.

Tekanan normal darah adalah140/90 mmHg, sekarang sudah diketahui bahwa angka yang dibawah

Page 40: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

sampai pembusukan kering (gangrene), kemandulan, keguguran atau kematian bayi di dalam kandungan, atau bayi lahir prematur atau cacat. Pokoknya setiap organ yang ada pembuluh darahnya akan diserang

b. Nikotin

Nikotin yang terkandung di dalam asap rokok antara 0.5 - 3 ng, dan semuanya diserap, sehingga di dalam cairan darah atau plasma antara 40 - 50 ng/ml. Efek nikotin menyebabkan perangsangan terhadap hormon kathekolamin (adrenalin) yang bersifat memacu jantung dan tekanan darah. Jantung tidak diberikan kesempatan istirahat dan tekanan darah akan semakin meninggi, berakibat timbulnya hipertensi

Efek lain merangsang berkelompoknya trombosit (sel pembekuan darah), trombosit akan menggumpal dan akhirnya akan menyumbat pembuluh darah yang sudah sempit akibat asap yang mengandung CO yang berasal dari rokok

c. Hubungan Merokok dengan Penyakit Jantung

Pada seorang yang merokok, asap rokok akan merusak dinding pembuluh darah. Kemudian nikotin yang terkandung dalam asap rokok akan merangsang hormon adrenalin yang akibatnya akan mengubah metabolisme lemak dimana kadar HDL akan menurun. Adrenalin juga akan menyebabkan perangsangan kerja jantung dan menyempitkan pembuluh darah (spasme). Disamping itu adrenalin akan menyebabkan terjadinya pengelompokan trombosit. Sehingga semua proses penyempitan akan terjadi. Jadi asap rokok yang tampaknya sederhana itu dapat menjadi penyebab penyakit jantung koroner.

Demikian pula faktor stres yang akhirnya melalui jalur hormon adrenalin, menyebabkan proses penyakit jantung koroner terjadi sebagaimana asap rokok tadi. Seseorang yang stres kemudian mengambil pelarian dengan jalan merokok sebenarnya sama saja dengan melipat gandakan proses penyakit jantung koroner pada dirinya

Sekitar 90% penderita arteritis obliteran pada tingkat III dan IV umumnya akan menderita pula penyakit jantung. Oleh karena proses penyempitan arteri koroner yang mendarahi otot jantung, maka ketidak cukupan antara kebutuhan dengan suplai timbul kekurangan darah (iskhemia). Bila melakukan aktifitas fisik atau stres kekurangan aliran meningkat sehingga menimbulkan sakit dada (angina pektoris). Penyempitan yang berat atau penyumbatan dari satu atau lebih arteri koroner berakhir dengan kematian jaringan (infark miokard, serangan jantung). Komplikasi dari infark miokard termasuk aritmia jantung (irama jantung tidak teratur) dan atau jantung berhenti mendadak. Iskemia yang berat dapat menyebabkan otot jantung kehilangan kemampuannya untuk memompa (gagal jantung) sehingga terjadi pengumpulan cairan di jaringan tepi (bengkak/edema kaki) maupun penimbunan cairan di paru (edema paru).

Orang yang merokok lebih dari 20 batang rokok perhari memiliki risiko 6 kali lipat terkena infark miokard

darah bisa naik akibat lemak yang menumpuk.

Suatu penyelidikan di Inggris, diketahui bahwa hanya 1/3 orang yang bekerja dengan aktivitas fisik berat mengalami resiko penyakit jantung (Knight, 1998). Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa semakin sering melakukan gerak badan (exercise) secara teratur semakin besar daya proteksi tubuh terhadap penyakit jantung.

Tekanan social, tensi dan rasa cemas juga merupakan penyebab penyakit jantung. dari hasil penelitian yang banyak dilakukan para dokter berpendapat bahwa ada kaitannya antara tekanan psikologi social dengan penyakit jantung, karena itu tekanan ini tidak boleh diabaikan.

D. Merokok

Laporan-laporan dari seluruh dunia sependapat, bahwa kematian karena penyakit jantung berhubungan merokok. Hasil penelitian pria perokok yang berusia diatas empat puluh tahun dan menghabiskan 2 sampai 40 batang rokok sehari menghadapi resiko penyakit jantung tiga sampai lima kali lebih besar dari pada orang yang tidak

m e r o k o k ( h t t p : / / w w w. i n d o m e d i a . c o m /sripo/2005/10/26/2610H17). Didapati pula, bahwa merokok mempengaruhi peningkatan kadar racun nikotin dalam jantung. ini menimbulkan ketidak teraturan jantung, dan juga memasukkan zat kimia ke dalam system pembuluh darah yang disebut catecolamine.

a. Gas CO dalam Rokok

Sebagaimana diungkapkan diatas, gas CO yang dihasilkan sebatang rokok dapat mencapai 3 - 6%, gas ini dapat di hisap oleh siapa saja. Oleh orang yang merokok atau orang yang terdekat dengan si perokok, atau orang yang berada dalam satu ruangan. Seorang yang merokok hanya akan menghisap 1/3 bagian saja, yaitu arus yang tengah atau mid-stream, sedangkan arus pinggir (side - stream) akan tetap berada diluar. Sesudah itu perokok tidak akan menelan semua asap tetapi ia semburkan lagi keluar

Gas CO mempunyai kemampuan mengikat hemoglobin (Hb) yang terdapat dalam sel darah merah (eritrosit) lebih kuat dibanding oksigen, sehingga setiap ada asap rokok disamping kadar oksigen udara yang sudah berkurang, ditambah lagi sel darah merah akan semakin kekurangan oksigen, oleh karena yang diangkut adalah CO dan bukan O2 (oksigen). Sel tubuh yang menderita kekurangan oksigen akan berusaha meningkatkan yaitu melalui kompensasi pembuluh darah dengan jalan menciut atau spasme. Bila proses spasme berlangsung lama dan terus menerus maka pembuluh darah akan mudah rusak dengan terjadinya proses aterosklerosis (penyempitan). Penyempitan pembuluh darah akan terjadi dimana-mana. Di otak, di jantung, di paru, di ginjal, di kaki, di saluran peranakan, di ari-ari pada wanita hamil

Dapat dipahami penyempitan itu dapat berakibat sumbatan di otak, penyempitan pembuluh darah jantung, penyakit paru menahun, betis kaki menjadi sakit malahan

39MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Page 41: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

40MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

kelahiran prematur, lahir mati dua kali lipat dibandingkan yang tidak merokok. Kelahiran cacat juga meningkat. Jika kedua orang tuanya perokok mengakibatkan daya tahan bayi menurun pada tahun pertama, sehingga akan menderita radang paru maupun bronkhitis dua kali lipat dibanding yang tidak merokok, sedangkan terhadap infeksi lain meningkat 30%. Terdapat bukti bahwa anak yang orang tuanya merokok menunjukan perkembangan mentalnya terbelakang

g. Hubungan Merokok dengan kemampuan otak

Akibat proses aterosklerosis tejadi penyempitan dan penyumbatan aliran darah ke otak yang dapat merusak jaringan otak karena kekurangan oksigen (Insufisiensi Otak). Kelainan tersebut dibagi 4 bentuk. Tingkat I, penyempitan kurang dari 75% tanpa disertai keluhan. Tingkat II, defisit neurologi sementara (paralisis/lumpuh, gangguan perasaan, penglihatan, akustik maupun bicara dsbnya); ganguan tersebut akan menghilang dalam waktu 24 jam. Defisit neurologis yang menghilang disekitar 3 hari atau frekuensinya meningkat termasuk dalam Stadium III. Tingkat IV, Strok terjadi infark otak yang lengkap dan menyebabkan defisit neurologis yang menetap (gangguan kesadaran sampai koma, hemiplegia atau hemiparese). Gangguan cerebrovaskuler merupakan penyebab penting ke 3 dari kematian di negara-negara industri stelah penyakit jantung dan kanker dan itu dipercepat jika seseorang mengkonsumsi rokok

h. Hubungan Merokok dengan kanker

Sekitar 85% dari semua kasus kanker paru disebabkan oleh rokok. Orang yang merokok lebih dari 20 batang sehari memiliki risiko 15 - 25 kali mendapat kanker paru-paru, dibandingkan dengan bukan perokok. Sejak tahun 1952 tumor ganas saluran nafas meningkat dua kali lipat. Kanker bronkhus merupakan kanker yang paling sering pada lelaki dan urutan kedua pada wanita. Hanya sekitar 5% yang dapat hidup selama 5 tahun setelah terkena kanker bronkhus. 30% dari semua kematian yang disebabkan kanker berhubungan dengan merokok

i. Hubungan Merokok dengan sistem pernafasan

Saluran pernafasan terdiri dari selaput yang ditumbuhi cilia (bulu) yang berfungsi menyalurkan debu yang terbawa nafas dan kemudian dengan reflex batuk dikeluarkan. Merokok melumpuhkan fungsi cilia. Kebiasaan merokok akhirnya merubah bentuk jaringan saluran nafas dan fungsi pembersih menghilang, saluran membengkak dan menyempit atau menyumbat. Seseorang yang menunjukan gejala batuk berat selama paling kurang 3 bulan pada setiap tahun berjalan selama 2 tahun, dinyatakan mengidap bronkhitis kronik. Hal tersebut terjadi pada separuh dari perokok diatas 40 tahun. Bronkus yang melemah kolaps sehingga udara tidak bisa disalurkan dan alveol (gelembung nafas) melebar menimbulan empisema paru. Komplikasi akibat bronkhitis dan emphysema adalah kematian yang terjadi 4 - 25 kali lebih tinggi pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok.

dibandingkan dengan bukan perokok. Penyakit Kardiovaskuler merupakan penyebab terdepan dari kematian di negara-negara industri, yaitu sekitar 30% dari semua kematian karena penyakit jantung berkaiatan dengan akibat merokok

d. Hubungan Merokok dengan pembuluh darah

Merokok penyebab utama timbulnya penyakit arteriosklerosis, yaitu menebal dan mengerasnya pembuluh darah (arteriosklerosis). Arteriosklerosis membuat pembuluh darah kehilangan elastisitas serta liang pembuluh darah menyempit. Proses itu terjadi diseluruh tubuh. Arteriosklerosis dapat berakhir dengan penyumbatan yang disebabkan oleh gumpalan darah yang menyumbat pembuluh darah (trombosis), atau mungkin saja terjadi aneurisma (pelebaran pemburuh darah menyerupai kantung). Penyumbatan dapat terjadi secara mendadak jika suatu gumpalan darah lepas terbawa aliran (emboli) sehingga dapat menyumbat dimana saja, mungkin di paru atau otak. Wanita yang merokok dan menggunakan pil kontrasepsi (mengadung estrogen) mempunyai kemungkinan untuk menderita penggumpalan pembuluh darah pada vena dalam (DVT) dan sekitar 10% nya akan mengalami Emboli Paru. Dari 100 pasien yang menderita gangguan sirkulasi pada tungkai bawah (Arteriosklerosis Obliteran) sekitar 99 orang adalah perokok. Ada 4 tingkat gangguan arteriosklerosis obliteran, yaitu :

§ Tingkat I - tanpa gejala.

§ Tingkat II kaki sakit saat latihan, misalnya berjalan lebih dari 200 m (II a) dan kurang dari 200 m (II b), keluhanya timbul secara berselang artinya hilang bila istirahat (Claudicatio Intermittens).

§ Tingkat III keluhan timbul saat istirahat umunya saat malam hari dan bila tungkai ditinggikan.

§ Tingkat IV jaringan mati (Nekrosis atau ganrene), dalam stadium ini tindakan yang mungkin hanyalah amputasi (dipotong). Jika penyumbatan terjadi di percabangan aorta daerah perut akan menimbulkan sakit di daerah pinggang termasuk pula timbulnya gangguan ereksi. Seluruh penyakit pembuluh darah memang menyakitkan.

e. Hubungan Merokok dengan saluran pencernaan

Di dalam perut dan usus 12 jari terjadi keseimbangan antar pengeluaran asam yang dapat mengganggu lambung dengan daya perlindungan. Rokok meningkatkan asam lambung terjadilah tukak lambung dan usus 12 jari (gastro-duodenal ulcers). Perokok menderita gangguan 2 kali lebih tinggi dari bukan perokok

f. Hubungan Merokok dengan kehamilan

Janin yang ibunya merokok sejalan dengan ibunya. Ibu hamil yang merokok mengakibatkan kemungkinan

Page 42: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

kegemukan mempunyai kemungkinan 90% untuk kegemukan. Seseorang yang mempunyai selera makan yang bagus dan dapat makan apa saja serta kapan saja, organ pencernaannya lebih berdaya guna dari pada orang biasa. Sehingga sedikit makanan saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya, karena kelebihan zat makanan dapat menyebabkan penumpukan lemak. Kemajuan ilmu pengetahuan menyebabkan juga berkurangnya kebutuhan kalori setiap hari. Umumnya manusia memerlukan 4000 kalori perhari untuk melakukan kegiatannya sehari-hari, tetapi dengan berbagai kemajuan dikota besar dimana naik tangga diganti dengan elevator dan jalan kaki diganti naik mobil menyebabkan kebutuhan kalori tiak mencapai 3000 kalori perhari. Semua kelebihan kalori tersebut menyebabkan kegemukan. Seseorang yang makan setengah kerat potong roti dan menteganya lebih banyak dari kebutuhan dalam satu hari, cukup untuk menambah berat badan seseorang 3 kg, dalam waktu satu tahun. Sehingga dapat menjadi 15 kg dalam kurun waktu 5 tahun. Umumnya seseorang harus menambah 7000 kalori untuk menambah ekstra kalori daripada menggunakan ekstra kalori tersebut, untuk itu makanan yang dikonsumsi harus dijaga agar tidak melebihi berat normal.

Pengaruh yang ditimbulkan sebagai akibat dari obesitas (Jonathan dan Kathleen, 1992), adalah sebagai berikut:

(1) Beban Psikologis

Kegemukan memberikan beban psikologis bahkan penderitaan mental, betapa banyak anak yang sering mendapat tekanan mental oleh sebab ejekan yang datang, karena memiliki tubuh yang kegemukan. Tekanan tersebut terasa pada masa remaja maupun dewasa.

(2) Menambah tekanan darah

Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang mempunyai tubuh kegemukn dengan “Body Mass Indexes” (BMI), 27.8 dan 27.8 mempunyai kemungkinan tekanan darah tinggi 2,9 kali dibandingkan dengan mereka yang mempunyai berat normal. Untuk mereka yang berumur 20-44 tahun, sedang BMI yang sama, mempunyai kemungkinan tersebut 5,6 kali lebih tinggi.

(3) Menambah hiperkolesterolemia

Penelitian menunjukkan hiperkolesterolemia (kolesterol dalam darah melebihi 250 mg/dl). Pada mereka yang kegemukan dengan usia 20-44 tahun 2,1 kali lebih besar dari pada mereka yang mempunyai berat normal.

(4) Menambah kemungkinan diabetes

Dengan menggunakan penelitian yang sama, didapatkan bahwa kemungkinan diabetes 2,9 kali lebih besar dari mereka yang mempunyai berat normal.

(5) Menambah resiko kanker

Lelaki yang kegemukan mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk meninggal dunia oleh sebab

Tingkat Harapan Hidup Perokok berkurang sesuai dengan :

§ Jumlah tahun merokok

§ Jumlah rokok perhari yang dikonsumsi

§ Tingkat kadar tar dan nikotin

§ Semakin dalam diisap

§ Semakin dekat dengan filter yang digunakan

§ Merokok 1 - 2 bungkus perhari selama 25 tahun mengurangi umur 8.3 tahun dibandingkan dengan yang tidak merokok.

§ Setelah 10 - 13 tahun berhenti merokok kemungkinan terkena kanker paru berkurang dan sama dengan yang tidak merokok.

Merokok secara aktif maupun pasif pada dasarnya mengisap CO (karbon monoksida) yang bersifat merugikan. Akibat gas CO terjadi kekurangan oksigen yang menyebabkan pasokan jaringan berkurang, kerusakan dinding pembuluh darah sampai penyempitan maupun penutupan. Rokok mengandung ribuan unsur kimiawi yang berbahaya salah satu nikotin yang merangsang kerja jantung, meningkatkan penggumpalan darah dan menurunkan kadar HDL. Penggumpalan atau penyumbatan dapat terjadi di otak, jantung, paru, kaki, alat kandungan dan alat vital. Tidak merokok dan berhenti merokok adalah sikap rasional dari masyarakat modern yang mencita-citakan hidup sehat

Intinya jika seseorang ingin tetap hidup sehat, hendaklah tidak merokok. Mulailah dengan tidak merokok untuk satu hari saja.

E . M e n i n g k a t n y a L e m a k D a l a m D a r a h (hyperlipidaemia)

Tingginya kadar kolesterol dalam darah adalah factor penting yang menentukan kemungkinan seseorang mengalami serangan jantung. semakin tinggi kadar tersebut maka akan semakin besar kemungkinannya. Level normal kolesterol adalah 3.5 – 6.2 mmol/l darah, dan triglyserides: 0.10 – 1.60 mmol/l darah.

Tingkatan lipis seseorang sering dikaitkan dengan kemakmuran, sehingga semakin makmur suatu Negara maka akan banyak penduduknya yang menglami kelebihan lemak. Seperti dinegara barat, banyak orang mengkonsumsi kolesterol 550-600 mgm setiap harinya, dan kebanyakan diserap oleh tubuh. Kolesterol yang termasuk lemak jenuh ini akan menyebabkan reakasi yang tinggi, sehingga kadar triglesydes dalam darah akan meningkat.

F. Obesitas

Umumnya diketahui dengan jelas bahwa kegemukan disebabkan makan terlalu banyak. Masalah keturunan dapat menjadi salah satu penyebab kegemukan, oleh sebab itu bayi yang lahir dari kedua orang tua yang

41MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Page 43: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

42MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

bugar. Karena, ketiga factor resiko penyakit jantung sangat saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka olahraga sebagai upaya preventif sangat efektif bagi pencegahan hipertensi, obesitas, dan hyperlipideamia.

Penimbunan lemak dan asam laktat yang berlebihan di dalam tubuh manusia adalah penyebab utama terjadinya obesitas. Hal ini terutama terjadi setelah seseorang mengalami penurunan kapasitas fungsi organ-organ fungsional tubuh yakni ketika seseorang berumur 30 tahun ke atas. Pada usia-usia ini seseorang biasanya tidak produktif didalam beraktivitas, mereka malas bergerak atau melakukan aktivitas fisik karena disebabkan oleh factor penurunan fungsi organ-organ tadi. Ketidak produktipan organ – organ dan pola mengkonsumsi makanan yang berlebihan atau tidak proporsional dangan aktivitas mereka akan sangat berpeluang mengakibatkan obesitas.

Manfaat olahraga terhadap peningkatan dan pemeliharaan kapasitas organ-organ tubuh umumnya dan khususnya terhadap penanggulangan terjadinya obesitas telah banyak diteliti oleh para ahli dibidang olahraga dan kesehatan. Dari hasil penelitian Dr. Kenneth Cooper pada institute for Aerobic Research di Dalla, yang

d i k u t i f o l e h S a d o s o S u m o s a rd j o n o ( 1 9 9 3 ) , ternyata yang berusia kurang lebih 70 tahun, yang tetap memelihara aktivitas fisik dengan kadar yang cukup tinggi selama hidupnya, pada tes kesegaran jasmani dapat mengalahkan orang-orang yang umurnya kurang lebih 20 tahun, yang tak p e r n a h b e ro l a h ra ga , pekerjaannya hanya duduk saja. Hasil penelitian ini juga d i d u k u n g o l e h D r . Bengtsaltin dengan kawan-kawannya di Swedia, mereka mengadakan percobaan sebagai berikut ; 5 orang laki-laki yang masih muda disuruh tiduran selama 20 hari, setelah 20 hari istirahat di tempat tidurnya tadi t e r n y a t a k e m a m p u a n j a n t u n g n y a u n t u k memompa darah turun sebanyak 26%, kemampuan

mengambil oksigen secara maksimal juga menurun sebanyak 27%, Kapasitas pernapasannya juga turun 30%, otot-ototnya juga ikut mengecil, (Sadoso Sumosardjono, 1993).

Dari hasil penelitian di atas membuktikan, bahwa aktivitas fisik (olahraga) sangat berpengaruh terhadap terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh. Terpeliharanya kapasitas organ-organ faal tubuh akan

kanker usus besar, dubur dan prostat. Perempuan yang kegemukan mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk meninggal dunia oleh sebab kanker empedu, dada, rahim dan peranakan.

(6) Menambah resiko kematian

Lelaki yang kegemukan 20% dari berat badan normal, mempunyai kemungkinan untuk meninggal dunia 131% lebih berat dari pada mereka yang mempunyai berat normal. Kemungkinan ini menjadi 154% bagi yang berat badannya 40% kegemukan, dan 185% bagi mereka yang kegemukan 50% dari berat berat badan normal.

(7) Menambah resiko penyakit pembuluh jantung koroner

Penelitian Frammingham selama 26 tahun menunjukkan bahwa kegemukan menambah resiko penyakit jantung koroner.

Untuk itu, sangat penting sekali dilakukan upaya mempertahankan berat badan agar tetap dalam level normal melalui aktivitas fisik yang terukur dan sesuai dengan kondisi fisiknya. Rumus untuk mengetahui normal atau tidaknya berat badan bisa menggunakan dengan rumus IMT berikut:

Olahraga untuk Mencegah Faktor Resiko

M e n u r u t N o r a S u t a r i n a , 2 0 0 6 d a l a m (http://www.kapanlagi.com/a/0000003686.html), satu sesi olahraga rata-rata menurunkan tekanan darah lima hingga tujuh mmHg. Pengaruh penurunan tekanan darah ini dapat berlangsung sampai 22 jam setelah berolahraga. Olahraga selama 30 menit per sesi dengan intensitas 3 kali seminggu saja, akan dapat membuat tubuh menjadi

Page 44: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

kehilangan 1,36 kg dalam waktu seminggu. Tetapi mereka yang jalan 2 jam perhari dengan kecepatan 5 km per jam untuk mengurai berat badan dalam beberapa tahun akan lebih berhasil. Mereka mulai gerak badan dengan jalan kaki. Hari demi hari mereka menambah waktu dan jarak jalan kakinya, sampai mencapai waktu 40 menit atau 3 km perhari. Setahun kemudian 11 orang yang terus bertahan telah berhasil mengurangi berat badannya sampai 10 kg. Seorang laki-laki setengah baya yang kegemukan, dengan lari 4,5 km perhari dalam waktu 3 kali seminggu akan mengurangi berata badannya sebanyak 5 kg. Dengan tanpa mengurangi jumlah makan.

Banyak di antara mereka yang melakukan olahraga belum mengetahui apakah aktivitas yang dilakukan tersebut sudah dapat merangsang organ-organ fisiologis atau belum, ataukah latihan olahraga yang mereka lakukan itu justru dapat merusak orga-organ fisologis dan anatomis mereka. Hal inilah yang sering dilupakan oleh seseorang dalam melakukan aktivitas olahraga.

Dari hasil penelitian, C.K. Giam (1993), berpendapat bahwa, aktivitas aerobik adalah merupakan aktivitas yang terpenting untuk semua orang, tidak pandang umur, jenis kelamin, tingkat kesehatan, kebugaran atau setatus sosial ekonomi. Latihan-latihan aerobik juga merupakan latihan yang paling efektif untuk mengurangi kegemukan kalau dilakukan dengan benar. Latihan-latihan aerobik yang dimaksud adalah; berjalan, jogging, berenang, bersepeda, menari, permainan dengan bola dan raket (seperti; bulu tangkis, basket, squash, tenis). Menurut C.K. Giam (1993), Bagi mereka yang cukup sehat dan memiliki kebugaran yang baik petunjuk resep “FITT” dapat memberikan manfaat yang maksimal (terutama kebugaran erobik) dan resiko minimal. Berikut dikemukakan resep “FITT” bagi mereka yang cukup bugar dan sehat :

dapat memperlancar semua system yang terdapat didalam tubuh. Khusus berfungsinya secara baik organ-organ system pencernaan akan dapat memperlancar proses metabolisme sehingga penimbunan lemak maupun asam laktat yang berlebihan dapat dikurangi. Dengan penimbunan lemak dan asam laktat yang sedikit maka akan dapat mengurangi terjadinya obesitas.

Ada tiga bagian yang utama adaptasi aerobik yang terjadi sebagai akibat dari melakukan aktivitas fisik yang teratur (Junusul Hairy, 2001) yaitu : (1) meningkatnya kandungan mioglobin, (2) Meningkatnya oksidasi karbohidrat, (3) Meningkatnya oksidasi lemak. Peningkatan oksidasi lemak akan sangat mengurangi timbunan lemak yang ada di bawah kulit. Meningkatnya kapasitas otot untuk mengoksidasi lemak setelah melakuka olahraga berhubungan dengan factor meningkatnya pengeluaran asam lemak bebas dari jaringan lemak untuk diubah menjadi glikogen dan meningkatnya aktivitas enzim yang terlibat dalam transportasi dan pemecahan asam laktat. Banyak lemak yang teroksidasi berarti pengurangan penumpukan asam laktat.

Hippocrates seorang yang dikenal sebagai bapak ilmu kedokteran, berkata 2400 tahun yang lalu, “orang gemuk yang ingin mengurangi berat badan harus berolahraga dengan perut kosong dan duduk untuk berbicara, sementara masih terengah-engah”. Pandangan tersebut mempunyai makna yang penting sampai sekarang ini, bahwa olahraga adalah cara yang baik untuk mengurangi berat badan. Beberapa penelitian mengenai hubungan olahraga dan mereka yang kegemukan ternyata menunjukkan hasil yang lebih baik dari pada hanya mengurangi makanan. Misalnya, penelitian atas mahasiswa yang kegemukan menunjukkan bila mereka mengurangi makanannya untuk 1200 kalori, mereka akan

43MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Page 45: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

44MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

H. Harsuki. 2003. Perkembangan Olahraga Terkini (Kajian Para Pakar). Jakarta :

PT. Raja Grafindo Persada.

Junusul Hairy. 1989. Fisiologi Olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Junusul Hairy. 2001. Dasar-Dasar Kesehatan Olahraga. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.

Ngurah Nala. 1992. Kumpulan Tulisan Olahraga. Denpasar : Koni Propinsi Bali.

Knight, Jhon F. 1998. Jantung Kuat Bernapas Lega. Jakarta: Indonesia Publishing House.

Lamb, David R. 1978. Physilogy Exercise: Responses and Adaptations. New York: Macmilan Publihing.

Sadoso Sumosardjuno. 1993. Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Strauss H. Richard. 1984. Sports Medicine. Toronto: Sounders Company.

http://www.obesitas.web.id/indonesia/obe-news(i)13.html (berita obesitas)

http://www.gizi.net/jurnal-gizi/index.shtml

http://www.obesitas.web.id/indonesia/news(i).html

http://www.gizi.net/makalah/Gizi%20Seimbang%20Utk%20Hipertensi.PDF

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0206/04/iptek/jant20.htm

http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnews.cgi?newsid1022 822192,7871, (tiga kunci)

http://www.kompas.com/kesehatan/news/0205/06/061506.htm (SKA)

http://www.kapanlagi.com/a/0000003686.html (or turunkan hiper)(SEX MENURUN)

http://www.mail-archive.com/[email protected]/ msg00321.html (faktorhipertensi)

http://www.indomedia.com/sripo/2005/10/26/2610H17.pdf (KORONER)(KERJA MALAM) (DARAH DINGIN)

http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg00162.html (SAYURAN)

http://id.wikipedia.org/wiki/Kolesterol (KOLESTEROL)

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0904/30 /0313.htm (OBESITAS PENYAKIT)

http://www.keluargasehat.com/tipsisi.php?news_id=153 (TIPS)

http://www.health-disease.org/cardiology-disorders/hypertension.htm (HYPERTENSION)

http://columbia.thefreedictionary.com/arteriosclerosis

http://www.mayoclinic.com/health/arteriosclerosis-atherosclerosis/DS00525 (ARTERIOSKLEROSIS)

http://www.suaramerdeka.com/harian/0106/01/int7.htm

http://tumoutou.net/702_07134/endesnd.pdf

Sedangkan menurut teori Katch dan McArdle yang dikutip oleh Harsono (1988), cara pengukuran intensitas latihan dapat dilakukan sebagai berikut;

- Intensitas latihan dapat diukur dengan menghitung denyut nadi maksimal (DNM). Dengan rumus: DNM = 220 – Umur (dalam tahun).

- Apabila seeorang berumur 40 tahun maka DNM = 220 – 40 = 180 denyut/menit.

- Sedangkan untuk olahraga kesehatan adalah antara 70% - 85% dari DNM.

Jadi untuk orang yang berumur 40 tahun yang berolahraga sekedar untuk menjaga kesehatan dan kondisi fisik, takaran intensitas latihannya sebaiknya adalah antara 70% - 85% x (220 – 40), sama dengan 126 sampai dengan 153 denyut nadi/menit. Angka ini menunjukkan bahwa seseorang tersebut telah berlatih dalam daerah latihan (training sensitive zone atau disingkat training zone).

III. KESIMPULAN

Faktor-faktor resiko penyebab atherosclerosis telah diketahui: antara lain yang utama adalah hipertensi, hyperlipideamia, obesitas dan merokok. Kini terserah masing-masing individu untuk memilih mana yang baik dan kehidupan apa didambakan. Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa latihan (exercise) dan olahraga hendaknya menjadi suatu menu kehidupannya yang harus dilakukan dengan waktu 20 sampai 30 menit per sesi dengan zona latihan 60%-80% atau disesuaikan dengan kondisi tubuh masing-masing individu dan intensitas minimal 3 x per minggu. Karena dengan aktifitas fisik yang teratur dan terukur maka faktor-faktor resiko tersebut dapat “dicegah” walaupun seorang tersebut memiliki factor resiko genetik. Lebih baik lagi jika seseorang termasuk pemilik factor resiko, atau bahkan penderita dari factor resiko tersebut, hubungi dan konsultasi kepada dokter sangat disarankan.

IV. DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Ateng. 1986. Pendidikan Jasmani : Sport dan Rekreasi Jakarta : FPOK IKIP.

Jonathan Kuntaraf, Kahleen l. Kuntaraf. 1992. Olahraga Sumber Kesehatan (terj.Eddy E. Saerang). Indonesia : Indonesia Publishing House.

C.K. Giam. 1993. Ilmu Kedokteran Olahraga. Jakarta : Binarupa Aksara.

.Depdikbud. 1977/1998. Asas-Asas Pengetahuan Umum Olahraga untuk SGO. Jakarta : Proyek Pengadaan Buku SPG.

Harsono. 1988. Coaching Dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta :

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.

Page 46: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

A. Pendahuluan

Selama satu dasawarsa terakhir ini terdapat kemajuan

dalam perkembangan olahraga di Indonesia, paling tidak

dalam jenis-jenis cabang olahraga yang dilaksanakan oleh

top-top organisasi yang bersangkutan. Namun demikian

kita masih belum puas dengan pencapaian prestasi,

sehingga ada semacam kesenjangan yang lebar antara

harapan dan kenyataan. Sumber utama dari kesenjangan

itu ialah meningkatnya aspirasi masyarakat olahraga untuk

mencapai prestasi sementara disatu pihak, kemampuan

pembinaan yang terdapat dikalangan top-top organisasi

sangat terbatas. Hal yang sama juga terjadi dilingkungan

lembaga pendidikan. Produktivitas pengajaran dalam

bentuk peningkatan keterampilan berolahraga, kesegaran

jasmani misalnya masih kurang memenuhi harapan.

B. Masalah Pokok Dalam Pembinaan Olahraga Indonesia.

1. Ketimpangan Sumber Daya.

Ketimpangan sumber daya merupakan gejala yang

mencolok dalam pembangunan olahraga di Indonesia,

disamping ketimpangan dalam kemampuan mengelola

olahraga. Kapabilitas yang masih belum merata ini,

tercemin dalam kemampuan setiap provinsi yang ada di

Indonesia untuk merebutkan nilai mendali dalam PON.

Secara umum dapat disimpulkan masih ada kesenjangan

prestasi olahraga dipulau jawa dan diluar Jawa.

Kesenjangan ini dapat dikaitkan dengan kesenjangan

sumber daya manusia, pengadaan biaya pembinaan yang

memadai, termasuk fasilitas olahraga yang memadai.

Kesenjangan tersebut juga tercemin dalam pengadaan

biaya pembinaan untuk olahraga prestasi dan olahraga

pendidikan disekolah-sekolah. Kurikulum olahraga di

sekolah kurang di dukung oleh fasilitas yang memadai yang

memungkinkan untuk menyalurkan potensi para siswa.

Kondisi kelas yang dipadati oleh jumlah siswa yang banyak,

termasuk kelangkaan guru olahraga didaerah terpencil juga

menyebabkan kualitas pengajaran disekolah tidak

memadai untuk menanamkan keterampilan dasar yang

baik.

2. Lemahnya Kemampuan Manajemen

Pemborosan dilingkungan top-top olahraga yang

mengelola kegiatan olahraga kompetitif, agaknya sukar

dielakkan karena lemahnya kemampuan manajemen

kegiatan olahraga itu sendiri. Pembinaan olahraga

membutuhkan kemampuan professional. Hal itu, bukan

saja dalam pengertian para Pembina harus menumpahkan

sebagian besar waktunya untuk mengelola kegiatan, tetapi

mereka memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan

yang sesuai dengan tuntutan olahraga modern. Diantara

beberapa aspek manajemen yang lemah dalam pembinaan

olahraga di Indonesia adalah perencanaan, disamping

aspek lainnya seperti koordinasi, supervise dan evaluasi.

Karena itu, pendekatan holistic, yang menekankan

pengintegrasikan seluruh kegiatan secara harmonis dalam

satu sistem nasional merupakan landasan pokok untuk

mencapai kemajuan yang diharapkan. Negara-negara

Eropa misalnya, telah mencoba meletakkan dasar-dasar

pembinaan yang menyeluruh pada pertengahan tahun

1950-an. Sistem yang mereka rencanakan baru

berkembang seperti apa yang mereka harapkan pada

pertengahan tahun 1970-an. Jadi, dibutuhkan waktu tak

kurang dari 20 tahun. Bukti-bukti yang menunjukkan

bahwa pencapaian kemajuan olahraga melalui

perencanaan yang panjang. Amerika Serikat sendiri

misalnya mencoba meletakkan sistem keolahragaan

nasional yang mantap pada tahun 1982, termasuk upaya

mengejar ketinggalan mereka dalam teknologi peralatan

olahraga dari Negara-negara Eropa Timur. Komite

Olympiade Amerika memperkirakan sistem yang mereka

rancang akan nampak hasilnya beberapa tahun yang akan

datang. Jadi, dibutuhkan waktu untuk mencapai tujuan

perencanaan jangka panjang.

Sebagai akibat dari perencanaan pembinaan yang

kurang mantap, maka gejala yang paling menonjol ialah,

kegiatan pembinaan bersifat sepihak, terlepas-lepas antara

satu sama lain, sehingga setiap bagian sibuk sendiri-sendiri.

Akibat lebih lanjut ialah banyak sumber daya yang

dikonsumsi oleh berbagai kegiatan, tapi tidak mengarah

kepada pencapaian tujuan pembinaan nasional yang

terukur dalam pertandingan olahraga Internasional seperti

Asian Games atau Olympiade.

Pendekatan secara parsial, yang terlepas satu sama lain

memang akan menimbulkan ketidak teraturan. Bahkan ada

kecendrungan dalam situasi yang tidak terpadu itu,

terdapat krisis otoritas. Lemahnya kepemimpinan

merupakan cirri yang Nampak hampir pada setiap top

organisasi. Keputusan yang dibuat sering tidak didukung

oleh informasi yang memadai.

3. Kurangnya Investasi Ilmiah

Dalam kaitannya dengan penerapan metode yang

45MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

ISU DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA DI INDONESIA

Bangun Setia Hasibuan, S.Pd.,M.Or

Oleh

Page 47: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

46MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

efisien dan efektif, salah satu masalah yang paling rumit

dalam kerangka pembinaan olahraga di Indonesia ialah

masih kurang investasi ilmiah. Bahkan sering, latihan

diselenggarakan berdasarkan prinsip-prinsip “ilmiah yang

semu” tanpa didukung oleh bukti-bukti yang cukup,

terkecuali opini atau pengetahuan lainnya yang tidak teruji

secara sistematik. Kasus semacam ini kita jumpai pada

hampir semua cabang olahraga, termasuk cabang yang

popular seperti bulutangkis dan sepakbola. Sebagai

contoh, masih belum terpecahnya pertentangan dalam

paham antara pelatih, apakah perlu latihan kondisi fisik

yang spesifik atau tidak bagi para pemain bulu tangkis.

Beberapa pelatih bulutangkis menyatakan, latihan kondisi

fisik seperti daya tahan atau kekuatan tak perlu dilatih

khusus karena dengan sendirinya terlatih melalui latihan

tehnik atau bermain bulutangkis. Dilain pihak, beberapa

pelatih berpendapat, latihan kondisi fisik yang khusus perlu

dilaksanakan karena sangat mendukung pemeliharaan

atau peningkatan prestasi. Belum ada penelitian yang

intensif tentang masalah tersebut sehingga masing-masing

pihak berpegang pada pengalaman atau pendapatnya

sendiri.

Dalam keadaan masih kurang penerapan teori yang

dapat diandalkan, juga masih terdapat pemahaman yang

setengah-setengah tentang pengetahuan ilmiah itu, seperti

misalnya penerapan VO-2 max sebagai prediktor prestasi,

peranan hemoglobin (Hb), pengaruh latihan beban (weight

training) terdapat otot yang kuat tapi kaku, dan sebagainya.

Kurangnya pemahaman terdapat konsep, teori, bahkan

penerapan dalam kondisi pembinaan olahraga antara lain

disebabkan karena para Pembina dilapangan kebanyakan

tidak memperoleh pendidikan atau latihan khusus untuk

menguasai prinsip-prinsip ilmiah. Sementara itu, sebagian

teori memang masih membutuhkan pengujian lebih lanjut

dilapangan. Sebab yang paling nyata adalah, masih

terdapat kesenjangan antara teoritikus dan praktisi,

termasuk guru olahraga atau pelatih. Penyebarluasaan

pengetahuan ilmiah masih terbatas pada sekelompok

ilmuan. Kecendrungan ini antara lain disebabkan karena

tidak ada satu desain khusus dari suatu kegiatan, termasuk

media, untuk menyebar luaskan informasi ilmiah itu.

4. Hambatan Budaya

Manusia berbuat sebagai pencipta budaya dan

sekaligus sebagai pengemban budayanya. Dengan kata lain,

manusia berprilaku atas dasar kebudayaannya yang

mencakup kepercayaan, nilai-nilai dan norma-norma yang

terdapat didalamnya. Olahraga modern mengandung nilai-

nila tertentu seperti orientasi kedepan dan maju terus

kedepan (progresif), rasional, penghargaan terhadap

waktu, dan pragmatis (benar berdasarkan fakta yang ada).

Hambatan budaya Nampak memainkan pengaruhnya

dalam perkembangan olahraga di Indonesia. Prilaku kurang

agresif mencapai hasil yang lebih baik, pembinaan “potong

kompas” dimana orang tak sabar menunggu hasil melalui

proses yang panjang, permainan tidak fair, dan kasus-kasus

suap dan perseteruan dilingkungan persepakbolaan

nasional merupakan contoh prilaku yang mencerminkan

kepercayaann dan nilai-nilai yang dianut seseorang. Ada

kecendrungan, para atlit lebih menghargai ganjaran materi

ketimbang kepuasaan spiritual melalui aktualisasi diri, dan

mengelak kerja keras untuk mencapai hasil yang lebih baik.

C. Tuntutan Terhadap Metode Ilmiah Olahraga

Prestasi olahraga merupakan suatu gejala majemuk.

Maksudnya ialah bahwa terdapat banyak faktor yang

mempengaruhi prestasi seorang atlet. Kesemua faktor itu

saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya.

Secara teoritis, prestasi olahraga itu ada batasnya. Namun,

evolusi prestasi atlet rupanya tetap berkelanjutan

melampaui prestasi para atlet sebelumnya pada setiap

cabang olahraga. Salah satu faktor utama yang

memberikan sumbangan bagi pencapaian prestasi yang

tinggi dalam olahraga dan pemahaman masalah

pembinaan olahraga yang kompleks yaitu penerapan

metode ilmiah. Dengan kata lain, investasi ilmiah telah

memberikan pengaruh yang amat kuat terhadap

pencapaian prestasi puncak dalam olahraga.

Sepintas nampak gejala dalam olahraga itu sederhana

dan tidak kompleks, bahkan gampang dipahami secara jelas

oleh setiap orang. Jika tim nasional Indonesia kalah dalam

satu pertandingan internasional yang penting, hampir

setiap orang dapat mengemukakan pendapatnya sesuai

dengan akal sehatnya. Sayangnya, hanya sedikit

pengetahuan kita telah berkembang yang dapat

membantu kita untuk memahami persoalan- persoalan

yang muncul, baik dalam proses pembinaan maupun pada

saat pertandingan berlangsung. Pengetahuan kita yang tak

seberapa banyak itu sungguh mencolok perbedaannya

dengan perhatian kita yang semangkit meningkat terhadap

olahraga.

Penerapan pengetahuan ilmiah dalam mengajar atau

melatih olahraga, pertama-tama membutuhkan sikap

positif terhadap fakta-fakta ilmiah atau teori yang

dikembangkan, dan menuntut keterampilan untuk

menerapkan prinsip-prinsip yang berlaku kedalam situasi

olahraga. Penelitian tentang proses belajar tehnik atau

keterampilan (skill) dalam olahraga misalnya, dapat

membantu guru atau pelatih untuk berprestasi dalam

pertandingan. Namun demikian, seperti telah kita singgung

tadi, investasi ilmiah dalam pembinaan olahraga masih

kurang di Indonesia.

Kasus prestasi tim nasional PSSI menarik untuk dikaji.

Ketika tim nasional kita gagal memenangkan suatu

pertandingan penting, seperti dalam babak penyisishan

menuju Olympiade atau dalam Pre-World Cup, dan lain-lain

Page 48: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

turnamen Internasional yang penting, PSSI dikritik oleh

berbagai pihak, termasuk para penulis olahraga, wartawan,

penggemar, dan orang-orang yang menganggap dirinya

ahli. Masyarakat penggemar sepakbola merasa kecewa dan

frustasi dengan penampilan tim nasional sepakbola.

Mereka juga sering melontarkan masalah sehubungan

dengan lambannya tempo perkembangan prestasi tim

nasional tersebut ditingkat internasional. Masalah yang

sering dipersoalkan ialah sebagai berikut: “Faktor-faktor

apakah yang mempengaruhi lambannya prestasi tim

nasional Indonesia dalam sepakbola? “ Berbagai pendapat

dikemukakan oleh berbagai pihak tentang masalah

tersebut, baik dalam diskusi informal, seminar-seminar

resmi tingkat nasional, maupun opini yang muncul disurat-

surat kabar.

Ada pendapat yang mengatakan prestasi tim nasional

kurang peningkatannya karena kualitas coachnya yang

rendah. Pihak lainnya mengatakan, pemain-pemain yang

direkrut ketim nasional memiliki standart keterampilan

dasar yang rendah, sehingga selama pemusatan latihan,

waktu banyak terbuang untuk membenahi tehnik-tehnik

dasar. Selain itu, ada pula yang mengatakan, persiapan tim

nasional kurang cukup waktunya dan tidak didasarkan pada

perencanaan pembinaan berjangka panjang. Pendek kata

banyak pendapat yang dikemukakan orang untuk

menjawab masalah pokok tersebut tadi. Tapi kesemua

pendapat itu, pada dasarnya diangkat dari hasil

pengamatan sepintas, data tidak memadai, bahkan

dicampuri oleh prasangka dan pertimbangan subjektif.

Tidak ada suatu penelitian sistematik untuk

memecahkan masalah tersebut. Karena itu, tidak

mengherankan, pemecahan masalah pembinaan yang

mencerminkan suatu pertalian antara berbagai faktor tak

kunjung berhasil. Bahkan, para pelatih nampaknya terbiasa

dengan metode mencoba-coba tanpa landasan teori yang

kukuh. Para pelatih masih ada yang kurang menyukai teori,

karena teori dianggap tidak praktis.

Memang mustahil dicapai pemecahan masalah yang

kompleks secara memuaskan jika pemecahannya

tergantung pada ketajaman intuisi akal sehat, pengalaman

seketika yang tak tersusun, atau metode menerka atau

meraba-raba. Namun demikian, bukanlah berarti kesemua

“alat” itu tidak bisa dipakai untuk memecahkan masalah.

Hingga taraf tertntu, masalah yang muncul dalam melatih

atau mengajar misalnya, dapat dipecahkan dengan hasil

yang memuaskan. Tapi, jika persoalannya bertambah

rumit, metode lain yang lebih ampuh dibutuhkan. Metode

itu disebut metode ilmiah.

Pengembangan teori dalam mengajar dan melatih

olahraga membutuhkan kegiatan penelitian secara formal.

Kegiatan ini tak lain ialah penerapan metode ilmiah dalam

rangka memecahkan suatu masalah, hingga kemudian

diperoleh suatu generalisasi (kesimpulan yang berlaku bagi

umum), bahkan kemudian menjadi teori. Agar sampai

tersusun suatu teori, dibutuhkan sejumlah penelitian,

pengulangan, dan pengecekan kembali hingga para peneliti

sampai pada suatu kesimpulan yang ajeg dengan tingkat

kecermatan yang tinggi.

Untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam

pembinaan, para guru atau pelatih olahraga bukanlah

seorang peneliti dalam pengertian yang sebenarnya.

Mereka adalah orang-orang yang professional yang selalu

berhadapan dengan masalah yang serba berubah. Untuk

mencapai efesiensi atau efektifitas pemecahan masalah

pendidikan atau kepelatihan yang dihadapinya, maka

prinsip, hukum, atau teori yang telah dikembangkan

memegang peranan utama.

Informasi ilmiah dalam bidang olahraga sudah mulai

berkembang di Indonesia, meskipun sebagian besar dari

informasi itu berasal dari penelitian para ahli di Eropa atau

Amerika Serikat. Yang terjadi di Indonesia ialah proses

adaptasi atau penerapan informasi itu sesuai dengan

kondisi Indonesia. Tahap adaptasi dan implementasi

informasi atau teori dari Barat itu membutuhkan sikap

positif terhadap pengetahuan ilmiah. Selain itu,

pengembangan dan penerapan pengetahuan ilmiah sangat

membutuhkan semangat ilmiah dari para Pembina pada

umumnya tak terkecuali para pengurus top-top organisasi

olahraga dan para pelatih yang terjun langsung kelapangan.

Yang dimaksud dengan semangat ilmiah ialah kesiapan dan

kemauan yang kuat untuk menetapkan prinsip-prinsip yang

tersusun berdasarkan fakta-fakta yang cukup. Atas dasar

kesiapan dan kemauan yang keras itulah, maka diharapkan

terwujud prilaku yang lebih mengutamakan efektifitas,

efisiensi, dan tindakan rasional.

1. Efektifitas Pengajaran atau Latihan

Masalah utama dalam konteks pengajaran atau latihan

olahraga, baik dilingkungan sekolah formal maupun klub-

klub olahraga ialah peningkatan efektifitas pengajaran atau

latihan itu sendiri. Hal itu didorong oleh keinginan orangtua

murid, atau para penggemar olahraga yang semangkin

meningkat untuk mencapai tujuan yang diharapkan yakni

keterampilan berolahraga yang lebih baik atau prestasi.

Efektifitas pengajaran atau latihan itu berkaitan erat

dengan kualitas instruksional, dan kualitas instruksional itu

tersendiri erat kaitannya dengan penguasaan pengetahuan

dan keterampilan menetrapkan teori belajar-mengajar

keterampilan (skill) suatu cabang olahraga.

Ada dua kriteria yang dapat dipakai untuk menilai

efektifitas pengajaran atau latihan. Peertama, kriteria

koleratif, yakni suatu pengajaran atau latihan dikatakan

efektif dalam kaitannya dengan tujuan yang diharapkan.

Semakin mendekati tujuan yang ingin dicapai, semakin

efektif pengajaran atau latihan itu. Kriteria yang kedua,

47MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Artikel

HUMAS UNIMED

Page 49: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

48MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013 Artikel

HUMAS UNIMED

konsepsi normative, yakni suatu pengajaran atau latihan

dikatakan efektif atau tidak, dinilai berdasarkan suatu

model mengajar/ melatih yang baik yang diperoleh dari

teori.

Dapat disimpulkan, yang dimaksud efektifitas

pengajaran atau latihan ialah keberhasilan dalam proses

pembiasaan atau sosialisasi siswa atau atlet, dan

pengembangan sikap serta pengetahuan yang mendukung

pencapaian keterampilan yang lebih baik dalam kerangka

program pembinaan. Efektifitas pengajaran atau latihan

juga erat kaitannya dengan efisiensi.

2. Efisiensi Pengajaran atau Latihan

Tuntutan terhadap metode yang efisien didorong oleh

kenyataan yang terdapat disekolah-sekolah formal dan

klub-klub olahraga, terutama kelangkaan fasilitas dan

sumber daya lainnya. Selain itu, kelas yang besar dengan

jumlah siswa yang banyak juga merangsang upaya

pengajaran atau latihan yang lebih memperhatikan

efisiensi

Kebutuhan akan metode yang efisien dalam

pengajaran atau latihan olahraga dilandasi oleh beberapa

alasan. Pertama, efisiensi akan menghemat waktu, energi,

atau biaya. Kedua, metode efisien akan memungkinkan

para siswa, atau atlit untuk menguasai tingkat keterampilan

yang lebih tinggi. Berkaitan dengan hal ini, pengalaman

sukses akan merupakan umpan balik (feed-back) dan

membangkitkan motivasi siswa atau atlit untuk berlajar

dan berlatih. Semakin berhasil siswa dalam kegiatan

belajar, semakin disukainya kegiatan tersebut.

3. Puncak Usia Berprestasi

Barangkali suatu alasan yang paling penting dan

operasional sehubungan dengan dibutuhkannya metode

belajar atau berlatih yang efektif atau efisien ialah

berkaitan langsung dengan masalah puncak usia

berprestasi. Maksudnya ialah bahwa ada masa-masa peka

untuk memulai belajar atau berlatih suatu cabang olahraga,

dan masa-masa akhir yang memungkinkan orang mencapai

puncak prestasi. Karena itu dalam tulisan ini gejala tersebut

kita sebut dalam istilah puncak usia berprestasi. Proses

tersebut dicapai melalui masa pembinaan yang relative

panjang dan berkesinambungan, dan dimulai pada usia

tertentu yang berbeda-beda pada setiap cabang olahraga.

Proses panjang itu terbagi-bagi menjadi beberapa tahap,

dan pada setiap tahap diberikan pembinaan yang khas,

sesuai dengan kemampuan atlet.

Sebagai gambaran umum, dapat kita kemukakan

kategori usia pemula dan tingkat lanjut dalam cabang

olahraga tertentu. Data yang dipaparkan disini dikutip dari

Jerman Timur (lihat Harre, 1982, halaman 16). Dengan

sendirinya, akan ada variasi, lebih-lebih jika ingin

diterapkan untuk anak-anak Indonesia yang sangat

berbeda dalam hal struktur anatomis, bahkan tahap

kematangan fisiknya, jika dibandingkan anak-anak dari

negara Barat. Data yang diperoleh itu menunjukkan, latihan

bagi pemula dalam cabang seperti Skating, senam, lompat

galah, loncat indah dapat berlangsung sejak usia 4 dan 6

tahun. Latihan tahap lanjut dimulai antara 8 dan 11 tahun

dan berlangsung hingga usia 16 tahun. Puncak prestasi

akan tercapai pada usia tertentu yang berbeda-beda untuk

pria dan wanita. Dalam cabang senam dan sketting,

dikalangan wanita prestasi tertinggi tercapai pada usia 13

dan 15 tahun, dan dikalangan pria pada cabang senam

antara 17 dan 19 tahun.

Selanjutnya dalam cabang olahraga seperti lari cepat

jarak pendek, lompat jauh, nomor-nomor lempar, dan

nomor lompat dalam ski (ski-jumping) yang membutuhkan

kecepatan-kekuatan, dalam cabang olahraga kompetitif

antara dua lawan seperti anggar, tinju, dan judo, latihan

dapat dimulai pada usia 9 dan 12 tahun. Latihan lanjutan

antara usia 13 dan 14 dan berakhir pada usia 16 dan 17

tahun. Puncak usia berprestasi dalam cabang-cabang

olahraga tersebut dimulai antara 17 dan 22 tahun. Dalam

cabang olahraga yang membutuhkan daya tahan seperti

lari jarak jauh, mendayung (perorangan atau beregu),

latihan pemula dapat dimulai pada usia antara 10 dan 12

tahun, diteruskan dengan latihan tahap lanjut, yang dapat

dilakukan antara usia 14 dan 18 tahun. Puncak usia

berprestasi antara 17 dan 21 tahun. Dalam kategori

tersebut, cabang berenang menempati posisi khusus,

karena para pemula sering mulai berlatih pada usia 6 tahun.

Tahap latihan lanjutan berlangsung antara usia 8 dan 12

atau 13 tahun. Puncak usia berprestasi mulai antara 13 dan

15 tahun.

Data tersebut diatas menunjukkan bahwa pencapaian

puncak prestasi dibatasi oleh limit usia. Karena itu, isu

efektifitas atau efisiensi sangat menonjol dalam pembinaan

olahraga. Dalam keadaan seseorang terlambat memulai

belajar dan metode yang diharapkan tidak efektif, maka

dapat dibayangkan prestasi puncak tak akan tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Rusli Lutan, (1984), Beberapa Isu Dalam Olahraga,

Makalah.

Rusli Lutan, (1984), Menuju Ke arah Filsafat Olahraga dan

Impllikasinya Terhadap Pembinaan, Makalah

Rusli Lutan, (1986), Identifikasi Bakat Dalam Olahraga,

Makalah

Rusli Lutan, (1987), Strategi Difusi Inovasi Dalam Proses

Pembangunan Olahraga Nasional, Makalah

Page 50: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Aku yakin dia adalah wanita yang sangat aku kenal. Dia bukan orang yang jauh dari keseharianku. Hawa tentangnya bisa kutangkap saat kami berjumpa. Tapi entahlah. Dia mungkin bukan siapa-siapaku sehingga ia tak pernah menangkap hal yang sama denganku. Berawal dari pertemuan di puncak Sibayak. Ia melangkah ke arahku seolah aku yang ia tuju tapi ternyata bukan. Di belakangku ada sebuah batu yang angle-nya sangat bagus dijadikan tempat berfoto untuk mengambil kawah gunung. Aku tak ambil pusing tentang kejadian itu. Dia juga sama adanya. Berjalan sambil memanggul ransel membuat dia sedikit kualahan untuk mengambil pemandangan itu. Dengan sedikit berbaik hati aku angkat bicara. “Tasnya diletak dulu, Kak. Nampaknya ransel Kakak berat sekali. Biar memfotonya tak kesusahan.” Ia hanya tersenyum manis padaku. Ia rupanya tak berani meletakkan tasnya. Kulihat badannya sedikit oyong saat ia mau mengambil pemandangan alam di kaki gunung. Kakinya terpeleset saat batu yang diinjaknya bergeling. Maklum di atas puncak Sibayak batunya memang seperti bergerak alias longgar.“Ei… pelan-pelan. Sini ranselnya aku yang jaga biar Kakak bisa lebih leluasa mengambil fotonya.” “Terima kasih, ya,” ia melangkah saat ranselnya ia lepaskan dari tubuhnya yang langsing itu. Kamera yang tergantung di lehernya sepertinya berbisik padanya bahwa ia masih lapar akan pemandangan itu.Saat matahari pagi terlihat malu-malu menunjukkan wajahnya, sang Kakak pun tak melewatkannya. Ia mengambil pemandangan dari berbagai angle. Saat selesai ia tangkap, ia melihat hasilnya. Sepertinya ia belum puas dengan tangkapannya itu. Oleh sebab itu, ia berulang kali memotretnya. Hari semakin siang. Panas matahari mulai terasa walaupun udara dingin. Perlahan-lahan kabut di puncak itu menyingsing juga. Kulihat ia duduk di batu sebelah ranselnya. Sambil meneguk air mineral yang rasanya pasti sangat dingin, ia memalingkan wajahnya ke arah cekungan yang ada di puncak Sibayak. Cekungan itu berair seolah danau. Airnya hangat tapi di sebagian tempat ada yang panas. Memasak telur aja bisa. “Bisa kulihat hasil potretnya, Kak?' aku memulai pembicaraan. “Boleh,” ia menjawab sambil mengulurkan kameranya kepadaku.Sambil melihat hasil tangkapan kameranya, kami bercerita tentang Sibayak. Sesekali kupuji hasil

potretannya yang kurasa luar biasa. Cerita punya cerita, ia juga ternyata merasa risih dengan panggilan kakak. Ia memintaku agar memanggilnya Dila, sesuai namanya. Baru kami kenalan. Serasa perkenalan sudah sedikit menjalar ke masalah pribadi. Pacarlah, mantanlah, jalan-jalan ke Sibayak ini bersama kekasihlah, tak ada lagi sekat di antara kami. Udara sejuk yang menggoda kami terhiraukan oleh kehangatan mentari yang indah. Turun gunung di hari siang bukan penghalang bagi kami dan juga rombongan. Kenikmatan di hari ini tak terbayar oleh harga dolar sekali pun. Kedekatan itu kami nikmati tak hanya sebagai teman, kemesraan terlihat melebihi sejuk dan senangnya hari ini.Perjumpaan, perkenalan, hingga menjadi teman dekat saat liburan di puncak Sibayak membekas menjadi kenangan yang indah. Lebih-lebih gadis yang kutemui adalah gadis yang kurasakan tak jauh dari kehidupanku. Tapi apa pun ceritanya hari ini perkenalan kami telah berakhir di sini. Ia telah pulang ke rumahnya dan aku juga demikian. Walau ingin rasanya momen itu berulang kembali tapi apa daya itu hanya perjumpaan yang kebetulan.Perpisahan di Jaranguda menandai akhir temu aku dan dia. Tak ada pula kenang-kenangan yang kuberikan padanya. Tapi, setidaknya aku puas melihat senyum yang tersungging dari wajah imutnya. Perjalanan menuju rumah dari Jaranguda aku selalu memikirkan tentang dia. Perasaanku yang merasa dia sangat dekat dariku menjadi pemikiran yang terfokus di kepalaku. Kuingat-ingat semua kejadian yang pernah aku lalui ketika berkenalan dengan seorang gadis. Aku hampir sampai di tujuan tapi jawaban atas penasaranku itu belum tertemukan. Akhirnya aku menyerah juga. Aku menyerah karena tujuan sudah sampai. Aku bermaksud menyambungnya setelah tiba di rumah.Penasaran semakin memuncak saat aku telah sampai di teras rumah. Ternyata janjiku tertagih sendiri oleh penasaranku. Aku meletakkan sepatu di rak dan langsung ke kamar. Di kamar kurebahkan tubuhku di atas kasur. Kucoba mengingat-ingat lagi semuanya. Tanpa kusangka terbersit sebuah ingatan tentang sesuatu. Dalam ingatanku itu aku bertemu dengan seorang gadis yang cantik. Rupanya yang menawan sangat mirip dengan Dila. Pikir punya pikir akhirnya kutemukan juga. Ternyata aku bertemu dengan gadis itu lewat bunga-bunga tidur indahku.

49MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013Cerpen

HUMAS UNIMED

Angle di Puncak SibayakOleh: Justianus Tarigan(Justianus Tarigan adalah mahasiswa Unimed jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia yang sedang menempuh perkuliahan di semester tujuh.)

Page 51: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1

Unimed untuk berperan dalam

pencitraan. Paran tim humas dituntut

untuk secara serempak membangun

konsensus dan pemahaman,

menciptakan kepercayaan dan

harmoni, pandai bicara dan

mempengaruhi opini publik,

mengantisipasi konflik dan

menyelesaian perselisisihan internal.

Salah satu konsep dasar dari praktik

humas adalah mengetahui siapa yang

menjadi pendengar atau pemirsa.

Bagi praktisi humas global, ini berarti

mengetahui khalayak merupakan

kewajiban sehingga akan

menyesuaikan harapan dan

tantangan. Untuk itu, dibutuhkan

keahlian khusus termasuk

kemampuan berkomunikasi aktif

secara santun, beretika, dan

bermoral baik, serta memiliki skill

kehumasan untuk menunjang tugas

dan fungsi yang diamanahkan

pimpinan kepada personil humas.

Bapak Tappil Rambe, S.Pd. M.Si.,

selaku kepala Humas Universitas

Negeri Medan terus berupaya

melakukan berbagai terobosan dan

gagasan bersama tim humas untuk

perubahan kearah lebih baik dalam

meningkatkan pencitraan Unimed

kepada publik. Bentuk rancangan

yang akan difokuskan adalah

memelihara dan menjalin baik

hubungan yang terus terjaga dengan

para jurnalis dan media masa lokal

dan nasional. Selain itu melakukan

berbagai kegiatan pelatihan dan

workshop yang menunjang

peningkatan kualitas SDM Humas.

Para petugas humas dengan

tanggung jawab internal yang tinggi

harus mampu bersinergi terus

dengan media massa dan

melayaninya lebih dari sekedar

sebagai kolega, namun harus sering

duduk bersama dalam membatu

Marina K. Simorangkir, S.Sos Lahir di Medan, 30 Maret 1979

Bertugas di Humas Unimed sejak 2003

HP. 081260740412

Syahruddin SiregarLahir di Medan, 05 Oktober 1961

abangda Ucok Humas sebagai petugas humas Unimed sejak 1998,

HP. 081362329143

Arfi Lubis, S.KomMedan, 05 Oktober 1979 Bertugas

di Humas Unimed sejak 2002 HP. 081361111534

Jihan SiskaBertugas di Humas Unimed

sejak 1 Juni 2013 HP. 081263609210Jihan Siska

Drs. H. Aspikar

:

50MAJALAH UNIMEDEDISI 7 JULI - SEPTEMBER 2013

HUMAS UNIMED

Page 52: Majalah Unimed Edisi 7 Juli - September 2013 R1