Majalah November 2012

40
Progresif Mengukir Perubahan Rp. 3000,- D iamma www.diamma.com LEMBAGA PERS MAHASISWA UPDM(B) NOVEMBER 2012 Y U Ilustrator : Kevin Erens Giri

description

Majalah November 2012

Transcript of Majalah November 2012

Page 1: Majalah November 2012

P r o g r e s i f M e n g u k i r P e r u b a h a n

R p . 3 0 0 0 , -

Diammawww . d i a mm a . c o m

LEMBAGA PERS MAHASISWA UPDM(B)N O V E M B E R 2 0 1 2

Y

UIl

ustrator : K

evin

Erens G

iri

Page 2: Majalah November 2012

KelUarga Besar LPM Diamma

Periode 2222222222222222011/2012

Diamma Online

Portal Berita Mahasiswa UPDM(B) Jakar ta d i a mm a . c om

EKONOMI UAS

Page 3: Majalah November 2012

3D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Setiap reporter Diamma diberikan tanda pengenal berupa kartu pers. Tidak dianjurkan untuk memberikan insentif dalam bentuk apapun ketika reporter Diamma bertugas.

D a r i R e d a k s iSalam Mahasiswa!!

Tersirat dalam pikiran kami untuk memulai dalam suasana pem-baruan. Ukur-mengukur, kami hanyalah segelintir serdadu biru yang masih butuh proses untuk menjadi lebih baik dalam mengembankan

tugas. Tak lupa juga, permintaan maaf kami atas keterlambatan majalah edisi November ini. Untuk menebusnya, kami mencoba untuk menyajikan sebuah kemasan informasi yang teranyar disekup kampus berlambang burung hantu. Tidak luput juga, ucapan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan, serta mahasiswa yang menjadi pembaca setia kami dalam memberi motivasi semangat atas terbitnya majalah ini. Di sepanjang bung-kusan majalah edisi ini, sekilas kami ingin mengangkat berbagai persoalan pelik yang menjadi momok tak kunjung usai. Disegi sarana dan prasarana, banyak mahasiswa yang marasa kecewa dengan sikap fakultas ataupun universitas yang merasa tidak bisa berbuat banyak terhadap perubahan signifikan di lingkungan kampus. Lebih parahnya, peredaran brosur dan pamplet promosi yang mengatakan, ada fasilitas menjanjikan dan terjamin hanyalah alih-alih pena-rik mahasiswa. Belum lagi sistem dan birokrasi berbelit, seperti menjadi ketidakpercayaan mahasiswa terhadap kampus. Untuk itu kami mengajak teman-teman pembaca agar jeli dan mengkritisi berbagai persoalan kam-pus. Ibarat seorang pelaut yang berlayar dilautan ganas, jangan pernah takut dengan apa yang akan dihadapi. Sekian dari redaksi.

Selamat Membaca,

-Redaksi Diamma-

Pjs. Pemimpin Umum : Evelina Stephanie Sekretaris Umum : Fariz Afif Sudrajat

Sekretaris Harian : Achmad Rafiq Humas : Yohanna Karlina

Biro Umum : Evelina Stephanie

DiammaProgresif Mengukir Perubahan

Pemimpin Redaksi : Tri Susanto Setiawan Redaktur Pelaksana Cetak : Bagus Prayogo

Redaktur Cetak : Dila Putri Koordinator Desain : Kevin Erens Giri

Layouter : La Ode Aslan Ghowe Ilustrator: Kevin Erens Giri & Fadhis Abby Putra

Redaktur Foto : Dwi Ayu Rochani Fotografer : Karina Adinda Rasti Dendeng

Redaktur Pelaksana Online : Frieska Maulidiyah, Redaktur Online : Erwin Tri Prasetyo, Novriadji, Gusti Deska Yunita, | Pemimpin Perusahaan : Novita Uli Utami Percetakan : Karlina Nur Hayati Pemasaran : Kharis Karim Iklan : Fadhis Abby Putra | Pemimpin

Pelatihan dan Pengembangan : Ovi Olivia Belida Pengembangan Jaringan : Ridholosa SDM : Rionaldo Herwendo Bank Data : Maria Ulfha, April Diani.

Reporter : Yohanna Karlina, Achmad Rafiq, Maria Ulfa, Karina Adinda Rasti, Karlina Nurhayati, Erwin Tri Prasetyo, Gusti Deska Yunita, Dila Putri, Kharis Karim, Dewi Savitri, Fitriana Hidemi, Al Bhasta Rayhanul Hanif , Mahesa Nur Syafe’I , Siti Farhany, Sri Rizqi Gustiarini,

Revita Clarina, Nadia Andriyani, Tyo Raja Sulaiman.

Alamat Redaksi: Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Pusgiwa 04, Jln. Hanglekir I/8 Kebayoran Lama Jakarta Pusat. Web: diamma.com Email: [email protected] Twitter: @diammamoestopo

Page 4: Majalah November 2012

4• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Surat Pembaca

Surat Pembaca

Untuk halamannya lebih diperbanyak dengan menambahkan informasi yang lebih menarik serta pengembangan informasi yang sebelumnya. Lebih full colour di setiap halamannya, dengan begitu lebih membuat tertarik untuk siapa saja yang membacanya. Selain itu ditambahkan liputan kegiatan diluar kampus, seperti event-event di luar kampus.

Alim FE ‘10

Saran gue untuk produk cetak LPM Diamma, sudah lumayan baik tapi mungkin masih banyak kekurangan seperti desain agar lebih menarik dan berwarna. Pemberitaan yang dimana untuk mengkritisi suatu isu dan harus semua fakultas. Tidak hanya info untuk internal kampus saja tetapi juga eksternal kampus dan berita-berita lain seperti olahraga, life style, politik, dll.

Nugroho Tri Kusumo Fikom ’09

Semoga dalam lembaran kertas ini LPM Diamma dapat lebih meningkatkan kinerjanya di Majalah dan Newsletter, serta dapat mewakili suara-suara mahasiswa yang secara langsung diolah menjadi berita terkini di lingkungan kampus UPDM(B) serta dapt menjadi wadah berita yang up to date di kampus kita.

Sahat Asido Taruli FISIP‘ ‚11

Kurang bervariatif sehingga membuat pembaca merasa bosan. Newsletter-nya kurang promosi jadi buat mendapatkannya agak susah. Tapi informasi tentang kampusnya udah update lebih ditingkatkan lagi buat ngeritik kampus.

Putri Febriyaniz Fikom ’11

Michael L.P FE ’10

Untuk Newsletter baik sekali membahas tentang keadaan dalam kampus. Serta jika ada permasalahan dalam fakultas lebih bagus diungkapkan agar jika ada permasalahan bisa diutarakan secara bersama. Oleh sebab itu, pertahankan update Newsletter tersebut dan jika ada event-event bagus di luar kampus bisa di update.

Hamidah Firdayani Fikom ‘11Informasi yang didapatkan dari produk cetak LPM Diamma lumayan memberikan informasi-informasi yang aktual tentang permasalahan-permasalahan tentang informasi kampus, sehingga mahasiswa bisa mengetahui hal-hal yang tidak diketahui sebelumnya. Informasinya pun menarik untuk di baca oleh mahasiswa

Page 5: Majalah November 2012

5D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Daftar isiDaftar isi

Asiknya Permainan Tradisional Di Antara Serbuan Modern

35 SENI BUDAYA3D Animasi Bangktikan Semangat Berkarya Generasi Muda

36 SAINS

Dari Redaksi03 Surat Pembaca04Daftar Isi05 Editorial06

07 Pendapat Mahasiswa

Siapkah UPDM(B) Menghadapi Jurnal Ilmiah

Kilau Prestasi Tak segemilang Fasilitasnya

10-11 FAKTUAL

12-13 FAKTUAL

Sulitnya Informasi Beasiswa14-15 FAKTUAL

Prestasi Di Bayang-bayang Sistem16-17

Antara Otoritas & Fasilitas18 FAKTUAL

19-20 GRESS 24-25 Bingkai Peristiwa

Horta Sang Serbuk Kayu

34 KARYA SENI

30-31 WAWANCARADemokrasi Dulu Dan Kini

08-09 Sekilas- Lagi, Fikom UPDM(B) Masuk Lima Besar- Menilik MoU UPDM(B) dan BNN- FISIP-HI UPDM(B) Rambah Kancah Internasional Alih-alih Ikut Program S3,

Beberapa Dosen Terancam DO

Kampus Hijau Hanya Harapan

21-22 GRESSJakarta, Kota Yang Terancam Mati

26-27 EVENT- Pelatihan Jurnalstik 2012 - LPM GS UNSRI Kunjungi LPM Diamma- The Jakarta Post Here We Come- Menimba Ilmu Di Majalah GATRA

32-33 GORESAN MAHASISWA

37 KOMUNITASEdan Sepur, Si Pecinta Kereta Api

Page 6: Majalah November 2012

6• J U N I 2 0 1 2 • D i a m m a

EDITORIAl

Tri Susanto Setiawan

K etika kaki berpijak, dengan menatap pandangan ke depan. Tersipuh ke sebuah bangunan berukir huruf “Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)” yang berdiri tegak diantara himpitan gedung pencakar langit Ibu Kota Indonesia. Menginjak usia lebih setengah abad, kampus yang terkenal dengan kata “Beragama” dan dijuluki sebagai kampus merah putih ini tetap berkibar diusia yang semakin berpengalaman. Tapi entah mengapa, disaat usia yang semakin penuh pengalaman ini, kampus tidak menunjukkan sebuah perubahan yang revolusi, terlihat hanya perubahan evolusi yang berkutat itu-itu saja, lalu

Berbenah Ala Burung Hantukemana arah konstruksi kampus merah putih ini berpijak. Berbagai coretan masalah mencuat. Menilik sikap tiga serangkai jajaran di universitas seperti yayasan, universitas, dan fakultas, mereka seolah hanya melakukan perubahan kecil yang impact-nya jauh dari harapan mahasiswa terhadap kampus idaman. Padahal kalau diukur untuk masalah prestasi? Tidak sedikit mahasiswa UPDM(B) yang berkibar dikancah Nasional bahkan Internasional. Bukti itu telah mencerminkan bahwa mahasiswa UPDM(B) bukan didikkan yang sembarangan. Tapi sebenarnya, mahasiswa tidak meminta harapan muluk-muluk terhadap pihak kampus. Mahasiswa hanya butuh sebuah dukungan, semisal fasilitas penunjang berbagai kebutuhan seperti sarana dan prasarana, buku-buku referensi terbaru dalam menunjang penelitian. Tapi sayangnya, pihak “tiga serangkai” malah berdalih bahwa sempitnya lahan menjadi faktor utama tidak terlaksananya itu semua. Miris memang. Lain lagi dengan apa yang diperbuat universitas. Dengan maksud

meningkatkan mutu akademik lewat program Strata 3 bekerjasama

dengan Universitas Padjajaran, sepuluh dosen dari empat belas

dosen terpilih terancam Drop Out (DO) karena belum

menyelesaikan studinya. Ironis memang dan tak sebanding

dengan anggaran yang dikeluarkan sebesar Rp. 1.8 Miliyar yang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh para dosen, padahal mereka adalah panutan mahasiswa. Tidak hanya itu, adanya icip-icip aroma pembangunan di kampus

II Bintaro dan kampus III Swadharma seperti hanya

harapan angin segar kepada mahasiswa. Memang bagus

dengan apa yang akan telah diperbuat pihak kampus, tapi disamping itu perlu adanya sebuah informasi dan ketepatan akurat. Kalau di lihat keseluruhan, kampus I Hang Lekir lah yang mempunyai mobilitas paling tinggi diantara dua kampus lainnya. Tak puas memang bagi mahasiswa terhadap berbagai kebutuhan yang terus menuntut akan adanya suatu perubahan yang benar-benar nyata. Padahal kalau dilihat dari iklim yang terjadi dikampus amatlah sangat belantara. Contohnya, keliaran yang terjadi diberbagai keorganisasian kampus, apakah itu ketidakmampuan pihak bersangkutan (yayasan dan universitas) dalam membenah strukturalisasi kelembagaan, ataukah adanya binatang buas yang membuat pihak-pihak berwenang merasa ketakutan tersendiri. Lagi-lagi tak bisa dipungkiri, tidak adanya pemerintahan eksekutif mahasiswa setingkat universitas dilingkungan kampus merah putih, bisa menjadi sebuah bubuk aroma kepentingan aktor-aktor kampus. Ke depan, sudah saatnya yayasan dan universitas berupaya untuk melakukan perubahan secara menyeluruh diberbagai sektor lingkungan kampus. Tidak hanya serta merta duduk-duduk manis dan nyaman diruang yang sejuk, tapi mereka harus bisa memeras keringat dan otak demi kemajuan kampus berlambang burung hantu ini, jangan sampai, kampus yang telah menjadi rumah kedua bagi lulusan-lulusannya hanya tinggal kenangan saja. Mahasiswa tidak butuh janji ataupun angan-angan, tapi butuh kejelasan yang menjamin sebagai lulusan berkualitas dan bersaing.

Salam Mahasiswa !!!

Page 7: Majalah November 2012

7D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

David Setiabudi

Pendapat Mahasiswa

Nama : Riscky Abdi SetiawanFakultas/angkatan : Fikom 2010NIM : 2010-41-457

Melihat pembangunan yang sudah dilakukan universitas seperti sarana dan prasarana, akademik dalam hal akreditasi, dan sebagainya. Bagaimana pendapat anda, apakah sudah efektif atau belum ?

Universitas telah dengan baik melakukan pengembangan sarana dan prasarana di bidang akademik. Dan nampaknya pengembangan ini sudah efektif dan membantu mahasiswa dalam mahasiswa dalam kegiatan mengajar dan belajar dalam kelas. Namun memang masih ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan perbaiki.

Apa saran anda bagi universitas dalam pembangunan tersebut? Hal-hal yang perlu diperhatikan?

Nama : Chairian FauziFakultas/angkatan : FISIP - HI 2009NIM : 2009-22-033

Dalam pembangunan di kalangan UPDM(B) sudah efektif di lihat dari segi luas area

kampus, yang dimana luas kampus yang minim dapat ditata pembangunan yang efesien.

Saran saya, adanya program rutin dalam perawatan dan pengecekan dalam sarana kampus UPDM(B)

Nama : Ryan Adhitya Noegroho Fakultas/angkatan : FE 2009NIM : 2009-31-065

Pendapat saya, dari segi saran dan prasarana akademik sudah efektif tetapi masih banyak kekurangan yang harus diperbaikinya seperti ruang kelas yang masih agak kurang baik, karena masih

kotor dan bangku-bangkunya masih berantakan disaat selesai perkuliahan, toilet yagn masih suka kotor dan airnya

suka tidak nyala, parkiran yang sempit juga menggangu.

Agar lebih ditingkatkan lagi saran dan prasarannya agak menjadi universitas

yang terbaik dan diperluasnya lahan parkiran.

Nama : Lydia SondangFakultas/angkatan :FISIP - HI 2012NIM :2012-22-157

Belum efektif dalam sarana dan prasarananya dan masih banyak kekurangan. Contohnya tidak ada taman sebagai tempat beristirahat mahasiswa atau mahasiswi untuk menikmati udara segar untuk kepenatan belajar. Toilet yang tergolong kecil dan sedikit untuk mahasiswa yang begitu banyak. Ruang kelas yang tidak kondusif karena Air Conditioner (AC) yang suka mati, tidak ada hordeng atau kaca film pada jendela-jendela kelas tertentu untuk menghindari panasnya sinar matahari. Dalam hal akademik, masih banyak dosen

Sarannya, pihak universitas tidak memotong anggaran-ang-garan yang sudah ditentukan untuk pembangunan sarana dan prasarana untuk kepentingan pribadi dan penambahan dosen yang berkompeten.

Nama : Putri Ayu JayantiFakultas/angkatan : FISIP - AN 2011NIM : 2011-21-051

Menurut saya belum efektif, hal yang paling umum yang sering kita lihat yaitu sarana dan prasarana. Masih banyak sarana dan prasarana yang tidak layak atau belum berfungsi sebagaimana mestinya, seperti sistem perpustakaan yang kurang jelas dan buku-buku yang kurang lengkap, serta sinyal Wifi yang kurang luas jangkauannya.

Saran saya bagi universitas dalam pembangunan terus ditingkatkan, dalam pembangunanya juga harus diperhatikan untuk jangka waktu yang panjang. Jadi kedepannya tidak ada banyak perubahan lagi, melainkan menjaga kualitas dari pembangunan itu sendiri. Selain itu dalam kurikulum juga harus diperbaiki lagi demi meningkatkan kualitas alumni UPDM(B). Dosen-dosen juga harus lebih kreatif lagi dalam menghidupkan suasana kuliah.

1. Wi-Fi kampus yang kurang cepat. 2. Meja belajar mahasiswa banyak yang rusak dan perlu diperbaiki dan bahkan diganti.3. Perpustakaan yang masih perlu dirapihkan yang katanya mau disentralisasi tapi kenyataannya belum seperti yang diharapkan.4. Dosen yang mengajar masih menggunakan sistem dikte atau OHP (over head projector) yang kurang jelas.

Page 8: Majalah November 2012

8• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Sekilas

Pemberian predikat Best 5 ini diberikan oleh majalah MIX, yaitu sebuah majalah yang

berfokus pada bidang Marketing and Communications edisi Juni 2012. Majalah tersebut memberitakan risetnya, bahwa Fikom UPDM(B) menduduki peringkat ke-5 dalam kategori Indonesia Best Graduate School Of Communication 2012 di tingkat perguruan tinggi swasta. Setelah peringkat pertama diraih oleh London School Of Public Relations (Jakarta), serta dilanjutkan Universitas Bina Nusantara (Jakarta), Universitas Trisakti (Jakarta), Universitas Tarumanegara( Jakarta). Yoga Prasetya Wakil Dekan III Fikom mengatakan, dengan adanya prestasi ini, segenap sivitas akademika harus semakin bangga dan harus semakin memelihara prestasi yang sudah di raih. Tanggapan serupa juga dikatakan

oleh Dekan Fikom, Hanafi Murtani, beliau bertutur, sebagai kampus dengan Fakultas Ilmu Komunikasi tertua di Jakarta, kita harus bangga mendapat gelar tersebut. Memang tidak bisa membanggakan gedung dan fasilitas, tetapi kita harus bangga akan ilmu dan prestasi yang kita punya. Prestasi yang diraih oleh Fikom ini didapat berdasarkan hasil riset dan penilitian yang dilakukan oleh pihak majalah MIX melalui beberapa kriteria seperti reputasi kampus, kualitas lulusan, kesesuaian biaya dengan nilai dan manfaat yang didapatkan, kesetaraan dengan perguruan tinggi di luar negeri, lokasi kampus, fasilitas pendidikan, kontribusi sosisal bagi lingkungan sekitar (Corporate Social Responsibility), prestasi yang sudah diraih, dan rekomendasi. Selain itu metodologi yang digunakan dengan Sampling. Devi Mandasari Mahasiswa

Fikom 2009 mengaku cukup bangga dengan Fikom. Ia berharap setelah meraih predikat Best 5, pihak terkait harus lebih memperhatikan lagi sarana dan prasarana kampus serta kurikulumnya. “Siapa tahu tahun depan bisa menjadi BEST 1,” ucapnya.

Lagi, Fikom UPDM (B) Masuk 5 Besar

Menilik MoU UPDM(B) dan BNNKerjasama antara Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam upaya pencegahan efek narkoba dilingkungan kampus.

Untuk bentuk kerjasamanya, Andriansyah, selaku Wakil Rektor III mengatakan,

kerjasamanya berupa sosialisasi terhadap mahasiswa baru dan mahasiswa lama terkait dengan bahaya narkoba. Selain itu, pihak BNN diberikan ruang untuk bisa memasang poster, dan melakukan kegiatan-kegiatan penyuluhan, salah satunya dengan penyuluhan yang telah dilakukan pada saat masa orientasi di seluruh fakultas yang dilakukan bulan September. Tanggapan positif pun masuk dari Fransiska Adiana Citra

Saputro yang akrab disapa Dai selaku ketua Senat Fakultas Ilmu Komunikasi. “Kerjasama dengan pihak BNN tidak masalah, selama tujuan itu baik dan hal itu juga salah satu upaya agar orang-orang tahu kampus kita seperti apa.” Hal senada juga diutarakan Putri Diah Palupi ketua Senat Fakultas Ekonomi. "Bagus kok, selama tujuan kerjasama itu baik untuk kita semua.” Andriansyah juga menambahkan dalam kerja sama denga BNN ada keuntungan yang didapat pihak kampus dari kerjasama ini. Dirinya megakui banyak sekali keuntungan, salah satunya mahasiswa

dengan member pemahaman terhadap bahaya narkoba itu. Jadi, mahasiswa yang tadinya tidak tahu akan menjadi tahu. “Minimal dia (mahasiswa -Red) yang mau mencoba, setelah diingatkan tidak jadi,” ucap Andriansyah yang juga Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Bentuk lain dari sosialiasi kerjasama ini yang sempat dilakukan pihak kampus dengan memasang spanduk bertuliskan “Kampus Merah Putih Bebas Narkoba.” Hal tersebut ditanggapi kembali oleh Putri, menurutnya, maksud spanduk dari bebas itu tergantung maknanya karena

Yohanna Karlina

Fotografer: Yohanna Karlina

D

Page 9: Majalah November 2012

9D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Mahasisa bisa langsung ke Wakil Dekan III bidang mahasiswa masing-masing fakultas. Karena rektorat telah menyampaikan ke mereka dan prosedurnya memang sudah seperti itu. Bahkan, kami (rektorat-Red) telah menyampaikan MoU-nya ke masing-masing fakultas dan silahkan saja apabila ada mahasiswa yang ingin melihat.

David Setiabudi

Achmad Rafiq

bebas narkoba dikampus bisa saja dalam peredaran atau penggunaan diluar tetap menggunakannya. Dai juga menambahkan, untuk spanduk itu sebenarya tidak menjamin. Semua itu balik lagi ke pribadi mahasiswa. Menurut sepengetahuannya, penggunaan narkoba itu tidak hanya di Moestopo, tetapi di kampus-kampus lain juga ada.Sampai saat ini sosialisasi mengenai kejelasan lebih lanjut kerjasama UPDM(B) dengan BNN masih kurang. “Kita tidak tahu seperti apa bentuk kerjasamanya, karena belum ada sosialisasi yang lebih jelas lagi dari pihak universitas atau fakultas kepada lembaga-lembaga mahasiswa,” tutur Putri saat Diamma temui di Perpustakaan. Sedikit berbeda dengan Putri, Dai juga mengungkapkan untuk sosialisasi secara garis besar sudah dilakukanan dengan pemasangan spanduk itu. Tetapi yang belum jelas secara rinci itu pihak universitas

tidak mensosialisasikan secara langsung dengan memperlihatkan isi Memorandum of Understanding (MoU) tersebut serta kejelasan keberadaan BNN di sini seperti apa. Menanggapi hal itu, Andriansyah menjelaskan, bahwa untuk sosialisasi mengenai hal ini, pihak Senat dan Badan Perwakilan Mahasiswa atau Wadah Kegiatan

FISIP-HI UPDM (B) Rambah Kancah Internasional

Novita Rakhmawati, Kepala Program Studi Jurusan Hubungan Internasional

mengemukakan bahwa kerjasama dilakukan dengan tujuan meningkatkan mutu dari FISIP, serta memperluas wawasan global dan membuktikan kualitas akreditasi serta image kampus Moestopo sendiri. Bentuk kerjasamanya dengan mendatangkan para pembicara dari luar negeri untuk mengadakan kuliah umum di kampus UPDM(B). Prestasi lain yang sudah diraih FISIP HI yaitu berkerjasama dengan kedutaan asing seperti, Cina, Palestina, Rusia, dan Mexico. Kedubes

Amerika Serikat yang paling sering memberikan kesempatan kunjungan kepada mahasiswa dengan tujuan memperkenalkan kebudayaannya, serta berbincang tentang pertukaran pelajar ke AS . Tidak hanya bentuk kerjasama, studi banding juga dilaksanakan pada tahun 2011 dengan memilih Singapura dan Malaysia sebagai destinasi untuk studi banding diantaranya dengan University of Malaysia dan Raja Ratnam International Studies. Pada MEI 2012, FISIP juga melakukan program studi banding diadakan ke Negeri Gingseng (Korea), yaitu University of Seoul yang merupakan universitas dibawah pemerintah Korea Selatan, Kyunghi dan DanHyi University, dan kebetulan kampus sudah punya MOU untuk bekerjasama dengan Dankook Universitas di Korea Selatan. “Kerjasama yang sudah dilakukan oleh Fakultas FISIP di mulai dengan kerjasama ke beberapa Negara. Sejak dulu sih sebenarnya

dengan kedutaan besar asing. Sejak tahun 2009-2010, karena terkait dengan akreditasi bahwa di dalamnya itu diperlukan kerjasama baik dalam maupun di luar negeri, namun usaha untuk membuka kerjasama dengan asing itu memang lebih intensef,” ujar Novita Rahmawati, M A, selaku Kaprodi FISIP. Lovi mahasiswa FISIP 2011 yang megikuti studi banding ke Korea Selatan mengatakan, studi banding itu perlu, karena mahasiswa UPDM(B) bisa mengetahui bagaimana mahasiswa tersebut saat belajar dan juga berorganisasi. Novita menambahkan, tujuan diadakannya studi banding ini agar mahasiswa mempunyai wacana yang sama. Banyak sekali manfaat yang telah di dapat melalui serangkaian kerjasama yang dilakukan oleh FISIP, tujuannya adalah keinginan unuk meningkatkan kwalitas mahasiswa dan menciptakan kualitas pendidikan yang bekompeten FISIP HI.

Yohanna Karlina & Dewi Safitri

Tujuan kerjasama Internasional untuk tingkatkan mutu dan kualitas FISIP Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Fotografer: Tyo Raja S

ulaiman

D

D

Page 10: Majalah November 2012

10 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Faktual Faktual

Sarana dan prasarana faktor penting untuk menunjang prestasi mahasiswa. Disaat fasilitas tersebut tidak terpenuhi, masihkah prestasi terus meningkat?

Kilau Prestasi Tak Segemilang Fasilitasnya

Ilustrasi: Fadhis Abby P

utra & M

aria Ulfha

Page 11: Majalah November 2012

11D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

“Kami sudah berusaha mendorong mahasiswa untuk mengikuti penelitian, namun mahasiswa tidak ada respon padahal kami sudah pernah mensosialisasikannya,” tuturnya. Terlepas dari sarana dan prasarana yang masih perlu ditingkatkan, pihak universitas tetap berusaha untuk memberikan dukungan kepada mahasiswa yang berprestasi, hal tersebut diakui oleh Ngadiono, Kepala Biro III bidang kemahasiswaan, “Bentuk dukungan dari kampus berupa hasil rekomendasi, kita selalu memberikan surat rekomendasi yang menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan mahasiswa tersebut diakui oleh pihak kampus.” Melihat kekurangan yang ada selama ini, perbaikan dan peningkatan juga terus dilakukan oleh pihak kampus. Seperti misalnya dari pihak yayasan memiliki rencana untuk segera membangun ruang perkuliahan yang baru, ruang seminar dan ruang dosen, direncanakan pembangunan tersebut dibangun sebanyak enam lantai, tujuannya selain untuk meningkatkan akreditasi juga untuk membantu mahasiswa dalam proses belajar. Namun pembangunan yang masih dalam tahap perencanaan itu pasti mengalami berbagai kendala yang dihadapi. “Ya, kendalanya dari dana yang kurang dan area yang kurang luas,” ujar Ignatius Kusnanto selaku Ketua Pengurus Yayasan UPDM (B). Terlepas dari segala kekurangan yang ada seharusnya sebagai mahasiswa bisa tetap berprestasi tanpa harus mengandalkan fasilitas yang disediakan, karena keberhasilan dari seorang mahasiswa terletak pada kualitas dan kerja keras mahasiswa sendiri untuk terus meningkatkan kualitas dirinya dan menjadi kebanggaan bagi diri sendiri dan orang lain. Kekurangan yang ada di kampus bukan hanya untuk dikeluhkan saja, tetapi harus dijadikan tantangan untuk tetap maju kedepan dan tidak henti mengukir prestasi di luar atau lingkup kampus dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Begitu pula dengan pihak kampus, seharusnya ada dukungan yang nyata kepada para mahasiswa terutama yang ingin berprestasi dan membawa nama baik universitas di luar lingkungan kampus. Maria Ulfha

Faktual Faktual

suatu instansi pendidikan dapat dinilai maju dan berkompeten apabila didukung oleh beberapa faktor selain dilihat dari mahasiswa yang berkualitas. Ditinjau pula dari sisi sarana dan prasarana yang tersedia dan dibangun guna memfasilitasi mahasiswa dalam proses belajar bahkan berprestasi khususnya dalam bidang akademik. Banyak dari mahasiswa Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang meraih gelar juara di berbagai perlombaan misalnya lomba penyiar radio, lomba presenter, dan berbagai lomba penelitian yang dilakukan hampir disetiap mahasiswa di fakultasnya. Namun prestasi yang telah dicapai dirasa kurang lengkap karena masih banyak hal-hal yang perlu ditambah dan diperbaiki dari segi sarana dan prasarana yang disediakan pihak kampus. Sebenarnya pihak kampus sudah menyediakan beberapa fasilitas untuk kebutuhan para mahasiswa, tapi itu masih kurang terutama dari segi penggunaannya yang belum maksimal untuk para mahasiswa. Pihak Management Building yang berperan dalam perawatan pada setiap sarana dan prasarana yang ada di kampus mengaku tidak tahu menahu mengenai penggunaan fasilitas kampus yang

kurang memadai. “Kami hanya sekedar bagian pelaksanaan dan perawatannya saja, masalah penggunaannya itu sudah menjadi tanggung jawab dari pihak masing-masing fakultas,” ucap Eko bagian staff Management Building. Berbagai lomba yang diikuti oleh mahasiswa UPDM(B), khususnya lomba penelitian, memerlukan banyak dukungan dari kampus misalnya dari segi sarana dan prasarana, terutama yang mengacu pada buku-buku yang dibutuhkan mahasiswa sebagai referensi atas penelitian yang mereka lakukan. Meskipun perpustakaan di kampus UPDM(B) yang berada di kawasan Hang Lekir sudah sentralisasi, namun masih dianggap kurang memadai oleh sebagian mahasiswa. “Perpustakaan tidak ada sinyal, sudah beberapa kali kita tanya ditunda terus, sering juga buku yang kita mau tidak ada, seperti buku-buku jurnalistik, bahkan ada buku tertentu yang masih tidak bisa dipinjam,” keluh Ratih Prasasti mahasiswi Fikom 2010. Tidak hanya itu, kekurangan juga terlihat dengan tidak adanya jurnal penelitian yang dimuat oleh pihak universitas maupun fakultas untuk menampilkan hasil penelitian para mahasiswa. “Sayangnya kampus kita belum punya jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil penelitian, entah memang kekurangan penulis atau karena kurangnya minat mahasiswa untuk meneliti,” kata Hedia Ayuningrum mahasiswi FISIP 2010. Menjawab pertanyaan dari Hedia, Rakiman, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FISIP menyatakan, bahwa keinginan dari mahasiswa untuk melakukan penelitian masih sangat kurang. Rakiman juga beranggapan untuk menunjang suatu penelitian sarana dan prasarana yang

tersedia di kampus masih belum memadai.

“Memang dari segi sarana dan prasarana kampus

Moestopo ini memang sangat kurang, diakibatkan juga mungkin karena kurangnya lahan,” tukas Rakiman. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Basrie Ahmad, Kepala Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat FE. D

Forografer : Maria U

lfa

Page 12: Majalah November 2012

12 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Faktual Faktual

Program beasiswa Strata 3 atau S3 Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) bekerja sama dengan Universitas Padjajaran Bandung sudah memasuki tahun ke-empat. Program yang lahir tahun 2008 ini dicetuskan oleh Suherman Zaenudin Rektor saat itu, Sunarto Dekan dan Melintang Pangaribuan yang saat itu juga menjabat sebagai Wakil Dekan II Fikom. Berawal dari keinginan untuk meningkatkan SDM (Sumber Daya Manusia) para tenaga pengajar dan

rencana untuk mendirikan program pendidikan S3 di UPDM(B) inilah yang mendasari program ini dicetuskan. Berbicara mengenai proses perekrutan, Diamma mencoba menemui salah satu penggerak program ini, Melintang Pangaribuan, menurutnya dalam proses perekrutan berjalan sesuai aturan yang berlaku pada tiap-tiap universitas yang membuka program pendidikan S3. Selain itu informasi adanya program ini menurutnya sudah menyeluruh dan siapa saja dosen yang

mempunyai kompetensi dan sanggup untuk mengikuti seleksi yang diadakan oleh pihak Universitas Padjajaran selama seminggu. Saat ditanya alasan mengapa memilih Universitas Padjajaran, menurut informasi yang kami dapatkan karena UPDM(B) memiliki hubungan baik dengan Universitas Padjajaran, apalagi melihat sejarah panjang terdahulu. Dengan persiapan selama setahun program ini akhirnya dapat dijalankan. Selain persyaratan secara administrasi, salah satu syarat yang penting yaitu minimal telah mengabdi sebagai dosen tetap UPDM(B) selama 15 tahun. Kebijakan ini dimaksudkan agar dosen yang telah mengabdikan diri lama terhadap universitas bisa lebih dulu memperoleh gelar Profesor. “Awalnya salah satu saratnya adalah minimal sudah 15 tahun mengajar, lalu diturunkan menjadi delapan sampai diturunkan kembali dua tahun. Tapi tetap saja peminatnya tidak banyak, dari sekian banyak dosen di kampus ini, hanya tiga puluh dosen yang mendaftar dan akhirnya setelah di test hanya 15 dosen yang berhak untuk mendapatkan program beasiswa ini,” ucap Melintang yang juga dosen pengajar mata kuliah sosiologi komunikasi ini. Lanjutnya, “Mungkin malu kali kalau tak lulus,” tambahnya dengan logat khas batak. Kelima belas dosen yang menerima beasiswa tersebut adalah

Alih-alih Ikut Program S3, Beberapa Dosen Terancam DOProgram beasiswa hasil kerjasama Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dengan Universitas Padjajaran akan berakhir pada desember 2012. Hingga saat ini, banyak dosen belum menyelesaikan program S3-nya dan terancam di Drop Out.

Kuliah Perdana Program Doktor Bidang Ilmu Komunikasi Dosen Fikom UPDM(B) Kerjasama dengan Universitas Padjajaran.

Fotografer: Karlina N.H

Page 13: Majalah November 2012

13D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

jika mereka (peserta beasiswa-Red) yang tidak mampu menyelesaikan program beasiswa S3 tepat waktu dan terkena drop out, maka mereka wajib mengembalikan biaya program ini sebesar Rp. 125.000.000,-. Panggih adalah salah satu dari tujuh peserta yang hingga saat ini belum juga menyelesaikan masa studinya. Beliau berdalih bahwa masih ada yang harus direvisi dari desertasinya. Saat disinggung mengenai waktu yang semakin mencekik dosen berumur 65 tahun ini, dirinya optimis bisa menyelesaikan masa pendidikannya sebelum berakhirnya waktu yang ditentukan. Namun menurut beliau jika memang nanti pada akhirnya waktunya habis, beliau siap menerima konsekuensinya termasuk mengembalikan dana selama dirinya menjalankan program beasiswa S3 ini. Saat Diamma mencoba mengorek keterangan yang lebih lanjut mengenai masalah ini ke Rektor, Sunarto, yang saat itu menjabat sebagai Dekan Fikom, Rektor menolak memberikan keterangan melalui asistennya. Padahal selain masalah banyaknya peserta yang terancam di Drop Out, Diamma ingin mengkonfirmasi secara rinci mengenai sistematis pembayaran biaya program ini untuk para peserta yang menggunakan biaya pribadi, karena menurut pengakuan Novita Damayanti, selama dirinya melakukan pembayaran untuk program tersebut, belum pernah sekalipun mendapatkan laporan rinci biaya yang dia harus penuhi itu untuk apa saja, bahkan pembayaran bukan langsung ke rekening Universitas Padjajaran namun melalui rekening UPDM(B). Novita menyesalkan ketidak transparan ini. Menurutnya, pihak universitas harus bisa menjelaskan kemana dan untuk apa saja aliran dana yang digunakan. Namun lagi-lagi informasi sulit didapatkan dan terkesan tertutup oleh pihak rektorat. Permasalahan Drop Out, jika memang pil pahit itu benar benar harus diterima oleh para peserta, akankah biaya penggantian akan dibayarkan sesuai perjanjian? Dan apakah ini sebagai bukti kegagalan UPDM(B) untuk mencetak 15 doktor dibidang ilmu komunikasi?

Faktual

Mediana Handayani, Hendry Prasetya, Yoga Santoso, Alm. Salampessy, Panggih Sundoro, Melintang Pangaribuan, Aminsar, Bambang Winarso, Sofyan, Maryono, Hanafi Murtani, Novita Damayanti dan Sally Astuti yang menggunakan biaya pribadi. Padahal sesuai dengan masa studi program beasiswa ini, hanya menanggung biaya pendidikan selama enam semester selebihnya harus menanggung biaya masing-masing. Dilihat dari nama-nama dosen penerima beasiswa tersebut, beberapa dari mereka merupakan tenaga pengajar yang sudah mendekati usia pensiun, itu artinya masa mereka untuk dapat mengabdikan diri menjadi terbatas kecuali adanya keputusan dari pihak yayasan. Akibatnya, hal ini memicu desas-desus adanya ketidak terbukaan mengenai proses perekrutan, dimana banyak dosen muda berkompeten yang masa baktinya masih lebih panjang namun belum dapat kesempatan. Hanafi Murtani, Dekan Fikom saat ini beranggapan. “Memang waktu itu diutamakan para dosen yang sudah puluhan tahun mengajar untuk mengikuti test program ini karena mereka termasuk saya sudah mengabdi di universitas dari mulai Moestopo belum dikenal publik luas, dan bukan berarti itu pasti diterima, tetap saja semua tergantung hasil test dari Universitas Padjajaran,” ucapnya. Saat ini masalah serius siap dihadapi oleh para peserta, bagaimana tidak, hingga saat ini dari 14 orang penerima program

beasiswa, baru empat peserta yang mampu menyelesaikan program beasiswa S3 dengan tepat waktu, bahkan menyambar gelar cum laude seperti Novita Damayanti dan Melintang Pangaribuan. Selebihnya, dari beberapa dosen yang ikut serta terancam Drop Out (DO). Sungguh ironis dimana program beasiswa S3 yang memakan biaya cukup besar mencapai Rp. 1,8 milyar. Kesempatan yang pastinya diimpikan oleh banyak tenaga pengajar lainnya seperti tak dimanfaatkan sebaik mungkin oleh beberapa peserta. Menurut peraturan jenjang S3, para peserta harus menyelesaikan masa studi dalam jangka waktu empat tahun atau delapan semester, yang berarti akan berakhir dibulan Desember akhir tahun 2012 ini. Lintang Pasaribu kembali menekankan bahwa

“Hanya 30 dosen yang mendaftar dan akhirnya setelah di test hanya 15 dosen yang berhak untuk mendapatkan program beasiswa”

D

Karlina N.H & Karina A.R.D

Fotografer: Karlina N.H

Banner Ucapan Selamat

Page 14: Majalah November 2012

14 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Faktual Faktual

Sulitnya informasi mengenai program beasiswa banyak disesalkan mahasiswa. Ironisnya, universitas hanya mengandalkan kucuran dana dari DIKTI.

Sulitnya Informasi

Beasiswa

Ilustrasi : Fadhis Abby P

Page 15: Majalah November 2012

15D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Faktual

Beasiswa dasarnya dilakukan untuk memberi apresiasi kepada mahasiswa yang telah

berprestasi dalam bidang akademik, adapun untuk mereka yang tidak mampu. Beasiswa biasanya paling diincar oleh mahasiswa yang tidak mampu untuk mebiayai pendidikan. Hal itu yang membuat sebagian mahasiswa belajar dengan giat demi mendapatkan beasiswa. Namun, masih banyak mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi belum bisa merasakan program beasiswa di Kampus Merah Putih. Para mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi kini kurang mengetahui keberadaan beasiswa di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Bahkan kebanyakan dari mahasiswa tidak mengetahui adanya beasiswa di kampus. Sebenarnya syarat – syarat untuk mendapatkan beasiswa di kampus ini cukup mudah. “Syarat untuk mendapatkan beasiswa yaitu Indeks Prestasi diatas 3.0 dan surat pernyataan miskin atau tidak mampu dari kelurahan,” ucap Prasetyo Yoga Santoso Wakil Dekan III bidang kemahasiswaan Fakultas Ilmu Komunikasi, berdasarkan ketentuan dari DIKTI (Direktorat Jendral Perguruan Tinggi). Tidak hanya itu, masih ada beberapa proses setelah itu, seperti proses untuk mendapatkan beasiswa dari tingkatan fakultas ke universitas, lalu untuk disalurkan kembali kepihak DIKTI. Meski begitu, dalam beasiswa ini kampus tidak mencantumkan lagi kuota bagi mahasiswa yang mau mendaftarkan diri. Menurut Yoga, beasiswa itu tidak ada batasnya, karena dari pihak DIKTI yang akan menyeleksi mana yang berhak untuk mendapatkan beasiswa. Banyak mahasiswa yang mendaftar untuk mendapatkan beasiswa ini tetapi dari DIKTI yang menentukan. Kendati demikian, masih ada berapa mahasiswa yang pantas mendapatkan beasiswa tersebut. Pada tahun ini, beasiswa yang akan diberikan kepada mahasiswa meggunakan sistem baru. “Dalam sistem tahun kemarin, dana beasiswa yang turun dari DIKTI oleh pihak universitas langsung diberikan kepada mahasiswa yang bersangkutan. Tetapi tahun ini saya akan mengajukan ke universitas bahwa dana langsung

bentuk brosur dan sejenisnya di mading pengumuman untuk syarat mendapatkan beasiswa itu seperti apa saja. Namun pihak fakultas menyanggah hal tersebut, Yoga menjelaskan bahwa pihak fakultas juga sudah berusaha mensosialisasikan tentang program beasiswa ini melalui kelembagaan kampus yang ada. Di samping itu, banyak dari kalangan mahasiswa mengharapkan untuk bisa meraih beasiswa dikampus ini. Tidak hanya di brosur saat penerimaan mahasiswa baru atau baliho depan kampus, tapi juga ada realisasi dalam pelaksanaanya.

“Saya sih tahu dari anak Moestopo juga, kalau teman tidak memberitahu-kan, saya juga tidak bakalan tahu tentang beasiswa ini”

diberikan kepada fakultas, agar mahasiswa tidak menyalahgunakan dana beasiswa ini,” ucap Prasetyo Yoga Santoso. Sedangkan kurangnya sosialisasi dari pihak yang bersangkutan membuat banyak mahasiswa tidak tahu jika kampus mempunyai anggaran beasiswa. “Saya sih tahu dari anak Moestopo juga, kalau teman tidak memberitahukan, saya juga tidak bakalan tahu tentang beasiswa ini,” tutur Wahyu Hidayat mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi. Minimnya informasi tentang program beasiswa ini juga dibenarkan oleh Wahyu, ia mengimbuhkan bahwa dirinya hanya tahu dari mulut ke mulut. Selain itu Wahyu juga tidak pernah melihat sosialisasi dalam

“Kalau bisa, juga ada transparansi mengenai program beasiswa ke semua mahasiswa untuk mengetahui program apa saja yang dimiliki oleh kampus,“ tutur Agus Riyanto mahasiswa Fikom. Banyak keluh kesah mahasiswa terhadap program beasiswa yang tidak jelas kepastiannya. Usut punya usut, ternyata pihak universitas dan fakultas tidak mengeluarkan anggaran internal kampus untuk beasiswa tahun ini. Hal ini banyak disesali oleh mahasiswa UPDM(B), karena beasiswa di UPDM(B) hanya bisa berharap menunggu kucuran dana dari DIKTI. Setelah dikonfirmasi kepada kepala Biro III bidang kemahasiswaan, Ngadiyono membenarkan bahwa selama ini kampus mengandalkan kuncuran dana beasiswa dari DIKTI saja. Sedangakan dari pihak kampus tidak menganggarkan dana beasiswa itu. Ia juga menerangkan bahwa pada tahun ini UPDM(B) tidak tercantum sebagai penerima dana beasiswa dari DIKTI. Tidak seperti kampus-kampus lain yang memiliki program beasiswa dari dana internal seperti halnya Universitas Budi Luhur yang ada di daerah Jakarta Selatan. Kampus tersebut telah mempunyai program beasiswa persemester dan pertahunnya. Salah satunya adalah mahasiswa Budi Luhur bernama Lu’atul Mukaromain yang mendapatkan beasiswa semester dengan syarat IP diatas 3. Lu’atul mengaku bersyukur dirinya mendapatkan beasiswa dikampusnya, apalagi menurutnya, untuk mendapatkan beasiswa tersebut sosialisasinya jelas dan dipermudah secara birokrasi oleh pihak kampus. Seharusnya kampus-kampus swasta yang berada di Jakarta bisa menjadi tolak ukur bagi Kampus Merah Putih dalam mengembangkan program-program yang ada di kampus ini. Mungkin memang banyak mahasiswa yang mampu di kampus ini, namun pasti ada juga beberapa mahasiswa yang kurang mampu. Beasiswa juga bisa di artikan sebagai dedikasi institusi pendidkan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, mungkin dengan beasiswa mahasiswa bisa giat dalam meraih prestasi untuk kampus merah putih tercinta. D

Erwin T.P & Tyo R.S

Page 16: Majalah November 2012

16 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Faktual Faktual

Disamping itu pula kampus yang didirikan oleh pejuang kemerdekaan Pak Moestopo ini memiliki banyak mahasiswa berpotensi serta banyak mengukir prestasi. Andriansyah, Wakil Rektor III yang membawahi bidang kemahasiswaan menuturkan, kampus merah putih banyak mempunyai atlet yang berskala Internasional baik dari Fikom, FISIP, FE mapun FKG. Andriansyah juga menambahkan bahwa dibidang akademik, banyak mahasiswa FISIP mengikuti berbagai forum Internasional di tingkat ASEAN dan kegiatan forum Internasional lainnya. Persyaratannya, mereka mengajukan proposal dan makalah, setelah itu makalah tersebut disepakati dan akhirnya mereka diundang ke Taiwan, Malaysia, Korea, dan negara lain. Wakil Rektor yang juga dosen di FISIP ini menegaskan bahwa sejauh ini belum ada kendala untuk melihat prestasi kampus, karena prestasi merupakan kemampuan personal dari seorang mahasiswa. Tapi di balik itu, pihak fakultas maupun universitas sangat mendukung setiap kegiatan yang dilakukan mahasiswa, terkadang para mahasiswa aktif mencari forum sendiri. Contohnya di FISIP, pihaknya mulai mengadakan kerja sama dengan berbagai universitas di luar negeri seperti Pyongyang University, University of Seoul, dan sebagainya. Selain itu tahun depan universitas juga telah mengupayakan study exchange ke Cina. Kendati

demikian, mahasiswa juga harus mengeluarkan biaya sendiri karena sampai saat ini pihak kampus belum bisa menyediakan beasiswa sepenuhnya. Menurut Andriansyah, karena biaya hidup dan pendidikan di luar negeri tergolong mahal. Tapi universitas berupaya mencari sumber dana dengan masuk ke jejaring berbagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada Corporate Social Responsibility (CSR) maupun Direktorat Jenderal Pendidikan

(DIKTI) untuk memberikan bantuan berupa beasiswa. Sampai saat ini, belum secara pasti CSR yang akan memberikan bantuan, tetapi masih proses. Di lain tempat, dosen Fikom Mediana Handayani menuturkan, bahwa prestasi yang dicapai oleh mahasiswa Fikom belakangan ini jauh lebih baik dibandingkan waktu sebelumnya. Karena menurutnya, bukan semata-mata dari kuantitas prestasinya saja tetapi dari keaktifan

Prestasi Dibayang-bayang SistemHingar-bingar torehan prestasi mahasiswa Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) baik akademik dan non-akademik nyatanya tak didukung oleh sistem yang baik.

Fotografer: Tyo Raja S

ulaiman

Page 17: Majalah November 2012

17D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Faktual Faktual

mahasiswanya. Untuk point ini tidak terlalu melihat prestasi pemenang di event kompetisi penelitian atau akademik lainnya. Mediana sendiri lebih mengapresiasi akses untuk mengantarkan mahasiswa untuk terlibat. Ia juga menambahkan, dengan banyaknya akses yang dibuka untuk para mahasiswa, nantinya mereka akan bisa melibatkan diri di berbagai event. Untuk itu, dirinya merasa penting bagi kampus untuk memberikan apresiasi ke mahasiswa. Kembali ke masalah prestasi, mahasiswa itu bisa mencapai prestasi sebagai juara, itu bagus dan luar biasa. Tidak kalah hebatnya, terobosan Fikom bisa memperbanyak akses ke mahasiswa untuk tahu tentang event-event tersebut. Selain itu, Fikom punya banyak mahasiswa yang berpotensi untuk bisa berkiprah di ajang kompetisi akademik maupun non akademik. Hanya saja, mereka selama ini kurang didukung oleh sistem. Menurutnya, kalau tidak dosennya yang aktif mencari mahasiswa yang bisa di tarik untuk kegiatan-kegiatan itu, jarang bisa menemukan mahasiswa yang mendatangi dosennya untuk menyodorkan diri untuk ikut berkompetisi. Hambatannya justru masih sedikit wadah yang bisa mendukung mahasiswa berpotensi tersebut. Kecuali mahasiswanya aktif dan punya inisiatif mencari dosen untuk mendapatkan informasi mengenai kompetisi. Mediana sebagai dosen berpesan ke mahasiswa agar mereka mempunyai inisiatif yang tinggi untuk bisa melibatkan diri dalam berbagai event yang memungkinkan mereka untuk menguji kemampuan mereka. Terlepas dari itu, mau menang apa kalah yang terpenting adalah dalam pengalaman hidupnya, sudah merasakan sesuatu dan dari pengalaman tersebut, mereka tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka. Meski begitu, Mediana juga memberikan pendapatnya ke pihak kampus untuk bisa menyediakan sistem informasi yang memungkinkan mahasiswa itu tahu jika ingin menguji kemampuan mereka di area yang lebih luas dan harus di dukung. Sedangkan Dwi Ajeng Widarini selaku Kepala Konsentrasi Jurnalistik Fikom mengimbuhkan agar

dalam tataran akademik maupun non akademik, sebenarnya harus ada jembatan antara mahasiswa yang berprestasi maupun yang ingin mempunyai sebuah kesempatan dan pengalaman yang berbeda, dari semua fakultas maupun universitas harus mampu mewadahi semuanya dan menemukan bibit-bibit yang bisa jadi regenerasi. Dan ini bukan hanya berhenti di mahasiswa, tetapi juga dosen. Dosen bisa memberikan informasi untuk bisa mengarahkan mahasiswa agar bisa mengetahui batasan potensi-potensi lain dari mahasiswa yang ada di kelas. Oleh karena itu, kita harus menjalin koordinasi baik itu agar dosen maupun mahasiswanya dapat berperan aktif. Setiap mahasiswa memiliki peranan untuk berprestasi baik didalam maupun diluar. Jika mereka sadar akan peranan mereka bahwa kuliah tidak cukup setiap hari terus pulang, siapa yang akan menguji kompetensi? Sebenarnya untuk berbagai perlombaan banyak sekali diluar sana, informasi lomba sudah ditempel dimana-mana tetapi sepi peminat. Hambatannya terdapat di mahasiswa itu sendiri, ada yang tidak percaya diri

untuk ikut berkompetisi. Kesadaran untuk mengikuti kompetisi harus tumbuh, akan berperanan untuk mahasiswa kedepannya. Ketika kita melamar kerja atau beraktifitas di luar, paling tidak sudah ada yang menguji kompetensi mereka. Sudah ada yang melihat bagaimana mereka melakukan dan menganalisa. Kebanyakan mereka dengan IPK tinggi tetapi ketika diuji kompetensinya, daya analisanya, masih perlu latihan lagi. Kita tidak hanya berfikir dalam tataran nilai, tetapi tataran wacana bisa dibuktikan secara nyata apa tidak. Dan ketika mengikuti kompetisi, tatarannya tidak harus menang, tetapi berkompetisi dengan mahasiswa-mahasiswa lainnya berarti mereka telah mencoba untuk melihat potensi mereka sendiri. Ini merupakan tantangan bagi dosen-dosen bagaimana bisa mengarahkan mahasiswanya tersebut. Sementara Bintang Atma Andara, mahasiswa FE angkatan 2012 yang meraih Indeks Prestasi 4.00 menuturkan kepada teman-teman mahasiswa agar tetap semangat. Terus kiprahkan prestasi di bidang akademik, semoga lancar untuk ke depannya dan dinyatakan lulus serta mendapat gelar sarjana yang bermanfaat bagi kampus maupun masyarakat. Adapun Gloria Anastasya Febriyanti Fikom 2010 bersama timnya yang baru saja mengharumkan nama UPDM(B) pada lomba Marketing Kampanye Project PR untuk menolak kekerasan, menegaskan bahwa sebagai mahasiswa itu harus mempunyai peran. Ikut lomba seperti ini bisa jadi kesempatan untuk kita berperan menggerakkan generasi muda dalam memajukan bangsa terutama dibidang pendidikan. Tentunya lewat prestasi-prestasi kita di kampus, apalagi jika bisa membawa nama kampus. Selain itu juga harus konsisten dengan apa yang kita ikuti. Selain itu, Gloria juga menambahkan khususnya untuk kampus agar terus mendukung mahasiswa yang turut berperan aktif dalam segala prestasi dan mengarahkan serta merangkul mahasiswa untuk tetap meningkatkan prestasi.

Prestasi MahasiswaUPDM(B) Non Akademik

Tingkat Asia 29-30 Oktober 2011: M. Rulli Amando, mahasiswa

Fakultas Ilmu Komunikasi meraih juara II dalam ajang Achelilles Radial Formula Driff Asia Pro

Series Seri 2 di JI – Expo Kemayoran.

Tingkat dunia 9-14 Oktober 2011: Muhammad Abdul Harist,

mahasiswa Fakultas Ekonomi,tim Wushu Indonesia dikejuaraan

Dunia Wushu ke XI di Ankara, Turki.

Mendapat rangking 4 di dunia pada 14 September – 10 Oktober 2011: Pengiriman tiga mahasiswa

dalam tim pendaki UKM Agrawitaka UPDM(B) “Agrawitaka

On Elbrus” di Rusia.

Gusti Deska YunitaD

Page 18: Majalah November 2012

18 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Faktual

Berawal dari obrolan santai dengan beberapa rekan mahasiswa, terlontar keinginan

mereka untuk menikmati suatu kegiatan yang memiliki ruang lingkup universitas. Katakanlah seminar, selama ini kegiatan tersebut hanya ‘milik’ mahasiswa tingkat fakultas tertentu. Jika itu diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi, maka mahasiswa dari fakultas lainnya tidak dapat turut serta. Padahal tidak sedikit mahasiswa fakultas lain yang tertarik dengan seminar yang diadakan. ParningotanOktafiandymisalnya, mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ini mengatakan bahwa akan lebih menyenangkan jika pihak kampus mengadakan acara seperti itu. “Paling enggak seminar deh, tapi yang temanya universal, seperti pariwisata,” ujar mahasiswa angkatan 2010 ini. Yang menjadi pertanyaan kemudian adalah mengapa selama ini pihak kampus tidak pernah menyelenggarakan kegiatan semacam itu? Sekalipun ada, acara tersebut dikelola dan merupakan agenda dari Unit Kegiatan Mahasiswa tertentu, bukan dibawah kendali Universitas. Ketika dimintai keterangan, Andriansyah mengaku sangat mengapresiasi kegiatan yang telah dilaksanakan oleh lembaga-lembaga yang ada di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Namun, perihal ketiadaan kegiatan berpendidikan di tingkatan universitas, pria yang kini menjabat sebagai Wakil Rektor III ini mengungkapkan beberapa alasan. Andriansyah mengatakan bahwa kegiatan seperti itu masuk ke dalam ranah pengembangan ilmu. “Itu (bagian pengembangan ilmu-Red) adanya di fakultas dan masuk

ke program studi,” ungkapnya. Jadi, penyelenggaraan seminar pada dasarnya adalah otoritas fakultas, universitas hanya sekedar memantau. Namun pada dasarnya, Andriansyah mengungkapkan bahwa seminar yang selama ini diadakan oleh fakultas tertentu seharusnya bisa dinikmati oleh mahasiswa fakultas lain. Kendalanya, Andrianyah mengatakan bahwa pertanyaan mengenai penyelenggaraan education fair merupakan satu usulan yang baik. “Dengan adanya ruangan yang seperti ini merupakan keterbatasan dan kendala yang luar biasa,” tuturnya. Hal ini mengingat bahwa kampus yang terletak di Hang Lekir ini tidak memiliki aula ataupun auditorium yang mampu menampung kegiatan mahasiswa, terutama dengan skala besar. Andriansyah mengatakan bahwa pihak universitas sampai saat ini belum bisa mengadakan kegiatan semacam itu. Alternatifnya, pihak universitas kerap kali memotivasi fakultas agar mengadakan kegiatan semacam itu. Ketika ditanya perihal keterkaitan kegiatan dengan ketiadaan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di UPDM(B), Andriansyah mengatakan bahwa itu merupakan salah satu faktornya. Menurutnya, jika ada BEM mungkin dapat menyelenggarakan kegiatan yang sifat dan tingkatannya universitas. Karena tidak ada BEM, kegiatan yang terselenggara hanya sebatas sektarian saja, tiap lembaga dengan kegiatannya masing-masing. “Tapi mahasiswa tidak mau kan dengan adanya BEM,” ujarnya. Dari tingkatan mahasiswa sendiri, M. Iqbal, ketua koordinator bidang I Senat Mahasiswa Fikom mengatakan, ada keinginan untuk

menyelenggarakan event gabungan dengan senat fakultas lain. “Tapi itu tidak masuk ke dalam program kerja kepengurusan saat ini,” ujar Iqbal. Mahasiswa Fikom 2009 tersebut mengatakan bahwa kegiatan tersebut cukup sulit untuk diadakan karena faktor koordinasi antara senat mahasiswa di masing-masing fakultas. Menurutnya, cukup sulit untuk menyamakan waktu dan bentuk kegiatan, mengingat masing-masing senat memiliki program kerja tersendiri. Seorang pengajar kerap kali mengingatkan mahasiswanya untuk tidak cepat merasa puas atas apa yang telah didapat, begitupun untuk urusan ilmu. Tak heran jika mahasiswa kurang puas dengan kegiatan yang selama ini diadakan oleh fakultas. Mahasiswa menginginkan sesuatu yang lebih besar dari pihak universitas. Sayangnya, hal itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Otoritas dan fasilitas menjadi alasan ketiadaan kegiatan untuk tingkatan universitas.

Antara Otoritas dan FasilitasBanyaknya kegiatan edukasi, tapi hanya sebatas ditingkatan fakultas. Lalu, dimana peran universitas?

Seminar UNIC yang diselenggarakan FISIP UPDM(B)

Dila Putri T.PD

Foto : Dok.H

MJH

I FISIP

Page 19: Majalah November 2012

19D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Lembaga Pers Mahasiswa Diamma mengelar Pelatihan Jurnalistik 2012 bertema “News

Radio On Top” di Monumen Nasional, 6-7 Juli 2012, dengan kegiatan acara seperti seminar dan workshop sekaligus kunjungan redaksi ke MNC Grup Radio. Pelatihan Jurnalistik 2012 yang diikuti oleh 80 peserta baik dari Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama), luar kampus, serta SMA ini, berhasil mengandeng para pembicara M. Kabul Budiono (Voice of

Pelatihan Jurnalistik 2012

Usung News Radio On TopIndonesia), Frans Padak Demon (Voice of America), Bayu Oktara (Hard Rock FM), Jaka Lelana (Seputar Indonesia Radio), dan Kinanti Pinta Karana (British Broadcasting Company). Tata, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi yang menjadi peserta mengatakan, “Seru sekali, banyak hal tentang radio yang awalnya tidak tahu, sekarang menjadi tidak tahu. Pembicara yang hadir juga keren, jadi bisa lebih mengerti pembahasan materinya.”

Sebagai bentuk partisipasi terhadap bidang jurnalistik. Lembaga Pers Mahasiswa

Diamma mengadakan Kuliah Umum Berbasis Jurnalistik (KUBJ) 2012 pada 18 Oktober 2012. Tahun ini tema yang diambil mengenalkan penulisan media cetak. Pada kuliah umum ini, pembicara yang dihadirkan Djaka Susila (Redaktur Pelaksana Harian Seputar Indonesia), dan Novan Iman Santosa (Deputi World Editor The Jakarta Post). Selain itu, diikuti sekitar 50an mahasiswa dari Fakultas Kedokteran Gigi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, dan Fakultas Ilmu Komunikasi. Djaka Susila menjelaskan bahwa dalam media itu bahasa jurnal harus lugas, singkat, dan praktis. Ketepatan beritanya juga penting karena akan mempengaruhi banyak orang. “Ya acara ini menarik. Tadinya belum tahu jurnalistik media cetak, karena ikut jadi tahu. Terutama bagi pemula berarti banget buat kedepannya,” ujar Dani Rahmadani mahasiswa Fikom 2012.

Mengenal Penulisan Media Cetak Di KUBJ 2012

Lembaga Pers Mahasiswa Gelora Sriwijaya Universitas Sriwijaya pada 12 Juli 2012, berkunjung ke

Lembaga Pers Mahasiswa Diamma Universitas Prof. Dr. Moestopo

LPM GS Univ. Sriwijaya Kunjungi LPM Diamma

(Beragama). Kedatangan LPM GS ke Jakarta merupakan salah satu rangkaian kegiatan kunjungan redaksi. Dibuka oleh Rektor UPDM(B), Sunarto, sekaligus memberikan sambutan serta serangkaian sambutan dari pemimpin umum LPM Diamma. Setelah sambutan dilanjutkan dengan penjelasan dan presentasi mengenai produk masing-masing LPM oleh Pemimpin Redaksi LPM Diamma Tri Susanto Setiawan, dan perwakilan LPM GS yang diikuti dengan diskusi dan juga tanya jawab. “Saya sangat bangga karena Diamma bukan hanya terkenal di internal mahasiswa, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia hingga semakin banyak informasi dan kerjasama yang bisa dijalin. Karena kualitas suatu perguruan tinggi dapat dilihat dari

sejauh mana kerjasama yang dilakukan dengan universitas lain,” tutur Sunarto. “Kami (LPM GS-Red) tidak menyangka bahwa kami mendapatkan sambutan yang luar biasa dari teman-teman Diamma. Kru-nya sangat ramah dan juga produk yang di keluarkan sangatlah bagus,“ kata Diah selaku Sekertaris Umum LPM UNSRI.

EVENT

D

D

D

Page 20: Majalah November 2012

24 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Disenja Umurku, UPDM(B) Makin Rapuh

Bingkai Peristiwa

-R.A Soepartin Moestopo-Istri Alm. Prof. Dr. Moestopo

Foto dan Text : Ridholosa, Ridholosa, Tyo Raja Lubis dan Tri Susanto Setiawan, Aslan La Ode, Dwi Ayu Rochani

Page 21: Majalah November 2012

25D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Akibat ulahmu, “aku” tak terurus dan terabaikan.

Lahan kecil, parkiran jadi semrawut.

Kursi nan lesuh masih menjadi timbaan ilmuku.

Bukan rayap yang merusakku, tapi ulahmu.

Fotografer : Tyo Raja S

ulaiman

Page 22: Majalah November 2012

22 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Untuk meningkatkan ilmu jurnalistik para kader, LPM Diamma mengadakan

kunjungan redaksi ke majalah GATRA pada hari Selasa 6 November 2012. Media cetak yang berlokasi di Jalan Kalibata Timur IV ini, menitikberatkan beritanya pada isu ekonomi, politik, dan hukum. Tim redaksi majalah GATRA memperkenalkan profile perusahaan serta produk majalah mulai dari cetak hingga digital. Mereka juga berbagi pengalaman dan ilmu yang bermanfaat tentang dunia jurnalistik kepada anggota Diamma. Kunjungan Redaksi Acara merupakan salah satu program kerja LPM Diamma. Selain sebagai program kerja, kegiatan ini juga untuk anggota baru LPM Diamma agar mengetahui mengenai mekanisme kerja di perusahaan dibidang media cetak dan bagaimana mekanisme kunjungan redaksi itu sendiri. “Kunjungan media bertujuan untuk menambah ilmu, agar bisa diaplikasikan langsung di Diamma. Manfaat lain yang bisa didapatkan di kunjungan media ini adalah menambah wawasan serta memperluas jaringan kerja,” tutur Evelyna Stephanie, Pjs. Pemimpin Umum LPM Diamma. Habib, selaku bagian promosi majalah GATRA mengungkapkan bahwa, kunjungan media seperti ini adalah hal yang positif dan bagus. Habib juga berharap agar kunjungan ini bisa memberikan manfaat bagi LPM Diamma.

EVENT

Menimba Ilmu Di Majalah GATRA Studi banding LPM Diamma 2012

yang dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada

9-10 November 2012. Bertujuan untuk

mengembangkan wawasan internal Diamma khususnya saling bertukar pikiran dalam mengolah hingga menghasilkan produk jurnalistik, cetak dan elektronik. Saat tiba di kampus Institut Teknologi Bandung. Kedatangan Diamma disambut oleh perwakilan dari Keluarga Mahasiswa ITB (KM ITB).Acara studi banding ini diisi dengan berbagai sesi tanya jawab antar kegiatan mahasiswa yang terdiri dari berbagai jenis media, baik cetak dan elektronik serta sangat meninsipirasi Diamma. How stupid are we adalah bentuk penegasan bahwa studi banding ini diharapkan dapat membuka wawasan yang seluas-luasnya tentang keberadaan kegiatan pers mahasiswa lain di luar Jakarta.

How Stupid Are We?

Kunjungan redaksi ke The Jakarta Post dilaksanakan pada 4 Mei 2012. Sekitar

27 awak Diamma ikut kunjungan redaksi. Primastuti Handayani, Managing Director menjelaskan detail alur berita dari proses peliputan hingga pencetakan dalam bentuk cetak dan publikasi melalui website thejakartapost.com. Selain menuliskan berita dalam bahasa inggris, media ini memiliki link kontributor media asing di seluruh dunia. Sehingga mempermudah arus perputaran berita, baik dari luar negeri ke nasional begitu juga sebaliknya. Setelah awak Diamma diijinkan untuk mengelilingi ruangan di The Jakarta Post, kunjungan ini di tutup dengan sesi foto bersama seluruh awak dengan perwakilan The Jakarta Post. Besar harapan setelah kunjungan ini, selain memperluas wawasan bidang jurnalistik, awak Diamma juga belajar bagaimana menulis berita dalam bahasa inggris.

The Jakarta Post, Here We Come

Sebagai bentuk pendekatan Okezone terhadap mahasiswa, okezone.com mengandeng

Lembaga Pers Mahasiswa Diamma untuk mengadakan seminar dan workshop untuk menjaring tiga reporter pada 20 Juni 2012. Diikuti oleh 75 peserta dan pembicara dari okezone.com seperti Roni Sugiadha (Managing Director) dan Joko Santoso (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Budaya). Okezone bermaksud untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa, karena selama ini kanal kampus menjadi wadah ekspresi dan aspirasi mahasiswa secara online. Tidak hanya itu, okezone.com juga memberi kesempatan kepada para mahasiswa untuk dapat merasakan dunia kerja online ala okezone selama waktu tertentu. “Makanya, kami menyasar para aktivis pers kampus yang sudah mempunyai dasar jurnalistik,” ujar Rifa Nadia Nurfuadah, Asisten Redaktur okezone.com.

Okezone Ngampus Bersama LPM Diamma

D D D

EVENT

Page 23: Majalah November 2012

23D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Karena Jurnalis Aku Tahu Isi DuniaTanpa Jurnalis Aku Buta Akan Isi Dunia

Dipersembahkan oleh :

Page 24: Majalah November 2012

24• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Kampus Hijau Sekedar HarapanBerbagai Upaya telah dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta untuk melakukan penghijauan. Sayangnya, Kampus Merah Putih yang terletak di tengah-tengah kota Jakarta belum serius untuk ikut partisipasi menghijaukan areanya.

Upaya melakukan penghijauan di wilayah Jakarta bisa dikatakan susah-susah gampang. Karena

seperti yang kita tahu bahwa lahan di Jakarta sangat terbatas, sedangkan populasi penduduk semakin banyak. Nina Septiani yang merupakan salah satu finalis Duta Lingkungan suatu produk susu pada tahun 2011 berpendapat, bahwa salah satu upaya yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yaitu dengan menghilangkan beberapa pom bensin, serta merelokasi pemukiman kumuh yang ada di daerah Jakarta Utara dengan kemudian menjadikannya sebagai lahan hijau, atau taman yang terdapat Jogging Track. Salah satu upaya lain untuk melakukan penghijauan adalah dengan

melakukan vertical garden. Vertical garden merupakan upaya pemanfaatan lahan yang terbatas, tetapi bisa menanam tanaman secara vertical. Pembuatan vertical garden sendiri diperlukan teknis khusus seperti menyusun tanaman-tanaman dengan media yang khusus, karena hal ini dapat kita lihat pada tanaman yang ada di dekat Bundaran Senayan atau pusat perbelanjaan di dekat Grand Indonesia. Di Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) khususnya, untuk kampus I Hang Lekir baru melakukan upaya pelarangan merokok di area kampus sebagai bentuk peduli lingkungan. Selain dibuatnya smoking area, pihak kampus juga memperbanyak tempat pembuangan sampah. Sayangnya upaya tersebut

sampai saat ini masih kurang efektif. “Aturan mau sebaik apapun, tetap saja hanya aturan, yang melaksanakan bukan hanya penegak hukumnya, tetapi semuanya terlibat,” ucap Adil Sunityono staff Management Building UPDM(B). Untuk menerapkan penghijauan dengan melakukan vertical garden, Adil berpendapat bahwa kalau dihitung dari biayanya itu relatif. Pengadaannya mudah, tetapi merawat serta menjaganya susah. “Kita bisa saja melakukan itu, tetapi siapa yang mau handle? Vertical garden itu butuh perawatan intensif, artinya harus ada orang yang handle itu dan tentunya butuh biaya lagi,” tutur Adil. Menanggapi pernyataan Adil tersebut, Nina pun menjelaskan, “Untuk

Tampak samping perkantoran di daerah Harmoni-Jakarta yang telah menerapkan Vertical Garden.

Tanaman Vertical Garden yang ada di daerah Bundaran Senayan-Jakarta.

{GRESS}{GRESS}

Fotografer: Achm

ad Rafiq

Fotografer: Achm

ad Rafiq

Page 25: Majalah November 2012

25D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

biaya dan perawatan sebenarnya hampir sama, yang membedakan hanya masalah lahan saja. Karena kalau lahan biasa langsung bisa ditanam, tetapi kalau vertical garden kita harus beli kawat, kain kasa, dan yang lainnya, bahkan cara penyiramannya pun tidak sama dengan lahan biasa.” Nina menambahkan, untuk penyiraman tanaman vertical garden sendiri dilakukan dengan cara memasang pipa secara bersusun keatas. Bentuknya seperti tampungan air di atap rumah, lalu air dialirkan dari atas, hingga terus mengalir ke bawah. Untuk jenis tanaman yang biasanya digunakan dalam vertical garden adalah tanaman-tanaman perdu (semak), tanaman bunga yang kecil-kecil atau tanaman obat-obatan yang perlu. ”Sebenarnya perawatan ini tidak repot, tetapi memang agak repot untuk pertama kali membuatnya, karena harus menyiapkan alat-alat yang dibutuhkan,” tambah Nina. Wanita yang juga pemenang ajang World Muslimah Beauty 2012 juga menambahkan, sebenarnya vertical garden sudah diterapkan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta sejak dua tahun yang lalu dan diharapkan dapat diterapkan di rumah- rumah dan juga perusahaan. Bahkan saat ini banyak perusahaan yang tengah berlomba- lomba untuk mendapatkan penghargaan kantor ter-green yang dikeluarkan atas kerjasama kementrian Badan Usaha Milik Negara, Energi Sumber Daya dan Mineral, dan Lingkungan Hidup. Sebenarnya peraturan mengenai penghijauan sudah ada. Akan tetapi, kita belum peduli dan kurang memperhatikan apa arti penghijauan itu sendiri dan hanya sedikit yang telah memahami hal itu.

Penghijauan di kampus UPDM(B) ini terbilang masih kurang, hal ini diutarakan Anisa Septiana Dewi, Mahasiswa Fakultas Ekonomi angkatan 2011. “Wah, tidak ada penghijaun, minus banget. Penghijaun itu perlu banget lah, disamping mempermudah kampus, hal itu juga bisa menjadi tempat mahasiswa untuk me-refresh otak yang penat setelah kuliah. Apalagi Moestopo, gersang banget ya ditengah-tengah kota, kalau lagi musim panas, panas banget, karena itu perlu ada penghijauannya.” Meskipun demikian pihak Management Building akan berupaya untuk membuat penghijauan. “Penghijauan memang baru bisa pakai pot, dan yang merespon baru salah satu UKM yaitu Agrawitaka. Akan tetapi apabila menambah pot-pot lagi, lahan parkir akan berkurang karena itu pot-pot besar pun akan diganti dengan pot-pot yang lebih kecil,” ujar Adil. Selain melakukan vertical garden, sebenarnya masih ada upaya lain yang bisa dilakukan untuk melakukan penghijauan dilahan yang terbatas. Hal itu disarankan Nina, wanita yang juga aktif di Komunitas Indonesia Berkebun wilayah Banten mengatakan upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan pemisahan sampah organik dan mengolahnya menjadi pupuk yang bisa digunakan untuk tanaman yang ada.” Selain itu, menanam pohon sebanyak mungkin, seperti menaruh pot-pot kecil di balkon atau koridor. Lalu menaruh tanaman lidah mertua didalam ruangan dengan menjemur pohon itu setengah jam atau sejam, lalu dimasukan keruangan. Pohon tersebut bermanfaat untuk menghasilkan oksigen dan menyerap asap rokok bahkan gas-gas beracun. Selain itu bisa juga dengan membuat

“Untuk biaya dan perawatan sebenarnya hampir sama, yang membedakan hanya masalah lahan saja”

Salah Satu perkantoran di daerah Harmoni-Jakarta yang telah menerapkan Vertical Garden.

Tanaman yang ada di kawasan Pusgiwa kampus UPDM(B)

UKM yang dapat bekerjasama dengan komunitas Indonesa Berkebun untuk membuat kebun-kebun kecil dengan menanam beberapa sayuran organik yang hasilnya dapat dimanfaatkan,“ lanjutnya. Didi Moh Syahridi salah satu mahasiswa Fikom yang juga aktif di UKM Agrawitaka juga berpendapat, baginya tidak masalah jika ingin membuat vertical garden di kampus Hang Lekir, meskipun baginya tanaman yang paling baik adalah tanaman yang ditanam langsung di tanah. Baginya pengadaan vertical garden atau upaya- upaya lainnya bisa dikatakan mudah dibandingkan dengan menjaganya. “Bisa dibilang kebersamaan antara kita untuk menjaga penghjauan yang ada masih kurang. Sebenarnya ini kan kampus kita, kalau mau kampus nyaman ya ayo kita rawat bareng- bareng,“ ujar Didi. D

Nina Septiani finalis Duta Lingkungan produk susu tahun 2011

Fotografer: Achm

ad Rafiq

Fotografer: Achm

ad Rafiq

Achmad Rafid & Fitriana Hidemi

Fotografer : Achm

ad Rafiq

Page 26: Majalah November 2012

26• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

{GRESS}{GRESS}

Kata metropolitan mungkin sering kita juluki untuk Jakarta, dimana menjadi pusat kegiatan

perdagangan dan entertaint serta kiblat warga Indonesia banyak dalam gaya hidup mewah. Jakarta sebagai Ibu Kota sering dijadikan tempat mengais nafkah dari penjuru daerah Indonesia, mereka datang dengan pola fikir bahwa akan berhasil jika bekerja di Jakarta, sehingga menimbulkan kenaikan jumlah penduduk tidak alami. Pusat pekantoran dan industri terus menerus dipusatkan pada Jakarta, menimbulkan orang-orang yang tinggal di sekitar-nya seperti Tangerang, Bekasi, Bogor harus tumpang tindih untuk berkerja. Semakin banyak orang dari berbagai daerah terus berdatangan ke Jakarta membuat kota ini semakin tinggi tingkat kriminalitasnya, angka penganguran juga ikut tinggi, mungkin

dapat dikatakan, Jakarta bukan lagi metropolitan namun sudah menjadi megapolitan. Esensi megapolitan adalah gabungan kota-kota menjadi satu dengan jumlah produktifitas semakin tinggi dan segalanya berjalan dengan massal namun memiliki tingkat kriminalitas tinggi. Lantaran itu, terbentuklah Jabodetabek yang merupakan gabungan dari kota-kota sekeliling dengan kegiatan utama berpusat pada Jakarta. Namun kualitasnya masih tidak layak dibilang kota megapolitan, mengapa? Penyebab utama adalah mobilitas manusianya yang masih membutuhkan jarak tempuh lama yang pastinya mengurangi waktu produktifitas karena habis dalam perjalanan. Bayangkan, perjalanan antar kota bisa memakan waktu hampir dua jam setiap harinya, kemacetan Jakarta mengakibatkan

tinggkat depresi menjadi tinggi. Alat transportasi yang tidak layak, tidak dapat beroperasi secara massal dan tidak teratur menjadi sumber mengapa banyak orang memilih memiliki kendaraan pribadi yang secara fungsionalnya lebih cepat dan murah. Kebanyakkan setiap satu kepala keluarga hampir pasti memilki mobil dan memilki dua sampai dengan tiga motor. Achmad Izzul anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) menjelaskan logika kemacetan terjadi karena kepadatan kendaraan, ”Satu mobil memliki panjang dua meter ditambah jarak antar kendaraan bisa setengah meter yang biasanya satu mobil hanya diisi tiga sampai lima orang,” ungkapnya. Ia juga membandingkan dengan bus kota seperti Busway dengan ukuran 3x18 meter namun cukup untuk 50 orang, sangat efisien

Dengan jumlah penduduk yang mencapai 9.607.787 juta jiwa. Belum lagi angka kepadatan kendaraan dan ruang, Jakarta terancam mati jika tidak ada perubahan.

Alat transportasi kereta api masih menjadi polemik di Ibu Kota Jakarta.

Foto: google.com

Jakarta, Kota Yang Terancam Mati

Page 27: Majalah November 2012

27D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

untuk jarak tempuh cepat jika alat transportasi publik lebih diutamakan dibanding kendaraan pribadi. Ironis memang, bahwa Jakarta belum mampu membuat alat transportasi massal yang sesunguhnya, bahkan belum bisa dikatakan sebagai transportasi massal yang hakikatnya harus dapat mengangkut sekitar 20.000 orang per-jam sekali jalan. Apakah busway dan kereta dapat dikatakan kendaraan massal? Dalam kriteria transportasi massal memiliki syarat yang tertulis pada undang-undang nomor 22 tahun 2009, dikatakan kendaraan masal itu memiliki empat syarat, pertama: armada harus berkapasitas massal, kedua: memiliki jalur khusus, ketiga: memiliki angkutan pengumpan (feeder) yang berpusat ada terminal, dan keempat: tidak ada layanan kendaraan yang berhimpit. Mungkin melihat empat syarat tersebut busway dikatakan kendaraan massal, namun jika ditelaah kembali jalur Busway masih bisa dilalui kendaraan lain, tidak ada angkutan pengumpan disetiap koridor, sehingga busway hanya dapat dikatakan kendaraan semi massal. Kereta listrik Jakarta juga belum layak dikatakan sebagai kendaraan massal, memang tidak mungkin ada yang mengambil jalur rel, namun hasil survei Dewan Transportasi Kota Jakarta menyatakan bahwa penumpang kereta tidak lebih banyak dari penumpang busway. Hal ini disebabkan dengan banyaknya kecelakaan kereta dan juga kedatangan kereta yang sering telat, teknologi pada kereta listrik Indonesia juga tergolong ketinggalan zaman, sistem yang digunakan masih manual, seperti wesel dalam bahasa artinya persimpangan, teknologi ini digunakan untuk membelokan rel kereta secara otomatis, namun di Indonesia wesel digunakan masih manual begitu juga dengan teknologi automatic stop, PT Kereta Api Indonesia belum memiliki sistem yang dapat memberhentikan kereta secara otomatis. Menurut peraturan daerah baru no. 1 tahun 2012, belum mampu membuat alat transportasi massal yang sesunguhnya. Rencana Tata Ruang Wilayah (RT/RW) menargetkan pada tahun 2030 sekitar 60% dari perjalanan itu harus mengunakan kendaraan umum, untuk saat ini masih mencapai

14-15% orang mengunakan kendaraan umum. Dalam mewujudkanya harus ada push and pull method, yang berarti harus mendorong masyarakat untuk mengunakan transportasi umum dan menarik masyarakat untuk tidak lagi mengunakan kendaraan pribadi. Anggota DTKJ Achmad Izzul menjelaskan, “Metodenya dengan membuat masyarakat tidak nyaman mengunakan kendaraan pribadi, seperti misalnya perbanyak jalur 3 in 1, mengenakan E-RT (Elektronik provasing), penaikan tarif parkir, pajak kendaraan dan metode lain yang jelas mebuat tidak nyaman untuk pakai kendaraan pribadi.” Dalam kedepanya, DTKJ dengan pemerintah sudah merencanakan adanya MRT Subway yang sebenarnya sudah diwacanakan pada tahun 1980. Namun hal ini juga belum dapat terealisasi, pembangun Subway sendiri dirasa sangat efektif dan cocok untuk Jakarta dibanding dengan monorel yang kembali dijelaskan oleh Achamd Izzul yang secara biaya investasi dan oprasionalnya besar. Kematian mobilitas dan produktifitas Jakarta pada nantinya juga bisa berawal dari penataan kota yang semrawut, timpang tindih dan urbanisasi tidak terkontrol. Menurut Yayat Supriyatna dosen Tata Ruang Trisakti menjelaskan, idealnya penduduk kota Jakarta adalah empat setengah sampai enam juta jiwa, hampir sama dengan penduduk Singapura. Kepadatan penduduk juga terus membuat pembangunan bertambah dan tumpang tindih, setiap pembangunan harus mengacu pada rencana tata ruang yang mengacu pada tiga aspek yaitu perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian. Masalah yang timbul ada pada pengendalian, dimana jika perizinan digunakan sebagai alat pendapatan,maka perencanaan dan pemanfaatan sudah tidak dibutuhkan lagi. Kenyamanan hidup kota Jakarta kini sudah menjadi lahan bisnis para perusahaan properti, tidak jarang kita liat di televisi menawarkan resort atau hunian nyaman, mewah dan akses mudah dengan harga fantastis, yang hanya dapat dikonsumsi oleh ekonomi menengah atas. Jakarta hampir sebagian besar lebih dari

90% kotanya sudah menjadi ruang terbangun yang artinya Ruang Terbuka Hijau (RTH) berjumlah kurang dari 30%, untuk RTH di kategorikan menjadi dua bagian alami dan buatan, contoh RTH alami seperti hutan lindung dan hutan kota, RTH buatan seperti taman kota dan koridor hijau namun dapat dilihat kurang dari 10% Jakarta memiliki ruang hijau. Hal yang lain menyebabkan kepadatan adalah Kegiatan perdagangan dan perindustrian. Yayat Supriyatna mengatakan, “Apakah di Jakarta ini masih butuh perindustrian? Jika bisa dipindahkan, lebih baik beri kesempatan kota lain juga maju. Jakarta ini selain kota metropolitan juga sekaligus kota megapolitan,” ungkap mantan ketua bidang Pengkajian dan Perencanaan Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia tahun 2007-2010. Jakarta pada saat ini sudah semakin semrawut dengan jumlah penduduk yang sudah tidak terkontrol ditambah pengangguran dari berbagai daerah bertumpuk menjadi satu, efeknya pun mengakibatkan jauh dari konsep dalam tata ruang itu sendiri menjadi aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Jakarta tidak produktif karena macet, tidak aman karena urbanisasi dan tidak nyaman karena siklus udara yang buruk karena pembangunan.

Kharis Nasution & Al-Basta R.H

Busway salah satu alat transportasi andalan di Jakarta

Foto: google.com

D

Page 28: Majalah November 2012

28• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

PB• J U N I 2 0 1 2 • D i a m m a

Lulus kuliah, mau jadi fotografer ah...

Kamu di terima kerja

Foto transkip suap

Kita Ketauan

Kita bagi dua uangnya

Kita bagi dua uangnya

Gak mau

Maaf ya yang telat Cepat serahkan kamera itu

Jangan bergerak anda ditangkap

Kerja bagus

Kita wartawan muda, harus punya integritas

Jangan Takut MengungkapJejak Si Abah

Ilustrasi : Fadhis Abby P

Page 29: Majalah November 2012

29D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

PB• J U N I 2 0 1 2 • D i a m m a

Lulus kuliah, mau jadi fotografer ah...

Kamu di terima kerja

Foto transkip suap

Kita Ketauan

Kita bagi dua uangnya

Kita bagi dua uangnya

Gak mau

Maaf ya yang telat Cepat serahkan kamera itu

Jangan bergerak anda ditangkap

Kerja bagus

Kita wartawan muda, harus punya integritas

Jangan Takut MengungkapJejak Si Abah

Ilustrasi : Fadhis Abby P

Page 30: Majalah November 2012

30 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Demokrasi pada dasarnya sebagai bentuk aspirasi terhadap suatu fenomena

yang diderita oleh masyarakat. Bagi kalangan mahasiswa, demokrasi itu bisa ditunjukkan dengan tindakan perlawanan dan aksi protes melawan sistem pemerintahan yang salah, yang biasa dikenal dengan sebutan demonstrasi. Bentuk demokrasi seperti itu sudah banyak dilakukan mahasiswa Indonesia sejak lama terbesar adalah pada tahun 1966-1998, yang

“Mahasiwa yang mengembangkan demokrasi di dalam kampusnya, kelak mereka lah yang nantinya akan memimpin Republik Indonesia di suatu hari nanti”

Budaya Demokrasi Dulu dan Kini

WawancaraFoto : D

ok.Andy F. N

oya

Muhammad Fadjroel Rahman

Fotografer : Mahesa N

ur Syafe’I

Page 31: Majalah November 2012

31D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

sangat menentukan sekali. Kenapa masih banyak mahasiswa yang tidak ikut berkontribusi dalam berorganisasi? Dulu juga banyak mahasiswa yang tidak peduli. Setiap organisasi mahasiswa itu diikuti karena sesuai minat dan bakat serta keberaniannya. Jadi jangan pernah mengharapkan ada ribuan orang berada dibelakang kita, karena itu tidak mungkin. Ada orang yang ingin berkelahi di jalanan tapi ada juga yang tidak mau. Tetapi kita tidak boleh memandang sebelah mata orang-orang itu karena kita harus menghargai juga tidak semuanya berani mengambil resiko yang besar. Bagaimana mempraktekkan budaya demokrasi yang baik di dalam lingkungan kampus? Budaya demokrasi bisa di mulai dari organisasi, membentuk organisasi pun harus dilatarbelakangi oleh sikap demokrasi, memilih pemimpin juga harus demokrasi dengan cara musyawarah kemudian harus ada regenerasi melalui pemilihan ulang setiap tahunnya. Setiap pengambilan keputusan juga harus demokrasi, ada transpransi keuangan dan perencanaannya. Jadi, demokrasi bisa dimulai dari organisasi yang paling kecil di kampus yang berlanjut ke lingkungan fakultas dan universitas. Apa harapan selanjutnya untuk budaya demokrasi yang baik di kalangan mahasiswa? Harapan saya adalah proses demokrasi di kampus bisa berjalan dengan baik karena kampus itu seperti ibarat Negara kecil seperti Indonesia. Virus-virus demokrasi di dalam kampus akan terbawa menjadi demokrasi Republik Indonesia. Makanya, saya sangat optimis dengan mahasiwa yang mengembangkan demokrasi di dalam kampusnya karena kelak merekalah yang akan memimpin Republik Indonesia di suatu hari nanti. Karena dari mimpi yang kecil, apabila diterima dan diperjuangkan maka akan menjadi mimpi yang besar. Seperti pula Indonesia yang juga lahir dari mimpi para pejuang bangsa ini yang diterima oleh rakyat dan diperjuangkan maka berdirilah Negara yang kita sebut Republik Indonesia hingga saat ini.

tujuannya waktu itu untuk meruntuhkan pemerintahan Soeharto yang dianggap otoriter dan membatasi kebebasan rakyat. Pada masa itu, hampir seluruh mahasiswa turun ke jalan guna melakukan aksi perlawanan tersebut hingga akhirnya berhasil membuat Presiden Soeharto menyatakan pengunduran diri dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia ke dua setelah 32 tahun bertahta. Mungkin peristiwa besar tersebut sampai saat ini menjadi sejarah yang cukup dikenal dan paling diingat rakyat Indonesia, karena dari perlawanan itulah rakyat Indonesia terbebas dari kekuasaan yang otoriter dan bebas menyatakan pendapatnya terhadap sistem pemerintahan. Mengingat peristiwa 1998 itu tidak bisa dilepaskan dari sosok seorang Muhammad Fadjroel Rachman yang merupakan salah satu penggerak dari aksi perlawanan tersebut. “Republik Indonesia adalah Republik Mahasiswa”, kalimat itulah yang dipercayai oleh seorang Fadjroel. Menurutnya Republik Indonesia itu berdiri karena hasil dari pemikiran dan perjuangan para mahasiswa Indonesia. Pemimpin Redaksi Pertama majalah ganesha Institut Teknologi Bandung ini juga pernah tergabung dalam Badan Koordinasi Unit Aktivitas (BKUA) ITB dan forum Himpunan Jurusan di fakultasnya. Fadjroel juga salah satu pelopor dari munculnya perlawanan melawan Soeharto dari sejak tahun 1966 hingga 1998. Untuk lebih jelas mengenai sejarah perlawanan pada masa itu dan bagaimana praktek dari budaya demokrasi yang baik khususnya untuk mahasiswa, simak wawancara diamma dengan seorang peneliti, penulis, pengamat politik dan aktivis 1998. Seperti apa pengalaman pada saat aksi perlawanan 1998? Pada masa perlawanan saat itu, saya dan 13 mahasiswa lain sempat ditahan di penjara militer

hingga akhirnya divonis selama 3 tahun penjara dan dipindahkan dari satu tempat tahanan ke tahanan lain. Dari tahanan Bakorstanasda, saya dipindah ke penjara Kebonwaru, lalu ke Nusakambangan, dan terakhir di Sukamiskin. Karena tindakan yang saya lakukan dengan memasang spanduk bertuliskan turunkan Soeharto dan mengusir Rugini, Menteri Dalam Negeri pada saat itu yang sedang berpidato di ITB. Akibat insiden itu, saya dipecat dari kampus ITB dan terpaksa meninggalkan skripsi. Setelah bebas dari penjara, saya kembali melanjutkan kuliah di Universitas Indonesia dan tetap melakukan perlawanan untuk melawan Soeharto, hingga saya bersama rekan-rekan mahasiswa lain pada tahun 1998 berdiri di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat untuk melakukan aksi besar-besaran yang akhirnya berhasil menurunkan pemerintahan rezim Soeharto yang sudah 32 tahun menjabat. Apa perbedaan yang menonjol dari gerakan demokrasi pada masa orde baru dengan masa sekarang? Menurutku, sekarang di tahapan reformasi teman-teman mahasiswa mungkin berubah. Dari gerakan mahasiswa yang kontrotatif menjadi gerakan mahasiswa yang korektif. Dikatakan korektif karena bisa memanfaatkan lembaga-lembaga yang ada untuk menghantam ketidakberesan. Contohnya, jika ingin menghantam kasus korupsi bisa melapor ke Komisi Pemberantasan Korupsi, sedangkan jika kita tidak setuju dengan Undang-undang bisa melapor ke Mahkamah Konstitusi. Berbeda dengan dahulu yang tidak ada lembaga-lembaga yang mewadahi seperti sekarang sehingga cenderung lebih mengarah kepada tindakan perlawanan. Ada atau tidak intervensi dari luar dalam perlawanan pada masa itu? Tentu selalu ada, setiap kampus itu tidak pernah steril. Jadi kampus itu memang hampir seperti kawah di mana semua kekuatan bermain di situ. Nah, di titik itulah kedewasaan mahasiswa, kedewasaan pemimpinnya, kekuatan organisasinya, dan kecerdasan intelektual itu yang

D

“Republik Indonesia adalah Republik Mahasiswa”

Maria Ulfha & Mahesa Nur syafe’I

Page 32: Majalah November 2012

32 N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

Interaksi Antara Institusi Dan Agensi:

UPDM(B) Harus Mendefinisikan Kembali Apa Itu Pendidikan

Menurut UNESCO, pendidikan didefinisikan sebagai proses pembelajaran, yaitu proses

untuk belajar mengetahui, kemudian belajar untuk menjadi seperti apa, lalu belajar untuk melakukan dan hasil akhirnya adalah belajar untuk bersama. Interaksi yang tercipta antara institusi dan agensi yang dimaksudkan di sini adalah interaksi antara Universitas Prof. Dr. Moestopo sebagai institusi dan kita mahasiswa sebagai agensi. Pola hubungan antara universitas dan mahasiswanya dibentuk berdasarkan kesamaan maksud, yaitu pendidikan. Dalam mejelaskan hubungan ini, saya lebih suka menggunakan definisi pendidikan berdasarkan UNESCO karena bersifat mencakup semua. Saat ini UPDM sebagai institusi pendidikan hanya dapat

mendefinisikan pendidikan sebatas proses belajar untuk mengetahui, apabila merujuk pada definisi UNESCO mengenai pendidikan. Mengapa saat ini UPDM hanya dapat mendefinisikan sebatas proses belajar untuk mengetahui? Setidaknya ada dua hal yang menurut saya menjadi faktor penghambat bagi UPDM dalam mendefinisikan pendidikan itu secara utuh, yang menyebabkan interaksi antara institusi dan agensi menjadi tidak maksimal dan kurang membawa kebaikan bersama. Dua hal ini saling berhubungan satu sama lain. Yang pertama adalah ruang publik. Ruang publik dalam kampus menjadi penting untuk memberikan kebebasan gerak bagi mahasiswa untuk berinteraksi satu sama lain.

Dengan demikian, akan mendorong kemunculan ide-ide baru untuk membawa kemajuan. Selama ini, pendidikan yang diperoleh mahasiswa hanya terbatas sebagai belajar untuk mengetahui melalui interaksi antara mahasiswa dengan dosen dalam ruang kelas. Padahal, proses pembelajaran sebenarnya tidak hanya terbatas pada ruang kelas. Disini, UPDM seharusnya dapat menyediakan ruang publik bagi mahasiswa. Sebagai contoh, ruang himpunan mahasiswa program studi Hubungan Internasional hanya berukuran 3x3, sedangkan harus di isi oleh 12 orang anggotanya. Adalah sebuah kerugian bagi mahasiswa ketika mereka ingin mengadakan rapat atau diskusi namun mereka tidak memiliki ruang yang cukup atau kebingungan untuk mencari tempat untuk itu. Atau mungkin, seberapa banyak mahasiswa UPDM sering membuat depan kampus macet karena mereka harus mengantri untuk memasuki kampus yang keadaan tempat parkir kendaran selalu padat. UPDM harus banyak

Steven Yohanes Polhaupessy (2010-22-090)

Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik jurusan Hubungan Internasional

G o re s a n M a h a s i s w a

Page 33: Majalah November 2012

33D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

berbenah. Memang tidak disangkal karena lahan bangunan UPDM sangat terbatas. Namun, seharusnya itu bukan menjadi sebuah alasan untuk tidak menciptakan ruang publik. Meskipun penerimaan mahasiswa setiap tahun semakin bertambah, seharusnya UPDM juga membangun ruang publik yang cukup karena pada teori-nya institusi akan mempengaruhi perilaku agensi. Dengan kata lain, UPDM akan mempengaruhi perilaku mahasiswanya, apabila UPDM tidak dapat membenahi ruang publik bagi mahasiswa, maka ide-ide kemajuan yang bisa diciptakan oleh mahasiswa juga akan tereduksi. Mari dibuat sederhana bahasa teoritis yang sulit dicerna ini: apabila tidak ada perbaikan mengenai infrastruktur kampus, maka kualitas lulusan dari UPDM juga dapat terpengaruhi, tendensinya menurun. Personifikasi mengenai hal itu sederhana, seperti yang pernah dikatakan oleh dosen saya “kita yang dipengaruhi lingkungan, atau kita yang mempengaruhi lingkungan”. Yang kedua adalah orientasi pendidikan. Saat ini, semakin beredar kuat anggapan di tengah mahasiswa bahwa orientasi pendidikan UPDM adalah urusan mencari keuntungan (profit-seeking matters) dibandingkan orientasi pembangunan individu mahasiswa itu sendiri. Mari kita berhitung dengan rincian, saya hanya akan membatasi perhitungan saya dengan jumlah mahasiswa lima angkatan saja. Saat ini, dari data yang saya dapat dari bberapa sumber, Angkatan 2008 berjumlah 63 mahasiswa, angkatan 2009 berjumlah 110 mahasiswa, angkatan 2010 berjumlah 136, angkatan 2011 berjumlah 166 dan angkatan 2012 berjumlah 178 mahasiswa. Dan setiap angkatan memiliki bobot pembayaran yang berbeda tiap semester, termasuk dalam pembayaran uang yang diperuntukan bagi Senat Mahasiswa FISIP dan HMJ HI atau AN, namun saya lagi-lagi membatasi hanya pada HMJ HI. Angkatan 2008 menyertakan Rp. 125.000 untuk senat dan Rp. Rp. 100.000 untuk HMJ, Angkatan 2009 menyertakan Rp 125.000 untuk senat dan Rp. 100.000 untuk HMJ, angkatan 2010 menyertakan Rp. 125.000 untuk senat dan Rp 100.000 untuk HMJ, angkatan 2011 menyertakan Rp 175.000 untuk senat dan Rp 100.000

untuk HMJ, dan angkatan 2012 menyertakan Rp 175.000 untuk senat dan Rp 100.000 untuk HMJ. Untuk mendapatkan agregat perhitungan, hanya tinggal dikalikan saja jumlah mahasiswa tiap angkatan dan berapa pembayarannya kemudian seluruhnya dijumlahkan saja. Dengan demikian, kita akan mengetahui berapa dana tiap semester bagi Senat dan HMJ. Agregat dari hasil penghitungan itu harusnya dapat lebih dirasakan melalui pembangunan yang berhubungan dengan keilmuan yang lebih jelas. Sekalipun telah ada program tahunan yang selalu dilakukan. Faktor kedua ini ditulis bukan memaksa institusi untuk melakukan audit, namun hanya ingin bertanya akan sebuah hak saya sebagai mahasiswa. Sehingga dapat terlihat jelas, apa kekurangan yang ada diantara institusi dan agensi, demi menciptakan pendidikan yang lebih baik. Orientasi pendidikan yang dipandang semakin mencari keuntungan (profit-oriented) oleh mahasiswa semakin mendekati kenyataan sehubungan dengan kondisi perpustakaan. Perpustakaan UPDM saat ini disentralisasikan berada di lantai dasar gedung Perdamaian. Sebelum perpustakaan di FISIP dipindahkan, fasilitas perpustakaan dan keadaan perpustakaan cukup baik. Masih terdapat stop kontak bagi sumber pelistrikan dan situasi perpustakaan cukup tenang. Namun setelah dipindahkan, ruangan perpustakaan mengalami penurun kualitas: tidak ada stop kontak sumber pelistrikan, suasana gaduh dan minimnya pendingin ruangan. Selain itu, relevansi profit-oriented semakin menguat karena ruangan perpustakaan FISIP lama digunakan menjadi ruangan kelas. Persepsi mahasiswa adalah bahwa karena jumlah mahasiswa yang tidak sesuai dengan kapasitas maka perpustakaan mau tidak mau menjadi ruang kelas. Dan itu justru –sekali lagi –menurunkan kualitas perpustakaan itu sendiri. Lebih lagi buku yang berada dalam perpustakaan pun tidak kunjung bertambah. Padahal ilmu pengetahuan (misalnya saya sebagai mahasiswa program studi hubungan internasional) berubah arah dengan sangat cepat. Oleh karena itu mahasiswa UPDM seringkali justru harus mencari alternatif perpustakaan

lain. Sentralisasi perpustakaan menjadi tidak efektif bagi fungsi utamanya, dan lebih berfungsi sebagai tempat mahasiswa untuk tempat mengobrol. Ini merupakan contoh nyata dari terbatasnya ruang publik bagi mahasiswa sekaligus contoh semakin profit Oriented UPDM. Tulisan ini dibuat bukan untuk menyampaikan kritik yang tanpa maksud, namun lebih merupakan sebuah kesadaran. Saya bermaksud membuka ruang bicara antara institusi dan mahasiswa, sehingga kita bisa saling membangun bagi kebaikan bersama. Disatu sisi, mahasiswa membutuhkan UPDM sebagai institusi pendidikan, dan disisi lain, UPDM membutuhkan mahasiswa untuk dididik. Saya yakin, dengan banyaknya pengumuman akan hadirnya doktor-doktor baru di institusi, maka hambatan pendidikan bagi mahasiswa dapat diselesaikan. Tujuan utamanya adalah sederhana, yaitu mendefinisikan pendidikan sebagaimana UNESCO mendefinisikannya, supaya interaksi antara institusi dan agensi membawa kebaikan bersama. UPDM saya yakin sudah cukup dewasa untuk berbicara dengan mahasiswanya.

D

D

Page 34: Majalah November 2012

34• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

KARYA SENI

Serbuk Kayu penyelamat lingkungan

Horta

Boneka berambut rumput atau biasa disebut boneka Horta menjadi sebuah media tanam

yang dikemas dalam bentuk boneka. Bermula dari ajang kompetisi Program Kreatif Mahasiswa (PKM), membawa Imam R. Izzati, Asep Rodiansyah, Gigin Mardiansyah, Rachmatullah, Nurhaedi Aditiani, Agustina Nurhaedi, dan Annisa Rachmania membawa ketujuh mahasiswa itu menjadi pencetus boneka alami. Boneka Horta sebutan dari Holtikultura, atau media tanaman kreatif adalah boneka yang terbuat dari serabut kayu dengan di bentuk sedemikian rupa untuk menjadi sebuah boneka tanaman rumput yang dapat tumbuh subur layaknya rambut pada manusia dan hewan. Hal inilah yang menjadi daya tarik bagi boneka buatan anak Institut Pertanian Bogor. Meski begitu, boneka Horta juga mengalami kendala selama proses penelitian, media tanaman apa yang cocok untuk boneka Horta. Dari beberapa penelitian dicoba untuk mencari media tanam yang cocok, akhirnya selama rentang waktu enam bulan. Gigin dan teman-teman berhasil menemukan elaborasi yang cocok antara serabut kayu dan benih rumput. Gigin menjelaskan, awal percobaan dengan mengunakan banyak media tanam, seperti tanah, sekam, dan serabut kelapa yang dihancurkan. Benih tanaman pun awalnya kita coba menanam benih padi, sayuran, dan jagung. Hingga akhirnya media tanaman serbuk kayu dan benih

rumput yang cocok ditanam di boneka ini.Tidak hanya Horta yang menjadi maskot mahasiswa IPB khususnya mahasiswa jurusan Agronomi Holtikultura. Saat ini mereka berhasil mengembangkan inovasi baru dari boneka Horta. Boneka Potty namanya, perbedaan Horta dengan Potty adalah dari benih yang ditanam. Horta hanya bisa ditanam dengan benih rumput, sedangkan Potty bisa ditanam dengan menggunakan benih seperti benih padi, sayuran, dan jagung. Untuk perawatan boneka Horta tidak terlalu rumit, pasalnya boneka ini hanya perlu direndam dalam air selama satu jam, kemudian disirami sedikit air sehari dua kali pagi dan sore. Karena kemudahan perawatan yang boneka Horta berikan, menjadikan boneka ini cocok untuk dijadikan hiasan di meja kantor, kamar tidur, ruang tamu, dan berbagai variasi lainnya. “Perawatannya cukup mudah, hanya perlu direndam didalam air selama satu jam, kemudian disirami sedikit air sehari dua kali setiap pagi dan sore,” ucap Gigin. Gigin menambahkan bahwa pemasok boneka Horta hanya ada di kota Bogor, sedangkan distributor seperti yang ada di wilayah Bandung, Jakarta, dan Medan hanya memperkenalkan dan memasarkan boneka Horta di wilayah masing-masing. Sementara Fachrudin selaku distributor boneka Horta di daerah Bogor mengatakan bahwa kelebihan dari boneka ini selain mainan boneka,

juga mempunyai nilai multifungsi seperti untuk hadiah kado, souvenir, dan banyak juga dari sekolah TK atau SD yang memesan boneka ini sebagai media pembelajaran tumbuhan. Annisa Permasih, mahasiswi di salah satu universitas negeri di Jakarta mengaku mulai tertarik sebagai salah satu pecinta boneka Horta. “Lucu, inovatif, dan kreatif,” katanya. Annisa bertutur, tumbuhan rumput yang dikembangkan melalui wirausaha kreatif memberikan nilai pendidikan khususnya bagi anak-anak untuk tertarik dan mencoba. Setidaknya boneka ini mampu mengurangi masalah penghijauan yang selama ini menjadi kendala, khususnya di ibu kota yang lahan penghijauannya kini terpapas oleh bangunan pencakar langit. Boneka Horta diharapkan mampu menumbuhkan rasa cinta lingkungan kepada anak sejak usia dini, serta mampu mengurangi pemanasan global dengan cara mendidik anak untuk mencintai lingkungan yang dikemas dengan cara belajar menanam tumbuhan yang menyenangkan. D

Boneka Holtikura atau Horta lahir dari tangan kreatif anak bangsa dalam kompetisi Program Kreatif Mahasiswa (PKM).

Siti Farhany

Foto: google.com

Foto: google.com

Page 35: Majalah November 2012

35D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Padatnya aktifitas yang sering dilakukan kerap membawa perasaan jenuh. Ada baiknya

dalam sela waktu yang dimiliki, dapat diisi dengan hal berbau positif yang dapat meletup semangat diri. Salah satunya dengan bermain. Permainan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu permainan tradisional dan permainan modern. Permainan tradisional merupakan jenis permainan khas daerah yang ada dibeberapa wilayahnya Indonesia. Sedangkan permainan modern merupakan suatu permainan yang muncul seiring dengan berkembangnya teknologi. Salah satu contoh permainan yang dilihat dari bentuk permainan yaitu gasing dan juga gobag sodor. Gasing merupakan permainan yang bisa berputar pada poros dan berkeseimbangan pada satu titik. Dalam berbagai situs arkeologi, gasing merupakan mainan tertua yang masih bisa di kenali. Sebagian besar gasing di buat dari kayu, walaupun sering kali dibuat dari plastik ataupun bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk menjadi badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, namun pada tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon.Sedangkan gobak sodor atau dari daerah lain disebut galah asin atau galasin merupakan permainan asli dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup. Dimana masing-masing grup terdiri dari 3 – 4 orang. Cara bermainnya dengan menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis terakhir secara bolak-balik. Untuk

Asiknya Permainan Tradisional Diantara Serbuan ModernGasing dan Gerobak Sodor (umumnya disebut Galasin) merupakan dua dari permainan tradisional yang masih bertahan ditengah serbuan permaianan elektronik ala zaman modern.

meraih kemenangan, seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak balik dalam area lapangan yang telah di tentukan. Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari permainan tradisional yaitu dapat mengembangkan tingkah laku sosial anak, dapat pula menimbulkan sikap dan sifat kerjasama

sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia. Permainan tradisonal juga dapat mempengaruhi nilai-nilai moral sehingga mewarisi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan mengandung banyak makna dan pelajaran berharga seperti halnya kejujuran, keadilan, kebersamaan, dan juga sikap toleransi. Hadiati Erry atau yang biasa disapa Hedy, salah satu dosen mata kuliah Komunikasi Lintas Budaya di kampus UPDM(B) mengungkapkan dampak positif dan negatif permainan modern bagi psikis anak. Menurutnya dampak positif permainan modern dapat meningkatkan sosialisasi anak dengan lingkungan, selain itu merangsang daya imajinasi dan kreatifitas anak karena dalam berberapa permainannya sering membuat pemainnya sering membuat keputusan dan memikirkan tentang bagaimana cara menyelesaikan

Sri Rizqi Gustiarini

SENI BUDAYA

permainan. Hal ini sangat baik untuk pengembangan otak anak. Sedangkan efek yang muncul pada psikologi pemain yaitu dapat berpotensi memberikan dampak negatif yaitu disaat pemain berinteraksi di kalangan masyarakat, karena kemenangan menjadi tujuan utama bila seorang pemain belum memperoleh kemenangan, dia belum merasa senang. Sehingga, esensi pemain yang seharusnya untuk kesenangan dan menyenangkan menjadi pudar, parahnya para pemain akan melakukan apa saja untuk memenangkan tantangan yang ada. Bahkan bila ada kecurangan yang cenderung dilakukan, pasti akan dilakukan untuk meraih kemenangan. Bila praktek ini dilakukan pada dunia nyata , maka dunia akan berisi orang-orang yang curang. Andri Nugraha yang merupakan salah satu mahasiswa Fikom UPDM(B) mengungkapkan bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang asik untuk dimainkan bersama-sama, namun sayang bila anak-anak cenderung lebih suka bermain permainan modern. Menurutnya, gejala itu cenderung mengisyaratkan bahwa si anak telah melupakan kodratnya sebagai seorang anak.

Foto

: goo

gle.

com

D

Page 36: Majalah November 2012

36• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

menggunakan Blender. Blender ini ternyata memiliki banyak sekali kelebihan dalam tools-nya. Komunitas ini mulai melirik Game Engine Open Source, dan mendapat hasil yang menggembirakan. Kini, Komunitas 3D Animasi Indonesia mendapat kepercayaan

dari TNI AD untuk membuat simulator-simulator tempur agar mereka bisa berlatih tempur secara virtual. “Klien-klien kami tidak hanya TNI AD, ada beberapa perusahaan yang bergerak di bidang alat-alat berat mempercayakan pembuatan visual data kepada kami.Salah satu dari klien kami yang pastinya sudah akrab terdengar adalah Polytron,” ucap Harry. Di animasi 3D terdapat bagian-bagian yang semua orang dapat mempelajari jika minat dan ingin mendalami animasi. Seperti 3D Modeler, yakni belajar membentuk objek dan me-manage jumlah Polygon yang diperlukan dalam membentuk objek. “Jangan boros dengan jumlah Polygon, karena akan membutakan kulasi cahaya, animate tersebut menjadi lebih berat,” jelasnya. 3D Animate, yaitu belajar menggerakkan tubuh dan berakting di depan kaca.

Di Indonesia, banyak komunitas pecinta animasi. Salah satunya adalah Komunitas 3D Animasi Indonesia yang dicetuskan oleh Harry Riyadi dan berada di daerah Baros, Cimahi, Jawa Barat. Hobinya di dunia animasi 3D membuat Harry Riyadi tergerak untuk mendirikan sebuah komunitas dimana para 3D artist bisa berkumpul saling bertukar ilmu. Komunitas ini didirikan pada September tahun 2010. “Pertama-tamanya kita meminta izin kepada Representative Officer Autodesk untuk membuat komunitas Animator 3DS Max yang pada saat itu di pegang oleh Bimo Adi Prakoso. Alhasil, kita mendapat sambutan yang cukup baik dan hangat,” tutur Harry. Awal mula terbentuk hanya beranggotakan satu orang, yaitu Harry. Selama satu tahun merintis muncul satu orang kerabat yang lebih mendalami visual effect namun tidak bertahan lama. Setelah berjalan satu tahun, Harry Riyadi sebagai pendiri memutuskan untuk mengubah nama komunitas menjadi Komunitas 3D Animasi Indonesia. “Pergantian nama ini ditujukan agar tidak hanya 3DS Max User saja yang aktif tapi bisa dari semua 3D Application ikut aktif,” jelasnya. Berdatangan silih berganti teman-teman yang mendukung komunitas ini, melalui proses alam akhirnya didapat tujuh anggota keramat yang hingga kini menjadi sumber energi utama untuk roda perputaran di Komunitas 3D Animasi Indonesia, dan di Forum Facebook komunitas ini tercatat sudah 14.000 lebih yang sudah join. Masa-masa menggunakan 3DS Max berakhir, dan beralih

Dimulai dari iseng, Komunitas 3D Animasi Indonesia saat ini mendapat kepercayaan dari TNI AD untuk membuat simulator tem-pur agar bisa berlatih tempur secara virtual.

3D GENERASI MUDA

ANIMASI BANGKITKANSEMANGAT BERKARYA

Revita Clarina

3D Rigger, yaitu belajar membungkus objek3D (daging) ke Bone atau Biped (tulang). Bila ada motion capture, harus mempelajari alat tersebut terlebih dahulu. Belum terhenti sampai disitu.Masih ada dua tahap lagi yaitu 3D Lighting dan 3D Rendering. 3D lighting yakni belajar mengatur pencahayaan agar tampak lebih realistik atau konsepnya lebih ke kartun dengan warna pastel, sementara 3D Rendering sendiri yakni belajar bagaimana mengatur cahaya depth of field agar tampak kedalaman gambar. Adapun langkah-langkah atau cara-cara untuk membuat animasi dari proses design sampai editing. Ada dua proses tahapan, yaitu pra-produksi dan post production. Pertama kali adalah proses pra-produksi, yaitu harus mematangkan konsep animasi tersebut. Jika sudah matang, langsung membuat Character Design, Scenario, 3D Modeling Character, 3D Modeling Environment, 3D Rigging, dan Animatik (Story Board tapi sudah ada gerakan sederhana sebagai panduan 3D animator). Setelah itu, barulah kita masuk ke proses membuat 3D Animating. Preview Render diperuntukkan untuk melihat hasil animating, bila mana ada yang harus di revisi atau diulang. Dan yang terakhir adalah proses Render Final Animating yang semuanya dikumpulkan di Server. Setelah melewati tahapan pra-produksi, lalu animasi masuk ketahapan post production. Di dalam proses initerdapat empat tahapan. Tahapan yang pertama yaitu masuk ke editing. Setelah itu, baru masuk tahap kedua yaitu compositing, yang berguna untuk color correction, FX, dan lain sebagainya. Render master AVI adalah tahap ketiga dalam proses. Dan yang terakhir adalah proses finishing. Jaman sekarang, generasi muda sudah mulai mendengar tentang animasi 3D. Sebagian dari generasi muda banyak yang tertarik bahkan penasaran untuk menggeluti dan ingin belajar tentang animasi 3D. “Anak dari Marissa Haque dan Ikang Fauzi adalah salah satu yang baru saja mempelajari animasi 3D,” ungkap Harry.

Sains

Foto: google.com

D

Page 37: Majalah November 2012

37D i a m m a • N O V E M B E R 2 0 1 2

Fotografer : Doc. K

omunitas E

dan Spur

Komunitas edan sepur merupakan wadah bagi para pecinta kereta api yang berasal dari berbagai

lapisan, hingga akhirnya mereka berkumpul dan sepakat membuat suatu komunitas yaitu komunitas edan sepur. Komunitas ini didirikan oleh Egief Del Haris, Desya Nur Perdana, Armiya Farhana, Budi Susilo, Agus Riyadi, Luqman Supriyatno pada tanggal 5 Juli 2009 di Jatinegara. Komunitas yang beranggotakan lebih dari sembilan ratus orang ini memiliki tujuan sebagai penggerak perubahan masyarakat perkereta apian yang lebih baik dan disiplin, rasa memiliki yang tinggi, serta saling menghormati dan ikut serta menjaga aset-aset perkeretaapian. Edan Sepur tidak memberikan batasan umur anggotanya, mulai dari anak- anak hingga orang tua boleh bergabung. Tidak hanya itu, anggotanya tidak hanya berasal dari pulau Jawa dan Sumtara saja, ada yang berasal dari Sulawesi dan Kalimantan. Edan Sepur banyak melakukan acara, baik bersifat sosial maupun komunitas. Mulai dari penghijauan, festival Kereta Api 2011, tali kasih untuk kondektur, membuka posko-posko mudik, joyride, dan berbagai lainnya. Joyride sendiri rutin

diselenggarakan empat sampai enam bulan, namun untuk perkelompok rutinitas lebih sering. Joyride biasanya dilakukan secara perkelompok 5-8 orang atau maksimal 20 orang. Bagi mereka, joyride itu seperti bersenang-senang saat waktu perjalanan didalam kereta api. Dalam perjalanannya, mereka banyak mengunjungi stasiun-stasiun kecil, seperti Stasiun Lebak Jero di Kabupaten Garut yangg memiliki pemandangan gunung yang indah, Stasiun Sasak Saat di Kabupaten Bandung Barat yang berdekatan dengan terowongan dan memiliki panjang lebih dari 900 meter, dan jembatan Cikubang yang memiliki ketinggian lebih dari 100 meter. “Mungkin aneh buat masyarakat awam ketika kami masuk dan menembus terowongan atau menyeberang jembatan kereta yang tinggi. Tapi buat kami itu adalah hiburan tersendiri,” ucap Helmi humas komunitas edan sepur. Ternyata dalam joyride ini banyak juga kegiatan lain yang dilakukan oleh para anggota edan sepur selain hunting foto, seperti menginap di stasiun daerah terpencil, masuk terowongan dan menyeberang jembatan hingga menyusuri jalan-jalan buntu.

Dalam mengadakan perjalanan joyride, para anggota edan sepur biasanya menggunakan kereta api kelas ekonomi maupun ekskutif tergantung kondisi dan selera. “Biasanya kami naik kereta ekonomi. Karena harga tiketnya murah serta juga banyak pedagang makanan. Kalau pun naik kereta eksekutif, cari yang tarif promosi, bisa 70% jauh lebih murah. Kalo yang bisnis tanggung, lebih baik naik kereta kelas ekonomi bisa irit atau yang eksekutif tapi tarif promosi. Sudah murah enak lagi,” tutur Helmi sambil tertawa. Helmi menjelaskan, bahwa edan sepur secara formal berkumpul dua bulan sekali. Sedangkan kegiatan rutin yang sifatnya pribadi dilaksakana setiap dua minggu sekali. Edan Sepur juga mendapat dukungan dari PT Kereta Api Indonesia. Karena secara tidak langsung ikut serta dalam membantu PT Kereta Api Indonesia dalam pelayan terhadap masyarakat, seperti membuka posko lebaran lima belas hari di Stasiun Pasar Senen dan membagikan air putih ketika kedatangan kereta terlambat dan lain lain. Untuk itu komunitas Edan Sepur juga bisa menjadi sarana penyambung komunikasi yang lebih mudah dan kompleks terhadap PT. KAI (persero).

Edan Sepur, sekumpulan komunitas pecinta kereta api yang melanglang buana dibelahan nusantara.

Edan Sepur, Si Pecinta Kereta Api

Nadia Andriani

Komunitas

D

Page 38: Majalah November 2012

38• N O V E M B E R 2 0 1 2 • D i a m m a

P ada suatu malam bersalju tahun 1936,

seorang seniman dipukuli hingga tewas di balik pintu studionya yang terkunci di Tokyo. Polisi menemukan surat wasiat aneh yang memaparkan rencananya untuk menciptakan Azot (sang wanita sempurna) dari potongan-potongan tubuh para wanita muda kerabatnya. Tak lama setelah itu, putri tertuanya dibunuh. Kemudian putri-putrinya yang lain serta para keponakan perempuannya pun menghilang. Satu per satu mayat mereka ditemukan dalam keadaan termutilasi. Semua dikubur sesuai dengan prinsip astronomis yang diuraikan sang seniman. Pembantaian misterius itu mengguncang Jepang, menyibukan berbagai pihak termasuk para detektif amatir sekalipun. Namun, misteri tersebut tetap tak terpecahkan sampai 40 tahun. Suatu hari pada 1979, sebuah dokumen diserahkan kepada Kiyoshi Miratai, seorang astrolog, peramal nasib, dan detektif. Dengan didampingi Kazumi Ishoika, seorang pelukis dan penggemar kisah detektif, ia mulai melacak jejak pelaku pembunuhan Zodiac Tokyo serta misteri penciptaan Azoth. Buku ini sangat menarik bagi anda yang menggemari kisah detektif. Suasana ketegangan mulai dari pembunuhan dan pemecahan misteri sangat terasa. Pembaca tidak hanya dimanjakan dengan cerita yang ada, tapi diajak untuk juga terlibat dalam pemecahan kasus. Fakta-fakta yang didapat sang detektif turut dibeberkan sehingga pembaca akan merasa bahwa dialah yang sedang memecahkan kasus tersebut.

Saat Barry Fairweather meninggal secara

tiba-tiba di usia 40 tahun, Pagford dilanda keterkejutan. Pagford, kota kecil tempat kelahirannya tersebut merupakan sebuah kota yang tenang dengan alun-alun pasar berbatu dan sebuah biara kuno yang indah. Namun, sebenarnya banyak rahasia yang tersembunyi di dalamnya. Pagford ternyata tak setenang apa yang terlihat. Kepergian Barry dari pemerintahan Pagford juga meninggalkan ‘peperangan’ terbesar di kota tersebut. Lantas, siapa yang akan memengankan pemilu yang dipenuhi oleh semangat, intrik, dan juga sebuah ‘mukjizat’ tak terduga di Pagford? J.K. Rowling merupakan penulis yang terkenal dengan novel fenomenalnya, Harry Potter. Novel fiksi tersebut berhasil membius jutaan pembaca di seluruh dunia dan berbagai usia. Setelah menyelesaikan seri terakhir Harry Potter, J.K. Rowling memfokuskan dirinya untuk menciptakan The Casual Vacancy. Tapi, jangan harap anda akan menemukan Hogwarts dan berbagai mantra sihir di dalam buku ini. Berbeda dengan seri fiksi tersebut, The Casual Vacancy merupakan novel yang ditujukan untuk pembaca dewasa. Ceritanya pun jauh berbeda dari seri Harry Potter. Penasaran? Untuk versi bahasa Inggris dari buku ini sudah mulai dijual di berbagai toko buku. Namun, untuk anda yang ingin membacanya dalam terjemahan bahasa Indonesia, penerbit Mizan akan mulai memasarkan versi terjemahan buku ini pada akhir November 2012.

Genta, Arial, Zafran, Riani dan

Ian adalah remaja yang telah menjalin persahabatan belasan tahun lamanya. Suatu hari, mereka jenuh dengan persahabatan mereka dan memutuskan untuk berpisah, tidak saling berkomunikasi selama tiga bulan. Selama ‘putus hubungan’ yang penuh kerinduan itu, banyak hal terjadi dalam kehidupan mereka berlima yang mengubah diri mereka masing-masing. Setelah tiga bulan berselang, mereka memutuskan untuk kembali bertemu dan merayakannya dengan sebuah perjalanan penuh impian dan tantangan. Sebuah perjalanan penuh perjuangan yang membuat mereka semakin mencintai Indonesia. Film ini diangkat dari novel berjudul sama karya Donny Dhirgantoro. Setelah sukses di pasaran dan berhasil membuat banyak pembaca tertegun dengan kisahnya, cerita 5 cm ini akhirnya diangkat ke layar lebar. Apakah film yang disutradarai Rizal Mantofani ini berhasi membius penonton dengan alur dan gambar yang apik seperti yang dilakukan Donny dalam novelnya? Bagi anda yang telah membaca novelnya, kisa persahabatan yang sarat akan keindahan bumi Indonesia ini akan mulai menghiasi layar lebar di pengujung tahun 2012 ini.

RESENSI

The Tokyo Zodiac MurdersPengarang: Soji ShimadaTebal: 360 halamanPenerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

The CasualVacancyPenulis: J.K. RowlingPenerbit (Indonesia): Mizan Grup

5cmJenis Film: DramaProduser: Sunil SorayaSutradara: Rizal MantofaniProduksi: Ram Soraya

DD

D

Page 39: Majalah November 2012

Your One Stop Shopping, Ready Stock, Bweautiful Colour and Best Prices by Liatbeli Online Shop

Nama Produk & Harga :1. Cardigan Batwing : 80 IDR2. Wide Dress : 120 IDR3. Wave Top : 80 IDR4. Mandy Top : 85 IDR5. Plain dress : 120 IDR6. Mandy Top Flower : 85 IDR7. Cardi Ruffle : 85 IDR

8. Celana Hareem : 90 IDR9. Celana Bloomy : 90 IDR10. Celana Palazo : 100 IDR11. Best Seller : JIlbab Hoodie : 45 IDR12. Glady Skirt : 100 IDR13. Layer Skirt : 100 IDR

14. Ruffle Rayon : 90 IDR15. Shawl Ciffon : 45 IDR16. Bag Glossy White : 120 IDR17. Donna Chili Bag : 120 IDR18. Shawl Siffon : 45 IDR19. KoKo Pack : 150 IDR

Contact Person Pin BB : 31146477 (Lisa)

1 2 3 3 4

4 5 6 7 8

9 10 12 1311

1814 19

Page 40: Majalah November 2012

Pertempuran Lewat Tulisan Bukanlah Alat Untuk Menyatukan Kekeluargaan

Dipersembahkan Oleh :

ilustrator : a

slan l

a o

de, fariz

a. sudrajat, tri s. setiawan