MAJALAH Jajang Khusnul Farid 0910720048
Transcript of MAJALAH Jajang Khusnul Farid 0910720048
-
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES PADA ANAK YANG
MENGIKUTI PROGRAM FULLDAY SCHOOL DI SMPN 2 GEMPOL KABUPATEN PASURUAN
Titin Andri Wihastuti, Dian Susmarini, Jajang Khusnul Farid
ABSTRAK
Saat ini trend fullday school mulai berkembang di Indonesia. Fullday school dapat membuat
kondisi anak didik terlalu diforsir dalam kegiatan dan beban belajarnya, memungkinkan berdampak
stres bagi anak sendiri. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung siswa untuk mengurangi
pengaruh stress yang di timbulkan sistem fullday school. Keluarga merupakan suatu sistem
pendukung bagi siswa untuk memberikan perasaan tenang, nyaman, merasa disayang dan
diperhatikan. Sehingga dukungan keluarga diperlukan untuk menekan tingkat stres yang dialami
anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dukungan keluarga dan mengukur tingkat
stress siswa selama program fullday school serta menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan
tingkat stress pada anak yang menjalani kegiatan full dayschool di SMPN 2 Gempol. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik non probability
sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 90 orang. Berdasarkan hasil penelitian,
dukungan keluarga pada siswa yang mengikuti program fullday school di SMPN 2 Gempol Pasuruan
tergolong dukungan keluarga cukup (51,1%) sedangkan tingkat stress yang dialami siswa tergolong
sedang (51,1%), serta ada hubungan yang lemah antara dukungan keluarga dengan tingkat stres
pada siswa yang mengikuti program fullday school (p=0,001) (r=0,355). Pekerjaan dan penghasilan
orang tua, serta gender dan usia siswa digunakan sebagai data pendukung. Dapat didisimpulkan
bahwa semakin baik dukungan keluarga maka akan semakin rendah tingkat stres yang dialami,
sehingga disarankan bagi institusi terkait untuk untuk melakukan evaluasi secara rutin mengenai
dukungan keluarga atau orang tua yang diberikan terhadap siswanya guna meningkatkan semangat
belajar siswa untuk mengikuti program fullday school
Kata kunci: Dukungan keluarga, tingkat stres, siswa SMP dengan fullday school.
ABSTRACT
The current trend of full day school began to flourish in Indonesia. Fullday school can make students conditions too be forced in learning activities and expenses, allowing stress to affect their own children. It takes an environment that encourages students to reduce the influence of stress that caused the school system full day. Family is a support system for students to give a feeling of calm, comfortable, feel loved and cared for. So that family support is needed to reduce the level of stress experienced by the child. This study aims to identify the type of family support and measure the stress level of students during school and full day programs to analyze the relationship of family support with the level of stress in children undergoing fullday school activity in SMP 2 Gempol. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using non-probability sampling technique to sample inclusion criteria obtained a total of 90 people. Based on this research, family support on students who take the full day school program at SMP 2 Gempol Pasuruan quite enough family support (51.1 %) while the level of stress experienced by students classified as moderate (51.1 %), and there is a weak relationship between support families with the level of stress on students who take the full day school program ( p = 0.001 ) ( r = 0.355 ). The conclusion is better support families that the lower the level of stress experienced , so it is advisable for the relevant institutions to to conduct regular evaluations of the family or parental support given to students in order to enhance student learning to follow the spirit of full day school program
Keywords: Family support, stress level, junior high school students with a full day school.
-
PENDAHULUAN
Saat ini trend fullday school mulai
berkembang di Indonesia. Mulai dari SD,
SMP, SMA baik negeri maupun swasta kini
mulai menerapkan program fullday school.
Menurut etimologi kata Fullday School
berasal dari bahasa Inggris.
Full mengandung arti penuh, dan Day
artinya hari. Maka fullday mengandung arti
sehari penuh. Sedangkan School
mengandung arti sekolah.Jadi, Fullday
School jika dilihat dari segi etimologinya
berarti sekolah atau kegiatan belajar yang
dilakukan sehari penuh (Basuki, 2006).
Penerapan fullday school harus
memperhatikan juga jenjang dan jenis
pendidikan, selain kesiapan fasilitas,
kesiapan seluruh komponen di sekolah,
dan kesiapan program-program
pendidikan.Anak-anak usia SD dan SMP
adalah usia-usia dimana porsi bermain
tentu lebih banyak dari pada belajar. Maka
bermain dan belajar akan sangat cocok
bagi mereka. Jangan sampai sistem fullday
school merampas masa-masa bermain
mereka, masa-masa dimana mereka harus
belajar berinteraksi dengan sesama,
berinteraksi dengan orang tua, berinteraksi
dengan sanak saudara dan handai tolan,
serta berinteraksi dengan lingkungan
disekitar tempat tinggalnya (Basuki, 2006).
Keberadaan fullday school
berperan besar menyebabkan anak mudah
lelah, mudah marah hingga depresi. Jika
waktu anak dihabiskan di sekolah dan
orangtua sibuk berkarir, maka kontak itu
akan jarang terjadi. Hal ini dikarenakan
orang tua menganggap tugasnya sebagai
orang tua telah diwakilkan oleh kegiatan
full day school (Mirnauli, 2010).
Menurut Wong et al (2009), anak
usia sekolah membutuhkan dan
menginginkan bimbingan atau dukungan
dari orang tuanya, namun itu tidak akan
diungkapkan karena keinginan mandirinya.
Dalam hal ini keterlibatan orang tua dalam
mendukung anak menjalani kegiatan
fullday schoolakan memberikan perasaan
tenang, nyaman, merasa disayang dan
diperhatikan.
Dukungan keluarga adalah
komunikasi verbal dan nonverbal, saran,
bantuan, yang nyata atau tingkah laku
yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek di dalam lingkungan
sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-
-
hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tigkah
laku penerimanya. Dalam hal ini orang
yang merasa memperoleh dukungan
secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan
yang menyenangkan pada dirinya
(Gottlieb, 1998 dalam Kuncoro 2002).
Pada anak remaja awal, memiliki
area-area stress yaitu, tekanan dari
sekolah,hubungan dengan orang tua,
tekanan untuk bersaing, dan hubungan
dengan teman sebaya.Sehingga,
banyaknya perubahan yang terjadi selama
masa remaja dapat menimbulkan stres
yang besar (Donna L.Wong, 2009). Pada
masa belajar seorang anak bisa
mengalami stres akademik, yaitu stres
yang berhubungan dengan aspek
pembelajaran, khususnya pengalaman
belajarmengenai persepsi siswa terhadap
banyaknya pengetahuan harus dikuasai
dan persepsi terhadap ketidakcukupan
waktu untuk mengembangkan itu
(Nanwani, 2010). Sehingga keberadaan
dukungan sosial dalam hal ini adalah
dukungan keluarga yang adekuat
diharapkan bisa menekan tingkat stres
yang dialami anak(Ryan dan Austin dalam
Friedman, 1998).
Pada anak yang mengikuti fullday school
dapat mengurangi waktu mereka untuk
bermain dan menyosialisasikan pribadi
mereka, Hal tersebut mengakibatkan
kurang terlatihnya jiwa sosial terhadap
lingkungan rumahnya, karena teman yang
dimilikinya hanyalah teman di sekolah.
Selain itu, mereka kurang tanggap
terhadap lingkungan. Setelah pulang dan
sampai di rumah, mereka jarang keluar
rumah. Anak cenderung tertutup dan jauh
dari orang tua secara psikologis. Kondisi ini
dapat diakibatkan oleh orang tua yang
lelah bekerja, sehingga enggan untuk
berinteraksi secara pribadi dengan
anaknya (Fatimah, 2011).
METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
analitik observasional melalui pendekatan
cross sectional. Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 90 orang dengan
pemilihan sampel menggunakan teknik
sampling purposive sampling. Sampel
yang dipilih telah memenuhi kriteria inklusi
yaitu Siswa yang mengikuti program
-
fullday school dan siswa yang
mendapatkan dukungan dari keluarga.
Variabel dukungan keluarga diukur
dengan menggunakan kuesioner yang
terdiri dari 20 poin pertanyaan. Variabel
tingkat stres diukur dengan menggunakan
kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan.
Kuesioner telah diuji validitas
menggunakan teknik korelasi product
moment pearson dengan tingkat
signifikansi 0.1 dan telah diuji reliabilitas
menggunakan rumus alpha cronbach
dengan nilai >0.6.
Untuk mengetahui hubungan
dukungan keluarga dengan tingkat stres
menggunakan uji korelasi spearman rank
dengan bantuan SPSS 16 for windows. Uji
korelasi menggunakan tingkat
kepercayaan 90% dan tingkat signifikansi
10%.
HASIL PENELITIAN
Karakteristik Responden berdasarkan
Usia
Frekuensi usia paling banyak
adalah usia 13 tahun dengan prosentase
sebesar 69% (62 orang), usia 14 tahun
dengan prosentase sebesar 18% (16
orang) dan yang berusia 12 tahun sebesar
13% (12 orang).
Karakteristik Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Frekuensi jenis kelamin perempuan
dengan prosentase sebesar 60% (54
orang), jenis kelamin laki-laki sebanyak
40% (36 orang).
Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendidikan Orang Tua
Frekuensi pendidikan terakhir orang tua
paling banyak adalah smu sebesar 71%
(64 orang), smp sebesar 20 % (18 orang),
sd sebesar 6% (5 orang) dan yang terkecil
adalah sarjana dengan besar prosentase
3% (3 orang).
Karakteristik Responden Berdasarkan
Pendapatan Orang Tua
Frekuensi penghasilan orang tua
responden sebesar 62% (56 orang)
berpenghasilan cukup, 27% (24 orang)
berpenghasilan kurang, 11% (10 orang)
berpenghasilan lebih.
Karakteristik Responden Berdasarkan
Pekerjaan Orang Tua
Frekuensi pekerjaan orang tua
responden sebesar 62% (56 orang)
bekerja di bidang swasta, 24% (22 orang)
bekerja di bidang wiraswasta, 6% (5 orang)
bekerja sebagai PNS, 6% (5 orang) bekerja
-
sebagai buruh, dan 2 % (2 orang) sebagai
ibu rumah tangga.
Dukungan Keluarga terhadap Siswa
Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Dukungan Keluarga yang diberikan Kepada Responden
Dukungan Keluarga
Frekuensi Prosentase (%)
Baik 44 48.9%
Cukup 46 51.1%
Kurang 0 0%
Total 90 100.0%
Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa
dari 90 siswa yang menjadi responden,
51.1% (46 orang) mendapatkan dukungan
keluarga yang cukup, 48.9% (44 orang)
mendapatkan dukungan keluarga yang
baik, dan tidak ada responden yang
memiliki dukungan keluarga yang kurang.
Tingkat Stress Siswa
Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Responden
Tingkat Stress
Frekuensi Prosentase
Tidak ada Stres
0 0%
Ringan 40 44.4 %
Sedang 46 51.1 %
Berat 4 4.4 %
Total 90 100.0 %
Berdasarkan Tabel menunujukkan bahwa
dari 90 siswa yang menjadi responden,
51.1% (46 orang) mengalami stress tingkat
sedang, 44.4% (40 orang) mengalami
stress tingkat ringan, dan 4.4% (4 orang)
stress tingkat berat.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat Stres
Tabel Silang Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres
Crosstabulation Tingkat Dukungan Keluarga
Total
p value
r
Baik Sedang
Kurang
Tingkat Stress
Ringan 38 14 2 54 0,001 0,355
Sedang 22 12 0 34
Berat 0 2 0 2
Total 60 28 2 90
Berdasarkan uji hipotesis dengan
menggunakan uji statistik nonparametrik
spearman rho pada tingkat kepercayaan
95% didapatkan nilai signifikansi (p value)
sebesar 0,001 dengan kekuatan korelasi p
hitung sebesar 0,355 dan arah korelasi p
hitung positif. Maka nilai p value 0,001 lebih
kecil dari 0,005 sehingga merupakan bukti
menolak hipotesis null (H0) dengan
kekuatan korelasi p hitung lemah karena
dalam rentang 0,200 0,399 artinya ada
hubungan yang lemah antara dukungan
keluarga dengan tingkat stres. Hal tersebut
menunjukkan bahwa bentuk hubungan
kedua variabel adalah berbanding terbalik
yaitu semakin baik dukungan keluarga
maka akan semakin ringan tingkat stress
yg dialami.
-
PEMBAHASAN
Dukungan Keluarga Pada Siswa yang
Mengikuti Program Fullday School di
SMPN 2 Gempol Pasuruan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, dukungan keluarga yang
diberikan terhadap siswa fullday school di
SMPN 2 Gempol dari total 90 responden
didapatkan bahwa 51.1% (46 orang)
mendapatkan dukungan keluarga yang
cukup, 48.9% (44 orang) mendapatkan
dukungan keluarga yang baik, dan tidak
ada responden yang memiliki dukungan
keluarga yang kurang Hasil penelitian ini
sesuai dengan teori Friedman (1998) yang
menyatakan bahwa dukungan keluarga
yang diberikan kepada anggota keluarga
yang lain dipengaruhi oleh beberapa factor,
diantaranya adalah ukuran keluarga, usia
dan kelas sosial ekonomi keluarga.
Hasil penelitian ini juga seiring
dengan pendapat Efendi dan Makhmudi
(2009) yang menyatakan bahwa dukungan
yang diberikan mengartikan bahwa
keluarga selalu siap memberikan bantuan
dan pertolongan jika diperlukan anggota
keluarga, semakin baik dukungan yang
diberikan keluarga, keluarga akan selalu
memberikan bantuan dan perhatian.
Dengan tingkat dukungan keluarga yang
baik diharapkan keluarga mampu
mengenal masalah kesehatan keluarga
dan perubahan-perubahan yang terjadi
pada anggota keluarga sehingga akan
meningkatkan kualitas kesehatan anggota
keluarga. Penerapan dukungan keluarga
pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh
pekerjaan orang tua responden, tingkat
pendidikan orang tua responden, serta
pendapatan ekonomi orang tua responden
yang didominasi oleh pekerja di bidang
swasta.
Dari hasil penelitian diperoleh 64%
responden memperoleh dukungan
informasional cukup, maka dapat ditarik
suatu kesimpulan bahwa sebagian besar
responden mendapatkan nasihat, usulan,
saran, petunjuk dan pemberian informasi
dari keluarga dengan cukup. Bentuk
dukungan keluarga yang kedua ialah
dukungan penilaian, dimana pada
penelitian ini diperoleh hasil bahwa
sebagian besar responden (56%)
mendapatkan dukungan penilaian cukup.
Bentuk dukungan keluarga
selanjutnya ialah dukungan instrumental,
-
yaitu bentuk dukungan berupa bantuan
dalam bentuk nyata atau material, seperti
dalam bentuk uang saku, peralatan
sekolah maupun belajar, waktu yang
diberikan untuk belajar, modifikasi
lingkungan maupun menolong dengan
pekerjaan waktu mengalami stress
(Friedman, 1998). Pada penelitian ini
didapatkan hasil bahwa sebagian besar
responden (54%) mendapatkan dukungan
instrumental tinggi.
Bentuk dukungan yang terakhir
yaitu dukungan emosional. Pada penelitian
ini didapatkan hasil bahwa 51% responden
mendapat dukungan emosional baik. Hal
ini berarti sebagian besar responden
menerima perhatian, kepercayaan,
didengarkan dan membantu dalam
penguasaan emosi dengan baik.
Adapun hal-hal yang berpengaruh
pada dukungan keluarga secara utuh
dipengaruhi oleh usia, sosial ekonomi
keluarga yaitu pekerjaan dan pendidikan
(Friedman, 1998). Dari segi usia, rata-rata
responden berusia 13 tahun dengan usia
paling muda adalah 12 tahun dan paling
tua adalah 14 tahun.
Pada penelitian ini, didapatkan hasil
bahwa sebagian besar orang tua
responden memiliki penghasilan sebesar
62% (56 orang) berpenghasilan cukup,
27% (24 orang) berpenghasilan kurang,
11% (10 orang) berpenghasilan lebih.
Keadaan ekonomi keluarga yang stabil
kemungkinan bisa terjadi penerapan
keluarga dukungan keluarga yang baik.
Tingkat Stress Pada Siswa yang
Mengikuti Program Fullday School di
SMPN 2 Gempol Pasuruan
Berdasarkan penelitian yang
dilaksanakan pada bulan September 2013
didapatkan informasi bahwa tingkat stress
siswa di SMPN 2 Gempol yang mengikuti
progerm fullday school mayoritas ada
pada tingkat sedang. Penelitian lain yang
dilakukan Abrianti (2012) mengenai
perbedaan ingkat stres belajar siswa
fullday school dan siswa reguler SMAN Se-
Kota Malang menyebutkan bahwa sebesar
70,33% responden dalam kategori tingkat
stres belajarnya sedang.
Faktor usia mewakili faktor
perkembangan responden yang dapat
mempengaruhi stress. Sebanyak 63
responden adalah usia 13 tahun yang
-
merupakan usia remaja awal dan
berdasarkan hasil crosstabulation antara
usia dan tingkat stress menunjukkan
bahwa tingkat stress ringan didominasi
oleh usia 13 tahun dengan jumlah 22 siswa
(34,9%) stress ringan dan 37 (58,7%)
siswa stress sedang serta 4 siswa (6,3%)
siswa stress berat pada kategori usia
tersebut. Sedangkan pada usia 12 tahun
dengan jumlah 11 siswa (91,7%) stress
ringan, 1 siswa (8,3%) stress sedang, serta
tidak ditemukannya stress berat pada usia
tersebut. Hal ini sesuai dengan Teori
Wener dalam Martina (2012) yang
menyatakan bahwa stressor fisik dapat
berupa usia. Karena semakin
bertambahnya usia maka fungsi fisiologis
akan semakin berkurang sehingga dapat
menimbulkan stress.
Faktor lain yang dapat
mempengaruhi tingkat stress seseorang
adalah kemampuan individu
mempersepsikan stressor. Dalam hal ini
jenis kelamin dapat mempengaruhi
seseorang dalam mempersepsikan stress.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa jumlah siswa
perempuan lebih besar dari pada jumlah
siswa laki laki. Pada siswa laki-laki, 14
siswa (38,9%) stress ringan, 21siswa
(58,3%) stress sedang, dan 1 siswa (2,8%)
stress berat. Sedangkan pada siswa
perempuan ditemukan 26 siswa (48,1%)
stress ringan, 25 siswa (46,3%) stress
sedang, dan 3 siswa (5,6%) stress berat.
Hasil tersebut seiring dengan penelitian
yang dilakukan oleh Aggola & Ongori
(2009) yang menunjukkan bahwa tingkat
stress pada perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki.
Kecenderungan variasi tingkat
stress diantara laki-laki dan perempuan
pada siswa SMPN 2 Gempol dipengaruhi
oleh respon dari masing-masing siswa.
Namun, tidak adanya perbedaan stresor
yang ditimbulkan karena fullday school
yang harus diikuti oleh siswa baik laki-laki
maupun perempuan, maka kemungkinan
pengalaman siswa terpapar oleh stresor
juga sama. Oleh karena itu tidak
ditemukan adanya kecenderungan
perbedaan tingkat stress diantara laki-laki
dan perempuan.
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan
Tingkat stress pada Anak yang
-
Mengikuti Program Fullday School di
SMPN 2 Gempol Pasuruan
Berdasarkan hasil analisis dengan
menggunakan korelasi Rank Spearman,
diperoleh nilai korelasi antara variabel 1
dan 2 sebesar 0,355 dan nilai signifikansi
(p) sebesar 0,001. Dengan demikian, maka
dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang lemah antara dukungan
keluarga dengan tingkat stres pada siswa
yang mengikuti program fullday di SMPN 2
Gempol Pasuruan. Hal ini berarti bahwa
yaitu semakin baik dukungan keluarga
maka akan semakin ringan tingkat stress
yg dialami. Arianto (2009) menjelaskan
bahwa dukungan keluarga memainkan
peranan yang penting dalam kesehatan
fisik dan kesehatan mental, baik
memelihara kesehatan maupun berfungsi
sebagai pencegah stressor psikologis.
Perubahan fisik juga terjadi saat siswa
memiliki tingkat stress tinggi yang
merupakan perubahan pada fisiologisnya
bukan hanya pada psikologis. Perubahan
perubahan fisik yang dapat terjadi saat
stress misalnya muncul keringat dingin,
gangguan tidur, gangguan makan, jantung
berdebar debar, mudah lelah dan merasa
lemas (Perry & Poter, 2005). Bahkan
bukan tidak mungkin adanya stress yang
berlebih dapat menyebabkan sakit
sehingga menganggu siswa dalam belajar
di sekolah. Saat mengalami gangguan
fisiologis yang sampai mengganggu
aktivitas sehari hari maka biasanya akan
mengambil ijin sakit sehingga tidak masuk
sekolah. Hal ini tentunya akan menurunkan
proses belajar siswa sehingga pelajaran
yang didapatkan dari sekolah tidak bisa
maksimal. Dampak buruk yang dapat
timbul jika seorang siswa mengalami stress
maka dapat mengganggu interaksi
sosialnya, baik itu pada teman sebaya,
guru, maupun orang tua. Efektivitas belajar
dapat pula menjadi terganggu, karena
pada umumnya apabila seseorang
mengalami stress, maka akan terjadi
gangguan baik pada psikologis maupun
fisiologisnya (Arnold dalam Noviati 2006).
PENUTUP
Kesimpulan
1. Tingkat stress siswa yang mengikuti
program fullday school di SMPN 2
Gempol Pasuruan mayoritas adalah
-
tingkat sedang yaitu sebanyak 51.1%
(46 orang).
2. Dukungan keluarga terhadap siswa
yang mengikuti program fullday school
di SMPN 2 Gempol Pasuruan
mayoritas adalah kategori cukup an
baik yaitu masing-masing 51.1% (46
orang) dan 48.9% (44 orang).
3. Adanya faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga yaitu tingkat
pendidikan orang tua, pekerjaan orang
tua dan pendapatan orang tua, dan
faktor yang mempengaruhi stres yaitu
usia dan jenis kelamin.
4. Adanya hubungan berbanding terbalik
antara dukungan keluarga dengan
tingkat stress siswa sehingga semakin
rendah tingkat stress yang dimiliki
siswa maka semakin baik dukungan
keluarga tersebut.
Saran
Bagi Institusi Terkait
1. Sebagai masukan kepada institusi
terkait untuk selalu mengevaluasi
tingkat stress siswanya.
2. Sebagai masukan kepada institusi
terkait untuk melakukan evaluasi
secara rutin mengenai dukungan
keluarga atau orang tua yang
diberikan terhadap siswanya guna
meningkatkan semangat belajar siswa
untuk mengikuti program fullday
school.
Bagi Penelitian Selanjutnya
1. Pada penelitian selanjutnya dapat
dilakukan penelitian serupa dengan
teknik pengambilan sampel
menggunakan probability sampling
agar semua orang dalam populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk
mengikuti penelitian.
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan
dengan mengambil jumlah sample
yang signifikan dan menjadikan
penelitian ini sebagai referensi.
3. Pada penelitian selanjutnya
sebaiknya lebih diperhatikan
metode pengumpulan data yaitu
dengan menggunakan instrumen
yang dapat mengukur dukungan
keluarga dan tingkat kemandirian
secara objektif.
-
DAFTAR PUSTAKA
Abrianti, Ririn Septianing. 2012. Perbedaan Tingkat Stres Belajar Siswa Full Day School dan Siswa Reguler SMAN Se-Kota Malang. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Administrasi. Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Agolla, J.E, & Ongori, H. (2009). An assasment of academic stress among undergraduate students. Academic journal, Educational research and review vol.4, pp.063-067.
Basuki, Sukur. Fullday school, Harus Proposional Sesuai Jenis dan Jenjang Sekolah, (http://www.SMKN1lmj. Sch.id/? di akses 06 Mei 2012.
Effendi, dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. Hal. 179.
Friedman, Marlyn M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik/ Marilyn M. Friedman;alih bahasa, Ina Debora R.L.,Yoakim Asy; Editor, Yasmin Asih, Setiawan, Monica Ester.Ed 3.-Jakarta : EGC
Kuncoro. 2002. Dukungan sosial pada Remaja. (online).. http://www.google.com/Epsikologi_remaja.htm Retrived 24 Desember 2012
Martina, Anggra. 2012. Gambaran Tingkat Stress Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehamad Goenawan Partowidigno Cisarua Bogor RSPG. Skripsi. Tidak diterbitkan. FIK-UI. Depok
Mirnauli, Irna. 2010. Full Day School, Berpotensi Buat Anak
Stres.(online). http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=29147. Diakses 27 November 2012
Nanwani. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik Pada Siswa Kelas 5 Sd Jubilee-Jakarta.(online). http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=163059 diakses 15 April 2013
Novianti, Evin. 2006. Hubungan
Karakteristik Responden, Beban
Kerja, Dan Kondisi Kerja Dengan
Stress Kerja Pada Unit Kritikal Di
RS Pondok Indak Jakarta.
Skripsi. Tidak diterbitkan.
Fakultas Ilmu Kesehatan UPN
Veteran. Yogyakarta
Potter & Perry.2005.Buku Ajar
Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses & Praktek.Edisi
4. Vol 1. Jakarta : EGC
Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : EGC.
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Titin Andri Wihastuti S.Kp.,M.Kes.
NIP. 19770226 200312 2 001