MAJALAH Jajang Khusnul Farid 0910720048

11
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES PADA ANAK YANG MENGIKUTI PROGRAM FULLDAY SCHOOL DI SMPN 2 GEMPOL KABUPATEN PASURUAN Titin Andri Wihastuti, Dian Susmarini, Jajang Khusnul Farid ABSTRAK Saat ini trend fullday school mulai berkembang di Indonesia. Fullday school dapat membuat kondisi anak didik terlalu diforsir dalam kegiatan dan beban belajarnya, memungkinkan berdampak stres bagi anak sendiri. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung siswa untuk mengurangi pengaruh stress yang di timbulkan sistem fullday school. Keluarga merupakan suatu sistem pendukung bagi siswa untuk memberikan perasaan tenang, nyaman, merasa disayang dan diperhatikan. Sehingga dukungan keluarga diperlukan untuk menekan tingkat stres yang dialami anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dukungan keluarga dan mengukur tingkat stress siswa selama program fullday school serta menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress pada anak yang menjalani kegiatan full dayschool di SMPN 2 Gempol. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 90 orang. Berdasarkan hasil penelitian, dukungan keluarga pada siswa yang mengikuti program fullday school di SMPN 2 Gempol Pasuruan tergolong dukungan keluarga cukup (51,1%) sedangkan tingkat stress yang dialami siswa tergolong sedang (51,1%), serta ada hubungan yang lemah antara dukungan keluarga dengan tingkat stres pada siswa yang mengikuti program fullday school (p=0,001) (r=0,355). Pekerjaan dan penghasilan orang tua, serta gender dan usia siswa digunakan sebagai data pendukung. Dapat didisimpulkan bahwa semakin baik dukungan keluarga maka akan semakin rendah tingkat stres yang dialami, sehingga disarankan bagi institusi terkait untuk untuk melakukan evaluasi secara rutin mengenai dukungan keluarga atau orang tua yang diberikan terhadap siswanya guna meningkatkan semangat belajar siswa untuk mengikuti program fullday school Kata kunci: Dukungan keluarga, tingkat stres, siswa SMP dengan fullday school. ABSTRACT The current trend of full day school began to flourish in Indonesia. Fullday school can make students conditions too be forced in learning activities and expenses, allowing stress to affect their own children. It takes an environment that encourages students to reduce the influence of stress that caused the school system full day. Family is a support system for students to give a feeling of calm, comfortable, feel loved and cared for. So that family support is needed to reduce the level of stress experienced by the child. This study aims to identify the type of family support and measure the stress level of students during school and full day programs to analyze the relationship of family support with the level of stress in children undergoing fullday school activity in SMP 2 Gempol. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using non-probability sampling technique to sample inclusion criteria obtained a total of 90 people. Based on this research, family support on students who take the full day school program at SMP 2 Gempol Pasuruan quite enough family support (51.1 %) while the level of stress experienced by students classified as moderate (51.1 %), and there is a weak relationship between support families with the level of stress on students who take the full day school program ( p = 0.001 ) ( r = 0.355 ). The conclusion is better support families that the lower the level of stress experienced , so it is advisable for the relevant institutions to to conduct regular evaluations of the family or parental support given to students in order to enhance student learning to follow the spirit of full day school program Keywords: Family support, stress level, junior high school students with a full day school.

Transcript of MAJALAH Jajang Khusnul Farid 0910720048

  • HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT STRES PADA ANAK YANG

    MENGIKUTI PROGRAM FULLDAY SCHOOL DI SMPN 2 GEMPOL KABUPATEN PASURUAN

    Titin Andri Wihastuti, Dian Susmarini, Jajang Khusnul Farid

    ABSTRAK

    Saat ini trend fullday school mulai berkembang di Indonesia. Fullday school dapat membuat

    kondisi anak didik terlalu diforsir dalam kegiatan dan beban belajarnya, memungkinkan berdampak

    stres bagi anak sendiri. Dibutuhkan suatu lingkungan yang mendukung siswa untuk mengurangi

    pengaruh stress yang di timbulkan sistem fullday school. Keluarga merupakan suatu sistem

    pendukung bagi siswa untuk memberikan perasaan tenang, nyaman, merasa disayang dan

    diperhatikan. Sehingga dukungan keluarga diperlukan untuk menekan tingkat stres yang dialami

    anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis dukungan keluarga dan mengukur tingkat

    stress siswa selama program fullday school serta menganalisis hubungan dukungan keluarga dengan

    tingkat stress pada anak yang menjalani kegiatan full dayschool di SMPN 2 Gempol. Penelitian ini

    menggunakan desain cross sectional. Sampel dipilih dengan menggunakan teknik non probability

    sampling dengan kriteria inklusi didapatkan sampel sejumlah 90 orang. Berdasarkan hasil penelitian,

    dukungan keluarga pada siswa yang mengikuti program fullday school di SMPN 2 Gempol Pasuruan

    tergolong dukungan keluarga cukup (51,1%) sedangkan tingkat stress yang dialami siswa tergolong

    sedang (51,1%), serta ada hubungan yang lemah antara dukungan keluarga dengan tingkat stres

    pada siswa yang mengikuti program fullday school (p=0,001) (r=0,355). Pekerjaan dan penghasilan

    orang tua, serta gender dan usia siswa digunakan sebagai data pendukung. Dapat didisimpulkan

    bahwa semakin baik dukungan keluarga maka akan semakin rendah tingkat stres yang dialami,

    sehingga disarankan bagi institusi terkait untuk untuk melakukan evaluasi secara rutin mengenai

    dukungan keluarga atau orang tua yang diberikan terhadap siswanya guna meningkatkan semangat

    belajar siswa untuk mengikuti program fullday school

    Kata kunci: Dukungan keluarga, tingkat stres, siswa SMP dengan fullday school.

    ABSTRACT

    The current trend of full day school began to flourish in Indonesia. Fullday school can make students conditions too be forced in learning activities and expenses, allowing stress to affect their own children. It takes an environment that encourages students to reduce the influence of stress that caused the school system full day. Family is a support system for students to give a feeling of calm, comfortable, feel loved and cared for. So that family support is needed to reduce the level of stress experienced by the child. This study aims to identify the type of family support and measure the stress level of students during school and full day programs to analyze the relationship of family support with the level of stress in children undergoing fullday school activity in SMP 2 Gempol. This study uses cross-sectional design. The sample was selected using non-probability sampling technique to sample inclusion criteria obtained a total of 90 people. Based on this research, family support on students who take the full day school program at SMP 2 Gempol Pasuruan quite enough family support (51.1 %) while the level of stress experienced by students classified as moderate (51.1 %), and there is a weak relationship between support families with the level of stress on students who take the full day school program ( p = 0.001 ) ( r = 0.355 ). The conclusion is better support families that the lower the level of stress experienced , so it is advisable for the relevant institutions to to conduct regular evaluations of the family or parental support given to students in order to enhance student learning to follow the spirit of full day school program

    Keywords: Family support, stress level, junior high school students with a full day school.

  • PENDAHULUAN

    Saat ini trend fullday school mulai

    berkembang di Indonesia. Mulai dari SD,

    SMP, SMA baik negeri maupun swasta kini

    mulai menerapkan program fullday school.

    Menurut etimologi kata Fullday School

    berasal dari bahasa Inggris.

    Full mengandung arti penuh, dan Day

    artinya hari. Maka fullday mengandung arti

    sehari penuh. Sedangkan School

    mengandung arti sekolah.Jadi, Fullday

    School jika dilihat dari segi etimologinya

    berarti sekolah atau kegiatan belajar yang

    dilakukan sehari penuh (Basuki, 2006).

    Penerapan fullday school harus

    memperhatikan juga jenjang dan jenis

    pendidikan, selain kesiapan fasilitas,

    kesiapan seluruh komponen di sekolah,

    dan kesiapan program-program

    pendidikan.Anak-anak usia SD dan SMP

    adalah usia-usia dimana porsi bermain

    tentu lebih banyak dari pada belajar. Maka

    bermain dan belajar akan sangat cocok

    bagi mereka. Jangan sampai sistem fullday

    school merampas masa-masa bermain

    mereka, masa-masa dimana mereka harus

    belajar berinteraksi dengan sesama,

    berinteraksi dengan orang tua, berinteraksi

    dengan sanak saudara dan handai tolan,

    serta berinteraksi dengan lingkungan

    disekitar tempat tinggalnya (Basuki, 2006).

    Keberadaan fullday school

    berperan besar menyebabkan anak mudah

    lelah, mudah marah hingga depresi. Jika

    waktu anak dihabiskan di sekolah dan

    orangtua sibuk berkarir, maka kontak itu

    akan jarang terjadi. Hal ini dikarenakan

    orang tua menganggap tugasnya sebagai

    orang tua telah diwakilkan oleh kegiatan

    full day school (Mirnauli, 2010).

    Menurut Wong et al (2009), anak

    usia sekolah membutuhkan dan

    menginginkan bimbingan atau dukungan

    dari orang tuanya, namun itu tidak akan

    diungkapkan karena keinginan mandirinya.

    Dalam hal ini keterlibatan orang tua dalam

    mendukung anak menjalani kegiatan

    fullday schoolakan memberikan perasaan

    tenang, nyaman, merasa disayang dan

    diperhatikan.

    Dukungan keluarga adalah

    komunikasi verbal dan nonverbal, saran,

    bantuan, yang nyata atau tingkah laku

    yang diberikan oleh orang-orang yang

    akrab dengan subyek di dalam lingkungan

    sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-

  • hal yang dapat memberikan keuntungan

    emosional atau berpengaruh pada tigkah

    laku penerimanya. Dalam hal ini orang

    yang merasa memperoleh dukungan

    secara emosional merasa lega karena

    diperhatikan, mendapat saran atau kesan

    yang menyenangkan pada dirinya

    (Gottlieb, 1998 dalam Kuncoro 2002).

    Pada anak remaja awal, memiliki

    area-area stress yaitu, tekanan dari

    sekolah,hubungan dengan orang tua,

    tekanan untuk bersaing, dan hubungan

    dengan teman sebaya.Sehingga,

    banyaknya perubahan yang terjadi selama

    masa remaja dapat menimbulkan stres

    yang besar (Donna L.Wong, 2009). Pada

    masa belajar seorang anak bisa

    mengalami stres akademik, yaitu stres

    yang berhubungan dengan aspek

    pembelajaran, khususnya pengalaman

    belajarmengenai persepsi siswa terhadap

    banyaknya pengetahuan harus dikuasai

    dan persepsi terhadap ketidakcukupan

    waktu untuk mengembangkan itu

    (Nanwani, 2010). Sehingga keberadaan

    dukungan sosial dalam hal ini adalah

    dukungan keluarga yang adekuat

    diharapkan bisa menekan tingkat stres

    yang dialami anak(Ryan dan Austin dalam

    Friedman, 1998).

    Pada anak yang mengikuti fullday school

    dapat mengurangi waktu mereka untuk

    bermain dan menyosialisasikan pribadi

    mereka, Hal tersebut mengakibatkan

    kurang terlatihnya jiwa sosial terhadap

    lingkungan rumahnya, karena teman yang

    dimilikinya hanyalah teman di sekolah.

    Selain itu, mereka kurang tanggap

    terhadap lingkungan. Setelah pulang dan

    sampai di rumah, mereka jarang keluar

    rumah. Anak cenderung tertutup dan jauh

    dari orang tua secara psikologis. Kondisi ini

    dapat diakibatkan oleh orang tua yang

    lelah bekerja, sehingga enggan untuk

    berinteraksi secara pribadi dengan

    anaknya (Fatimah, 2011).

    METODE PENELITIAN

    Desain penelitian yang digunakan adalah

    analitik observasional melalui pendekatan

    cross sectional. Jumlah sampel dalam

    penelitian ini adalah 90 orang dengan

    pemilihan sampel menggunakan teknik

    sampling purposive sampling. Sampel

    yang dipilih telah memenuhi kriteria inklusi

    yaitu Siswa yang mengikuti program

  • fullday school dan siswa yang

    mendapatkan dukungan dari keluarga.

    Variabel dukungan keluarga diukur

    dengan menggunakan kuesioner yang

    terdiri dari 20 poin pertanyaan. Variabel

    tingkat stres diukur dengan menggunakan

    kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan.

    Kuesioner telah diuji validitas

    menggunakan teknik korelasi product

    moment pearson dengan tingkat

    signifikansi 0.1 dan telah diuji reliabilitas

    menggunakan rumus alpha cronbach

    dengan nilai >0.6.

    Untuk mengetahui hubungan

    dukungan keluarga dengan tingkat stres

    menggunakan uji korelasi spearman rank

    dengan bantuan SPSS 16 for windows. Uji

    korelasi menggunakan tingkat

    kepercayaan 90% dan tingkat signifikansi

    10%.

    HASIL PENELITIAN

    Karakteristik Responden berdasarkan

    Usia

    Frekuensi usia paling banyak

    adalah usia 13 tahun dengan prosentase

    sebesar 69% (62 orang), usia 14 tahun

    dengan prosentase sebesar 18% (16

    orang) dan yang berusia 12 tahun sebesar

    13% (12 orang).

    Karakteristik Responden Berdasarkan

    Jenis Kelamin

    Frekuensi jenis kelamin perempuan

    dengan prosentase sebesar 60% (54

    orang), jenis kelamin laki-laki sebanyak

    40% (36 orang).

    Karakteristik Responden Berdasarkan

    Pendidikan Orang Tua

    Frekuensi pendidikan terakhir orang tua

    paling banyak adalah smu sebesar 71%

    (64 orang), smp sebesar 20 % (18 orang),

    sd sebesar 6% (5 orang) dan yang terkecil

    adalah sarjana dengan besar prosentase

    3% (3 orang).

    Karakteristik Responden Berdasarkan

    Pendapatan Orang Tua

    Frekuensi penghasilan orang tua

    responden sebesar 62% (56 orang)

    berpenghasilan cukup, 27% (24 orang)

    berpenghasilan kurang, 11% (10 orang)

    berpenghasilan lebih.

    Karakteristik Responden Berdasarkan

    Pekerjaan Orang Tua

    Frekuensi pekerjaan orang tua

    responden sebesar 62% (56 orang)

    bekerja di bidang swasta, 24% (22 orang)

    bekerja di bidang wiraswasta, 6% (5 orang)

    bekerja sebagai PNS, 6% (5 orang) bekerja

  • sebagai buruh, dan 2 % (2 orang) sebagai

    ibu rumah tangga.

    Dukungan Keluarga terhadap Siswa

    Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Dukungan Keluarga yang diberikan Kepada Responden

    Dukungan Keluarga

    Frekuensi Prosentase (%)

    Baik 44 48.9%

    Cukup 46 51.1%

    Kurang 0 0%

    Total 90 100.0%

    Berdasarkan Tabel menunjukkan bahwa

    dari 90 siswa yang menjadi responden,

    51.1% (46 orang) mendapatkan dukungan

    keluarga yang cukup, 48.9% (44 orang)

    mendapatkan dukungan keluarga yang

    baik, dan tidak ada responden yang

    memiliki dukungan keluarga yang kurang.

    Tingkat Stress Siswa

    Tabel Distribusi Frekuensi Tingkat Stress Responden

    Tingkat Stress

    Frekuensi Prosentase

    Tidak ada Stres

    0 0%

    Ringan 40 44.4 %

    Sedang 46 51.1 %

    Berat 4 4.4 %

    Total 90 100.0 %

    Berdasarkan Tabel menunujukkan bahwa

    dari 90 siswa yang menjadi responden,

    51.1% (46 orang) mengalami stress tingkat

    sedang, 44.4% (40 orang) mengalami

    stress tingkat ringan, dan 4.4% (4 orang)

    stress tingkat berat.

    Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

    Tingkat Stres

    Tabel Silang Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Stres

    Crosstabulation Tingkat Dukungan Keluarga

    Total

    p value

    r

    Baik Sedang

    Kurang

    Tingkat Stress

    Ringan 38 14 2 54 0,001 0,355

    Sedang 22 12 0 34

    Berat 0 2 0 2

    Total 60 28 2 90

    Berdasarkan uji hipotesis dengan

    menggunakan uji statistik nonparametrik

    spearman rho pada tingkat kepercayaan

    95% didapatkan nilai signifikansi (p value)

    sebesar 0,001 dengan kekuatan korelasi p

    hitung sebesar 0,355 dan arah korelasi p

    hitung positif. Maka nilai p value 0,001 lebih

    kecil dari 0,005 sehingga merupakan bukti

    menolak hipotesis null (H0) dengan

    kekuatan korelasi p hitung lemah karena

    dalam rentang 0,200 0,399 artinya ada

    hubungan yang lemah antara dukungan

    keluarga dengan tingkat stres. Hal tersebut

    menunjukkan bahwa bentuk hubungan

    kedua variabel adalah berbanding terbalik

    yaitu semakin baik dukungan keluarga

    maka akan semakin ringan tingkat stress

    yg dialami.

  • PEMBAHASAN

    Dukungan Keluarga Pada Siswa yang

    Mengikuti Program Fullday School di

    SMPN 2 Gempol Pasuruan

    Berdasarkan penelitian yang telah

    dilakukan, dukungan keluarga yang

    diberikan terhadap siswa fullday school di

    SMPN 2 Gempol dari total 90 responden

    didapatkan bahwa 51.1% (46 orang)

    mendapatkan dukungan keluarga yang

    cukup, 48.9% (44 orang) mendapatkan

    dukungan keluarga yang baik, dan tidak

    ada responden yang memiliki dukungan

    keluarga yang kurang Hasil penelitian ini

    sesuai dengan teori Friedman (1998) yang

    menyatakan bahwa dukungan keluarga

    yang diberikan kepada anggota keluarga

    yang lain dipengaruhi oleh beberapa factor,

    diantaranya adalah ukuran keluarga, usia

    dan kelas sosial ekonomi keluarga.

    Hasil penelitian ini juga seiring

    dengan pendapat Efendi dan Makhmudi

    (2009) yang menyatakan bahwa dukungan

    yang diberikan mengartikan bahwa

    keluarga selalu siap memberikan bantuan

    dan pertolongan jika diperlukan anggota

    keluarga, semakin baik dukungan yang

    diberikan keluarga, keluarga akan selalu

    memberikan bantuan dan perhatian.

    Dengan tingkat dukungan keluarga yang

    baik diharapkan keluarga mampu

    mengenal masalah kesehatan keluarga

    dan perubahan-perubahan yang terjadi

    pada anggota keluarga sehingga akan

    meningkatkan kualitas kesehatan anggota

    keluarga. Penerapan dukungan keluarga

    pada penelitian ini dapat dipengaruhi oleh

    pekerjaan orang tua responden, tingkat

    pendidikan orang tua responden, serta

    pendapatan ekonomi orang tua responden

    yang didominasi oleh pekerja di bidang

    swasta.

    Dari hasil penelitian diperoleh 64%

    responden memperoleh dukungan

    informasional cukup, maka dapat ditarik

    suatu kesimpulan bahwa sebagian besar

    responden mendapatkan nasihat, usulan,

    saran, petunjuk dan pemberian informasi

    dari keluarga dengan cukup. Bentuk

    dukungan keluarga yang kedua ialah

    dukungan penilaian, dimana pada

    penelitian ini diperoleh hasil bahwa

    sebagian besar responden (56%)

    mendapatkan dukungan penilaian cukup.

    Bentuk dukungan keluarga

    selanjutnya ialah dukungan instrumental,

  • yaitu bentuk dukungan berupa bantuan

    dalam bentuk nyata atau material, seperti

    dalam bentuk uang saku, peralatan

    sekolah maupun belajar, waktu yang

    diberikan untuk belajar, modifikasi

    lingkungan maupun menolong dengan

    pekerjaan waktu mengalami stress

    (Friedman, 1998). Pada penelitian ini

    didapatkan hasil bahwa sebagian besar

    responden (54%) mendapatkan dukungan

    instrumental tinggi.

    Bentuk dukungan yang terakhir

    yaitu dukungan emosional. Pada penelitian

    ini didapatkan hasil bahwa 51% responden

    mendapat dukungan emosional baik. Hal

    ini berarti sebagian besar responden

    menerima perhatian, kepercayaan,

    didengarkan dan membantu dalam

    penguasaan emosi dengan baik.

    Adapun hal-hal yang berpengaruh

    pada dukungan keluarga secara utuh

    dipengaruhi oleh usia, sosial ekonomi

    keluarga yaitu pekerjaan dan pendidikan

    (Friedman, 1998). Dari segi usia, rata-rata

    responden berusia 13 tahun dengan usia

    paling muda adalah 12 tahun dan paling

    tua adalah 14 tahun.

    Pada penelitian ini, didapatkan hasil

    bahwa sebagian besar orang tua

    responden memiliki penghasilan sebesar

    62% (56 orang) berpenghasilan cukup,

    27% (24 orang) berpenghasilan kurang,

    11% (10 orang) berpenghasilan lebih.

    Keadaan ekonomi keluarga yang stabil

    kemungkinan bisa terjadi penerapan

    keluarga dukungan keluarga yang baik.

    Tingkat Stress Pada Siswa yang

    Mengikuti Program Fullday School di

    SMPN 2 Gempol Pasuruan

    Berdasarkan penelitian yang

    dilaksanakan pada bulan September 2013

    didapatkan informasi bahwa tingkat stress

    siswa di SMPN 2 Gempol yang mengikuti

    progerm fullday school mayoritas ada

    pada tingkat sedang. Penelitian lain yang

    dilakukan Abrianti (2012) mengenai

    perbedaan ingkat stres belajar siswa

    fullday school dan siswa reguler SMAN Se-

    Kota Malang menyebutkan bahwa sebesar

    70,33% responden dalam kategori tingkat

    stres belajarnya sedang.

    Faktor usia mewakili faktor

    perkembangan responden yang dapat

    mempengaruhi stress. Sebanyak 63

    responden adalah usia 13 tahun yang

  • merupakan usia remaja awal dan

    berdasarkan hasil crosstabulation antara

    usia dan tingkat stress menunjukkan

    bahwa tingkat stress ringan didominasi

    oleh usia 13 tahun dengan jumlah 22 siswa

    (34,9%) stress ringan dan 37 (58,7%)

    siswa stress sedang serta 4 siswa (6,3%)

    siswa stress berat pada kategori usia

    tersebut. Sedangkan pada usia 12 tahun

    dengan jumlah 11 siswa (91,7%) stress

    ringan, 1 siswa (8,3%) stress sedang, serta

    tidak ditemukannya stress berat pada usia

    tersebut. Hal ini sesuai dengan Teori

    Wener dalam Martina (2012) yang

    menyatakan bahwa stressor fisik dapat

    berupa usia. Karena semakin

    bertambahnya usia maka fungsi fisiologis

    akan semakin berkurang sehingga dapat

    menimbulkan stress.

    Faktor lain yang dapat

    mempengaruhi tingkat stress seseorang

    adalah kemampuan individu

    mempersepsikan stressor. Dalam hal ini

    jenis kelamin dapat mempengaruhi

    seseorang dalam mempersepsikan stress.

    Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini

    menunjukkan bahwa jumlah siswa

    perempuan lebih besar dari pada jumlah

    siswa laki laki. Pada siswa laki-laki, 14

    siswa (38,9%) stress ringan, 21siswa

    (58,3%) stress sedang, dan 1 siswa (2,8%)

    stress berat. Sedangkan pada siswa

    perempuan ditemukan 26 siswa (48,1%)

    stress ringan, 25 siswa (46,3%) stress

    sedang, dan 3 siswa (5,6%) stress berat.

    Hasil tersebut seiring dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Aggola & Ongori

    (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat

    stress pada perempuan lebih tinggi

    daripada laki-laki.

    Kecenderungan variasi tingkat

    stress diantara laki-laki dan perempuan

    pada siswa SMPN 2 Gempol dipengaruhi

    oleh respon dari masing-masing siswa.

    Namun, tidak adanya perbedaan stresor

    yang ditimbulkan karena fullday school

    yang harus diikuti oleh siswa baik laki-laki

    maupun perempuan, maka kemungkinan

    pengalaman siswa terpapar oleh stresor

    juga sama. Oleh karena itu tidak

    ditemukan adanya kecenderungan

    perbedaan tingkat stress diantara laki-laki

    dan perempuan.

    Hubungan Dukungan Keluarga Dengan

    Tingkat stress pada Anak yang

  • Mengikuti Program Fullday School di

    SMPN 2 Gempol Pasuruan

    Berdasarkan hasil analisis dengan

    menggunakan korelasi Rank Spearman,

    diperoleh nilai korelasi antara variabel 1

    dan 2 sebesar 0,355 dan nilai signifikansi

    (p) sebesar 0,001. Dengan demikian, maka

    dapat disimpulkan bahwa terdapat

    hubungan yang lemah antara dukungan

    keluarga dengan tingkat stres pada siswa

    yang mengikuti program fullday di SMPN 2

    Gempol Pasuruan. Hal ini berarti bahwa

    yaitu semakin baik dukungan keluarga

    maka akan semakin ringan tingkat stress

    yg dialami. Arianto (2009) menjelaskan

    bahwa dukungan keluarga memainkan

    peranan yang penting dalam kesehatan

    fisik dan kesehatan mental, baik

    memelihara kesehatan maupun berfungsi

    sebagai pencegah stressor psikologis.

    Perubahan fisik juga terjadi saat siswa

    memiliki tingkat stress tinggi yang

    merupakan perubahan pada fisiologisnya

    bukan hanya pada psikologis. Perubahan

    perubahan fisik yang dapat terjadi saat

    stress misalnya muncul keringat dingin,

    gangguan tidur, gangguan makan, jantung

    berdebar debar, mudah lelah dan merasa

    lemas (Perry & Poter, 2005). Bahkan

    bukan tidak mungkin adanya stress yang

    berlebih dapat menyebabkan sakit

    sehingga menganggu siswa dalam belajar

    di sekolah. Saat mengalami gangguan

    fisiologis yang sampai mengganggu

    aktivitas sehari hari maka biasanya akan

    mengambil ijin sakit sehingga tidak masuk

    sekolah. Hal ini tentunya akan menurunkan

    proses belajar siswa sehingga pelajaran

    yang didapatkan dari sekolah tidak bisa

    maksimal. Dampak buruk yang dapat

    timbul jika seorang siswa mengalami stress

    maka dapat mengganggu interaksi

    sosialnya, baik itu pada teman sebaya,

    guru, maupun orang tua. Efektivitas belajar

    dapat pula menjadi terganggu, karena

    pada umumnya apabila seseorang

    mengalami stress, maka akan terjadi

    gangguan baik pada psikologis maupun

    fisiologisnya (Arnold dalam Noviati 2006).

    PENUTUP

    Kesimpulan

    1. Tingkat stress siswa yang mengikuti

    program fullday school di SMPN 2

    Gempol Pasuruan mayoritas adalah

  • tingkat sedang yaitu sebanyak 51.1%

    (46 orang).

    2. Dukungan keluarga terhadap siswa

    yang mengikuti program fullday school

    di SMPN 2 Gempol Pasuruan

    mayoritas adalah kategori cukup an

    baik yaitu masing-masing 51.1% (46

    orang) dan 48.9% (44 orang).

    3. Adanya faktor yang mempengaruhi

    dukungan keluarga yaitu tingkat

    pendidikan orang tua, pekerjaan orang

    tua dan pendapatan orang tua, dan

    faktor yang mempengaruhi stres yaitu

    usia dan jenis kelamin.

    4. Adanya hubungan berbanding terbalik

    antara dukungan keluarga dengan

    tingkat stress siswa sehingga semakin

    rendah tingkat stress yang dimiliki

    siswa maka semakin baik dukungan

    keluarga tersebut.

    Saran

    Bagi Institusi Terkait

    1. Sebagai masukan kepada institusi

    terkait untuk selalu mengevaluasi

    tingkat stress siswanya.

    2. Sebagai masukan kepada institusi

    terkait untuk melakukan evaluasi

    secara rutin mengenai dukungan

    keluarga atau orang tua yang

    diberikan terhadap siswanya guna

    meningkatkan semangat belajar siswa

    untuk mengikuti program fullday

    school.

    Bagi Penelitian Selanjutnya

    1. Pada penelitian selanjutnya dapat

    dilakukan penelitian serupa dengan

    teknik pengambilan sampel

    menggunakan probability sampling

    agar semua orang dalam populasi

    memiliki kesempatan yang sama untuk

    mengikuti penelitian.

    2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan

    dengan mengambil jumlah sample

    yang signifikan dan menjadikan

    penelitian ini sebagai referensi.

    3. Pada penelitian selanjutnya

    sebaiknya lebih diperhatikan

    metode pengumpulan data yaitu

    dengan menggunakan instrumen

    yang dapat mengukur dukungan

    keluarga dan tingkat kemandirian

    secara objektif.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Abrianti, Ririn Septianing. 2012. Perbedaan Tingkat Stres Belajar Siswa Full Day School dan Siswa Reguler SMAN Se-Kota Malang. Skripsi. Tidak Diterbitkan. Jurusan Administrasi. Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.

    Agolla, J.E, & Ongori, H. (2009). An assasment of academic stress among undergraduate students. Academic journal, Educational research and review vol.4, pp.063-067.

    Basuki, Sukur. Fullday school, Harus Proposional Sesuai Jenis dan Jenjang Sekolah, (http://www.SMKN1lmj. Sch.id/? di akses 06 Mei 2012.

    Effendi, dan Makhfudli, 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta. Hal. 179.

    Friedman, Marlyn M. 1998. Keperawatan Keluarga: Teori dan Praktik/ Marilyn M. Friedman;alih bahasa, Ina Debora R.L.,Yoakim Asy; Editor, Yasmin Asih, Setiawan, Monica Ester.Ed 3.-Jakarta : EGC

    Kuncoro. 2002. Dukungan sosial pada Remaja. (online).. http://www.google.com/Epsikologi_remaja.htm Retrived 24 Desember 2012

    Martina, Anggra. 2012. Gambaran Tingkat Stress Kerja Perawat Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Paru Dr. Moehamad Goenawan Partowidigno Cisarua Bogor RSPG. Skripsi. Tidak diterbitkan. FIK-UI. Depok

    Mirnauli, Irna. 2010. Full Day School, Berpotensi Buat Anak

    Stres.(online). http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=29147. Diakses 27 November 2012

    Nanwani. 2010. Faktor-Faktor Penyebab Stres Akademik Pada Siswa Kelas 5 Sd Jubilee-Jakarta.(online). http://lib.atmajaya.ac.id/default.aspx?tabID=61&src=k&id=163059 diakses 15 April 2013

    Novianti, Evin. 2006. Hubungan

    Karakteristik Responden, Beban

    Kerja, Dan Kondisi Kerja Dengan

    Stress Kerja Pada Unit Kritikal Di

    RS Pondok Indak Jakarta.

    Skripsi. Tidak diterbitkan.

    Fakultas Ilmu Kesehatan UPN

    Veteran. Yogyakarta

    Potter & Perry.2005.Buku Ajar

    Fundamental Keperawatan:

    Konsep, Proses & Praktek.Edisi

    4. Vol 1. Jakarta : EGC

    Wong, Donna L, dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Volume 2. Jakarta : EGC.

    Telah disetujui oleh

    Pembimbing I

    Titin Andri Wihastuti S.Kp.,M.Kes.

    NIP. 19770226 200312 2 001