MAJALAH ILMIAH ISSN 0854 0128 -...

13
MAJALAH ILMIAH ISSN 0854 0128 Gusnawaty HS, Muhammad Taufik, Sarawa M, Asmar Hasan dan Asdar : KAJIAN POTENSI AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KUTIL (Synchytrium pogostemonis) PADA TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) Gusti Ayu Kade Sutariati, Sitti. Leomo dan Tresjia C. Rakian : KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BERBAGAI UKURAN UMBI DAN TEKNOLOGI LEISA Bahari : ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH PADA SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN BOMBANA DAN KABUPATEN KONAWE SELATAN Aminuddin Mane Kandari, Syamsu Alam dan Hasan: OPTIMASI LAHAN PERTANIAN BERBASIS AGROKLIMAT UNTUK PENGEMBANGAN PADI SAWAH MENGGUNAKAN METODE SPASIAL Suryanti, Bambang Hadisutrisno, Mulyadi, dan Jaka Widada : PERANAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA La Ode Safuan dan Hasbulah Syaf : PENGARUH STATUS HARA N, P DAN K TANAH SUB SOIL PADA LERENG YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) Azhar Ansi : PENGARUH RESIDU PUPUK ORGANIK DAN NITROGEN (N) TERHADAP LAJU ASIMILASI BERSIH DAN PRODUKSI JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM TUMPANGSARI Taane La Ola, Hartina Batoa dan Muh. Sahwa : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN IKAN ASIN DI PASAR SENTRAL LAINO RAHA KABUPATEN MUNA Putu Arimbawa, Muhammad Aswar Limi, dan Rosmawaty : PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN KERING DAN PEMANFAATAN WAKTU LUANG DI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN Muhammad Aswar Limi: PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MELALUI PENDEKATAN ANALISIS JALUR VOLUME 24 NOMOR 01 JANUARI 2014 TERBIT TIGA KALI SETAHUN

Transcript of MAJALAH ILMIAH ISSN 0854 0128 -...

MAJALAH ILMIAH ISSN 0854 0128

Gusnawaty HS, Muhammad Taufik, Sarawa M, Asmar Hasan dan Asdar : KAJIAN POTENSI AGENS HAYATI UNTUK MENGENDALIKAN PENYAKIT KUTIL (Synchytrium pogostemonis) PADA TANAMAN NILAM (Pogostemon cablin Benth.)

Gusti Ayu Kade Sutariati, Sitti. Leomo dan Tresjia C. Rakian : KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) PADA BERBAGAI UKURAN UMBI DAN TEKNOLOGI LEISA

Bahari : ANALISIS EFISIENSI TEKNIS USAHATANI PADI SAWAH PADA SENTRA PRODUKSI DI KABUPATEN BOMBANA DAN KABUPATEN KONAWE SELATAN

Aminuddin Mane Kandari, Syamsu Alam dan Hasan: OPTIMASI LAHAN PERTANIAN BERBASIS AGROKLIMAT UNTUK PENGEMBANGAN PADI SAWAH MENGGUNAKAN METODE SPASIAL

Suryanti, Bambang Hadisutrisno, Mulyadi, dan Jaka Widada : PERANAN JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA

La Ode Safuan dan Hasbulah Syaf : PENGARUH STATUS HARA N, P DAN K TANAH SUB SOIL PADA LERENG YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

Azhar Ansi : PENGARUH RESIDU PUPUK ORGANIK DAN NITROGEN (N) TERHADAP LAJU ASIMILASI BERSIH DAN PRODUKSI JAGUNG DAN KACANG TANAH DALAM SISTEM TUMPANGSARI

Taane La Ola, Hartina Batoa dan Muh. Sahwa : FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN IKAN ASIN DI PASAR SENTRAL LAINO RAHA KABUPATEN MUNA

Putu Arimbawa, Muhammad Aswar Limi, dan Rosmawaty : PENINGKATAN KESEJAHTERAAN PETANI MELALUI OPTIMALISASI PENGGUNAAN LAHAN KERING DAN PEMANFAATAN WAKTU LUANG DI KECAMATAN LANDONO KABUPATEN KONAWE SELATAN

Muhammad Aswar Limi: PENGARUH FAKTOR PRODUKSI TERHADAP PRODUKSI USAHATANI JAGUNG MELALUI PENDEKATAN ANALISIS JALUR

VOLUME 24 NOMOR 01 JANUARI 2014 TERBIT TIGA KALI SETAHUN

14

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

KERAGAAN PERTUMBUHAN DAN HASIL BAWANG MERAH (Allium ascalonicumL.) PADA BERBAGAI UKURAN UMBI DAN TEKNOLOGI LEISA

Oleh: Gusti Ayu Kade Sutariati1*, Sitti. Leomo1, Tresjia C. Rakian1

ABSTRACT

The objective of the research were to evaluated the effect of tuber size and LEISA Technologieson growth and yield of red onions. The research was conducted from March to October 2012, in Jati Balivillage, South Konawe District. The experiment design was a randomized block design arranged in Split-plot pattern. The main factor was tuber size which consisted of 3 ie. Tuber size large, medium and small.The sub plot was LEISA technologies (combination of organic and inorganic fertilizers) which consistedof 5 treatments, namely: control, organic plus fertilizer, inorganic fertilizer, organic plus fertilizer +inorganic fertilizer, organic plus fertilizer + ½ inorganic fertilizer, organic plus fertilizer + ¼ inorganicfertilizer. Every treatment was replicated 3 times, therefore, overall there were 54 experimental units.Data obtained were analized using analysis of variance and followed with Duncan’s Multiple Range Test.The result indicated that tuber size medium (5-10 g) show better performance of growth and yield ofonion bulbs than tuber size small and large. Similarly LEISA technologies with a combination of organicplus fertilizer (5 ton ha-1) and a half of the recommended dose of inorganic fertilizers (NPK 300 kg ha-1)was able to increase the growth and yield of onion.

Keywords: LEISA, organic plus, inorganic, fertilizer, tuber size, onion

PENDAHULUANBawang merah (Allium ascalonicum

L.) merupakan komoditas sayuran bernilaiekonomis tinggi yang memberikan kontribusicukup besar dalam peningkatankesejahteraan petani. Dalam stukturperekonomian Indonesia, bawang merahmemiliki peranan yang sangat pentingsebagai bahan pendukung utama pemenuhankebutuhan pangan pokok masyarakat. Hal inisebenarnya dengan mudah dapat dicermatidari fenomena bahwa setiap masyarakatIndonesia tidak bisa lepas dari bawang merahsebagai bahan dasar bumbu dapur sehari-haridan penyedap berbagai masakan.

Khusus di Sulawesi Tenggara, saat inibawang merah merupakan komoditashortikultura yang memiliki nilai ekonomissangat tinggi. Persediaan terbatasdibandingkan dengan tingginya permintaankonsumen terhadap komoditas inimenyebabkan harga bawang merah melonjakhingga lebih dari 200%. Hampir semuapersediaan bawang merah yang ada di

Sulawesi Tenggara masih dipasok dari luardaerah terutama dari Sulawesi Selatan,Sulawesi Tengah dan Nusa Tenggara.Terbatasnya persediaan bawang merah didaerah ini disebabkan oleh terbatasnyaproduksi dan rendahnya minat masyarakatuntuk membudidayakan komoditas ini.Berdasarkan data BPS Sulawesi Tenggara(2007), dari 10 kabupaten/kota yang ada diSulawesi Tenggara, hanya 5 kabupaten yangmengusahakan bawang merah yaituKabupaten Buton, Muna, Kolaka, Wakatobidan Kolaka Utara dengan total luas panenhanya 200 ha dan total produksi 302.500 ton.Jika dibandingkan dengan rata-rata produksinasional yang mencapai 10 ton/ha, makarata-rata produksi bawang merah di SulawesiTenggara masih sangat rendah yaitu barumencapai 15 ku/ha atau 1.5 ton/ha.

Penyebab utama kurangnya minatmasyarakat untuk membudidayakankomoditas ini, selain belum dipahaminyateknik budidaya bawang merah secaraintensif dan komprehensif, adalah sulitnya

1) Staf Pengajar Pada Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Halu Oleo, Kendari 14

15

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

memperoleh benih/bibit yang akandigunakan sebagai bahan tanam. Sebagianbesar petani yang mengusahakan komoditasini harus membeli benih dari luar daerah,karena belum tersedia di Sulawesi Tenggara.Jikapun ada, maka dapat dipastikan bahwabenih/bibit yang digunakan sangat tidaklayak untuk dinyatakan sebagai bibit atausumber benih (berdasarkan pengalamanpeneliti), sehingga akan berdampak padarendahnya produktivitas yang dicapai.

Benih merupakan salah satu saranaproduksi yang sangat penting untukmeningkatkan produktivitas tanamanhortikultura. Penggunaan benih yangbermutu rendah akan mengakibatkanpersentase pertumbuhan bibit yang rendahdan kurang toleran terhadap cekaman abiotikserta lebih sensitif terhadap penyakit tanamanyang pada akhirnya akan menurunkan hasil.Kegagalan dalam persiapan atau penyediaanbenih bermutu dapat menurunkanproduktivitas tanaman. Oleh karena itu,benih yang akan digunakan sebagai bahantanam (apalagi untuk budidaya skalakomersial) haruslah benih varietas unggulberkualitas tinggi dan jelas identitasgenetiknya, sehingga produktivitas tanamanmeningkat.

Selain penggunaan benih unggulberkualitas, keberhasilan peningkatanproduksi tanaman (secara umum) tidakterlepas dari penggunaan pupuk buatan(kimia) dan pestisida. Pada umumnyavarietas unggul membutuhkan masukanpupuk dalam jumlah besar di sampingpestisida agar dapat mencapai potensi hasilyang optimal. Namun penggunaan pupukkimia dan pestisida kimia yang berlebihanmengakibatkan struktur tanah danlingkungan menjadi berubah, yaitu tanahmenjadi tandus dan pertumbuhan hama danpenyakit sulit dikendalikan. Banyak usahadilakukan untuk mengembalikan kesuburantanah yaitu dengan menerapkan pertanianorganik. Namun kandungan hara pupuk

organik rendah sehingga dibutuhkan dalamjumlah besar, konsekuensinya tenaga kerjayang digunakan juga besar dan berimplikasipada naiknya biaya produksi. Oleh karena itupendekatan terpadu dengan menggunakankombinasi pupuk kimia, pupuk organik danpupuk hayati memberikan hasil yang terbaikdan lebih efisien. Sistem pertanian inidikenal dengan istilah LEISA (Low ExternalInput Sustainable Agriculture). LEISAadalah sistem usahatani yang memanfaatkansumberdaya alam seperti pupuk organik sertasumber daya hayati (mikroba berguna) dalambentuk pupuk hayati, namun penggunaaninput luar (pupuk anorganik) masihdiperbolehkan dalam jumlah yang lebihrendah selama produk yang dihasilkan amandan sehat (Sutanto, 2002; Giovannucci,2007).

Untuk membedakannya denganpupuk organik pada umumnya, maka dalampola LEISA digunakan istilah pupuk organikplus, yaitu pupuk organik yang direkayasadengan menambahkan mikroba tertentu(Plant Growth Promoting Rhizobacteria)dengan tujuan untuk meningkatkan ataumemaksimalkan peran dari pupuk organik itusendiri. Pupuk organik plus berperan pentingdalam: (1) menyediakan hara makro danmikro seperti Zn, Cu, Mo, Co, Ca, Mg, danSi, (2) meningkatkan kapasitas tukar kation(KTK) tanah, (3) dapat bereaksi dengan ionlogam untuk membentuk senyawa kompleks,sehingga ion logam yang meracuni tanamanatau menghambat penyediaan hara seperti Al,Fe dan Mn dapat dikurangi, serta (4) sumberenergi dan makanan bagi mikroba tanahuntuk meningkatkan aktivitasnya dalampenyediaan hara tanaman. Meskipunkandungan unsur hara yang tersedia rendah,namun adanya penambahan mikroba bergunayang mampu memproduksi hormon tumbuh(IAA, giberelin, sitokinin), akan memberinilai plus bagi pertumbuhan danperkembangan tanaman (Kramany et al.,

16

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

2007; Sitepu et al., 2010; Sheela danUsharani, 2013).

Wilayah yang digunakan sebagaipilot project pengembangan produksi benihbawang merah berbasis LEISA adalahKabupaten Konawe Selatan. Kegiatanpenelitian dilakukan di lahan persawahanmilik petani. Di antara ke-12 kabupaten/kotadi Sulawesi Tenggara dengan total arealpersawahan seluas 110.929 ha, KabupatenKonawe Selatan memiliki areal persawahanseluas 22.342 ha (Dinas Pertanian, 2008).Kebutuhan pengairan persawahan untukwilayah ini pada umumnya masihmengandalkan air hujan, oleh karena itu parapetani hanya mampu menanam padi sawah 1atau 2 kali dalam setahun. Pada kondisidimana petani tidak dapat menanam padikarena kondisi curah hujan yang rendahsehingga tidak mampu mengusahakan padisawah, maka solusi strategis yang dapatdilakukan adalah usahatani bawang merahskala komersial, yang didukung denganketersediaan benih bawang merah yangberkualitas.

Bawang merah merupakan tanamansayuran semusim yang dapat berproduksibaik di daerah dataran rendah hingga datarantinggi + 1.100 m dpl, tetapi produksimaksimal dihasilkan di dataran rendahasalkan persyaratan iklim lainnyamendukung secara optimal. Tanaman inimenghendaki suhu 25o - 32oC dan iklimkering. Pada awal pertumbuhan tanaman, airmenjadi faktor pembatas sehingga harusselalu tersedia dalam jumlah yang cukupsesuai kebutuhan tanaman. Sementara itupada periode pembentukan umbi, secaraberangsur-angsur air harus dikurangi karenajika berlebihan menyebabkan pembusukanumbi.

Kegiatan penelitian ini bertujuanuntuk mengevaluasi pengaruh ukuran benihdan pupuk organik plus sebagai biofertilizerdalam pola LEISA untuk proses produksibenih bawang merah berkualitas dan

berkelanjutan. Hasil pengujian ini diharapkandapat menjadi solusi strategis untukmemecahkan dua permasalahan utama dalambudidaya tanaman yaitu adanya tekananbiotik (mikroorganisme penggangu penyebabpenyakit) dan abiotik (ketidaktersediaanunsur hara atau hormon yang dibutuhkanuntuk memacu dan meningkatkanpertumbuhan tanaman).

BAHAN DAN METODE

Waktu dan TempatKegiatan penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Maret - Oktober 2012 di lahanmilik petani di Desa Jati Bali KecamatanRanomeeto Barat Kabupaten KonaweSelatan.

Bahan dan AlatBahan-bahan yang digunakan dalam

percobaan ini antara lain benih bawangmerah, pupuk organik plus (GAKSI), mediaperbanyakan bakteri (TSA), mediakonservasi bakteri, Bacillus sp. CKD061,serbuk bata merah, berbagai peralatan/bahanuntuk kultur bakteri dan pengujian dilapangan mulai dari persiapan lahan,pemeliharaan, panen dan pasca panen.

Rancangan PenelitianBerdasarkan tujuan penelitian yang

telah dijelaskan sebelumnya, kegiatanpenelitian ini dilaksanakan dalam bentukPercobaan Lapangan untuk mengujiefektivitas teknologi introduksi (pemupukandengan pupuk organik plus dalam polaLEISA) yang akan diaplikasikan dalambudidaya bawang merah menggunakan benihdengan tiga kategori ukuran benih yaitubenih ukuran kecil (diameter siung cm),benih ukuran sedang (diameter siung cm),dan benih ukuran besar (diameter siung cm).Percobaan didesain dalam rancangan petakterpisah (split plot design) dengan rancanganlingkungan RAK (rancangan acak lengkap).

17

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

Adapun petak utama adalah ukuran benih (B)yaitu benih kecil (B1), benih sedang (B2) danbenih besar (B3). Sementara anak petakadalah teknologi LEISA dengan 6 perlakuanyaitu kontrol (L0), pupuk organik plus (L1),pupuk anorganik (L2), pupuk organik plus +pupuk anorganik (L3), pupuk organik plus +½ pupuk anorganik (L4), dan pupuk organikplus + ¼ pupuk anorganik (L5). Dengandemikian secara keseluruhan terdapat 54 unitpercobaan (3 ulangan).

Perbanyakan Bacillus sp. CKD061 danAplikasi pada Benih

Sebelum digunakan, rizobakteri (dalamtabung eppendorf) ditumbuhkan terlebihdahulu dalam medium TSA padat laludiinkubasi selama 48 jam. Koloni bakteriyang tumbuh disuspensikan dalam akuadessteril sampai kerapatan populasi 109 cfu ml-1

(Bai et al., 2002).Metode aplikasi Bacillus sp. CKD061

pada umbi bawang merah, menggunakanteknik biomatriconditioning, merupakanmodifikasi dari metode sebelumnya (Sutariatidan Safuan, 2010). Aplikasi dilakukandengan cara mencampur benih dengan mediapadatan serbuk bata merah denganperbandingan benih:media:air = 2:1.5:1.Umbi bawang merah yang telah mendapatperlakuan diletakkan pada suhu kamarselama 12 jam. Setelah perlakuan, umbibawang merah langsung ditanam.Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman

Sehari sebelum tanam, tanah diairiuntuk menciptakan kelembapan yang cukupbagi pertumbuhan awal benih. Umbi ditanamdengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Posisiumbi adalah bagian akar masuk ke dalamtanah hingga 2/3 bagian. Seminggu setelahpenanaman, dilakukan pemupukan berbasisteknologi LEISA. Pupuk organik plusdikombinasikan dengan pupuk anorganik(NPK) dengan beberapa perbandingan sesuaidengan perlakuan, kemudian diaplikasikanpada petakan percobaan dengan cara kocor.

Pemeliharaan tanaman berupapenyulaman, pengairan, penyiangan danpengendalian hama/penyakit. Penyulamandilakukan untuk mengganti benih yang mati.Penyulaman dilakukan hingga tanamanberumur 7 hari setelah tanam. Pada awalpertumbuhan tanaman kondisi tanahdiupayakan lembab sehingga pengairandilakukan secara intensif. Menjelangpembentukan umbi, pengairan secaraberangsur-angsur dikurangi namun kondisitanah tidak kering. Penyiangan dilakukansecara manual pada umur 2 minggu setelahtanam, menggunakan kored. Pengendalianhama/penyakit dilakukan secara terpadu saattanaman terinfeksi penyakit atau diseranghama.

Pengamatan dan Analisis DataPengamatan respon tanaman bawang

merah terhadap perlakuan (teknologi) yangdiujicobakan menggunakan peubah tinggitanaman, jumlah daun, jumlah siung, bobotsegar umbi, bobot ekonomis umbi danproduksi bawang merah. Data dianalisisdengan menggunakan analisis ragam.Apabila dalam analisis ragam terdapatpengaruh nyata maka dilakukan dengan ujiberganda Duncan (UJBD) pada taraf nyataα=0,05

HASIL DAN PEMBAHASANHasil(1). Keragaan Pertumbuhan Tanaman

Secara umum perlakuan yangdiberikan mampu menampilkan performapertumbuhan yang lebih baik dibandingkandengan kontrol. Hasil pengamatan terhadappertumbuhan vegetatif tanaman denganindikator tinggi tanaman dan jumlah daunjuga menunjukkan kecenderungan terjadinyapeningkatan pertumbuhan pada tanamanyang mendapat perlakuan LEISA (Tabel 1dan 2). Walaupun tidak terjadi interaksiantara ukuran benih dan teknologi LEISA,

18

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

namun secara mandiri teknologi LEISAberpengaruh sangat nyata terhadappertumbuhan bawang merah. Aplikasi pupukorganik plus + ½ dosis pupuk anorganikmerupakan perlakuan terbaik dan berbedanyata dengan perlakuan lainnya namun tidakberbeda nyata dengan aplikasi pupuk organik

plus secara mandiri dan pupuk organik plus +pupuk anorganik full dosis. Sementara ituukuran benih juga berpengaruh secaramandiri dan benih yang berukuran lebihbesar menunjukkan performa yang lebihtinggi dibandingkan dengan yang berukuransedang dan kecil (Tabel 1).

Tabel 1. Pengaruh ukuran benih dan LEISA terhadap tinggi tanaman bawang merahLEISA

Ukuran BenihRataan LEISA

Kecil Sedang BesarKontrol 34,33 33,78 38,00 35,37 cPupuk Organik Plus (POP) 38,33 40,00 40,44 39,59 abPupuk Anorganik (PA) 34,33 36,11 38,00 36,15 cPOP+PA 40,00 38,67 40,44 39,70 abPOP+1/2PA 40,67 40,44 41,44 40,85 aPOP+1/4PA 38,67 39,53 40,17 39,46 bRataan Ukuran Benih 37,72 Y 38,09 XY 39,75 X

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama pada kolom yang sama,dan angka-angka yang diikuti huruf kapital (X,Y,Z) yang sama pada baris yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT =5%

Seperti halnya pada peubah tinggi tanaman,pada peubah jumlah daun juga tidak terjadiinteraksi antara ukuran benih dan teknologiLEISA. Secara mandiri teknologi LEISA

berpengaruh sangat nyata terhadappertumbuhan jumlah daun bawang merah(Tabel 2).

Tabel 2. Pengaruh ukuran benih dan LEISA terhadap jumlah daun bawang merah

LEISAUkuran Benih

Rataan LEISAKecil Sedang Besar

Kontrol 29,00 33,33 33,33 31,89 c

Pupuk Organik Plus (POP) 37,67 39,33 39,67 38,89 a

Pupuk Anorganik (PA) 32,33 35,00 33,67 33,67 b

POP+PA 38,00 40,33 39,00 39,11 a

POP+1/2PA 38,67 40,33 39,67 39,56 a

POP+1/4PA 39,00 39,33 39,33 39,22 a

Rataan Ukuran Benih 35,78 Y 37,94 X 37,44 X

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama pada kolom yang sama,dan angka-angka yang diikuti huruf kapital (X,Y,Z) yang sama pada baris yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT =5%

19

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

Kecuali kontrol dan aplikasi pupukanorganik secara mandiri, aplikasi pupukorganik plus secara mandiri ataupundikombinasikan dengan pupuk anorganikdengan full dosis, ½ dosis ataupun ¼ dosis,memberikan pengaruh yang sangat signifikandalam memperbaiki jumlah daun bawangmerah. Jumlah daun terendah terdapat padakontrol. Ukuran benih juga berpengaruhsecara mandiri dan benih yang berukuranlebih besar dan sedang menunjukkanperforma yang lebih tinggi dibandingkandengan yang berukuran kecil (Tabel 2).

Performansi pertumbuhan tanaman bawangmerah yang mendapat perlakuan LEISAdapat dilihat pada Gambar 1..(2). Keragaan Hasil Tanaman

Indikator atau peubah yangdigunakan untuk mengetahui efek aplikasiteknologi LEISA terhadap parameter hasiltanaman adalah jumlah siung, bobot basahdan bobot kering umbi serta produksibawang merah (Tabel 3, 4, 5 dan 6). Terjadiinteraksi secara signifikan antara teknologiLEISA dan ukuran umbi terhadap parameterhasil tanaman.

Tabel 3. Pengaruh ukuran benih dan LEISA terhadap jumlah siung bawang merah

LEISAUkuran Benih Rataan

LEISAKecil Sedang BesarKontrol 11 ab X 10 a XY 6 bc Y 9Pupuk Organik Plus (POP) 12 ab X 10 a X 8 a X 10Pupuk Anorganik (PA) 13 a X 10 a Y 6 c Z 10POP+PA 9 b X 11 a X 8 ab X 9POP+1/2PA 10 b X 10 a X 8 abc X 9POP+1/4PA 9 b X 9 a X 8 abc X 9Rataan Ukuran Benih 11 10 7Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama pada kolom yang sama, dan

angka-angka yang diikuti huruf kapital (X,Y,Z) yang sama pada baris yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT =5%

Hasil pengamatan terhadap jumlahsiung yang terbentuk, pada benih yangberukuran kecil, aplikasi pupuk anorganikmenghasilkan jumlah siung terbanyak namuntidak berbeda nyata dengan aplikasi pupukorganik plus dan kontrol, pada benih sedangsemua perlakuan LEISA memberikan hasilyang sama, sementara pada benih besar,aplikasi pupuk organik plus menghasilkanjumlah siung terbanyak dan tidak berbedanyata dengan kombinasi antara pupukorganik dan anorganik pada berbagai dosisyang diberikan. Ukuran benih memberikanefek yang berbeda pada setiap aplikasi

LEISA yang diberikan. Aplikasi pupukorganik plus dan semua kombinasinyadengan pupuk anorganik memberikanpengaruh yang konsisten baik pada benihyang berukuran kecil, sedang maupun besar.Sementara itu pada kontrol dan aplikasipupuk anorganik secara mandiri, benihukuran besar justru menghasilkan jumlahsiung yang lebih sedikit dibandingkandengan benih kecil dan sedang (Tabel 3).Keragaan hasil tanaman di lapangan (jumlahsiung yang terbentuk) ditampilkan padaGambar 1.

20

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

Gambar 1. Performansi umbi bawang merah menggunakan sumber benih berbagai ukuran:(a) benih ukuran kecil, (b) benih ukuran sedang, (c) benih ukuran besar

Hasil pengamatan terhadap bobotsegar umbi, pada benih yang berukuran kecil,aplikasi kombinasi pupuk organik plus +pupuk anorganik dosis full dan kombinasipupuk organik plus + ½ dosis pupukanorganik menghasilkan bobot segar umbitertinggi dan berbeda nyata dengan perlakuanlainnya. Pada benih berukuran sedang,

kecuali kontrol dan aplikasi pupuk anorganiksecara mandiri, aplikasi pupuk organik plussecara mandiri ataupun dikombinasikandengan pupuk anorganik dengan full dosis, ½dosis ataupun ¼ dosis, memberikan pengaruhyang sangat signifikan dalam meningkatkanbobot segar umbi bawang merah.

Tabel 4. Pengaruh ukuran benih dan LEISA terhadap bobot segar umbi bawang merah

LEISAUkuran Benih Rataan

LEISAKecil Sedang BesarKontrol 31,22 d Y 41,93 b X 34,07 d Y 35,74Pupuk Organik Plus (POP) 51,18 c Y 80,40 a X 52,97 c Y 61,52Pupuk Anorganik (PA) 35,85 d X 45,97 b X 39,57 d X 40,46POP+PA 66,97 a Y 82,73 a X 65,53 a Y 71,74POP+1/2 PA 66,73 a Y 80,27 a X 64,37 ab Y 70,46POP+1/4 PA 58,77 b Y 75,33 a X 58,23 bc Y 64,11Rataan Ukuran Benih 51,79 67,77 52,46

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama pada kolom yang sama, danangka-angka yang diikuti huruf kapital (X,Y,Z) yang sama pada baris yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT =5%

Sementara itu pada umbi yangberukuran besar, bobot segar umbi tertinggidiperoleh pada kombinasi antara pupukorganik dan anorganik dosis full yang tidakberbeda nyata dengan kombinasi pupukorganik plus + ½ dosis pupuk anorganik.

Bobot segar umbi terendah terdapat padakontrol. Efek teknologi LEISA pada ukuranbenih yang berbeda memberikan pengaruhyang berbeda pula, kecuali pada aplikasipupuk anorganik mandiri yang tidakmemberikan efek nyata, aplikasi semua

cba

21

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

kombinasi LEISA termasuk kontrolmenghasilkan bobot segar umbi terbaik padaumbi sedang dan berbeda nyata denganukuran kecil dan besar (Tabel 4).

Hasil pengamatan terhadap bobotumbi konsumsi, pada benih yang berukurankecil, kombinasi antara pupuk organik +anorganik dosis full dan kombinasi pupukorganik plus + ½ dosis pupuk anorganikmenghasilkan bobot umbi konsumsi tertinggidan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.Pada benih sedang, kecuali aplikasi pupukorganik plus dan kontrol, semua perlakuanLEISA memberikan hasil yang sama,

sementara pada benih besar, kombinasiantara pupuk organik + anorganik dosis fulldan kombinasi pupuk organik plus + ½ dosispupuk anorganik menghasilkan bobot umbikonsumsi tertinggi dan berbeda nyata denganperlakuan lainnya namun tidak berbeda nyatadengan kombinasi pupuk organik plus + ¼dosis pupuk anorganik. Terjadi konsistensiefek LEISA pada semua perlakuan ukuranbenih. Benih yang berukuran sedangmemberikan efek terbaik pada semuaperlakuan LEISA dan berbeda nyata denganbenih kecil dan besar (Tabel 5).

Tabel 5. Pengaruh ukuran benih dan LEISA terhadap bobot umbi ekonomis bawang merah

LEISAUkuran Benih Rataan

LEISAKecil Sedang BesarKontrol 26,83 c Y 34,40 b X 28,77 c Y 30,00Pupuk Organik Plus (POP) 46,22 b Y 71,53 a X 46,87 b Y 54,87Pupuk Anorganik (PA) 29,85 c Y 40,13 b X 34,07 c Y 34,68POP+PA 58,03 a Y 73,27 a X 57,50 a Y 62,93POP+1/2 PA 59,70 a Y 70,57 a X 55,47 a Y 61,91POP+1/4 PA 50,93 b Y 66,73 a X 51,90 ab Y 56,52Rataan Ukuran Benih 45,26 59,44 45,76Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama pada kolom yang sama, dan

angka-angka yang diikuti huruf kapital (X,Y,Z) yang sama pada baris yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT =5%

Hasil pengamatan terhadap produksiumbi per hektar, produksi terbaik terdapatpada aplikasi kombinasi antara pupukorganik + dosis full pupuk anorganik,kombinasi pupuk organik plus + ½ dosispupuk anorganik dan kombinasi pupukorganik plus + ¼ dosis pupuk anorganik danberbeda nyata dengan perlakuan lainnya.Fenomena ini juga terjadi pada benih ukuransedang, sementara pada benih besar,perlakuan terbaik terdapat padamenghasilkan bobot umbi konsumsi tertinggidan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya.Terjadi konsistensi efek LEISA pada semuaperlakuan ukuran benih. Benih yangberukuran sedang memberikan efek terbaik

pada semua perlakuan LEISA dan berbedanyata dengan benih kecil dan besar, kecualipada pupuk anorganik (Tabel 6).

PembahasanAplikasi teknologi LEISA yang

mengkombinasikan penggunaan pupukorganik plus dan pupuk anorganik dalamjumlah seimbang dimaksudkan untukmeminimalisasi dampak negatif akibatpenggunaan pupuk anorganik secaraberlebihan yang dapat merusak lingkunganbiologis tanah. Hasil penelitian menunjukkanbahwa benih merupakan salah satu factorpenunjang utama dalam budidaya tanamantermasuk bawang merah.

22

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

Tabel 6. Pengaruh ukuran benih dan LEISA terhadap produksi bawang merah (ton ha-1)

LEISAUkuran Benih Rataan

LEISAKecil Sedang BesarKontrol 5,90 d Y 8,13 d X 6,60 d Y 6,88Pupuk Organik Plus (POP) 11,07 b Y 14,97 b X 11,72 b Y 12,59Pupuk Anorganik (PA) 7,46 c X 9,59 c X 8,52 c X 8,52POP+PA 13,30 a Y 16,55 a X 13,19 a Y 14,34POP+1/2PA 13,13 a Y 16,41 a X 12,75 ab Y 14,10POP+1/4PA 12,38 a Y 15,51 a X 12,41 ab Y 13,43Rataan Ukuran Benih 10,54 13,53 10,86

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf kecil (a,b,c) yang sama pada kolom yang sama, danangka-angka yang diikuti huruf kapital (X,Y,Z) yang sama pada baris yang samamenunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf uji DMRT = 5%

Benih ukuran kecil (<5 g/siung) tidak mampusecara optimal memperbaiki pertumbuhantanaman. Kondisi ini kemungkinandisebabkan oleh kurangnya cadanganmakanan yang dimiliki oleh benih tersebutpada saat pertumbuhan awal sehingga energiyang dihasilkan tidak cukup menghasilkanbibit vigor yang dibutuhkan Hal ini dapatdilihat dari ukuran benih yang digunakan.

untuk pertumbuhan selanjutnya dilapangan. Benih dengan ukuran besar jugakurang efisien dalam meningkatkan hasiltanaman. Umumnya benih dengan ukuranbesar menghasilkan jumlah siung yang lebihsedikit dibandingkan dengan benih ukuransedang dan kecil. Sementara itu benihberukuran sedang justru dapat menghasilkanproduksi yang lebih optimal, dengan jumlahsiung yang lebih banyak. Oleh karena ituberdasarkan hasil penelitian ini, penggunaanbenih bawang merah dengan ukuran siungsedang lebih direkomendasikan untukmenghasilkan produksi bawang merah yangoptimal.

Agar dapat tumbuh dan berproduksisecara maksimal, tanaman membutuhkannutrisi/unsur hara dalam jumlah yang cukupdan berimbang. Aplikasi rizobakteri padabenih sebagai pemacu pertumbuhansekaligus pupuk hayati, tidaklah mampumencukupi kebutuhan tanaman terhadap

nutrisi. Oleh karena itu perlu dilakukanpendekatan terpadu melalui penggunaankombinasi pupuk kimia, pupuk organik danpupuk hayati agar mampu memberikan hasilyang lebih baik dan lebih efisien (sistempertanian LEISA). LEISA adalah sistemusahatani yang memanfaatkan sumberdayaalam seperti pupuk organik serta sumberdaya hayati (mikroba berguna) dalam bentukpupuk hayati, namun penggunaan input luar(pupuk anorganik dan pestisida kimia) masihdiperbolehkan dalam jumlah yang lebihrendah selama produk yang dihasilkan amandan sehat (Sutanto, 2002; Makarim &Suhartik, 2006; Giovannucci, 2007;Sumarno, 2006).

Secara umum dari semua peubahpertumbuhan dan produksi yang diamati,teknik LEISA menggunakan pupuk organikBiogreen ditambah setengan dosis pupukanorganik mampu meningkatkanpertumbuhan dan hasil bawang merah.Aplikasi pupuk Biogreen yang mengandungpupuk organik diperkaya dengan pupukhayati, mampu mengurangi aplikasi pupukanorganik secara tunggal. Hampir semuapeubah yang diamati menunjukkan bahwapupuk organik sangat dibutuhkan olehtanaman agar dapat tumbuh secara optimal.Hal ini diduga disebabkan oleh kondisi tanahmarginal yang memiliki keterbatasan dalam

23

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

pengelolaannya. Pemupukan kimia dalamjumlah besar pada tanah-tanah marginal yangmiskin bahan organik, justru dapatmenyebabkan kondisi tanah menjadi lebihrusak, karena mikroorganismemenguntungkan yang berperan dalammemperbaiki kondisi fisik, kimia dan biologitanah menjadi berkurang. Hal inipun terlihatpada hasil penelitian ini. Pada perlakuanmedia tanah saja, aplikasi pupuk anorganikjustru membuat pertumbuhan bibit menjadilebih rendah dibandingkan dengan kontrol.Namun hal menarik yang juga Nampak darihasil penelitian ini adalah pada penggunaanmedia tanam yang mengandung pupukBiogreen, aplikasi LEISA menjadi kurangberpengarug, bahkan cenderung sama dengankontrol. Hal ini diduga bahwa pada kondisimedia tanah yang sudah mengandung pupukorganik yang diperkaya dengan rizobakteriindigen, fungsi media sebagai pendukungpertumbuhan bibit dari aspek nutrisi danlingkungan mikro telah tercukupi, sehinggatambahan input dari luar tidak terlaluberpengaruh. Seperti dijelaskan Sumarno(2006), manfaat utama pupuk organik adalahdapat memperbaiki kesuburan kimia, fisikdan biologis tanah. Perbaikan pertumbuhanyang ditimbulkan dari penggunaan pupukorganik plus, tidak terlepas dari peranagensia hayati (B. polymixa BG25, P.fluorescens PG01 dan S. liquefaciens SG01)yang terkandung di dalamnya. Ketiga jenisagensia hayati tersebut termasuk kelompokPlant Growth Promoting Rhizobacteria(PGPR) yang berperan sebagai pemacupertumbuhan tanaman (Sutariati, 2006).

Penggunaan rizobakteri sebagaiagensia hayati pemacu pertumbuhan tanamanmerupakan satu sumbangan bioteknologidalam usaha peningkatan produktivitastanaman. Mikroorganisme dari kelompokbakteri seperti Bacillus spp., Pseudomonasfluorescens dan Serratia spp. mampu danefektif mengendalikan penyakit tanaman(Kang et al., 2007; Sutariati dan Wahab,

2010). Proses pengendalian dilakukanmelalui mekanisme kompetisi, antibiosis,siderofor, hidrogen sianida dan eksresi enzimhidrolitik yang berfungsi sebagai senyawaanti-mikrob. Di samping itu, agensia hayatijuga dapat mengkelat unsur penting daridaerah sekitar perakaran tanaman sehinggadapat dimanfaatkan oleh tanaman(Ashrafuzzaman et al., 2009). Bacillus spp.,P. fluorescens dan Serratia spp. juga mampumensintesis hormon tumbuh, memfiksasinitrogen atau melarutkan fosfat (Sutariati,2006; Sutariati et al., 2006a; ElSorra et al.,2007; Park et al., 2009; Mehrab et al., 2010;Sutariati dan Wahab, 2011).

Secara umum kegiatan penelitian inimemberikan dampak yang cukup signifikanterhadap perubahan perilaku dan pola berfikirpetani di wilayah yang menjadi lokasi targetpenelitian. Respon yang sangat positifdiberikan oleh para petani sekitar setelahmereka melihat secara langsung kegiatan ini.Melihat kenyataan tingginya permintaanpasar terhadap produk bawang merah, hargajual yang cukup tinggi, praktek budidayayang cukup sederhana, singkatnya waktupanen, membuat mereka berkeinginan untukmengembangkan komoditas ini secara lebihintensif.

Penggunaan benih yang unggulbermutu merupakan salah satu faktor penentukeberhasilan dalam agribisnis bawang merah.Jika dicermati secara seksama, kontribusiterbesar petani untuk pembiayaan produksidigunakan untuk penyediaan benih bawangmerah. Oleh karena itu melalui hasilpenelitian ini diharapkan permasalahankesulitan mendapatkan benih bawang merahdapat diatasi melalui teknologi yangdiintroduksikan dalam kegiatan ini. Disamping itu, diharapkan juga akan lahirwirausahawan-wirausahawan mandiri dalampenyediaan benih bawang merah berkualitasdi Sulawesi Tenggara untuk mendukungusaha agribisnis bawang merah secaraberkelanjutan di Sulawesi Tenggara.

24

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

KESIMPULAN DAN SARAN

KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa ukuran umbi sedang (5-10 g) menampilkan performa pertumbuhandan hasil bawang merah yang lebih baikdibandingkan umbi kecil dan umbi besar.Teknologi LEISA dengan pola kombinasipupuk organik plus 5 ton ha-1 dan pupukanorganik separuh dosis anjuran (NPK 300kg ha-1) mampu meningkatkan pertumbuhandan hasil bawang merah. Peningkatanproduksi bawang merah mencapai 100%dibandingkan dengan kontrol.

SaranTanaman membutuhkan nutrisi cukup

dan berimbang untuk memaksimalkanperforma pertumbuhan dan hasilnya, untukitu dibutuhkan pemupukan yang tepatmelalui aplikasi teknologi LEISA denganpola kombinasi pupuk organik plus 5 ton ha-1

dan pupuk anorganik separuh dosis anjuran(NPK 300 kg ha-1).

DAFTAR PUSTAKA

Ashrafuzzaman M, Hossen FA, Ismail R, HoqueMA, Islam MZ, Shahidullah SM, Meon S.2009. Efficiency of plant growth-promoting rhizobacteria (PGPR) for theenhancement of rice growth. AfricanJournal of Biotechnology Vol. 8 (7), pp.1247-1252.

Bai Y, Pan B, Charles TC, Smith DL. 2002. Co-inoculation dose and root zone temperaturefor plant growth promoting rhizobacteriaon soybean [Glycine max (L.) Merr] grownin soil-less media. Soil Biol Biochem34:1953-1957.

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. SulawesiTenggara dalam Angka 2007: ProduksiTanaman Sayuran dan Buah-BuahanSultra.

Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara. 2008.Laporan Tahunan Dinas PertanianSulawesi Tenggara Kendari.

ElSorra, E. I., J. I. Domingo, T. Manuel and R.Borriss. 2007. Tryptophan-DependentProduction of Indole-3-Acetic Acid (IAA)Affects Level of Plant Growth Promotionby Bacillus amyloliquefaciens FZB42.MPMI 20(6):619–626.

Giovannucci, D. 2007. Organik Farming As ATool For Productivity And PovertyReduction In Asia. Prepared For TheInternational Fund For AgriculturalDevelopment /Nacf Conference Seoul, 13-16 March 2007.

Gholami, A., A. Biari and S. Nezarat. 2008.Effect Of Seed Priming With GrowthPromoting Rhizobacteria At DifferentRhizosphere Condition On GrowthParameter Of Maize. International MeetingOn Soil Fertility Land Management andAgroclimatology. Turkey, P: 851-856.

Kang, S.H., H-S. Cho, H Cheong, C-M. Ryu, J.F. Kim, and S-H Park. 2007. Two bacterialentophytes eliciting both plant growthpromotion and plant defense on pepper(Capsicum annuum L.). J. Microbiol.Biotechnol. 27:96-103.

Kramany, M. F-El., A. B. Amany., F. Manal.,Mohamed and M.O. Kabesh. 2007.Utilization Of Bio-Fertilizers In FieldCrops Production 16-Groundnut Yield, ItsComponents and Seeds Content AsAffected by Partial Replacement ofChemical Fertilizers by Bio-OrganikFertilizers. Journal of Applied SciencesResearch, 3(1): 25-29.

Makarim A.K dan E. Suhartik. 2006. Budidayapadi dengan masukan in situ menujuperpadian masa depan. Buletin IptekTanaman Pangan, 1(1): 19-29.

Mehrab YH, A Rahmani, G Noormohammadidan A Ayneband. 2010. Plant growthpromoting rhizobacteria increase growth,yield and nitrogen fixation in Phaseolusvulgaris. Journal Of Plant Nutrition,33(12):1733- 1743.

Moradi, A. and O. Younesi. 2009. Effects OfOsmo- And Hydro-Priming On SeedParameters Of Grain Sorghum (SorghumBicolor L.). Australian Journal Of BasicAnd Applied Sciences, 3(3): 1696-1700.

Sheela, T. And Usharani. 2013. Influence of plantgrowth promoting rhizobacteria (PGPR)

25

AGRIPLUS, Volume 24 Nomor : 01 Januari 2014, ISSN 0854-0128

on thegrowth of maize (Zea Mays L.).Golden Reseacrh Throughts, 3(6): 1-4.

Sitepu, I.R., Aryanto, Y. Hashidoko, dan M.Turjaman. 2010. Aplikasi rhizobakteripenghasil fitohormon untukmeningkatkan pertumbuhan bibitAquilaria sp. di persemaian. Info Hutan,7(2): 107-116.

Sumarno. 2006. Sistem produksi padiberkelanjutan dengan penerapan revolusihijau lestari. Buletin Iptek TanamanPangan, 1(1): 1-15.

Sutanto, R. 2002. Gatra Tanah Pertanian AkrabLingkungan Dalam MenyongsongPertanian Masa Depan. Jurnal Ilmu TanahDan Lingkungan Vol 3 (1):29-37.

Sutariati, GAK. 2006. Perlakuan Benihdengan Agens Biokontrol untukPengendalian Penyakit Antraknosa,Peningkatan Hasil dan Mutu Benih Cabai.Disertasi. Program Pascasarjana InstitutPertanian Bogor.

Sutariati, GAK, Widodo, Sudarsono, Ilyas S.2006a. Pengaruh perlakuan Plant Growth

Promoting Rhizobacteria terhadappertumbuhan bibit tanaman cabai. BuletinAgronomi 34(1):46-54.

Sutariati GAK, Widodo, Sudarsono, Ilyas S.2006b. Efektivitas agens biokontrol untukmeningkatkan pertumbuhan dan hasilcabai serta mengendalikan penyakitantraknosa di rumah kaca. Agriplus16:103-111.

Sutariati GAK dan Wahab A. 2010. Isolasidan Uji Kemampuan RizobakteriIndigenous sebagai Agensia PengendaliHayati Penyakit pada Tanaman cabai.Jurnal Hortikultura, 20(1):86-95

Sutariati, G.A.K. and A. Wahab, 2011. Karakterfisiologis dan kemangkusan rizobakteriindigenus Sulawesi Tenggara sebagaipemacu pertumbuhan cabai. JurnalHortikultura, 22(1):57-64.

Wahid, A., A. Noreen, M.A. Shahzad, Basra, S.Gelani, and M. Farooq. 2008. Priming-Induced Metabolic Changes In Sunflower(Helianthus Annuus) Achenes ImproveGermination and Seedling Growth.Botanical Studies 49: 343-350.