Majalah Care Mei 2009

21
8/9/2019 Majalah Care Mei 2009 http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 1/21 Komplek Masjid Agung Al Azhar Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan Telp. 021 7221504, Fax. 021 7265241 Edisi  08/IV Jumadilakhir 1 4 3 0 H / April-Mei 20 09

Transcript of Majalah Care Mei 2009

Page 1: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 1/21

Komplek Masjid Agung Al Azhar Jl. Sisingamangaraja, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

Telp. 021 7221504, Fax. 021 7265241E d i s i  08/IVJumadilakhir 1 4 3 0 H / April-Mei 20 09

Page 2: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 2/21

Page 3: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 3/21

H. Mursjid Mahmud

M. Anwar Sani

Joko Windoro

Muhammad Taufik

Pane Fahri

Mustolih

Penanggungjawab

Pemimpin Redaksi

Redaktur Pelaksana

Redaksi

Kontributor 

Kontributor 

Komplek Masjid Agung Al Azhar Jl. Sisingamangaraja

Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

 Telp. 021 7221504, 021 7204733

Fax. 021 7265241

Iklan: Sudayat Kosasih (0812 9083219)

 Warsito (0818 708587)

Dewan Pertimbangan: H. Ir. Adiwarman A Karim, SE, AK, MAEPH. Drs. Rusydi Hamka; H. Mahfud Makmun; H. Nasroul Hamzah, SHKomisi Pengawas: H. Drs. Soebroto Tirtoatmodjo;H. Arlinus Sampono; Agus Heryanto, SH; Dra. Massaina Daud;Drs. H. Tulus Badan Pelaksana: H. Mursjid Mahmud;H. Chairul Anwar, SE; Hj. Aty NurchamidDirektur: M. Anwar Sani; General Affair: Suryaningsih (GM),Saripudin, Subakti, Fahmi; Marketing & Public Relations:Dwi Kartikaningsih, SEI (GM); Siti Syarifah; Harvina A. TiaIndrawan, M Taufik; Program/Pendayagunaan: AgusBudiono (GM), Iwan Rachmat, Nurli Keuangan:M. Farid (GM); UciMedia Assistance: Az Zahra Desain GraphicsPercetakan: Az-Zahra (Isi di luar tanggungjawab percetakan)

Edisi Rabiulaw al 1430H 

 free magazine

   f  o  t  o  :   P  o  s   k  o   J  e  n  g  g  a   l  a

Jejaring Al Azhar Peduli Ummat:

C  A RE C  A RE 

M . A N W A R S A N I

Teras Teras Teras Teras Teras 

bangun dam kecil dipesisir sebelah selatan,sekitar pantai BoomKecamatan Sangkapura.

Dam ini mengamankanpulau dari arus kuat dangelombang tinggi.

Bendungan-bendungan itu berumurpanjang lantaran kon-struksinya kokoh danterawat telaten. Belandamemang bangsa yang pandai merawat, sehinggasampah-sampah domes-tik di sana umumnyaberkondisi di atas 80%

alias masih laik pakai. Tak 

heranbila di

Belandabanyak 

terdapatkringloop

alias tokobarbeku

(barang bekasberkualitas)

dengan hargasangat miring.

Di Belandasendiri, bendunganpertama dibangunseribuan tahun laludengan mengeringkandanau-danau, membuatpolder, dan mengontrolketinggian air agar daratanBelanda tetap mengapung.Sebagian dana untuk mengapungkan daratan

Belanda itu berasal darimerampok sumber dayaalam Nusantara oleh VOCpada abad ke-17 sampaike-19.

Bendungan

pertama selesai dibangunpada 1958 di Sungai TheHollandse Ijssel, sebelahtimur Rotterdam.

Kemudian dibangunbendungan The OosterDam (The OosterscheldeStormvloedkering), yang panjangnya hampir 11kilometer. Bendungan inimembentengi seluruhdaratan Zeeland yang langsung berhadapandengan bagian Laut Utara.

Bendungan terakhiryang selesai dibangunadalah The Maeslantkering pada 1997. Kini iamenjadi objek wisata nanindah dan perkasa.

Saat berkunjung keBelanda pada 7-8 Pebruarilalu, Wapres Jusuf Kallamengajak Gubernur DKI Jakarta Fawzi Bowountuk belajar padaBelanda, bagaimanamengatasi banjir. Mudah-mudahan ‘’ilmu Belanda’’

itu segera diterapkan di Tanah Air, sehingga ketikamusim banjir akan tibaPak Gubernur dengangagah berani akan berkata:‘’Serahkan pada ahlinya.’’

MMMMMENSYUKURIENSYUKURIENSYUKURIENSYUKURIENSYUKURI  PPPPPENJENJENJENJENJAJAJAJAJAJAHANAHANAHANAHANAHAN BBBBBELANDELANDELANDELANDELANDAAAAA

menangani TragediSitu Gintung dan masih gagal mengantisipasi banjir?Karena kita tidak pernah mensyukuri penjajahanBelanda!

Lho, dijajah kok bersyukur?! Ya, karena setiap sisi buruk sebuah “takdir’’,

pasti dibarengi dengan sisi baiknya. Dan NabiMuhammad SAW menyebut kaum muslimin sebagai‘’kaum yang ajaib’’, karena selalu pandai bersyukurdalam takdir baik maupun takdir buruk –menurutukuran manusia.

 Tiga setengah abad kolonialisme Belanda atasNusantara memang meninggalkan kepahitan men-dalam. Misalnya, 40 ribu rakyat dibantai Westerling.Dan, mental underdog (inlander) akibat keterjajahanmasih tersisa hingga kini bahkan pada sebagi- anpemimpin bangsa, yang membuat mereka

membungkuk demi kepentingan asing. Tapi, Belanda juga meninggalkan

jejak kebajikan, yang sebagian masih bisadirasakan hingga kini dan ke depan.Misalnya bendungan.

Belanda memang ‘’biang’’-nyapawang air. Jangankan sungai dandanau, bahkan laut pun bisa merekakendalikan airnya. Belanda sendiriberasal dari kata Koninkrijk der  Nederlanden yang berarti “Kerajaan Tanah-Tanah Rendah”.

Banyak dam, bendungan,saluran air, di Indonesia buatan Belanda yang masih kekar sampai kini. Misalnya Kanal Banjir Barat,Pintu Air Manggarai, Dam Katulampa, Dam CisokanCianjur, Bendungan Diwu Moro di Lambu danNcanga Kao di Bolo, Bima, NTB, dan lain-lain.

Pintu Air Manggarai, direkayasa untuk menahanair aliran sungai Ciliwung, agar kawasan sepertiMenteng, Monas, Istana Merdeka dan lain-lain bisaterlindungi dari banjir. Teknologi ini dirancang Prof Dr H van Breen yang ditugaskan Departement Waterstaat untuk memimpin Tim Penyusun RencanaPencegahan Banjir pasca banjir Batavia 1918 yang 

menewaskan banyak korban jiwa.Belanda pula yang membangun Bendung Katulampa di Kecamatan Katulampa, KabupatenBogor, Jawa Barat, tahun 1911 sebagai sarana irigasilahan seluas 5.000 hektar.

Di Pulau Bawean Jawa Timur, Belanda mem-

MENGAPA KITA GAGAP

Page 4: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 4/21

dan kelompok-kelompok yang memanfaatkan tumpahanmassa ini. Ada tukang parkir, tukang ojek, pedagang kecil,pengemis, peminta-minta bantuan, dan mungkin jugapencuri serta pencopet.

Kita khusnudzon saja, kehadiran berbagai pihak diSitu Gintung itu adalah bentuk kepedulian masyarakatterhadap derita sesamanya. Bukankah bangsa kitamemang tinggi rasa sosialnya? Indikasinya, antara lain,kebiasaan bederma mereka. Menurut hasil survei PIRACbersama Perhimpunan Filantropi Indonesia dan FordFoundation di 11 kota besar di Indonesia, tingkat

kedermawanan Bangsa Indonesia pada 2007 mencapai99,6%. Artinya, pada tahun 2007 hampir semua wargaIndonesia menyumbang untuk kegiatan sosial. Wabilkhusus tentang zakat, menurut survei PIRAC, tingkatkesadaran muzakki untuk berzakat meningkat, dari 49,8%pada 2004 menjadi 55% pada 2007.

 Tapi, kepedulian mesti dilakukan dengan cerdas.Sehingga, meminjam istilah yang dikemukakan wirausa-hawan sosial Eri Sudewo, kepedulian itu bukan sekadarmenjadi ‘’pameran kebajikan’’. Terpenting, kepedulianharus meminimalisasi korban bencana dan sebaliknya,memaksimalkan pemulihan korban.

Relawan MER-C (Medical Emergency RescueCommittee), Dr Joserizal Jurnalis, menyayangkan, selamaini kita lebih banyak melakukan kegiatan pasca-bencana

Kepedulian harusmeminimalisasi korban

bencana dan (sebaliknya)memaksimalkan

pemulihan korban

Indahnya BantuanIndahnya BantuanIndahnya BantuanIndahnya BantuanIndahnya Bantuann a n Tn a n Tn a n Tn a n Tn a n T e re re re re r t at at at at a t at at at at aIndahnya BantuanIndahnya BantuanIndahnya BantuanIndahnya BantuanIndahnya Bantuan

ak lama setelah terjadi tsunami kecil SituGintung, Jumat (27/3), kawasan Situ Gintung 

bagai lembah megabazaar dadakan. Posko-poskobaik dari pemerintah, parpol, LSM, perusahaan,

maupun komunitas masyarakat, bermunculan di sana.Lengkap dengan bendera dan atribut lembaga masing-masing. Ratusan relawan posko-posko itu mondar-mandir mengevakuasi korban, mengangkut bantuan,

membagikan sumbangan, dan menjalankan berbagaikesibukan keposkoan. Sampai pekan kedua pascabencana, kawasan Situ Gintung dan sekitarnya semakin‘’meriah’’ dengan tumpleknya ‘’wisatawan bencana’’

T T T T T T T T T T 

   f  o   t  o  :   j  w

Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus 

Menata Kepedulian di Tengah Bencana4

Page 5: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 5/21

(post event) berupa emergency response dan recovery ketimbang kegiatan pra-bencana berupa disaster reduction ataumitigation dan disaster preparedness .Padahal, katanya, ‘’bila kita memilikikepedulian terhadap upaya preventif pra-bencana, kita dapat mereduksi

potensi bahaya atau kerugian(damages) yang mungkin timbulakibat bencana.’’

 Ambrolnya bendungan SituGintung misalnya, dilatari kerusakanekosistem setempat. Lahan dan dayatampung situ semakin menyempitlantaran arealnya dicaploki manusiauntuk permukiman, perumahan,dan tempat bisnis. Sedangkan

bendungan buatan Belanda tahun1930-an tidak dirawat semestinyameski ada anggaran untuk itu.

‘’Jika pemerintah mau sedikitberkeringat, kejadian memilukanseperti di Situ Gintung tak perluterjadi karena sebelumnya sudah adalaporan tentang kerusakan bendun-gan situ tapi diabaikan,’’ ujar WandaHamidah, caleg PAN, yang rumah-nya tak jauh dari Situ Gintung.

Dokter Joserizal menuturkan,

aktivitas pencegahan bencana yang dapat dilakukan misalnya sosialisasipendidikan peningkatan kesadaran

bencana (disaster awareness), latihanpenanggulangan bencana (disasterdrill), penyiapan teknologi tahanbencana (disaster-proof), memban-gun sistem sosial yang tanggapbencana, dan perumusan kebijakan-kebijakan penanggulangan bencana

(disaster management policies).‘’Itu semua tercakup dalam

manajemen bencana. Yaitu seluruh

kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan penanggulanganbencana, pada sebelum, saat dansesudah terjadi bencana yang dikenalsebagai Siklus Manajemen Bencana,’’paparnya.

 Tujuan tata laksana bencana,

urai Joserizal, adalah: (1) mencegahkehilangan jiwa; (2) mengurangipenderitaan manusia; (3) memberi

Foto:1. MENYALURKAN  INFAK  UNTUK  KORBAN  BENCANA  MELALUI LEMBAGA AMIL ZAKAT: kompatibilitas

pendayagunaan bantuan syarat mutlak bagi lembaga peduli bencana. foto: jw2. AMBIGU: Peran Parpol di lokasi bencana alam, kepedulian yang dicurigai sebagai iklan.

foto: istimewa

2

1

Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus 

5Menata Kepedulian di Tengah Bencana

Page 6: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 6/21

J J J J J IK AIK AIK AIK AIK A P P P P P EMERINTAH EMERINTAH EMERINTAH EMERINTAH EMERINTAH   mau sedikit berkeringat, kejadian

memilukan seperti Tragedi Situ Gintung ini tak perlu terjadi. Karena

sebelumnya sudah ada laporan sebuah LSM yang menyatakan

bahwa bendungan Situ Gintung harus diperbaiki, tapi laporan

diabaikan.

Kita tidak boleh pasrah begitu saja menerima keadaan. Takdir 

semacam ini juga akibat perbuatan manusia.

Yang menjadi ironi, bencana sudah biasa dijadikan sebagi

objek pencitraan untuk kepentingan politik. Lebih-lebih pada saat

sekarang ini bertepatan dengan momentum perhelatan pemilu. Di

setiap sudut lokasi bencana yang mendominasi adalah bendera

partai politik.

Tanpa bermaksud mengecilkan peran mereka, keberadaan

parpol memiliki peran yang saling bertolak belakang. Di satu sisikedatangan mereka sedikit memabantu karena membawa bantuan.

Namun di saat yang sama, kehadiran parpol juga terasa menyakitkan.

Sebab korban bencana dijadikan alat pencitraan untuk mendongkrak

popularitas.

Padahal, lokasi bencana bukan habitat partai politik. Sebab,

orang-orang partai tidak memiliki kapasitas untuk bergerak di bidang

bencana. Jika bermain di wilayah penyaluran bantuan, sejauh ini

tidak ada partai yang memiliki anggaran khusus untuk persoalan ini.

Jadi, sebaiknya salurkan saja pada lembaga-lembaga sosial yang

concern di bidangnya.

Saya juga menyayangkan pemerintah yang begitu lamban,

lebih-lebih di tengah kepanikan masyarakat yang tengah kehilangan

keluarga dan harta benda. Pemerintah saling lempar tanggungjawab

di depan publik. Ini menimbulkan kebingungan.

Di luar itu semua, alhamdulillah, bangsa ini masih memilikiorang-orang yang peduli terhadap lingkungannya. Ini bisa dilihat

dari banyaknya tenaga relawan dan donatur yang mengulurkan

bantuan yang menandakan rasa persaudaraan dan gotong royong

masih ada. [MUST]

berharga.‘’Berdasarkan pengalaman,

justru pada tahap recovery yang  waktunya panjang, kawan-kawanLSM termasuk LAZ kehabisannafas. Padahal saat itu bantuanhidup sangat diperlukan korban,’’

kata Iman. Tentu saja, partisipasi

kelompok swadaya masyarakatjangan berambisi menggantikanfungsi dan kewajiban pemerintah.Meskipun, pemerintah sendiri kerapkedodoran menangani bencana.

Seperti dikatakan RoostienIlyas, Ketua Yayasan Nanda DianNusantara, tiap kali terjadi bencanapemerintah selalu gagap bertindak.‘’Saling lempar tanggungjawabmenjadi fenomena yang biasaterjadi. Hal itu bisa dilihat padabeberapa bencana seperti sunami Aceh, Lapindo, hingga jebolnyatanggul Situ Gintung ini,’’ katanya.

Roostien mendesak, ke depanpemerintah mestinya merancang aturan yang tegas mengenaipenanganan bencana. ‘’Regulasi itu

Wanda Hamidah,Wanda Hamidah,Wanda Hamidah,Wanda Hamidah,Wanda Hamidah, Caleg PAN:

KehadiranParpolMenyakitkan

informasi masyarakat dan pihak berwenang mengenai risiko, serta (4)mengurangi kerusakan infrastrukturutama, harta benda dan kehilangansumber ekonomis.

Selain tindakan pencegahan,manajemen bencana juga terdiri

aktivitas emergency pada saatbencana datang, diikuti kegiatanpemulihan, rehabilitasi, danrekonstruksi.

Koordinator penanggulanganbencana Dompet Dhuafa, Iman,mengingatkan, kepedulian janganjor-joran sebatas pada tahapemergency . Sampai-sampai, gunungansumbangan pakaian menjadisampah seperti di tsunami Aceh danSitu Gintung. Demikian jugasumbangan makanan jadi basi.

Padahal, berbagai bentuk donasi tak layak tersampahkan,karena bisa disalurkan pada wargadhuafa di sekitar lokasi bencana.Misalnya diberikan pada kuli sindang (lepas) yang banyak berjajar di tepijalan. Atau didaur ulang menjadiuang maupun bentuk lain yang 

TNI DI SITU GINTUNG: Untuk menjamin kinerja

optimal lembaga peduli bencana di lokasi,peran TNI sangat vital. Pun SDM Tentarayang terlatih sangat berguna pada masatanggap darurat. foto: jw

  f  o  t  o  :  i  s

  t .

Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus 

Page 7: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 7/21

Ratih Sang dalam peletakan batu pertama pembangunan RGI. (jw)

meliputi aturan-aturan main

menangani bencana, pemerintahan dilevel mana yang mesti bertanggung-jawab, apa saja yang harus diberikankepada korban bencana, bagaimanameknisme penyelesaian sengketatanah dan ganti rugi,’’ urai dia.

Dan yang tak kalah penting,lanjut Roostien, adalah meminimal-isasi bendera partai politik di lokasibencana. “Mereka boleh membantu,tapi tanpa perlu membawa umbul-umbul, bendera dan alat peraga

layaknya sedang tengah berkam-panye,” tanads perempuan yang pernah menerima gelar ‘’IbuIndonesia tahun 2007’’ dari sebuahradio swasta ini.

Gubernur Banten, Ratu AtutChosiyah mengakui, koordinasiantar-instansi pemerintah dalammenanggulangi bencana perlu lebihditingkatkan. ‘’Tapi partisipasimasyarakat juga harus ditingkatkan.Sebab, masyarakat juga memiliki andil

yang sangat besar dalam ketertibanmanajemen bencana,’’ katanya.Ia mencontohkan, tiap kali

bencana pemerintahan sangatkesulitan melakukan pendataan wargakorban. Ini bisa berakibat merugikansebagian korban sendiri. “Kan susahmenyalurkan bantuan kalaumasyarakat tidak memliki identitaskependudukan setempat,” kata Atutlagi.

Semoga karut marut manaje-men bencana Situ Gintung ini

menjadi yang terakhir kalinya.Bukankah kata Nabi MuhammadSAW, hanya keledai yang terperosok kedua kalinya di lobang yang sama?(aya hasna)

T T T T T IAP IAP IAP IAP IAP   ADAADAADAADAADA   BENCANABENCANABENCANABENCANABENCANA , , , , , pemerintah

selalu terlihat gagap bertindak. Saling lempar 

tanggungjawab menjadi fenomena yang

biasa terjadi. Ini bisa dilihat pada beberapa

bencana seperti tsunami Aceh, Lapindo,

hingga jebolnya tanggul Situ Gintung baru-

baru ini. Pemerintah pusat bilang, itu tugas

Pemprov. Yang ditunjuk mengelak, lalu

melempar ke Pemko Tangerang Selatan.

Begitu seterusnya, bagai ketiak ular.

Ke depan, pemerintah mesti segeramerancang aturan tegas berupa Undang-

Undang yang mengatur penanganan

bencana yang berisi pedoman bagaimana

seharusnya menangani bencana,

pemerintahan di level mana yang mesti

bertanggungjawab, apa saja yang harus

diberikan kepada korban bencana,

bagaiamana meknisme penyelesaian

sengketa tanha dang anti rugi.

Dan yang tak kalah penting,

meminimalisasi bendera partai politik di

berada di lokasi bencana. Mereka boleh

membantu tapi tanpa perlu membawa

umbul-umbul, bendera dan alat peraga

layaknya tengah berkampanye. [MUST]

Roostien Ilyas Roostien Ilyas Roostien Ilyas Roostien Ilyas Roostien Ilyas Ketua Yayasan Nanda Dian Nusantara:

Jangan Kampanye

   f  o   t  o  :  m  s   t

Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus 

Page 8: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 8/21

SAYA TIDAK SEPENUHNYA sependapat jika dikatakan penanganan Situ Gintungsemrawut. Memang ada kekurangan di sana sini. Tapi itu tidak lebih hanya persoalan

koordinasi saja. Jangan menyederhanakan masalah. Jika terus menerus saling

menyalahkan, malah akan memperlambat penyelesaian.

Berdasarkan peraturan, perawatan situ merupakan tanggungjawab

Pemerintah Pusat. Begitupun dengan tata ruang adalah tugas Departemen PU. Jika

Pemprov Banten terlalu banyak mencampuri urusan ini, malah bertentangan dengan

aturan.

Meski begitu, kami menyalurkan berbagai jenis bantuan kepada para korban.

Misalnya, setiap kepala keluarga kami anggarkan bantuan Rp 5 juta.

Angka tersebut tentunya memang jauh dari harapan masyarakat. Tapi apa

boleh buat, sebab selama ini Pemprov hanya bisa mengajukan anggaran kepada

Pemerintah Pusat. Selebibnya keputusannya di sana.

Ke depan, saya berjanji akan lebih serius lagi memperjuangkan dana-dana

penanggulangan bencana. Sebab di wilayah Banten ada 120 situ besar maupun

kecil yang butuh perawatan serius. Kita pasti tidak ingin bencana seperti ini terulang.Selain ancaman bencana dari situ, potensi bencana di wilayah Banten

memang beragam, antara lain gempa, banjir, dan kekeringan.

Saya berharap masyarakat juga setiap saat waspada terhadap ancaman

bencana. Koordinasi antarinstansi dan partisipasi masyarakat dalam

penanggulangan bencana harus ditingkatkan. [must]

Ratu Atut Chosiyah,Ratu Atut Chosiyah,Ratu Atut Chosiyah,Ratu Atut Chosiyah,Ratu Atut Chosiyah, Gubernur Banten:

Setiap KK Rp 5 Juta

D D D D D ARI ARI ARI ARI ARI  DATADATADATADATADATA sementara, tercatat 750 jiwa warga korban SituGintung yang masih hidup. Tapi data ini masih belum lengkap.Sebab dulu banyak warga yang belum masuk data kami.

Kita maklum kalau penanganan pemerintah semrawut,karena Pemkot Tangerang Selatan baru berusia beberapa bulan. Wajar jika ada banyak kekurangan di sana sini.

Sejauh ini layanan kesehatan dan suplai makanan daridapur umum tetap berjalan. Berdasarkan hasil rapat gabungandengan Pemkot Tangerang Selatan, kami dijanjikan relokasi kekawasan Wisma Kerta Mukti. Sedang sebagian warga lainnyasekitar 111 jiwa bertahan di rumah-rumah kontrakan. Pemkotmenjanjikan akan menaggung biaya kontrak rumah selama satutahun. Tapi dananya sampai sekarang belum cair.

Khawatir terjadi pelanggaran terhadap kesepakatan-kesapakatan yang diberikan Pemerintah, warga kami memintahasil kesepakatan tersebut dituangkan secara tertulis danditandatangni oleh semua pihak yang terlibat. Bukan kami tak percaya Pemerintah, tapi ini langkah antisipasi. Kami perlukeseriusan Pemerintah.

Rencana Pemerintah untuk menata ulang wilayah SituGintung memang sempat membuat warga gusar. Sebab inimemicu persoalan batas tanah yang potensial menjadi konflik 

antar-warga. Pasalnya, banyak sekali penduduk korban yang kehilangan bukti-bukti surat kepemilikan tanahnya. [ Must]

Saparudin H DalihSaparudin H DalihSaparudin H DalihSaparudin H DalihSaparudin H DalihKetua Satkorlap RW 08 Cirendeu:

Kami Perlu

Keseriusan Pemerintah

foto: mst

Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus 

Page 9: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 9/21

“S “S “S “S “S AYAAYAAYAAYAAYA MAU MAU MAU MAU MAU  ke mana lagi kalau nggak di sini,” ujarRatini (37 th), salah satu korban banjir bandang SituGintung yang kini menempati tenda relokasi.

Sebelum musibah, Tini dan Soni Darwadisuaminya, sehari-hari berdagang makanan di kantinUniversitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Ciputat, Tangerang Selatan. “Penghasilan kami cukup lumayanuntuk menghidupi keluarga dan biaya sekolah tigaanak.”

Ketika bencana itu terjadi, suami Tini sedang berbelanja sayur di Pasar Ciputat. Tini dan ketiga anak mereka terkurung di dalam rumah yang mulai terendamair, tak berani keluar dari rumah. Untunglah, tak sepertibiasanya, Soni lebih cepat pulang dari pasar. Sang ayahpun langsung mengevakuasi keluarganya.

“Anak nomor dua sempat lepas dan hanyutdiseret lumpur. Bapaknya anak-anak langsung melepas kami dan mengejar. Untunglah anak kami tersangkut di dahan pohon. Begituberhasil menjangkau rambut anak kami,Bapak langsung menyeret menembus aruslumpur. Saya ngeri mengingat kejadian itu,

anak kami terus menjerit ketakutan dansakit diseret rambutnya.”

 Tini berlinang airmata, syukurterucap lirih dari mulutnya,“Alhamdulillah.., kami semuaselamat...”

 Tapi musibah itu telahmerenggut separuh kehidupan Tini. “Seluruh harta kami,rumah.., tabungan.., lenyapditelan bah. Kalau hidupharus terus berjalan, kami

masih bingung dari manamemulainya. Seluruh modalludes. Ongkos sekolah anak-anak yang dulu tidak pernah membebani,sekarang terasa berat menindih.”

Dulu, Soni lah yang bertugas mengantaranak sekolah dengan sepeda motor setelah modasatu-satunya itu dipakai belanja ke pasar. Kini motor itulenyap tanpa bekas.

“Untuk memulai hidup lagi, saya cuma bisaberdagang. Tapi sekarang itu terasa mustahil...”

Selain kesulitan permodalan, Tini tak punya lagi

tempat untuk mengolah masakan, tempat untuk berlindung, tempat untuk pulang. “Tenda ini bukanrumah.” [Must]

Ratini,Ratini,Ratini,Ratini,Ratini, pedagang

Tenda ini

Bukan Rumah

foto: mst

Fokus Fokus Fokus Fokus Fokus 

9Menata Kepedulian di Tengah Bencana

Page 10: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 10/21

T T T T T ERJADINYAERJADINYAERJADINYAERJADINYAERJADINYA  saling lempar 

tanggungjawab pasca musibah

 jebolnya tanggul Situ Gintung

sebetulnya tak perlu muncul

dipermukaan jika masing-

masing pihak mendasarkan opini

pada aturan yang sudah digaris-kan yaitu UU No 24 Tahun 2007

Tentang Penanggulangan Benca-

na (UUPB). Apalagi Pemprov

Banten sudah beberapa kali

melakukan semulasi bencana.

Dalam UU tersebut telah

diatur sedemikian rupa siapa

yang diserahi tanggungjawab.

Jika sebuah pemerintahan tidak

mampu maka dia bisa meminta

bantuan kepada pemerintahantetangganya atau pemerintahan

yang ada di atasnya. Tapi saya

memaklumi karena Pemkot

Tangerang Selatan baru berdiri

sehingga belum memiliki daya

memadai untuk penanganan

bencana.

Menyangkut

penanganan bencana

secara umum juga

tertuang jelas dalam UU

No 24 Tahun 2007,

pasal 33. Disebutkanbahwa penyelanggaraan

bencana memiliki tiga

pilar utama yaitu  perta-

ma, pra bencana yang

antara lain memuat

pengurangan risiko

bencana, pencegahan, pemadu-

an dengan aspek pembangunan,

pendidikan serta pelatihan.

Kedua, saat tanggap

darurat yang menyangkut

pengkajian secara cepat dan

tepat terhadap lokasi , kerusakandan sumber daya, penentuan

status keadaan darurat, penyela-

matan dan evakuasi masyarakat

korban bencana, dan pemenu-

han kebutuhan dasar.

Ketiga, penanggulangan

pasca bencana yang meliputi

aspek rehabilitasi dan rekon-

struksi.

Dalam seluruh proses

tahapan di atas, BNPB memiliki

kewenangan sebagai badan

yang melakukan koordinasipenanganan baik bencana yang

berskala lokal maupun nasional.

Sayangnya, keberadaan

BNPB masih belum banyak

dikenal masyarakat karena

kurangnya sosialisasi. BNPB

sebetulnya sudah cukup lama

berdiri (20 Januari 2007) yang

merupakan mandat dari lahirnya

UU No 24 Tahun 2007 Tentang

Penanggulangan Bencana.

Kini dengan banyaknya

ancaman bencana di berbagaidaerah BNPB didesak agar 

memiliki perpanjangan di level

provinsi maupun daerah. Sejauh

Dr. Priyadi Kardono M.ScKepala Data dan Informasi Badan Nasional Penaggulangan Bencana (BNPB)

Jangan Lempar Tanggung jawab

Be Wise: Salurkan bantuan kemanusiaan Anda melalui Al Azhar Peduli Bencana,

no rekening: B S M 002 011 6222; BRI Syariah 72331 1600 187; Bank Mega Syariah 0010 302000 12804;

Danamon Syariah 005 8340 332; dan Permata Bank Syariah 097 100 1828 a.n YPI Al Azhar 

Keluarga

korban luapan lumpur 

Lapindo, Sidoarjo

mengenang kampunghalaman yang telah

terendam.

foto: jw

Fokus 

Page 11: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 11/21

Fokus 

ini

tercatat

baru ada di 8

provinsi dan 9

kabupaten di

seluruh Indonesia.

UU memberikan

mandat agar lembaga ini

ada di seluruh wilayah

Indonesia. Di tingkat provinsi

disebut Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Provin-

si, sedang di tingkat Kabupaten

dinamai Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kabu-

paten.

Sayang sekali, secara

teknis penyempurnaan itu

terkendala “semangat otonomi

daerah dan anggaran”. Lebih-

lebih UUPB juga masih memiliki

lubang terkait dengan penetapan

status bencana, apakah Nasional

dan Lokal. Dalam UU tersebut

masih sangat normatif sehingga

masih dimungkin terjadinya

perbedaan tafsir. Ini menjadi PR

buat BNPB, pemerintah dan DPR

untuk menyempurnakannya.[Must]

Bantuan untuk

korban bencana,

tak perlu saling

menyalahkan.

foto: ist.

Page 12: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 12/21

S S S S S IT U IT U IT U IT U IT U  GGGGGINTUNGINTUNGINTUNGINTUNGINTUNG  bolehambrol dan menumpah-kan 2 juta kubik air yangmenyapu ratusanbangunan di bawahnya,tapi Masjid JabalulRahmah di RT 01/08,Kampung Cirendeu,tetap tegak. Masjid yangterletak sekitar 70 meter di bawah tanggul Situitupun menjadi peman-

dangan fenomenal.Menurut cerita

relawan yang mengikuti acara di Jabalul Rahmahpada Sabtu, 4 April 2009, ada taushiyah yangmenarik dari seorang penceramah. Dia bilang,karena masjid sepi, maka air dan lumpur yangkemudian datang memenuhinya hingga ketinggian2 meter. Karena kitab-kitab Al Qur’an yangtersimpan di almari di dalam masjid

  juga jarang disentuh apalagi dibaca,maka kitab-kitab itu dilarikan air entah ke mana.

Rumah Allah, memang tak

sepantasnya sepi. Bahkan NabiMuhammad mengancam akanmembakar rumah-rumah tetanggamasjid yang penghuninya tidakmau shalat berjamaah di masjid.Sebaliknya, setiap ayunan langkahkaki ke masjid bakal diganjar pahala.

Itu satu hal. Tapi, yangmenentukan kehadiran orangdatang ke masjid bukan hanyasoal kewajiban agama. Ada faktor-faktor daya tarik dan daya tolak

masjid yang bersifat sosial-kemanusiaan.

Masjid yang asri, indah, bersih, denganmerbot yang ramah dan sound system yangproporsional, tentulah membuat pengunjung betahhadir ke sana. Tapi masjid yang kamar kecilnya

 jorok, bangunannya tak terawat, dengan merbotyang masam dan suara parau dari loudspeaker yang memekakkan telinga, tentu membuat orangmalas mampir.

Seperti dituturkan Ustadz Didin Hafidhuddin,wasiat penting Dr M Natsir antara lain adalahbahwa masyarakat bisa terbangun dengan baik

kalau ada tiga unsur penting (soko guru) yaitukampus, pesantren, dan masjid. Pak Natsir selalumengatakan, “Kuasai ketiganya!”

Karena itu, merbot (petugas harian) masjid

pun, menurut Mohamad Natsir, termasuk bagianpenting dari syiar dakwah. Natsir mengatakan,“Saudara merbot mungkin buta huruf, tidak bisamembaca dan menulis. Tetapi, tugas membersih-kan masjid, mengurus air masjid, menjagakeamanan sandal, adalah termasuk pelaksanaandakwah. Merbotlah yang mengurus semua itu.Dengan tugas itu, merbot menjadi dai’’ (Pesan-Pesan Dakwah Mohamad Natsir dalam DakwahKomprehensif , H Mas’oed Abidin. /http://masoedabidin.wordpress.com/ category/sejarah-dakwah-pejuang-bangsa/page/2/).

Sama saja dengan lembaga keuangansyariah yang makin marak. Jika sekadar berlabel“syariah’’, tentu ia tak bisa berkembang. Karena itu,Karim Business Consulting (KBC) memberikanIQBA (Islamic Quality Banking Award) sebagai tool untuk menilai performa bank syariah dari luar.

IQBA bertujuan memberikan umpan balik kebank syariah sebagai cermin atas kinerja

mereka. Jika Anda menjual mie halaltapi tak enak, apa orang mau

membeli? Begitu pula layananbank, orang mau yang halal tapiberkualitas bagus. Penelitian

Sudin Harun di Malaysia misalnya,berkesimpulan antara Muslim dannon-Muslim memilih faktor preferensi yang mirip dalammemilih bank.

Dalam mengukur parameter IQBA, KBC melakukan mistery shoping  (periset ikut menjajalpelayanan) dan consumer survey (penilaian pelanggan). Keduanyamemiliki bobot penilaian setara,masing-masing 50%.

Penggabungan dua

metodologi tersebut menghasil-kan Service Quality Index (indeks

mutu pelayanan) yang menjadi peringkat pelayananbank syariah di Indonesia.

Kembali ke soal masjid, Dewan MasjidIndonesia sudah mengklasifikasi masjid dalambeberapa kelompok seperti: masjid kampung,masjid kampus, masjid perkantoran, masjidkomplek, masjid pasar. Operasionalisasi masjidpun sudah dikodifikasi dalam peribadatan,administrasi (idharah), dan kemerbotan.

Barangkali bagus juga kalau metode IQBAditansformasi untuk menilai kinerja masjid, baik

oleh Dewan Masjid maupun jamaah. Sehinggapengelola masjid mendapatkan umpan balik(feedback) agar masjid semakin menarik jamaahuntuk hadir dan memakmurkannya. [C]

Mengapa Masjid Sepi

AAAAADIWARMAN DIWARMAN DIWARMAN DIWARMAN DIWARMAN  A KA KA KA KA KARIM ARIM ARIM ARIM ARIM 

Ketua Dewan Penasihat Al Azhar Peduli Ummat

WacanaWacanaWacanaWacanaWacana

Menata Kepedulian di Tengah Bencana12

Page 13: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 13/21

Page 14: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 14/21

PPERTENGAHAN JANUARI 2008, seorang pria paro

baya berwajah bersih datang ke tenda Divisi

Layanan Mustahik. Mengenakan baju koko putih

bersahaja, ia menyerahkan sebuah proposal

sumbangan pembangunan masjid di Nias,

Sumatera Utara. Petugas menerima, mencatat,

mewawancarai secara singkat lalu meletakkan

arsip-arsip itu di antara ratusan proposal serupa

yang bertumpuk. Bapak pembawa proposal tanggap,

ia mohon diri. Mustahik selanjutnya pun maju.Pada silaturrahim ke dua, Bapak itu diterima

langsung oleh Direktur Al Azhar Peduli Ummat M.

Anwar Sani di ruang kerja. Saya diundang hadir 

mendengarkan presentasi H. Muhammad Yusuf 

Sisus Lombu S. Si, Bapak paro baya yang bekerja

sebagai pejabat teras di PT. Jamsostek, Ketua

Yayasan Muslim Peduli Nias (YPMN) , dan

(sekarang) Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia.

Subhanallah.., hati kami runtuh mendengar 

dan menyaksikan film dokumenter yang

dipresentasikannya mengenai kondisi termasa

Muslim Nias dan masjid-masjid yang hingga hari

itu masih “terkapar”.

Silaturrahim lalu berjalan intensif. Akhir Maret

lalu, sinergi program yang dinamakan Al Azhar 

Peduli Muslim Nias (APMN) dicanangkan sebagai

wahana membangun kembali Masjid Al Furqan di

Kecamatan Pasar, Gunungsitoli, sebagai landmark 

baru Kabupaten Nias (baca: CARE edisi. Maret

2009: Landamark Islam di Pulau Salib). APMN juga

menjembatani program-program Dakwah danPendidikan Al Azhar Peduli Ummat di Nias.

Mengapa Nias?

Prosedur baku Divisi Program Al Azhar Peduli

Ummat, sebuah program baru diinisiasi setelah

dilakukan survey, asessment, analisa data, cetak

biru, dan seterusnya. Maka pada 29 Mei 2008, saya

ditugaskan berkunjung ke Nias mendampingi H.M.

Yusus Sisus Lombu dan H. Mazni Ibrahim, Anggota

Dewan Penasihat YPMN. Ikhtisar laporan pandang

mata itu kami itu kami sajikan pada “Laporan Khas”

edisi ini.

KIKAN:

HM Yusuf Sisus lombu S.Si

Joko Windoro

H. Mazni Ibrahim

H. Farid Nuh

Dian Taufiq Zega

Khas 

Menata Kepedulian di Tengah Bencana14

Page 15: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 15/21

rumah makan Padang yang cukupmentereng. Weleh , beginilah kalaujalan bareng birokrat penting.

Usai makan, kami check in disebuah penginapan di pinggirankota Medan, penginapan “HariKota” namanya. Karena pemiliknyaorang India, desain arsitektur hingga

resepsionis semuanya serba Hindi. Tapi Bahasa Indonesianya fasih,tidak nehi nehi’.

Pak Yusuf alias Ama Ulfa adaagenda raker dengan PT. Jamsostek,selesai mandi aku manfaatkan waktuuntuk keliling kota Medan meman-faatkan kamera.

Lepas maghrib, Ama Ulfabelum juga datang, aku bermaksudkembali menyusuri IbukotaSumatera Utara itu dengan ojek motor. Waktu mau keluar penginap-

an, Ama Ulfa nongol dengansenyumnya yang khas. Hebat jugaBapak kita ini, staminanya tak menunjukkan usianya yang sudahmenjelang masa pensiun.

“Habis Isya kita diundang makan malam,” ucap Ama Ulfa.

Ups!  “Pak, kalau tidak formal,boleh saya tidak ikut? Nggak enak 

D ARIB ANDARA Soekarno Hatta,pesawat Lion Air take off sesuaijadwal pukul 08.00 wib. Sebelumnya,saya dan Pak Yusuf sempat sarapannasi rawon yang lumayan enak tapimuahal bukan kepalang di ruang tunggu bandara. Cuaca tidak begitubagus dan saat landing di Poloniaguncangan keras cukup membuat

deg-degan, siapa tak khawatir denganreputasi moda udara negeri tercinta?

 Alhamdulillah tak terjadi apa-apa. Waktu di Medan menunjukkanpukul 09.50 wib.

Kejutan pertama menyergap.Kami dijemput Wakil Ketua Kanwil

 Jamsostek Medan, Bapak Dirman,lalu langsung dibawa ke sebuah

juga dijamu terus...”“Kayaknya Pak Joko diharap-

kan ikut, soalnya sudah dipesanmeja. Mereka taunya rombongan

dari Jakarta dua orang,” Ama Ulfamenjelaskan tanpa bermaksudmemaksa. Apa boleh buat...

Dan malam pertama diMedan ditutup dengan menu-menuhebat Warung Sunda. Saya merasabahagia karena bisa berkenalandengan KaKanwil Jamsostek Medan, dr. Mas’ud yang baik hati. [c]

Di Medan ada penjual bakmi goreng

keliling pakai bok kaca yang dibonceng

sepeda. Penyajiannya pakai  pincuk daun

pisang lalu diguyur sambal kacang yang

diwadahi botol  Aqua. Tempat duduknya?

Silakan nongkrong di trotoar atau bangku

halte. Asyik juga...

Day 1:

Ini Medan Bung! 

Khas 

Page 16: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 16/21

Day 2:

Sungai Berhaladijemput Haji Farid Nuh, tokohmasyarakat Nias dan Haji MazniIbrahim, Penasihat YPNM yang 

lebih dulu mendarat denganpenerbangan pertama Merpati.Bersama mereka ada sosok berwajahoriental yang sangat cekatan. DianZega, pria bergenetik kosmopolititu seorang relawan independenlulusan IPB. Kami memanggilnyadengan sebutan Ama (Abu) Icha.Dan Ama Icha ini menjemput kamidengan Daihatsu Strada dobelgardan. “Medannya berat, jadi mintatukar mobil sama Mama,” kata dia

nyengir.Dari Binaka kami langsung 

menyasar Sogai Adu (SungaiBerhala) di Kecamatan Gido. DariBinaka jaraknya sekitar 8 Km. Dikampung halaman Ama Ulfa inikami meninjau Masjid Al Furqan.Dua tahun lalu, pembangunanmasjid itu terbengkalai. Dana yang berhasil dihimpun YPMN sebagiandisalurkan untuk melanjutkanpembangunan masjid ini.

J J J J J UM UM UM UM UM ’ ’ ’ ’ ’ AT AT AT AT AT   , 30 M   , 30 M   , 30 M   , 30 M   , 30 M EI EI EI EI EI . Pagi-pagi benarkami sudah dijemput Pak Dirmanbersama Pak Haji, driver PT.

 Jamsostek yang efisien. Kamidiantar ke Polonia. Setelah check in ,sambil menunggu Foker MerpatiNusantara yang mungil itu mener-bangkan kami ke Nias, kedai kopi diBandara yang ruang tunggunyasempat terbakar hebat beberapa waktu lalu menjadi sasaran si lidahtajam. Kopi hitam Medan, Bung!

Melintas Samudera Hindiabagian barat dengan pesawat yang berguncang-guncang, pemandangan

menakjubkan dari jendela di pintukeluar darurat terlampau memikat.55 menit penerbangan terasasingkat. Pukul 9.10 wib, Fokermendarat dengan smooth di landasanpacu Bandara Binaka. Welcome to

Paradise, begitu barangkali suara hatisepasang bule dari Palang MerahSpanyol yang duduk di kursiseberang.

Kejutan dari Ama Ulfasepertinya tak pernah selesai. Kami

Masjid Al Furqan, Desa Sogae Adu, Kecamatan Gido. Sholat Jum’at hanya diikuti3 orang. Dalam acara kunjungan dan penyerahan bantuan, Lurah Sogae Adu yangdipanggil Ama Pardin Lombu (Kristen) hadir dan memberi sambutan hangat.

Ama Icha menata paket sembako

penyaluran dana fidyah Al Azhar Peduli

Ummat untuk 12 keluarga muallaf di

Botomuzoi di kabin Strada. Selama di

Nias, Ama Icha yang mengantar kami ke

semua lokasi sasaran program,

menjemput pagi-pagi di penginapan

hingga larut baru pulang. “Tolong, biar

saya saja yang bayar BBM. Saya jugaingin beramal seperti Bapak-bapak...”

Oh, indahnya jiwa yang bersemayam di

dalam tubuh cucu Sani Zega, mantan

Bupati Nias yang mahsyur itu.

 Ama Ulfa merekomendasikan Al Furqan Sogae Adu agar dimodi-fikasi sesuai desain Mushola for Sale.

“Lokasinya strategis. Di pinggir jalanutama tempat pelancong melintas.Bayangan saya, Al Furqan Sogae adubisa menjadi tempat berjamaah bagimusafir...”

Saya manggut manggut.Sampai di Sogae Adu, kami

dapati masjid hampir selesaidibangun. Rencana A pun terpaksadiurungkan dan Ama Ulfa menye-rahkan bantuan 10 jilid mushaf AlQur’an cetakan Mekah sumbangan

seorang Pilot kawan Ama Ulfa. Walau sudah hampir selesai,

masih terdapat banyak kekuranganuntuk menyebut pembangunanmasjid itu paripurna. Yang mempri-hatinkan, kebersihan tempat ibadahitu seperti tak terjaga. Rumputmeliar di halaman masjid.

Di desa ini hanya terdapat 10KK muslim. Dan yang membuathati benar-benar sedih, “Sholat Jum’at di sini hanya diikuti 3 sampai4 orang saja,” kata muazin, khatib,sekaligus imam masjid. Ya Allah,tolonglah kami... [c]

Khas 

Menata Kepedulian di Tengah Bencana16

Page 17: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 17/21

Bozihona

D D D D D ARI ARI ARI ARI ARI  S S S S S OGAE OGAE OGAE OGAE OGAE AAAAADU DU DU DU DU  , , , , , Ama Ichamerekomendasikan untuk meninjausebuah desa di sisi timur yang separuhnya amblas karena gempadan garis pantainya terkikis akibathempasan tsunami 2004: Bozihona(baca: Bozhi heu na).

“Tolong hitung berapabanyak gereja di sepanjang jalan, danberapa masjid atau mushola yang ada,” pesan Ama Icha setelah kamimembelok ke jalan sempit dipertigaan Kecamatan Idanogawo.

Saya lupa berapa jumlah gerejayang terlihat. Terlalu banyak, hampir

tiap 50m ada gereja berbagai sekteagama Kristen.

Mata saya melihat kiri kananjalan, mencari mushola. Hampirsampai ke ujung jalan, hanya satusurau kecil berdinding kayu yang sudah lapuk yang terlihat di kananjalan. Di belakangnya ada sebuahbangunan kayu mirip sekolahan,

tapi hanya dua ruang. Nantinya sayatahu kalau bangunan itu satu-satunya madrasah di Bozihona.

Mendekati pantai, sebuahbangunan masjid baru yang belumselesai terlihat. Ama Icha terusmembawa kami ke garis pantai. “Inidulunya pemukiman nelayan, garispantai itu dulu lapangan bola. Tsunami menenggelamkan setengahdesa ini,” kata Alimsyah Lahiya,Pengurus Masjid As Sakinah.

Usai mengambil data,menyerahkan bantuan Qur’an dansumbangan tunai, kami meninggal-kan Bozihona dengan kesanmendalam: Masjid As Sakinah harusselesai pembangunannya! Akuminta panitia segera membuatproposal sebelum kami meninggal-kan Nias. [c]

Inilah masjid darurat As Sakinah di desa Bozihona yang digunakan sebagai tempat

ibadah 72 KK muslim. Desa nelayan ini, mayoritas dihuni muslim keturunan Aceh

yang tersebar di garis pantai. Lebih ke dalam, penduduk beragama Kristen semakin

dominan. Warga terpaksa tetap memfungsikan masjid darurat ini karena masjid baru

yang sedang dibangun belum selesai dan pembangunan mandek kehabisan biaya.

Pokok-pokok kelapa ini kering dijarah

tsunami. Setengah desa tenggelam.

Masjid baru yang

dibangun dengan dana

bantuan BRR Aceh-Nias

ini terbengkalai. Wargakehabisan dana, walau

bantuan uang tunai

untuk pembangunan

perumahan sebesar Rp.

600.000 dikumpulkan

oleh 50 KK (Rp. 30 juta)

diinfaqkan untuk

menyelesaikan

pembangunan masjid ini,

bagian lantai, plester

dinding, dan plafon

belum tersentuh. Masjid

ini belum digunakan,

untuk beribadah 72 KK

muslim di Bozihona

menggunakan masjiddarurat yang kondisinya

memprihatinkan.

Khas 

17Menata Kepedulian di Tengah Bencana

Page 18: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 18/21

Masjid Al Abrar Tetehosi. Lokasinya sangat strategis, penduduk muslimnya pun

banyak. Lokasi ini sangat ideal untuk proyek Mosque for Sale Al Azhar Peduli Ummat.

Tetehosi 

Jelang shalat Jum’at di masjid Al Abrar, Desa

Tetehosi, Kec. Idanogawo. Khutbah Ama Ulfa

tak terdengar ditimpa berisik air hujan

menimpa atap seng yang bocor di sana sini.

D D D D D ESAESAESAESAESA T T T T T ETEHOSI ETEHOSI ETEHOSI ETEHOSI ETEHOSI  , , , , , KecamatanIdanogawo. Di samping pasar

kecamatan itu berdiri sebuah masjidberatap seng dengan dinding kayu,itupun hanya setengah tinggi tiang bangunan. Hujan merintik ketikakami tiba di masjid Al Abrar jelang shalat Jum’at.

Di shaf depan, tampias airhujan menerobos celah-celahdinding papan yang mulai lapuk,membuat karpet basah. Dan oh..,ketika tiba shalat berjamaah, sedikitmuslim yang datang enggan

memenuhi shaf depan. “Ayo,penuhi dulu shafnya, basah dikit gak apa-apa kok..,” ajakku sambilberpindah ke karpet sajadah yang lepek. Dua orang mengikuti, lainnyamemilih berdiri di shaf ke dua, cariaman. Oh..

 Tetehosi dihuni 400an KK.

90 KK di antaranya Muslim.

Masjid Al Abrar berdiri disimpang jalan yang meng-hubungkan Gunungsitoli(Ibukota Nias) dengan Teluk Dalam ( Ibukota Nias Selatan)dan ke timur menuju Bozihona.Sangat strategis. Ketika hancurlebur digoyang gempa, wargasebenarnya sedang merencanakanperluasan masjid itu. Pondasisudah terpasang, bahkan stek-stek tiang baja masih terlihatbercuatan.

 TNI mengevakuasiruntuhan masjid. Muhammadi-yah, beserta swadaya wargamuslim membangun masjiddarurat. Dana bantuan BRR (Rp.37, sekian juta) ditambah uang “celengan masjid” (tromol infaq)tidak mungkin mengembalikan Al Abrar, bahkan ke bentuk semula.

“Kami mandek. Tak tahubagaimana harus mulai mem-

bangun masjid kami,” kataSyamsul Bahri, anggota kenazi-ran Al Abrar prihatin.

Usai shalat Jum’at danmenyerahkan bantuan (mushaf dan uang tunai), kami kembali keGunungsitoli. Oh ya, Ama Ulfatadi didaulat menjadi imam dan

khatib. Khutbahnya yang disampai-

kan tanpa alat pengeras suara nyaristak terdengar karena bunyi berisik hujan deras menimpa seng. KasihanPak Yusuf.

Selesai makan siang (lagi-lagikami harus memilih warung padang), kami bergegas kembali keGunungsitoli untuk melanjutkanperjalanan ke Botomuzoi. Paketsembako yang sudah disiapkan AmaIcha malam sebelumnya langsung diangkut ke kabin Strada. Mataharimulai tergelincir ke barat, Ama Icha

tancap gas. [c]

YPMN serahkan mushaf Al Qur’an

kepada nazir masjid Al Abrar.

Khas 

Page 19: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 19/21

R EKAMAN  VIDEO yang diputar AmaUlfa di foodcourt  Universitas Al Azhar Indonesia beberapa waktulalu menggambarkan perjalananberat ke Kecamatan Botomuzoi dipusat pulau Nias (25 Km dariGunungsitoli). Tapi yang saya temuijustru jalan lebar hotmixed yang bahu-bahu jalannya sedang dalamperbaikan. Jalan mendaki menem-bus hutan, berliku-liku menyajikanpanorama alam nias yang asli. Indah.

Berjumpa simpang jalan,kami berbelok ke kiri melalui jalanyang lebih sempit dan tidak lagiberaspal kelas satu. Tak berapa lama,aspal mulai bopeng terkena airhujan, di sana sini terdapat lubang.

Lalu lintasan heavy duty sepertiterlihat di video Ama Ulfa menjadikenyataan. Satu, dua, tiga.., adaempat ruas jalan yang amblas danhancur. Dengan mobil berpeng-gerak tunggal,rasanya mustahilmelintasi jalan itu. Botomuzoibenar-benar terpencil.

Kami tiba di Botomuzoihampir ashar. Orang-orang sudahberkumpul di rumah Duhusokhi Waruwu. “Kami berangkat jam

tujuh, tiga jam jalan kaki menem-puh jalan setapak dan menyeberang sungai,” ujar seorang ibu yang tampak kurus pucat. Kata dia, tiapMinggu dia mengantar anaknya“Sekolah Minggu” (mengaji) dimushola An Nur di depan rumahPak Waruwu alias Ama Niska. Kalausungai banjir, mereka batal mengaji. Atau kalau sudah sampai di An Nurtiba-tiba hujan deras turun, ibu anak itu terpaksa menginap di rumah Ama Niska.

Mushola An Nur, dibangunawal 2008 setelah Camat Botomu-zoi Ajran Caniago “menemukan”12 keluarga muallaf di wilayah

Day 3:

Botomuzoi 

kerjanya. (Pada 2 Februari 2008Kecamatan Hiliduho dimekarkanmenjadi dua kecamatan: Hiliduhodan Botomuzoi. Ajran yang semula Ajudan Bupati Nias ditunjuk menjadi camat di Botomuzoi.Dialah satu-satunya Camat Muslimdi Pulau Nias).

“Saya tidak menemukan warga muslim di data demografiKecamatan. 12 keluarga muallaf initidak pernah tercatat sebagai wargaBotomuzoi,” ujar Ajran Caniago(Dialog Jum’at Republika, 6/6).

 Tempat berjamaah merupa-kan sarana vital mempertahankan

akidah. 12 keluarga muallaf ituhidup terpencar berjauhan. “Sayadiusir mertua ke hutan karena tidak mau kembali menganut agamalama,” kata seorang warga. Seperti 12pria Botomuzoi yang kembali kefitrah, dia dulunya Kristen. Pria itumerantau ke Medan dan beristrikanmuslimah suku Batak. Merekakembali ke Botomuzoi sebagaikeluarga mualaf.

“Kalau tidak dibangun mushola,kami sulit berkumpul, bersilatura-him, saling menguatkan. Kalausendiri-sendiri, menghadapi tantangansungguh berat,” ungkap Ama Niska.

Muslimah Botomuzoi. Mereka menikah dengan pria asal kecamatan baru hasilpemekaran (2/Feb. 2008) yang merantau ke seberang (pulau Sumatera) dan kembalike Botomuzoi sebagai keluarga mualaf. Mereka tinggal terpencar dan hanyaberkumpul seminggu sekali di mushola An Nur untuk mendidik anak-anak merekadengan ajaran Islam. Kegiatan ini dinamai Sekolah Minggu.

Mushola An Nur. “Rampungkan pembangunan mushola inidengan dana bantuan Al Azhar Peduli Ummat. Setelah itu, kita

tak usah buat lagi proposal, tak usah pikirkan lagi bangunan.Yang harus kita pikirkan bagaimana kita bisa datangkan gurungaji, untuk kita yang tahu agama serba sedikit ini, dan untukanak-anak supaya mereka bisa belajar agama dengan benar,”pesan Ajaran Chaniago, camat Botomuzoi sekaligus pelindung12 KK muallaf itu.

Menyerahkan paketsembako dana fidyah untuk12 + 1 KK muallaf Botomuzoi.

Khas 

19Menata Kepedulian di Tengah Bencana

Page 20: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 20/21

Pembangunan mushola An Nur itusebenarnya hampir rampung. Hanya belumdipasang kaca-kaca, beberapa kusen danlubang angin, plafon, dan tempat wudhluserta kamar mandi. Satu bagian lagi yang penting: pagar. “Babi peliharaan penduduk sering berkeliaran dan masuk masjid, jadiharus dipagari,” kata Duhusokhi Waruwu.

Sesuai agenda awal, bantuan danainfaq dari donatur Al Azhar Peduli Ummatdiserahkan untuk menyelesaikan pemba-ngunan mushola yang punya arti penting 

Botomuzoi   waktu masuk azhar mengumandangkanadzan dengan patah-patah.

“Kami sangat butuh bimbinganguru agama. Tolong kirim ustadz kemari,”

 Ama Niska berharap. Alhamdulillah. Dengan diserahkan-

nya infaq dari donatur Al Azhar PeduliUmmat, mushola An Nur kembalibergerak merampungkan pembangunan.

“Setelah ini, jangan lagi memikirkanpembangunan fisik. Perjuangan berat

mendirikan mushola sudah selesai. Apapun ceritanya, kita sudah berhasilmembangun tempat ibadah yang layak bagi kita orang muslim.

 Tahun depan saya sudah pastidimutasi, jadi mulai sekarang marilah kitamemperkuat diri, memperdalam iman.Kalau perlu kita kirim anak-anak kita agarbelajar mengaji ke Jawa. Sekembali merekananti biar menjadi guru agama tempat kitabertanya dan dia bisa membimbing generasi kita selanjutnya.

Dengan selesainya mushola ini,semoga muslim Botomuzoi semakinkuat. Insya Allah, mushola ini akanmenjadi pendorong semangat menegak-kan agama Allah di Tano Niha (BumiNias),” pidato panjang Camat AjranCaniago menutup acara sore itu. Allahhu 

akbar..., Allahhu akbar..! 

 Jelang isya kami baru sampaiGunungsitoli. Setelah makan malam direstoran padang (jangan coba-coba makandi warung orang Nias, kehalalalnya tidak 

terjamin), kami menginap di PenginapanGaruda. Hotel itu dulu runtuh dan kinidibangun dua lantai dengan struktur danbahan kayu. Semalam Rp. 200.000,- terlalumahal untuk fasilitas yang disediakan. [c]

[bersambung]

Muslimah Botomuzoi di teras rumah Ama Niska. Niska (paling kiri) adalah putri

sulung hasil pernikahan Duhusokhi Waruwu (Nias) dengan istrinya yang

keturunan Batak Karo dengan Jawa. Biar gampang, putri cantik itu diberi nama

Janiska, artinya Jawa Nias Karo.

Ajran Chaniago,

Camat Botomuzoi

yang pertama kali

“menemukan”

penduduk muslim di

wilayahnya.

bagi 12 keluarga muslim di kecamatanmiskin itu.

Selain dana pembangunan, jugadiserahkan paket sembako dari pembayaranfidyah donatur Al Azhar Peduli Ummatbagi 12 KK Muslim Botomuzoi. Ama Ulfakembali membagikan 12 jilid mushaf AlQur’an.

 Wah Qur’an baru.. asyik.. ngaji lagi,ngaji lagi,” jerit bocah lelaki berkulit gelapkegirangan. Tetapi kemudian dia terlihatkecewa, “Ah.., tidak ada Bahasa Indonesia-nya. Kami sulit mencari tau artinya,” kataFebrimansah Fahunusa Waruwu (10) yang 

Khas 

Tunaikan infaq/sedekah Anda melalui program Al Azhar Peduli Muslim Nias (APMN) untuk 

memulai pembangunan Masjid Al Furqan, Kecamatan Pasar, Gunungsitoli, Nias. Cantumkan

kode APMN pada berita transaksi melalui nomor rekening APMN:

Bank Syariah Mandiriacc. no: 002 011 6222a . n . Y P I A l A z h a r

Bank Syariah Mandiriacc. no: 070 0005 652985a.n. Yayasan Peduli Muslim Nias

Page 21: Majalah Care Mei 2009

8/9/2019 Majalah Care Mei 2009

http://slidepdf.com/reader/full/majalah-care-mei-2009 21/21