Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

32
HOT NEWS : MENDUGA-DUGA (SIAPA) DEKAN DAKWAH AYAM MONYET BERMODAL Rp 500, KINI MILIKI 5 ORANG KARYAWAN Dr. MUSNI UMAR TEKNOLOGI MERUBAH MINDSET DAN GAYA HIDUP MAHASISWA UIN Cerdas Muda Hangat Edisi 1 Mei 2013

description

Majalah Kampusku, tebit Mei 2013. Mengupas tentang budaya mahasiswa dan kampus UIN Syarif.

Transcript of Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Page 1: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

HOT NEWS : MENDUGA-DUGA (SIAPA) DEKAN DAKWAH

AYAM MONYETBERMODAL Rp 500,

KINI MILIKI 5 ORANG KARYAWAN

Dr. MUSNI UMARTEKNOLOGI MERUBAH MINDSET

DAN GAYA HIDUP MAHASISWA UIN

Cerdas • Muda • HangatEdisi 1 • Mei 2013

Page 2: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013
Page 3: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 3

KONTRASDua mahasiswi UIN asik memainkan gadget

di depan Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Selasa (30/4)

LIRIKAN LENSA

Page 4: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

4 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

Pemimpin RedaksiAmin Sudarsono

RedakturRamdhan Alwy

Koordinator PeliputanA. Hasan

ReporterSupriyadi,Afifah Al HumairoAzkiatun Nisa’

Desain GrafisBurhannudin

Sirkulasi dan PemasaranNovi A.Imam Maulana

Sekretaris RedaksiAnggun C

Alamat:Ciputat Mega Mall Blok B-16AJl Ir H Juanda CiputatTangerang SelatanTelp. (021) 7430295, Fax (021) 7430295SMS Center : 083899444904email: [email protected]

BERuBAhdAN

MENGuBAhSejarah mencatat perubahan besar terjadi pada instiusi-institusi pendidikan. Beberapa yang awalnya khas dan memilih nyaman di lokus ilmu tertentu, lalu menguniversalkan kajiannya. Yang awalnya akademi lalu ganti menjadi institut dan kemudian berubah menjadi universitas. Seperti beberapa IKIP yang menjelma jadi universitas pendidikan di Bandung, Semarang, Jakarta dan Jogjakarta. demikian pula, banyak sekali institut agama Islam yang berubah wajah menjadi universitas.

Apa yang dikejar dengan perubahan itu? Selain narasi besar yang dibangun: integrasi keilmuan, perpaduan agama dan dunia, penyatuan dua kutub pengetahuan, dan seterusnya. Yang tampak kasat mata adalah pembukaan berbagai jurusan baru, progran studi baru, model pengetahuan baru, integrasi beberapa ilmu dalam satu fakultas, pengayaan kajian atau satu subjek pengetahuan.

Ya, lahirlah jurusan yang mirip tapi ada di dua fakultas berbeda. Kajian tentang Ekonomi Islam di UIN Syarif Hidayatullah misalnya, di Fakultas Syariah ada jurusan Perbankan Syariah, dan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis ada Program Studi Ekonomi Syariah. Apakah integrasi juga sekaligus bermakna pembelahan? Hak siapakah menginstitusikan pengetahuan dalam sebuah institusi? Terlihat integrasi menjadi rebutan klaim intelektual.

Itu dari sisi software kampus. Apakah dengan menjadi universitas dan naiknya ongkos kuliah serta pembukaan jurusan “duniawi” macam kedokteran, sains, teknologi dan seterusnya, merubah sesuatu yang inheren di UIN? Tampaknya begitu. Ada yang berubah dari cara berpakaian, cara bergaul, cara belajar dan mengukur kesalehan menjadilebih normatif.

Perubahan selalu baik, hanya baik belum tentu sesuai.

Redaksi

DARI REDAKSIHOT NEWS : MENDUGA-DUGA (SIAPA) DEKAN DAKWAH

AYAM MONYETBERMODAL Rp 500,

KINI MILIKI 5 ORANG KARYAWAN

Dr. MUSNI UMARTEKNOLOGI MERUBAH MINDSET

DAN GAYA HIDUP MAHASISWA UIN

Cerdas • Muda • HangatEdisi 1 • Mei 2013

Diterbitkan oleh:Forum Silaturrahmi Antar-Sesama Alumni (FASA) UIN

Page 5: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 5

DAFTAR ISI

LAPORAN uTAMA

6 Membaca Gaya dan Budaya Mahasiswa. 8 Wawancara : dr. Musni Umar “Teknologi Merubah Mindset dan Gaya Hidup Mahasiswa UIN”

10 Kode Etik Mahasiswa Wujuuduhu Ka Adamihi

12 Semangat diskusi Meredup di Kampus UIN

HOT NEWS

20 Menduga-duga (Siapa) dekan dakwah

KOMuNITAS

24 Komunitas Sepeda Sehat UIN

EKOBIS

26 Ayam Monyet

PROFIL

28 Gun Gun Heryanto

RESENSI

29 Java Heat

Page 6: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

6 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

MEMBAcA GAyA DAN BuDAyA MAhASISWA

“Perlu dicatat betul. Kita sudah tahun ke-7 melakukan operasi pakaian. Kita akan giring agar mahasiswi memakai pakaian rok yang lebih santun”Prof. Dr. Amin Suma, SH MA MM (dekan Fakultas Syariah & Hukum)

eorang ibu jamaah Masjid Fathullah tiba-tiba saja nyeletuk ketika melihat dua gadis berkerudung namun berpakaian ketat melintas di hadapannya pada Rabu (24/4) sore lalu, ”Katanya mahasiswi UIN, tapi kok pakaiannya nggak Islami ya...”.

Entah terdengar atau tidak, dua mahasiswi itu tetap saja berjalan, seakan acuh tak menghiraukan apa celotehan si ibu.

Tapi beberapa jamaah lain yang baru saja keluar masjid Fathullah usai menunaikan salat ashar, mendengar celotehan itu. Karena terdengar agak keras. Terkejut, apa yang terjadi. Tiba-tiba ibu yang tak diketahui namanya itu berceloteh agak keras soal pakaian mahasiswi UIN.

Memang tak penting membicarakan siapa si ibu. Namun yang menarik isi celetukannya. Setuju atau tidak, faktanya cara berpakaian sebagian mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta saat ini memang jauh dari kata

S

LAPORAN uTAMA

Page 7: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 7

‘Islami’. Ada kesenjangan antara kebesaran nama ‘Islam’ yang disandang universitas dengan praktik mahasiswanya.

Kode etik mahasiswa sebenarnya telah dirumuskan bertahun-tahun lalu dan jelas mengatur bagaimana kehidupan mahasiswa UIN agar mendekati sedekat mungkin praktik yang sesuai dengan syariah Islam. Pihak universitas juga sudah menerbitkan edisi revisi Buku Saku Pedoman Kode Etik Mahasiswa (BSPKEM). Tapi lagi-lagi, buku tinggallah buku, tanpa suara nyaring yang terdengar ke telinga para mahasiswanya.

Bukan hanya soal pakaian mahasiswa UIN yang sering menjadi sorotan publik. Soal bagaimana bergaul di antara sesama ‘penghuni’ universitas pun tak jarang jadi gosip di masyarakat. Seperti budaya pacaran, bebasnya pergaulan di kos-kosan, dan pola berpikir dan gaya sebagian mahasiswa yang cenderung ‘liberal’.

Persoalan ini memang sudah lama menjadi sorotan banyak pihak. Sekitar tahun 2003-2004, sebuah buku berjudul ‘Ada Pemurtadan di Kampus IAIN/UIN’ pernah menggemparkan publik civitas

akademika UIN Syarif Hidayatullah. Ada yang mengamini, tapi ada juga yang menuding buku itu hanyalah provokatif.

Polemik soal gaya hidup mahasiswa UIN mencuat khususnya sejak kampus bernafaskan Islam ini pertama kali berevolusi dari institut (IAIN) menjadi universitas (UIN) pada tahun 2002. Perubahan kurikulum dan penambahan fakultas-fakultas umum baru membawa konsekuensi pada pergeseran paradigma lingkungan akademik. Jika di ‘era’ institut mahasiswa ‘eks-santri’ sangat mendominasi, ‘era keterbukaan’ universitas telah menarik banyak mahasiswa ‘eks-SMA sekuler’. Pergeseran tipologi mahasiswa ini lambat laun berdampak pada perubahan budaya. Ini pandangan sebagian pihak.

Sebagian yang lain justru melihat perubahan budaya mahasiswa UIN berakar pada waktu yang cukup lama. Bermula dari keterbukaan iklim kampus terhadap pemikiran dan filsafat Barat. Lingkar-lingkar kajian yang tumbuh subur di tahun 1970-an dan 1980-an secara tidak disadari menjadi media fabrikasi pemikiran IAIN selama bertahun-tahun berikutnya, lalu berdampak massif menggurita menjadi sebuah

produk budaya.

Ini hanyalah polemik berkepanjangan tak berkesudahan. Tarik menarik antar budaya di UIN akan selalu terjadi. Menjadi tidak penting untuk mencari siapa yang salah atau yang benar. Karena bagaimanapun perubahan jika disikapi positif, akan terasa sangat bermanfaat.

Namun satu hal yang harus juga digarisbawahi, masih ada sekolompok besar penduduk UIN Syarif Hidayatullah yang masih berpegang teguh terhadap nilai-nilai Islami, tak soal apakah sistem kampus itu institut atau universitas. Keberadaan BSPKEM patut diapresiasi sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab lembaga terhadap keberlangsungan dan kelanggengan nilai-nilai Islami di kampus Islam. Keberagaman justru menjadi alat penguji terhadap konsistensi dan keteguhan terhadap nilai. #

LAPORAN uTAMA

“Ada kesenjangan antara kebesaran nama ‘Islam’ yang disandang universitas dengan praktik mahasiswanya.”

Page 8: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

8 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

eiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi, memudahkan masyarakat mendapatkan informasi. disadari atau tidak mempengaruhi

masyarakat bersifat konsumtif. Hal tersebut juga berdampak terhadap gaya hidup mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah. Untuk megetahui penyebab perubahan gaya hidup mahasiswa UIN, Afifatul humairo dari KAMPUSKU mewawancarai sosiolog UIN Dr. Musni umar. Berikut petikannya:

Menurut Anda, gaya hidup konsumerisme itu apa?Konsumerisme adalah suatu paham atau gaya hidup yang menganggap barang-barang mewah sebagai

ukuran kebahagiaan, kesenangan, dan bahkan ukuran kesuksesan dalam hidup. Konsumerisme bisa juga diartikan sebagai gaya hidup yang tidak hemat.

Menurut Anda, bagaimana gaya hidup mahasiswa uIN jaman sekarang kalau dilihat dari segi gadget, kendaraan, fasion, pergaulan, dsb?Gaya hidup yang tidak hemat atau hidup mewah telah menjangkiti seluruh lapisan masyarakat. Mahasiswa UIN yang merupakan bagian dari masyarakat, juga telah dijangkiti hidup konsumerisme, paling tidak dilihat dari segi penggunaan gadget, kendaraan, fashion, pergaulan, dan sebagainya.

Apakah ada perbedaan antara gaya hidup mahasiswa uIN sekarang dengan mahasiswa IAIN jaman dulu? Apa perbedaannya?Perubahan itu terjadi sebagai dampak dari perubahan lingkungan sosial akibat kemajuan teknologi komunikasi yang luar biasa, sehingga merubah mindset mahasiswa UIN. Perubahan drastis beriringan dengan perubahan status dan nama dari IAIN menjadi UIN yang kemudian membuka berbagai macam fakultas.

dari satu sisi banyak nilai positifnya, tetapi nilai negatifnya yang tidak diapresiasi sebagian masyarakat, dianggap UIN sebagai produsen “sekularisme” yang merupakan antitesa dari “fundamentalisme.”Perjuangan yang harus terus-menerus dilakukan dan tidak boleh terhenti, dan sebaiknya diperankan oleh mahasiswa UIN sebagai pelanjut dan pemegang masa depan ialah mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum,

yang basis pijakannya berbeda.

Apa penyebab perubahan gaya hidup mahasiswa uIN?Merebaknya hidup konsumerisme dikalangan mahasiswa UIN, paling tidak disebabkan oleh lima faktor. Pertama, ketularan budaya materialistik, hedonistik dan konsumeristik dari Barat. Penularan budaya berlangsung sangat dahsyat melalui berbagai media seperti TV, iklan, internet, media sosial, koran, majalah, film dan lain sebagainya.

Kedua, para pemimpin formal negeri ini memberi contoh hidup mewahsehingga ditiru oleh masyarakat.

Ketiga, kesuksesan atau keberhasilan hidup diukur

S

wAwAncArA Dr. Musni Umar

TEKNOLOGI MERuBAh MINDSET DAN GAyA hIDuP MAhASISWA uIN

LAPORAN uTAMA

Page 9: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 9

dengan harta benda dan hidup mewah, yang ditunjukkan dengan kendaraan yang bagus, gadget, fashion, pergaulan dan sebagainya.

Keempat, ingin menunjukkan status sosial. di dalam masyarakat, setidaknya terdapat tiga lapisan sosial yaitu, kelas atas (high class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah dan sangat bawah (lower and lower-lower class). Masyarakat yang sudah sangat terpengaruh dan didominasi pola pikirnya oleh paham materialisme, hedonisme dan konsumerisme, untuk menunjukkan kelas sosialnya, yang ditampilkan adalah hal-hal yang bersifat kebendaan. Seharusnya adalah kecerdasan, kejujuran, kemampuan intelektual, karya dan kebaikan.

Kelima, perubahan gaya hidup dari konvensional ke digital yang ditandai dengan perubahan penampilan.

Dilihat dari kaca mata Anda, apakah gaya hidup mahasiswa uIN konsumerisme?Sejauh yang saya amati, hidup konsumerisme mahasiswa UIN, masih dalam tahap perkembangan, karena harus diakui mahasiswa UIN pada umumnya dari lapisan menengah ke bawah. Akan tetapi mindset-nya telah terkontaminasi budaya konsumerisme. Ini terjadi karena dahsyat penjajahan budaya dari barat melalui hidup konsumerisme, hedonisme dan materialisme.

Menurut Anda, gaya konsumerisme itu kebutuhan atau karena kebutuhanlah yang menyebabkan konsumtif?dilihat dari pengertian konsumerisme, maka gaya hidup konsumerisme bukan kebutuhan. Bangsa-bangsa yang pernah dijajah, sengaja dididik hidup konsumerisme supaya tetap bergantung kepada negara penjajah sebagai produsen.

Apakah perilaku konsumerisme itu berbahaya? Kenapa? Dan apa bahayanya?

Paling tidak terdapat lima alasan bahayanya perilaku konsumerisme. Pertama, menjadi bangsa kuli, bangsa konsumen. Padahal menurut Mohamad Hatta, “bangsa Indonesia harus menjadi bangsa produsen bukan bukan konsumen.”

Kedua, menjadi bangsa yang lemah, karena mereka yang berperilaku konsumerisme sudah hilang spirit kejuangan (ruhul jihad) untuk merubah dan memperbaiki negeri ini.

Ketiga, menjadi pusat penjualan produk asing. Sekarang ini hampir semua barang yang diperlukan diimpor. Indonesia yang jumlah penduduknya sekitar 240 juta jiwa, telah menjadi pasar yang sangat potensial bagi barat dan negara-negara yang sudah maju. Para pemimpin, ilmuan dan seluruh masyarakat Indonesia “dibuat” menjadi konsumerisme dan konsumen bagi produk industri asing.

Keempat, menjadi bangsa terjajah secara ekonomi. Para pemimpin dan masyarakat Indonesia yang sudah berperilaku konsumerisme, secara tidak langsung sudah menjadi bangsa terjajah. Inilah yang disebut Bung Karno sebagai bentuk neo kolonialisme dan neo imperialisme.

Kelima, tidak ada kemandirian. Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang luar biasa, tidak dieksploitasi sendiri untuk sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat. Sumber daya alam, dikuras oleh pihak asing dan para kompradornya, sementara bangsa Indonesia hilang kemandiriannya. Sekarang ini, bangsa Indonesia nampak seolah-olah maju, tetapi hakikatnya tidak maju.

Apakah perilaku konsumtif bisa berpengaruh terhadap tingkat kepekaan sosial? Apa pengaruhnya?dampak lain dari perilaku konsumerisme, hilangnya kepekaan sosial, dan menonjol perilaku individualistik dan sikap “lu lu gu gua.” Yang paling berbahaya

dampak negatif dari konsumerisme ialah merajalelanya korupsi untuk memenuhi hidup konsumerisme.

Bagaimana cara meminimalkan gaya hidup konsumtif?Hidup ini sebaiknya hidup di tengah-tengah. Allah berfirman dalam dalam surat Al A’raf ayat 31 “Kuluu wasy rabuu wa laa tusrifuu. Innahi laa yubibbul musrifin (Makan dan minumlah, dan jangan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak suka orang yang berlebih-lebihan).”

Menurut pandangan Anda, gaya hidup yang baik itu seperti apa?Menurut saya, gaya hidup yang baik ialah tidak pelit (kikir) dan tidak pula boros (berlebih-lebihan), tetapi hidup ditengah-tengah masyarakat. [ ]

LAPORAN uTAMA

Page 10: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

10 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

udah setengah tahun Buku Saku Pedoman Kode Etik Mahasiswa (BSPKEM) direvisi tim penyusun, ditetapkan menjadi landasan mahasiswa UIN Jakarta dalam kehidupannya sehari-hari di kampus. Namun, realitas yang terlihat, tak semua mahasiswa mematuhi isi buku yang menjadi landasan tersebut.

Segala bentuk yang berhubungan dengan kehidupan, biasanya memiliki maksud dan tujuan. Sama halnya dengan BSPKEM, maksud diberlakukannya atau ditegakkan kode etik mahasiswa UIN Jakarta adalah untuk menjunjung tinggi ajaran Islam dalam kehidupan di kampus, kemudian menanamkan akhlak mulia dalam kehidupan mahasiswa, serta memberikan landasan dan panduan kepada mahasiswa dalam bersikap, berkata, dan berperilaku selama belajar di UIN Syarif Hidayatullah.

Adapun tujuan jangka panjang diberlakukannya atau ditegakkan kode etik Mahasiswa ialah agar kampus UIN Jakarta, benar-benar menjadi kampus Islam yang kompetitif, yang diminati dan merupakan pilihan karena program dan produk akademiknya yang unggul dan karena karakternya yang kuat.Namun, implementasi akan bentuk maksud dan tujuan yang dituliskan di dalam BSPKEM tidaklah terlihat maksimal. Lalu, jika implementasi saja tidak maksimal dan maksud serta tujuan tidak tercapai, buat apa ada kode etik mahasiswa. sehingga hal ini membuat mahasiswa pun berkesempatan untuk melanggar aturan tersebut.

S“Rambut panjang tidak menentukan kapasitas seseorang, toh Gayus Tambunan yang rambutnya rapi tetep aja korupsi.”haikal (mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora, aktivis GMNI)

KODE ETIK MAHASISwA

WUJUUDUHUKA ADAMIHI

LAPORAN uTAMA

Page 11: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 11

Melihat dari pelanggaran atau aturan yang tidak sepenuhnya dijalankan mahasiswa, hal itu bisa dilihat dari sisi pengawasan. Bagaimana mahasiswa mau mematuhi, sedangkan pengawasan saja jarang terlihat. “Kejahatan ada karena ada kesempatan,” sebuah kalimat singkat, jelas, dan juga bisa berbekas yang sering dilontarkan Bang Napi dalam berita kriminal, Sergap.

dalam kalimat kejahatan ada karena ada kesempatan, yang menjelaskan bahwa kejahatan itu tidak akan ada, kalau tidak ada yang memberi kesempatan. Sama halnya dengan peraturan yang tidak sepenuhnya dipatuhi mahasiswa. Itu semua, karena mereka memiliki kesempatan untuk melanggar aturan yang kurang pengawasan.

Segala bentuk aturan, mulai dari penampilan busana dan penampilan, serta perilaku mahasiswa, terlihat tak selaras dengan nama universitas. UIN merupakan universitas Islam, seharusnya dengan label Islam di universitas tersebut, perilaku serta penampilannya juga menunjukan ke islaman. Namun, realitas yang ada diberbagai mahasiswa serta di beberapa fakultas, tidaklah sesuai.Masih banyak di antara mahasiswa

UIN Jakarta yang tak mengindahkan peraturan tersebut, mulai dari pakai ketat, rambut gondrong, serta merokok di sembarang tempat. Padahal ada beberapa pasal yang menindak hal tersebut.

Seperti pada bab V pada pasal 7 yang membahas mengenai busana dan penampilan mahasiswa. Pasal tersebut tertera bahwa mahasiswi tidak diperbolehkan memakai pakaian ketat, tipis, atau transparan, baju lengan panjang sampai dengan pergelangan tangan, serta celana atau ok tidak ketat, namun kembali lagi melihat pada realitas yang ada, masih banyak mahasiswi yang melanggar peraturan tersebut.

Jika kita melihat keseharian mahasiswa UIN Jakarta saat ini, masih banyak di beberapa fakultas dari kalangan mereka yang tidak sepenuhnya menjalani aturan yang berlaku di BSPKEM, jika seperti ini, tidak ada yang bisa disalahkan.Seharusnya dalam hal ini, pihak terkait yang membuat atau mengatur BSPKEM, bisa lebih tegas memngeai hal tersebut. Karena jika dibiarkan terus-menerus, mau seperti apa perilaku mahasiswa kedepannya, adanya BSPKEM yang di buat, seperti tak ada, alias wujuduhu ka adamihi. [ ]

“Rambut panjang ini ga ada bedanya

dengan rambut pendek, hidup kan

cuma sekali, kalo bukan saat kuliah

bisa memanjangkan rambut, belum tentu

pas kerja mendapatkan pekerjaan yang bisa

memanjangkan rambut. Sekarang kan

udah mahasiwa, bukan di sekolah lagi, masa

manjangin rambut aja dilarang.”

Agus Suherman (mahasiswa Fakultas

Tarbiyah)

LAPORAN uTAMA

Page 12: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

12 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

asa sebelum era reformasi, merupakan masa daya kritis yang tinngi bagi mahasiswa Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, karena di era itu mahasiswa menjadikan buku sebagai gaya hidup dan trend.

Selain menjadi trend di era sebelum reformasi, buku juga menjadi bacaan yang wajib untuk dibaca, karena dengan membaca buku mahasiswa bisa memngetahui banyak hal, serta bisa memngetahui bagaimana cara menyikapi kondisi-kondisi yang dianggap janggal. “Kalau tidak membaca buku, kita punya rasa malau yang tinggi,” tegas salah seorang aktivis IAIN 1998, Andikey Kristianto.

Kekritisan mahasiswa era itu pun terlihat dari banyaknya mahasiswa yang mendirikan forum-forum diskusi dan kajian. Seperti Forum Mahasiswa Ciputat (Formaci), Piramida Circle, LSAdI, Kompak, kemudian Forkot, dan forum-forum diskusi lainnya.

Tak hanya itu, mahasiswa ketika itu menjadikan diskusi sebagai ajang mencari informasi juga ajang menunjukan bahwa “dia” (mahasiswa yang berdiskusi) adalah benar-benar mahasiswa IAIN. Menurut Andikey, kekritisan seorang mahasiswa, salah satunya bisa dilihat dari cara ia menyampaikan argumen saat berdiskusi.

di era sebelum reformasi, mahasiswa IAIN ketika itu, sangat terkenal dengan kekritisannya. Ketika mahasiswa IAIN bertemu dengan mahasiswa selain IAIN, mereka selalu mendominasi mahasiswa luar IAIN. Mulai dari adu dilektika, adu wacana, sampai adu argumentasi.

Sambil meminum secangkir kopi, Andikey bercerita, selain menganggap bahwa membaca buku adalah wajib, pembuatan dan mempresentasikan makalah adalah kegiatan wajib bagi mahasiswa di eranya, karena presentasi merupakan ajang untuk bertarung intelektual.

Armawati Arbi, seorang mahasiswa IAIN tahun 1986 juga memaparkan kisahnya. Mahasiswa di eranya mempunyai semangat yang tinggi dalam berdiskusi. Ketika menjelang Ujian Tengah Semester (UTS) ataupun Ujian Akhir Semester (UAS), kelasnya mengadakan diskusi untuk membahas pelajaran yang sudah pernah diajarkan.

SEMANGAT DISKuSIMEREDuP DI KAMPuS uIN

M

LAPORAN uTAMA

Page 13: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 13

Menurutnya, tujuan didiskusikannya pelajaran tersebut agar mahasiswa yang belum mengerti, bisa mengerti, dan jika sudah mengerti pelajaran yang sudah diajarkan, pasti berpotensi besar untuk mendapatkan nilai tinggi.

Bagi Arma—panggilan akrabnya—kisah itulah yang sampai saat ini masih terkenang, karena jika dibandingkan dengan mahasiswa saat ini, ia belum pernah melihat kelas atau mahasiswa seperti yang dilakukan kelasnya. Namun menurutnya, hal tersebut adalah hal paling menarik.

diruang dosen Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) lantai 3 yang saat itu ramai, ia menambahkan, mahasiswa yang diajar Arma pada tahun 1995-an, sangat cepat dan gesit dalam kuliahnya. Meskipun gedung yang ditempati untuk belajar tidak sebagus saat ini, semangat belajar yang dimiliki mahasiswa kala itu, lebih tinggi dibanding mahasiswa saat ini.

Selain itu, mahasiswa pada tahun itu juga memiliki wacana dan wawasan yang luas. Hal tersebut terlihat ketika Arma yang sudah menjabat sebagai seorang dosen sedang

mengajar mahasiswa Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIdIKOM), mahasiswa ketika presentasi dalam kelas, mereka sangat komunikatif, tidak ada yang diam.

Menurutnya, hal itu dikarenakan mahasiswa di era itu, semangat dalam membaca masih sangat tinggi, sehingga mahasiswapun tahu bagaimana menyampaikan argumentasinya.

“Mahasiswa saat memaparkan presentasi di dalam kelas, saya diem aja, karena mahasiswa saat menjelaskan udah kayak dosen, panjang, lengkap dan jelas,” ucapnya sambil mengenang.

hilmi Awwabi, mahasiswa FIdIKOM, Jurusan KPI, mengakui. Mahasiswa saat ini tak sama dengan mahasiswa era reformasi. Selain itu, mahasiswa kini saat berkumpul dan membuat tongkrongan, mereka lebih sering membahas kehidupan dan keseharian mereka, “Bukan membahas masalah sosial,” kata Hilmi saat ditemui di lobi Fakultas Ushuluddin.

Terlepas dari itu, ada faktor lain yang membuat mahasiswa kurang

memiliki wacana ataupun wawasan. IAIN ketika diketuai Quraish Sihab pada tahun 2000, hanya mau menerima mahasiwa sebanyak 700. Sehingga hal ini mengakibatkan dampak positif. Mahasiswa yang ada pada saat itu, hanya benar-benar mahasiswa terpilih. Baginya, kuantitas banyaknya mahasiswa, sangat berpengaruh kepada proses belajar-mengajar.

Salah seorang dosen yang mengajar di FIdIKOM, Asep usman Ismail juga memberikan tanggapan mengenai semangat mahasiswa ketika itu. Mahasiswa pada tahun sebelum tahun 2000, semangat mereka dalam berdiskusi tinggi. Mulai dari diskusi mengenai pembahasan kuliah sampai pembahsan di luar kuliah.

Asep menyayangkan mahasiswa kini yang jarang memiliki semangat dalam berdiskusi. Ia hanya berharap kepada mahasiswa kini, agar diskusi jangan sampai ditinggalkan, karena dengan berdiskusi, mahasiswa bisa menpertambah wawasan dan wacana. Menurutnya, diskusi merupakan salah satu cara untuk menggali kekritisan seseorang atau mahasiswa. [ ]

LAPORAN uTAMA

Page 14: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

14 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

Prof. yunasril AliPertama, kita harus mencari modal dan model integrasi agama, sains, teknologi dan seni. Cita-cita UIN, bagaimana bentuk yang akan diwujudkan yang belum sempurna. Misalnya di Pasca Sarjana untuk integrasikan ilmu itu, tapi tim dosen perumus kurikulum tidak pernah ketemu, akhirnya tetap terkotak-kotak secara paradigma ilmu.

Nah, yang penting silaturahminya yang perlu dibina. Kalau satu sama lain bisa kontak, akan ketemu integrasinya. Misalnya doktor bidang biologi dan hukum Islam, nanti apabila ketemu akan nyambung satu dengan yang lain.

LAPORAN uTAMA

Serial Seminar Guru Besar dan doktorLintas Fakultas dan Universitasdengan tema Modal dan Model Ideal Integrasi Agama, Sains-Teknologi serta Seni dan budaya di Ruang Sidang Lantai 2Fakultas Syariah dan Hukum (12/4).

Ringkasan

Evaluasi saya, dalam mata kuliah Filsafat Psikologi misalnya, antar dosen tidak ketemu sehingga mengajarnya tidak ketemu secara paradigmatis. Kita tidak tahu apa yang diajarkan oleh dosen dari Tim Perumus yang lain.

Kedua, kita bergulir terus dengan permasalahan. Kadang satu masalah tidak selesai dengan satu ilmu saja. Manusia itu satu obyek tapi banyak ilmu untuk menelitinya. Agaknya inilah arti dari integrasi, bagaimana antara satu dan lainnya melihat sehingga ada kesatupaduan antara solusi itu secara komprehensif itu.

Page 15: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 15

Prof. huzaimahTerus terang saya senang sekali ada pertemuan semacam ini. di samping silaturahmi, juga bagaimana mengintegrasikan keilmuan kita. Banyak hal yang akan kita bicarakan.

Sebetulnya di Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat ada kemauan untuk warna keislaman, Saya mengajar fikih kesehatan di sana. Sayangnya hanya Kesmas saja, kedokterannya belum. Mahasiswanya membuat makalah dari kacamata kesehatan. Nah, kita hanya perlu memberi dalilnya saja.

Saya juga mengajar, kalau khilafiyah kita saling menghormati, kalau masalah penyimpangan kita sama-sama meluruskan.

LAPORAN uTAMA

Prof. Salman Maggalatungdi Fakultas Kedokteran itu sangat kurang sentuhan keagamaan. Saya kira dengan forum ini dapat terpecahkan. Apalagi cita-cita awal pendirian UIN ini untuk pemecahan masalah keagamaan dan nasional.

Page 16: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

LAPORAN uTAMA

Dr. Kh. Muhaimin ZeinSaya membidani mata kuliah Ulumul Quran di Fakultas Syariah ini. Selama mengajar Ulumul Quran saya merasa ada gerakan yang meragukan Al Quran. Mungkin mahasiswa itu mendapat ilmu dari program informal di luar kelas lalu dibawa ke forum kelas. Apakah memang ada gerakan di luar perkuliahan agar mahasiswa ragu terhadap Al Quran?

Pernah ada pertanyaan kepada saya, “Pak, Al Quran itu kan Bahasa Arab, kok ternyata banyak kosakata yang bukan Bahasa Arab di dalamnya? Saya jelaskan bahwa kalimat-kalimat ‘Ajam (bukan Arab), itu masuk dan diadopsi menjadi Bahasa Arab sebelum Al Quran diturunkan. Misalnya zanjabil, qirthas, dan sebagainya. Seperti juga Bahasa Indonesia yang menyerap bahasa lain.

Kemudian, mengenai urutan-urutan Al Quran dan ayat. Mahasiswa saya itu berkata bahwa Al Quran yang kita baca ini tidak sistematik, maka itu bukan wahyu, itu buatan manusia. Ada juga yang bertanya, “Apa betul manusia ini diciptakan dari tanah? Saya ndak percaya pak, kalau kita dari tanah kita saudara batu bata. Terus, Hawa itu kan dari tulang rusuk, bukan dari tanah. Jadi Al Quran salah jika mengatakan manusia dari tanah.”

Nah, usul saya, ini menjadi bagian dari kegiatan kita, bahwa kegiatan kita menangkis gerakan-gerakan yang mulai tidak percaya dengan Al Quran itu. Intinya, kami usulkan kegiatan menangkis gerakan yang mulai meragukan Al Quran itu secara komprehensif dan sistematis oleh pimpinan UIN.

Prof. Syamsir(Fakultas Dakwah)Pertama kali, bahwa apa yg kita lakukan sekarang adalah kerinduan para guru besar, doktor dan ilmuwan, gagasan ini sudah lama sekali muncul, sejak dari rektornya Prof Azyumardi sudah muncul, tapi itu hanya sampai harapan saja, yang belum kunjung bisa direalisasikan. gagasan seperti ini perlu diapresiasi dengan baik.

Yang sangat menyedihkan lagi, beberapa asessor yang datang ke UIN mengatakan, bahwa awalnya UIN itu tercermin wajah keislaman di perguruan tinggi, itu tidak saya temui. itu mungkin kritik bagi kita, itu suatu hal baik.

Tentang integrasi keilmuan ini, suatu hal yang kita kembangkan. barangkali yang kita harapkan para ilmuwan terutama birokrat berfikir ke arah itu. Misalnya rektorat yang punya otoritas untuk itu, saya kira perlu melakukan pengembangan. sampai sekarang belum ada, dan ini diawali Fakultas Syariah dan ini baik. Sebetulnya ada beberapa ahli di kalangan kita.

Prof Mulyadhi, dia pernah membayangkan bagaimana integrasi kelimuan itu, waktu saya dengar ceramahnya, saya sangat tertarik. tapi ilmu yang demikian hilang pelan-pelan. Bagaimana membawa Prof Mulyadhi ke forum ini. dia sudah mengajukan beberapa gagasan ke UIN dan belum dapat gagasan. Saya kira apa yang telah dirancang/direka Prof Mulyadhi bagus sekali.

Pak Ridwan tadi bilang kedokteran kurang keislamananya. jangankan begitu, di Saintek, Ekonomi, bahkan Tarbiyah, keilmuan Islam juga masih rendah sekali.

Dr. yadi Nurhayadi (Fakultas Syariah)Saya kuliah S1 Geofisika dan S2 Oseanografi di ITB. Background saya kuliah di Teknik, lalu S3 di UIN Jakarta karena mendapat beasiswa Ekonomi Islam. Saya pakai alat matematika yang di semua bidang ilmu itu digunakan.

Yang saya rasakan saat masuk UIN, saya menemukan atmosfir baru di sini, dimana saya mulai kuliah 2007 di Pasca. Saya menemukan atmosfir baru, saya mengenal ilmu Islam dan bagaimana Islam diterapkan di aspek ekonomi.

di sini saya bisa membuat sketsa, bahwa Indonesia ini unik, dari masyarakatnya, budayanya, tolerasninya, bahasa dan sebagainya, sehingga membuat Indonesia perlu sentuhan khusus untuk bisa mengarahkan dan mengajari.

Prof. Ridwan Lubis (Fakultas ushuluddin)Saya 2007 di Fakultas Kedokteran lalu pindah ke Fakultas Ushuludin. Saya melihat integrasi ilmu sosial dan eksakta itu sangat lambat di UIN ini.

UIN kita ini menjadi juru bicara Islam, menjadi representasi dan referensi pemikiran Islam di Indonesia. UIN sudah berbangga dikenal orang, meski barangkali lebih banyak merespon kemasyarakatan.

dalam dialog ini kita perlu kembangkan sebuah upaya mendorong silaturahmi. dari silaturahmi ini ketemu jika silatul qalbi, akan ketemu ada silatul fikri. Cara berfikir kita melihat acara ini adalah komprehensif, bukan fragmentatif.

16 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

Page 17: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

LAPORAN uTAMA

Dr. DjawahirBicara masalah integrasi, ini saya sudah yang ketiga kalinya. sangat terlambat kalau dibandingkan diknas pada 1997, Soeharto lengser. Orang-orang katakan intelek cerdas tapi spiritual tidak cerdas.

Tahun 2000 kita adakan diskusi saat itu. Kalau bicara pengetahuan, dulu dikatakan kalau berintegrasi maka akan akhlaqul karimah. ternyata tidak mencapai ke sana, terbelakang di pendidikan, kita masih banyak yang kuno.

Bagaimana integrasi untuk mahasiswa di UIN. Saya coba, kalau skripsi judulnya apapun, analisisnya di Bab 4 itu memasukkan ayat Al Quran. Ini langkah saya sedikit demi sedikit memberi nuansa untuk yang di Ilmu Hukum.

Lebih penting sebenarnya integrasi melalui pendidikan bagi anak-anak di TK/TPA. Ini penting, jangan melihat yang belum tersentuh. Banyak orang yang melakukan korupsi dan pencurian karena tidak dari dasar memperoleh agama sebagai pengetahuan dan bukan terapan tidak melekat di diri seseorang.

SaifudinIjinkan saya menyampaikan hal penting terkait acara besar ini. Maaf, betapa liberalnya mahasiswa kita. Justru dari Ushuludin dan Syariah. Kita lihat mahasiswa Saintek dan Kedokteran lebih liberal di Syariah dan Ushuludin. Cara berpakaian lihat saja, ini aksiologisnya saja.

Tentang integrasi keilmuan, saya cenderung buku Pak Mulyadhi, istilah integras iebih tepat daripada Islamisasi. Tapi kalau saya baca buku Al Faruqi, ada perbedaan yang sangat besar antara Islamisasi danintegrasi. Kita bisa bertanya secara epistemologis apakah saintek dan ekonomi sudah Islami atau belum? Bagaimana akan melahirkan ekonomi Islam sementara dosennya tidak paham Iqtishodiyah. Semestinya fakultas baru dilahirkannya oleh fakultas mapan epistemologinya, jadi landasan keilmuannya ada. Seperti Psikologi lahir dari Tarbiyah.

Saya yakin banyak mahasiswa yang haus dengan ilmu-ilmu Al Farabi dan Al Kindi. Kita itu mau integrasi atau Islamisasi. Kalau Islamisasi saya cenderung kepada Ziaudin Sardar. di turunannya harus dimulai dari perguruan tinggi justru karena ini adalah hulunya, kalau baik nanti di hilirnya akan baik. [ ]

Prof. Amin SumaSaya coba resume masukan para guru besar di sini. Pertama, banyak persoalan yang harus dijawab Guru Besar dan doktor terhadap persoalan keilmuan dan perilaku. Perlu ada Quranisasi ilmu dan perilaku, forum ini diharapkan memperlebar sayap pengundangan ke semua fakultas. Ada usulan, integrasi keilmuan bukan hanya metodologi pengajaran atau epistemologi keilmuan tapi juga dimasukkan kepada kurikulum.

Kedua, usulan kontinyu, kami akan kawal sampai satu tahun. Kita berharap sama-sama aktif, silakan SMS ke saya, saya siap bicara tentang tema tertentu topik-topik yang menukik.

Ketiga, saya ingin makalah yang ditulis bapak/ibu ini kita akan terbitkan jurnal-jurnal dan majalah. Bagaimana ibu bapak menyumbangkan ilmunya, dicetak untuk orang banyak, sumbangsih UIN kepada persoalan anak bangsa. Terakhir, buku-buku yang terbit memperkaya pikiran kita. [ ]

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 17

“Yang sangat menyedihkan lagi, beberapa asessor yang datang ke UIN mengatakan, bahwa awalnya UIN itu tercermin wajah keislaman di perguruan tinggi, saat ini tidak saya temui. Itu mungkin kritik bagi kita, itu suatu hal baik.”

Page 18: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

18 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

hALuAN

Hukum Pidana yang LebiH

I n d o n e s I a

Page 19: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 19

hALuAN

cIPUTAT – Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menggelar Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Nasional “Membedah dan Merajut RUU KUHP dan RUU KUHAP Menuju Hukum Pidana dan Acara Pidana yang Berke-Indonesiaan.”

Acara yang digelar dalam rangka hari jadi ke-46 FSH ini dihelat selama dua hari, Rabu-Kamis (24-25/4) di Auditorium Prof. dr. Harun Nasution dan Ruang diorama.

Turut hadir menjadi narasumber, sejumlah guru besar ahli bidang hukum pidana seperti Prof. dr. Muhammad Amin Suma (dekan FSH), Prof. dr. Abdul Gani Abdullah (Hakim Agung), Prof. dr. Abduh Malik (Guru Besar Hukum Pidana Islam FSH) dan juga dr. Mudzakkir (anggota tim perancangRUU KUHP). Selain itu, juga Prof. dR Muladi (Mantan Jaksa

Agung dan Gubernur Lemhanas) dan Prof. dR Yusril Ihza Mahendra (mantan Mensesneg dan advokat).

dalam paparannya, Amin Suma mengatakan hukum Islam memiliki kontribusi yang besar dalam melandasi hukum pidana di Indonesia. “Indonesia itu negara hukum yang bergama dan negara beragama yang berhukum. Oleh karenanya, di Indonesia seharusnya hukum atau peraturanperundang-undangan yang bertentangan dengan hukum agama, begitu pula sebaliknya,” terangnya.

dekan Fakultas Syariah ini menegaskan, bahwa RUU KUHP saat ini jauh lebih baik dan lebih meng-Indonesiakan dari pada KUHP lama.

Page 20: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

20 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

Sekilas tidak ada aktivitas yang berarti di sudut gedung Fakultas Ilmu dakwah dan Komunikasi (FIdIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta lantai dua itu. Namun, beberapa orang nampak hilir mudik, keluar masuk ruangan yang biasa dipakai untuk pertemuan dosen dan karyawan itu.

Padahal hari itu, Kamis (18/4) tengah berlangsung rapat awal Senat dan tim fasilitator yang membahas penjaringan bakal calon dekan FIdIKOM periode 2013-2017. Ya, suasana ini tentu saja berbeda dengan hiruk pikuk yang terjadi di kantor-kantor Komisi Pemilihan yang di saat bersamaan sedang melakukan verivikasi daftar caleg sementara atau calon kepala daerah. Pemilihan dekan di fakultas ini tak banyak deketahui oleh civitas akademikanya, terutama mahasiswa.

“Senyap”nya proses suksesi ini disayangkan banyak pihak, utamanya mahasiswa. “dekan itu kan istilahnya orang tua kita di kampus, setidaknya kita harus tahu, siapa calon kepala di sini,” ungkap salah satu mahasiswa jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Aldi Haryo Sidik. “Jangan kita hanya menduga-duga.”

Aldi membandingkan, meski mahasiswa tidak memiliki hak suara dalam pemilihan dekan, Fakultas Sains dan Teknologi yang bertetanggaan dengan FIdIKOM selalu menggelar sosialisasi kepada mahasiswa-mahasiswinya bahwa akan digelar pemilihan dekan yang baru.

Rekan Aldi yang juga mahasiswa KPU, Hilmi Awwabi, mengeluhkan hal itu. Menurutnya, pemilihan dekan itu penting disosialisasikan karena hal apapun mengenai kebijakan dekan nantinya, otomatis imbasnya kembali ke mahasiswa. “Kalau imbas kembali kemahasiswa, kenapa nggak disosialisasikan ke mahasiswa?,” tanyanya.

Salah satu tim fasilitator yang juga Kepala Bagian Tata Usaha FIdIKOM, Mahmudah Tasyrifun, yang memiliki suara dalam pemilihan dekan memang hanya anggota senat, yaitu dekanat, guru besar yang ada di Fakultas, dan ketua-ketua jurusan. “Mahasiswa memang tidak memiliki hak suara,” terangnya.

Rencananya, pemilihan dekan dakwah akan dilaksanakan pada bulan Mei ini. Tahapan pertama, yaitu pengiriman form dan surat kesediaan kepada bakal calon yang bersedia sudah disampaikan dan sudah divervikasi. “Surat itu diberikan untuk mengetahui mereka bersedia atau tidak dicalonkan menjadi dekan,” jelas Mahmudah.

Sedikitnya sembilan orang telah dikirimi surat dan form kesediaan, namun hanya dua orang yang akhirnya bersedia dan siap mengikuti pemilihan dekan untuk periode lima tahun mendatang, yaitu Dr Asep Usman Ismail dan Dr Arif Subhan.

Mengenai persyaratan dekan, setiap calon harus bergelar doktor, dan memiliki pangkat minimal lektor kepala. “ Pada tanggal 8 Mei 2013 nanti, dua orang calon ini yang akan menyampaikan visi misi, setelah menyampaikan visi misi, barulah mereka dipilih oleh anggota senat,”

MENdUGA-dUGA (SIAPA)DEKAN DAKWAh

hOT NEWS

S

Page 21: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 21

terangnya ibu berkacamata ini.

Siapapun dekan dakwah ke depan, mampu membawa Fakultas dakwah lebih baik lagi ke depannya. Semoga pemilihan dekan di Fakultas dakwah dapat berjalan lancar, dan kita berharap, ada angin perubahan yang positif di fakultas ini, baik itu dari sisi pelayanan terhadap mahasiswa, hingga capaian-capaian akademik.

DR. Asep usman Ismail, MA, lelaki separuh baya ini mempunyai tujuan khusus ketika ia membulatkan tekad dan berketetapan hati untuk maju dalam pemilihan dekan periode 2013-2017. Pak Asep, demikian ia akrab disapa, mempunyai tujuan untuk melanjutkan perubahan dengan meningkatkan kualitas fakultas dan jurusan yang ada di FIdIKOM.

Pertama, mulai dari transparansi keuangan fakultas. Sebagai lembaga publik, keuangan yang dikelola oleh Fakultas harus transparan dan akuntabel. “Selain pihak yang terkait yang mengetahui, dosen dan jajarannya juga perlu mengetahui,” tukasnya.

Selain itu, ia juga ingin meningkatkan kurikulum agar mahasiswa dakwah lebih berkualitas dengan memperkuat peran tiap-tiap jurusan yang ada di dakwah. Asep juga menyoroti fasilitas yang ada di dakwah, ia mencontohkan, semestinya kendaraan operasional Fakultas tidak dimonopoli oleh sekelompok orang, setiap civitas akademika di dakwah dapat menggunakan kendaraan untuk menopang kegiatannya.

“Kalau ada aktivitas yang menopang pengembangan kemahasiswaan, itu dengan mudah seharusnya dosen bisa menggunakan mobil fakultas,” jelas Asep saat ditemui di ruang dosen KPI lantai 3.

Pria kelahiran Sukabumi 20 Juli 1960 ini merupakan lulusan Institut Agama Islam negeri (IAIn) dari jurusan Sastra Arab Fakultas Adab. Untuk magisternya, ia

mengambil konsentrasi Sejarah Peradaban Islam dan menyelesaikan doktoralnya di bidang Pemikiran Islam dan Tassawuf.

dalam hidupnya, Asep yang dulu aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) ini memiliki tiga prinsip. Pertama belajar, kemudian mengajar, dan terakhir adalah berkarya. Menurutnya dengan belajar orang akan tahu segalanya, dengan mengajar ilmu yang dipelajari tidak akan sia-sia, dan berkarya adalah hasil dari proses pembelajaran itu.

Beberapa karyanya yang pernah diterbitkan adalah Ensiklopedi Sejarah Peradaban Islam (1996), dari Akidah ke Revolusi (terj. 2001), Kitab Kuning Menguak yang Gaib (2001), Rahasia Kehidupan Para Wali (2005).

MENGENAL DuO (cALON)DEKAN DAKWAh

hOT NEWS

DR. Arif Subhan, MA adalah dekan petahana yang sudah memimpin Fakultas dakwah sejak empat tahun lalu. Ia adalah seorang dosen pada mata kuliah Islam dan Modernitas Fakultas Ilmu dakwah dan Ilmu Komunikasi, sejak 1993.

dalam pemilihan balon dekan periode 2013-2017, ia memiliki agar mahasiswa FIdIKOM bisa belajar dengan nyaman. “Kami juga berusaha akan memperkuat ilmu komunikasi,” ungkapnya.

Pria yang memiliki prinsip, “Tidak mau kuliah jika tidak mendapatkan beasiswa” ini aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) semasa kuliah. Sebelum menjadi dekan di periode 2009-2013, Arif pernah menjabat sebagai pembantu dekan (Pudek), yang kini sudah berganti nama menjadi wakil dekan (wadek) bidang akademik Fakultas dakwah sejak tahun 2005 hingga 2009.

Page 22: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

22 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

tyrofoam merah yang dibentuk menyerupai hewan unta langsung terlihat ketika kita memasuki pelataran.

Bendera aneka warna tergantung rapi di stand-stand yang menampilkan berbagai benda khas negeri Sahara.

Selama satu pekan full, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab menggelar Pekan Raya Bahasa dan Seni Arab di

ebuah kain hitam membentuk replika kuburan. Taburan melati putih dan mawar merah di atasnya membuat ruangan

semakin semerbak. Jejeran foto bencana yang terpajang di setiap sisinya semakin menarik perhatian mata setiap pengunjung yang memasuki ruangan itu. Sebuah pesan hendak disampaikan melalui

pelataran belakang Gedung Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (8/4). Area bazaar itu mereka namakan Kampung Arab.

di “Kampung Arab” itu berbagai kegiatan digelar seperti lomba debat bahasa Arab, pidato bahasa Arab, kaligrafi, marawis, hadroh, cerdas cermat, hijab style serta seminar yang bertajuk “Pembelajaran Bahasa Arab Berorientasi Masa depan. Pesertanya adalah mahasiswa UIN

serta siswa-siswi setara madrasah Aliyah dan ibtidaiyah.Ketua pelaksana acara, Laila riskina mengatakan, acara tersebut digelar untuk memperkenalkan bahasa Arab agar siswa siswa madrasah tertarik untuk melanjutkan pendidikannya di bidang bahasa Arab,” ucap Laila.Peserta yang datang pun tidak hanya dari Jakarta, ada peserta yang datang dari UIN Alauddin Makasar dan IAIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten. Salah satu peserta dari UIN Alauddin Makasar Zaenal mengatakan, dirinya merasa senang bisa ikut serta dalam acara ini meski panitianya yang aktif lebih banyak perempuan. “Mereka bekerja sangat kompak dan kami merasa sangat terfasilitasi, tandas Zaenal. [ ]

SENARAI

Kampung arabdi Tengah Tarbiyah

Mawas diridi PasarBencana

S

S

Page 23: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 23

ntuk kesekian kalinya Indonesian Turkish Cultural and Friendship Day digelar. Perhelatan tahunan yang

diselenggarakan oleh Fethullah Gulen Chair ini bertujuan untuk memperkenalkan budaya dan pendidikan yang ada di Turki kepada masyarakat Indonesia. Kegiatan ini diadakan di Auditorium Utama Prof dr Harun Nasution ,UIN Jakarta, Rabu (17/4).

Salah satu mahasiswi Fakultas Sains dan Teknologi (FST), Fia mengatakan

acara yang mempromosikan budaya dan pendidikan Turki ini sangat menarik dan menyenangkan. dirinya bahkan terinspirasi melanjutkan kuliah pasca sarjananya ke Turki.

“Ternyata enak ya kuliah di sana karena beasiswanya full, dari biaya kuliah, asrama, uang saku bahkan jaminan kesehatan pun didapatkan, karena acara ini saya jadi tahu,” ujar Fia sumringah.

‘pusara’ itu, pesan tentang bencana. duplikasi ‘pusara’ tersebut merupakan alat yang sengaja ditampilkan UKM Ranita bekerja sama dengan UKM KALACITRA menyambut Hari Bumi di Auditorium Utama Prof dr Harun Nasution UIN Jakarta, Senin (22/4). Suasana sendu dengan kesedihan pada konsep pameran foto ini bertujuan agar masyarakat, khususnya mahasiswa UIN lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, mulai dari hal kecil seperti buang sampah pada tempatnya. “Hal kecil namun berdampak besar untuk lingkungan,” ujar Melani, salah seorang panitia.

Acara pameran fotografi bencana ini juga dibarengi dengan seminar nasional bertajuk ‘Upaya Mitigasi dalam Mereduksi dampak Perubahan Iklim’ yang dihadiri

Peserta lain, Wulan mengaku sudah tiga kali datang ke acara budaya Turki karena acaranya yang seru dan menyukai Masjid Biru di Turki. “Makanya saya selalu datang setiap tahun ke acara ini,” ucap Wulan.

Acara yang menginspirasi banyak mahasiswa ini juga bertujuan untuk menjalin kerjasama antara Turki dan Indonesia di berbagai bidang. [ ]

Shofyan (MPBI/Mercy Corps), Jannata Giwangkara (dewan Nasional Perubahan Iklim), Asmoro Hadiyanto (disaster Management Center dompet dhuafa), serta Firza Ghozalba (Kepala Seksi Mitigasi Struktural BNPB). Acara dilanjutkan dengan live music di hall student center yang menampilkan perform Marjinal dan dewa Music sebagai hiburan.

Salah satu peserta seminar dari Fakultas Tarbiyah, Amel, mengaku tertarik datang karena acara ini memiliki tema kegiatan yang unik yaitu ‘Pasar Bencana’. “Sekalian mengisi waktu luang untuk menambah ilmu dan wawasannya di seminar nasional hari bumi ini, saya juga senang karena bisa menyaksikan pameran foto bencana dengan konsep yang unik,” ujar Amel. [ ]

SENARAI

˝Jadi Ingin Kuliah di Turki˝u

Page 24: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

24 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

KOMUNITAS SEPEdA SEHAT UINBuAh KEcEWA DAN SEWA

emakin hari semakin banyak saja mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta yang datang ke kampus dengan menggunakan

kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat. Sayangnya, pertumbuhan kendaraan yang semakin tinggi tidak diimbangi dengan lahan parkir yang ada.

Berawal dari kegelisahan itu, akhirnya, Supriyadi dan teman-temannya mendirikan Komunitas Sepeda Sehat UIN. Komunitas yang bisa dibilang baru ini, berdiri pada 2 Oktober 2012 di Fakultas Kedokteran Ilmu Kesehatan (FKIK).

Sebenarnya, alasan awalnya tidaklah se-“idealis” itu. Pria berperawakan kurus ini bercerita, mulanya ia mengunjungi salah satu kampus negeri di bilangan depok, Jawa Barat. “Karena saya tidak membawa kendaraan, saya ingin menyewa sepeda karena kampusnya sangat luas,” kenang pria yang akrab disapa Cuplis ini.

Ia pun mendatangi salah satu “kios” yang memajang banyak sepeda dengan maksud meminjam. Namun sayang, ketika ia diminta menunjukkan kartu identitas mahasiswa ia ditolak. “Saya bukan mahasaiswa UI, tapi UIN, sehingga tetap tidak diizinkan untuk menyewa.” Ia pun bermaksud membayar sejumlah uang sewa agar bisa menggunakan sepeda itu, tetap saja ditolak. “Menyebalkan,” gerutunya.

Syukurnya, “kekesalan” Cuplis tersebut melahirkan inisiatif untuk membuka “bisnis” sewa-menyewa sepeda di kampusnya, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. “Tujuan awalnya membuka usaha sewa

sepeda hanya untuk memfasilitasi mahasiswa yang mau sewa sepeda murah ketika mau pakai sepeda,” jelasnya.

dari sinilah kemudian pengguna sepeda di UIN Jakarta semakin banyak dan terbangun kebersamaan, dan akhirnya membentuk wadah bersama dalam suatu komunitas. Lambat laun, anggota komunitas ini semakin banyak, dan aktivitas yang dilakukan pun semakin banyak. “Tak kurang 25 orang bergabung dalam komunitas ini,” ungkap Cuplis.

Kini, PR yang sedang diusahakan oleh Cuplis dan kawan-kawannya adalah menyediakan lahan parkir khusus sepeda di kampus UIN Jakarta. Pasalnya hingga kini, pihak kampus belum menyediakan parkir khusus sepeda sebagaimana kampus-kampus lainnya. Bersyukur ada bank milik pemerintah yang menyediakan fasilitas parkir sepeda ini. “Minimal sekarang yang pake sepeda sudah bisa parkir dengan

tertib, tidak seperti dulu, kami merantai sepeda di pohon-pohon,” imbuh Cuplis sambil terkekeh. Ia berharap, semakin banyak civitas akademika UIN, mulai dari mahasiswa, karyawan, bahkan dosen juga turut ambil bagian membudayakan sepeda di lingkungan UIN. “Bahkan, kalau bisa ada waktu di mana diterapkan hari bebas kendaraan bermotor di kampus UIN Jakarta,” harapnya. “dan UIN akan menjadi kampus pertama yang menerapkan hari bebas kendaraan.”

Untuk saat ini, Komunitas Sepeda Sehat UIN tidak memiliki sekretariat khusus. dalam mengkomunikasikan kegiatan-kegiatannya, mereka menggunakan jejaring sosial twitter melalui akun @sepedasehatUIN.

Anda ingin sehat tapi fun? Yuk gabung…

S

KOMuNITAS

Page 25: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 25

KOMuNITAS

Pagi itu cuaca cukup cerah. Panas matahari tidak begitu terik, tapi cukup terang. Barisan awan putih di langit biru menggantung. Sementara ratusan wanita berjilbab

dan nampak riuh di lapangan Student Center UIN Jakarta. Ratusan wajah ayu nan ceria yang penuh semangat itu masing-masing duduk di atas sadel sepedanya.

Ya, mereka sedang merayakan Hari Bumi dan Hari Kartini dengan menggelar fun bike. Kegiatan tersebut diinisiasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Kelompok Pecinta Alam Arkadia bekerjasama dengan Komunitas Sepedasehat UIN.

Menurut Ketua Pelaksana Agus

Suherman, acara tersebut dipersiapkan dari dua bulan yang lalu. “Hal yang tersulit adalah ketika perekrutan peserta karena kami menargetkan 100 peserta wanita untuk bersepeda,” ujar Agus, Senin (22/4).Bersepeda untuk Hari Bumi, sementara pesertanya adalah wanita karena mengenang semangat Raden Ajeng Kartini. Salah satu peserta dari Fakultas dakwah dan Komunikasi (FdK), Rika, mengungkapkan dirinya senang dapat mengikuti acara ini karena bisa bersama-sama bersepeda dan menanam pohon.

“dari kampus berangkat ke taman Barito dilanjutkan ke Situ Gintung untuk menanam pohon baru sampai kampus, lumayan capek sih.., tapi

MENGENANG KARTINI dENGAN

B E R S E P E D Anggak hanya cowok yang bisa meng-gowes jarak jauh, cewek juga bisa,” ujarnya.

Beda halnya dengan Winda. Mahasiswi Sastra Inggris ini mengaku mengikuti fun bike karena dapat menyehatkan badan. “Saat tanjakan adalah hal yang menyebalkan karena harus susah payah meng-gowes untuk melewatin tanjakan,” ucap Winda sambil menyeka keringat.

Salah satu anggota komunitas Sepedasehat UIN, Sapari berharap acara ini tidak hanya sebagai perayaan semata, sehingga ke depannya lebih banyak lagi mahasiswa yang menggunakan sepeda dan lebih peduli terhadap lingkungan sekitarnya. [ ]

Page 26: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

26 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

etika melintas, tak sengaja matanya tertuju pada sebuah kios yang terpasang tulisan “dIKONTRAKKAN”

di Gang Pesanggrahan, samping kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Insting bisnisnya langsung berjalan, ia melihat peluang yang menguntungkan jika ia menggunakannya untuk bisnis kuliner.

Berbekal nomor telepon yang terdapat di pengumuman itu, Agung, mahasiswa semester

delapan Fakultas Syariah dan Hukum itu langsung menelpon si empunya kontrakan.

Tak perlu menunggu

lama, ia pun

langsung mendatangi pemilik kontrakan tersebut. Setelah ngobrol sana-sini, si pemilik kontrakan pun langsung menodong-nya untuk segera membayar uang muka (down payment) sebagai tanda komitmen.

Tak terbesit dalam pikiran Agung bahwa ia harus membayar dP ketika itu juga, sehingga tanpa ia sadari, uang yang ada di koceknya hanya Rp500. “Saya bingung karena hanya memiliki uang Rp500,” ungkap pria yang bernama asli Fiqih Alamsyah ketika diwawancarai Kampusku beberapa waktu lalu.

Tak rela melepas peluang di depan mata, Agung pun mencari berpikir keras. Ia pun segera menelpon sadauranya untuk meminjaminya uang. Nasib baik memang tak jauh, saudaranya pun bisa meminjaminya, dan dengan segera ia bayarkan dP itu sebesar Rp500 ribu dari total biaya sewa Rp10 juta. “Saya disuruh melunasi sisa pembayarnya minggu depan, waktu yang sangat singkat unrtuk mendapatkan uang sebesar Rp10 juta dalam waktu tujuh hari,” kisahnya.

Setelah sampai di rumah Agung pun memeras otak kembali ncari cara untuk mendapatkan uang sisa sewa kontrakan tersebut.

“Saya hanya percaya dengan LOA ( low of attraction ) apa yang anda pikir itulah yang anda dapat,” tuturnya.

Bermodalkan tekad yang kuat dan pantang menyerang, Agung pun mengajak teman –teman dekatnya untuk berinvestasi. Lagi-lagi usahanya ternyata tak segampang yang dikiranya, tak ada temannya yang mau bergabung untuk membuka usahanya,

“Saya terus berusaha, bahkan saya sampai menawarkan makan gratis selama satu tahun bagi investor yang bergabung,” imbuh Agung. Akhirnya, Agung pun mendapatkan teman yang mau bergabung bersamanya, merintis usaha baru. “Uniknya yang bergabung malahan teman –teman yang baru saya kenal,” tukasnya.

EKOBIS

BERMODAL Rp500 KINI MILIKI 5 ORANG

KARyAWAN

K

Page 27: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 27

EKOBIS

Maunya Dipenyet“Kontrakan sih sudah dibayar, tapi modal untuk membeli bahan baku belum ada,” demikian masalah yang harus Agung hadapi kembali. Perjuanganya untuk menjadi entrepreneur sejati belum berakhir. Ia harus membeli bahan baku yang tak murah untuk memulai usahanya. Akhirnya, ia pun kembali mencari rekan untuk digaet menjadi investor.

Setelah semua siap, giliran Agung mencari strategi marketing yang jitu agar bisnisnya dilirik oleh pelanggan yang notabene mahasiswa UIN Jakarta. “Saya ingin membuka Ayam Monyet,” tegasnya.

Terdengar kasar memang jika kita tak tahu akronim dari nama itu. Itu hanyalah strategi komunikasi untuk menarik pelanggan. Ayam Monyet adalah kepanjangan dari “ayam monya dipenyet”. Konsep yang berawal dari celetukan itu akhirnya pun terealisasikan.

Kini, Ayam Monyet mulai dikenal oleh mahasiswa UIN, awalnya Agung hanya sendirian mengerjakan bisnisnya. Tapi lama kelamaan, dirinya keteteran juga melayani pelaangganya, kini ia harus mempekerjakan lima orang karyawan. “dulu hanya 10 ekor per hari, sekarang bisa 80 ekor sehari,” akunya, bangga.

Sekarang pengusaha muda ini sedang fokus mengembangakan sistem group Ayam Monyet. Agung pun yakin kalau Ayam Monyet yang akan dia franchise-kan ini bisa berkembang di setiap kampus yang ada di indonesia.

Targetnya adalah setiap kampus ia bisa membuka kedai, ia pun hanya membuka keran infestasi untuk mahasiswa. niatnya mulia, ia ingin rekan-rekan sesama mahasiswa bisa menjadi pengusaha sebagaimana dirinya. “Saya ingin mengubah mindset para mahasiswa menjadi pengusaha muda. Kalo bisa sukses muda kenapa harus menunggu wisuda,” tandasnya. [ ]

Page 28: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

28 • Kampusku • Edisi I • Mei 2013

PROFIL

Pria berprawakan gempal ini lahir di Cianjur, Jawa Barat 37 tahun lalu. Sebagai salah seorang pengamat politik yang ada di Indonesia, gagasan-gagasan yang dia kemukakan cukup medapat perhatian khalayak ramai melalui media.

Selain aktif sebagai pengamat politik, bapak satu anak ini juga aktif sebagai konsultan komunikasi untuk Balai diklat Sekretariat Jenderal dPR-RI. Ia pun pernah menjadi tim ahli pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia daerah (KPId) Provinsi Banten.

Kandidat program doktor ilmu komunikasi UNPAd Bandung ini juga merupakan dosen tetap di Fakultas dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah, terutama peminatan komunikasi politik dan media studies. Selain itu ia juga aktif mengajar di Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, dan Universitas Al-Azhar (UAI).

dia juga aktif sebagai Humas Yankes Universitas Indonesia (UI) dan researcher di Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM).

dia juga Ketua Kajian Media & Kebijakan Strategis, Institute of Social Transformation for democracy (Instad) Jakarta.

di sela-sela aktifitasnya yang sangat sibuk, alumnus UIN Sunan Kalijaga Jogja ini mendedikasikan diri menulis di beberapa koran nasional antara lain Harian Kompas, Seputar Indonesia (SINdO), Media Indonesia, Republika, Harian Pelita,

Sinar Harapan, Harian Merdeka, Koran Jakarta dan Pikiran Rakyat.

direktur Ekskutif The Political Literacy Institute ini juga kerap menjadi nara sumber berita di berbagai media nasional, serta narasumber dalam berbagai seminar. Kumpulan jurnal ilmiah dan artikelnya di berbagai media massa telah diterbitkan pada April 2010 dalam bentuk buku berjudul Komunikasi Politik di Era Industri Citra.

Berbekal pengalaman sebagai seorang praktisi muda, sekaligus akademisi komunikasi yang tak diragukan lagi kecakapannya dalam jasa konsultan komunikasi dan pengembangan SdM, pada tahun 2007, Gun Gun mendirikan PT. Laswell Visitama. Sebuah provider jasa konsultan, pendidikan dan riset bidang komunikasi terapan.

Perusahaan ini diperkuat oleh banyak praktisi dari bidang broadcasting dari berbagai stasiun TV nasional maupun lokal dan para akademisi bidang komunikasi lulusan universitas terkemuka di dalam maupun luar negeri mulai dari level S1 hingga S3. Berbagai instantasi pemerintah, BUMN maupun perusahaan swasta telah menggunakan jasa mereka untuk memperkuat dan mengembangkan komunikasi strategis SdM mereka.

Riwayat hidupNama lengkap : Gun Gun HeryantoTempat, tanggal lahir : Cianjur, Jawa Barat, 12 Agustus 1976Pendidikan• S1 Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta, DIY, 2000• S2 Universitas Indonesia (UI), Jakarta, 2003• S3 Universitas Padjajaran, Bandung, Jawa Barat, 2008Pengalaman Organisasi• Koordinator Kajian Media dan Kebijakan Strategis Institute of Social • Transformation for Democray (Instad), 2002–2005• Kepala Departemen Studi Media Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Informasi (LPPMI), 2003–2006• Peneliti Pusat Pengkajian Komunikasi dan Media (P2KM) UIN JakartaKarier• Direktur Ekskutif The Political Literacy Institute, 2009–sekarang• Staf pengajar Universitas Al Azhar Indonesia, 2007–sekarang• Pemilik PT Lasswell Visitama, 2007–sekarang• Staf pengajar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, 2006–sekarang• Staf pengajar Universitas Paramadina, 2005–sekarang

Gun Gun heryanto

Page 29: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

Pernahkah terbayangkan, seorang agen rahasia kawakan dari Amerika bekerja sama dengan detektif Indonesia? dalam film besutan sutradara Hollywood Connor Allyn kejadian tersebut bisa terjadi.

Film berjudul Java Heat ini menceritakan kerjasama antara detektif dua Negara yang berusaha menangkap sindikat internasional pelaku peledakan bom bunuh diri di Yogyakarta dan pencuri perhiasan milik keraton. Pertemuan antara dua orang beda negara yang mencari musuh yang sama di Yogyakarta.

dalam keadaan terborgol di kantor polisi, Jake (Kellan Lutz) mengaku sebagai asisten dosen asing yang selamat dari ledakan bom. Namun Hashim (Ario Bayu), detektif dari kesatuan elit densus 88 curiga terhadap Jake. Jake menjadi salah satu saksi kunci dalam serangan bom bunuh diri pada sebuah pesta amal yang menyebabkan seorang putri keraton cantik, Sultana (Atiqah Hasiholan) tewas terbunuh.

Kejadian demi kejadian membuat Hashim semakin menaruh curiga kepada Jake. Namun suatu hari, saat kendaraan yang ditumpangi Hashim dan Jake diserang oleh sekelompok teroris, Jake menyelamatkan nyawa Hashim dan terlihat kemampuan Jake yang sebenarnya dalam menguasai senjata. Suatu keahlian yang tak mungkin dimiliki oleh seorang asisten dosen. dengan masih diliputi keraguan, akhirnya Hashim dan Jake bekerja sama untuk menyelesaikan kasus tersebut dan memastikan apakah yang terbaring di kamar mayat itu benar Sultana?

Sementara itu, istri dan anak Hashim diculik oleh orang misterius. Ketegangan mulai muncul dalam film bergenre action ini. Adegan penuh dengan aksi dan ketegangan memperkuat kerja sama Jake dan Hashim untuk membongkar apa yang terjadi. Pertarungan semakin sengit dan puncaknya ketika perayaan waisak di Borobudur, candi Budha terbesar di dunia. di keramaian festival pelepasan

lampion, menyamarkan pertukaran antara sandera dengan perhiasan yang diminta. Mampukah Hashim menyelamatkan nyawa istri dan anak-anaknya? Benarkah Sultana telah tewas dalam kejadian bom bunuh diri tersebut?

Keterlibatan aktor Hollywood dalam film ini sudah tidak diragukan lagi, justru yang menarik dalam film ini adalah kerja sama yang apik antara aktor/aktris Indonesia dengan aktor Hollywood sehingga menghasilkan film yang berkualitas. Terlebih efek-efek ledakan khas Hollywood yang terjadi di kawasan Borobudur.

Film yang menghabiskan dana sekitar Rp145 milyar ini sangat menarik untuk ditonton, khususnya bagi para pecinta film action. Selain menampilkan action yang berkelas, penonton juga akan diajak untuk melihat pemandangan khas Yogyakarta dan Candi Borobudur yang sangat memukau.

Walaupun film Java Heat ini merupakan film fiksi, tapi benar-benar mengangkat keindahan budaya Jawa Tengah. Gambar-gambar indah yang mengeksploitasi kota Jogja, budaya, angle-angle unik dan detail yang mempesona dari Shane dalley sang director of Photography, membuat penonton susah beranjak dari duduk. Rasa kangen terhadap sudut-sudut Jogja seperti terpuaskan. Pengambilan setting dan gambar harus diberi pujian yang tinggi, mungkin film ini cocok dikatagorikan sebagai film action pariwisata. Mengukuhkan Java Heat sebagai salah satu film yang layak ditonton bulan ini.

Kala ˝TeMBaKan˝ Hollywood PIndaH Ke BoroBudur

Sutradara : Conor AllynProduser : Conor Allyn, Rob AllynPenulis Naskah : Conor Allyn, Rob AllynPemain : Mickey Rourke, Kellan Lutz, Ario Bayu, Atiqah Hasiholan, Rio dewanto, Mike Luccock, Tio Pakusadewo, Frans Tumbuan, Rudy Wowor, Mike duncan, Brent dukeGenre : ActionTanggal Rilis : 18 April 2013

RESENSI

Kampusku • Edisi I • Mei 2013 • 29

Page 30: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013

cATATAN POJOK

Page 31: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013
Page 32: Majalah Kampusku Edisi Mei 2013