Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

16
1 BUSYRA Buletin Syiar Rahmatul Asri TOKOH: Abbas Mahmud Aqqad (JURNALIS ISLAM) Headline News: Teknis Jitu, Metode Praktek Info Pondok: Wisuda Santri XI Opini: Think To Be Better Cerbung: Dia Adikku, Bukan Aril!!! Tausiah: 6 Amalan Kebaikan Santri Berprestasi: Ukhti Wulung Pertiwi Edisi IV Juli 2013/Ramadhan 1434 INFAK: RP 3000

description

Buletin Santri Pondok Pesantren Modern Rahmatul Asri

Transcript of Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

Page 1: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

1

BUSYRA Buletin Syiar Rahmatul Asri

TOKOH:

Abbas Mahmud Aqqad (JURNALIS ISLAM)

Headline News: Teknis Jitu, Metode Praktek

Info Pondok: Wisuda Santri XI

Opini: Think To Be Better

Cerbung: Dia Adikku, Bukan Aril!!!

Tausiah: 6 Amalan Kebaikan

Santri Berprestasi: Ukhti Wulung Pertiwi

Edisi IV Juli 2013/Ramadhan 1434

H

INFAK: RP 3000

Page 2: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

1

SALAM REDAKSI

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu alaikum wr.wb

Puji syukur atas kehadirat

Sang pencipta yang maha kuasa,

yang memberi kita rahmat serta

inayah-Nya, yakni Allah SWT.

Shalawat serta salam tercurah

kepada junjungan kita, Nabi

Muhammad Saw yang menjadi

panutan dan memberi contoh

akhlak yang baik.

Alhamdulillah, edisi Juli

ini kami akhirnya bisa menjadi

bacaan shaahibul BUSYRA. Tentunya banyak kekurangan dalam karya kami

ini namun, kami akan berusaha sekeras mungkin untuk memberikan yang

terbaik kami agar pembaca tidak bosan untuk membacanya dan menjadi

tertarik untuk terus mengikuti terbitan buletin kami berikutnya. Mudah-

mudahan kami dapat memberikan informasi yang akurat dan sesuai dengan

apa yang shaahibul inginkan mengenai sekolah kami ini, yaitu Pondok

Pesantren Moderen Rahmatul Asri, amiiiiiiiiin.............!!!

Ucapan terimah kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada

bapak ketua yayasan PPM Rahmatul Asri, pimpinan pondok, ustad-ustadzah

pembina serta teman-teman sekalian atas partisipasinya dalam penerbitan

buletin ini.

Redaksi BUSYRA

Diterbitkan Oleh:Busyra Pelindung Ketua Yayasan PPM Rahmatul Asri Penasehat Kepala SMP PPM Rahmatul Asri

Kepala MTS PPM Rahmatul Asri Kepala SMA PPM Rahmatul Asri Kepala MA PPM Rahmatul Asri Pembina Jumriani Ketua

Umum Siti Fatimah Sekertaris Umum Imamatul Ummah Bendahara Nur Afifah Reporter Nur Fitrah Asliah Reza

Iqrimah Aslim Hafizah Dima Fachria Isma Herma Hendry Badawi Asdar Sabar Fauzan Nurmia Silvia Aspayani Layouter

Muhammad Mufti Ramdan Al-Amirah An-Nabila Alamat Redaksi Jl. Poros Enrekang km.1 Maroangin Kode Pos 91761

Layanan Informasi Redaksi menerima tulisan berupa artikel, opini dan essay. Redaksi berhak mengedit tanpa

mengubah substansi tulisan. Naskah dikirim ke email: [email protected]

Page 3: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

3

Pembekalan Dakwah dan Imam Santri RAMA

Menyambut Bulan suci

Ramadhan PPM

Rahmatul Asri

mengadakan

Pelatihan Dakwah

untuk santri

SMP/MTs &

SMA/MA dan

Pelatihan Imam

untuk santriwan

SMA/MA. Seperti

tahun-tahun

sebelumnya, seluruh santri

diikutsertakan dalam pelatihan

ini, termasuk santri baru yang

baru masuk asrma pada

tanggal 29 Juli. Pelatihan ini

merupakan kegiatan tahunan

yang rutin dilakukan oleh

pihak pesantren.

Selama 12 hari, sejak

tanggal 26 Juni hingga 7 Juli,

mereka diberikan materi serta

praktek oleh ustadz-ustadz

yang dianggap berkompeten.

Tujuan pelaksanaannya tentu

saja untuk melatih mental

santri dan santriwati agar

percaya diri tampil di depan

umum. Bukan hanya itu,

mereka juga diharapkan

mampu menyebarluaskan

dakwah Islam dari masjid ke

masjid.

Setelah mengikuti

pelatihan, para santri

dipulangkan ke kampung

halaman masing-masing untuk

mempraktekkan apa yang

mereka dapatkan selama

pelatihan. Mereka diharapkan

mampu memenuhi target

jumlah maksimal wajib

menyampaikan ceramah.

Untuk santri baru, baik SMP

maupun SMA hanya 3 kali,

kelas 2 SMP 4 kali, kelas 3

SMP sebanyak 5 kali dan

untuk SMA minimal 7 kali.

Meski SMA diberikan

kewajiban berceramah paling

banya namun mereka tetap

tidak merasa keberatan dan

menganggapnya sebagai ajang

pembelajaran. “Karena saya

sudah SMA jadi saya wajib

naik sebanyak 7 kali tapi Insya

Allah saya mau naik lebih dari

7 kali. Yaaah untuk mengasah

kemampuanku.”ujar Nurul

Ulmi Mansur, salah satu

santriwati kelas 5 SMA saat

ditemui redaksi. (Imamatul

Ummah & Zafran Nabil

Fauzan)

Metode Jitu Bagi Pemula, Metode

Praktek

Mengisi Ramadhan selama berada di

pesantren, penanggungjawab bahasa pesantren

RAMA mengadakan matrikulasi dua bahasa

untuki santri baru. Mereka mengikuti

matrikulasi dua bahasa yakni Arab dan Inggris.

Matrikulasi ini dilaksanakan atas kerjasama

antara penanggungjawab bahasa pondok dengan

bagian bahasa OPRA. Kegiatan dilaksanakan

sejak tanggal 25 Juli sampai 2 Agustus

mendatang.

Kegiatan ini bertujuan untuk

memberikan gambaran penggunaan kedua

bahasa tersebut. Selain itu, dengan mengikuti

matrikulasi dapat membantu mereka untuk

mengetahui dasar kedua bahasa tersebut.

Menurut mereka, kegiatan ini sangat membantu

mereka untuk bisa mengetahui dua bahasa

tersebut terutama bahasa Arab. Nurul Aminah,

salah satu santriwati baru asal kota Makassar

mengatakan, “Kegiatan ini tentu saja membantu

saya untuk mengetahui bahasa Arab dan bahasa

Inggris”.

Meski yang diajarkan adalah dasar dari

kedua bahasa tersebut namun mereka tentu saja

Page 4: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

4

mengalami kendala dalam memahinya. Mereka

mengakui hal tersebut, terutama dalam

memahami bahasa Arab yang notabenenya

belum mereka pelajari ketika masih duduk di

bangku Sekolah Dasar ataupun SMP. “Kegiatan

ini sangat bagus tapi saya kurang memahami

bahasa Arab karena waktu SD, saya hanya

mempelajari bahasa Inggris” ujar Sidra Nurul,

santriwati baru asal kota Makassar. Hal ini

membuat para instruktur ataupun pendamping

kegiatan ini untuk lebih jeli dalam memilih

metode penyampaian materi agar mudah

dipahami.

Menurut salah satu Instruktur,

Muthmainnah Baso, metode practice dianggap

akan lebih mempermudah pemahaman. “Jadi

saya lebih memilih untuk menggunakan metode

praktek karena dapat mempermudah mereka

untuk mengingat dan mengucapkan kata

ataupun kalimat yang diajarkan. Alumni

fakultas Hukum, UIN Alauddin ini juga

menambahkan bahwa sebagai pemula tidak

perlu banyak menulis dulu karena praktek

mengulang apa yang diberikan akan lebih

mudah diingat.(Andi Al Amira & Isma Nabila)

Enam Amalan Kebaikan

Tausiah oleh: ust. Saeful Zuhdi S.Pd.I

Untuk kita yang saat ini sedang dalam kubangan musibah ada baiknya kita

mencoba menyisir jalan kebaikan berikut ini. Atau, kita yang sedang dihantui

kegagalan, inilah amalan yang menghibur untuk menolak berbagai kemungkinan

bala.

Pertama, melazimkan doa. Orang yang terbiasa dengan berdoa akan mengalir

sebuah kekuatan yang mampu menjadikan dirinya tegar. Bah kan, doa adalah sebuah

proteksi ampuh menstabilkan kondisi hati dengan berbagai macam keadaannya.

Disebut oleh Nabi Muhamad SAW, Tidak ada yang mampu menolak takdir

kecuali doa. (HR Ahmad). Bahkan, ada doa yang langsung dari Allah untuk

menuntun kita terhindar dari berbagai ujian, musibah, dan bala.

“Ya Tuhan Kami, janganlah Engkau pikulkan kepada Kami apa yang tak sanggup

Kami memikulnya.” (Q.S. Al-Baqarah 286)

Kedua, kesungguhan taqwa. Banyak disebut oleh berbagai ayat bahwa

kesungguhan dan keseriusan dalam ketakwaan mengantarkan ketangguhan spiritual

dalam menyelesaikan setiap kesulitan hidup. Ini artinya semangat takwa

menghindarkan sebuah peristiwa buruk dalam hidup ma usia.

“Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan

(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.”

QS al- Thalaq [65]: 3

Page 5: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

5

Ketiga, ridha orang tua. Setelah kita tegak dengan nilai-nilai Langit seperti disebut

oleh dua poin di atas, saatnya kita mengumpulkan energi dari bumi. Dan, kita perlu

memulainya dari bilik kedua orang tua kita. Doa dan restu mereka yang pada

urutannya mengantarkan kepada sejuta kebaikan, yang kita unduh tidak hanya di

dunia, tapi juga di akhirat. Keramat terampuh di dunia ini tidak lain doa dan restu

orang tua. Rida Allah ada pada rida orang tua dan murka-Nya ada pada murka kedua

orang tua, demikian sabda Nabi Muhammad SAW riwayat al-Hakim.

Keempat, sedekah. Keutamaan sedekah sudah banyak yang menyebutkan. Bahkan,

secara terang sebuah hadis mengisyaratkan, Sedekah itu benar-benar menolak bala.

(HR Thabrani dari Abdullah ib nu Masud). Karena, agama adalah amal. Maka,

nikmat dan ke lezatan beragama akan berasa jika kita benar-benar mengamalkan.

Karena itu, saat nya kita buktikan dengan amal nyata. Kita bersedekah pasti ada

proteksi bala yang langsung Allah desain.

Kelima, istighfar. Kami tidak akan turunkan azab bencana selama mereka masih

beristighfar.

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara

mereka. dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta

ampun.” QS al-Anfal, 8: 33

Berikutnya, silaturahim, berzikir, dan selawat. Terkait dengan zikir, disebut

oleh Nabi SAW, Petir menyambar siapa pun, tetapi petir tidak akan menyambar

orang yang sedang berzikir.

Terakhir, senantiasa berbuat baik. Kebaikan yang kita tebarkan di bumi adalah

kebaikan untuk kita yang Allah gelontorkan dari langit.

“Tidak ada Balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” QS ar- Rahman [55]: 60

Wallahu ‘alam.

(Aslim Husain & Herma Nurfatimah)

Page 6: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

6

Tempat Nongkrong Favorit Santri RAMA

MASJID

Shalat berjama’ah lima kali sehari di

masjid adalah kewajiban seluruh

santri dan santriwati Rahmatul Asri.

Yah……aturan ini memang sudah ada

sejak Pondok ini ada. Aturan turun

temurun ini akhirnya masih melekat

hingga sekarang. Jika memang

pada umumnya masjid dipergunakan

untuk menjadi tempat beribadah

bagi umat muslim, di Rahmatul Asri

masjid memiliki fungsi lain. Jika ada

pertemuan, masjid, lebih sering

masjid putra alias Raodatul

Munawwarah dijadikan sebagai

tempat pelaksanaannya. Namun

sekarang, fungsi tersebut sudah

jarang dilakoni masjid putra

tersebut. Meski demikian, satu

peralihan fungsi masjid yang belum

hilang sampai sekarang, yaitu

tempat nongkrong santri.

Yah…….baik masjid putra maupun

putri alias Royatul Mujahidah

memang dirasa memiliki keindahan

dan kenyamanan tersendiri sebagai

tempat nongkrong mereka. Khusus

masjid putra, fungsi tersebut dimulai

sejak siang sampai sore. Beberapa

santriwan lebih memilih untuk

beristirahat dan bercengkrama

dengan teman mereka di masjid

dibandingkan di asrama. Ba’da Ashar

merupakan waktu dimana akan

sering dijumpai banyak santriwan

yang akan nangkring di masjid.

Mereka akan terlihat bercerita

sambil menikmati cemilan yang

sudah di beli di syirka. Kalau masjid

putri, fungsinya sebagai tempat

nongkrong itu akan sangat terasa

ketika selesai makan

siang. Akan terlihat di masjid

beberapa santriwati menunggu

waktu shalat ashar sambil tidur-

tiduran ataupun berbagi cerita

dengan teman mereka. Bahkan tidak

jarang banyak dari mereka yang

menghapal Al- Qur’an, hal demikian

juga tentunya terjadi di masjid

putra. Semoga “fungsi lain” masjid

ini digunakan untuk kegiatan yang

bermanfaat untuk Ashhabi BUSYRA,

amin.

PERPUS

Ashhabi sudah tahukan, orang yang

menuntut ilmu akan diangkat

derajatnya. Hal yang sudah jelas

dituliskan dalam Al-Qur’an, selain

itu, kita memang mebutuhkan ilmu

kan. Benar, hidup butuh ilmu. Ilmu

bukan saja didapatkan dari secara

formal namun, bisa diperoleh

dimana dan kapan saja. Salah satu

contohnya di perpustakan. Di

perputakaan banyak sekali yang

tentunya berguna. Tidak heran

sebagian besar saekolah . terdapat

perpustakaan. Termasuk

perpustakaan yang dimiliki pondok

kita tercinta ini. Pasca pembuatan

perpustakaan yang jauh lebih baik

daripada perpustakaan pada

beberapa tahun lalu, perpustakaan

kita memang jauh lebih nyaman

ketika dikunjungi. Selain karena

gedungnya yang lebih luas,

perpustakaan kita juga sepertinya

selalu memberikan nuansa tenga

tersendiri ketika berada disana. Nah,

itulah alasan banyaknya Ashhabi

BUSYRA yang suka nongkrong

disana. Bukan hanya saat pulang

sekolah atau sore hari. Santripun

banyak yang memilih nongkrong di

perpus saat istirahat atau saat guru

sedang berhalangan hadir. Dengan

membawa beberapa cemilan hasil

belanjaan di syirka, mereka akan

menghabiskan waktu di perpus

sambil membaca atau hanya sekedar

menunggu jam pelajaran

selanjutnya.

DI BAWAH POHON CINTA

Di bawah pohon cinta, yah

kedengarannya mungkin agak ganjil.

Sebuah pesantren memiliki tempat

yang disebut pohon cinta, tapi itulah

kenyataannya. Sekitar tiga pohon

yang terletak di pertigaan antara

gedung SMP, masjid putrid dan

perpustakaan, itulah yang sering

disebut sebagai pohon cinta. Entah

siapa yang pertama kali

“menobatkan” nya sebagai pohon

cinta. Meski status namanya masih

simpang siur, namun reputasinya

sebagai tempat nongkrong santri

sudah jelas. Beberapa santri sangat

menyukai tempat ini untuk

melepaskan lelah, terutama saat

istirahat. Alasan mereka tentu saja

karena keindahan pemandangan

yang disajikan saat duduk disana.

Sekitar pohon tersebut memang

menyajikan keindahan alam lain dari

bumi Rahmatul Asri. Saat jam

istirahat sekolah selesai, mereka

akan segera datang ketempat itu

untuk menghabiskan waktu

istirahat. Meski saat ini kerindangan

pohon tersebut tidak seperti dulu

Page 7: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

7

lagi namun, santri masih sangat

menyukainya sebagai tempat

nongkrong.

GURUN SAHARA

Dibagian selatan lapangan luas SMPS

Rahmatul asri coba anda telusuri, di

tengah kerindangan hutan bumi

Rahmatul Asri, ada satu

pemandangan berbeda. Yah……akan

kita temukan tanah kapur nan indah

terhampar di depan mata. Nah ini

dia Ashhabi yang biasa disebut

“Gurun Sahar” oleh mereka yang

mengaku “Santri Sejati Rahmatul

Asri”. Hmmmm…….keindahan alam

yang disajikan di Gurun Sahara ini

memang sangat indah. Dari atas

Gurun, mata kita akan dimanjakan

dengan jejeran beberapa gedung

Rahmatul Asri yang berada di

tengah- tengah hutan. Nah alasan

inilah Ashhabi yang mebuat banyak

teman kita yang sangat suka

nongkrong disana. Waktu

nongkrongnya bervariasi Ashhabi,

ada yang senang kesana saat

istirahat tidur siang ada juga yang

sore hari, ba’da ashar. Mau tahu

bagaimana sensasinya saat berada

disana???? Coba saja Ashhabi, daki

dan nikmati suasana sejuk

memandang indahnya PPM Ramatul

Asri tercinta.

BAWAH POHAN JAMBU

Pohon jambu yang akan kita bahas

adalah pohon jambu yang berada di

depan kantin putri. Letaknya yang

berdekatan dengan baruga membuat

banyak wali santri yang datang

menjenguk lebih memilih duduk di

bawah pohon jambu. Di bawahnya

terdapat dua kursi panjang yang

menjadi tempat para santri untuk

bercengkrama dengan orang tua.

Bukan hanya itu fungsinya Ashhabi,

banyak santriwati tuh terutama anak

asrama satu yang saaaaaaangat hobi

nongkrong disitu. Waktu

nongkrongnya itu paling ramai saat

sore hari. Sambil menikmati hasil

belanjaan di syirka, mereka akan

berkumpul disana sambil saling

bertukar

certa, dan tak jarang mereka sharing

tentang pelajaran. Tapi waktu yang

paling enak untuk nongkrong disana

adalah saat penjual bakso datang.

Hmmmmmm duduk di bawah pohon

sambil menikmati semangkong

bakso dengan teman-teman. A simple

place but gives us sweet memories.

DEKKER

Yah,dekker disini biasa santriv putra

menghadang santri putri yang akan

lewat.dan yang lucunya apabila

santri putra menghadang otomatis

santri putriakan kembali ke asrama

masing-masingatau manuggu santri

putri pindah/pergi dari dekker.

Begitu juga sebaliknya, jadi sampai

sekarang, dekker ini tidak ada

“penghuni paten”nya. Istilah yang

paling tepat, siapa cepat dia yang

bebas nongkrong dan berkuasa

disana, hihihihihihi.

TAMAN SEGITIGA

Tempat ini sering kali ditempati oleh

para santriwati untuk apalagi kalau

misalnya datang dari syirka

(koprasi)di sanalah dia membagi

para makanannya dengan santri yang

lain. Karena hidup bersama memang

harus saling berbagi. Bukan hanya

itu, tempat nongkrong yang satu ini

juga sering menjadi salah satu

tempat paling strategis saat

menonton volley ball ketika tiba

masa Porseni Nah itu dia Ashabi,

beberapa tempat nongkrong favorit

kami, minat nongkrong dan berbagi

ilmu dengan kami disana? Yuk jalan-

jalan

Page 8: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

8

Abbas Mahmud Aqqad (28 Juni 1889-12 Maret 1964)

Oleh: Ahrieza Falahi Dalimoenthe ”Ilmu itu datangnya dari buku, dan bukan dari penulis”A. M.Aqqad” Aku tidak pernah terpengaruh oleh siapapun dan aku ingin menjadi diriku sendiri “A.M.Aqqad” The Crusher writter” Saad Zaghlo

A. Prolog Seorang pemikir ulung,filosof serta ulama sekaligus jurnalis di penghujung-awal abad 19 dan 20. Putra dari Ibrahim Mahmud Al-Aqqad ini dilahirkan pada hari Jum„at di Kota Aswan, dalam ruang lingkup keluarga terhormat yang amat memperhatikan pertumbuhannya. Ayah beliau sendiri bertugas disalah satu Kantor Arsip Provinsi Aswan, yang pada saat itu kondisi kodifikasi arsip Mesir

sendiri dalam keadaan yang memang kurang

kondusif. Keadaan ini

memaksa ayahnya untuk

selalu menghabiskan

waktu di meja kantornya. Kakek beliau bernama Muhammad Aga As-Syarif yang mana garis keturunannya sampai kepada Abbas bin Abdel Mutallib kakek dari Rasulullah SAW. Pada masa kecilnya beliau sering mengikuti halaqah yang diisi oleh salah seorang ulama Azhar yaitu Sheikh Ahmad Al- Jadawi bersama ayahandanya. Dimana Ahmad Al-Jadawi sendiri banyak mengadopsi pemikiranpemikiran Jamaluddin Al-Afghani. Jadi sebenarnya dari masa yang amat belia sekali tanpa Aqqad sadari telah tertanam didalam dirinya beragam dan corak dari

tokoh-tokoh keislaman pada masa itu. Dimasa kecilnya beliau memiliki kemampuan yang amat lain dari teman-teman sebayanya. Seperti halnya dibangku sekolah, pada masa yang amat belia sekali ia sudah dapat memahami hal-hal yang berkenaan dengan sosial. Aqqad juga gemar membaca, salah satu kitab yang amat ia gandrungi adalah “Kisah 1001 satu malam” dan Diwan Baha Al-Zuhairi juga kitab yang dikarang oleh Al- Abshihi yang berjudul “Al- Mustathraf fil Fannil Mustazhraf”. Imam Muhammad Abduh pada saat berkunjung ke Sekolah Dasar Nasional dimana Aqqad berseragam SD-nya berkata mengenai intelektual yang dimiliki Aqqad melalui karya-karya sicilik Aqqad, sambil berdecak kagum Imam Muhammad Abduh berkata: “Sesiapapun yang menulis ini akan menjadi penulis nantinya”. Namun pendidikan formal yang dienyam–nya tidaklah seperti yang diharapkan, karena pada usia yang sangat muda sekali yaitu ketika ia berumur 15 tahun ia meninggalkan bangku sekolah atau setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar.

Adapun sebab yang mendorong beliau untuk meninggalkan pendidikannya adalah kemauan dirinya sendiri, dengan kata lain Aqqad sendiri lebih gemar untuk membaca sendiri daripada untuk mengenyam pendidikan

Page 9: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

9

secara formal. Mungkin jika beliau meneruskan pendidikannya sampai pada bangku kuliah, maka akan lain lagi kisah petualangan seorang penulis ini, bisa jadi ia akan berangkat ke Eropa dan akan setara dengan para pemikir-pemikir terkemuka Mesir lainnya pada masa itu. Namun bagi beliau pendidikan formal bukanlah segalanya, dengan terputusnya pendidikan tidak menjadikan beliau berhenti untuk mendalami apa yang ia rasa menarik bagi dirinya, hal ini dapat dilihat ketika ia mulai bekerja sebagai salah seorang buruh upahan disebuah Pabrik Sutra di kota Demyaat. Ia memanfaatkan gaji dan waktu luang untuk membeli bukubuku, membaca dan menulis terutama di bidang politik dan sastra. Aqqad berkata didalam sebuah karyanya yang berjudul Abqareyyas Siddiq: “aku tidak menulis tentang sejarah kekhilafahannya dan bukan juga tentang tragedi-tragedi yang terjadi pada masa itu, akan tetapi yang kutuliskan adalah gambaran pribadi dari seorang khalifah besar dimana kita dapat mengenalnya lebih dekat untuk lebih memperjelas kreasi-kreasi beliau serta faktorfaktor yang mendorong kesuksesan beliau”. Dari paparan yang disampaikan beliau kami mencoba untuk mengambil intisariapa sebenarnya yang terbesit dari pemikiran Aqqad dalam karyanya yang satu ini, bahwa sebenarnya bagi setiap generasi penerus yang terpenting adalah mampu untuk mengembangkan prilaku-prilaku serta faktor-faktor yang mendukung kesuksesan baik

itu dari segi dakwah, akhlak kepada manusia dan yang tak kalah pentingnya lagi akhlak terhadap sang Khalik. Hal ini jelas seperti apa yang disampaikan beliau dalam buku yang sama: “…tidaklah penting bagi kita kecil besarnya kepribadian Abu Bakar dimata ummat Islam, karena pada dasarnya ia akan mengecil dan membesar, karena semua itu tergantung pada kaca-mata orang-orang yang memandangnya, karena pada dasarnya hal-hal yang kecil memiliki hal yang lebih penting dari pada hal-hal yang terkesan besar namun memiliki kepentingan yang sedikit” B. Aqqad dan Jurnalistik Disaat Aqqad mulai menuangkan tinta pikirannya ketika mendalami hal-hal yang berkenaan dengan jurnalistik dan pers, Aqqad memiliki pengalaman yang berbeda seperti apa yang dialami para wartawan atau jurnalis-jurnalis lain pada masa itu. Ia harus bekerja keras membagi waktu menjadi seorang pegawai Jalur Lintas Perusahaan Kereta Api di kota Zaqaziq provinsi Sharkeyya dan menjadi seorang yang mengamati permasalahan sastra dan politik Mesir pada saat itu. Pada umur 16 tahun tepatnya pada tahun 1905 M ia bertolak menuju ibu kota, dengan berbekalkan berbagai pengalaman menulis, ia memberanikan diri untuk datang menghadap para tokoh-tokoh yang ada pada masa itu di kota Kairo, yang diantara lain adalah: Ya„qub Shoorof, George Zidane dan Mohammad Farid yang pada saat menjadi salah seorang tokoh nasionalis terkemuka. Setelah

Page 10: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

10

berselang 2 tahun yaitu pada tahun 1907 Aqqad bertemu dengan salah seorang pemuka jurnalis keislaman dan seorang evaluator politik dan sastra Mohammad Farid Wajdi. Aqqad datang pada Farid Wajdi dan menawarkan diri untuk menjadi salah satu staffnya diharian Dustur. Dan pada tahun yang sama Aqqad bertemu dengan Saad Zaghlool dimana beliau pada masa itu menjabat menjadi Menteri Penerangan, dimana pada masa itu siasat politik Saad Zaghlool yang ia terapkan diperkantoran divisi penerangan sendiri banyak ditentang oleh banyak kalangan. Hubungan yang erat antara guru dan murid -red. Aqqad dan Farid- ini semakin akrab, hal ini dikarenakan

seluruh kolom serta rubrik yang diterbitkan pada setiap edisinya ditangani langsung oleh mereka berdua. Dimana Aqqad sendiri menangani editorial dan terjemah. Aqqad terjun langsung pada harian ini mulai dari awalnya sampai pada akhir dari edisi ini. Setelah terhentinya harian perdana dimana Aqqad banyak belajar bagaimana tentang percaturan dunia pers, Aqqad kembali bekerja sebagai penulis sastra di Kementrian Wakaf, namun tugas yang emban dikementrian tak membuatnya betah sehingga ia meninggalkan pekerjaanya itu pada tahun 1913. Dan pada tahun yang sama Aqqad mencoba kembali untuk kembali ke dunia pers yaitu bekerja sebagai

wartawan diharian yang mendukung perjuangan politik Khadaiwi Abbas Helmi. Kembali lagi seperti biasanya ia kembali hengkang dari harian tersebut karena merasa visi dan misi partai tersebut kurang sejalan dengan alur pemikiran yang dimiliki Aqqad dimana saat itu pimpinan redaksi adalah Sheikh Ali Yosef. Aqqad juga pernah menjabat sebagai salah seorang staff pengajar bersamasama dengan salah seorang penulis legendaries Mesir yaitu Ibraheem Abdel Kadir Al-Mazni. Pengalaman mengajar bagi Aqqad sendiri disini bukanlah untuk yang pertama kalinya, karena pada umur yang relatif muda yaitu; 15 tahun, Aqqad telah terhimpun dalam staff pengajar muda di Kota Aswan yang dipimpin oleh Mostafa Kamil sendiri. Dunia tulis menulis adalah dunianya Aqqad, ia tidak pernah menyerah untuk selalu menyelami

air-air dimana ia dapat menimba ilmu dari sesiapapun.. Walaupun kondisi pers dan jurnalistik Mesir pada saat itu sangat tidak kondusif. Hal itu dikarenakan masa transisi dari pemerintahan kolonial kepemerintahan revolusi. Tidak sekali Aqqad berpindah-pindah rumah redaksi dimulai dari tahun ia datang ke Ibu Kota diantara rumah-rumah redaksi yang pernah ia datangi adalah Harian El-Ahali yaitu pada tahun 1917, Harian Al-Ahram yang terbit di Alexandria pada tahun 1919.

Tak sekali Aqqad sendiri mengalami ancaman ataupun intimidasi melalui tulisan-tulisannya disetiap harian dimana ia bertugas menjadi dewan redaksi didalamnya. Namun segala ancaman tadi tak membuatnya ketar-ketir dalam melantunkan penanya diatas kertas, karena dengan menulis bagi Aqqad

Page 11: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

11

sendiri adalah kebebasan segala-galanya, baik itu kebebasan berpikir, ekspresi maupun membumikan ide-ide yang tersimpan baik didalam benaknya. Berkisar pada tahun yang sama juga, Aqqad mulai membumikan karya-karyanya, yang pada awalnya ia lebih banyak berkonsentrasi pada bidang sastra dimana pada saat yang sama juga khazanah kesusastraan jazirah arab dipenuhi para pakar-pakar sastra diantaranya adalah Amirus Syua„ra Ahmad Syauqi. Yang mana Aqqad sendiri banyak menentang buah-buah piker Ahmad Syauqi yang banyak tertuang kedalam syair-syair yang dikumandangkan Syauqi. Diantara karya-karya Aqqad adalah: “Khalasatul Yaumeyya”,1912, Dar Heelal “Sudzuur”, 1913 “El-Insaan Ats-sani”, 1913 “Yaqdzatus Sabah”, 1916, Karya sastra Aqqad Perdana. Salah satu petisi Aqqad yang jelas-jelas menentang Syauqi adalah apa yang Aqqad sampaikan sebelum ia menghembuskan nafasnya yang terakhir adalah: “Kita telah mendengar keributan yang ditimbulkan seorang yang bernama Syauqi tentang perihal

kehebatannya, namun kita lalui semua itu dengan diam (tanpa reaksi-red) seperti halnya kita melalui hiruk-pikuknya keributan yang telah dilalui sebelumnya. Yaitu dengan tidak memperdulikan kemasyhurannya juga dengan tidak mencounter karya karyanya dalam sastra. Karena sesungguhnya hasil karya Syauqi sendiri adalah salah satu pengikut mazhab „self-desructive‟ yang kami anggap sebagai buah karya dari para orang-orang yang sombong.” Aqqad menilai bahwa kesuksesan Syauqi sendiri didukung karena ia kerap akrab dengan orang-orang pers yang tidak segansegan untuk mengelu-elukannya dalam media, begitu juga dengan hubungannya dengan orang-orang pemerintah dimana Aqqad menganggapnya adalah sebuah kebetulan. Aqqad sendiri juga tidak segan-segan untuk menulis dibeberapa majalah edisi-edisi yang banyak menjadi sorotan khalayak umum pada masa itu, yaitu menjadi penulis dimajalah: Ruzel Yosser, Heelal, Akhbarul Yom dan Majalah Azhar.

Arabic Quotations…

اك عَشاك اك َش َّن اك هتمُس اك اكالِّطِل فِل الَّن فُس

اك ل َشلِل ُساك هتمُس اك َش لِلِإاك اك الَّن ضاِلاك َش ُس ِّطِل

Nafsu itu bagaikan bayi bila anda biarkan terbiasa dengan

Kesenangan menyusu terus-terusan.

Namun, bila Anda lepas ia akan terlepas dan berhenti.

اك َشاك اك َشلَش َش َشاكل الَش قُس اك اك َش لَش مُسِإاك َّسَّن يِل

Waktu bagaikan pedang, bila kamu tak memotongnya dia yang memotongmu.

Redaksi: Nurbina

Page 12: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

12

DIA ADIKKU, BUKAN ARIL !!!!!

Merdunya suara muadzin saat

mengumandangkan azan, terasa

sangat sejuk dan

menentramkan,mengetuk hati setiap

insan yang beriman. Memenuhi

seruan Sang Khalik, .dinginya air

menusuk tulang, tapi karena rasa

cinta pada Ilahi, semua jadi tak

terasa. Setelah berwudhu

kusempatkan ke kamar adikku, dia

masih mendengkur, dasar ........!

“Faizul,bangun...bangun

....shalat !” kataku sambil menarik

selimutnya.

“Um...um....!” jawabnya

,semakain memperbaiki posisi

tidurnya.

“Oke kalau nggak mau

bangun, nanti aku laporin ke

mama....,biar di semprot kamu!”

kataku mengancam, tapi Izul tak

bereaksi, dia tetap asik dalam dunia

mimpinya, aku jadi jengkel sendiri.

“Ma......mama....!”teriakku

memanggil mamaku.

“Iya...iya , aku bangun, dasar

bawel.....!” gerutunya sambil berjalan

ke kamar mandi untuk mengambil air

wudhu.

“Yah gitu dong adikku yang

manis, kakak tunggu di depan yaah

,kita berangkat sama-sama......!

“kataku sambil tersenyum.

Selang lima menit kami

sekeluarga berangkat ke mesjid

bersama-sama.

Kenalkan namaku Nur Ainia,

panggil ajah aku Nia, aku sekolah di

pondok Pesantren Rahmatul Asri

Maorangin. Sekarang lagi liburan

semester ganjil ,jadi bisa ngumpul

bersama keluarga ,aku punya adik

semata wayang namanya Faizul

Mubarak, panggil saja Izul, Zul atau

apalah. Dia sekolah di SMP 2

Maleong Enrekang, adikku ini tidak

mau mengikuti aku sekolah di

pesantren, katanya sih,anak

pesantren itu tidsak gaul, trus disana

tidak ada TV apalagi handphone.

Mama dan bapak udah berusaha

membujuk, tapi Izul tetap tidak mau,

yah tidak bisa dipaksa juga.

Adikku ini sangat ngefans

sama Aril, itu loh vokalisnya

Peterpan. Semua yang berbau Aril di

koleksinya , mulai dari kaset, baju,

sepatu bahkan gayanya pun di mirip-

miripkan. Bukannya mau mengejek

tapi Aril kan putih terus adikku yah

hitam, meskipun tidak hitam amat

sih tapi manis juga kayak kakaknya

he he he. Kamar Izul penuh dengan

posternya Aril, aku jadi pusing

melihatnya.

“Izul kamar kamu kok

kayak,,,,emm....??? apa yahhh.....????

kok semuanya poster

Aril.......?????”tanyaku ,ketika masuk

ke kamarnya suatu hari.

“Emang kenapa.....! suka-suka

gue dong , kamar gue juga !”

jawabnya cemberut , memang adikku

ini sedikit kasar, bahasanya pun pake

gue,elo ,katanya sih biar mirip orang

Jakarta tapi faktanya dia tetap orang

Sulawesi.

“Sebagai pelajar, baiknya

kamar itu di hiasai dengan rumus-

rumus, kosa kata atau kaligrafi atau

apa kek? Ini ko malah gambar Aril

semua!” Nasehatku padanya.

“Kakak ko sewot banget, gue

kan suka, apa salah???” Jawabnya

sambil meneruskan bacaanya, tanpa

menoleh kepadaku, aku tertegun.

“Kakak Cuma khawatir, kalu

kamu begini terus nanti kamu tidak

serius sekolahnya, pikirannya Cuma

aril, Aril dan Aril !!!!” Nasehatku

lagi .

“Khmmmmmm kakak aja

kaliee, gw nggak! buktinya nilai gue

baik baik aja’ kakaknya aja yang

sewot!!!!” bantahnya lagi,adikku

memang keras kepala kataku dalam

hati.

“Yaa, terserah kamu lah

kakak udah ngasi nasehat, kakak

sudah lepas tanggung jawab sebagai

seorang kakak !” kataku pasrah,

andai adikku menge rti bahwa aku itu

cuma khwatir padanya

Saking ngefansnya sama Aril,

di rumah kita semua jadi direpotkan.

Bagaimana tidak, di rumah wcnya

Cuma satu, Izul mandinya lama

banget, nyinya satu album untung-

untung suaranya agak bagus.

“Izul cepatan,bapak kebelet

nih,.....!” teriak papa sambil

memegangi perutnya.

Aku tak bisa menahan tawa,

astagfirullah,aku sudah berbuat dosa

mengetawai orang tua sendiri. Aku

kasian melihat papa dan jengkelnya

lagi Izul yang malah semakin

mengeraskan suaranya.

“Terus melangkah

melupakanmu lelah hati perhatikan

sikapmu....!” lantun izul, mungkin

saking asiknya dia tidak sadar sedari

tadi bapak udah menggedor-gedor

pintu, di tambah lagi suara air kran

menambah asiknya Izul dalam

dunianya.

Dengan sangat terpaksa, papa

numpang di wc tetangga. Setelah

keluar dari wcdengan wajah

sumringah tanpa rasa bersalah

sedikitpun, Izul langsungdiomelin

papa. Kasian juga mukanya jadi

kayak kepiting rebus. Tapi biarlah

biar dia sadar wc bukan punya dia

seorang.

Sisi lain izul adalah, dia itu

sangat hemat, saking hematnya

sering sekali aku diporotin,tidak

jarang Izul minta uangnya ke aku.

Dan pelabuhan uang itu adalah di

tangan penjual kaset, yah dia

menggunakan uang dariku tersebut

untuk membeli kaset. Tidak perlu

ditanyakan lagi, kaset yang dia beli

adalah kaset lagu Aril alias Peterpan.

Terus jatah uang jajannya dia tabung

,aku sih ikhlas-ikhlas aja tapi

masalnya dia nabung agar suatu saat

bisa ke Jakarta menonton konsernya

Aril.

Suati hari aku,papa ,mama

dan Izul lagi menonton bareng di

depan TV,tiba-tiba bapak berkata

sesutu yang mebuat kami kaget.

“Izul kamu maukan lihat

konsernya Aril ?” tanya papa sambil

meneguk kopinya.

“Emmm mau banget Pa, mau

Pa....!” jawabnya sangat antusias,dari

matanya dia sangat gembira, aku

bahkan tidak bisa menggambarkan

sinar kebahagiaan yang terpancar

dari matanya saat itu. Papa terdiam

sesaaat.

“Tapi ada syaratnya” lanjut

papa kemudian, Izul tidak bersuara

hanya menatap papa sambil

mendekat untuk mendengarkan

syarat yang akan diajukan papa.

“Syaratnya papa mau Izul

semester ini bisa juara kelas, apa

kamu sanggup?” kata papa

tersenyum.

Bersambung,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,

Page 13: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

13

THINK TO BE BETTER!!

Tahun ajaran baru

2013/2014, bagaikan membuka

halaman baru setelah menulis

panjang pada halaman

sebelumnya. Lembaran baru itu

kosong ,tak ada coretan

sedikitpun jadi terserah kita ingin

mengisinya dengan tulisan yang

lebih bagus dengan semangat

yang menggebu atau mengisinya

dengan tulisan yang biasa-biasa

saja sebagai pelampiasan rasa

lelah setelah melewati lembaran

lalu yang berisi tulisan yang

berantakan.

Buku tulis, yah... seperti

buku tulis yang berisi banyak

lembaran, baik lembaran yang

berisi tulisan yang rapi atau berisi

tulisan yang acak-acakan. Saat

kita membukaanya pasti ada

perasaan jengkel ataupun

perasaan senang melihat tulisan

kita . Maka dari itu, cobalah

membuka lembaran kertas

selanjutnya untuk memperbaiki

tulisan kita dangan ketelitian.

Begitu pula semester baru ini,

memiliki lembaran baru terserah

kita ingin mengawalinya dengan

semangat perubahan atau berdiam

diri dengan begitu saja.

Prestasi yang kurang

memuaskan itu bukanlah takdir,

nilai yang rendah itu bukanlah

suratan bukan juga akhir dari

segalanya bukan juga sebagai

awal dari segalanya, tetapi

menjadi akhir lembaran dari hari

sebelumnya. Jadi, marilah kita

selalu memotivasi diri “aku akan

berubah ,aku akan memulai

semuanya, aku adalah yang

terbaik,” maka mulailah semester

baru dengan semangat tidak ada

kata terlambat untuk mencoba

menjadi lebih baik.

Oh yah...., Ashhabi

mungkin di tahun ajaran baru ini

ada yang lagi berbunga-bunga

karena mendapat prestasi yang

membanggakan di tahun ajaran

sebelumnya,selamat yah lagi

berbunga-bunga ni yeeee…atau

ada juga yang senang kerana

semuanya jadi seraba baru,

seragam baru, buku baru, sepatu

baru, kelas baru, dan suasana

baru, kayak lebaran aja he he

….tapi mungkin ada yang lagi

kecewa kerna ternyata hasil

semester sebelumnya tidak sesuai

dengan apa yang di

harapkan,sabar yaaa di semester

baru ini pasti bisa, semangatnya

gak boleh kendor dong.

Ashhabi... yang lagi

berbunga-bunga, bahagia, atau

yang lagi sedih tetap harus

semangat dan tidak boleh lupa

beryukur pada Allah karena atas

kuasaNyalah kita masih bisa

merasakan tahun ajaran baru ini ,

masih bisa bercanda dengan

teman-teman,masih bisa belajar

bersama, dan pastinya masih bisa

baca majalah Busyrah edisi kali

ini he.. he.. he(narziezz).

Ashabbi... coba deh

sebelum kita melihat lurus

kedepan, kita tengoklah sedikit ke

belakang, lalu cobalah bertanya

pada diri,seberapa banyakkah

pencapaiaan yang telah kita capai

di tahun ajaran sebelumnya.....?

Apakah kita telah belajar dengan

maksimal..? Apakah nilai-nilai

yang kita dapat sudah

memuaskan....? selama ini

mungkin ada di antara kita ada

yang kerjanya hanya bermalas-

malasan? Ngegosip? Bahkan

bolos sekolah dan coba kita ingat

deh wajah orang tua kita yang

telah bekerja siang malam, tak

kenal lelah supaya kita bisa

mengenyam pendidikan yang

layak…! Sudahkah kita membuat

mereka tersenyum bangga? Atau

sebaliknya kita membuat mereka

sampai meneteskankan air

mata....??? renungkanlah.

Ashhabi.. mungkin ini

bisa menjadi renungan sebelum

kita menuliskan di lembaran baru

ini, bukan hanya memaknainya

dengan dengan seragam yang

serba baru tapi juga dengan

merenungi apa yang telah kita

perbuat di tahun ajaran

sebelumnya sebagai tolak ukur di

di lembaran yang baru ini. maka

dari itu marilah di tahun ajaran

yang baru ini kita membuka

lembaran yang baru ,memperbaiki

kekeliruan,kehilafan yang terjadi

,memperbaiki pondasi hati yang

lama terbengkalai, menyelesaikan

mozaik-mozaik kehidupan yang

belum terselesaikan,sehingga

terlahirlah insan yang utuh,

munkin di tahun sebelumnya kita

belum belajar dengan

maksimal,di tahun ini kita bisa

belajar lebih giat ,mungkin di

tahun sebelumnya kita sering

bermalas-malasan di tahun ini

kita berusaha untuk

memkasimalkan waktu dengan

baik,jangan cepat puas dengan

apa yang telah kita raih,tapi

teruslah berusaha untuk

melakuakan yang lebih baik.

Ashhabi.....,ALLAH

menyukai orang-orang yang mau

memperbiki diri dan menyesali

perbuatanya , Mari kita buka

lembaran baru, kebiasaan yang

baik dibawa ke tahun ajaran baru

ini dan kebiasaan buruk disimpan

saja di tahun lalu gak usah

dibawa-bawa, marilah kita

mengukir prestasi yang baru ,

semangat yang baru, menjadi

anak yang dapat membanggakan

orang tua.

jazakumullah kharan katsiran.

(Nur Fadhilah Rahmah dan Nor

hafizah)

Page 14: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

14

AYAH DAN BUNDA (Karya : Nur Chairunnisa)

Ayah ……

Engkau bagaikan matahari

Yang menyinari hidipku

Dengan cinta dan kasih sayang

Bunda……

Engkau bagaikan rembulan

Yang menyejukkan hatiku

Dengan perhatian dan kelembutan

Ayah……

Panas, hujan, badai yang menghadang

Tak kau pedulikan

Demi diri ini…….

Bunda ……

Dikala aku menangis

Disaat tidurmu telah lelap

Engkau tetap bangun untuk menjagaku

Ayah…… Bunda……

Cinta, kasih sayang, dan perhatianmu

Tak dapat kubalas dengan apapun

Pengorbananmu yang tiada tara tak dapat ku gantikan

Ayah…… Bunda……

Cinta dan kasih sayangmu tiada henti

Cinta dan kasih sayangmu tiada berkurang

Doamu yang tulus menyertaiku dalam setiap

langkahku

Ayah…… Bunda……

Setiap saat aku berdoa

Ya Allah……

Izinkanlah aku untuk membalas cinta Dan

membahagiakan keduanya

Bidadari surga

Merpati putih terbang ke angkasa..

Bagai hati mengenang seorang bunda..

Kerinduan cinta kasih membuatku merana..

Akan pelukan hangat sang bidadari surga..

Sinar matahari tak lagi kurasa hangatnya

Kemana bidadari itu pergi ?

Kemana bidadari itu pergi ?

Ku ingin pergi bersamanya..

Namun takdir berkata lain…

Saat aku merasa Kristal jatuh dari mata ini..

Ku ingin hanya engkau yang membelai kepala ini..

Hangat rasa cinta kasihmu membuat tubuh

bergetar..

Maka izinkan aku menyentuhmu walau

sebentar…

Wahai pencipta alam..

Aku ingin pergi bersamanya..

Merasakan kasih sayangnya..

Wahai perisai hati..

Izinkan aku menemukannya..

Walau didunia yang tak nyata..

By :: ima fahriana

Page 15: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

15

Tiwi: “Kuncinya, Man Jadda Wajada”

Tidak ada kesuksessan tanpa

usaha yang maksimal. Kalimat ini

mungkin sangat tepat jika dikaitkan

dengan prestasi yang telah menghiasi

perjalanan santri berprestasi kita

pada edisi ini. Ukhti Wulung Pertiwi

adalah sosok yang patut jadi panutan

kita dalam menuntut ilmu. Tiwi,

demikian ia disapa, adalah santriwati

yang sekarang duduk di kelas 3 SMA.

Dalam kessehariannya, Santri berusia

17 tahun ini akan terlihat sangat

sederhana, baik dalam penampilan

ataupun sikapnya. Namun cerita

tentang prestasi yang ia raih selama

menuntut ilmu di Rahmatul Asri tidak

sesederhana penampilan dan

sikapnya.

Ia mulai menimba ilmu di

RAMA sejak kelas 1 SMP, tahun 2008,

sejak saat itu, ia mulai menorehkan

berbagai prestasi dibidang

pendidikan. Bukan hanya dikenal

sebagai juara kelas, ia juga tidak

pernah keluar dari sepuluh besar

pondok, bahkan pada saat kelas 2

SMP ia berhasil menduduki peringkat

pertama.

Prestasi yang diraihnya tidak

hanya di dalam pondok. Berbagai

perlombaan tentang dunia pendidikan

pernah diikutinya bahkan tidak

jarang ia pulang dengan gelar sebagai

juara. Misalnya lomba Juara 1 lomba

KTI Pramuka Bhayangkara kreatif

3,desa Cemba Enrekang, Juara 3 OSK

Biologi tingkat SMA se Kabupaten

Enrekang. Tahun ini ia bahkan

diberikan hadiah oleh ketua Yayasan

Rahmatul Asri untuk berangkat

Umroh.

Semua yang diraih santri

asal Enrekang ini tentu saja bukan

sesuatu yang didapatkannya dengan

mudah. Prinsip yang selalu ia pegang

teguh adalah “Man Jadda Wajada”,

barang siapa yang bersungguh-

sungguh maka dpatlah ia. Ketekunan

dan kerajinannya untuk menimba

ilmu itulah yang akhirnya

membawanya pada posisinya saat ini.

Selain doa dan dukungan dari orang

tua, keluarga dan orang-orang di

sekelilingnya tentunya.

Data Diri

Nama : Ukhti Wulung Pertiwi

TTL : Belajen 04-maret-1996

Orang tua

Ayah : Hamzah

Ibu : Erni Johan

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri 112 Belajen

SMP PPM Rahmatul Asri

SMA PPM Rahmatul Asri

Pengalaman Organisasi :

OPRA

KAPRAH

Sambungan hal. 12

Dia Adikku, Bukan Aril……………

Dia

“Wah papa .... tapi ,iya aku pasti bisa!”

jawabnya berbinar-binar

“Tapi masih ada syarat lain...!” papa

ternyata masih melanjutkan syaratnya. Senyum

Izul yang tadinya sudah melebar ke sudut kiri

dan kanan bibirnya tiba-tiba hilang

“Apa Pa ?” tanya Izul pensaran .

“Sebagaimana peraturan dalam

perlombaan yang menang akan dapat hadiah,

terus jika kalah akan dapat sanksi !” jawab papa

lagi,membuat kami semakin pensaran.

“Emang sanksinya apa Pa?” tanyaku

penasaran.“Izul harus masuk

pesantren,bagaimana siap ????” tanya papa

sambil menatap Izul, yang ditanya malah

terdiam sesaat,

“Oke, Izul akan juara kelas!” jawab izul

pelan tapi pasti.

Bersambung ke edisi selanjutnya…………..

Page 16: Majalah BUSYRA Edisi 4, Juli 2013

16

Dikeluarkan. Beberapa santri dikeluarkan dari ruang

ujian karena tidak memenuhi syarat untuk mengikuti

Ujian

Pagi. Mentari lembayung di atas bumi Rahmatul Asri

Gerbang Utama Rahmatul Asri