Maja Lah

12
HUBUNGAN PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA KELAS 5 SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO Setyoadi 1 , Tina Handayani Nasution 2 , Sri Indah Novianti 3 1 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 2 Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 3 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya ABSTRAK Kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Derajat kesehatan siswa dapat ditingkatkan dengan melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan prestasi akademik siswa. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di 24 sekolah dasar negeri di Kecamatan Balen yang memiliki ruang UKS. Data pada penelitian ini dianalisa dengan menggunakan pearson corelation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan UKS 14 sekolah dasar (58,3%) di Kecamatan adalah kurang baik, dan 10 sekolah (41,7%) telah melaksanakan program UKS dengan baik. Sedangkan data prestasi akademik menunjukkan bahwa, prestasi akademik siswa kelas 5 di 13 sekolah (54,17%) di Kecamatan Balen berada pada kategori rendah, dan 11 sekolah (45,83%) memiliki prestasi akademik siswa kelas 5 dalam kategori tinggi. Hasil analisa data menunjukkan bahwa pvalue= 0,023 <0,05 sehingga H 0 ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulan bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Kekuatan korelasi yang sebesar 0,462 termasuk dalam kategori korelasi sedang dengan arah korelasi positif. Pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen harus lebih ditingkatkan. Kata kunci: UKS, Prestasi akademik ABSTRACT Health is one of the factors that affect student achievement. The health of students can be increased by implementing the school health program (health education, health care, and create a healthy school environment). This study aimed to find the corelation of the implementation school health program and the academic achievement of 5 th grade elementary school student in Balen District. This study used cross sectional approach with simple random sampling technique and it was conducted in 24 elementary schools in Balen District. The data was analyzed with pearson corelation. The results showed that the implementation of school health program in 14 elementary schools (58.3%) in Balen District were not good and 10 schools (41.7%) were good. While data of academic achievement showed that the academic achievement of 5 th grade students in 13 schools (54.17%) were low, and 11 schools (45.83%) were high. Data analysis showed that p value= 0,023 <0,05, so H 0 was rejected. This result concluded that there was corelation between the implementation of school health program and the academic achievement of 5 th grade elementary school student in Balen District Bojonegoro Regency. The correlation strength was 0,462, so it was a moderate corelation. The implementation school health program in Balen District must be improved. Keywords : the school health program, academic achievement

description

ajeoi;12

Transcript of Maja Lah

HUBUNGAN PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA

KELAS 5 SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO

Setyoadi 1, Tina Handayani Nasution 2, Sri Indah Novianti 3

1Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

3Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya

ABSTRAK

Kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Derajat kesehatan

siswa dapat ditingkatkan dengan melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat). Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan prestasi

akademik siswa. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional

dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di 24 sekolah

dasar negeri di Kecamatan Balen yang memiliki ruang UKS. Data pada penelitian ini dianalisa dengan

menggunakan pearson corelation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan UKS 14 sekolah

dasar (58,3%) di Kecamatan adalah kurang baik, dan 10 sekolah (41,7%) telah melaksanakan

program UKS dengan baik. Sedangkan data prestasi akademik menunjukkan bahwa, prestasi

akademik siswa kelas 5 di 13 sekolah (54,17%) di Kecamatan Balen berada pada kategori rendah, dan

11 sekolah (45,83%) memiliki prestasi akademik siswa kelas 5 dalam kategori tinggi. Hasil analisa

data menunjukkan bahwa pvalue= 0,023 <0,05 sehingga H0 ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulan

bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah

dasar di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Kekuatan korelasi yang sebesar 0,462 termasuk

dalam kategori korelasi sedang dengan arah korelasi positif. Pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen

harus lebih ditingkatkan.

Kata kunci: UKS, Prestasi akademik

ABSTRACT

Health is one of the factors that affect student achievement. The health of students can be increased

by implementing the school health program (health education, health care, and create a healthy

school environment). This study aimed to find the corelation of the implementation school health

program and the academic achievement of 5th grade elementary school student in Balen District.

This study used cross sectional approach with simple random sampling technique and it was

conducted in 24 elementary schools in Balen District. The data was analyzed with pearson

corelation. The results showed that the implementation of school health program in 14 elementary

schools (58.3%) in Balen District were not good and 10 schools (41.7%) were good. While data of

academic achievement showed that the academic achievement of 5 th grade students in 13 schools

(54.17%) were low, and 11 schools (45.83%) were high. Data analysis showed that p value= 0,023

<0,05, so H0 was rejected. This result concluded that there was corelation between the

implementation of school health program and the academic achievement of 5th grade elementary

school student in Balen District Bojonegoro Regency. The correlation strength was 0,462, so it was a

moderate corelation. The implementation school health program in Balen District must be improved.

Keywords : the school health program, academic achievement

PENDAHULUAN

Anak usia sekolah adalah investasi bangsa

karena mereka adalah generasi penerus

bangsa. Sebagai calon pemimpin bangsa

mereka harus tumbuh dan berkembang

secara optimal agar menjadi sumber daya

manusia yang berkualitas, produktif, cerdas,

dan sehat sehingga bisa menjadikan bangsa

Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik

(Hadi, 2005). Namun, anak yang berada pada

pada tahap perkembangan usia sekolah

rentan mengalami berbagai masalah

kesehatan, terutama yang berkaitan dengan

kebersihan perorangan dan lingkungan.

Berdasarkan data Riskesdas (2007), tercatat 2-

20% anak usia sekolah mengalami diare, 1-2%

menderita tifus, 20% menderita ISPA, 70 %

anak usia sekolah di Papua menderita Malaria,

dan 30-40% mengalami penyakit kecacingan.

Menurut data Kementrian Kesehatan Republik

Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2009,

sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12

tahun menderita karies gigi (Wala dkk, 2013).

Timbulnya berbagai masalah kesehatan pada

anak usia sekolah dapat mempengaruhi

pencapaian prestasi akademik di sekolah.

Menurut American Journal of Public Health,

anak yang sering mengalami sakit gigi empat

kali lebih sering memiliki nilai di bawah rata-

rata karena sering tidak masuk sekolah

(Pricilla, 2014). Sunarti (2011) dalam

penelitianya juga menyatakan demikian,

tingkat absensi berhubungan positif dengan

prestasi. Kesehatan, selain mempengaruhi

intensitas siswa dalam mengukti kegiatan

belajar mengajar di sekolah juga dapat

mempengaruhi semangat siswa dalam belajar

(Syah 2010 dalam Minatun, 2011). Oleh

karena itu kesehatan anak usia sekolah harus

dijaga, ditingkatkan dan dilindungi.

Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah

mencanangkan konsep sekolah sehat (Health

Promoting School) sebagai salah satu upaya

untuk meningkatkan kesehatan anak usia

sekolah. Konsep Health Promoting School di

Indonesia dilaksanakan melalui program

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terdiri

dari pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan, dan pembinaan lingkungan

sekolah sehat (Kementerian Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar, 2012). Melalui program UKS siswa akan

ditanamkan untuk berperilaku hidup bersih

dan sehat sejak dini sehingga terhindar dari

berbagai macam penyakit (Effendi, 2009).

Pelaksanaan Health Promoting School di

setiap negara dikenal dengan nama yang

berbeda. Health Promoting School di

Indonesia dilaksanakan melalui program UKS

sedangkan di Amerika dilaksanakan melalui

program School Based Health Center (SBHC).

Penelitian mengenai hubungan pelaksanaan

SBHC dan prestasi akademik pernah dilakukan

di Amerika Serikat dan 50 distrik di Columbia.

Hasil dari penelitian tersebut menujukkan

bahwa komponen dalam SBHC secara statistik

berhubungan dengan academic achievement.

Siswa yang mendapatkan pelayanan

kesehatan dan pendidikan kesehatan di

sekolah memilki nilai matematika lebih tinggi

dan dropout (absen) lebih rendah jika

dibandingkan dengan siswa yang tidak

mendapatkan (Vinciullo et al; 2009). Hasil

rivew dari beberapa penelitian juga

menunjukkan bahwa pelaksanaan SBHC dapat

meningkatkan status kesehatan siswa dan

mempengaruhi prestasi akademik

(Geierstanger et al; 2004).

Di Indonesia program UKS sudah lama

ditetapkan oleh pemerintah, namun sampai

saat ini pelaksanaannya masih belum

maksimal. Menurut data dari Pusat

Pengembangan Jasmani Depdiknas, baru

sekitar 60% sekolah dasar yang memiliki UKS

dan dari jumlah tersebut baru 70% sekolah

yang menjalankan program UKS (Depkes RI,

2007). Berdasarkan hasil pengamatan yang

dilakukan oleh Tim Pembina UKS pusat

diketahui bahwa masih banyak sekolah yang

belum melaksanakan UKS secara baik dan

benar serta koordinasi yang terjalin antara

Tim Pembina UKS di setiap janjang masih

belum baik (Kementerian Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar, 2012).

Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan

Bojonegoro, 776 Sekolah Dasar Negeri yang

ada di Kabupaten Bojonegoro belum

semuanya memiliki UKS yang memadai. Dari

hasil studi pendahuluan diketahui bahwa

masih ada sekolah dasar di Kecamatan Balen

yang belum memiliki ruang UKS dan masih

banyak sekolah yang belum melaksanakan

program UKS dengan baik. Karena itulah

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang hubungan pelaksanaan UKS dengan

prestasi akademik siswa. Sebelum melakukan

penelitian, peneliti melakukan studi

pendahuluan dengan membandingkan 2

sekolah dasar di Kecamatan Balen yang telah

melaksanakan program UKS dengan baik dan

kurang baik. Dari studi pendahuluan tersebut

didapatkan data bahwa siswa kelas 5 di

sekolah yang telah menjalankan program UKS

dengan baik memiliki nilai rata-rata Ulangan

Tengah Semester (UTS) lebih tinggi

dibandingkan dengan sekolah yang

menjalankan program UKS kurang baik yaitu

76, 94 dan 76,25.

Berdasarkan data diatas peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang

hubungan pelaksanaan UKS dengan prestasi

akademik siswa kelas 5 sekolah dasar di

Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha

Kesehatan Sekolah dengan prestasi akademik

siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan

Balen Kabupaten Bojonegoro.

Penelitian ini bermanfaat secara teoritis

maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini

diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai hubungan pelaksanaan Usaha

Kesehatan Sekolah dengan pretasi akademik

pada siswa. Secara praktis dapat dijadikan

sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas

mengenai pelaksnaan UKS di masa yang akan

datang, mengevalusi pelaksnaaan UKS yang

telah dilaksanakan di sekolah dan mengetahui

kegiatan apa saja yang perlu ditingkatkan.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian penelitian

kuantitatif yang bersifat observasional analitik

dengan pendekatan cross sectional (Alimul,

2007). Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan

Balen yang sudah memiliki ruang UKS, yaitu

sebanyak 26 sekolah. Besar sampel

didapatkan sebesar 24 sekolah dengan

menggunakan Simple Random Sampling.

Kriteria inklusi sekolah yaitu, sekolah dasar

negeri di wilayah Kecamatan Balen yang

sudah memiliki ruang UKS dan bersedia

menjadi sampel dalam penelitian. Penelitian

ini dilakukan pada bulan Februari 2015.

Variabel independen dan dependen penelitian

ini adalah pelaksanaan Usaha Kesehatan

Sekolah dan prestasi akademik siswa kelas 5.

Instrumen yang digunakan untuk menetahui

pelaksanaan UKS pada penelitian ini adalah

kuesioner yang terdiri dari 15 tentang

pelaksanaan TRIAS UKS (pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan, dan

pembinaan lingkungan sekolah sehat) yang

sudah diuji validitas dan realibilitasnya.

Petugas UKS cukup memberikan salah satu

pilihan jawaban yang tersedia dan masing-

masing jawaban akan mendapatkan skor

sebagai berikut: “selalu” skor 3, “kadang-

kadang” skor 2, dan “tidak pernah” skor 1.

Pelaksanaan UKS di kategorikan menjadi yaitu

baik bila memiliki skor diatas rerata (mean)

dan kurang baik bila dibawah rerata.

Sedangkan variabel dependen atau prestasi

akademik siswa kelas 5 diketahui dengan

menggunakan rekap nilai aspek pengetahuan

siswa selama semester ganjil tahun ajaran

2013/2015 dan di kategorikan menjadi 2

yaitu prestasi akademik tinggi bila nilai rerata

kelas diatas rerata (mean) dan prestasi

akademik rendah jika nilai rerata kelas yang

didapat dibawah rerata. Data yang diperoleh

selanjutnya dianalisis dengan menggunakan

korelasi pearson untuk mengetahui hubungan

pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik

siswa kelas 5.

HASIL

Distribusi data petugas UKS pada penelitian

ini meliputi: jenis kelamin dan usia.

Gambar 1.1 Karakteristik Jenis Kelamin

Petugas UKS Tingkat Sekolah

Dasar Di Kecamatan Balen

Kabupaten Bojonegoro

Tabel 1.1 Distribusi Usia Petugas UKS Tingkat

Sekolah Dasar Di Kecamatan Balen

Kabupaten Bojonegoro

Ket N Min Max Mean SD Me dian

Mo dus

Usia 24 28 57 42,7 3,5 47 49

24 petugas UKS di Kecamatan Balen yang

menjadi responden dalam penelitian ini 10

(58%) berjenis kelamin laki-laki, dan usia

petugas UKS termuda adalah 24 tahun dan

tertua adalah 57 tahun.

Tabel 1.2 Distribusi Pelaksanaan TRIAS UKS

Tingkat Sekolah Dasar Di

Kecamatan Balen Kabupaten

Bojonegoro

TRIAS UKS Mean SD Jumlah sekolah

F %

Pendidikan kesehatan

12,5 1,41 15 62,5

Pelayanan kesehatan 16,41 1,10 12 50

Pembinaan lingkungan sekolah sehat

9,2 1,41 13 54,16

Tabel 1.3 Distribusi Pelaksanaan UKS

Tingkat Sekolah Dasar Di

Kecamatan Balen Kabupaten

Bojonegoro

Pelaksnaan UKS Mean N %

Baik 38,12 10 41,7

Kurang Baik 14 58,3

Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner

tentang pelaksanaan TRIAS UKS di Kecamatan

Balen diketahui bahwa dari 24 sekolah, 15

(62,5%) telah melaksanakan pendidikan

kesehatan dengan baik, 12 (50%) sekolah

melaksanakan pelayanan kesehatan dengan

baik, dan 13 (54,16%) sekolah melaksanakan

pembinaan lingkungan sekolah dengan baik.

Secara keseluruhan pelaksanaan UKS di

Kecamatan Balen di ketahui bahwa dari 24

sekolah ada 14 (58,3%) sekolah yang

melaksanakan program UKS masih kurang

baik dan 10 (41,7%) telah melaksanakan

program UKS dengan baik.

58%

42%

Laki-laki (14)

Perempuan(10)

Tabel 1.4 Prestasi Akademik Kelas 5 Sekolah

Dasar Semester Ganjil Tahun

Ajaran 2013/2015 Di Kecamatan

Balen Kabupetn Bojonegoro

Prestasi Akademik Mean N %

Tinggi 79,16 11 45,83

Rendah 13 54,17

Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan

nilai rata-rata kelas 5 di Kecamatan Balen

diketahui bahwa dari 24 sekolah terdapat 13

(54,17%) sekolah yang memiliki prestasi

akademik kelas 5 dalam kategori rendah dan

11 (45,83%) sekolah memiliki prestasi

akademik kelas 5 tinggi.

Hasil uji hipotesis Pearson Correlation dengan

tingkat kepercayaan sebesar 95% (α= 0,05%)

di dapatkan nilai p value sebesar 0,023 dan

nilai korelasi (r) sebesar 0,462. Nilai p<0,05

dapat disimpulkan bahwa h0 di tolak yang

berarti terdapat hubungan antara

pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik

siswa. Sedangkan kekuatan korelasi (r)

sebesar 0,462 menunjukkan bahwa kedua

variabel memiliki korelasi sedang (0.40-0.599)

(Dahlan, 2009).

PEMBAHASAN

Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah

Data pelaksanaan UKS tingkat sekolah dasar di

Kecamatan Balen didapatkan melalui

kuesioner yang telah di isi oleh 24 petugas

UKS di masing-masing sekolah yang menjadi

responden dalam penelitian. Kuesioner

tersebut berisi 15 item pertanyaan tentang

pelaksnaaan TRIAS UKS yang masing-masing

terdiri dari: 5 pertanyaan tentang pendidikan

kesehatan), 6 pertanyaan tentang

pelayananan kesehatan, dan 4 pertanyaan

tentang pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Data hasil rekapitulasi jawaban kuesioner

tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan di

ketahui bahwa dari 24 sekolah, terdapat 22

(91,7%) sekolah yang setiap satu bulan sekali

selalu memberikan pendidikan kesehatan

tentang pentingnya menjaga kebersihan diri

kepada siswa, 1 (4,17%) sekolah yang setiap

satu bulan sekali selalu melaksanakan

pendidikan kesehatan tentang ciri-ciri makan

yang sehat, 22 (91,7%) sekolah yang setiap

satu bulan sekali selalu memberikan

pendidikan kesehatan tentang pentingnya

sarapan sebelum berangkat sekolah, dan 3

(12,5%) sekolah yang setiap satu bulan sekali

selalu memberikan pendidikan kesehatan

tentang cara penularan dan bahaya dari

penyakit menular.

Sedangkan hasil rekapitulasi jawaban

kuesioner tentang pelaksanaan pelayanan

kesehatan diketahui bahwa dari 24 sekolah,

terdapat 13 (54,17%) sekolah yang setiap

tahun ajaran baru selalu melaksanakan

screening kesehatan, 13 (54,17%) sekolah

setiap 6 bulan selalu melakukan

pemeriksanaan berkala (gigi, telinga, dan

mata), 24 (100%) sekolah setiap satu tahun

selalu melaksanakan imunisasi kepada siswa,

23 (95,83%) sekolah setiap 6 bulan selalu

memantau TB dan BB siswa, 14 (58, 33%)

sekolah selalu memberikan perawatan di UKS

jika ada siswa yang sakit, dan 21 (87,5%)

sekolah selalu membawa siswa ke puskesmas

jika tidak dapat dilakukan perawatan di UKS.

Hasil rekapitulasi jawaban tentang

pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah

sehat diketahui bahwa dari 24 sekolah,

terdapat 6 (24%) sekolah yang setiap hari

selalu memantau kebersihan kamar mandi

sekolah, 11 (45,83%) sekolah setiap satu

minggu selalu melaksanakan kegiatan jumat

bersih, 2 (8,33%) sekolah setiap satu minggu

selalu melaksanakan kegiatan pemberantasan

sarang nyamuk, dan 16 sekolah (66,7%)

sekolah setiap hari selalu memantau

kebersihan lingkungan sekolah.

Pelaksanaan TRIAS UKS di Kecamatan Balen

berdasarkan diketahui bahwa dari 24 sekolah,

15 (62,5%) sekolah memiliki skor pelaksanaan

pendidikan kesehatan lebih dari rerata, 12

(50%) sekolah memiliki skor pelaksanaan

pelayanan kesehatan lebih dari rerata, dan 13

(54,16%) sekolah memiliki skor pelaksanaan

pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih

dari rerata. Secara keseluruhan pelaksanaan

UKS tingkat sekolah dasar di Kecamatan Balen

diketahui bahwa dari 24 sekolah, 14 (58,3%)

sekolah melaksanakan UKS dengan kurang

baik.

Banyaknya sekolah dasar di Kecamatan Balen

yang belum melaksanakan UKS dengan baik

disebabkan karena beberapa hal seperti

minimnya sarana dan prasarana, guru UKS

belum terlatih, kurangnnya pembinaan dan

supervisi dari Tim Pembina UKS (Laporan Tim

Pelaksana UKS Sekolah di Kecamatan Balen,

2013). Hasil penelitian ini didukung oleh

peryataan Tampubolon (2013), yang

menyatakan bahwa ada banyak faktor yang

menyebabkan belum maksimalnya

pelaksanaan program UKS yaitu belum adanya

komitmen dari guru, faktor sarana dan

prasarana yang masih terbatas, tenaga UKS

yang masih belum terlatih, kurangnya

keperdulian untuk melaksanakan program

UKS serta belum optimalnya peran

pemerintah dalam pelaksanaan program UKS.

Kepala sekolah dan guru selaku Tim Pelaksana

UKS di sekolah memiliki tugas dan peran yang

sangat penting dalam melaksanakan dan

mempromosikan kesehatan di sekolah. Peran

dan tugas mereka sebagai Tim Pelaksana UKS

di sekolah diantaranya adalah: 1)

Menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi

para murid, misalnya kebersihan diri; 2)

Melaksanakan bimbingan dan pengamatan

kesehatan dengan cara mengadakan

pemeriksaan secara umum; 3) Melakukan

P3K, mengukur tinggi badan dan berat

badan.;4) Melakukan deteksi dini terhadap

penyakit-penyakit yang terjadi kepada murid

dan memberikan obat sederhana; 5)

Melakukan rujukan bila perlu; 6)

Mengkoordinasikan dan menggerakkan

masyarakat disekitar sekolah untuk

meningkatkan dan memelihara kebersihan

sekolah dan masyarakat; 7) Menjadi contoh

bagi murid-muridnya dalam hal kesehatan

misalnya kerapihan dalam berpakaian, tidak

merokok, dan tidak minum-minuman

berakohol (Ribka dkk, 2012). Agar dapat

menjalankan peran dan tugasnya dengan baik

petugas UKS di sekolah harus memperoleh

pelatihan dan pembinaan dari puskesmas

setempat serta mendapatkan buku-buku

pedoman kesehatan (Notoadmodjo, 2005).

Program UKS di sekolah-sekolah akan berjalan

sesuai dengan rencana apabila dilaksanakan

pengendalian dan pengawasan secara

berjenjang oleh seluruh Tim Pelaksana UKS

(tingkat kecamatan sampai pusat) dan Tim

Pelaksana UKS sekolah. Upaya tersebut dapat

dilakukan melalui kegiatan monitoring,

evaluasi dan pelaporan untuk mengetahui

sampai sejauh mana manfaat maupun

keberhasilan dari program yang telah

dilaksanakan, mengetahui kendala atau

hambatan, mengetahui penyimpangan-

penyimpangan yang mungkin terjadi baik

pada tahap perencanaan pelaksanaan

program dan pencapaian dari kegiatan yang

dilaksanakan (Kementerian Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar, 2012).

Prestasi Akademik Siswa Kelas 5

Hasil penelitian mengenai prestasi akademik

siswa kelas 5 sekolah dasar pada semester

ganjil tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan

Balen Kabupaten Bojonegoro diketahui bahwa

dari 24 sekolah, terdapat 13 (54, 17%) sekolah

yang memiliki prestasi akademik siswa kelas 5

dalam kategori rendah. Banyaknya sekolah

yang rerata prestasi akademik siswanya

rendah salah satunya dapat disebabkan oleh

pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen masih

kurang baik sehingga berpengaruh terhadap

tingkat kesehatan siswa. Selama Bulan Juli-

Desembar 2014 rerata prosentase sakit siswa

kelas 5 di SDN di Kecamatan Balen adalah 0,5

%. Menurut Oktaferani (2013), prosentase

absen siswa dalam satu tahun dikatakan baik

apabila tidak lebih dari 1%.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat

yang dikemukakan oleh Bloom dalam Azwar

(2002) yang menyatakan bahwa secara umum

prestasi akademik pada seseorang dapat

dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal

dan eksternal. Salah satu faktor internal yang

berpengaruh terhadap presrasi akademik

adalah kesehatan. Kesehatan dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa

dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Selain itu, berfungsinya alat panca indera

dengan baik juga bisa menjadi salah satu

faktor yang mempengaruhi kemampuan

belajar siswa terutama indera penglihatan dan

pendengaran. Karena sebagian besar apa yang

dipelajari oleh manusia, dipelajari melalui

penglihatan dan pendengaran (Syah, 2010;

Wijayanto, 2001).

Perawat Komunitas (perawat kesehatan

sekolah) memiliki andil dalam meningkatkan

prestasi akademik siswa karena memiliki

tugas dan untuk meningkatkan status

kesehatan siswa. Ada 3 peran yang harus

dijalankan oleh perawat kesehatan sekolah

yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan

di sekolah, sebagai pengelola kegiatan UKS,

dan sebagai penyuluh dalam bidang

kesehatan (Effendi, 2009).

Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di

sekolah perawat mempunyai peran untuk: 1)

Mengkaji masalah kesehatan dan

keperawatan peserta didik dengan melakukan

pengumpulan data, analisis data, serta

perumusan masalah prioritas; 2) Menyusun

rencana kegiatan UKS bersama Tim Pembina

UKS di Sekolah (TPUKS); 3) Melaksanakan

kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan

yang disusun; 4) Menilai dan memantau hasil

kegiatan UKS; 5) Mencatat dan melaporkan

sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan

(Effendi, 2009).

Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat

kesehatan yang bertugas di puskesmas

menjadi salah satu dari anggota TPUKS atau

dapat juga ditunjuk sebagai koordinator UKS

di tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan

ditunjuk sebagai koordinator maka

pengelolaan UKS menjadi tanggung jawabnya

atau paling tidak terlibat dalam pengelola UKS

(Effendi, 2009).

Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,

perawat kesehatan sekolah memiliki peran

untuk memberikan penyuluhan kesehatan

secara langsung (melalui penyuluhan

kesehatan yang bersifat umum dan klasikal)

atau tidak langsung sewaktu melakukan

pemeriksaan kesehatan peserta didik secara

perorangan (Effendi, 2009).

Hubungan Pelaksanaan Usaha Kesehatan

Sekolah dengan Prestasi Akademik

Menurut uji statistik yang dilakukan diperoleh

nilai signifikasi sebsar 0,023 yang

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

antara pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah

dengan prestasi akademik siswa kelas 5 SD.

Nilai korelasi pearson sebesar 0,462

menujukkan hubungan korelasi sedang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh

Vinciullo (2009), yang menyatakan bahwa

pelaksanaan Coordinated Shcool Health

Program (CSHP) secara signifikan

berhubungan dengan academic achievment.

Siswa yang mendapatkan pendidikan

kesehatan dan pelayanan kesehatan

mendapatkan nilai matematika lebih tinggi

dan nilai dropout (sakit) lebih rendah.

UKS memiliki 3 program pokok (TRIAS UKS)

yang harus dijalankan yaitu pendidikan

kesehatan, pelayanan kesehatan, dan

pembinaan lingkungan sekolah sehat.

Pedidikan kesehatan di sekolah dapat

dilakukan secara intrakulikuler dan

ektrakurikuler. Pelaksanaan pelayanan

kesehatan di sekolah umumnya bersifat

promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.

Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah

sehat dapat dilaksanakan melalui beberapa

kegiatan diantaranya yaitu program 7K dan

PSN (Kementerian Pendidikan Dan

Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Dasar, 2012).

Pendidikan kesehatan adalah upaya yang

diberikan berupa bimbingan dan atau

tuntunan kepada peserta didik tentang

kesehatan yang meliputi seluruh aspek

kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial)

agar kepribadiannya dapat tumbuh dan

berkembang dengan baik (Kementerian

Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Dengan

memberikan pendidikan kesehatan kepada

siswa maka mereka akan memiliki

pengetahuan tentang kesehatan dan

menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat

(PHBS) dalam kehidupan sehari-harinya

misalnya membiasakan sarapan sebelum

berangkat ke sekolah.

Banyak penelitian sebelumnya yang telah

membuktikan pentingnya sarapan pagi dan

pengaruhnya terhadap kondisi tubuh dan

aktivitas seseorang, terutama anak-anak.

Penelitian yang dilakukan oleh Muh Syahnur

dkk (2013), menunjukkan bahwa terdapat

hubungan antara kebiasaan sarapan pagi

dengan prestasi anak di SDN 20 Pangkajene

Sidrap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Minatun (2011), juga menunjukkan bahwa

rata-rata nilai siswa yang rutin sarapan pagi

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

tidak rutin sarapan pagi. Sarapan pagi sangat

penting dilakukan oleh anak usia sekolah

karena dapat meningkatkan kadar glukosa

darah dan konsentrasi (Faridi, 2002).

Selain pendidikan kesehatan, pelayanan

kesehatan juga perlu dilaksanakan di sekolah

karena dengan adanya pelayanan kesehatan

maka daya tahan tubuh siswa akan

meningkat, angka kesakitan siswa menurun,

serta dapat mendeteksi kelainan sejak dini

serta mencegah komplikasi pada siswa

(Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012).

Ada beberapa kegiatan dalam pelayanan

kesehatan di sekolah diantaranya adalah

pemantauan status gizi siswa dengan

melakukan pengukuran tinggi badan dan

berat badan serta pemeriksanaan gigi, telinga,

dan mata secara berkala setiap 6 bulan sekali.

Guru selaku Tim Pelaksana UKS di sekolah

perlu melakukan pemantauan terhadap status

gizi siswa setiap 6 bulan sekali karena status

gizi dapat mempengaruhi prestasi akademik.

Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang

dilakukan oleh Himmah (2010) pada anak

Sekolah Dasar di Bekasi, yang menunjukkan

bahwa prestasi belajar siswa kurang ternyata

lebih banyak terjadi pada siswa dengan status

gizi kurang dibandingkan siswa dengan status

gizi normal. Penelitian yang dilakukan oleh

Sa’adah (2013), juga menunjukkan bahwa

terdapat hubungan antara status gizi dengan

prestasi belajar siswa kelas I-V di Sekolah

Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota

Padang Panjang. Seorang anak yang

mengalami gizi buruk akan mudah menderita

penyakit infeksi sehingga mempengaruhi

kehadirannya di sekolah yang akhirnya akan

menyebabkan mereka tertinggal dalam proses

pembelajaran dan mempengaruhi hasil

belajarnya (Sorhaindo dan Feinstein, 2006

dalam Sa’adah 2013).

Selain pemantauan status gizi, pemeriksanaan

(gigi, telinga, dan mata) setiap 6 bulan sekali

juga penting untuk dilakukan. Dengan

melakukan pemeriksanaan secara rutin dapat

diketahui masalah-masalah kesehatan yang

dialami oleh siswa sehingga dapat dilakukan

penganganan sejak dini karena adanya

gangguan penglihatan dan pendengaran

dapat mempengaruhi prestasi siswa.

Penelitian yang dilakukan Irmawati (2010),

menunjukkan bahwa terdapat hubungan

bermakna antara gangguan pendengaran

dengan skor prestasi bahasa Indonesia (p=

0,007) dan skor prestasi Matematika (p=

0,025). Hal ini disebabkan karena adanya

gangguan pada indera pendengaran dapat

mengganggu proses belajar siswa dan hal

tersebut dapat mempengaruhi prestasi

belajar nya. Penelitian yang dilakukan oleh

Rumondor dkk (2014), juga menunjukkan

bahwa terdapat hubungan yang signifikan

antara kelainan refraksi dengan prestasi

belajar siswa. Kesehatan mata pada anak di

usia sekolah menjadi salah satu faktor yang

yang menentukan prestasi belajar. Hal ini

disebabkan karena kelainan refraksi dapat

mengganggu proses penerimaan informasi

anak saat belajar.

Kegiatan TRIAS UKS lainya yang harus

dilakukan untuk meningkatkan kesehatan

siswa adalah melakukan pembinaan

lingkungan sekolah sehat. Pembinaan

lingkungan sekolah sehat memiliki tujuan

untuk mewujudkan lingkungan sehat di

sekolah yang memungkinkan setiap warga

sekolah mencapai derajat kesehatan setinggi-

tingginya dalam rangka mendukung

tercapainya proses belajar yang maksimal bagi

setiap peserta didik (Kementerian Pendidikan

Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar, 2012).

Lingkungan sekolah yang kotor dapat

mengganggu konsentrasi siswa saat kegiatan

belajar mengajar berlangsung akibat bau

sampah yang membusuk. Selain itu,

lingkungan sekolah yang kotor juga bisa

menjadi tempat berkembangnya berbagai

macam bakteri dan kuman penyebab

penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Pranoto (1995 dalam Rahayu dkk, 2010) di

Batam menunjukkan bahwa larva penyebab

demam berdarah banyak ditemukan pada

kontainer di sekolah karena tidak adanya yang

bertanggung jawab untuk membersihkan

tempat penampungan air di sekolah.

Kesimpulan

Berdasarkan tujuan khusus penelitian tentang

hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan

Sekolah dengan prestasi akademik siswa kelas

5 di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro

ddapat disimpulkan bahwa dari 24 sekolah,

masih terdapat 14 (58,3%) sekolah yang

melaksanakan UKS dengan kurang baik, 13

(54, 17%) sekolah memiliki prestasi akademik

siswa kelas 5 dalam kategori rendah. Hasil uji

hipotesis Pearson Correlation di dapatkan nilai

p value sebesar 0,023 dan nilai korelasi (r)

sebesar 0,462.

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, H.A. 2007. Metode Penelitian

Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.

Jakarta Salemba Medika.

Ananto, P. 2006. Usaha Kesehatan Sekolah di

Sekolah Dasar dan Madrasah

Ibtidaiyah. Bandung; Yrama Widya

Agustin, M. 2013. Efektivitas Metode Peer

Education Dalam Meningkatkan

Pengetahuan PHBS (Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat) Di SDN Pule II Modo

Kabupaten Lamongan. Tugas Akhir.

Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.

Azwar, S. 2002. Tes prestasi: Fungsi

Pengembangan Pengukuran Prestasi

Belajar. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.

Dargo, A. 2013. Skripsi:Survei Pelaksanaan

Usaha Kesehatan Sekolah Di SMA Se

Kabupaten Purbalingga. Skripsi.

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang.

Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan

Komunitas: Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Effendy, N.1998. Dasar-Dasar Keperawatan

Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC.

Faridi, A. 2002. Skripsi: Hubungan Sarapan

Pagi Dengan Kadar Glukosa Darah Dan

Konsentrasi Belajar Pada Siswa SD.

Bogor: GMSK Faperta IPB

Geierstanger S P, Amaral G, Mansour M, and

Walters S R; Articles: School Based

Health Centers and Academic

Performance: Research, Challenges, and

Recommendations. Journal of School

Health 2004;74 :347-352

Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan

Implikasinya Terhadap Kebijakan

Pembangunan Kesehatan Nasional.

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

Fakultas Kedokteran UGM. Yogjakarta,

(Online) (www.gizi.net, diakses pada 8

Oktober 2014)

Himmah, E.F. 2010. Skripsi: Hubungan Status

Gizi dan Faktor-Faktor Penentu Lainnya

dengan Prestasi Belajar Pada Siswa

Kelas 3, 4, 5, dan 6 di SD Marga Mulya

III Bekasi Tahun 2010. Jakarta: UIN

Syarif Hidayatullah

Irmawati, D. 2010. Skripsi: Hubungan

Gangguan Pendengaran Dengan

Prestasi Belajar Siswa(Studi Kasus Pada

Siswa Kelas V SD Di Kota Semarang).

Program Pendidikan Sarjana

Kedokteran Fakultas Kedokteran

Universitas Diponegoro.

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

2012. Pedoman Pelaksanaan UKS Di

Sekolah. Jakarta .

Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.

2012. Pedoman Pembinaan dan

Pengembangan UKS Di Sekolah. Jakarta

.

Lestasri, E. 2013. Hubungan Perilaku Hidup

Bersih Dan Sehat, Konsumsi Pangan,

Statusanemia Dan Prestasi Belajar Pada

Remaja Putri Smpn 27 Di Kelurahan

Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.

Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Maslihah, S. 2011. Jurnal Psikologi Undip Vol.

10, No.2: Studi Tentang Hubungan

Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di

Lingkungan Sekolah Dan Prestasi

Akademik Siswa Smpit Assyfa Boarding

School Subang Jawa Barat. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Minatun. 2011. Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Prestasi Belajar

Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri 02

Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun

Ajaran 2010/2011. Jakarta: Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Muscari, M.E. 2005. Keperawatan Pediatrik.

Jakarta; EGC

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan

Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.

Jakarta.

2005, Promosi Kesehatan (Teori

dan Praktek). Jakarta: PTRineka Cipta.

. 2008. Promosi Kesehatan Di

Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

. 2010. Promosi Kesehatan

Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Oktaferani, W. 2013. Skrispi: Pelaksanaan

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di Sd

Se-Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus

Tahun 2012/2013. Pendidikan Jasmani

Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

Potter & Perry. 2005. Fundamental

Keperawatan: Konsep, Proses, dan

Praktik Edisi 4. Jakarta: ECG

Pricilla. 2014. Sakit Gigi Turunkan Prestasi

Belajar, (Online),

(http://www.parenting.co.id/article/u

sia.sekolah/sakit.gigi.turunkan.prestas

i.belajar/001/004/297, diakses

tanggal 9 Oktober 2014).

Qohar. 2000. Prestasi Belajar Akademik,

(Online)

(http://www.prestasi+akademik_/

belajarnews/235/saq8/html, diakses

tanggal 20 Oktober 2014).

Rahayu dkk. 2010. Studi Kohortkejadian

Penyakit Demam Berdarah Dengue.

Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26,

No. 4, Desember 2010

Ribka dkk. 2012. Analisis Pelaksanaan Tiga

Program Pokok Usaha Kesehatan

Sekolah (TRIAS UKS) Tingkat Sekolah

Dasar Kecamatan Blimbing Kota

Malang. The Indonesian Journal of

Public Health,Vol. 9 No. 1, Juli 2012:

51–66

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan

Nasional 2007. Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.

Rohayati. 2014. Unnes Journal of Public

Health: Faktor Yang Berhubungan

Dengan Penyelenggaraan Program

Makan Siang Di SD Al Muslim Tambun.

Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang.

Rumondor, N.E dkk. 2014. Hubungan Kelainan

Refraksi Dengan Prestasi Belajar Anak

Di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado.

Ilmu Kesehatan Mata Fakultas

Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Manado

Sa’adah dkk. 2014. Artikel Penelitian:

Hubungan Status Gizi dengan Prestasi

Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01

Guguk Malintang Kota Padangpanjang.

Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)

Sastroasmoro, S & Ismael, S. 2008. Dasar-

Dasar Metodologi Penelitian Klinis.

Jakarta; CV Sagung Seto.

Sunarti. 2011. Jurnal: Pengaruh Tingkat

Absensi Terhadap Prestasi Belajar

Siawa Kelas II Di SDN Manunggal

Kecamatan Ngusikan Kabupaten

Jombang: Universitas Gresik

Tampubolon, E. 2013. Gambaran

Pengetahuan Guru SD Dalam

Pelaksanaan Program Uks Di SD Negeri

101810 Biru-Biru Kec. Biru-Biru Kab. Deli

Serdang Tahun 2013. Jurnal Basic

Health Community STIKES Deli Husada

Delitua Volume 2 Edisi II November

2013.

Tu’u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan

Prestasi Siswa. Jakarta; Grasindo.

Undang Undang Republik Indonesia. Nomor

23 tahun 1992 pasal 45 tentang

Kesehatan. Jakarta

Vinciullo F M and Bradley B. Research Article A

Correlational Study of the Relationship

Between a Coordinated School Health

Program and School Achievement: A

Case for School Health. The Journal of

School Nursing 2009; 25: 453-465

Wala dkk. 2013. Gambaran Status Karies Gigi

Anak Usia 11-12 Tahun Pada Keluarga

Pemegang Jamkesmas Di Kelurahan

Tumatangtang I Kecamatan Tomohon

Selatan: Fakultas Kedokteran

Universitas Sam Ratulangi Manado