Maja Lah
-
Upload
s-indah-novianti -
Category
Documents
-
view
8 -
download
4
description
Transcript of Maja Lah
HUBUNGAN PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI AKADEMIK SISWA
KELAS 5 SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO
Setyoadi 1, Tina Handayani Nasution 2, Sri Indah Novianti 3
1Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya 2Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
3Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Brawijaya
ABSTRAK
Kesehatan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik siswa. Derajat kesehatan
siswa dapat ditingkatkan dengan melaksanakan program Usaha Kesehatan Sekolah (pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan pembinaan lingkungan sekolah sehat). Tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dengan prestasi
akademik siswa. Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan pendekatan Cross Sectional
dengan teknik pengambilan sampel simple random sampling. Penelitian ini dilakukan di 24 sekolah
dasar negeri di Kecamatan Balen yang memiliki ruang UKS. Data pada penelitian ini dianalisa dengan
menggunakan pearson corelation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan UKS 14 sekolah
dasar (58,3%) di Kecamatan adalah kurang baik, dan 10 sekolah (41,7%) telah melaksanakan
program UKS dengan baik. Sedangkan data prestasi akademik menunjukkan bahwa, prestasi
akademik siswa kelas 5 di 13 sekolah (54,17%) di Kecamatan Balen berada pada kategori rendah, dan
11 sekolah (45,83%) memiliki prestasi akademik siswa kelas 5 dalam kategori tinggi. Hasil analisa
data menunjukkan bahwa pvalue= 0,023 <0,05 sehingga H0 ditolak. Hasil tersebut dapat disimpulan
bahwa terdapat hubungan antara pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik siswa kelas 5 sekolah
dasar di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro. Kekuatan korelasi yang sebesar 0,462 termasuk
dalam kategori korelasi sedang dengan arah korelasi positif. Pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen
harus lebih ditingkatkan.
Kata kunci: UKS, Prestasi akademik
ABSTRACT
Health is one of the factors that affect student achievement. The health of students can be increased
by implementing the school health program (health education, health care, and create a healthy
school environment). This study aimed to find the corelation of the implementation school health
program and the academic achievement of 5th grade elementary school student in Balen District.
This study used cross sectional approach with simple random sampling technique and it was
conducted in 24 elementary schools in Balen District. The data was analyzed with pearson
corelation. The results showed that the implementation of school health program in 14 elementary
schools (58.3%) in Balen District were not good and 10 schools (41.7%) were good. While data of
academic achievement showed that the academic achievement of 5 th grade students in 13 schools
(54.17%) were low, and 11 schools (45.83%) were high. Data analysis showed that p value= 0,023
<0,05, so H0 was rejected. This result concluded that there was corelation between the
implementation of school health program and the academic achievement of 5th grade elementary
school student in Balen District Bojonegoro Regency. The correlation strength was 0,462, so it was a
moderate corelation. The implementation school health program in Balen District must be improved.
Keywords : the school health program, academic achievement
PENDAHULUAN
Anak usia sekolah adalah investasi bangsa
karena mereka adalah generasi penerus
bangsa. Sebagai calon pemimpin bangsa
mereka harus tumbuh dan berkembang
secara optimal agar menjadi sumber daya
manusia yang berkualitas, produktif, cerdas,
dan sehat sehingga bisa menjadikan bangsa
Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik
(Hadi, 2005). Namun, anak yang berada pada
pada tahap perkembangan usia sekolah
rentan mengalami berbagai masalah
kesehatan, terutama yang berkaitan dengan
kebersihan perorangan dan lingkungan.
Berdasarkan data Riskesdas (2007), tercatat 2-
20% anak usia sekolah mengalami diare, 1-2%
menderita tifus, 20% menderita ISPA, 70 %
anak usia sekolah di Papua menderita Malaria,
dan 30-40% mengalami penyakit kecacingan.
Menurut data Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia (Kemenkes RI) tahun 2009,
sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12
tahun menderita karies gigi (Wala dkk, 2013).
Timbulnya berbagai masalah kesehatan pada
anak usia sekolah dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi akademik di sekolah.
Menurut American Journal of Public Health,
anak yang sering mengalami sakit gigi empat
kali lebih sering memiliki nilai di bawah rata-
rata karena sering tidak masuk sekolah
(Pricilla, 2014). Sunarti (2011) dalam
penelitianya juga menyatakan demikian,
tingkat absensi berhubungan positif dengan
prestasi. Kesehatan, selain mempengaruhi
intensitas siswa dalam mengukti kegiatan
belajar mengajar di sekolah juga dapat
mempengaruhi semangat siswa dalam belajar
(Syah 2010 dalam Minatun, 2011). Oleh
karena itu kesehatan anak usia sekolah harus
dijaga, ditingkatkan dan dilindungi.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) telah
mencanangkan konsep sekolah sehat (Health
Promoting School) sebagai salah satu upaya
untuk meningkatkan kesehatan anak usia
sekolah. Konsep Health Promoting School di
Indonesia dilaksanakan melalui program
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang terdiri
dari pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan, dan pembinaan lingkungan
sekolah sehat (Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, 2012). Melalui program UKS siswa akan
ditanamkan untuk berperilaku hidup bersih
dan sehat sejak dini sehingga terhindar dari
berbagai macam penyakit (Effendi, 2009).
Pelaksanaan Health Promoting School di
setiap negara dikenal dengan nama yang
berbeda. Health Promoting School di
Indonesia dilaksanakan melalui program UKS
sedangkan di Amerika dilaksanakan melalui
program School Based Health Center (SBHC).
Penelitian mengenai hubungan pelaksanaan
SBHC dan prestasi akademik pernah dilakukan
di Amerika Serikat dan 50 distrik di Columbia.
Hasil dari penelitian tersebut menujukkan
bahwa komponen dalam SBHC secara statistik
berhubungan dengan academic achievement.
Siswa yang mendapatkan pelayanan
kesehatan dan pendidikan kesehatan di
sekolah memilki nilai matematika lebih tinggi
dan dropout (absen) lebih rendah jika
dibandingkan dengan siswa yang tidak
mendapatkan (Vinciullo et al; 2009). Hasil
rivew dari beberapa penelitian juga
menunjukkan bahwa pelaksanaan SBHC dapat
meningkatkan status kesehatan siswa dan
mempengaruhi prestasi akademik
(Geierstanger et al; 2004).
Di Indonesia program UKS sudah lama
ditetapkan oleh pemerintah, namun sampai
saat ini pelaksanaannya masih belum
maksimal. Menurut data dari Pusat
Pengembangan Jasmani Depdiknas, baru
sekitar 60% sekolah dasar yang memiliki UKS
dan dari jumlah tersebut baru 70% sekolah
yang menjalankan program UKS (Depkes RI,
2007). Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan oleh Tim Pembina UKS pusat
diketahui bahwa masih banyak sekolah yang
belum melaksanakan UKS secara baik dan
benar serta koordinasi yang terjalin antara
Tim Pembina UKS di setiap janjang masih
belum baik (Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, 2012).
Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan
Bojonegoro, 776 Sekolah Dasar Negeri yang
ada di Kabupaten Bojonegoro belum
semuanya memiliki UKS yang memadai. Dari
hasil studi pendahuluan diketahui bahwa
masih ada sekolah dasar di Kecamatan Balen
yang belum memiliki ruang UKS dan masih
banyak sekolah yang belum melaksanakan
program UKS dengan baik. Karena itulah
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang hubungan pelaksanaan UKS dengan
prestasi akademik siswa. Sebelum melakukan
penelitian, peneliti melakukan studi
pendahuluan dengan membandingkan 2
sekolah dasar di Kecamatan Balen yang telah
melaksanakan program UKS dengan baik dan
kurang baik. Dari studi pendahuluan tersebut
didapatkan data bahwa siswa kelas 5 di
sekolah yang telah menjalankan program UKS
dengan baik memiliki nilai rata-rata Ulangan
Tengah Semester (UTS) lebih tinggi
dibandingkan dengan sekolah yang
menjalankan program UKS kurang baik yaitu
76, 94 dan 76,25.
Berdasarkan data diatas peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian tentang
hubungan pelaksanaan UKS dengan prestasi
akademik siswa kelas 5 sekolah dasar di
Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan pelaksanaan Usaha
Kesehatan Sekolah dengan prestasi akademik
siswa kelas 5 sekolah dasar di Kecamatan
Balen Kabupaten Bojonegoro.
Penelitian ini bermanfaat secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi
mengenai hubungan pelaksanaan Usaha
Kesehatan Sekolah dengan pretasi akademik
pada siswa. Secara praktis dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi bagi Puskesmas
mengenai pelaksnaan UKS di masa yang akan
datang, mengevalusi pelaksnaaan UKS yang
telah dilaksanakan di sekolah dan mengetahui
kegiatan apa saja yang perlu ditingkatkan.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian penelitian
kuantitatif yang bersifat observasional analitik
dengan pendekatan cross sectional (Alimul,
2007). Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh sekolah dasar negeri di Kecamatan
Balen yang sudah memiliki ruang UKS, yaitu
sebanyak 26 sekolah. Besar sampel
didapatkan sebesar 24 sekolah dengan
menggunakan Simple Random Sampling.
Kriteria inklusi sekolah yaitu, sekolah dasar
negeri di wilayah Kecamatan Balen yang
sudah memiliki ruang UKS dan bersedia
menjadi sampel dalam penelitian. Penelitian
ini dilakukan pada bulan Februari 2015.
Variabel independen dan dependen penelitian
ini adalah pelaksanaan Usaha Kesehatan
Sekolah dan prestasi akademik siswa kelas 5.
Instrumen yang digunakan untuk menetahui
pelaksanaan UKS pada penelitian ini adalah
kuesioner yang terdiri dari 15 tentang
pelaksanaan TRIAS UKS (pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat) yang
sudah diuji validitas dan realibilitasnya.
Petugas UKS cukup memberikan salah satu
pilihan jawaban yang tersedia dan masing-
masing jawaban akan mendapatkan skor
sebagai berikut: “selalu” skor 3, “kadang-
kadang” skor 2, dan “tidak pernah” skor 1.
Pelaksanaan UKS di kategorikan menjadi yaitu
baik bila memiliki skor diatas rerata (mean)
dan kurang baik bila dibawah rerata.
Sedangkan variabel dependen atau prestasi
akademik siswa kelas 5 diketahui dengan
menggunakan rekap nilai aspek pengetahuan
siswa selama semester ganjil tahun ajaran
2013/2015 dan di kategorikan menjadi 2
yaitu prestasi akademik tinggi bila nilai rerata
kelas diatas rerata (mean) dan prestasi
akademik rendah jika nilai rerata kelas yang
didapat dibawah rerata. Data yang diperoleh
selanjutnya dianalisis dengan menggunakan
korelasi pearson untuk mengetahui hubungan
pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik
siswa kelas 5.
HASIL
Distribusi data petugas UKS pada penelitian
ini meliputi: jenis kelamin dan usia.
Gambar 1.1 Karakteristik Jenis Kelamin
Petugas UKS Tingkat Sekolah
Dasar Di Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro
Tabel 1.1 Distribusi Usia Petugas UKS Tingkat
Sekolah Dasar Di Kecamatan Balen
Kabupaten Bojonegoro
Ket N Min Max Mean SD Me dian
Mo dus
Usia 24 28 57 42,7 3,5 47 49
24 petugas UKS di Kecamatan Balen yang
menjadi responden dalam penelitian ini 10
(58%) berjenis kelamin laki-laki, dan usia
petugas UKS termuda adalah 24 tahun dan
tertua adalah 57 tahun.
Tabel 1.2 Distribusi Pelaksanaan TRIAS UKS
Tingkat Sekolah Dasar Di
Kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro
TRIAS UKS Mean SD Jumlah sekolah
F %
Pendidikan kesehatan
12,5 1,41 15 62,5
Pelayanan kesehatan 16,41 1,10 12 50
Pembinaan lingkungan sekolah sehat
9,2 1,41 13 54,16
Tabel 1.3 Distribusi Pelaksanaan UKS
Tingkat Sekolah Dasar Di
Kecamatan Balen Kabupaten
Bojonegoro
Pelaksnaan UKS Mean N %
Baik 38,12 10 41,7
Kurang Baik 14 58,3
Berdasarkan hasil perhitungan kuesioner
tentang pelaksanaan TRIAS UKS di Kecamatan
Balen diketahui bahwa dari 24 sekolah, 15
(62,5%) telah melaksanakan pendidikan
kesehatan dengan baik, 12 (50%) sekolah
melaksanakan pelayanan kesehatan dengan
baik, dan 13 (54,16%) sekolah melaksanakan
pembinaan lingkungan sekolah dengan baik.
Secara keseluruhan pelaksanaan UKS di
Kecamatan Balen di ketahui bahwa dari 24
sekolah ada 14 (58,3%) sekolah yang
melaksanakan program UKS masih kurang
baik dan 10 (41,7%) telah melaksanakan
program UKS dengan baik.
58%
42%
Laki-laki (14)
Perempuan(10)
Tabel 1.4 Prestasi Akademik Kelas 5 Sekolah
Dasar Semester Ganjil Tahun
Ajaran 2013/2015 Di Kecamatan
Balen Kabupetn Bojonegoro
Prestasi Akademik Mean N %
Tinggi 79,16 11 45,83
Rendah 13 54,17
Berdasarkan hasil rekapitulasi perhitungan
nilai rata-rata kelas 5 di Kecamatan Balen
diketahui bahwa dari 24 sekolah terdapat 13
(54,17%) sekolah yang memiliki prestasi
akademik kelas 5 dalam kategori rendah dan
11 (45,83%) sekolah memiliki prestasi
akademik kelas 5 tinggi.
Hasil uji hipotesis Pearson Correlation dengan
tingkat kepercayaan sebesar 95% (α= 0,05%)
di dapatkan nilai p value sebesar 0,023 dan
nilai korelasi (r) sebesar 0,462. Nilai p<0,05
dapat disimpulkan bahwa h0 di tolak yang
berarti terdapat hubungan antara
pelaksanaan UKS dengan prestasi akademik
siswa. Sedangkan kekuatan korelasi (r)
sebesar 0,462 menunjukkan bahwa kedua
variabel memiliki korelasi sedang (0.40-0.599)
(Dahlan, 2009).
PEMBAHASAN
Pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah
Data pelaksanaan UKS tingkat sekolah dasar di
Kecamatan Balen didapatkan melalui
kuesioner yang telah di isi oleh 24 petugas
UKS di masing-masing sekolah yang menjadi
responden dalam penelitian. Kuesioner
tersebut berisi 15 item pertanyaan tentang
pelaksnaaan TRIAS UKS yang masing-masing
terdiri dari: 5 pertanyaan tentang pendidikan
kesehatan), 6 pertanyaan tentang
pelayananan kesehatan, dan 4 pertanyaan
tentang pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Data hasil rekapitulasi jawaban kuesioner
tentang pelaksanaan pendidikan kesehatan di
ketahui bahwa dari 24 sekolah, terdapat 22
(91,7%) sekolah yang setiap satu bulan sekali
selalu memberikan pendidikan kesehatan
tentang pentingnya menjaga kebersihan diri
kepada siswa, 1 (4,17%) sekolah yang setiap
satu bulan sekali selalu melaksanakan
pendidikan kesehatan tentang ciri-ciri makan
yang sehat, 22 (91,7%) sekolah yang setiap
satu bulan sekali selalu memberikan
pendidikan kesehatan tentang pentingnya
sarapan sebelum berangkat sekolah, dan 3
(12,5%) sekolah yang setiap satu bulan sekali
selalu memberikan pendidikan kesehatan
tentang cara penularan dan bahaya dari
penyakit menular.
Sedangkan hasil rekapitulasi jawaban
kuesioner tentang pelaksanaan pelayanan
kesehatan diketahui bahwa dari 24 sekolah,
terdapat 13 (54,17%) sekolah yang setiap
tahun ajaran baru selalu melaksanakan
screening kesehatan, 13 (54,17%) sekolah
setiap 6 bulan selalu melakukan
pemeriksanaan berkala (gigi, telinga, dan
mata), 24 (100%) sekolah setiap satu tahun
selalu melaksanakan imunisasi kepada siswa,
23 (95,83%) sekolah setiap 6 bulan selalu
memantau TB dan BB siswa, 14 (58, 33%)
sekolah selalu memberikan perawatan di UKS
jika ada siswa yang sakit, dan 21 (87,5%)
sekolah selalu membawa siswa ke puskesmas
jika tidak dapat dilakukan perawatan di UKS.
Hasil rekapitulasi jawaban tentang
pelaksanaan pembinaan lingkungan sekolah
sehat diketahui bahwa dari 24 sekolah,
terdapat 6 (24%) sekolah yang setiap hari
selalu memantau kebersihan kamar mandi
sekolah, 11 (45,83%) sekolah setiap satu
minggu selalu melaksanakan kegiatan jumat
bersih, 2 (8,33%) sekolah setiap satu minggu
selalu melaksanakan kegiatan pemberantasan
sarang nyamuk, dan 16 sekolah (66,7%)
sekolah setiap hari selalu memantau
kebersihan lingkungan sekolah.
Pelaksanaan TRIAS UKS di Kecamatan Balen
berdasarkan diketahui bahwa dari 24 sekolah,
15 (62,5%) sekolah memiliki skor pelaksanaan
pendidikan kesehatan lebih dari rerata, 12
(50%) sekolah memiliki skor pelaksanaan
pelayanan kesehatan lebih dari rerata, dan 13
(54,16%) sekolah memiliki skor pelaksanaan
pembinaan lingkungan sekolah sehat lebih
dari rerata. Secara keseluruhan pelaksanaan
UKS tingkat sekolah dasar di Kecamatan Balen
diketahui bahwa dari 24 sekolah, 14 (58,3%)
sekolah melaksanakan UKS dengan kurang
baik.
Banyaknya sekolah dasar di Kecamatan Balen
yang belum melaksanakan UKS dengan baik
disebabkan karena beberapa hal seperti
minimnya sarana dan prasarana, guru UKS
belum terlatih, kurangnnya pembinaan dan
supervisi dari Tim Pembina UKS (Laporan Tim
Pelaksana UKS Sekolah di Kecamatan Balen,
2013). Hasil penelitian ini didukung oleh
peryataan Tampubolon (2013), yang
menyatakan bahwa ada banyak faktor yang
menyebabkan belum maksimalnya
pelaksanaan program UKS yaitu belum adanya
komitmen dari guru, faktor sarana dan
prasarana yang masih terbatas, tenaga UKS
yang masih belum terlatih, kurangnya
keperdulian untuk melaksanakan program
UKS serta belum optimalnya peran
pemerintah dalam pelaksanaan program UKS.
Kepala sekolah dan guru selaku Tim Pelaksana
UKS di sekolah memiliki tugas dan peran yang
sangat penting dalam melaksanakan dan
mempromosikan kesehatan di sekolah. Peran
dan tugas mereka sebagai Tim Pelaksana UKS
di sekolah diantaranya adalah: 1)
Menanamkan kebiasaan hidup sehat bagi
para murid, misalnya kebersihan diri; 2)
Melaksanakan bimbingan dan pengamatan
kesehatan dengan cara mengadakan
pemeriksaan secara umum; 3) Melakukan
P3K, mengukur tinggi badan dan berat
badan.;4) Melakukan deteksi dini terhadap
penyakit-penyakit yang terjadi kepada murid
dan memberikan obat sederhana; 5)
Melakukan rujukan bila perlu; 6)
Mengkoordinasikan dan menggerakkan
masyarakat disekitar sekolah untuk
meningkatkan dan memelihara kebersihan
sekolah dan masyarakat; 7) Menjadi contoh
bagi murid-muridnya dalam hal kesehatan
misalnya kerapihan dalam berpakaian, tidak
merokok, dan tidak minum-minuman
berakohol (Ribka dkk, 2012). Agar dapat
menjalankan peran dan tugasnya dengan baik
petugas UKS di sekolah harus memperoleh
pelatihan dan pembinaan dari puskesmas
setempat serta mendapatkan buku-buku
pedoman kesehatan (Notoadmodjo, 2005).
Program UKS di sekolah-sekolah akan berjalan
sesuai dengan rencana apabila dilaksanakan
pengendalian dan pengawasan secara
berjenjang oleh seluruh Tim Pelaksana UKS
(tingkat kecamatan sampai pusat) dan Tim
Pelaksana UKS sekolah. Upaya tersebut dapat
dilakukan melalui kegiatan monitoring,
evaluasi dan pelaporan untuk mengetahui
sampai sejauh mana manfaat maupun
keberhasilan dari program yang telah
dilaksanakan, mengetahui kendala atau
hambatan, mengetahui penyimpangan-
penyimpangan yang mungkin terjadi baik
pada tahap perencanaan pelaksanaan
program dan pencapaian dari kegiatan yang
dilaksanakan (Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, 2012).
Prestasi Akademik Siswa Kelas 5
Hasil penelitian mengenai prestasi akademik
siswa kelas 5 sekolah dasar pada semester
ganjil tahun ajaran 2014/2015 di Kecamatan
Balen Kabupaten Bojonegoro diketahui bahwa
dari 24 sekolah, terdapat 13 (54, 17%) sekolah
yang memiliki prestasi akademik siswa kelas 5
dalam kategori rendah. Banyaknya sekolah
yang rerata prestasi akademik siswanya
rendah salah satunya dapat disebabkan oleh
pelaksanaan UKS di Kecamatan Balen masih
kurang baik sehingga berpengaruh terhadap
tingkat kesehatan siswa. Selama Bulan Juli-
Desembar 2014 rerata prosentase sakit siswa
kelas 5 di SDN di Kecamatan Balen adalah 0,5
%. Menurut Oktaferani (2013), prosentase
absen siswa dalam satu tahun dikatakan baik
apabila tidak lebih dari 1%.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat
yang dikemukakan oleh Bloom dalam Azwar
(2002) yang menyatakan bahwa secara umum
prestasi akademik pada seseorang dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor internal
dan eksternal. Salah satu faktor internal yang
berpengaruh terhadap presrasi akademik
adalah kesehatan. Kesehatan dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Selain itu, berfungsinya alat panca indera
dengan baik juga bisa menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi kemampuan
belajar siswa terutama indera penglihatan dan
pendengaran. Karena sebagian besar apa yang
dipelajari oleh manusia, dipelajari melalui
penglihatan dan pendengaran (Syah, 2010;
Wijayanto, 2001).
Perawat Komunitas (perawat kesehatan
sekolah) memiliki andil dalam meningkatkan
prestasi akademik siswa karena memiliki
tugas dan untuk meningkatkan status
kesehatan siswa. Ada 3 peran yang harus
dijalankan oleh perawat kesehatan sekolah
yaitu sebagai pelaksana asuhan keperawatan
di sekolah, sebagai pengelola kegiatan UKS,
dan sebagai penyuluh dalam bidang
kesehatan (Effendi, 2009).
Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di
sekolah perawat mempunyai peran untuk: 1)
Mengkaji masalah kesehatan dan
keperawatan peserta didik dengan melakukan
pengumpulan data, analisis data, serta
perumusan masalah prioritas; 2) Menyusun
rencana kegiatan UKS bersama Tim Pembina
UKS di Sekolah (TPUKS); 3) Melaksanakan
kegiatan UKS sesuai dengan rencana kegiatan
yang disusun; 4) Menilai dan memantau hasil
kegiatan UKS; 5) Mencatat dan melaporkan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan
(Effendi, 2009).
Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat
kesehatan yang bertugas di puskesmas
menjadi salah satu dari anggota TPUKS atau
dapat juga ditunjuk sebagai koordinator UKS
di tingkat puskesmas. Bila perawat kesehatan
ditunjuk sebagai koordinator maka
pengelolaan UKS menjadi tanggung jawabnya
atau paling tidak terlibat dalam pengelola UKS
(Effendi, 2009).
Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,
perawat kesehatan sekolah memiliki peran
untuk memberikan penyuluhan kesehatan
secara langsung (melalui penyuluhan
kesehatan yang bersifat umum dan klasikal)
atau tidak langsung sewaktu melakukan
pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perorangan (Effendi, 2009).
Hubungan Pelaksanaan Usaha Kesehatan
Sekolah dengan Prestasi Akademik
Menurut uji statistik yang dilakukan diperoleh
nilai signifikasi sebsar 0,023 yang
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
antara pelaksanaan Usaha Kesehatan Sekolah
dengan prestasi akademik siswa kelas 5 SD.
Nilai korelasi pearson sebesar 0,462
menujukkan hubungan korelasi sedang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Vinciullo (2009), yang menyatakan bahwa
pelaksanaan Coordinated Shcool Health
Program (CSHP) secara signifikan
berhubungan dengan academic achievment.
Siswa yang mendapatkan pendidikan
kesehatan dan pelayanan kesehatan
mendapatkan nilai matematika lebih tinggi
dan nilai dropout (sakit) lebih rendah.
UKS memiliki 3 program pokok (TRIAS UKS)
yang harus dijalankan yaitu pendidikan
kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat.
Pedidikan kesehatan di sekolah dapat
dilakukan secara intrakulikuler dan
ektrakurikuler. Pelaksanaan pelayanan
kesehatan di sekolah umumnya bersifat
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
Sedangkan pembinaan lingkungan sekolah
sehat dapat dilaksanakan melalui beberapa
kegiatan diantaranya yaitu program 7K dan
PSN (Kementerian Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar, 2012).
Pendidikan kesehatan adalah upaya yang
diberikan berupa bimbingan dan atau
tuntunan kepada peserta didik tentang
kesehatan yang meliputi seluruh aspek
kesehatan pribadi (fisik, mental dan sosial)
agar kepribadiannya dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik (Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar, 2012). Dengan
memberikan pendidikan kesehatan kepada
siswa maka mereka akan memiliki
pengetahuan tentang kesehatan dan
menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
(PHBS) dalam kehidupan sehari-harinya
misalnya membiasakan sarapan sebelum
berangkat ke sekolah.
Banyak penelitian sebelumnya yang telah
membuktikan pentingnya sarapan pagi dan
pengaruhnya terhadap kondisi tubuh dan
aktivitas seseorang, terutama anak-anak.
Penelitian yang dilakukan oleh Muh Syahnur
dkk (2013), menunjukkan bahwa terdapat
hubungan antara kebiasaan sarapan pagi
dengan prestasi anak di SDN 20 Pangkajene
Sidrap. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Minatun (2011), juga menunjukkan bahwa
rata-rata nilai siswa yang rutin sarapan pagi
lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang
tidak rutin sarapan pagi. Sarapan pagi sangat
penting dilakukan oleh anak usia sekolah
karena dapat meningkatkan kadar glukosa
darah dan konsentrasi (Faridi, 2002).
Selain pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan juga perlu dilaksanakan di sekolah
karena dengan adanya pelayanan kesehatan
maka daya tahan tubuh siswa akan
meningkat, angka kesakitan siswa menurun,
serta dapat mendeteksi kelainan sejak dini
serta mencegah komplikasi pada siswa
(Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2012).
Ada beberapa kegiatan dalam pelayanan
kesehatan di sekolah diantaranya adalah
pemantauan status gizi siswa dengan
melakukan pengukuran tinggi badan dan
berat badan serta pemeriksanaan gigi, telinga,
dan mata secara berkala setiap 6 bulan sekali.
Guru selaku Tim Pelaksana UKS di sekolah
perlu melakukan pemantauan terhadap status
gizi siswa setiap 6 bulan sekali karena status
gizi dapat mempengaruhi prestasi akademik.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian yang
dilakukan oleh Himmah (2010) pada anak
Sekolah Dasar di Bekasi, yang menunjukkan
bahwa prestasi belajar siswa kurang ternyata
lebih banyak terjadi pada siswa dengan status
gizi kurang dibandingkan siswa dengan status
gizi normal. Penelitian yang dilakukan oleh
Sa’adah (2013), juga menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara status gizi dengan
prestasi belajar siswa kelas I-V di Sekolah
Dasar Negeri 01 Guguk Malintang Kota
Padang Panjang. Seorang anak yang
mengalami gizi buruk akan mudah menderita
penyakit infeksi sehingga mempengaruhi
kehadirannya di sekolah yang akhirnya akan
menyebabkan mereka tertinggal dalam proses
pembelajaran dan mempengaruhi hasil
belajarnya (Sorhaindo dan Feinstein, 2006
dalam Sa’adah 2013).
Selain pemantauan status gizi, pemeriksanaan
(gigi, telinga, dan mata) setiap 6 bulan sekali
juga penting untuk dilakukan. Dengan
melakukan pemeriksanaan secara rutin dapat
diketahui masalah-masalah kesehatan yang
dialami oleh siswa sehingga dapat dilakukan
penganganan sejak dini karena adanya
gangguan penglihatan dan pendengaran
dapat mempengaruhi prestasi siswa.
Penelitian yang dilakukan Irmawati (2010),
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bermakna antara gangguan pendengaran
dengan skor prestasi bahasa Indonesia (p=
0,007) dan skor prestasi Matematika (p=
0,025). Hal ini disebabkan karena adanya
gangguan pada indera pendengaran dapat
mengganggu proses belajar siswa dan hal
tersebut dapat mempengaruhi prestasi
belajar nya. Penelitian yang dilakukan oleh
Rumondor dkk (2014), juga menunjukkan
bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara kelainan refraksi dengan prestasi
belajar siswa. Kesehatan mata pada anak di
usia sekolah menjadi salah satu faktor yang
yang menentukan prestasi belajar. Hal ini
disebabkan karena kelainan refraksi dapat
mengganggu proses penerimaan informasi
anak saat belajar.
Kegiatan TRIAS UKS lainya yang harus
dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
siswa adalah melakukan pembinaan
lingkungan sekolah sehat. Pembinaan
lingkungan sekolah sehat memiliki tujuan
untuk mewujudkan lingkungan sehat di
sekolah yang memungkinkan setiap warga
sekolah mencapai derajat kesehatan setinggi-
tingginya dalam rangka mendukung
tercapainya proses belajar yang maksimal bagi
setiap peserta didik (Kementerian Pendidikan
Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar, 2012).
Lingkungan sekolah yang kotor dapat
mengganggu konsentrasi siswa saat kegiatan
belajar mengajar berlangsung akibat bau
sampah yang membusuk. Selain itu,
lingkungan sekolah yang kotor juga bisa
menjadi tempat berkembangnya berbagai
macam bakteri dan kuman penyebab
penyakit. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Pranoto (1995 dalam Rahayu dkk, 2010) di
Batam menunjukkan bahwa larva penyebab
demam berdarah banyak ditemukan pada
kontainer di sekolah karena tidak adanya yang
bertanggung jawab untuk membersihkan
tempat penampungan air di sekolah.
Kesimpulan
Berdasarkan tujuan khusus penelitian tentang
hubungan pelaksanaan Usaha Kesehatan
Sekolah dengan prestasi akademik siswa kelas
5 di Kecamatan Balen Kabupaten Bojonegoro
ddapat disimpulkan bahwa dari 24 sekolah,
masih terdapat 14 (58,3%) sekolah yang
melaksanakan UKS dengan kurang baik, 13
(54, 17%) sekolah memiliki prestasi akademik
siswa kelas 5 dalam kategori rendah. Hasil uji
hipotesis Pearson Correlation di dapatkan nilai
p value sebesar 0,023 dan nilai korelasi (r)
sebesar 0,462.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, H.A. 2007. Metode Penelitian
Keperawatan dan Tekhnik Analisis Data.
Jakarta Salemba Medika.
Ananto, P. 2006. Usaha Kesehatan Sekolah di
Sekolah Dasar dan Madrasah
Ibtidaiyah. Bandung; Yrama Widya
Agustin, M. 2013. Efektivitas Metode Peer
Education Dalam Meningkatkan
Pengetahuan PHBS (Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat) Di SDN Pule II Modo
Kabupaten Lamongan. Tugas Akhir.
Tidak diterbitkan, Fakultas Kedokteran
Universitas Brawijaya Malang.
Azwar, S. 2002. Tes prestasi: Fungsi
Pengembangan Pengukuran Prestasi
Belajar. Yogyakarta; Pustaka Pelajar.
Dargo, A. 2013. Skripsi:Survei Pelaksanaan
Usaha Kesehatan Sekolah Di SMA Se
Kabupaten Purbalingga. Skripsi.
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
Efendi. 2009. Keperawatan Kesehatan
Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Effendy, N.1998. Dasar-Dasar Keperawatan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta; EGC.
Faridi, A. 2002. Skripsi: Hubungan Sarapan
Pagi Dengan Kadar Glukosa Darah Dan
Konsentrasi Belajar Pada Siswa SD.
Bogor: GMSK Faperta IPB
Geierstanger S P, Amaral G, Mansour M, and
Walters S R; Articles: School Based
Health Centers and Academic
Performance: Research, Challenges, and
Recommendations. Journal of School
Health 2004;74 :347-352
Hadi, H. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan
Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Kesehatan Nasional.
Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar
Fakultas Kedokteran UGM. Yogjakarta,
(Online) (www.gizi.net, diakses pada 8
Oktober 2014)
Himmah, E.F. 2010. Skripsi: Hubungan Status
Gizi dan Faktor-Faktor Penentu Lainnya
dengan Prestasi Belajar Pada Siswa
Kelas 3, 4, 5, dan 6 di SD Marga Mulya
III Bekasi Tahun 2010. Jakarta: UIN
Syarif Hidayatullah
Irmawati, D. 2010. Skripsi: Hubungan
Gangguan Pendengaran Dengan
Prestasi Belajar Siswa(Studi Kasus Pada
Siswa Kelas V SD Di Kota Semarang).
Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro.
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
2012. Pedoman Pelaksanaan UKS Di
Sekolah. Jakarta .
Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
2012. Pedoman Pembinaan dan
Pengembangan UKS Di Sekolah. Jakarta
.
Lestasri, E. 2013. Hubungan Perilaku Hidup
Bersih Dan Sehat, Konsumsi Pangan,
Statusanemia Dan Prestasi Belajar Pada
Remaja Putri Smpn 27 Di Kelurahan
Sumur Batu Bantar Gebang Bekasi.
Bogor: Institut Pertanian Bogor.
Maslihah, S. 2011. Jurnal Psikologi Undip Vol.
10, No.2: Studi Tentang Hubungan
Dukungan Sosial, Penyesuaian Sosial Di
Lingkungan Sekolah Dan Prestasi
Akademik Siswa Smpit Assyfa Boarding
School Subang Jawa Barat. Semarang:
Universitas Diponegoro.
Minatun. 2011. Faktor-Faktor Yang
Berhubungan Dengan Prestasi Belajar
Siswa Kelas IV Dan V MI Negeri 02
Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun
Ajaran 2010/2011. Jakarta: Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Muscari, M.E. 2005. Keperawatan Pediatrik.
Jakarta; EGC
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
2005, Promosi Kesehatan (Teori
dan Praktek). Jakarta: PTRineka Cipta.
. 2008. Promosi Kesehatan Di
Sekolah. Pusat Promosi Kesehatan
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
. 2010. Promosi Kesehatan
Teori & Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta
Oktaferani, W. 2013. Skrispi: Pelaksanaan
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Di Sd
Se-Kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
Tahun 2012/2013. Pendidikan Jasmani
Kesehatan Dan Rekreasi Fakultas Ilmu
Keolahragaan Universitas Negeri
Semarang.
Potter & Perry. 2005. Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan
Praktik Edisi 4. Jakarta: ECG
Pricilla. 2014. Sakit Gigi Turunkan Prestasi
Belajar, (Online),
(http://www.parenting.co.id/article/u
sia.sekolah/sakit.gigi.turunkan.prestas
i.belajar/001/004/297, diakses
tanggal 9 Oktober 2014).
Qohar. 2000. Prestasi Belajar Akademik,
(Online)
(http://www.prestasi+akademik_/
belajarnews/235/saq8/html, diakses
tanggal 20 Oktober 2014).
Rahayu dkk. 2010. Studi Kohortkejadian
Penyakit Demam Berdarah Dengue.
Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 26,
No. 4, Desember 2010
Ribka dkk. 2012. Analisis Pelaksanaan Tiga
Program Pokok Usaha Kesehatan
Sekolah (TRIAS UKS) Tingkat Sekolah
Dasar Kecamatan Blimbing Kota
Malang. The Indonesian Journal of
Public Health,Vol. 9 No. 1, Juli 2012:
51–66
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Laporan
Nasional 2007. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Departemen
Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Rohayati. 2014. Unnes Journal of Public
Health: Faktor Yang Berhubungan
Dengan Penyelenggaraan Program
Makan Siang Di SD Al Muslim Tambun.
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas
Negeri Semarang.
Rumondor, N.E dkk. 2014. Hubungan Kelainan
Refraksi Dengan Prestasi Belajar Anak
Di SMP Kristen Eben Haezar 2 Manado.
Ilmu Kesehatan Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Manado
Sa’adah dkk. 2014. Artikel Penelitian:
Hubungan Status Gizi dengan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri 01
Guguk Malintang Kota Padangpanjang.
Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
Sastroasmoro, S & Ismael, S. 2008. Dasar-
Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta; CV Sagung Seto.
Sunarti. 2011. Jurnal: Pengaruh Tingkat
Absensi Terhadap Prestasi Belajar
Siawa Kelas II Di SDN Manunggal
Kecamatan Ngusikan Kabupaten
Jombang: Universitas Gresik
Tampubolon, E. 2013. Gambaran
Pengetahuan Guru SD Dalam
Pelaksanaan Program Uks Di SD Negeri
101810 Biru-Biru Kec. Biru-Biru Kab. Deli
Serdang Tahun 2013. Jurnal Basic
Health Community STIKES Deli Husada
Delitua Volume 2 Edisi II November
2013.
Tu’u, T. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan
Prestasi Siswa. Jakarta; Grasindo.
Undang Undang Republik Indonesia. Nomor
23 tahun 1992 pasal 45 tentang
Kesehatan. Jakarta
Vinciullo F M and Bradley B. Research Article A
Correlational Study of the Relationship
Between a Coordinated School Health
Program and School Achievement: A
Case for School Health. The Journal of
School Nursing 2009; 25: 453-465
Wala dkk. 2013. Gambaran Status Karies Gigi
Anak Usia 11-12 Tahun Pada Keluarga
Pemegang Jamkesmas Di Kelurahan
Tumatangtang I Kecamatan Tomohon
Selatan: Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado